OLEH : DEMASA MAULANA SETA 202120401011081 KELOMPOK D37
KSM SARAF RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2022 ABSTRAK
Tujuan : Artikel ini menjelaskan kemajuan dalam pengelolaan perdarahan intraserebral
spontan pada orang dewasa. Temuan terbaru : Intervensi terapeutik pada perdarahan intraserebral terus berfokus pada penghentian ekspansi perdarahan, dengan uji coba terkontrol acak yang membahas efektivitas penurunan tekanan darah dengan cepat, terapi hemostatik dengan transfusi trombosit, dan kompleks pembekuan lain serta pengurangan volume bekuan baik intraventrikular dan parenkim hematoma menggunakan teknik invasif minimal. Ringkasan : Penatalaksanaan perdarahan intraserebral spontan, yang berfokus pada manajemen dan pencegahan komplikasi, sedang mengalami perubahan baru-baru ini dalam teknik evakuasi bekuan yang telah terbukti aman dan berpotensi meningkatkan hasil. 1. Pendahuluan Perdarahan intraserebral (ICH) menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan dan berhubungan dengan kecacatan jangka panjang yang parah. ICH menempati prevalensi 10% hingga 15% dari semua stroke, dengan insiden 24,6 per 100.000 orang/tahun dan dengan insiden yang meningkat adalah terkait dengan penggunaan antikoagulasi, obat antiplatelet, dan populasi yang menua. Angka kematian yang tinggi, hingga setengah dari pasien meninggal 30 hari setelah mengalami ICH, meskipun seringkali tinggal lama di unit perawatan intensif. Pengobatan ICH mulai dari terapi medis hingga pendekatan beberapa teknik bedah yang masih terus dalam tahap pengujian. Hal ini mengakibatkan kurangnya rekomendasi berbasis bukti definitif untuk memandu perawatan pasien dengan ICH menyebabkan heterogenitas yang signifikan dalam praktek klinis saat ini. 2. Patofisiologi ICH terjadi setelah arteriol parenkim di otak pecah. Proses umum yang menyebabkan ICH termasuk angiopati amiloid, tumor, transformasi hemoragik dari stroke iskemik, trombosis vena serebral, vaskulitis, dan malformasi vaskular seperti malformasi kavernosa, malformasi arteriovenosa, dan aneurisma sakular yang pecah. Dalam kasus ICH spontan, di mana hipertensi sudah ada sebelumnya, diyakini hasil dari lipohyalinosis arteriol kecil, sering diakibatkan menjadi pecahnya pembuluh darah yang melibatkan otak kecil, pons, talamus, dan ganglia basalis. Penyebab struktural sekunder ICH seperti usia lanjut, lokasi yang dalam (ganglia basal, talamus, atau fossa posterior), atau riwayat hipertensi sering dianggap menjadi penyebab primer ICH, meskipun studi angiografi serebral menunjukkan bahwa pencitraan dan gambaran klinis ini tidak selalu menjadi faktor yang dapat diyakini dan pasien dengan penyebab ini mungkin memiliki kelainan vaskular yang hidup bersama. 3. Tatalaksana Medis Manajemen medis ditujukan untuk menangani tekanan intrakranial (ICP), mengendalikan hipertensi sistemik, dan mencegah ekspansi hematoma. Dengan pengecualian kontrol tekanan darah awal, tidak ada bukti yang menyatakan akan meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Manajemen bedah difokuskan pada ekstraksi gumpalan, menghilangkan darah intraventrikular, dan mengelola hipertensi intrakranial. Manajemen awal harus fokus pada prinsip standar perawatan kritis seperti stabilisasi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan neurologis per jam atau lebih sering harus dijadwalkan segera sesudahnya. Neuroimaging yang direkomendasikan oleh American Heart Association termasuk CT dengan CT angiografi untuk mencari tanda titik (terkait dengan peningkatan risiko ekspansi ICH) dan untuk menilai patologi dan MRI untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab ICH lainnya. Pada beberapa kasus kateter angiografi serebral dapat mengkonfirmasi apakah lesi vaskular yang mendasarinya hadir. Jika trombosis vena serebral dicurigai, venografi CT atau venografi resonansi magnetik (MRV) harus dilakukan. Karakteristik yang meningkatkan kemungkinan menemukan kelainan vaskular meliputi jenis kelamin wanita, lebih muda dari usia 65 tahun dengan lobar ich, perdarahan intraventrikular primer (IVH), dan Riwayat hipertensi, merokok, atau