Anda di halaman 1dari 121

Case Report

PELAKSANAAN DIAGNOSIS KOMUNITAS PENYAKIT GIGI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARIJADI SECARA VIRTUAL

(Identifikasi Masalah dan Rencana Solusi)

PEMBIMBING:
Dr. Gilang Yubiliana, drg., M.Kes

DISUSUN OLEH:
Farah Nurul Salsabila 160112210055
Anastasya Natalia 160112210056
Siti Nadira Aisyah 160112210057
Nabilla Musri 160112210058
Mutia Annisa Nabilla 160112210059
Aulia Puti Nuraini Banowati 160112210060

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PELAKSANAAN DIAGNOSIS KOMUNITAS PENYAKIT GIGI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARIJADI SECARA VIRTUAL

(Identifikasi Masalah dan Rencana Solusi)

DISUSUN OLEH:
Farah Nurul Salsabila 160112210055
Anastasya Natalia 160112210056
Siti Nadira Aisyah 160112210057
Nabilla Musri 160112210058
Mutia Annisa Nabilla 160112210059
Aulia Puti Nuraini Banowati 160112210060

Bandung, 08 Oktober 2021

Pembimbing Akademik Case Report Pembimbing Lapangan Case Report

Dr. Gilang Yubiliana, drg., M.Kes Drg. Luki Tantri Sofan


NIP. 19761219 200312 2 001

Kepala Departemen IKGM FKG Unpad Kepala Puskesmas Sarijadi

Dr.drg. Asty Samiati Setiawan, M.Kes Drg. Dedy Kuswandi


NIP. 19720805 20003 2 001 .

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya Case Report: Pelaksanaan Diagnosis Komunitas Penyakit Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sarijadi secara Virtual. Case report ini bertujuan untuk memenuhi tugas profesi kedokteran gigi
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Komunitas (IKGK) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada para staf pengajar yang telah
membimbing dan memberikan berbagai ilmu selama penyusunan laporan ini. Terimakasih kami
berikan kepada:
1. Dr. Dudi Aripin, drg., Sp.KG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
2. Dr. Gilang Yubiliana, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing atas bimbingan serta
ilmu yang diberikan dalam pelaksanaan program dan penyusunan case report ini.
3. Drg. Luki Tantri Sofan selaku dosen pembimbing atas bimbingan serta ilmu yang
diberikan dalam pelaksanaan program dan penyusunan case report ini
4. Staf pengajar dan seluruh civitas Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Bandung yang telah membantu dan membimbing kami selama pelaksanaan
program dan penyusunan laporan
5. Rekan-rekan kelompok yang sudah bekerja sama mengikuti kegiatan dan saling
membantu hingga penyusunan laporan ini selesai.
Semoga case report ini dapat menjadi berkah dan sumber ilmu di bidang Kedokteran Gigi
Komunitas serta kehidupan sehari-hari. Penulis sadar dalam penyusunan case report ini masih
terdapat kekurangan baik disengaja maupun tidak. Kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan untuk meningkatkan kualitas case report ini.
Bandung, 8 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Observasi 2
1.2.1. Tujuan Umum 2
1.2.2. Tujuan Khusus 2
1.3. Manfaat Hasil Observasi 3
1.3.1. Manfaat Bagi Puskesmas 3
1.3.2. Manfaat Bagi Masyarakat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Perencanaan dengan Pendekatan Problem Solving Cycle 4
2.1.1. Analisis Situasi 5
2.1.2. Identifikasi Masalah 11
2.2. Menetapkan Prioritas Masalah 12
2.2.1. Teknik Pemilihan Prioritas Masalah 12
2.3. Tahap Menentukan Prioritas Jalan Keluar 14
2.3.1. Menentukan Tujuan 14
2.3.2. Menetapkan Alternatif Jalan Keluar 15
2.3.3. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar 16
2.4. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program 16
2.5. Memperbaiki Prioritas Jalan Keluar 17
2.6. Rencana Kerja Operasional (RKO) 17
2.7. Penyakit, Proses Perjalanan Penyakit dan Peran Faktor Risiko 19
2.7.1. Penyakit 19
2.7.2. Proses Perjalanan Penyakit 19
2.7.3. Peran Faktor Risiko 21
BAB III METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS 23
3.1. Desain Studi 23
3.2. Populasi dan Sampel 23
3.3. Pengumpulan Data 23
3.4. Identifikasi Masalah 23
3.4.1. Pendekatan H.L. Blum 23
3.4.2. Proses Perjalanan Penyakit 24
3.4.3. Faktor Lawrence Green 24
3.5. Menentukan Prioritas Masalah 24
3.5.1. Metode PAHO 24
3.5.2. Metode MCUA 25
3.6. Menetapkan Tujuan 26
3.7. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah 26
3.8. Prioritas Pemecahan Masalah atau Jalan Keluar 27
3.9. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program 28
3.10. Rencana Kerja Operasional 28

ii
BAB IV HASIL DIAGNOSIS KOMUNITAS 30
4.1. Analisis Situasi Masalah 30
4.2. Analisis Kependudukan 30
4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia 30
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 33
4.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk 34
4.2.4. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk 35
4.2.5. Jumlah Penduduk Miskin 36
4.2.6. Jumlah Penduduk Kelompok Rentan / Khusus 36
4.3. Analisis Derajat Kesehatan 37
4.3.1. Mortalitas 37
4.3.2. Morbiditas 39
4.3.2.1 Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut 42
4.3.3. Pola Penyebab Kematian 43
4.3.4. Status Gizi 44
4.4. Analisis Situasi Perilaku Kesehatan 46
4.5. Analisis Situasi Lingkungan Kesehatan 47
4.5.1. Lingkungan Fisik 47
4.5.2. Lingkungan Biologis 48
4.6. Analisis Situasi Program dan Pelayanan Kesehatan 54
4.6.1. Analisis Input 54
4.6.2. Analisis Proses 67
4.6.3. Analisis Output 70
4.7. Analisis Epidemiologi Masalah Derajat Kesehatan 75
4.8. Resume Hasil Analisis Situasi 75
4.9. Identifikasi Masalah 77
4.9.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Pendekatan H.L Blum 77
4.10. Perjalanan Penyakit Pulpa dan Periapikal 79
4.11. Perjalanan Penyakit 80
4.12. Identifikasi Masalah Berdasarkan Faktor Perilaku Menurut Lawrence Green 81
4.12.1. Tabel Identifikasi masalah penyakit gigi terbanyak diderita masyarakat di UPT
Puskesmas Sarijadi 81
4.12.2. Tabel Identifikasi penyebab masalah kejadian penyakit (faktor-faktor resiko) 82
4.13. Penerapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah 84
4.13.1. Penetapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah Tingginya Penyakit dan Faktor Risiko
Sebab-Akibat 84
4.13.2 Penetapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah 84
4.13.3 Faktor Risiko Sebab-Akibat 86
4.14. Alternatif Pemecahan Masalah 89
4.14.1 Analisis SWOT untuk Kelompok Dewasa (15-44 Tahun) 89
4.15. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah 91
4.16. Kaji Hambatan dan Kelemahan 92
4.17. Program Kegiatan Pemecahan Masalah/ Plan of Action 93
4.18. Rencana Kerja Operasional 94

iii
4.18.1 Alasan Utama (Why) 94
4.18.2 Tujuan (What) 94
4.18.3 Kegiatan Program (How) 94
4.18.4 Pelaksanaan dan Sasaran (Who) 94
4.18.5 Sumber Daya Pendukung (What Kind of Support) 95
4.18.6 Tempat (Where) 95
4.18.7 Waktu Pelaksanaan (When) 95
4.18.8 Rencana Evaluasi 96
BAB V PEMBAHASAN 100
5.1. Pembahasan Umum 100
5.2. Pembahasan Khusus 101
BAB VI KESIMPULAN 107
6.1. Simpulan 107
6.2. Saran 107
DAFTAR PUSTAKA 109
LAMPIRAN 110
DOKUMENTASI 112

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Format Tabel Metode PAHO ..................................................................................................... 25


Tabel 2 Format Tabel Metode MCUA .................................................................................................... 26
Tabel 3 Format Tabel Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................... 27
Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan usia ......................................................................................... 30
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ............................................................... 33
Tabel 6 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk ............................................... 34
Tabel 7 Pertumbuhan dan persebaran penduduk ................................................................................. 35
Tabel 8 Jumlah penduduk miskin ........................................................................................................... 36
Tabel 9 Jumlah penduduk kelompok rentan/khusus ............................................................................ 36
Tabel 10 Jumlah Kematian di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019 ............................................. 37
Tabel 11Jumlah Kematian pada masyarakat miskin di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019 ... 38
Tabel 12 Sepuluh pola penyakit terbanyak penderita umum di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun
2019 ............................................................................................................................................................ 40
Tabel 13 Sepuluh pola penyakit terbanyak masyarakat miskin di wilayah Puskesmas Sarijadi
tahun 2019 ................................................................................................................................................. 40
Tabel 14 Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut di Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulur Puskesmas
Sarijadi tahun 2019 ................................................................................................................................... 42
Tabel 15 Pola Penyebab Kematian di Wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019 ................................ 43
Tabel 16 Status gizi bayi dan balita di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019 ................................ 45
Tabel 17 Wilayah kerja Puskesmas Sarijadi .......................................................................................... 47
Tabel 18 Cakupan pengawasan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi .......................... 49
Tabel 19 Cakupan pengawasan sarana air bersih di wilayah Puskesmas Sarijadi ............................ 49
Tabel 20 Cakupan pengawasan jamban di wilayah Puskesmas Sarijadi ............................................ 50
Tabel 21 Cakupan sarana pembuangan air limbah yang ada di wilayah Puskesmas Sarijadi ......... 51
Tabel 22 Cakupan inspeksi sanitasi tempat-tempat umum .................................................................. 51
Tabel 23 Cakupan pengawasan tempat pengelolaan makanan ............................................................ 52
Tabel 24 Cakupan inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah ...................................................... 53
Tabel 25 Cakupan kegiatan klinik sanitasi di wilayah Puskesmas Sarijadi........................................ 53
Tabel 26 Tabel tenaga kesehatan yang tersedia ..................................................................................... 54
Tabel 27 Daftar tenaga kesehatan di Puskesmas Sarijadi .................................................................... 56
Tabel 28 Sumber dana di Puskesmas ...................................................................................................... 58
Tabel 29 Sarana kesehatan di Puskesmas............................................................................................... 59
Tabel 30 Jenis bangunan di Puskesmas Sarijadi ................................................................................... 60
Tabel 31 Transportasi milik Puskesmas Sarijadi .................................................................................. 61
Tabel 32 Jenis peralatan kesehatan di Puskesmas Sarijadi .................................................................. 62
Tabel 33 Frekuensi kunjungan pasien per bulan tahun 2019 ............................................................... 67
Tabel 34 Cakupan pembinaan kesehatan gigi masyarakat (UKGM) .................................................. 70
Tabel 35 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman Kanak-kanak (TK) ............... 71
Tabel 36 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI.................................................. 72
Tabel 37 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI.................................................. 72
Tabel 38 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD ............................................... 73
Tabel 39 Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi ........... 73

v
Tabel 40 Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi ..... 74
Tabel 41 Pendekatan H.L Blum............................................................................................................... 77
Tabel 42 Hasil identifikasi masalah penyakit gigi terbanyak di Puskesmas Sarijadi ........................ 81
Tabel 43 Identifikasi penyebab masalah kejadian penyakit ................................................................. 82
Tabel 44 Teknik PAHO ............................................................................................................................ 84
Tabel 45 Tabel Teknik MCUA ................................................................................................................ 85
Tabel 46 Faktor risiko sebab-akibat ....................................................................................................... 86
Tabel 47 Analisa SWOT kelompok dewasa 15-44 tahun ...................................................................... 89
Tabel 48 Alternatif jalan keluar/pemecahan masalah ........................................................................... 91
Tabel 49 Kaji hambatan dan kelemahan dengan metode SWOT ........................................................ 92
Tabel 50 Pembagian Kerja dan Rundown Acara Penyuluhan ............................................................. 94

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses perencanaan program kesehatan ................................................................................ 4


Gambar 2 Konsep H.L.Blum ..................................................................................................................... 6
Gambar 3 Skema analisis dengan pendekatan sistem ........................................................................... 10
Gambar 4 Diagram Fishbone................................................................................................................... 14
Gambar 5 Proses perjalanan penyakit.................................................................................................... 20
Gambar 6 Piramida penduduk tahun 2019 ............................................................................................ 32
Gambar 7 Gambar Peta Lokasi Puskesmas Sarijadi ............................................................................ 47
Gambar 8 Perjalanan penyakit pulpa dan periapikal ........................................................................... 79
Gambar 9 Web of cause penyakit pulpa ................................................................................................. 80
Gambar 10 Fishbone diagram ................................................................................................................. 88
Gambar 11 Pelaksanaan penyuluhan secara daring di Puskesmas Sarijadi....................................... 96

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan secara
umum sehingga jika terdapat gangguan pada kesehatan gigi dan mulut akan berdampak
negatif baik terhadap kesehatan secara umum maupun kualitas hidupnya. Kesehatan gigi
dan mulut adalah kondisi terbebas dari segala penyakit atau kelainan gigi dan mulut yang
mempengaruhi kompleks kraniofasial yang dapat membatasi kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, proporsi masalah
gigi dan mulut adalah 57,6%. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
Indonesia belum menempatkan kesehatan gigi dan mulut sebagai prioritas. Proporsi
masalah gigi terbesar di Indonesia adalah gigi berlubang sebesar 45,3% dan gusi bengkak
dan atau abses sebesar 14%.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya
Kesehatan Gigi dan Mulut, kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari jaringan
keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut
yang memungkinkan individu makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi,
gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan
kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Penyakit gigi dan mulut di masyarakat dapat diatasi dengan suatu upaya kesehatan
gigi dan mulut. Upaya kesehatan gigi dan mulut adalah setiap kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam
bentuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya kesehatan gigi dan mulut
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi dan mulut perseorangan dan masyarakat.
Pada studi kasus ini dilakukan diagnosis komunitas gigi yang mencakup tahapan
analisis situasi, identifikasi masalah dan prioritas masalah, serta menentukan alternatif
pemecahan masalah dan dengan tahapan problem solving cycle akan teridentifikasi

1
masalah gigi dan mulut pada masyarakat serta menetapkan jalan keluarnya. Pelaksanaan
diagnosis komunitas di Wilayah Puskesmas Sarijadi diawali dengan menganalisis data
sekunder laporan tahunan puskesmas. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan,
penyakit gigi dan mulut terbanyak pada wilayah Puskesmas Sarijadi adalah penyakit pulpa
dan jaringan periapikal terutama pada kalangan usia 15-44 tahun.
Berdasarkan masalah tersebut, penentuan prioritas masalah dilakukan sehingga
didapatkan faktor utama terjadinya angkat penyakit pulpa dan jaringan periapikal
dikarenakan kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Selain faktor utama tersebut, alasan lain yang
menjadi permasalahan di daerah puskesmas tersebut yaitu tingkat pendidikan masyarakat
yang rendah sehingga kurangnya pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut, tenaga
kesehatan serta sarana dan prasarana di wilayah Puskesmas kurang memadai, dan belum
semua rumah sesuai syarat rumah sehat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pada laporan kasus ini akan menjelaskan
mengenai analisis permasalahan serta rencana program dan kegiatan yang akan dilakukan
sebagai solusi dari permasalahan di wilayah Puskesmas Sarijadi.

1.2. Tujuan Observasi


1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari observasi ini adalah mengetahui berbagai faktor yang
berhubungan dengan tingginya penyakit pulpa dan periapikal di wilayah Puskesmas
Sarijadi

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari observasi ini adalah


1. Mengetahui cakupan penyakit pulpa dan periapikal berdasarkan pendekatan
epidemiologi (manusia, tempat, dan waktu), untuk dapat menentukan sasaran
target.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab serta faktor risiko tingginya penyakit pulpa dan
periapikal di Wilayah Puskesmas Sarijadi berdasarkan pendekatan determinan H.L
BLUM.

2
3. Menentukan jalan keluar/ solusi untuk menurunkan penyakit pulpa dan jaringan
periapikal di Wilayah Puskesmas Sarijadi.
1.3. Manfaat Hasil Observasi
1.3.1. Manfaat Bagi Puskesmas

Manfaat hasil observasi ini bagi pihak Puskesmas adalah:


1. Hasil observasi ini dapat menjadi acuan bagi Puskesmas Sarijadi untuk
mengoptimalkan upaya promotif dan preventif mengenai kesehatan gigi dan
mulut di wilayah kerjanya.
2. Dapat menjadi bahan acuan bagi UPT Puskesmas Garuda untuk membuat
program inovasi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
wilayah kerja.
1.3.2. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil observasi ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengetahui
kondisi kesehatan giginya dan memunculkan kesadaran serta kemandirian
masyarakat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, menerapkan
paradigma sehat, segera datang ke dokter gigi apabila merasakan sakit, mengurangi
kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan penyakit pada gigi dan mulut, serta dapat
menerapkan perilaku sehat dengan menyikat gigi yang baik dan benar sehingga
angka kasus penyakit pulpa dan periapikal di wilayah UPT Puskesmas Sarijadi
menurun.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. D
2.1. Perencanaan dengan Pendekatan Problem Solving Cycle

Perencanaan program kesehatan merupakan upaya untuk merumuskan masalah-


masalah kesehatan yang ditemui di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, serta menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan program
kesehatan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap menentukan prioritas masalah dan tahap
menetapkan jalan keluar. Pada tahap menentukan prioritas masalah, dilakukan analisis
situasi dan identifikasi masalah serta menentukan prioritas masalah. Pada tahap
menetapkan jalan keluar dilakukan penentuan tujuan, menyusun alternatif jalan keluar,
menentukan prioritas jalan keluar, mengkaji hambatan dan kelemahan, menetapkan
rencana kerja operasional, serta pelaksanaan dan evaluasi.

Gambar 1 Proses perencanaan program kesehatan

4
2.1.1. Analisis Situasi

Analisis situasi adalah kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang


suatu situasi yang berguna untuk menetapkan masalah. Analisis situasi bertujuan untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi kesehatan yang akan
berguna dalam menetapkan permasalahan, sehingga proses perencanaan pemecahan
masalah dapat dilakukan.
Analisis situasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menggunakan informasi dari sistem informasi yang sudah ada. Seperti
laporan- laporan kegiatan program yang ada, surveilans epidemiologi, atau
pemantauan penyebaran penyakit.
2. Memanfaatkan data-data yang diperkirakan sudah cukup representatif
untuk suatu daerah/wilayah.
3. Menggunakan berbagai pendekatan dan model seperti: sistem, supply-
demand, HL Blum, dan lain-lain.
4. Memperhatikan berbagai faktor yg mempengaruhi kesehatan
Proses pemecahan masalah harus dapat benar-benar memecahkan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat, dimana untuk hal tersebut diperlukan dukungan
informasi yang tepat dari proses analisis situasi. H.L Blum mengemukakan konsep tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Terlampir pada kerangka di lembar
berikutnya. Analisis situasi kesehatan sebaiknya meliputi 5 (lima) aspek, yaitu :
1. Analisis derajat (masalah) kesehatan, termasuk masalah gizi.
2. Analisis lingkungan kesehatan, meliputi lingkungan fisik, biologi, ekonomi,
sosial dan kultural.
3. Analisis perilaku kesehatan, meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat tentang kesehatan.
4. Analisis faktor kependudukan, termasuk faktor keturunan.
5. Analisis program dan pelayanan kesehatan.

5
Gambar 2 Konsep H.L.Blum

2.1.1.1. Analisis Derajat Kesehatan


Sehat merupakan suatu kondisi bebas dari penyakit dan tercapainya kesejahteraan
fisik, sosial dan mental. Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-
indikator, yaitu kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena yang terjadi sehingga suatu
keadaan dengan mudah dapat dibandingkan dengan standar, dengan daerah lain dan dengan
waktu yang lain.
Masalah Kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran
kesakitan (morbiditas) ada dua cara yang digunakan untuk mengukur angka kesakitan yaitu
angka insidensi (incidence rate) dan angka prevalensi (prevalence rate). Dalam
menganalisis masalah kesehatan, diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan metode
dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam
menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi,
seperti mortalitas dan morbiditas. Untuk kesehatan gigi menggunakan data morbiditas.
Morbiditas
Angka kesakitan (morbiditas) adalah suatu kondisi seseorang yang mengeluhkan
sakit dan keluhan tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari yang dapat menyebabkan
menurunnya tingkat produktifitas. Semakin tinggi angka morbiditas menunjukan derajat
kesehatan penduduk semakin buruk. Semakin rendah morbiditas suatu daerah, maka
derajat kesehatan penduduk pun semakin baik. Cara mengetahui angka morbiditas yaitu
dengan mengukur angka insidensi (Incidence Rate) dan angka prevalensi (Prevalence
Rate).
1. Insidensi

6
Angka Insidensi adalah jumlah kasus baru suatu penyakit tertentu yang terjadi dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu, dalam waktu tertentu. Insidensi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

2. Prevalensi
Angka prevalensi adalah jumlah orang yang menderita penyakit tertentu (kasus
baru + kasus lama) dalam suatu kelompok masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Prevalensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Mortalitas
Mortalitas adalah adalah jumlah kematian yang terjadi pada suatu populasi.
Menurut Utomo, kematian sendiri merupakan peristiwa hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi kapanpun saat masa kehidupan.
1. Pola Penyebab Kematian
Secara umum, terdapat dua kelompok faktor yang dapat mempengaruhi
mortalitas, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung
merupakan faktor dari dalam, seperti umur, jenis kelamin, penyakit, kecelakaan, dan
bunuh diri. Faktor tidak langsung merupakan faktor dari luar yang meliputi tekanan
baik psikis maupun fisik, kedudukan dalam perkawinan, kedudukan sosial-ekonomi,
tingkat pendidikan, pekerjaan, beban anak yang dilahirkan, tempat tinggal dan
lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, fasilitas kesehatan, dan politik serta
bencana alam
Status Gizi
Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor yang
dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta kondisi infeksi.
Diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan
dengan salah satu atau kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu. Status gizi anak dapat

7
dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makanan yang kurang dan penyakit infeksi. Asupan
energi yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan negatif akibatnya berat badan
lebih rendah dari normal atau ideal.
2.1.1.2. Analisis Kependudukan
Data faktor keturunan atau herediter yang mempengaruhi status kesehatan biasanya
sulit di dapat, oleh karena itu dilakukan analisis demografi. Data demografi penting untuk
menentukan besaran masalah dan besaran target program. Informasi yang didapat dari
analisis demografi diperlukan untuk menganalisis indikator-indikator lain. Data yang
diperlukan untuk analisis kependudukan adalah:
1. Jumlah penduduk.
2. Komposisi dan struktur umur penduduk: tingkat pendidikan, mata pencaharian dan
sebagainya.
3. Pertumbuhan penduduk.
4. Mobilitas.
5. Persebaran penduduk.
6. Jumlah kelompok khusus atau rentan seperti jumlah bayi dan balita, ibu hamil.
2.1.1.3. Analisis Perilaku Kesehatan
Analisis perilaku kesehatan adalah analisis konsep sehat-sakit, kepercayaan tentang
kesehatan yang ada di masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, kebiasaan - kebiasaan
yang berkembang di masyarakat, serta pola perilaku dalam mengkonsumsi makanan dan
pola pencarian pengobatan, untuk status kesehatan gigi dan mulut terdapat beberapa aspek
yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi, yaitu:
1. Aspek Fisik
Pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan struktur gigi rentan
terhadap karies, keadaan gigi berjejal sehingga menyebabkan mudahnya penumpukan
plak dan sisa-sisa makanan akibatnya mempermudah timbulnya karies dan radang gusi.
2. Aspek mental
Kepercayaan masyarakat sangat menentukan kesehatan dirinya sendiri. Sebagian
masyarakat percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh guna-guna,
tentunya untuk mengobati penyakitnya masyarakat tidak akan pergi ke dokter gigi
melainkan akan pergi ke dukun, akibatnya penyakit akan bertambah parah.

