TINJAUAN PUSTAKA
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Brassicales
(Begum, 2014)
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Anemia didefinisikan sebagai
rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh. Meskipun pemeriksaan kadar
hemoglobin darah merupaka indikator yang paling dapat diandalkan, namun
hanya dengan pemeriksaan hemoglobin saja belum dapat menjelaskan
penyebab dari anemia (WHO, 2015).
2.2.1 Patofisiologi
Besi diabsorbsi dari darah oleh DMT-1 pada ujung vilosa, dan HFE
serta feroportin-1 pada permukaan basolateral enterosit. Besi pada saat itu
dalam bentuk divalent. Kemungkinan terjadi dengan reduksi Fe3+ menjadi
Fe2+ oleh vitamin C atau oleh sitokrom dari duodenum (Kotze et al, 2009).
Transferin mempu mengikat dua atom besi per molekul dan dapat digunakan
kembali setelah memberikan besi ke sel protein pengikat unsur responsif besi
adalah suatu protein pengikat RNA yang berikatan dengan sekuens RNA
messenger spesifik, dan merupakan suatu mekanisme dimana kandungan besi
tubuh mengatur pengambilan dan penyimpanan besi melalui RES. Bila besi
berlebih, sintesis reseptor transferin menurun, dan oleh sebab itu ambilan besi
menurun, serta feritin meningkat (Hoffbrand AV, Moss PAH, 2016).
2.2.2 Diagnosis
Ada banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami
seluruh gejala dan apabila anemia tersebut sangat ringan, gejalanya mungkin
tidak tampak. Beberapa gejalanya antara lain: warna kulit pucat, mudah lelah,
pusing, lemah, nafas pendek, selera makan turun, sakit kepala (Adamson JW,
2015). Gambaran khusus (sebagian kecil pasien) dari anemia defisiensi zat
besi antara lain :
e) Penipisan rambut
Serapan diet besi non-heme terjadi dalam dua fase. Pada fase pertama,
besi diambil melintasi membran apikal enteroten duodenum pada gambar 2.3,
yang mensyaratkan bahwa zat besi dapat larut dan dalam bentuknya yang
direduksi. Nutrien asam nutrisi kemudian dikeluarkan dari perut ke dalam
Pandangan saat ini dan yang dipegang secara luas adalah bahwa
reduksi dari besi non-heme, yang dengan cepat dioksidasi menjadi bentuk
ferri (Fe3+) dengan adanya oksigen terlarut, dimediasi oleh membran
fermentasi apikal, seperti DCYTB di- Heme transmembran oksidoreduktase
yang dimanfaatkan askorbat intraseluler sebagai donor elektron untuk
mengurangi ferri (Fe3+) ekstraselular dan substrat fisiologis lainnya ada juga
bukti bahwa pengurangan besi non-heme di lingkungan ekstraselular dapat
melibatkan reduksi ferri (Fe3+) non-enzimatik yang didorong oleh reduktan
endogen dan sekresi seperti askorbat dan atau superoksida (Lane et al, 2015).
Prekursor eritroid membutuhkan lebih banyak besi dari jenis sel yang
lain dalam tubuh, dan seperti yang telah disebutkan, prekursor eritroid
mengambil besi hampir secara eksklusif melalui Tfr1. Transportasi besi ke
mitokondria yang disediakan oleh mitoferrin-1 atau dengan nama lain
zitokondrial transferrin 1 dari prekursor eritroid. Mitoferrin-1 berinteraksi
dengan transporter pengikat Atp dan mengikat ferrokelatase untuk
membentuk sebuah kompleks oligomerik, memungkinkan penyerapan besi
dan biosintesis heme (Waldvogel-Abramowski et al, 2014).
Zat besi yang terdapat dalam daun pepaya akan diserap oleh tubuh
melalui usus duodenum dengan bantuan reseptor DMT1 untuk masuk ke
enterosit. Zat besi akan diteruskan ke ferroportin yang merupakan pintu keluar
menuju cairan interstisial tubuh. Sebelum dilepas ke cairan interstisial tubuh,
zat besi akan di oksidasi menjadi Fe3+ oleh HEPH. Setelah di oksidasi, zat
besi akan dilepas ke cairan interstisial dan berikatan dengan Transferrin
(Hoffbrand AV, Moss PAH, 2016).
Transferin yang membawa zat besi akan masuk ke dalam sel melalui
reseptor. Zat besi akan dilepaskan lalu menuju ke mitokondria yang
merupakan tempat sintesis protoporphyrin pada gambar 2.5. Protoporphyrin
bergabung dengan zat besi dalam bentuk Fe2+ sehingga terbentuk Hemo.
Hemo akan dikeluarkan dari mitokondria untuk bergabung dengan α2β2
globin menjadi Hemoglobin (Hoffbrand AV, Moss PAH, 2016).