koagulopati. Skala penilaian ICH secara rutin digunakan untuk menilai keparahan neurologis awal, hal ini berguna untuk memfasilitasi komunikasi antara dokter dan ekspektasi anggota keluarga. Namun, penilaian ini tidak boleh digunakan secara untuk menilai kelangsungan hidup dan hasil fungsional prognostik setelah ICH. Skor ICH memungkinkan stratifikasi hasil yang cepat dari pasien dengan ICH dan telah banyak diadopsi karena beberapa penelitian telah memvalidasi kelayakannya. Ini mencakup lima faktor risiko independen untuk mortalitas 30 hari yang diberi skor dari 0 hingga 6. Glasgow COMA Scale (GCS) memiliki lebih banyak utilitas ketika dievaluasi setelah stabilisasi klinis daripada penilaian awal. Skor lain yang berguna untuk pengambilan keputusan klinis dan pemilihan pasien potensial untuk uji klinis adalah hasil fungsional pada pasien dengan skor perdarahan intraserebral (FUNC) primer, yang memperkirakan kemungkinan independensi fungsional pada 90 hari. 4. Perluasan hematoma Ekspansi hematoma adalah penyebab umum dari kerusakan neurologis sekunder dan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dan hasil fungsional pada sepertiga pasien setelah ICH terjadi. Ekspansi hematoma umumnya terjadi dalam 24 jam, meskipun ekspansi tertunda juga dapat terjadi. Dampak prognostik yang kuat dari ekspansi hematoma pada hasil ICH sebagian besar karena efeknya pada pergeseran garis tengah dan herniasi serebral, meskipun bahkan ekspansi yang relatif kecil dapat menyebabkan kerusakan neurologis. Ekstravasasi kontras dalam hematoma, yang disebut spot sign, dapat divisualisasikan pada gambar sumber angiografi CT atau CT yang ditingkatkan kontras dan merupakan prediktor independen dari pertumbuhan hematoma awal. Dalam beberapa uji coba adanya spot sign mempengaruhi banyak hal pada pasine ICH, seperti pasien dengan spot sign memiliki mortalitas yang secara signifikan lebih tinggi dalam 3 bulan dibandingkan dengan pasien yang spot sign nya negative, memprediksi pendarahan yang akan terjadi selama evakuasi hematoma, dan prognostik dari tindakan bedah pada pasien dengan spot sign memiliki angka kematian yang lebih rendah daripada manajemen konservatif.
Telah dilakukan beberapa percobaan untuk menunrunkan ekpansi hematom,
antara lain dengan melakukan kontrol pada tekanan darah sistolik <140 mm Hg atau <180 mm Hg. Selain dengan mengontrol tekanan darah, pada sebuah penelitian juga dijelaskan tentang pemberian rFVIIa dalam waktu 4 jam setelah onset ICH dapat mengurangi mortalitas atau juga terdapat hipotesa yang sedang di uji mengenai pemberian asam traneksamat IV dapat mengurangi kematian dan kecacatan ketika diberikan dalam 8 jam dari ICH. Pasien dengan kelainan hemostasis primer atau sekunder atau yang menggunakan antikoagulan oral memiliki kemungkinan peningkatan ekspansi ICH karena ketidakmampuan mereka untuk membentuk bekuan darah yang stabil. Terapi yang direkomendasikan adalah penggantian langsung dari faktor defisiensi dan termasuk vitamin K bagi mereka yang menggunakan antagonis vitamin K. Selain itu, pasien tersebut juga mendapat manfaat dari konsentrat kompleks protrombin karena bisa mengoreksi INR dengan cepat dan lengkap, meskipun dengan risiko protrombotik kecil, tetapi keamanan keseluruhan lebih unggul daripada plasma beku segar (FFP). Antikoagulan oral langsung, yang meliputi penghambat trombin langsung dan penghambat faktor Xa, semakin sering digunakan daripada warfarin karena farmakokinetik yang lebih stabil. Saat ini, hanya dabigatran yang memiliki agen pembalikan yaitu idarucizumab. Untuk agen yang tersisa dalam kelompok ini, pilihan antikoagulan saat ini termasuk konsentrat kompleks protrombin, agen antifibrinolitik, dan terapi prohemostatik seperti desmopressin. Agen pembalikan spesifik seperti andexanet alfa untuk inhibitor faktor Xa dan aripazine diharapkan akan segera tersedia. Pembalikan inhibitor faktor Xa biasanya dikelola dengan konsentrat kompleks protrombin saat ini. 5. Edema cerebral Edema perihematom berkembang selama 2 minggu pertama setelah ICH dan paling cepat berkembang selama 48 sampai 72 jam pertama. Hal