8
3. Aspek sosial
Nilai budaya yang berkembang di daerahnya, pengaruh sosial ekonomi yang kurang,
keadaan tersebut akan mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap kesehatan gigi
dan mulut.
2.1.1.4. Analisis Lingkungan Kesehatan
Analisis lingkungan dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Lingkungan fisik meliputi keadaan geografis, karakteristik topografi, keadaan cuaca,
tempat atau gedung, fasilitas kesehatan, listrik, ruangan, sarana dan prasarana.
2. Lingkungan biologi meliputi sanitasi, hygiene dan lain lain.
3. Lingkungan makro meliputi:
a. Sosial budaya meliputi tingkat pendidikan, kepercayaan, adat istiadat, kebiasaan,
pola makan, dan norma-norma dalam masyarakat.
b. Sosial ekonomi meliputi pekerjaan dan penghasilan.
c. Sosial politik adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan aspek hukum, kebijakan
instansi, pemerintah setempat.
Lingkungan yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat memberikan
tempat untuk berlindung dan serta dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, psikologis, maupun sosial. Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Suhu yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar konstruksinya
sedemikian rupa sehingga suhu tidak berubah banyak dan agar kelembaban udara
dapat dijaga, jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah.
b. Harus cukup memberi pencahayaan baik siang maupun malam.
c. Lingkungan harus segar dan bersih.
2. Perlindungan terhadap penularan penyakit
a. Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga selain kebutuhan makanan dan minuman terpenuhi, juga
cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan lingkungan.
b. Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat
pembuangan air yang bisa dialirkan dengan baik.

9
c. Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu
harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi
permukaan sumber air bersih.

2.1.1.5. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan menjadi penunjang dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terbaik sangat dibutuhkan
masyarakat untuk mencegah dan menurunkan penyakit pulpa dan jaringan periapikal.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan memperhatikan input,
proses dan output. Analisis dengan pendekatan sistem ini dilakukan dengan menganalisis
faktor dan komponen yang ada dalam input, bagaimana proses penyampaian pada tujuan,
serta merinci yang ada pada output.

Gambar 3 Skema analisis dengan pendekatan sistem

I. Analisis Input
Analisis input berupa tenaga, dana, fasilitas dan sarana, kebijakan, teknologi
a. Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi.
b. Penyebaran alat : dental static, dental mobile, ART set.
c. Keadaan alat : dental static, dental mobile.
d. Penyebaran tenaga : dokter gigi, perawat gigi.
II. Analisis Proses
a. Frekuensi kunjungan pasien.
b. Beban kerja petugas : kegiatan kuratif dan kegiatan promotif-preventif
III. Analisis Output

10
a. Cakupan pelayanan : rata-rata kunjungan pasien rawat jalan gigi/hari,
cakupan kelompok rentan, cakupan ibu hamil, cakupan UKGS untuk TK,
cakupan UKGS promotif-preventif untuk SD / MI, cakupan SD / MI dengan
UKGS paripurna, cakupan SD / MI dengan pelayanan kesehatan gigi.
b. Pembinaan peran serta masyarakat : cakupan posyandu dengan UKGM, rasio
kader yang aktif.
c. Upaya mempertahankan gigi tetap : rasio tambal-cabut.
d. Morbiditas penyakit gigi dan mulut : persentase kasus gigi dan mulut (5 jenis
penyakit), persentase kasus gigi dan mulut menurut kelompok umur
(berdasarkan indikator).
2.1.2. Identifikasi Masalah

Perumusan masalah menyatakan adanya kesenjangan antara harapan dan


kenyataan. Dalam rumusan masalah terdiri tentang dimana, kapan dan siapa yang
mengalami masalah tersebut. Masalah (diagnosis komunitas) diawali berdasarkan derajat
kesehatan gigi di masyarakat, selanjutnya diidentifikasi (faktor resiko) yang dapat
dianalisis menggunakan pertanyaan-pertanyaan kritis seperti berikut:
1. What is the problem (apa jenis masalah kesehatan yang dihadapi).
2. Why the problem exist (apa faktor-faktor penyebabnya).
3. Who, how many and, where is most affected by the problem (kelompok
masyarakat mana yang paling banyak menderita).
4. When was the problem exist (kapan masalah kesehatan masyarakat terjadi).
5. What kind of impact will be be happen (apa resikonya bila masalah tidak segera
dipecahkan).
6. What plan of action should be taken (apa kegiatan program/peran serta
masyarakat untuk mengatasi masalah).
Dalam menentukan identifikasi masalah dapat dilihat dari:
1. Masalah medis: dikaitkan dengan individu pasien, memerlukan intervensi medis
(diagnosa, pengobatan).
2. Masalah kesehatan masyarakat: penyakit yang berkembang pada kelompok
masyarakat tertentu di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, hilangnya

11
waktu produktif yang menunjukkan berapa lama waktu produktif yang hilang
karena kelompok penduduk mengalami sakit, cacat.
2.2. Menetapkan Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau ahli dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan
prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan
yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan,
yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Alasan lain perlu dilakukannya prioritas masalah adalah:
1. Program kesehatan relevan dengan kebutuhan dan kondisi wilayah setempat.
2. Alokasi sumber daya, apabila masalah dengan prioritas tinggi, maka akan
mendapatkan alokasi yang tinggi.
2.2.1. Teknik Pemilihan Prioritas Masalah
1. Teknik Skoring
a. Teknik Pan American Health Organization (PAHO)
Dikembangkan oleh Pan American Health Organization Center for Development
Studies. Penentuan berdasarkan 4 kriteria (skor 1-10) :
● Magnitude (M) : prevalensi, jumlah penduduk yang terkena
● Severity (S) : keparahan dampak, kerugian ekonomis
● Vulnerability (V) : tersedianya teknologi dalam mengatasinya
● Community / political concern (CC) : kehebohan masyarakat
Skor yang digunakan untuk menilai indikator di atas ditentukan dari skor 1-10. Skor
1 menunjukkan kategori sangat rendah dan skor 10 menunjukkan kategori sangat tinggi.
Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan mengalikan seluruh skor pada masing-
masing indikator (M × S × V × C), kemudian hasil dari perkalian tersebut diurutkan sesuai

12
nilainya untuk menentukan prioritas masalah. Hasil nilai terbesar itulah yang akan
dijadikan sebagai prioritas masalah.
b. Teknik CARL
Teknik CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Teknik CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL, yaitu:
● C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
● A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada dapat mudah di atasi/tidak,
kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan
● R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi
● L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria
CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil
adalah rerata.Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
c. Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)
Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan untuk
membantu dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif
dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah
pada langkah penetapan prioritas pemecahan masalah. Penggunaan metode Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah berupa sebuah tabel yang berisi (pada baris
atau horizontal) berisi kriteria dan jumlah total untuk memprioritaskan masalah.
Sedangkan kolom atau vertikal berisi nilai, bobot, jenis penyakit serta kolom dikalikan
bobot. Keputusan mendapatkan prioritas utama permasalahan. Kriteria yang digunakan
dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:
● Kegawatan (semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai bobotnya
semakin tinggi).
● Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu masalah
kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).

13
● Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya semakin
tinggi).
2. Teknik Non-skoring
Penggunaan teknik ini masalah dinilai melalui kesepakatan kelompok, tidak dilakukan
analisis data, tapi kesepakatan pihak ketiga (sekelompok khusus yang dimintakan khusus
untuk penentuan prioritas masalah) disebut Nominal Group Technique (NGT), yakni:
a. Delphi Technique: yaitu masala-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan
prioritas masalah yang disepakati bersama.
b. Delbecq Technique: peserta diskusi terdiri dari sekelompok ahli, masalah ditulis dan
masing ahli menulis di kertas tertutup urutan prioritasnya. Dikumpulkan dan
dijumlahkan nilai terkecil berarti merupakan prioritas. Tidak ada diskusi dalam
teknik ini.
Sejalan dengan penentuan prioritas masalah, ditentukan juga penyebab
masalahnya. Penentuan penyebab masalah dapat menggunakan metode indept interview
(wawancara mendalam), FGD, uji statistik, fishbone diagram, flow chart dll

Gambar 4 Diagram Fishbone.

2.3. Tahap Menentukan Prioritas Jalan Keluar


2.3.1. Menentukan Tujuan

Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang diwujudkan melalui
berbagai kegiatan yang direncanakan. Tujuan terdiri atas tujuan umum (goal), tujuan

14
khusus (objectives), tujuan pelaksanaan (implementing objectives) dan tujuan sumber daya
(resources).
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat dijabarkan ke
dalam tujuan-tujuan khusus, dan umumnya masih abstrak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan
khusus lebih rinci meliputi what, who, where, how far dan how long. Prinsip dasar yang
harus diperhatikan saat merumuskan sebuah tujuan khusus/tujuan operasional program
kesehatan adalah SMARTS yaitu:
● Specific (spesifik): jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana
● Measurable (dapat diukur): dapat diukur kemajuannya
● Appropriate (sesuai): sesuai dengan strategi nasional, tujuan program dan visi/misi
institusi, dan sebagainya
● Realistic (realistis): dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas
organisasi yang ada
● Time bound (tepat waktu): sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat
direncanakan untuk mencapai tujuan program sesuai dengan target waktu yang
telah ditetapkan)
2.3.2. Menetapkan Alternatif Jalan Keluar

Setelah tujuan suatu program ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah


menjabarkan pilihan-pilihan intervensi yang potensial yang dapat dilakukan. Sebagai
patokan awal, konsep Blum tentang determinan masalah dapat digunakan sebagai
pedoman. Brainstorming adalah suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan
identifikasi masalah, menentukan penyebab masalah dan mencari cara pemecahan
masalah.Selain itu, brainstorming merupakan metode yang digunakan untuk menggali ide
atau pemikiran baru yang secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.
Untuk mencari alternatif pemecahan masalah dengan prinsip mengurangi atau
mengeliminasi faktor risiko perlu menginventarisasi faktor resiko kunci dengan panduan
metode SWOT (strengths, weaknesses, opportunities and treaths.
a. Faktor internal sebagai Kekuatan (strengths).

15
b. Faktor internal sebagai Kelemahan (weaknesses).
c. Faktor eksternal sebagai Potensi (opportunities).
d. Faktor eksternal sebagai Hambatan (treaths).
2.3.3. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar
Menetapkan prioritas jalan keluar adalah pemilihan satu atau lebih alternatif dari
beberapa alternatif yang tersedia untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, atau proses memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Cara
melakukan prioritas jalan keluar yang dianjurkan dengan menggunakan teknik matriks.
Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas jalan keluar
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan angka 1 (paling
tidak efektif) sampai dengan 5 (paling efektif). Kriteria tambahan yang digunakan adalah:
a. Magnitude: besarnya masalah yang dapat diselesaikan, makin besar masalah dapat
diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
b. Importancy: pentingnya jalan keluar, makin langgeng selesainya masalah, makin
penting jalan keluar tersebut.
c. Vulnerability: sensitivitas jalan keluar, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif
jalan keluar tersebut
2. Efisiensi jalan keluar
Nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan 1 (paling tidak
efisien) sampai 5 (paling efisien). Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost)
yang diperlukan untuk menentukan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan,
makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Rumus Prioritas Jalan Keluar Teknik Kriteria
Matriks:

2.4. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program

Mengkaji hambatan dan kelemahan program dapat dilakukan pada program yang
pernah dilaksanakan ataupun prediksi kendala dan hambatan yang mungkin akan terjadi

16
pada saat pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mencegah/ mewaspadai
timbulnya hambatan. Jenis hambatan dan kelemahan program dikategorikan ke dalam
beberapa jenis, yaitu:
1. Bersumber pada kemampuan organisasi
a. Kelemahan organisasi: motivasi kerja, pengetahuan & keterampilan.
b. Peralatan dan dana.
c. Arus informasi lambat.
d. Laporan kegiatan kurang akurat dan lain-lain
2. Terjadi pada lingkungan
a. Geografis, iklim, atau musim.
b. Tingkat pendidikan masyarakat.
c. Sikap dan budaya masyarakat.
d. Perilaku masyarakat yang kurang partisipatif.
e. Pendapatan masyarakat, jalan rusak dan lain lain.

2.5. Memperbaiki Prioritas Jalan Keluar


Selesai melakukan uji lapangan, lanjutkan dengan memperbaiki prioritas jalan
keluar, yakni dengan memanfaatkan berbagai faktor pendukung, dan bersamaan dengan itu
meniadakan faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.

2.6. Rencana Kerja Operasional (RKO)

Rencana kerja operasional merupakan pembahasan mengenai kegiatan atau program


yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya sudah ditetapkan. Rencana
kerja operasional disusun berdasarkan pertanyaan 5W + 1H (what, why, who, when, where,
how).
1. Alasan utama disusun RKO (Why)
Penyusunan sebuah rencana kerja operasional didasari dari informasi yang
didapatkan berdasarkan analisis situasi. Menjelaskan mengapa kegiatan program
tersebut penting untuk dilakukan.
2. Tujuan (What)

17
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu rencana kerja operasional harus jelas
maksud dan sasarannya serta memiliki target yang harus dicapai
3. Kegiatan program (How)
Cara menjalankan rencana kerja operasional harus dijelaskan. Selain itu, perlu juga
dibahas mengenai cara-cara untuk mengatasi hambatan yang mungkin muncul.
Dalam melakukan program implementasi rencana kerja operasional, metode dan
pesan yang ingin disampaikan juga harus jelas
4. Pelaksana dan sasarannya (Who)
Sasaran dan pelaksana yang dituju program harus jelas, sehingga pesan yang ingin
disampaikan dari program tersebut tepat sasaran. Selain itu, sebuah kegiatan harus
ada penanggung jawabnya dan staf yang akan melaksanakan rencana kegiatan jadi
dibutuhkan rincian staf sesuai dengan tugasnya masing-masing.
5. Sumber daya pendukung (What kind of support)
Sumber daya pendukung pasti akan dibutuhkan di setiap program sehingga perlu
untuk dijelaskan secara rinci. Selain itu, dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program, harus jelas sumber serta alokasinya. Hal ini bermanfaat sebagai salah satu
bahan evaluasi apabila selama pelaksanaan program ditemukan hambatan atau
kendala.
6. Tempat (Where)
Tempat yang akan digunakan untuk berlangsungnya sebuah kegiatan/ program.
Tempat tersebut harus mendukung keberlangsungan program dan sesuai dengan
sasaran yang ingin dituju. Hal ini penting untuk menjelaskan kebutuhan transpor,
dana, jenis, serta komunikasi yang dibutuhkan untuk mendukung program. Apabila
menggunakan tempat yang bersifat umum, penyelenggara harus sudah meminta
izin dengan pihak terkait terlebih dahulu.
7. Waktu pelaksanaan (When)
Menjelaskan mengenai waktu dimulai dan berakhirnya suatu kegiatan, urutan
proses kegiatan harus tersusun dengan baik agar tidak terjadi kekacauan dan dapat
mengantisipasi ketika terdapat perubahan selama program berlangsung
8. Rencana evaluasi

18
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi
output. Pada evaluasi input dilakukan evaluasi apakah sudah berhasil dan berjalan
dengan baik atau belum. Lalu dikaji hambatan dan kendala, jika belum berhasil
sebagai evaluasi untuk menyusun planning baru. Evaluasi input meliputi sumber
daya yang dibutuhkan program sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu man,
method, material, machine, money, market, dan informasi yang didapat dalam
menyusun program. Pada evaluasi proses dilihat apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai rencana atau tidak. Jika tidak, maka dilakukan evaluasi apa saja hambatan-
hambatan yang terjadi saat berlangsungnya pelaksanaan kegiatan. Pada evaluasi
output dilihat apakah tujuan yang diinginkan tercapai atau tidak, dan analisis
dampak dari kegiatan (apakah ada penurunan atau peningkatan). Jika belum
tercapai, maka harus dikaji apakah tujuan tersebut sudah sesuai atau terlalu sulit
untuk dicapai, kemudian dilakukan evaluasi untuk planning selanjutnya.

2.7. Penyakit, Proses Perjalanan Penyakit dan Peran Faktor Risiko


2.7.1. Penyakit

Penyakit merupakan kondisi ketika tubuh atau kesehatan terganggu atau


mengalami perubahan sehingga mengganggu kinerja fungsi vital tubuh. Istilah penyakit
juga dapat diartikan sebagai kondisi tidak nyaman yaitu ketika terdapat hal yang salah
dengan fungsi tubuh. Penyakit tidak hanya mengacu pada keberadaan suatu penyakit
tertentu, namun juga pada sikap dan perilaku seseorang terhadap penyakit serta dampaknya
terhadap lingkungan psikososial. Disfungsi sosial (ketidakmampuan dalam melakukan
fungsi sosial) juga dapat disebut sebagai penyakit

2.7.2. Proses Perjalanan Penyakit

Proses perjalanan penyakit merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa


adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana. Konsep
sebab dalam perjalanan penyakit pada awalnya diketahui berasal dari satu faktor saja yaitu
hubungan one-on-one antara agen penyebab penyakit dan penyakit pada host. Namun
sekarang diketahui bahwa suatu penyakit disebabkan oleh sejumlah faktor, bukan agen
tunggal saja.

19
Gambar 5 Proses perjalanan penyakit

1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)


Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan.
Interaksi di luar tubuh manusia. Tahap pre patogenesis disebut juga fase susceptible
atau stage of susceptibility atau tahap awal proses etiologis. Masa ini dimulai saat
terjadinya stimulus penyakit sampai terjadi respon pada tubuh. Pada tahap ini mulai
terjadinya interaksi antara Agent-Host-Environment.
2. Tahap Patogenesis (Stage of Clinical Disease)
Tahap ini dimulai sejak terjadinya perubahan patologis akibat paparan agen
penyakit hingga penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati. terbagi menjadi 3 tahap
ini yaitu tahap pathologic onset, presymptomatic stage, dan clinical stage. CDC
membagi masa prepatogenesis sebagai berikut: stage of subclinical disease, stage
of clinical disease, dan stage of recovery, disability or death. Literatur lain membagi
masa ini menjadi empat tahap yaitu masa inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut,
dan akhir penyakit.
3. Tahap Subklinis / Asimtom (Stage of Subclinical Disease)
Tahap inkubasi merupakan tahapan masuknya bibit penyakit sampai sesaat
sebelum timbulnya gejala. Pada fase ini disebut juga asymptomatic stage; atau
presymptomatic stage; atau fase pre-klinis; atau masa inkubasi. Tahap ini dimulai
sejak timbulnya gejala-gejala / tanda-tanda pertama penyakit. Setelah proses
penyakit dipicu oleh pajanan, akan terjadi perubahan patologis (pathological
changes) pada individu yang tidak peduli terhadap kesehatannya. Pada penyakit
infeksi, fase ini disebut juga masa inkubasi (incubation period), sedangkan pada
penyakit kronis/tidak menular disebut masa latensi (latency period). Selama
periode ini, gejala penyakit tidak tampak (inapparent). Periode ini dapat
berlangsung cepat dalam hitungan detik (pada keracunan dan kondisi alergi/
hipersensitivitas), sampai berlangsung lama (pada penyakit kronis).
4. Fase Klinis (Stage of Clinical Disease)

20
Pada tahap ini sudah muncul gejala penyakit, sudah merasa sakit, namun masih
ringan penderita masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Pada tahap ini disebut
juga masa durasi; atau proses ekspresi penyakit; atau tahap penyakit dini.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Host sudah merasa sakit
ringan, namun masih dapat melakukan aktivitas ringan.
5. Fase Sembuh, Sakit atau Mati (Stage of Recovery, Disability or Death)
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan
pekerjaan dan jika berobat telah memerlukan perawatan. Pada tahap ini perjalanan
penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan, yaitu sembuh sempurna,
penderita dikatakan sempurna apabila keadaannya kembali seperti sebelum sakit,
sembuh dengan cacat, penderita sembuh tetapi tidak sempurna karena
meninggalkan kecacatan baik fisik, sosial dan fungsional, karier yaitu penderita
seolah-olah telah sembuh dan gejalanya hilang. Kondisi lainnya yaitu kronis
penyakit penderita berhenti, gejala penyakit tidak berubah dan tidak bertambah
berat kemungkinan akhir dari penyakit adalah meninggal dunia, penyakitnya
berhenti dengan penderita meninggal dunia. Hal ini tidak diharapkan dalam
perjalanan penyakit.

2.7.3. Peran Faktor Risiko

Risk Factor atau Faktor Risiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan
peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor risiko disebut juga faktor
penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit.
Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan risiko
terserang suatu penyakit. Faktor risiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau
gejala yang tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit. Namun
secara keilmuan, faktor risiko memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau
kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik
berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain
pada suatu kelompok masyarakat). Setiap faktor risiko memiliki korelasi tetapi korelasi
tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin muncul. Metode statistik

21
seringkali digunakan untuk menilai kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti
kausal, contoh yang paling sederhana adalah dalam studi tentang hubungan antara merokok
dan kanker paru-paru. Analisis statistik bersama dengan pendekatan dalam bidang biologi
dan medik dapat menetapkan faktor risiko penyebab.

22
BAB III
METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS

3. F
3.1. Desain Studi
Pada case report ini, desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan
menganalisa data sekunder dari UPT Puskesmas Sarijadi secara kuantitatif. Hasil analisa
kuantitatif data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan data sekunder masyarakat Kelurahan Sarijadi yang
diperoleh dari UPT Puskesmas Sarijadi
3.3. Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder dari laporan UPT Puskesmas Sarijadi tahun
2019 dan 2020.
3.4. Identifikasi Masalah
Pada case report ini, identifikasi masalah dilakukan menggunakan pendekatan H.L.
Blum, proses perjalanan penyakit dan identifikasi masalah berdasarkan faktor perilaku
menurut Lawrence Green.
3.4.1. Pendekatan H.L. Blum
Identifikasi masalah menggunakan pendekatan H.L. Blum yang menganalisa masalah
kesehatan dalam 5 kategori yaitu:
1. Analisis derajat kesehatan masyarakat di wilayah tertentu
● Meliputi analisis penyakit yang paling umum terjadi pada masyarakat
2. Analisis perilaku kesehatan
● Meliputi analisis sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut, penyakit dan program kesehatan di Puskesmas
3. Analisis kependudukan
● Meliputi analisis jumlah penduduk, pendidikan dan mata pencahariannya
4. Analisis pelayanan kesehatan
● Meliputi analisis input, proses dan output dari program pelayanan kesehatan di
sebuah masyarakat
5. Analisis lingkungan

23
● Meliputi analisis pembuangan limbah, rumah sehat, jamban keluarga, air bersih,
sarana pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah
3.4.2. Proses Perjalanan Penyakit
Pada case report ini, pemahaman proses perjalanan penyakit di komunitas
dilakukan dengan membuat web of cause serta skema perjalanan penyakit klinis
1. Web of cause
● Setelah perjalanan penyakit diketahui kemudian ditelusuri faktor-faktor
penyebab penyakit dapat melalui skema web of cause
2. Skema perjalanan penyakit
● Identifikasi diagnosis penyakit gigi terbanyak dari data sekunder dilakukan.
Selanjutnya, dibuat skema perjalanan penyakit tersebut untuk memahami proses
terjadinya penyakit gigi mulut tersebut di masyarakat.
3.4.3. Faktor Lawrence Green
Identifikasi masalah berdasarkan perilaku menurut Lawrence Green dilakukan
dengan menganalisa tiga faktor yaitu:
1. Faktor Predisposisi
• Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan dan keyakinan dari
masyarakat yang menjadi sasaran
2. Faktor Pendukung
• Faktor ini meliputi ketersediaan fasilitas kesehatan, sarana dan prasarana serta
akses menuju provider pelayanan kesehatan
3. Faktor Pendorong
● Faktor ini meliputi sikap dan perilaku petugas pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi masyarakat
3.5. Menentukan Prioritas Masalah
Pada case report ini, penentuan prioritas masalah dilakukan menggunakan teknik
skoring yang dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health Organization) dan Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA).
3.5.1. Metode PAHO
Metode PAHO yang digunakan pada kasus ini memiliki 4 indikator. Setiap
indikator diberikan skor 1-10. Skor 1 diberikan untuk nilai sangat rendah dan 10 diberikan

24
untuk nilai sangat tinggi. Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan mengalikan
seluruh skor dari masing-masing indikator. Indikator PAHO yang digunakan pada
penelitian ini yaitu:
1. Magnitude
Menunjukkan besarnya masalah atau berapa banyak penduduk yang terkena masalah
tersebut
2. Severity
Menunjukkan tingkat keparahan atau dampak yang diakibatkan oleh masalah
kesehatan tersebut
3. Vulnerability
Menunjukkan teknologi yang tersedia, murah dan efektif untuk mengatasi masalah
tersebut.
4. Community and political concern
Menunjukkan seberapa besar masalah menjadi kekhawatiran di masyarakat
Tabel 1 Format Tabel Metode PAHO

No Masalah M S V C Total

1 Masalah 1

2 Masalah 2

3 Masalah 3

4 Masalah 4

3.5.2. Metode MCUA


Metode MCUA yang digunakan pada penelitian ini memiliki tiga indikator yaitu
kemudahan, ketersediaan teknologi dan kegawatan. Skor yang digunakan untuk menilai
kategori kemudahan dan ketersediaan teknologi ditentukan dari skor 1-5 dimana skor 1
menunjukkan kategori sangat sulit dan skor 5 menunjukkan kategori sangat mudah.
Sementara, skor untuk kategori kegawatan adalah sebaliknya. Penentuan prioritas masalah
dilakukan dengan menjumlahkan ketiga kategori (kemudahan + ketersediaan teknologi +

25
kegawatan), dimana hasil setiap kategori dari indikator masalah-masalah tersebut adalah
hasil perkalian penentuan skor dengan konstanta yang telah ditetapkan.
Tabel 2 Format Tabel Metode MCUA

No Kriteria Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4

1 Kemudahan

2 Ketersediaan Teknologi

3 Kegawatan

Jumlah (BxS)

Rangking Prioritas

3.6. Menetapkan Tujuan


Pada case report ini, ditetapkan dua jenis tujuan yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada laporan ini merupakan outcome atau dampak akhir yang
didapatkan dari pelaksanaan program
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada laporan ini ditentukan dengan kriteria SMART yaitu:
a. Specific: Sasarannya jelas
b. Measurable: Hasil kemajuan dapat diukur
c. Appropriate: sesuai visi dan misi institusi setempat
d. Realistic: Dapat dilaksanakan sesuai dengan saran dan prasarana yang tersedia
e. Time bound: Sesuai target waktu yang ditetapkan
3.7. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah yang ditentukan pada case report ini memegang prinsip
mengurangi, mengeliminasi atau menginventarisasi faktor risiko kunci. Penentuan
alternatif pemecahan masalah di wilayah Puskesmas dilakukan dengan metode SWOT
yaitu:
1. S : strength : kekuatan

26
2. W : weakness : kelemahan
3. O : opportunity : keuntungan
4. T : threat : hambatan.
3.8. Prioritas Pemecahan Masalah atau Jalan Keluar
Pada case report ini, prioritas pemecahan masalah dilakukan menggunakan teknik
kriteria matriks untuk menentukan efektifitas dan efisiensi dari jalan keluar. Kriteria
matriks terdiri dari:
1. Magnitude
2. Importancy
3. Vulnerability
4. Cost
Penentuan efektivitas dalam laporan ini dilakukan dengan memberi skor 1-5 pada
kriteria magnitude, importancy dan vulnerability. Skor 1 menunjukkan kategori paling
tidak efektif dan skor 5 menunjukkan kategori paling efektif. Penentuan efisiensi dalam
laporan ini dilakukan dengan memberi skor 1-5 pada kriteria Cost. Skor 1 menunjukkan
kategori paling tidak efisien dan skor 5 menunjukkan kategori paling efisien.

Tabel 3 Format Tabel Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

No Alternatif jalan keluar M I V C MIV/C

1 Solusi 1

2 Solusi 2

3 Solusi 3

4 Solusi 4

27
3.9. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program
Pada case report ini, hambatan dan kelemahan dari program yang dilaksanakan di
masyarakat diuji terlebih dahulu. Kajian hambatan dan kelemahan dilakukan menggunakan
analisis SWOT dengan kriteria:
1. S : strength : kekuatan
2. W : weakness : kelemahan
3. O : opportunity : keuntungan
4. T : threat : hambatan.
3.10. Rencana Kerja Operasional
Penyusunan plan of action dari program yang dilaksanakan pada masyarakat dilakukan
dengan menyusun rencana kerja operasional (RKO). RKO yang disusun terdiri dari:
1. Why: Mengapa kegiatan ini penting dilakukan
2. What: Apa tujuan dan target yang ingin dicapai
3. How: Bagaimana pelaksanaan dari kegiatan yang akan dilakukan meliputi metode
dan teknis pelaksanaan serta cara mengatasi masalah yang muncul
4. Who:
● Siapa pelaksana kegiatan
● Sasaran kegiatan
● Job description dari setiap anggota
5. What kind of support: Sumber daya pendukung
a. Biaya operasional, personel, saran dan prasarana
b. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
6. When: Kapan kegiatan akan dilaksanakan
7. Rencana evaluasi: Metode penilaian setelah pelaksanaan kegiatan
a. Evaluasi input
Meliputi sumber daya yang dibutuhkan program sesuai dengan yang telah
direncanakan yang terdiri dari man, method, material, machine, money, market, dan
informasi.
b. Evaluasi proses

28
Evaluasi apakah kegiatan sudah berjalan sesuai rencana serta hambatan yang
ditemukan
c. Evaluasi output
Pencapaian tujuan dan target, penurunan atau peningkatan sebagai dampak dari
program

29
BAB IV
HASIL DIAGNOSIS KOMUNITAS

4.
4.1. Analisis Situasi Masalah
Analisis situasi merupakan kajian mendalam yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi kesehatan yang ada di wilayah UPT
Puskesmas Sarijadi sehingga proses perencanaan pemecahan masalah dapat dilakukan.
Analisis situasi meliputi lima faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut
Hendrick L. Blum yaitu analisis kependudukan, analisis masalah kesehatan, analisis
perilaku kesehatan, analisis lingkungan kesehatan, dan analisis program pelayanan
kesehatan.
4.2. Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan dapat merujuk pada masyarakat secara keseluruhan atau
kelompok tertentu yang didasarkan oleh kriteria tertentu seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pertumbuhan dan persebaran penduduk, dan mata pencaharian.
Saat ini wilayah Kota Bandung sedang mengalami perkembangan yang pesat yang
memberikan imbas juga terhadap mobilitas penduduk di wilayah Kelurahan Sarijadi
Kecamatan Sukasari. Setiap bulannya ada penduduk yang datang dan pergi, baik untuk
menetap, musiman ataupun hanya sekedar transit karena pekerjaan, berlibur dan lain-lain.
Hal ini menjadi kendala dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan
di wilayah Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari pada umumnya. Jumlah penduduk yang
banyak pun bisa menjadi beban pembangunan karena tidak memiliki kualitas yang
memadai.
4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan golongan usia di wilayah kerja
Puskesmas Sarijadi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan usia

WNI WNA JUMLAH


NO UMUR
Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

30
0 0
1 0–4 2780 2510 5290 0 2780 2510 5290

0 1
2 5–9 850 861 1711 1 850 862 1712

0 0
3 10 – 14 780 758 1538 0 780 758 1538

0 0
4 15 – 19 1070 1025 2095 0 1070 1025 2095

1 0
5 20 – 24 1476 1500 2976 1 1477 1500 2977

1 0
6 25 – 29 1470 1250 2720 1 1471 1250 2721

1 2
7 30 – 34 1290 1150 2440 3 1291 1152 2443

0 1
8 35 – 39 814 799 1613 1 814 800 1614

6 5
9 40 – 44 500 412 912 11 506 417 923

5 3
10 45 – 49 790 790 1580 8 795 793 1588

0 0
11 50 – 54 474 481 955 0 474 481 955

0 0
12 55 – 59 373 359 732 0 373 359 732

0 0
13 60 – 64 286 291 577 0 286 291 577

0 0
14 65 Keatas 61 74 135 0 61 74 135

JUMLAH 13014 12260 25274 14 12 26 13028 12272 25300

(Sumber data : Puskesmas Sarijadi, Tahun 2019)

31
Tabel 4-1 menunjukkan data penduduk dari wilayah kerja Puskesmas Sarijadi yang
dikelompokkan berdasarkan berbagai golongan usia yang dimulai dari usia 0 hingga 65 ke
atas, dibedakan juga antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta warga negara
Indonesia maupun asing. Jumlah keseluruhan penduduk pada wilayah ini yaitu 25.300
penduduk.
Berdasarkan Pedoman Kerja Puskesmas tahun 1999, idealnya satu puskesmas
melayani 30.000 jiwa. Dengan penduduk yang berjumlah 25.300 jiwa, berarti Puskesmas
Sarijadi telah memenuhi angka ideal pelayanan kesehatan, sehingga diharapkan pelayanan
kesehatan masyarakat dapat terselenggara dengan efektif dan optimal.

Gambar 6 Piramida penduduk tahun 2019

● Garis horizontal kiri : jumlah penduduk untuk perempuan


● Garis horizontal kanan : jumlah penduduk untuk laki –laki
● Garis vertikal : golongan umur
Jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Sarijadi adalah penduduk kelompok usia
15-44 tahun yaitu 12.756 jiwa yang merupakan kelompok usia produktif dan usia subur,
sehingga diharapkan bisa menjadi kelompok penggerak untuk berperan aktif dalam
pembangunan bidang kesehatan. Kelompok usia 15-44 tahun juga merupakan sasaran
utama untuk kegiatan program pokok dan program pengembangan Puskesmas Sarijadi.
Jumlah penduduk kelompok rentan terdiri dari kelompok usia 0-4 tahun yaitu 5.290 jiwa

32
dan kelompok usia > 65 tahun sebanyak 135 jiwa. Kelompok usia yang paling sedikit di
wilayah ini yaitu usia > 65 tahun sebanyak 135 jiwa.
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas
Sarijadi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

PENDIDIKAN

NO UMUR WNI WNA JUMLAH

Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1 Tidak/Belu 3450 3009 6459 0 0 0 3450 3009 6459


m Sekolah
2 Tidak Tamat 560 470 1030 0 0 0 560 470 1030
SD
3 Belum 2271 2154 4425 1 0 1 2272 2154 4426
Tamat SD
4 Tamat SD 2302 2369 4671 2 0 2 2304 2369 4673

5 SLTP 1679 1497 3176 0 0 0 1679 1497 3176

6 SLTA 2060 2032 4092 1 3 4 2061 2035 4096

7 Akademi/Se 343 297 640 0 0 0 343 297 640


derajat
8 Universitas 455 329 784 7 9 16 462 338 800

JUMLAH 13120 1215 25277 21 21 42 1313 12169 25300


7 1
(Sumber data : Kelurahan Sarijadi, Tahun 2019)
Pada tabel 4-2 didapatkan data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
wilayah Puskesmas Sarijadi. Pendidikan tertinggi yang mendominasi adalah kelompok
lulusan SD/MI dengan jumlah 4.673 jiwa dan yang terkecil adalah lulusan Universitas
sebanyak 784 jiwa.

33
Dengan proporsi terbanyak lulusan SD/MI, ditambah dengan sejumlah lulusan
Universitas diharapkan penyuluhan atau informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan dapat diserap dengan mudah. Tetapi yang disayangkan adalah penduduk dengan
lulusan minimal SMA ini adalah kelompok usia produktif yang rata-rata bekerja sehingga
tidak bisa hadir ketika penyuluhan atau informasi kesehatan disampaikan. Oleh karena itu,
fokus petugas kesehatan juga harus diutamakan pada penduduk dengan tingkat pendidikan
di bawah SMA.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas
Sarijadi untuk berinovasi dalam penyampaian informasi kesehatan sehingga menjadi lebih
mudah diserap dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh penduduk di wilayah
Kelurahan Sarijadi sehingga perilaku hidup bersih dan sehat bisa tercapai dengan optimal.
4.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Sarijadi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk

MATA PENCAHARIAN

NO UMUR WNI WNA JUMLAH

Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1 Pegawai 1703 1795 3498 0 0 0 1703 1795 3498


Negeri
2 TNI/POLRI 184 39 223 0 0 0 184 39 223

3 Pegawai 780 568 1348 4 4 8 784 572 1356


Swasta
4 Tani 2 5 7 0 0 0 2 5 7

5 Dagang 273 158 431 0 0 0 273 158 431

6 Pelajar 3404 3440 6844 0 0 0 3404 3440 6844

7 Mahasiswa 350 366 716 4 2 6 354 368 722

8 Pensiunan 137 127 264 0 0 0 137 127 264

34
9 Lain-lain 5950 5996 11946 3 6 9 5953 6002 11955

JUMLAH 12783 12494 25277 21 21 42 12794 12506 25300

(Sumber data : Kelurahan Sarijadi, Tahun 2019)


Komposisi penduduk menurut mata pencaharian yang terendah adalah petani
dengan jumlah 7 orang atau 0,027 % dari total jenis mata pencaharian. Komposisi
penduduk yang tertinggi adalah lain-lain dengan jumlah 11.955 orang atau rasio 47,38 %.
Penduduk dengan jenis mata pencaharian lain-lain terdiri dari Ibu Rumah Tangga (IRT)
dan penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetap, anak dibawah usia sekolah dan
penduduk yang memang tidak memiliki mata pencaharian. Hal ini menunjukan kerawanan
ekonomi pada kelompok penduduk tersebut, sehingga dibutuhkan pendekatan tersendiri
dalam mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan bidang
kesehatan.
4.2.4. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan pola pertumbuhan dan persebaran penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Sarijadi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7 Pertumbuhan dan persebaran penduduk

o Kelurahan Jumlah Rumah Rata-rata Kepadatan Pertumbuhan


Tangga (KK) Jiwa/KK Penduduk Penduduk
(KM2)
1 Sarijadi 5.747 5 15 176

JUMLAH 5.747 5 15 176

(Sumber data : Kelurahan Sarijadi, Tahun 2019)


Penduduk Kelurahan Sarijadi adalah 25.300 jiwa dengan luas wilayah 157.060 Ha,
kepadatan penduduk 15 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga sebanyak 5.747 KK dengan
jumlah anggota keluarga rata-rata 5 jiwa/KK yang tersebar di 11 RW dan 100 RT. Dengan
pertumbuhan rata-rata antara 176 jiwa. Hal ini merupakan potensi yang cukup besar untuk
pembangunan bidang kesehatan, dimana kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi, dan
pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu besar sangat kondusif dalam pembinaan
masyarakat.

35
4.2.5. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk yang dikategorikan miskin di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Jumlah penduduk miskin

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Jumlah Maskin dalam


Keluarga (KK) SK Walikota
Yang Yang
NO KELURAHAN Miskin Miskin Memiliki Belum
Seluruh Seluruh Kartu BPJS Memiliki
nya nya Kartu
BPJS
Jml % Jml % Jml % Jm %
l
1 Sarijadi 25.271 1.74 6,90 5.747 443 7,70 1.67 95,99 70 4,0
6 6
JUMLAH 25.271 1.74 6,90 5.747 443 7,70 1.67 95,99 70 4,0
6 6
(Sumber data : Puskesmas Sarijadi, Tahun 2019)
Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi adalah sebanyak
1.746 jiwa (6,90 %), dengan jumlah KK miskin sebanyak 443 KK (7,70 %). Dari total
jumlah penduduk miskin, 1.676 jiwa (95.99%) sudah memiliki kartu BPJS, 70 jiwa (4,0
%) belum memiliki kartu BPJS. Pemerintah Kota Bandung memberikan kebijakan untuk
masyarakat miskin yang belum memiliki kartu BPJS dengan membuat Surat Keterangan
Miskin (SKM) di kelurahan dengan dana yang bersumber dari Bawaku Sehat. Hal ini
cukup meringankan beban masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
4.2.6. Jumlah Penduduk Kelompok Rentan / Khusus
Jumlah penduduk yang dikategorikan kelompok rentan atau khusus di wilayah
kerja Puskesmas Sarijadi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9 Jumlah penduduk kelompok rentan/khusus

No Kelurahan Anak Sekolah

36
Bumil Bulin Buteki Neon Bayi Balita SD SMP SMA LANSIA JML
atus
1 Sarijadi 85 85 101 74 88 311 71 32 54 96 997

JUMLAH 85 85 101 74 88 311 71 32 54 96 997

(Sumber data : Puskesmas Sarijadi, Tahun 2019)


Jumlah penduduk kelompok rentan di wilayah Puskesmas Sarijadi, ada sebanyak
997 jiwa yang terdiri dari kelompok bumil, bulin, buteki, neonatus, bayi, balita, anak usia
sekolah dan lansia. Kelompok ini membutuhkan perhatian yang lebih karena rentan terkena
gangguan kesehatan. Puskesmas Sarijadi telah melakukan upaya kesehatan promotif dan
preventif. Petugas kesehatan yang terkait kelompok rentan ini juga rutin melakukan
kunjungan rumah pada pasien yang tidak bisa menjangkau pelayanan di puskesmas.