ini terkait dengan aktivasi jalur inflamasi oleh efek biokimia dan metabolik toksik dari produk bekuan. Pertumbuhan edema perihematomal menjadi biomarker untuk cedera sekunder dan sejumlah studi fase awal klinis telah mengevaluasi agen farmakologis yang menargetkan respons inflamasi. Agen ini termasuk fingolimod, yang secara signifikan mengurangi volume edema perihematomal dan chelator besi deferoxamine mesylate yang diduga dapan mengurangi edema perihematomal dan meningkatkan hasil bila diberikan dalam waktu 24 jam setelah ICH. Saat ini tidak ada terapi klinis yang terbukti baik mengurangi edema perihematomal dan meningkatkan hasil. 6. Kejang Selama 7 hari pertama setelah ICH, hingga 16% pasien mengalami kejang klinis dan hingga 31% mengalami kejang elektrografik. Kejang adalah produk dari iritasi kortikal dan paling mungkin terjadi pada pasien dengan ekstensi kortikal dari ICH. Namun, studi sementara telah menunjukkan bahwa profilaksis menurunkan risiko kejang, studi prospektif dan berbasis populasi belum menunjukkan hubungan antara kejang klinis dan mortalitas dan hasil. Sehingga, profilaksis kejang pada tidak direkomendasikan dalam pedoman saat ini. 7. Perdarahan intraventricular IVH mempersulit ICH pada sekitar 40% kasus dan merupakan prediktor independen yang mapan untuk peningkatan mortalitas, dengan perkiraan mulai dari 50% hingga 80%. Manajemen bedah IVH juga telah mendapat perhatian yang cukup besar selama beberapa tahun terakhir, meskipun ada kemungkinan bahwa drainase ventrikel eksternal (EVDs), untuk pengobatan hidrosefalus obstruktif dan untuk mengurangi efek neurotoksik darah intraventricular. Pedoman American Heart Association saat ini menyatakan bahwa EVD dapat digunakan dalam pengelolaan ICH dan IVH, terutama pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran dan hidrosefalus obstruktif (Kelas IIa/tingkat bukti B). Pemberian terapi trombolisis intraventrikular berasal dari eksperimental model menunjukkan bahwa trombolisis darah yang disuntikkan ke dalam ventrikel mempercepat resolusi bekuan intraventrikular, meningkatkan kesadaran yang cepat, dan meningkatkan hasil neurologis, dan sebagai hasil dari pengamatan klinis bahwa EVD yang tidak segera dikerjakan untuk membersihkan bekuan darah pada ventrikel dan sering diperumit oleh obstruksi dari bekuan darah dan debris, akan memerlukan terapi penggantian. Terapi kombinasi EVD dan trombolis juga memberikan manfaat bagi pasien menurut beberapa peneletian, antara lain meningkatkan kemungkinan hasil fungsional yang baik, dan menurunkan tingkat ketergantungan shunt, menurunkan ventrikulitis dan tingkat perdarahan ulang tidak meningkat dengan trombolisis intraventrikular. Uji coba CLEAR IVH (Clot Lysis: Evaluating Accelerated Resolution of Intraventrikular Hemorrhage) membandingan hasil luaran pasien IVH yang diterapi dengan alteptase intraventricular dan pasien IVH yang diterapi dengan NS 0,9% mengahasilkan hasil yang tidak signifikan dalam status fungsional. Namun cukup mempengaruhi pada angka mortalitas. Penurunan yang signifikan dalam neurologis, pernapasan, dan kematian mendadak pada kelompok alteplase menunjukkan bahwa alteplase intraventrikular dapat memperbaiki obstruksi ventrikel yang mengancam jiwa, tetapi tidak ditemukan untuk mengurangi kebutuhan penempatan shunt. Sesuai pada pedoman American Heart Association, yang menyatakan bahwa trombolisis intraventrikular tampaknya aman, sementara kemanjuran dan keamanan strategi pengobatan ini masih belum pasti (Kelas IIb/tingkat bukti B). Pengurangan bekuan ventrikel yang lebih besar memaksimalkan hasil fungsional yang konsisten dengan pengurangan efek biokimia darah ventrikel pada hasil melalui pengurangan toksisitas hemoglobin dan peradangan, meningkatkan dilatasi ventrikel, dan kontrol TIK. Untuk tujuan ini, pendekatan invasif minimal yang lebih baru untuk IVH termasuk pengangkatan bekuan ventrikel secara endoskopik dan drainase lumbal yang terkontrol. Pembersihan darah yang lebih cepat dari ventrikel dan penghapusan mediator inflamasi menggunakan drainase lumbal dapat mencegah hidrosefalus dan meningkatkan