4.3. Analisis Derajat Kesehatan


Analisis situasi terkait derajat kesehatan mencakup beberapa faktor, yaitu angka
mortalitas, angka morbiditas, pola penyebab kematian, dan status gizi penduduk pada
wilayah UPT Puskesmas Sarijadi.
4.3.1. Mortalitas
Mortalitas, biasa juga disebut sebagai angka atau jumlah kematian, merupakan
jumlah kematian yang terjadi pada suatu populasi. Menurut Utomo, kematian sendiri
merupakan peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa
terjadi kapanpun saat masa kehidupan (Alfana et al., 2015). Jumlah kematian pada suatu
daerah biasanya didapatkan melalui survei. Puskesmas Sarijadi memiliki kategori sendiri
untuk jumlah mortalitas dan morbiditas pada masyarakat miskin di wilayah kerjanya.
Beberapa jenis angka kematian yang dianggap memiliki kepekaan lebih terhadap
masalah kesehatan antara lain terdiri dari angka kematian bayi, angka kematian balita,
angka kematian ibu (hamil, melahirkan, dan nifas), serta angka kematian kasar. Berikut
merupakan angka kematian yang terjadi pada tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas
Sarijadi.
Tabel 10 Jumlah Kematian di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

No. Usia Kematian Jumlah Kematian Per Kelurahan

37
Sarijadi

1 Bayi (0-12 bl) 1

2 Balita (1-5 th) 0

3 Ibu Hamil 0

4 Ibu Melahirkan 0

5 Ibu Nifas 0

6 Kasar 0

Jumlah 1

Tabel 11Jumlah Kematian pada masyarakat miskin di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

No. Usia Kematian Jumlah Kematian Per Kelurahan

Sarijadi

1 Bayi (0-12 bl) 1

2 Balita (1-5 th) 0

3 Ibu Hamil 0

4 Ibu Melahirkan 0

5 Ibu Nifas 0

6 Kasar 0

Jumlah 1

Tabel 10 dan tabel 11 menunjukkan jumlah kematian yang terjadi di wilayah


Puskesmas Sarijadi pada tahun 2019 pada masyarakat umum dan masyarakat miskin.

38
Jumlah kematian pada Puskesmas Sarijadi yaitu sebanyak 1 orang sepanjang tahun 2019
pada Kelurahan Sarijadi, yaitu kematian seorang bayi berusia 0 - 12 bulan yang termasuk
pada masyarakat miskin. Tidak ada kematian yang terjadi pada ibu, baik ibu hamil,
melahirkan, maupun nifas.
Angka kematian bayi dianggap merupakan indikator yang penting untuk
mencerminkan derajat kesehatan dalam suatu populasi. Bayi yang baru lahir cenderung
sangat sensitif terhadap lingkungan tempat orang tuanya tinggal dan cenderung memiliki
kaitan yang erat dengan status sosial orang tua. Angka kematian bayi dapat menjadi tolak
ukur yang sensitif terhadap upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah maupun
pelayanan kesehatan. Di Kelurahan Surajadi, kematian bayi terjadi pada masyarakat
miskin, yang dapat dikatikan dengan status sosial orang tua sebagai faktor risiko kematian
pada bayi.
Penyebab kematian bayi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyebab langsung,
seperti berat bayi lahir rendah (BBLR) dan infeksi pasca lahir serta penyebab tidak
langsung (Andriani et al., 2016). Usia, tingkat pendidikan, kebiasaan atau adat, dan
ekonomi merupakan beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya kematian bayi.
(Aisyan et al., 2011). Anak dengan orang tua yang memiliki pendapatan perkapita yang
lebih tinggi berkesempatan untuk mendapatkan lingkungan dan makanan yang lebih sehat,
serta lebih sadar akan pelayanan kesehatan untuk mengurangi risiko kematian bayi.
(Suhaeri et al., 2020). Status ekonomi orang tua juga dapat memengaruhi tingkat
pendidikan orang tua tersebut, sehingga membatasi akses orang tua terhadap informasi
terkait kesehatan dan keselamatan anak.
4.3.2. Morbiditas
Morbiditas merupakan jumlah angka kesakitan atau individu yang memiliki
penyakit selama periode tertentu pada suatu wilayah. Definisi lain morbiditas adalah suatu
kondisi seseorang yang mengeluhkan sakit dan keluhan tersebut mengganggu aktivitas
sehari-hari sehingga menyebabkan menurunnya tingkat produktivitas seseorang. Semakin
tinggi angka morbiditas menunjukan derajat kesehatan penduduk semakin buruk.
Sebaliknya, semakin rendah morbiditas maka derajat kesehatan penduduk pun semakin
baik.

39
Berikut merupakan tabel sepuluh penyakit terbanyak yang diderita masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Sarijadi beserta jumlahnya, baik pada kelompok masyarakat
umum maupun masyarakat miskin.
Tabel 12 Sepuluh pola penyakit terbanyak penderita umum di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

No. Jenis Penyakit Jumlah

1. Nasofaringitis akut 5460

2. Hipertensi essensial 3188

3. Dyspepsia 1856

4. Myalgia 1485

5. Cephalgia 1092

6. Retained dental root 974

7. Diare akut 936

8. Demam 903

9. Dermatitis 873

10. Diabetes melitus 850

Tabel 13 Sepuluh pola penyakit terbanyak masyarakat miskin di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

No. Jenis Penyakit Jumlah

1. Nasofaringitis akut 512

2. Hipertensi essensial 301

3. Dyspepsia 152

4. Myalgia 149

40
5. Cephalgia 122

6. Diare akut 92

7. Demam 88

8. Dermatitis 80

9. Pulpitis 75

10. Laringfaringitis akut 70

Nasofaringitis akut merupakan penyakit yang paling banyak terjadi baik pada
kelompok masyarakat umum maupun miskin dengan total penderita sebanyak 5.972 orang.
Literatur juga menyatakan bahwa nasofaringitis akut, atau yang biasa dikenal sebagai batuk
pilek, merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat (Bagaskara, 2020).
Penyakit nasofaringitis akut adalah salah satu jenis infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri atau virus seperti coronavirus,
rhinovirus, adenovirus, dan myxovirus yang menyerang langsung ke saluran pernapasan
bagian atas melalui mata, mulut, atau hidung. Penyakit ini cenderung mudah menular baik
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi ataupun melalui barang-barang yang
terinfeksi oleh bersin dan batuk penderita. Faktor-faktor seperti kondisi fisik rumah,
kepadatan pemduduk, polusi udara, dan kondisi gizi dapat berhubungan dengan penyakit
nasofaringitis akut (Kemenkes RI, 2012) (Bagaskara, 2020).
Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi pada masyarakat umum adalah
retained dental root atau akar yang tertinggal, yang merupakan kasus terbanyak ke-enam
yang diderita oleh masyarakat umum dengan jumlah 974 penderita. Akar yang tertinggal,
dengan kode ICD-10 K.08.3, merupakan kondisi adannya sisa atau bagian akar yang ada /
masih ada di dalam rongga mulut ketika mahkotanya sudah tidak ada (Kemenkes RI, 2015).
Akar yang tertinggal dapat terjadi akibat kehilangan mahkota karena karies, fraktur gigi
post kecelakaan, ataupun post ekstraksi gigi yang gagal dan menyisakan akar pada socket.
Apabila tidak ditangani, sisa akar gigi dapat menyebabkan fokus infeksi (sumber infeksi
bagi organ lainnya seperti THT), abses, kista, hingga granuloma. (Cholid, 2015)

41
Pulpitis merupakan penyakit berupa infeksi pada pulpa yang merupakan penyakit
gigi dan mulut dengan penderita terbanyak pada oleh masyarakat miskin pada wilayah
kerja Puskesmas Sarijadi, yaitu sebanyak 75 orang. Penyakit pulpa menurut Ingle dapat
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu pulpa normal, pulpitis reversibel, dan irreversible. Pulpa
memberi respon inflamasi apabila terekspos akibat karies maupun trauma, sehingga
mikroorganisme dapat mencapai akses secara langsung ke pulpa. Penyebab utama
terjadinya pulpitis adalah akibat toxin bakteri yang dapat menginvasi pulpa ketika terjadi
karies yang luas hingga pulpa terekspos. Penanganan kondisi pulpitis pada tahap awal
dapat menghindari penyebaran infeksi yang lebih luas, salah satunya adalah melalui
diagnosis dini untuk perawatan restorasi. Apabila dibiarkan berlanjut, pulpitis dapat
menyebabkan kondisi yang lebih parah, seperti nekrosis pulpa, periodontitis apikalis,
abses, kista, dan granuloma.
4.3.2.1 Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut merupakan satu dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi. Berikut merupakan diagnosis lima penyakit gigi dan
mulut beserta jumlahnya di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi.
Tabel 14 Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut di Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulur Puskesmas
Sarijadi tahun 2019

No. Diagnosis Satuan Jumlah

1. Karies Gigi Gigi 371

2. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Gigi 1.969

3. Gingivitis dan Jaringan Periodontal Orang 285

4. Gangguan Gigi dan Jaringan Lainnya Gigi 1.029

5. Penyakit Rongga Mulut Orang 52

Pada tabel 14 terdapat lima diagnosis penyakit gigi dan mulut yang dirawat di
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Sarijadi pada tahun 2019. Diagnosis
penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi
adalah penyakit pulpa dan jaringan periapikal dengan jumlah kasus mencapai 1.969 gigi.

42
Berdasarkan perilaku, masyarakat cenderung baru mengunjungi fasilitas kesehatan gigi
dan mulut apabila telah muncul keluhan, seperti rasa sakit, yang artinya kemungkinan besar
perjalanan penyakit sudah mencapai pulpa. Sejatinya, penyakit seperti karies dapat
dihentikan perjalanannya sebelum mencapai pulpa untuk hasil akhir perawatan yang lebih
baik dan menguntungkan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat akan penyakit gigi dan mulut serta anjuran untuk kontrol rutin
ke dokter gigi selama enam bulan hingga satu tahun sekali.

4.3.3. Pola Penyebab Kematian


Secara umum, terdapat dua kelompok faktor yang dapat mempengaruhi mortalitas,
yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung merupakan faktor dari
dalam, seperti umur, jenis kelamin, penyakit, kecelakaan, dan bunuh diri. Faktor tidak
langsung merupakan faktor dari luar yang meliputi tekanan baik psikis maupun fisik,
kedudukan dalam perkawinan, kedudukan sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan,
beban anak yang dilahirkan, tempat tinggal dan lingkungan, tingkat pencemaran
lingkungan, fasilitas kesehatan, dan politik serta bencana alam (Alfana et al., 2015).
Berikut merupakan pola penyebab kematian pada wilayah kerja Puskesmas Sarijadi pada
tahun 2019.
Tabel 15 Pola Penyebab Kematian di Wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

Kelurahan
No Pola Penyebab Kematian Sarijadi
Jumlah %
1. Heart failure 38
2. Other chronic obstruvtive 1
3. Gastritis 7
4. Stroke 26
5. Hipertensi 22
6. Diabetes miletus 7
7. Malignant 1
8. Dispepsia 1
9. Sindrome geliatri 1

43
10. Kanker paru 3
11. Asma 3
12. Benign lipomatous neoplasm 5
13. Dengue hemorganic 1
14. Malignant neoplasm 1
15. Chronic kidney disease 1
16. Karsinoma 1
17. Gagal ginjal 2
18. Cholelithiasis 1
19. Batu empedu 1
20. Acut respitory failure 2
21. DBD 1
22. Kecelakaan 1
23. Lain-lain 3
Jumlah 131

Penyakit atau morbiditas merupakan kondisi penyimpangan dari keadaan yang


normal, yang biasanya dibatasi pada kesehatan fisik dan mental. Pada kasus tertentu,
morbiditas yang tidak ditangani dan terjadi secara terus menerus dapat berujung pada
kematian penderitanya. Berdasarkan data penelitian pada Puskesmas Sarijadi, penyebab
kematian yang paling sering terjadi pada penduduk kelurahan Sarijadi adalah penyakit
berupa gagal jantung (38 orang), stroke (26 orang), dan hipertensi (22 orang). CFR untuk
penyakit jantung adalah sebesar 0,94%.

4.3.4. Status Gizi


Gizi merupakan substansi organik yang dibutuhkan seseorang agar tubuhnya dapat
berfungsi normal, memungkin terjadinya proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan status gizi
seseorang, di antaranya yaitu bebas dari penyakit dan keadaan sosial ekonomi yang baik,
sedangkan hal yang berkontribusi pada rendahnya status gizi antara lain jenis dan jumlah
asupan makanan yang kurang serta penyakit atau infeksi. Status gizi yang baik ditandai

44
dengan keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh (Pritasari, 2017).
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Usia di bawah lima tahun merupakan golden age
atau usia emas dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik maupun kecerdasan, sehingga
perlu dukungan status gizi yang baik untuk menentukan sukses atau tidaknya upaya
peningkatan sumber daya manusia. Rendahnya status gizi akan berdampak pada kualitas
sumber daya manusia yang akan memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap
penyakit, kematian bayi, kematian ibu dan produktivitas kerja. Di sisi lain, status gizi balita
berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi orang tuanya, termasuk faktor pendidikan,
pekerjaan, dan pola asuh orang tua, sehingga diperlukan dukungan dan lingkungan yang
suportif untuk mencapai status gizi anak yang baik (Putri et al., 2015).
Tabel 16 Status gizi bayi dan balita di wilayah Puskesmas Sarijadi tahun 2019

No. Status Gizi Jumlah

1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2

2. Balita gizi kurang 27

3. Balita gizi buruk 0

Total 29

Pada tabel 16 dapat diketahui bahwa terdapat total 29 anak dengan masalah gizi,
yaitu 2 kasus terkait berat bayi lahir rendah (BBLR) dan 27 kasus terkait balita gizi buruk.
BBLR merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2016). BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu
perhatian khusus, khususnya di negara berkembang dan negara dengan sosioekonomi
rendah. Bayi BBLR memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup dan lebih rentan
terhadap penyakit hingga mereka tumbuh dewasa.

45
4.4. Analisis Situasi Perilaku Kesehatan
Ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku kesehatan dan
akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku.
Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok faktor, yaitu faktor-faktor
predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara sukarela), pemungkin
(enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah kondusif menjelma menjadi
perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan memperkuat perilaku atau
mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku yang diinginkan). (Dwi Susilawati ,
2016)
Analisis perilaku kesehatan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
tentang kesehatan. Domain perilaku kesehatan menurut Benyamin Bloom (1908)
dibedakan menjadi 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari aspek
kognitif dalam hal menjaga kebersihan gigi dan mulut, masyarakat belum memiliki
pengetahuan yang cukup. Umumnya kondisi rongga mulut pasien yang datang ke poli gigi
puskesmas masih dalam keadaan kotor, banyak kalkulus dan stain. Masyarakat yang
datang pun bukan untuk melakukan kunjungan preventif, melainkan yang sudah memiliki
keluhan berat seperti nekrosis pulpa dan gangren radiks akibat karies.
Namun dari aspek afektif, pasien yang mengunjungi Puskesmas Sarijadi untuk
kontrol ke dokter gigi sudah cukup baik. Sekitar 9 dari 10 pasien yang sebelumnya pernah
mengunjungi puskesmas dan mendapatkan edukasi dari dokter gigi, akan datang lagi ke
puskesmas untuk melakukan pembersihan karang gigi atau setidaknya hanya untuk
kontrol. Menurut dokter gigi di Puskesmas Sarijadi, masyarakat butuh diberikan edukasi
dan penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat itu sendiri. Kurangnya
SDM di Puskesmas Sarijadi menyebabkan sulitnya terjun langsung untuk melakukan
promosi kesehatan kepada masyarakat sekitar.
Lalu dari aspek psikomotor masyarakat sudah menerapkan dengan konsisten
mengenai pengetahuannya dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti menyikat gigi
dengan baik dan benar, menyikat gigi setelah mengonsumsi makanan dan minuman yang
memicu timbulnya karies, dan melakukan kontrol 6 bulan sekali. Hal ini dapat dilihat dari

46
kunjungan beberapa kali setelah pasien menerima perawatan dan edukasi pertama kali di
puskesmas, rongga mulut pasien lebih bersih dan terjaga daripada pertemuan sebelumnya.
4.5. Analisis Situasi Lingkungan Kesehatan
4.5.1. Lingkungan Fisik

Gambar 7 Gambar Peta Lokasi Puskesmas Sarijadi

Puskesmas Sarijadi terletak di jalan Sariasih No. 76 RT.06 RW.09 Kelurahan


Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Wilayah binaan Puskesmas Sarijadi meliputi
Kelurahan Sarijadi yang memiliki luas wilayah ±157.060 Ha. Batas wilayah kerja di
sebelah utara adalah Kelurahan Gegerkalong, Kec. Sukasari, Kota Bandung, di sebelah
timur adalah Kelurahan Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung, di sebelah selatan adalah
Kelurahan Sukawarna, Kec. Sukajadi, Kota Bandung dan di sebelah barat adalah
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Puskesmas Sarijadi terletak di bagian utara
wilayah Kota Bandung dengan ketinggian di atas 1.000 Meter di atas permukaan laut. Iklim
yang menyelimuti seluruh wilayah Puskesmas Sarijadi berupa iklim pegunungan yang
sejuk dan lembab.
Tabel 17 Wilayah kerja Puskesmas Sarijadi

Jarak Kondisi Keterjangkauan Rata-rata tempuh Ket


NO KELURAHAN LUAS JML (menit)
Terjauh ke
WIL RT/RW Roda 2 Roda 4 Jalan Kaki Roda 2 Roda 4
Puskesmas (Km)
(Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Sarijadi 157.060100/11 1 √ √ √ 5 20

47
JUMLAH 157.060100/11 1 √ √ √ 5 20

Tabel diatas menunjukan bahwa Puskesmas Sarijadi terdiri dari 100 RT dan 11 RW.
Jarak tempuh terjauh adalah 1 km dan jarak terdekat adalah 5 m. Puskesmas Sarijadi relatif
dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat, baik dengan berjalan kaki, menggunakan
kendaraan roda 2 dan roda 4, serta mudah diakses dengan menggunakan angkutan kota
yang melintas tepat di depan Puskesmas Sarijadi. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk
sampai di Puskesmas Sarijadi relatif cepat berkisar antara 5 menit sampai 20 menit. Lokasi
dari Puskesmas Sarijadi memberikan potensi yang cukup besar untuk mencapai tujuan
pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu, terjangkau, adil dan merata.
4.5.2. Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis adalah lingkungan yang mencakup sanitasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan tersebut berupa persentase rumah sehat, sarana pembuangan sampah,
sarana air bersih, sanitasi jamban, dan sarana pembuangan air limbah. Puskesmas Sarijadi
melaksanakan pengawasan terhadap lingkungan biologis oleh petugas sanitasi puskesmas
yang dilakukan setahun sekali.
4.5.2.1 Cakupan Pengawasan Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria
sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana
sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kriteria minimum
dari rumah sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
1. Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai,
jendela kamar 10 tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan
asap dapur, dan pencahayaan
2. Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana
pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah
3. Perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan

48
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja
atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi
seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada
kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).
Tabel 18 Cakupan pengawasan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi
1 Jumlah Rumah Yang Ada 4954
2 Jumlah Rumah Yang Diperiksa 4134
3 Jumlah Rumah Yang Sehat 4134
4 % Rumah memenuhi syarat 90 %

Tabel 18 menunjukan bahwa terdapat 4.954 rumah yang berada di sekitar wilayah
kerja Puskesmas Sarijadi. Sebanyak 4.134 rumah telah diperiksa oleh petugas kesehatan
lingkungan dan hasilnya menunjukan bahwa 90% rumah di sekitar Puskesmas Sarijadi
sudah masuk dalam kategori rumah yang sehat. Beberapa rumah yang masih belum sehat
dilihat dari masih adanya jentik nyamuk atau binatang pengganggu, makanan kotor, rumah
tidak bersih, kurang pencahayaan dan ventilasi. Upaya yang dilakukan adalah lebih
meningkatkan program klinik sanitasi dan penyuluhan PHBS.
4.5.2.2 Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih
Tabel 19 Cakupan pengawasan sarana air bersih di wilayah Puskesmas Sarijadi

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi
1 Jumlah Sarana Air Bersih Yang 4823
Ada
2 Jumlah Sarana air Bersih Yang 4340
Diperiksa
3 Jumlah Sarana Air Yang Sehat 4340
4 % Jumlah SAB memenuhi syarat 90 %

49
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti minum,
masak serta mandi atau cuci. Air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari yang
dalam penggunaannya harus dimasak dahulu (masak dan minum). Persyaratan fisik air
bersih adalah jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Persyaratan bakteriologis adalah tidak
mengandung E. Coli. Air bersih dapat diperoleh dari sarana air seperti SGL (sumur gali),
sumur pompa tangan (SPT), sarana air bersih perpipaan (seperti: kran umum, hidran umum,
terminal air) dan penampungan mata air (PAH).
Tabel 19 menunjukan bahwa 90% sarana air bersih (SAB) yang tersedia di sekitar
Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat. Terdapat 4823 SAB yang ada di sekitar
wilayah Puskesmas Sarijadi dan sebanyak 4340 sarana diperiksa. Seluruh SAB yang
diperiksa memenuhi syarat sementara 483 SAB tidak diperiksa dan tidak diketahui
kualitasnya.

4.5.2.3 Cakupan Pengawasan Jamban


Tabel 20 Cakupan pengawasan jamban di wilayah Puskesmas Sarijadi

o Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi
1 Jumlah JAGA Yang Ada 27.756
2 Jumlah JAGA Yang Diperiksa 26.368
3 Jumlah JAGA Yang Sehat 26.368
4 % JAGA memenuhi syarat 95 %
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang digunakan oleh keluarga (1
jamban untuk 5 orang). Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan
tempat penampungan tinja yang disebut septic tank. Kriteria jamban sehat meliputi ruangan
cukup leluasa untuk bergerak, pencahayaan dan ventilasi cukup, lantai tidak licin, tidak
menjadi sarang serangga, septic tank sekurang-kurangnya 10 m dari sumber air. Tabel 20
menunjukan bahwa 95% jamban keluarga di wilayah Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi
syarat sanitasi yang sehat. Terdapat 27.756 jamban yang terdapat di wilayah Puskesmas
Sarijadi dan sebanyak 26.368 jamban diperiksa oleh tim kesehatan. Seluruh jamban yang
diperiksa memenuhi syarat sanitasi sehat sementara sebanyak 1.388 jamban tidak diperiksa
dan tidak diketahui kualitasnya.

50
4.5.2.4 Cakupan Pengawasan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tabel 21 Cakupan sarana pembuangan air limbah yang ada di wilayah Puskesmas Sarijadi

No Uraian Puskesmas Sarijadi Keterangan

1 Jumlah Sarana Pembuangan 4.788


Air Limbah yang Ada
2 Jumlah Sarana Pembuangan 3.830
Air Limbah yang Diperiksa
3 Jumlah Sarana Pembuangan 3.064
Air Limbah yang Sehat
4 % SPAL Memenuhi Syarat 63,99%

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan sarana untuk pembuangan air
limbah rumah tangga. SPAL sehat adalah fasilitas pembuangan air limbah yang sifatnya
tertutup dan tidak mencemari. Tabel 21 menunjukan bahwa 63,99% SPAL di wilayah
Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat. Terdapat 4.788 SPAL di wilayah Puskesmas
namun hanya terdapat 3.064 SPAL yang memenuhi syarat.
4.5.2.5 Cakupan Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tabel 22 Cakupan inspeksi sanitasi tempat-tempat umum

No Uraian Puskesmas Sarijadi Keterangan

1 Jumlah TTU yang Ada 61


2 Jumlah TTU Yang diperiksa 61
3 Jumlah TTU Yang Sehat 56

4 % TTU memenuhi syarat 91.80 %

Tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang dipergunakan untuk sarana
pelayanan umum seperti hotel, terminal, pasar, rumah sakit, pertokoan, depot air minum
isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam renang, tempat ibadah, restoran. Tempat umum
yang memenuhi syarat sehat yaitu terpenuhinya sanitasi dasar (seperti air, jamban, limbah,

51
sampah), terlaksananya pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan
kriteria atau persyaratan atau standar kesehatan.
Tabel 22 menunjukan bahwa 91,80% sanitasi di tempat-tempat umum (TTU) di
wilayah Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat. Terdapat 61 tempat-tempat umum di
wilayah Puskesmas Sarijadi. Sebanyak 56 TTU sudah diperiksa oleh tim kesehatan serta
memenuhi syarat sanitasi sehat.

4.5.2.6 Cakupan Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan


Tabel 23 Cakupan pengawasan tempat pengelolaan makanan

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi
1 Jumlah Sarana TPM Yang 122
Ada
2 Jumlah Sarana TPM Yang 112
Diperiksa
3 Jumlah TPM Yang Sehat 112

4 % TPM Memenuhi syarat 91.80 %

Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan suatu bangunan yang


dipergunakan untuk mengelola makanan. Suatu tempat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat umum seperti : pengrajin makanan, jasa boga atau pembuat kue. TPM yang
memenuhi syarat yaitu terpenuhinya sanitasi dasar (air, jamban, limbah, sampah),
terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, dan
ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan atau standar kesehatan.
Tabel 23 menunjukan bahwa 91,80% tempat pengelolaan makanan (TPM) di
wilayah Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat. Terdapat 122 TPM wilayah
Puskesmas Sarijadi. Seluruh TPM sudah diperiksa oleh tim kesehatan serta memenuhi
syarat.

4.5.2.7 Cakupan Inspeksi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah

52
Tabel 24 Cakupan inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah

No Puskesmas Keterangan
Uraian Sarijadi

1 Jumlah Sarana Pembuangan 4.954


Sampah Yang Ada
2 Jumlah Sarana Pembuangan 3.964
Sampah Yang Diperiksa
3 Jumlah Sarana Pembuangan 3.964
Sampah Yang Sehat
4 % Tempat sampah 80 %
memenuhi syarat
Tabel 24 menunjukan bahwa 80% sanitasi sarana pembuangan sampah di wilayah
Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat. Terdapat 4.954 sarana pembuangan sampah
di wilayah Puskesmas Sarijadi. Sebanyak 3.964 sarana pembuangan sampah sudah
diperiksa oleh tim kesehatan serta memenuhi syarat sanitasi. Sementara, 990 sarana
pembuangan sampah tidak diperiksa dan tidak diketahui kualitasnya.

4.5.2.8 Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi


Tabel 25 Cakupan kegiatan klinik sanitasi di wilayah Puskesmas Sarijadi

No Puskesmas Keterangan
Uraian Sarijadi

1 Jumlah penderita Penyakit 3.894


Berbasis Lingkungan / klien
di Puskesmas
2 Jumlah penderita Penyakit 360
Berbasis Lingkungan / klien
yang mendapatkan konseling
oleh Petugas Puskesmas di
Puskesmas

53
Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana yang berfungsi mengatasi masalah
kesehatan lingkungan untuk pencegahan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan
bantuan teknis dari petugas Puskesmas melalui proses konseling dan kunjungan rumah
penderita berbasis lingkungan dan klien. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang
berdiri sendiri, tetap sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas. Tabel 25
menunjukan bahwa terdapat 3.894 penderita penyakit berbasis lingkungan/klien di
puskesmas dan hanya 360 pasien yang mendapat konseling oleh petugas puskesmas.

4.6. Analisis Situasi Program dan Pelayanan Kesehatan


Analisis situasi program dan pelayanan kesehatan merupakan analisis mengenai
manajemen pelayanan kesehatan, proses pelayanan kesehatan, dan kualitas pelayanan yang
berkaitan dengan sarana prasarana kesehatan. Analisis yang dilakukan dengan melihat
pendekatan dari sistem, yaitu input, proses dan output.
4.6.1. Analisis Input
Analisis input atau masukan dilakukan untuk melihat pelayanan kesehatan gigi,
ketersediaan alat, keadaan alat, serta tenaga kesehatan yang dimiliki yang terdiri dari
sumber daya manusia (man), sumber dana (money), fasilitas dan sarana (material),
kebijakan dan program (method), dan teknologi (machine). Faktor-faktor ini saling
berhubungan satu sama lain. Berikut analisis input UPT Puskesmas Sarijadi.
4.6.1.1 Sumber Daya Manusia (Men)
Sumber daya manusia termasuk aspek yang perlu diperhatikan untuk
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi, merancang dan produksi barang dan
jasa, mengalokasikan sumber daya finansial, dan menentukan seluruh tujuan dan strategi
organisasi. Analisis sumber daya manusia menggambarkan jumlah tenaga kerja yang
berada di UPT Puskesmas Sarijadi. Berikut tabel sumber daya manusia yang ada di UPT
Sarijadi.
Tabel 26 Tabel tenaga kesehatan yang tersedia

No. Jenis Tenaga Kesehatan yang Tersedia Jumlah

1. Dokter Umum 1

54
2. Dokter Gigi 2

3. Bidan 3

4. Perawat 4

5. Perawat Gigi 2

6. Promkes/SKM 2

7. Analisis Kesehatan 1

8. Sanitarian 1

9. Apoteker 1

10. Asisten Apoteker 1

11. Gizi 0

12. Administrasi 4

13. Akuntansi 1

14. Rekam Medik 1

Jumlah 24

Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Sarijadi tahun 2019 masih kurang
memadai baik untuk kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung. Kurangnya tenaga
kesehatan di Puskesmas Sarijadi menyebabkan banyak program-program kesehatan yang
belum terlaksana secara maksimal. UPT Puskesmas Sarijadi tidak mempunyai tenaga
Nutrisionis, karena Tenaga Nutrisionis yang ada berubah menjadi tenaga struktural
(Kepala Sub Bagian Tata Usaha) sehingga total tenaga kerja adalah 24 orang karyawan.
Berikut adalah daftar nama tenaga kerja di UPT Puskesmas Sarijadi.

55
Tabel 27 Daftar tenaga kesehatan di Puskesmas Sarijadi

No Nama Jenis Tenaga Pendidikan Status


Tenaga
1. Dr. Isma Dewi Dokter Umum S1 Ked + PNS
Amalia Profesi Dokter
2. drg. Dedy Kuswandi Dokter Gigi/Ka S1 Ked Gigi + PNS
UPT Profesi Dokter
Gigi
3. drg. Luki Tantri Dokter Gigi S1 Ked Gigi + Kontrak
Sofan Profesi Dokter Daerah
Gigi
4. Dian Pertiwi, S.Kep, Perawat S1 PNS
Ners Keperawatan
+ Profesi
5. Yayah Zakiah, Perawat S1 PNS
S.Kep, Ners Keperawatan
+ Profesi
6. Nurhayati, AMK Perawat D3 PNS
Keperawatan
7. Amanah, Amd.Kep Perawat D3 Kontrak
Keperawatan Daerah
8. Marhaeni, Am.Keb Bidan D3 Kebidanan PNS
9. Gustiani Djafaar, Bidan D3 Kebidanan PNS
Amd.Keb
10. Dian Maria, S.ST Bidan D4 Kebidanan Kontrak
Daerah
11. Andita Tenaga S1 Kesehatan Kontrak
Kusumaningrum, Promkes Masyarakat Daerah
S.KM
12. Annisa Purwandari, Tenaga S1 Kesehatan Kontrak

56
S.KM Surveilans Masyarakat Daerah
13. Susi Sutriana, S.KM Tenaga S1 Kesehatan PNS
Sanitasi Masyarakat
Lingkungan
14. Renya Melati, Tenaga Teknis D3 Farmasi PNS
Amd.Farm Kefarmasian
15. Listiyani Alala, Terapis gigi D3 PNS
AMKG dan mulut Keperawatan
(Perawat gigi) Gigi
16. Mutiara Rahmah, Terapis gigi D3 Kontrak
Amd.KG dan mulut Keperawatan Daerah
(Perawat gigi) Gigi
17. Siti Hajar Dewi Rekam Medis D4 Rekam Kontrak
Sarrah, S.ST Medis Daerah
18. Vina Eriana, S,Gz Ka Subag TU S1 Gizi PNS
Kesehatan
19. Ani Rochaeni Pengadministra SMA PNS
si Umum
20. Suciarti, SE Pengadministra S1 Ekonomi PNS
si Umum
21. Yunianto Pengadministra D1 SPPH PNS
si Umum
22. Fitri Fadilah, SE Akuntan S1 Akuntansi Kontrak
Daerah

Puskesmas Sarijadi memiliki 2 tenaga dokter gigi dan 2 perawat gigi. Menurut
target Kementerian Kesehatan pelayanan ideal dokter gigi dalam satu wilayah memiliki
rasio 1:9090, sedangkan WHO menyebutkan bahwa satu dokter gigi idealnya memberikan
pelayanan kepada kurang lebih 2.500 orang. Apabila dianalisis berdasarkan jumlah
penduduk di sekitar wilayah UPT Puskesmas Sarijadi yang mencapai 25.300 orang, rasio

57
dokter gigi dan pasien adalah 12.650. Hal ini tentu masih jauh dikatakan ideal untuk dokter
gigi mencapai perawatan yang maksimal.
4.6.1.2 Sumber Dana (Money)
Analisis sumber dana bertujuan untuk menganalisis sumber dana puskesmas dalam
melaksanakan program kegiatan pelayanan dan kesehatan pada masyarakat.
Tabel 28 Sumber dana di Puskesmas

No. Sumber Anggaran Jumlah

1. BOK/DAK 482.979.000,00

2. APBD 65.999.868,00

Jumlah 548.978.868,00

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas


dan disetujui oleh daerah dan DPRD sebagai instrumen kebijakan yang digunakan sebagai
alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
APBN (BOK) merupakan dana bantuan dari pemerintah pusat untuk operasional
kesehatan kepada setiap pusat pelayanan kesehatan di setiap daerah, yaitu puskesmas.
Anggaran kesehatan yang didapat dari BOK yaitu sebanyak Rp. 482.979.000,00,
sedangkan anggaran kesehatan yang didapat dari dana APBD sebanyak Rp.
65.999.868,00, dan anggaran Kesehatan yang di dapat dari dana BLUD UPT sebesar Rp
32.717.635, sehingga jumlah total Anggaran Kesehatan yang di dapat UPT Puskesmas
Sarijadi adalah Rp. 548.978.868,00.
BLUD merupakan unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa keuntungan dan dikelola secara
mandiri. BLUD diberikan oleh pemerintah daerah kepada puskesmas dalam mengatur
dana kapitasi langsung ke puskesmas sehingga tidak lagi melalui kas. Belanja yang
bersumber dana BLUD, khusus untuk Puskesmas Sarijadi masih menginduk ke UPT
Puskesmas Sukarasa yang merupakan Puskesmas Induk dari Puskesmas Sarijadi.
Pembelanjaan BLUD lebih kearah Belanja Barang dan Jasa, untuk memenuhi kebutuhan

58
operasional di Puskesmas Sarijadi, dan Belanja Modal, untuk memenuhi sarana dan
prasarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sarijadi.
4.6.1.3 Sarana dan Prasarana (Material)
Sarana dan prasarana yang ada di UPT Puskesmas Sarijadi terdiri dari sarana
kesehatan, jenis bangunan, sarana transportasi, dan peralatan kesehatan. Berikut data
sarana dan prasarana yang ada di wilayah UPT Puskesmas Sarijadi.
Tabel 29 Sarana kesehatan di Puskesmas

No. Jenis Sarkestra UPT Puskesmas Sarijadi

1. Rumah Sakit Umum 0

2. Rumah Sakit Khusus 0

3. Puskesmas 1

4. Posyandu 18

5. Dokter Umum 15

6. Dokter Spesialis 8

7. Dokter Gigi 10

8. Klinik Pratama 2

9. Klinik Utama 0

10. Apotek 7

11. Laboratorium 0

12. Rontgen 0

13. Bidan Swasta 8

14. Batra 3

59
15. Dst 0

Jumlah 72

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sarana kesehatan di wilayah


kerja Puskesmas Sarijadi terdiri dari 1 Puskesmas, 18 posyandu, 15 dokter umum,
8 dokter spesialis, 10 dokter gigi, 2 klinik pratama, 7 apotek, 8 bidan swasta, dan 3
batra. Sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat di puskesmas. Berdasarkan data di atas, jumlah dokter gigi di wilayah
kerja UPT Puskesmas Sarijadi sudah termasuk dalam jumlah ideal yang
seharusnya, dimana rasio dokter gigi dengan jumlah penduduk yaitu 1:2.530.
Jumlah rasio ini sudah mencukupi dari standar yang ditetapkan World Health
Organization (WHO), yaitu 1:7.500.
Tabel 30 Jenis bangunan di Puskesmas Sarijadi

No. Jenis ruangan Jumlah Kondisi di Puskesmas

Baik Rusak

Ringan Sedang Buruk

1. Tempat parkir 1 ✔ - - -

2. Ruang tunggu 2 ✔ - - -
pasien

3. Ruang 1 ✔ - - -
pendaftaran dan
rekam medis

4. BP umum 1 ✔ - - -

5. Ruang tindakan 1 ✔ - - -

60
6. Poli Gigi 1 ✔ - - -

7. Poli KIA - KB 2 ✔ - - -

8. Poli MTBS 1 ✔ - - -

9. Laboratorium 1 ✔ - - -

10. Farmasi 1 ✔ - - -

11. Ruangan staf 0 ✔ - - -

12. Ruangan Dapur 0 ✔ - - -

13. Kamar 2 ✔ - - -
mandi/WC

Pada tabel di atas menunjukkan jenis, jumlah, dan kondisi ruangan yang ada
di Puskesmas Sarijadi, yaitu terdiri dari 1 tempat parkir, 2 ruang tunggu, 1 ruang
pendaftaran dan rekam medis, 1 ruang pemeriksaan umum, 1 ruang tindakan, 1
ruang poli gigi, 2 ruang poli KIA-KB, 1 ruang poli MTBS, 1 ruang laboratorium, 1
ruang farmasi, dan 2 kamar mandi atau WC. Data luas bangunan tiap ruangan tidak
tersedia di Puskesmas Sarijadi sehingga tidak bisa menganalisis kelayakan ruang
dari segi luas bangunan. Menurut Permenkes No. 89 tahun 2015, standar ruang
praktik perawatan gigi terdiri dari standar ruang yang cukup yaitu 5x6 meter,
ventilasi dan pencahayaan yang cukup, wastafel dengan cermin untuk demo dan
edukasi sikat gigi, serta pintu dan ruangan memperhatikan akses untuk kursi roda.
Puskesmas Sarijadi sudah memenuhi syarat ruang praktik menurut peraturan
tersebut namun belum tersedia cermin di ruangan tersebut.
Tabel 31 Transportasi milik Puskesmas Sarijadi

No. Jenis Kendaraan Jumlah Kondisi Puskesmas

61
yang Baik Rusak
tersedia
Ringan Sedang Buruk

1. Ambulance 0 0 0 0 0

2. Kendaraan 0 0 0 0 0
puskesmas keliling

3. Kendaraan 0 0 0 0 0
operasional

4. Kendaraan 0 0 0 0 0
Penyuluhan

5. Kendaraan bermotor 0 0 0 0 0
4 lainnya

6. Kendaraan roda 2 0 0 0 0 0

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa UPT Puskesmas Sarijadi tidak memiliki
kendaraan untuk melakukan proses pelayanan kesehatan di tempat tersebut. Berdasarkan
Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Puskesmas Sarijadi belum memenuhi syarat dengan
memiliki prasarana paling sedikit yaitu kendaraan puskesmas keliling dan kendaraan
ambulans.

Tabel 32 Jenis peralatan kesehatan di Puskesmas Sarijadi

No. Jenis Peralatan Jumlah Minimum Jumlah yang


Peralatan Tersedia

1. ART 1 1

Enamel Access Cutter 1 0

Spoon ekskavator small 1 1

62
spoon ekskavator medium 1 11

Spoon ekskavator large 1 0

Double ended applier and carver 1 0

Spatula plastik 1 6

Hatchet 1 0

Batu asah 1 0

2. Bein lurus besar 1 1

3. Bein lurus kecil 1 2

4. Bor Intan (diamond bur assorted 1 2


untuk air jet hand piece) (round,
inverted dan fissure)

5. Bor intan Contra Angle Hand 1 0


Piece Conventional (kecepatan
rendah) (round, inverted dan
fissure)

6. Ekskavator berujung dua (besar) 5 5

7. Ekskavator berujung dua (kecil) 5 0

8. Wagner 12cm 1 0

9. Handpiece contra angle 1 1

10. Handpiece straight 1 2

63
11. Kaca mulut datar no. 4 tanpa 5 1
tangkai

12. Klem 1 0

13. Set kursi gigi elektrik terdiri dari:

Kursi gigi 1 1

Cuspidor unit 1 0

Meja instrument 1 1

Foot controller 1 1

Compressor oilless 1 PK 1 1

14. Jarum eksterpasi 1 0

15. Jarum K-file (15-40) 1 0

16. Jarum K-file (45-80) 1 0

17. Light cure 1 1

18. Mikromotor dengan straight dan 1 0


contra angle hand piece

19. Pelindung jari 1 0

20. Pemegang matriks 1 1

21. Periodontal probe 1 0

22. Pinset 5 6

64
23. Scaler standar, bentuk cangkul 1 2
(kiri kanan)

24. Scaler standar, bentuk tombak 1 1


(Type Hook)

25. Scaler ultra sonic 1 1

26. Sonde 10 Lurus: 11


Lengkung: 10

27. Tang pencabutan 18 17

28. Scalpel 1 0

29. Sphygmomanometer -

30. Stethoscope -

31. Kaca mulut 15 12

32. Penumpat plastis 1 1

33. Penahan lidah 1 1

34. Spatula pengaduk semen Ionomer 1 1

35. Penumpat semen berujung dua 1 2

36. Polishing bur 1 0

37. Baki instrumen - 0

4.6.1.4 Sistem Informasi (Machine)


Sistem Informasi Puskesmas (SIP) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu tatanan yang menyediakan

65
informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya. Puskesmas Sarijadi memiliki
program sebagai sistem informasi di Puskesmas, yaitu SIKDA, SIHA, dan PCARE.
SIKDA adalah Suatus sistem informasi yang mencakup Sub sistem informasi yang
dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek Swasta,
Apotek, Laboratorium), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem informasi pada
Dinas Kesehatan Provinsi. Di unit pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, tenaga
kesehatan bertugas melaksanakan manajemen pasien agar dapat dicapai pelayanan
kesehatan kuratif dan preventif yang efektif. Mengumpulkan data yang dapat dan harus
digunakan setempat untuk menjaga dan meningkatkan pelayanan kesehatan adalah tugas
utama dari pengelola Sistem Informasi Kesehatan di unit itu.
SIHA atau Sistem Informasi HIV-AIDS merupakan perangkat lunak yang dijalankan
pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengolahan data menjadi informasi dari berbagai
kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS. Aplikasi SIHA terdiri dari beberapa modul yang
mencatat kegiatan VCT, PITC, PMTCT, harm reduction, penjangkauan hingga surveilans
sentinel HIV.
PCare atau Primary Care BPJS Kesehatan merupakan sebuah aplikasi berbentuk website
yang dibuat khusus untuk Faskes Tingkat Pertama seperti Puskesmas, Klinik dan Dokter
untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan kemudahan akses data ke server BPJS.
Faskes dapat mengakses data langsung ke server BPJS melalui website PCare. Aplikasi ini
terdiri dari sistem informasi untuk pelayanan pasien BPJS Kesehatan, seperti pendaftaran
pasien, penegakan diagnosa, terapi pengobatan, serta pelayanan laboratorium, dan rujukan
pasien.

4.6.1.5 Sasaran (Market)


Jumlah sasaran penduduk di wilayah Puskesmas Sarijadi sebesar 25.300 jiwa
dengan komunitas yang heterogen. Berdasarkan Pedoman Kerja Puskesmas tahun 1999,
idealnya satu puskesmas melayani 30.000 jiwa. Dengan penduduk yang berjumlah 25.300
jiwa, berarti Puskesmas Sarijadi telah memenuhi angka ideal pelayanan kesehatan,
sehingga diharapkan pelayanan kesehatan masyarakat dapat terselenggara dengan efektif
dan optimal.