aliran dan penyerapan CSF. Bedah endoskopi invasif minimal untuk perdarahan talamus dengan IVH dan hidrosefalus menunjukkan lama rawat inap yang lebih pendek dan mengurangi kebutuhan penempatan shunt, meskipun tanpa manfaat dalam mortalitas atau hasil fungsional. Sebuah meta-analisis yang membandingkan operasi neuroendoskopi yang dikombinasikan dengan EVD versus kombinasi EVD ditambah trombolisis intraventrikular memilik manfaat yang signifikan dalam mortalitas, hasil fungsional yang baik, evakuasi hematoma tingkat, dan mengurangi kebutuhan untuk pengalihan CSF ventriculoperitoneal kronis mendukung EVD ditambah trombolisis intraventrikular. Teknik yang menjanjikan ini akan membutuhkan validasi skala besar dengan evaluasi pengurangan bekuan darah, kontrol ICP pada fase akut, dan pencegahan hidrosefalus kronis. 8. Tatalaksana bedah Bedah pengurangan volume hematoma secara teoritis masuk akal dengan keuntungan mengoreksi perpindahan parenkim, penurunan ICP, dan berpotensi mengurangi kaskade neurotoksik dan inflamasi. Meskipun sebagian besar ahli bedah saraf beroperasi pada hematoma lobar atau serebelar yang lebih besar dari 3 cm pada pasien yang memburuk secara klinis, seperti yang didukung oleh pedoman saat ini, ketidakpastian tetap mengenai perdarahan dalam di mana cedera parenkim yang diperlukan untuk mengakses hematoma tampaknya menjadi faktor pembatas. Penggunaan kraniotomi pada pasien tipikal yang termasuk dalam penelitian ini (yaitu, orang dewasa rata-rata berusia 60 tahun dengan skor GCS antara 5 dan 15, dengan kesadaran yang berubah atau defisit neurologis yang parah, dan muncul dalam 24 jam setelah onset). Tidak ada bukti yang mendukung pembedahan setelah 72 jam, juga tidak ada percobaan yang secara khusus menangani pasien yang memburuk. Sedangkan pada pasien dengan ICH supratentorial spontan tidak menunjukkan manfaat keseluruhan dari operasi dini dibandingkan dengan pengobatan konservatif awal. Untuk lebih memperjelas subkelompok potensial yang mungkin mendapat manfaat dari operasi terbuka, tindak lanjut per pasien, meta-analisis dari delapan uji coba terkontrol acak prospektif pengobatan bedah untuk ICH supratentorial spontan menunjukkan hasil yang lebih baik dengan operasi untuk kelompok berikut: (1) pasien yang diacak dalam 8 jam perdarahan (waktu operasi sebenarnya tidak tersedia), (2) pasien dengan volume hematoma antara 20 mL dan 50 mL, (3) pasien dengan skor GCS 9 sampai 12, dan (4) pasien antara usia 50 dan 69 tahun. Termasuk hanya pasien dengan hematoma lobar yang tidak memiliki IVH menunjukkan kecenderungan yang tidak signifikan terhadap manfaat operasi. Manfaat nyata pembedahan untuk lokasi hematoma lobar superfisial (≤1 cm di bawah permukaan kortikal) tanpa IVH, dan dengan skor GCS sedang. Pembedahan invasif minimal menggunakan aspirasi dengan kateter yang dipandu gambar diikuti dengan pemberian alteplase intrahematomal lebih dari 3 hari aman dan secara signifikan dapat mengurangi beban bekuan, Volume ICH berkurang dibandingkan dengan kelompok yang diobati secara medis. Bedah Endoskopi Berpanduan CT Stereotaktik Intraoperatif menunjukkan bahwa evakuasi endoskopi dengan panduan CT tanpa trombolisis dapat mencapai penghilangan bekuan darah secara cepat (pengurangan 71,2% dalam volume ICH) dan hasil keamanan yang baik. Pada akhirnya, tujuan dari pendekatan ini dan pendekatan bedah invasif minimal lainnya adalah untuk menentukan apakah evakuasi hematoma menghilangkan efek toksik dari bekuan darah dan apakah pengangkatan dini dan cukup menghasilkan hasil klinis yang lebih baik. 9. Kesimpulan Penatalaksanaan ICH terus berkembang. Kemajuan terbaru menyatakan dalam pemahaman praktik manajemen terbaik koagulopati, kontrol tekanan darah, edema serebral, dan prognosis hasil selama perawatan pasien dengan ICH. Namun, perawatan khusus untuk proses patofisiologi yang mendasari masih kurang. Manajemen bedah ICH sedang mengalami evolusi yang cepat dengan keberhasilan awal teknik bedah invasif minimal. Perkembangan ke depan memerlukan uji coba terkontrol secara acak fase 3 untuk menentukan kemanjuran dan manfaat dari operasi.