66
4.6.1.6 Program (Method)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan. Puskesmas Sarijadi menyelenggarakan Upaya kesehatan
gigi dan mulut masyarakat dengan lebih mengutamakan upaya preventif dan kuratif. Upaya
preventif sering dilakukan di wilayah sekolah berupa penyuluhan sebanyak dua kali selama
setahun. Setelah dievaluasi pada tahun 2019 dan 2020, upaya promotif di UPT Puskesmas
Sarijadi telah terlaksana dengan baik dan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Namun,
pada tahun 2020 hingga 2021, program preventif dan kuratif sempat terhenti karena kondisi
pandemi COVID-19.

4.6.2. Analisis Proses


Analisis proses yakni meliputi frekuensi kunjungan pasien dan beban kerja petugas.
Berikut analisis proses di Puskesmas UPT Sarijadi.
4.6.2.1 Frekuensi Kunjungan Pasien
Kunjungan masyarakat ke puskesmas pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 33 Frekuensi kunjungan pasien per bulan tahun 2019

NO KEGIATAN SATUAN JUMLAH TOTAL

L P L+P
I KUNJUNGAN PUSKESMAS
1 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan orang 253 385 638
Anak Sekolah
2 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan orang 24 24
Gigi Ibu Hamil
3 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi orang 143 139 282
Anak Prasekolah
4 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan orang 897 1885 2782
Lainnya
II DIAGNOSA

67
1 Karies Gigi gigi 118 253 371

2 Penyakit Pulpa dan Jaringan gigi 677 1292 1969


Periapikal
3 Ginggivitis dan Jaringan Periodontal orang 109 176 285

4 Gangguan Gigi dan Jaringan gigi 348 681 1029


Lainnya
5 Penyakit Rongga Mulut orang 19 33 52

III JENIS KEGIATAN PELAYANAN MEDIK GIGI

1 Tumpatan Gigi Tetap gigi 194 433 627

2 Tumpatan Gigi Sulung gigi 20 56 76

3 Pencabutan Gigi Tetap gigi 175 333 508

4 Pencabutan Gigi Sulung gigi 114 175 289

5 Pengobatan Pulpa orang 253 580 833

6 Pemberian Obat orang 472 811 1283

7 Scalling orang 1 1 2

8 Pengobatan Lain-Lain orang 1 2 3

IV PROGRAM UKGS

1 Jumlah Kunjungan Petugas ke SD 0


SD/MI Binaan
2 Jumlah Penyuluhan Kesgimul ke SD 0
SD/MI Binaan
3 Jumlah SD/MI yang melaksanakan SD 0
SGB
4 Jumlah Murid SD/MI yang orang 0 0 0
diperiksa

68
5 Jumlah Murid yang Membutuhkan orang 0 0 0
Perawatan
V PROGRAM UKGM

1 Jumlah Kunjungan Petugas Ke Posyandu 0


Posyandu
2 Jumlah Penyuluhan Kesgimul ke Posyandu 0
Posyandu
3 Jumlah Masyarakat yang diperiksa: 0 0 0

a. Balita orang 16 39 55

b. Ibu Hamil orang 4 4

c. Masyarakat Lain orang 18 100 118

4 Jumlah yang Dirujuk ke Puskesmas 0 0 0

a. Balita orang 3 7 10

b. Ibu Hamil orang 3 3

c. Masyarakat Lain orang 4 9 13

VI RUJUKAN GIGI

1 Rujukan ke Rumah Sakit orang 62 120 182

2 Rujukan ke Poli Lain orang 1 0 1

3 Rujukan dari Rumah Sakit orang 0 0 0

4 Rujukan dari Poli Lain orang 53 127 180

VII TOTAL KUNJUNGAN UMUM NON PBI PBI

1 TAHUN 2019 1807 1655 503 3965

BARU

2 KUNJUNGAN TAHUn 2019 1525 1937 502 3964


DALAM WILAYAH

69
4.6.2.2 Beban Kerja Petugas
Puskesmas Sarijadi pada tahun 2019 terdapat dua dokter gigi. Masing-masing dokter
gigi melayani 15 pasien per hari. Sehingga total pasien maksimal yang dapat dilayani poli
gigi pada Puskesmas Sarijadi adalah 30 pasien per hari, 150 pasien per minggu, 600 pasien
perbulan dan 7200 pasien per tahun.

4.6.3. Analisis Output


4.6.3.1 Cakupan Pelayanan : Pembinaan peran serta masyarakat
Puskesmas Sarijadi memiliki 70-80 kader meliputi 11 RW. Masing-masing RW
memiliki 7-8 kader. Hal ini dikategorikan sangat baik dan memenuhi standar dari Menteri
Kesehatan.
4.6.3.2 Cakupan Pembinaan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat pada UPT Puskesmas
Sarijadi dapat dilakukan melalui upaya promotif dan preventif, seperti Pembinaan Upaya
Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). Pembinaan UKGM merupakan suatu pendekatan
edukatif dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kesehatan
gigi dengan mengintegrasikan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi pada berbagai
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat. Sasaran dari UKGM adalah kelompok
masyarakat yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut, seperti ibu hamil, balita, dan
anak SD. Masyarakat diharuskan berperan serta dan diperlukan pelatihan oleh tenaga
kesehatan. Berikut ini adalah beberapa tabel yang menunjukkan cakupan UKGM pada
puskesmas Sarijadi.
Tabel 34 Cakupan pembinaan kesehatan gigi masyarakat (UKGM)

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi
1 Jumlah UKBM yang ada di 18
wilayah kerja Puskesmas
2 Jumlah UKBM yang mendapat 18
pembinaan di wilayah kerja
Puskesmas

70
3 % Cakupan Pembinaan Upaya 100%
Kesehatan Gigi Masyarakat
(UKGM)

Berdasarkan tabel di atas cakupan pembinaan UKM adalah sebanyak 18 dari


18 UKGM yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Sarijadi dengan persentase
100%, sehingga dapat disimpulkan bahwa cakupan pembinaan UKGM pada
wilayah sekitar Puskesmas sangat baik.
4.6.3.3 Cakupan Pembinaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat
dengan tujuan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta
didik di sekolah binaan. Tujuan dari UKGS ini adalah tercapainya derajat kesehatan gigi
dan mulut peserta didik yang optimal.
Tabel 35 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman Kanak-kanak (TK)

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah TK yang ada 15

2 Jumlah TK yang mendapatkan 15


pembinaan oleh petugas
puskesmas

3 % Cakupan Pembinaan 100 %


Kesehatan Gigi dan Mulut di
Taman Kanak-kanak (TK)

Tabel di atas menjelaskan Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada
Taman Kanak-kanak (TK) oleh Puskesmas Sarijadi mencapai 100% dari total
keseluruhan 15 Taman Kanak-kanak. Hal ini menyimpulkan bahwa cakupan pembinaan
UKGS pada Taman Kanak-kanak sudah sangat baik.

71
Tabel 36 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah SD/MI yang ada 9

2 Jumlah SD yang mendapatkan 9


pembinaan oleh petugas
puskesmas

3 % Cakupan Pembinaan 100%


Kesehatan Gigi dan Mulut di
SD/MI

Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/ MI telah mencapai 100 %
di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi.
Tabel 37 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah siswa TK yang berada di 693


wilayah kerja

2 Jumlah siswa TK yang 678


mendapat pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut oleh
petugas

3 % Cakupan Pemeriksaan 97.8 %


Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa
TK

Sekitar 51,72 % dari siswa TK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi
telah mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh petugas. Sebagian siswa TK

72
lain belum mendapatkan pemeriksaan dikarenakan SDM yang tidak memadai dan
kurangnya kesadaran dalam pentingnya pemeriksaan gigi. Kedepannya akan dilakukan
pemeriksaan gigi mulut berkoordinasi dengan program penjaringan anak sekolah.
Tabel 38 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah siswa SD yang berada di 3.167


wilayah kerja Puskesmas

2 Jumlah siswa SD yang mendapat 1.617


pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut oleh petugas Puskesmas

3 % Cakupan Pemeriksaan 51.05 %


Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa
SD

Tabel di atas menjelaskan Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) oleh Puskesmas Sarijadi. Hal ini
menjelaskan bahwa cakupan pembinaan UKGS pada Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) cukup baik.

Tabel 39 Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah siswa TK yang 650


membutuhkan perawatan

2 Jumlah siswa TK yang 210


mendapat penanganan oleh
petugas Puskesmas

73
3 % Cakupan Penanganan Siswa 32.3 %
TK yang Membutuhkan
Perawatan Kesehatan Gigi

Dari tabel diatas terlihat bahwa penanganan siswa TK yang membutuhkan


perawatan kesehatan gigi mencapai 80 %. sebagian siswa TK yang membutuhkan
perawatan tidak mendatangi puskesmas untuk perawatan lebih lanjut dikarenakan
kesadaran yang masih menganggap selagi gigi tidak sakit tidak perlu mendatangi dokter
gigi. Kedepannya akan dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan dan
penanganan kesehatan gigi bagi orang tua yang memiliki anak TK.

Tabel 40 Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan Perawatan Kesehatan Gigi

No Uraian Puskesmas Keterangan


Sarijadi

1 Jumlah siswa SD/MI yang 1.617


membutuhkan perawatan di
wilayah kerja Puskesmas

2 Jumlah siswa SD/ MI yang 1.300


mendapat penanganan oleh
petugas Puskesmas

3 % Cakupan Cakupan 80.3 %


Penanganan Siswa SD/MI yang
Membutuhkan Perawatan
Kesehatan Gigi

80,3 % siswa SD yang melakukan perawatan gigi di wilayah kerja Puskesmas


Sarijadi. Hal ini terjadi karena kesadaran siswa tentang pentingnya kesehatan gigi dan
mulut masih kurang, atau ada beberapa siswa yang memeriksakan kesehatan giginya ke
fasilitas kesehatan yang lain. Kedepannya akan dilakukan penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan dan penanganan kesehatan gigi bagi orang tua yang memiliki anak SD.

74
4.7. Analisis Epidemiologi Masalah Derajat Kesehatan
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang
berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk dan kata terakhir adalah Logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penduduk, sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini adalah ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah
kesehatan pada sekelompok orang atau masyarakat serta determinasinya (faktor-faktor
yang mempengaruhinya) (Masriadi, 2017). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
epidemiologi masalah derajat kesehatan adalah waktu, orang, dan wilayah atau tempat.
● Waktu (When)
Berdasarkan analisis waktu, kasus penyakit pulpa dan jaringan periapikal paling banyak
pada tahun 2019 ada di bulan September yaitu sejumlah 1969 kasus.
● Orang (Who)
Masyarakat yang paling banyak menderita penyakit pulpa dan jaringan periapikal adalah
masyarakat di kelompok usia 15-44 tahun.
● Tempat (Where)
Wilayah kerja Puskesmas Sarijadi adalah satu kelurahan yaitu Kelurahan Sarijadi,
Kecamatan Sukasari, Kota Bandung

4.8. Resume Hasil Analisis Situasi


Puskesmas Sarijadi memiliki wilayah kerja satu kelurahan yaitu Kelurahan Sarijadi
seluas ±157.060 ha dengan jumlah penduduk 25.300 jiwa yang tersebar di 100 RT dan 11
RW. Total jumlah KK adalah 5.747 KK. Kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas
sebanyak 176 orang/ha dikategorikan tinggi. Kelompok usia terbanyak berada pada usia
produktif yaitu pada kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 2.977 orang. Kelompok
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak yaitu di tingkat SD sebanyak 4.673
orang. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja puskesmas sebanyak 1.746 orang atau
6,9%.
Lingkungan di sekitar wilayah kerja Puskesmas Sarijadi memiliki cakupan rumah
sehat sebesar 90% dengan sumber air yang digunakan mayoritas masyarakat berasal dari
SGL (sumur gali), sumur pompa tangan (SPT), sarana air bersih perpipaan (seperti: kran

75
umum, hidran umum, terminal air) dan penampungan mata air (PAH). SPAL (Sistem
Pembuangan Air Limbah) di Kelurahan Sarijadi sudah cukup optimal. Jarak paling jauh
masyarakat Kelurahan Sarijadi menuju puskesmas adalah 1 Kilometer dan dapat ditempuh
menggunakan roda 2 dan 4 serta mudah diakses dengan menggunakan angkutan kota yang
melintas tepat di depan Puskesmas Sarijadi. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai
di Puskesmas Sarijadi relatif cepat berkisar antara 5 menit sampai 20 menit. Lokasi dari
Puskesmas Sarijadi memberikan potensi yang cukup besar untuk mencapai tujuan
pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Berdasarkan analisis derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Sarijadi jumlah
kematian paling banyak dikarenakan penyakit gagal jantung yaitu 38 kasus kematian.
Masalah kesehatan gigi yang ada pada wilayah kerja puskesmas terdiri dari karies, penyakit
pulpa dan jaringan periapikal, dan penyakit gingivitis dan periodontitis dengan jumlah
penyakit terbanyak adalah penyakit pulpa dan jaringan periapikal sebanyak 1969 kasus.
Perilaku kesehatan penduduk sekitar Puskesmas Sarijadi kurang menyadari
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Umumnya kondisi rongga mulut pasien
yang datang ke poli gigi puskesmas masih dalam keadaan kotor, banyak kalkulus dan stain.
Penduduk datang ke dokter gigi hanya jika ada rasa sakit atau keluhan pada giginya, hal
ini yang mengakibatkan banyak sekali kasus penyakit pulpa dan jaringan periapikal.
Namun, pasien yang mengunjungi Puskesmas Sarijadi untuk kontrol ke dokter gigi sudah
cukup baik. Sekitar 9 dari 10 pasien yang sebelumnya pernah mengunjungi puskesmas dan
mendapatkan edukasi dari dokter gigi, akan datang lagi ke puskesmas untuk melakukan
pembersihan karang gigi atau setidaknya hanya untuk kontrol. Lalu masyarakat juga sudah
cukup baik dalam menerapkan pengetahuannya dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut
seperti menyikat gigi dengan baik dan benar, menyikat gigi setelah mengonsumsi makanan
dan minuman yang memicu timbulnya karies, dan melakukan kontrol 6 bulan sekali. Hal
ini dapat dilihat dari kunjungan beberapa kali setelah pasien menerima perawatan dan
edukasi pertama kali di puskesmas, rongga mulut pasien lebih bersih dan terjaga daripada
pertemuan sebelumnya.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Sarijadi terbanyak merupakan
pelayanan pengobatan pulpa 35,7% diikuti dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 26,8%.
Jumlah dokter gigi di wilayah kerja UPT Puskesmas Sarijadi sudah termasuk dalam jumlah

76
ideal yang seharusnya, dimana rasio dokter gigi dengan jumlah penduduk yaitu 1:2.530.
Jumlah rasio ini sudah mencukupi dari standar yang ditetapkan World Health Organization
(WHO), yaitu 1:7.500. Menurut Permenkes No. 89 tahun 2015, standar ruang praktik
perawatan gigi juga sudah memenuhi standar ruang yang cukup yaitu 5x6 meter, ventilasi
dan pencahayaan yang cukup, wastafel dengan cermin untuk demo dan edukasi sikat gigi,
serta pintu dan ruangan memperhatikan akses untuk kursi roda. Puskesmas Sarijadi sudah
memenuhi syarat ruang praktik menurut peraturan tersebut namun belum tersedia cermin
di ruangan tersebut.

4.9. Identifikasi Masalah


Langkah-langkah dalam menentukan identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
4.9.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Pendekatan H.L Blum
Tabel 41 Pendekatan H.L Blum

Demografi

1. Populasi: Jumlah penduduk sebanyak 25.300 jiwa. Terdiri dari WNI dan WNA.
2. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 15-44 tahun, sedangkan kelompok usia paling sedikit
adalah kelompok usia yang rentan (>65 tahun).
3. Pendidikan tertinggi yang mendominasi adalah kelompok lulusan SD/MI dan yang terkecil adalah lulusan
universitas. Penduduk dengan lulusan minimal SMA merupakan kelompok usia produktif yang rata-rata
bekerja.
4. Kepadatan penduduk 15 jiwa/km2 dengan pertumbuhan rata-rata antara 176 jiwa
5. Mata pencaharian yang terendah adalah petani sedangkan yang tertinggi adalah lain-lain (Ibu Rumah
Tangga dan penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetap, anak dibawah usia sekolah dan penduduk
yang memang tidak memiliki mata pencaharian) → kerawanan ekonomi pada kelompok penduduk
tersebut.
6. Dari total jumlah penduduk miskin, 1.676 jiwa sudah memiliki kartu BPJS, 70 jiwa belum memiliki kartu
BPJS.
7. Jumlah penduduk kelompok rentan, ada sebanyak 997 jiwa yang terdiri dari kelompok bumil, bulin,
buteki, neonatus, bayi, balita, anak usia sekolah dan lansia

Lingkungan Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan

77
1. Geografis 1. Tingginya angka penyakit pulpa 1. Tenaga kesehatan minim (2
Lokasi UPT Puskesmas mudah dan periapikal (1.969 kasus) pada dokter gigi puskesmas, 2
dijangkau. Jarak tempuh terjauh kelompok usia 15-44 tahun di perawat gigi dengan rasio
adalah 1 km Puskesmas Sarijadi 1:16.250)
2. Biologis 2. Penyakit gigi dan mulut terdapat 2. Transportasi UPT
● Rumah Sehat: belum semua di urutan ke-5 pada masyarakat Puskesmas tidak tersedia
rumah memenuhi syarat umum dan ke-9 pada masyarakat 3. Program preventif dan
(90%) miskin kuratif menurun pada tahun
● Ketersediaan air: sarana air 3. Terdapat 1 kasus kematian bayi 2020-2021 karena pandemi
bersih yang memenuhi syarat pada masyarakat miskin COVID-19
hanya sebesar 90% 4. Pola penyebab kematian paling 4. Masih terdapat beberapa
● Pembuangan limbah: SAPL banyak akibat gagal jantung alat di puskesmas yang
yang memenuhi syarat hanya 5. Angka morbiditas tertinggi pada belum memenuhi jumlah
63,99% kasus nasofaringitis akut sebanyak minimum yang dibutuhkan
● Pembuangan sampah: SAP 5.460 kasus 5. Kurangnya peran serta
yang memenuhi syarat hanya 6. Terdapat 27 balita dengan gizi masyarakat dimana hanya
80% kurang terdapat 1 kader per RW
3. Pendidikan 6. Rendahnya cakupan
● Pendidikan tertinggi pembinaan UKGS pada
umumnya adalah SD/MI Sekolah Dasar atau
4. Ekonomi Madrasah Ibtidaiyah
● Menengah kebawah (SD/MI) yaitu hanya
51,05%

Perilaku

1. Umumnya masyarakat datang ke poli gigi puskesmas hanya pada


saat memiliki keluhan berat seperti nekrosis pulpa dan gangren
radiks akibat karies.
2. Pengetahuan masyarakat sekitar masih minim tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut, dilihat dari kondisi rongga mulut pasien
yang buruk (banyak kalkulus dan stain) pada saat pertama kali
datang ke poli gigi puskesmas.
3. Dari aspek afektif, pasien yang sebelumnya pernah datang ke
puskesmas untuk melakukan kunjungan dan mendapat edukasi dari
dokter gigi, akan datang lagi untuk melakukan pembersihan karang
gigi atau kontrol setidaknya 6 bulan sekali. Namun, kurangnya

78
edukasi yang menyeluruh melalui penyuluhan secara langsung ke
masyarakat menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan hal
itu. Penyuluhan kepada masyarakat terhambat akibat keterbatasan
SDM Puskesmas Sarijadi.

4.10. Perjalanan Penyakit Pulpa dan Periapikal

Gambar 8 Perjalanan penyakit pulpa dan periapikal

79
4.11. Perjalanan Penyakit

Gambar 9 Web of cause penyakit pulpa

80
4.12. Identifikasi Masalah Berdasarkan Faktor Perilaku Menurut Lawrence Green

Tingginya kasus penyakit pulpa dan


jaringan periapikal di wilayah kerja
Puskesmas Sarijadi

Predisposing Factor Enabling Factor Reinforcing Factor


Pengetahuan Kurangnya Kurangnya
masyarakat yang jumlah tenaga dukungan perhatian
masih minim dokter gigi dan dan peran serta
dalam menjaga perawat gigi tokoh masyarakat
kesehatan gigi dalam pelaksanaan terhadap kesehatan
dan mulut. program kesehatan gigi dan mulut
Pemikiran gigi dan mulut Puskesmas sulit
masyarakat yang Program untuk melakukan
hanya ke dokter UKGM dan penyuluhan
gigi apabila UKGS belum langsung ke
sudah memiliki maksimal masyarakat karena
keluhan yang kurangnya SDM
mengganggu.
Belum semua
rumah
masyarakat
memenuhi syarat
Rumah Sehat
Waktu
penyuluhan tidak
menyesuaikan
dengan waktu
kerja mayoritas
penduduk

4.12.1. Tabel Identifikasi masalah penyakit gigi terbanyak diderita masyarakat di


UPT Puskesmas Sarijadi
Tabel 42 Hasil identifikasi masalah penyakit gigi terbanyak di Puskesmas Sarijadi

Metode Identifikasi Masalah Penyebab Permasalahan


Sebagai Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Utama
(paling memungkinkan)

Analisis Epidemiologi Tingginya angka Jumlah yang paling banyak

81
penyakit pulpa dan adalah penduduk usia 15-44
jaringan periapikal di tahun (remaja dan dewasa)
wilayah kerja
Puskesmas Sarijadi

4.12.2. Tabel Identifikasi penyebab masalah kejadian penyakit (faktor-faktor


resiko)
Tabel 43 Identifikasi penyebab masalah kejadian penyakit

Penyebab
Permasalahan Sebagai
Faktor Risiko Kejadian
No Metode Identifikasi Masalah
Penyakit Utama yang
Signifikan
(paling memungkinkan

1. Pendidikan tertinggi yang Tingkat pendidikan


mendominasi adalah masyarakat yang rendah
kelompok lulusan SD/MI sehingga kurangnya
2. Mata pencaharian pengetahuan akan
tertinggi adalah lain-lain kesehatan gigi dan mulut
(Ibu Rumah Tangga,
Analisis
1 penduduk yang tidak
Demografi
memiliki pekerjaan tetap,
anak dibawah usia
sekolah, dan penduduk
yang memang tidak
memiliki mata
pencaharian)

Pengetahuan masyarakat Kurangnya aksi


Analisis
2 masih minim dalam menjaga penyuluhan dan promosi
Perilaku
kesehatan gigi dan mulut kesehatan secara

82
menyeluruh ke
masyarakat sekitar

1. Jumlah tenaga kesehatan


gigi belum ideal
Analisis 2. Kurangnya jumlah alat- Kurangnya sumber daya
3 Pelayanan alat kedokteran gigi di pada pelayanan kesehatan
Kesehatan puskesmas gigi dan mulut
3. Jumlah pasien melebihi
target

1. Belum semua rumah


memenuhi syarat Rumah
Sehat
2. Belum semua masyarakat
memiliki sarana air bersih
yang sesuai syarat
Belum semua rumah
Analisis 3. Belum semua rumah
4 sesuai syarat Rumah
Lingkungan memiliki sarana
Sehat
pembuangan air limbah
yang sesuai syarat
4. Belum semua sarana
pembuangan sampah
yang tersedia sesuai
syarat

Hasil dari identifikasi masalah dapat diketahui bahwa penyebab masalah


sebagai faktor risiko banyaknya pasien dewasa yang datang ke UPT Puskesmas
Sarijadi yang menderita penyakit pulpa dan jaringan periapikal adalah sebagai
berikut:
1. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

83
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan gigi
dan mulut
3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan gigi oleh puskesmas dikarenakan
SDM dan ruangan yang kurang memadai

4.13. Penerapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah


4.13.1. Penetapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah Tingginya Penyakit dan Faktor
Risiko Sebab-Akibat
Penetapan prioritas masalah dan sebab-akibat masalah tingginya penyakit pulpa
dan jaringan periapikal di UPT Puskesmas Sarijadi, menggunakan metode Pan
American Health Organization (PAHO) dan Multiple Criteria Utility Assessment
(MCUA).
4.13.2 Penetapan Prioritas Faktor Penyebab Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, metode yang digunakan adalah teknik
skoring PAHO (Pan American Health Organization) berdasarkan beberapa indikator,
yaitu:
1. Magnitude (M) atau besarnya masalah, menunjukkan berapa banyak penduduk
yang terkena masalah tersebut.
2. Severity (S) atau tingkat keparahan, menunjukkan tingkat keparahan sebagai
dampak yang diakibatkan oleh masalah kesehatan tersebut, dapat juga ditunjukkan
dengan besarnya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi atau mengobatinya.
3. Vulnerability (V) atau ketersediaan teknologi, menunjukkan tersedianya teknologi
yang murah dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern (C) atau kepedulian masyarakat, menunjukkan
sejauh mana masalah tersebut menjadi kegusaran masyarakat dan para politisi.
Tabel 44 Teknik PAHO

No Masalah M S V C Total

1 Tingkat pendidikan masyarakat 7 7 3 2 294


yang rendah sehingga kurangnya
pengetahuan akan kesehatan gigi

84
dan mulut

2 Kurangnya edukasi tentang 9 10 6 5 2700


kesehatan gigi dan mulut secara
menyeluruh terhadap masyarakat

3 Tenaga kesehatan di wilayah 9 9 3 2 486


Puskesmas kurang memadai

4 Belum semua rumah sesuai 5 4 6 2 240


syarat rumah sehat

Skor yang digunakan untuk menilai indikator di atas ditentukan dari skor 1-
10. Skor 1 menunjukkan kategori sangat rendah dan skor 10 menunjukkan kategori
sangat tinggi. Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan mengalikan seluruh
skor pada masing-masing indikator (M × S × V × C), kemudian hasil dari perkalian
tersebut diurutkan sesuai nilainya untuk menentukan prioritas masalah. Hasil nilai
terbesar itulah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah.
Setelah menentukan prioritas masalah menggunakan teknik PAHO seperti
di atas, didapatkan bahwa prioritas masalah di UPT Puskesmas Sarijadi adalah
kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh terhadap
masyarakat.
Tabel 45 Tabel Teknik MCUA

No Kriteria Tingkat Kurangnya Tenaga Belum


pendidikan edukasi kesehatan di semua rumah
masyarakat tentang wilayah sesuai syarat
yang rendah kesehatan gigi Puskesmas rumah sehat
sehingga dan mulut kurang
kurangnya secara memadai
pengetahuan menyeluruh
akan kesehatan terhadap
gigi dan mulut masyarakat

85
1 Kemudahan 4x1 4x4 4x3 4x2

2 Ketersediaan 3x2 3x4 3x1 3x1


Teknologi

3 Kegawatan 2x3 2x1 2x2 2x3

Jumlah (BxS) 16 30 19 17

Rangking Prioritas 4 1 2 3

Skor yang digunakan untuk menilai kategori kemudahan dan ketersediaan


teknologi di atas ditentukan dari skor 1-5 dimana skor 1 menunjukkan kategori
sangat sulit dan skor 5 menunjukkan kategori sangat mudah, sedangkan skor untuk
kategori kegawatan adalah sebaliknya. Penentuan prioritas masalah dilakukan
dengan menjumlahkan ketiga kategori (kemudahan + ketersediaan teknologi +
kegawatan), dimana hasil setiap kategori dari indikator masalah-masalah tersebut
adalah hasil perkalian penentuan skor dengan konstanta yang telah ditetapkan.
Setelah menentukan prioritas masalah menggunakan teknik MCUA seperti
di atas, didapatkan bahwa prioritas masalah di UPT Puskesmas Sarijadi adalah
kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh terhadap
masyarakat

4.13.3 Faktor Risiko Sebab-Akibat


Tabel 46 Faktor risiko sebab-akibat

Akibat Faktor Risiko Sebab-Akibat

Karakteristik Sebab Utama Sebab Lapis Sebab Sebab


Masalah yang Kedua Lapis Lapis
Diamati Ketiga Keempat

Tingginya angka Tingkat Masyarakat Masyarakat Tingkat


penyakit pulpa dan pendidikan umumnya lebih ingin ekonominya

86
jaringan periapikal pada masyarakat yang lulusan SD bekerja rendah
usia 15 - 44 tahun di rendah sehingga daripada
wilayah kerja kurangnya melanjutkan
Puskesmas Sarijadi pengetahuan pendidikan
akan kesehatan
gigi dan mulut

Kurangnya Sulitnya Keterbatasan


edukasi tentang melakukan SDM dari
kesehatan gigi penyuluhan puskesmas
dan mulut secara secara langsung
menyeluruh ke masyarakat
terhadap
masyarakat

Tenaga kesehatan Penempatan Sulitnya Biaya untuk


di wilayah dokter dan mencari tenaga
Puskesmas perawat di tenaga kesehatan di
kurang memadai Puskesmas kesehatan Puskesmas
terbatas yang mau terbatas
bekerja di
Puskesmas

Belum semua Rendahnya Rumah sehat


rumah sesuai kesadaran bukan
syarat rumah masyarakat menjadi
sehat untuk menjaga prioritas
Rumah Sehat masyarakat

Data pada tabel di atas menunjukkan sebab-akibat dari sebab utama, lapis kedua,
lapis ketiga, hingga lapis keempat sebagai faktor risiko tingginya angka penyakit pulpa dan
jaringan periapikal pada usia 15 - 44 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sarijadi. Faktor
risiko utama yaitu kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
terhadap masyarakat, sebab lapis keduanya yaitu sulitnya melakukan penyuluhan secara
langsung ke masyarakat, dan sebab lapis ketiganya yaitu adanya keterbatasan sumber daya

87
manusia (SDM) dari puskesmas. Hasil dari analisis faktor sebab-akibat di atas kemudian
diuraikan dalam bentuk fishbone diagram pada sub bab berikutnya.
4.13.4 Fishbone Diagram

Gambar 10 Fishbone diagram

Diagram cause and effect atau diagram sebab akibat adalah alat yang membantu
mengidentifikasi, memilih, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari suatu
masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini menggambarkan hubungan antara
masalah dengan semua faktor penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut. Jenis
diagram ini kadang-kadang disebut diagram “ishikawa” karena ditemukan oleh Kaoru
Ishikawa, atau diagram “fishbone” atau “tulang ikan” karena tampak mirip dengan tulang
ikan.
Hasil analisis di atas nantinya untuk dapat menentukan bentuk intervensi yang
tepat, dan intervensi untuk mengatasi rendahnya pengetahuan dan kesadaran dalam upaya
pencegahan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut, nantinya akan diarahkan untuk
menghilangkan penyebab pada lapis keempat, yaitu sumber daya yang terbatas, tetapi hal
ini sulit karena harus menunggu lama datangnya SDM tersebut dari pusat. Oleh karena itu
akan turun menyelesaikan penyebab pada lapis ketiga pada remaja dan dewasa, yaitu
keluarga tidak memberikan informasi kesehatan gigi dan mulut, cakupan UKGS tingkat
SMP dan SMA belum terlaksana, cakupan UKGM belum maksimal, dan pendidikan

88
rendah. Langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menyelesaikan penyebab lapis ketiga tersebut, dan akan dianalisis dengan metode SWOT.

4.14. Alternatif Pemecahan Masalah


Penentuan alternatif masalah untuk menyelesaikan penyebab masalah/ faktor resiko di
wilayah UPT Puskesmas Sarijadi dari analisis adalah rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat usia 15-44 tahun terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
dengan menggunakan metode SWOT yaitu: Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Selanjutnya akan
dijelaskan alternatif-alternatif penentuan jalan keluar/ pemecahan masalah, yaitu masing-
masing dengan melakukan analisis SWOT untuk identifikasi faktor yang berhubungan
dengan rendahnya pengetahuan dan kesadaran dalam upaya pencegahan dan perawatan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Analisis SWOT dibagi menjadi 2 analisis, yaitu
analisis SWOT untuk rendahnya kesadaran dan pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan
mulut.

4.14.1 Analisis SWOT untuk Kelompok Dewasa (15-44 Tahun)


Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk menyelesaikan penyebab
masalah atau faktor risiko di wilayah Puskesmas Sarijadi dari analisis adalah kurangnya
pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode SWOT
yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threats
(ancaman).
Tabel 47 Analisa SWOT kelompok dewasa 15-44 tahun

Parameter SWOT Strength Weakness


- Puskesmas mudah
- Jumlah SDM di poli gigi
terjangkau jaraknya
puskesmas kurang memadai
- Puskesmas memiliki akun
- Sarana prasarana kurang
media sosial (Instagram dan
memadai
Whatsapp)

- Adanya - Melibatkan ibu-ibu aktif - Menggunakan media


Opportunity
kegiatan untuk melakukan sosial seperti Instagram,
posyandu penyuluhan Whatsapp dan TikTok

89
- Masyarakat sebagai media penyuluhan
bisa
menggunakan
media
komunikasi
digital

- Jumlah
masyarakat yang
banyak
- Tidak semua
rumah memenuhi
kriteria rumah
sehat
- Tingkat
pendidikan
- Memberikan pembekalan - Mengadakan webinar
masyarakat
edukasi kesehatan gigi dan tentang penyuluhan
rendah,
Threats mulut kepada karang taruna kesehatan gigi dan mulut
umumnya
setempat sebagai agent of melalui Zoom Meeting
lulusan SD
change kepada masyarakat
- Kurangnya
promosi dan
penyuluhan
kesehatan gigi
dan mulut
- Kesadaran
masyarakat akan
kesehatan gigi
dan mulut rendah

Alternatif pemecahan masalah untuk kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai


kesehatan gigi dan mulut adalah melibatkan ibu-ibu aktif untuk melakukan penyuluhan,
menggunakan media sosial seperti Instagram, Whatsapp dan TikTok sebagai media
penyuluhan, memberikan pembekalan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada karang
taruna setempat sebagai agent of change, dan mengadakan webinar tentang penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut melalui Zoom Meeting kepada masyarakat.

90
4.15. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Hasil analisis SWOT untuk menentukan jalan keluar / pemecahan masalah pada
masyarakat wilayah binaan Puskesmas Sarijadi di atas didapat adalah melibatkan ibu-ibu
aktif untuk melakukan penyuluhan, menggunakan media sosial seperti Instagram,
Whatsapp dan TikTok sebagai media penyuluhan, memberikan pembekalan edukasi
kesehatan gigi dan mulut kepada karang taruna setempat sebagai agent of change, dan
mengadakan webinar tentang penyuluhan kesehatan gigi dan mulut melalui Zoom Meeting
kepada masyarakat.
Keempat alternatif jalan keluar/pemecahan masalah tersebut, akan dipilih atau
diprioritaskan jalan keluar/solusi yang utama dengan menggunakan metode matriks
efektifitas dan efisiensi jalan keluar di bawah ini:
Tabel 48 Alternatif jalan keluar/pemecahan masalah

No Alternatif jalan keluar M I V C MIV/C

1. Melibatkan ibu-ibu aktif untuk 3 3 3 3 9


melakukan penyuluhan
2. Menggunakan media sosial 5 4 5 4 25
seperti Instagram, Whatsapp
dan TikTok sebagai media
penyuluhan
3. Memberikan pembekalan 4 4 3 3 16
edukasi kesehatan gigi dan
mulut kepada karang taruna
setempat sebagai agent of
change
4. Mengadakan webinar tentang 4 4 4 2 32
penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut melalui Zoom
Meeting kepada masyarakat

91
Nilai efektifitas setiap alternatif jalan keluar dinilai berdasarkan kriteria Magnitude,
Importancy, dan Vulnerability yang ditentukan dari skor 1-5, dimana skor 1 menunjukkan
kategori paling tidak efektif dan skor 5 menunjukkan kategori paling efektif, sedangkan
nilai efisiensi dari setiap alternatif jalan keluar dinilai berdasarkan kriteria Cost yang
ditentukan dari skor 1-5 dimana, skor 1 menunjukkan kategori paling tidak efisien dan skor
5 menunjukkan kategori paling efisien.
Berdasarkan tabel prioritas alternatif jalan keluar didapatkan prioritas alternatif
jalan keluar yaitu melakukan penyuluhan melalui webinar melalui Zoom Meeting tentang
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat Sarijadi khususnya untuk rentang usia 15-44
tahun. Alasan alternatif jalan keluar tersebut dapat mengatasi masalah secara luas, sangat
penting untuk dilaksanakan, memiliki sensitivitas dan penyelesaian masalah yang cepat
serta tidak memerlukan banyak biaya dan dapat menghindari pertemuan langsung untuk
menghindari Pandemic Covid 19.

4.16. Kaji Hambatan dan Kelemahan


Setelah dapat ditentukan prioritas jalan keluar utama/ solusi, yaitu melakukan
penyuluhan melalui webinar tentang kesehatan gigi dan mulut melalui Zoom Meeting
kepada masyarakat Sarijadi khususnya untuk rentang usia 15-44 tahun, maka dilakukan
kajian terhadap hambatan dan kelemahan penyuluhan dengan menggunakan metode SWOT
di bawah ini:
Tabel 49 Kaji hambatan dan kelemahan dengan metode SWOT

S W

- Kader tidak perlu berkumpul - Materinya harus menarik


di satu tempat yang sama - Koneksi internet yang tidak
- Tidak membutuhkan SDM stabil
dan dana yang besar - Tidak tatap muka dan sulit
- Materi disesuaikan dengan mengontrol kader apakah
kebutuhan sasaran benar-benar mengikuti acara
dari awal sampai akhir
O T

92
- Masyarakat rata-rata dalam - Sarana tidak mendukung (mati
rentang usia produktif yang listrik atau gangguan teknis
dapat menggunakan teknologi lainnya)
dan media sosial - Kuota internet terbatas / tidak
ada WiFi
Berdasarkan tabel kaji hambatan dan kelemahan program di atas didapatkan
strength yaitu kader tidak perlu berkumpul di satu tempat yang sama atau dapat dilakukan
dari rumah (upaya pemberantasan Covid-19), tidak membutuhkan SDM dan dana yang
besar, dan materi dapat disesuaikan dengan kebutuhan sasaran, kemudian weakness yaitu
bahan materi harus menarik, koneksi internet yang tidak stabil dan karena tidak dilakukan
secara tatap muka maka sulit mengontrol kader apakah benar-benar mengikuti acara dari
awal sampai akhir, serta opportunity yaitu masyarakat rata-rata dalam rentang usia
produktif yang dapat menggunakan teknologi dan media sosial, dan threat yaitu apabila
sarana tidak mendukung (mati listrik atau gangguan teknis lainnya) dan kuota internet
terbatas / tidak ada WiFi.
Setelah melakukan kajian hambatan dan kelemahan program di atas, selanjutnya
dilakukan pembuatan Rencana Kerja Operasional (RKO) gunanya untuk menyusun,
mempertajam, serta sebagai alat pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program ini.

4.17. Program Kegiatan Pemecahan Masalah/ Plan of Action


Program untuk memecahkan tingginya penyakit pulpa dan periapikal dengan penyebab risiko
utamanya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut. Maka
berdasarkan hasil kajian dan analisis tersebut, maka kami akan melakukan pemecahan masalah
atau penyelesaian, solusi masalah tersebut dengan membuat prioritas program utama adalah
mengadakan webinar tentang penyuluhan kesehatan gigi dan mulut melalui Zoom Meeting kepada
masyarakat. Mengingat pada saat ini sedang dalam kondisi pandemi, maka kami memanfaatkan
media Zoom Meeting untuk melakukan penyuluhan menggunakan poster beserta video edukasi
kepada masyarakat. Adapun rencana kegiatan/ rencana kerja operasionalnya adalah sebagai
berikut:

93
4.18. Rencana Kerja Operasional
4.18.1 Alasan Utama (Why)
Pada kelurahan Sarijadi, penyakit gigi dan mulut paling banyak diderita oleh penduduk
berusia 15-44 tahun berupa penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Faktor risiko sebagai penyebab
banyaknya penyakit pulpa dan jaringan periapikal adalah mayoritas pendidikan penduduk di
tingkat SD, rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut, belum optimalnya
pelayanan ruang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, dan kurangnya penyuluhan dan promosi
kesehatan kepada masyarakat sekitar. Hasil penetapan prioritas masalah dapat ditetapkan yang
menjadi faktor risiko utama adalah rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut.
4.18.2 Tujuan (What)
1. Tujuan Umum
Menurunnya kasus penyakit pulpa dan jaringan periapikal di wilayah Puskesmas Sarijadi.
2. Tujuan Khusus
Memberikan penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut kepada kader
Puskesmas Sarijadi, yang mana penyuluhan ini sebagai respon hasil analisa dokter gigi
muda FKG Unpad terhadap kondisi kesehatan gigi dan mulut di wilayah puskesmas.
4.18.3 Kegiatan Program (How)
Penyuluhan online via Zoom Meeting, dengan materi penyuluhan sebagai berikut:
● Struktur gigi
● Perjalanan penyakit pulpa dan jaringan periapikal
● Karies gigi dan penyebabnya
● Cara pencegahan karies
● Cara menyikat gigi (teknik, durasi, waktu dan frekuensi)
● Kapan harus ke dokter gigi
4.18.4 Pelaksanaan dan Sasaran (Who)
Pelaksana program ini adalah enam dokter gigi muda dari FKG Unpad yang mewakili
Puskesmas Sarijadi. Sasaran program ini adalah ibu-ibu kader Puskesmas Sarijadi dengan target
sebanyak 20 orang dari 11 RW di Kelurahan Sarijadi.
Tabel 50 Pembagian Kerja dan Rundown Acara Penyuluhan

Waktu Kegiatan PIC/Pemateri

94
09.00 - 09.30 Peserta bergabung ke ruangan Zoom Meeting

09.30 - 09.33 Pembukaan oleh MC Nabilla Musri

09.33 - 09.38 Pembukaan oleh Kepala Puskesmas Sarijadi drg. Dedy Kuswandi

09.38 - 09.43 Pembukaan oleh pembimbing dari puskesmas drg. Luki Tantri Sofan

09.43 - 09.48 Pembukaan oleh pembimbing IKGK Dr. Gilang Yubiliana, drg.,M.Kes

09.48 - 09.53 Pre-test Nabilla Musri

09.53 - 10.23 Penyuluhan Dira, Nisa, Farah, Anastasya, Puti

10.23 - 10.33 Sesi pertanyaan Dira, Nisa, Farah, Anastasya, Puti

10.33 - 10.38 Post-test Nabilla Musri

10.38 - 10.43 Pengumuman doorprize Nabilla Musri

10.43 - 10.46 Penutupan oleh MC dan foto bersama Nabilla Musri

4.18.5 Sumber Daya Pendukung (What Kind of Support)


Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini adalah laptop, handphone,
aplikasi powerpoint, google form, aplikasi Canva, aplikasi Gopay, aplikasi pickerwheel.
4.18.6 Tempat (Where)
Secara online melalui aplikasi Zoom Meeting yang diselenggarakan oleh enam dokter
gigi muda dari FKG Unpad yang mewakili Puskesmas Sarijadi.
4.18.7 Waktu Pelaksanaan (When)
Penyuluhan kepada ibu-ibu kader telah dilaksanakan pada:
Tempat : Aplikasi Zoom Meeting
Waktu : Senin, 15 November 2021
Pukul : 09.00 - 11.00
Link :
https://us02web.zoom.us/j/88062311204?pwd=YVl3TGVveWpFbmJvYm81VmRtZi95Zz09
Meeting ID: 880 6231 1204

95
Passcode: sarijadi

Gambar 11 Pelaksanaan penyuluhan secara daring di Puskesmas Sarijadi

Penyuluhan ini dihadiri oleh 22 orang dengan rincian 1 Dosen IKGK FKG Unpad, 6 dokter
gigi muda FKG Unpad dan 15 peserta yang merupakan ibu-ibu kader. Selesai sesi pemberian
materi penyuluhan, peserta Zoom Meeting memberikan respon yang baik dengan memberikan
beberapa pertanyaan, antara lain:
● Apabila gigi bernanah apa yang harus dilakukan? Apakah bisa sembuh hanya dengan
mengkonsumsi obat saja?
● Kapan waktu menyikat gigi yang tepat untuk anak-anak? Lalu apakah boleh
menggunakan obat kumur tanpa harus sikat gigi?
● Untuk gigi yang tinggal akar apakah perlu dicabut? Karena hanya mengkonsumsi
paracetamol nyerinya tidak kunjung hilang

4.18.8 Rencana Evaluasi


Evaluasi program penyuluhan via Zoom Meeting menggunakan soal pretest dan posttest di
google form yang disebarkan melalui kolom komentar sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut
adalah rincian pertanyaan soal pretest dan posttest:

96
1. Lapisan terluar gigi adalah:
a. Pulpa
b. Akar
c. Enamel
d. Gusi
Jawaban: C
2. Memelihara kesehatan gigi dapat dilakukan dengan cara:
a. Menyikat gigi sekurang-kurangnya 2x sehari
b. Menghindari makan permen dan coklat
c. Memeriksakan gigi ke dokter gigi atau puskesmas setiap 6 bulan sekali
d. Semua jawaban benar
Jawaban: D
3. Penyebab gigi berlubang adalah: (bisa pilih lebih dari 1 jawaban)
a. Makanan manis dan lengket
b. Bakteri
c. Konsumsi serat
d. Minum air putih teratur
Jawaban: A dan B
4. Makanan yang harus dihindari untuk mencegah gigi berlubang, KECUALI:
a. Coklat
b. Permen
c. Sayur dan buah-buahan
d. Es krim
Jawaban: C
5. Apabila gigi berlubang tidak segera dirawat ke dokter gigi/puskesmas, kondisi mana yang
mungkin terjadi:
a. Gigi sehat dan baik-baik saja
b. Abses periapikal
c. Demam dan batuk pilek
d. Gastritis
Jawaban: B

97
6. Kapan waktu yang pas untuk menyikat gigi: (bisa pilih lebih dari 1 jawaban)
a. Sebelum sarapan
b. Setelah sarapan
c. Sebelum tidur
d. Ketika mandi sore
Jawaban: B dan C
7. Berapa lama waktu yang ideal untuk menyikat gigi:
a. 2 menit
b. 1,5 menit
c. 1 menit
d. 3 menit
Jawaban: A
8. Keadaan individu yang dapat menyebabkan gigi berlubang adalah:
a. Individu sehat
b. Individu dengan susunan gigi yang rapi
c. Individu dengan susunan gigi yang kurang rapi dan jarang membersihkan gigi
d. Individu dengan lengkung gigi yang lebar
Jawaban: C
Saat pelaksanaan penyuluhan, pretest diisi oleh 15 orang sedangkan posttest diisi oleh 11
orang. Terdapat peningkatan jumlah peserta yang mendapat nilai sempurna dari 3 orang menjadi
6 orang. Selain itu, ada beberapa aspek yang dianalisis, antara lain:

A. Input
● Jumlah sasaran yang hadir dalam program penyuluhan belum tercapai dikarenakan
jadwal penyuluhan yang bentrok dengan aktivitas ibu-ibu seperti mengantar anak
ke sekolah, dll.
● Ketidakhadiran perwakilan dari Puskesmas Sarijadi karena jadwal penyuluhan
yang bentrok dengan jadwal praktek dokter gigi.
● Sarana dan prasarana sudah memadai untuk pelaksanaan penyuluhan via Zoom
Meeting dan google form

98
● Materi yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu terkait
karies serta penyakit pulpa dan jaringan periapikal
B. Proses
● Materi telah tersampaikan dengan baik dan menarik, dilihat dari antusiasme peserta
pada saat sesi pertanyaan.
● Waktu pelaksanaan program terlambat 45 menit dikarenakan menunggu
kehadiran perwakilan dari Puskesmas Sarijadi.
● Dua kegiatan dari rundown tidak dilakukan karena ketidakhadiran Kepala
Puskesmas dan pembimbing dari Puskesmas Sarijadi.
C. Output
● Peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan cukup baik, dilihat dari
perbandingan hasil pre-test dan post-test yang meningkat.
● Peserta antusias mengikuti acara penyuluhan, ditambah lagi dengan diadakannya
pembagian doorprize.

99
BAB V
PEMBAHASAN

5.
5.1. Pembahasan Umum

UPT Puskesmas Sarijadi adalah salah satu UPT Puskesmas di Kota Bandung yang terletak
di Jalan Sariasih No. 76 RT.06 RW.09 Kelurahan Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung,
Jawa Barat. Wilayah binaan Puskesmas Sarijadi meliputi Kelurahan Sarijadi yang memiliki luas
wilayah ±157.060 Ha. Puskesmas Sarijadi bertanggung jawab terhadap 100 RT dan 11 RW.
Puskesmas Sarijadi terletak di lokasi yang strategis di pinggir jalan. Lokasinya relatif dekat dan
mudah dijangkau oleh masyarakat, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan roda 2 dan
roda 4, serta mudah diakses dengan menggunakan angkutan kota yang melintas tepat di depan
Puskesmas Sarijadi. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai di Puskesmas Sarijadi relatif
cepat berkisar antara 5 menit sampai 20 menit.
Diagnosis komunitas pada case report ini didapat dari data Laporan Tahunan
Puskesmas tahun 2019 dan 2020. Diagnosis komunitas pada wilayah Puskesmas Sarijadi
ditetapkan menggunakan problem solving cycle. Analisis situasi sebelumnya dilakukan
dengan pendekatan teori H.L. Blum untuk menganalisa derajat kesehatan, aspek
kependudukan, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Selanjutnya, Identifikasi
masalah dilakukan menggunakan pendekatan H.L. Blum, pemahaman perjalanan penyakit,
web of cause serta menganalisa faktor perilaku menggunakan teori Lawrence Green.
Penentuan prioritas masalah kemudian ditentukan menggunakan teknik PAHO dan
MCUA.
Fase selanjutnya adalah menentukan tujuan umum dan khusus dari program yang
akan dilaksanakan. Pada case report ini tujuan ditentukan menggunakan prinsip SMART
yaitu specific, measurable, appropriate, realistic dan timebound. Penentuan alternatif
masalah kemudian dilakukan untuk menyelesaikan penyebab masalah atau faktor resiko di
wilayah UPT Puskesmas Sarijadi yang. Analisis dari rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat usia 15-44 tahun terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan menggunakan metode SWOT yaitu strength, weakness, opportunities dan threat.
Analisis SWOT tersebut mendapatkan empat alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan. Selanjutnya, dilakukan analisis menggunakan kriteria magnitude, importancy,

100
vulnerability, dan cost untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari setiap jalan keluar
sehingga didapatkan prioritas pemecahan masalah. Prioritas pemecahan masalah kemudian
dianalisis menggunakan analisa SWOT untuk mengetahui hambatan dan kelemahan yang
mungkin ditemukan. Fase terakhir adalah penyusunan rencana kerja operasional
menggunakan metode why, what, who, where, when, what kind of support dan how serta
rencana evaluasi.

5.2. Pembahasan Khusus

Analisa terhadap laporan tahunan Puskesmas Sarijadi pada tahun 2019 dan 2020
menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah penyakit
pulpa dan jaringan periapikal dengan jumlah kasus mencapai 1.969 gigi per tahun.
Masyarakat cenderung baru mengunjungi fasilitas kesehatan gigi dan mulut apabila telah
muncul keluhan, seperti rasa sakit sehingga kemungkinan besar perjalanan penyakit sudah
mencapai pulpa. Analisa dari data kependudukan menunjukkan bahwa wilayah kerja
Puskesmas Sarijadi terdiri dari 25.300 penduduk. Masyarakat di wilayah Puskesmas
Sarijadi didominasi dengan lulusan SD/MI dengan jumlah 4.673 jiwa dan yang terkecil
adalah lulusan Universitas sebanyak 784 jiwa. Proporsi masyarakat yang didominasi oleh
lulusan SD/MI menyebabkan penyuluhan atau informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan harus disesuaikan agar dapat diserap dengan mudah. Namun, disayangkan
adalah mayoritas penduduk berada di kelompok usia produktif (20-24 tahun) yang rata-
rata bekerja sehingga tidak bisa hadir ketika penyuluhan atau informasi kesehatan
disampaikan. Analisis epidemiologi dilakukan dan ditetapkan bahwa diagnosis komunitas
adalah tingginya penyakit pulpa dan jaringan periapikal di UPT Puskesmas Sarijadi pada
usia 15-44 tahun.
Analisis terhadap aspek lingkungan menemukan bahwa sumber air yang digunakan
mayoritas masyarakat berasal dari SGL (sumur gali), sumur pompa tangan (SPT), sarana
air bersih perpipaan (seperti: kran umum, hidran umum, terminal air) dan penampungan
mata air (PAH). Namun, tidak semua rumah di wilayah Puskesmas Sarijadi sesuai dengan
syarat rumah sehat. Hal ini menyebabkan beberapa masyarakat belum memiliki akses air
bersih maupun kamar mandi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Lokasi Puskesmas Sarijadi sebenarnya sangat strategis dan mudah diakses dengan

101
transportasi pribadi atau angkutan kota yang melintas tepat di depan Puskesmas Sarijadi.
Lokasi dari Puskesmas Sarijadi memberikan potensi yang cukup besar untuk mencapai
tujuan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Analisis pada perilaku kesehatan menunjukkan bahwa penduduk sekitar Puskesmas
Sarijadi kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kondisi rongga
mulut pasien yang datang ke poli gigi puskesmas umumnya masih dalam keadaan kotor,
banyak kalkulus dan stain. Penduduk juga hanya datang ke dokter gigi jika ada rasa sakit
atau keluhan pada giginya sehingga banyak sekali kasus penyakit pulpa dan jaringan
periapikal.
Analisa terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Sarijadi
menunjukan bahwa pelayanan terbanyak yang diberikan adalah pelayanan pengobatan
pulpa 35,7% diikuti dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 26,8%. Jumlah dokter gigi di
wilayah kerja UPT Puskesmas Sarijadi sudah termasuk dalam jumlah ideal yang
seharusnya, dimana rasio dokter gigi dengan jumlah penduduk yaitu 1:2.530. Jumlah rasio
ini sudah mencukupi dari standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO),
yaitu 1:7.500. Namun, tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Sarijadi masih perlu
ditambah agar dapat melaksanakan kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung
dengan baik. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Sarijadi menyebabkan banyak
program-program kesehatan yang belum terlaksana secara maksimal. UPT Puskesmas
Sarijadi tidak mempunyai tenaga Nutrisionis, karena Tenaga Nutrisionis yang ada berubah
menjadi tenaga struktural (Kepala Sub Bagian Tata Usaha) sehingga total tenaga kerja
adalah 24 orang karyawan. UPT Puskesmas Sarijadi juga tidak memiliki kendaraan untuk
melakukan proses pelayanan kesehatan di tempat tersebut. Berdasarkan Permenkes RI No.
75 Tahun 2014, Puskesmas Sarijadi belum memenuhi syarat dengan memiliki prasarana
paling sedikit yaitu kendaraan puskesmas keliling dan kendaraan ambulans.
Analisa faktor resiko terhadap terjadinya penyakit pulpa dan periapikal pada
Puskesmas Sarijadi dilakukan. Faktor risiko yang ditemukan antara lain, tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah sehingga kurangnya pengetahuan akan kesehatan gigi
dan mulut, kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
terhadap masyarakat, tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas kurang memadai serta belum
semua rumah sesuai syarat rumah sehat.

102
Analisis prioritas masalah kemudian dilakukan menggunakan teknik PAHO dan
MCUA. Faktor risiko utama merupakan kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan
mulut secara menyeluruh terhadap masyarakat. Selanjutnya, penentuan alternatif
pemecahan masalah di wilayah UPT Puskesmas Sarijadi dilakukan menggunakan metode
SWOT yaitu: Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan
Threats (ancaman). Alternatif pemecahan masalah yang didapatkan yaitu melibatkan ibu-
ibu aktif untuk melakukan penyuluhan, edukasi menggunakan media sosial seperti
Instagram, Whatsapp dan TikTok sebagai media penyuluhan, memberikan pembekalan
edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada karang taruna setempat sebagai agent of change,
dan mengadakan webinar tentang penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat
di usia 15-44 tahun.
Prioritas pemecahan masalah kemudian ditentukan dengan menentukan efektivitas
dan efisiensi dari setiap solusi. Penyuluhan kepada ibu-ibu kader melalui webinar tentang
kesehatan gigi dan mulut dipilih menjadi prioritas pemecahan masalah. Selain itu,
penyuluhan melalui media sosial secara tidak langsung dapat juga dilakukan secara paralel.
Alasan alternatif jalan keluar tersebut dapat mengatasi masalah secara luas, sangat penting
untuk dilaksanakan, memiliki sensitivitas dan penyelesaian masalah yang cepat serta tidak
memerlukan banyak biaya dan dapat menghindari pertemuan langsung untuk menghindari
Pandemic Covid-19.
Pemerintah disini diwakili oleh Puskesmas memiliki kewajiban untuk memelihara
dan bertanggung jawab terhadap kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Permenkes 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Faskes). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Wilayah Puskesmas Sarijadi memiliki tingkat penyakit pulpa dan karies yang cukup
tinggi. Tingginya angka penyakit tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Edukasi terhadap kesehatan gigi dan mulut

103
secara umum diperlukan agar masyarakat memiliki pemahaman terhadap penyakit gigi dan
mulut, khususnya penyakit pulpa dan periapikal. Masyarakat juga diharapkan dapat
melakukan pencegahan terhadap penyakit pulpa dan periapikal yang dilakukan sejak dini
dari level keluarga hingga masyarakat.
Edukasi yang dilakukan melalui penyuluhan terhadap ibu-bu kader menyampaikan
materi tentang karies dan penyakit pulpa, cara pencegahan karies, cara menyikat gigi yang
baik dan benar, pentingnya mengunjungi dokter gigi dan kapan kunjungan tersebut perlu
dilakukan. Edukasi ini dilakukan melalui webinar yang dihadiri oleh ibu-ibu kader
Puskesmas Sarijadi yang berjumlah 20 orang.
Program promosi kesehatan gigi dan mulut masyarakat perlu diperhatikan untuk
dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat tersebut. Puskesmas memiliki kewajiban
untuk melaksanakan program UKM tingkat pertama. UKM dalam Permenkes 43 tahun
2019 tentang Puskesmas dijelaskan bahwa Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Menurut Essential Dental Public Health, pemahaman akan berbagai faktor yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut dibutuhkan untuk dapat merancang strategi
promosi kesehatan gigi dan mulut yang efektif (Daly B et al., 2013). Penyakit gigi dan
mulut umumnya dapat dicegah melalui promosi dan edukasi ke masyarakat. Pemerintah
melalui lembaga kesehatan memiliki kewajiban untuk melakukan program-program
promosi dan edukasi akan kesehatan gigi dan mulut ke masyarakat. Program edukasi dapat
dilakukan melalui penyuluhan, demonstrasi, sesi tanya jawab atau program-program
edukasi yang ditampilkan melalui televisi atau media lainnya (Tyack D, 2017)
Edukasi terhadap kesehatan gigi dan mulut sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut di masyarakatnya. Masyarakat perlu
memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum dapat melakukan
pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut. Sebuah studi yang dilakukan oleh Reca et
al., di sebuah Sekolah Dasar di Aceh menemukan bahwa dental health edukasi dapat
meningkatkan status OHI dari murid-murid di SD tersebut. Pada program ini para kader
diberikan penyuluhan dengan harapan dapat membantu menyebarkan pengetahuan yang

104
didapatkan ke keluarga dan komunitasnya. Penyebaran pengetahuan secara bertahap ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut
serta menurunkan tingkat penyakit pulpa dan periapikal di wilayah Puskesmas Sarijadi.
(Reca et al., 2020)
Penyuluhan menggunakan webinar dipilih karena beberapa pertimbangan. Kota
Bandung masih melakukan PPKM yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 sehingga
penyuluhan secara langsung tidak mungkin untuk dilakukan. Selain itu, ibu-ibu kader
umumnya merupakan ibu rumah tangga sehingga sulit untuk meluangkan waktu untuk
menghadiri seminar atau penyuluhan secara langsung. SDM yang tersedia di Puskesmas
juga terbatas sehingga beberapa program UKGM dan UKGS tidak dapat dijalankan secara
optimal. Solusi penyuluhan dengan webinar ini diharapkan dapat menyampaikan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara efektif dan efisien. Selain itu,
pemberian edukasi melalui poster dan video yang diunggah ke media sosial seperti
instagram atau WhatsApp milik Puskesmas juga dilakukan agar masyarakat dapat
mengakses materi-materi tersebut secara digital kapan saja dan dimana saja.
Edukasi kesehatan gigi dan mulut tidak hanya dapat dilakukan melalui penyuluhan
secara konvensional. Edukasi melalui video juga dapat meningkatkan ketertarikan
masyarakat dalam menerima pengetahuan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Supriyanto
et al., di dua Sekolah Dasar di Bandung menemukan bahwa promosi kesehatan gigi dan
mulut menggunakan video blog (vlog) efektif dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat (Supriyanto et al, 2019)
Hal yang perlu diperhatikan adalah program penyuluhan ini merupakan solusi
jangka pendek. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan program untuk
mengetahui apakah terdapat peningkatan pengetahuan yang didapatkan setelah
penyuluhan. Namun, penyuluhan dan edukasi secara berkala melalui program UKGM
maupun UKGS Puskesmas harus terus dilakukan. Puskesmas dan dinas kesehatan harus
dapat menyusun rencana promosi kesehatan yang komprehensif serta sesuai dengan
kondisi dan karakteristik di wilayah tersebut. Selain itu, pelatihan tenaga kesehatan atau
kader-kader Puskesmas mengenai kesehatan gigi dan mulut juga perlu dilakukan secara
rutin, Sebuah studi oleh Vilalta et al., program pelatihan kesehatan gigi dan mulut terhadap
tenaga kesehatan gigi dan mulut yang tertarget dan sesuai dengan kondisi sosial di wilayah

105
tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan kebiasaan dari tenaga kesehatan serta
masyarakat yang dirawatnya. Program pelatihan atau penyuluhan terhadap kader-kader
Puskesmas dapat dilakukan secara rutin supaya mereka dapat menjadi agent of change
wilayahnya masing-masing. (Villata et al., 2019)
Peningkatan kesadaran dan pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut bukan
merupakan suatu upaya yang instan. Kerjasama berbagai pihak yang meliputi Puskesmas,
masyarakat dan tokoh-tokoh komunitas diperlukan akar program-program promosi
kesehatan dapat berjalan dengan baik. Program promosi kesehatan yang komprehensif dan
dilakukan terus menerus diharapkan dapat menurunkan tingkat penyakit pulpa dan
periapikal di wilayah Puskesmas Sarijadi (Altman D dan Mascarenhas AK, 2016)
Penyuluhan yang dilakukan kepada Kader Puskesmas Sarijadi pada tanggal 15
November 2021 berjalan dengan lancar. Penyuluhan dihadiri oleh 15 orang Kader
Puskesmas Sarijadi. Beberapa Kader Puskesmas tidak dapat hadir karena jadwal
penyuluhan yang bentrok dengan aktivitas ibu-ibu seperti mengantar anak ke sekolah, dll.
Sarana dan prasarana yang digunakan, khususnya zoom meeting dan google form, tersedia
dengan baik dan tidak mengalami kendala. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan
baik dan antusias yang dilihat dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada
pemateri pada tahap diskusi dari penyuluhan. Namun, perwakilan dari Puskesmas tidak
dapat menghadiri penyuluhan karena bentrok dengan jadwal praktik di Puskesmas.
Pada penyuluhan ini, evaluasi dilakukan menggunakan pre-test dan post-test
menggunakan google form. Saat pelaksanaan penyuluhan, pretest diisi oleh 15 orang
sedangkan posttest diisi oleh 11 orang. Peningkatan pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan cukup baik, dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-test yang
meningkat. Terdapat peningkatan jumlah peserta yang mendapat nilai sempurna dari 3
orang pada pre-test menjadi 6 orang pada post-test. Hasil evaluasi menunjukan bahwa
materi yang disampaikan sesuai dengan kondisi penyakit gigi dan mulut di Puskesmas
Sarijadi. Selain itu, evaluasi juga menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah
penyuluhan dilaksanakan. Peserta diharapkan dapat memahami materi yang diberikan
tentang kesehatan gigi dan mulut dan menyampaikan pengetahuan tersebut ke
komunitasnya.

106
BAB VI
KESIMPULAN

6.
6.1. Simpulan

1. Masalah kesehatan gigi dan mulut terbanyak di wilayah Puskesmas Sarijadi adalah
tingginya penyakit pulpa dan jaringan periapikal pada masyarakat usia 15-44 tahun
2. Faktor-faktor risiko penyebab masalah tersebut adalah tingkat pendidikan masyarakat
yang rendah sehingga kurangnya pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut, kurangnya
edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh terhadap masyarakat, tenaga
kesehatan di wilayah Puskesmas kurang memadai serta belum semua rumah sesuai syarat
rumah sehat.
3. Penentuan prioritas masalah dilakukan dan faktor risiko utama yang ditentukan adalah
kurangnya pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan di masyarakat
4. Alternatif-alternatif pemecahan masalah ditentukan dan jalan keluar terbaik yang dipilih
adalah penyuluhan yang melibatkan ibu-ibu kader secara online melalui webinar. Selain
itu, pemberian informasi juga dilakukan secara tidak langsung dengan memberikan materi-
materi tentang kesehatan gigi dan mulut yang akan diunggah ke media sosial seperti
instagram atau whatsapp milik puskesmas.
5. Penyuluhan yang dilakukan pada Kader Puskesmas Sarijadi berjalan dengan lancar.
Peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan dan tertarik dengan materi yang diberikan.
6. Terdapat peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan yang dilihat dengan peningkatan
nilai dari hasil evaluasi yang didapatkan melalui pre-test dan post-test.

6.2. Saran

1. Penyuluhan melalui webinar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang


kesehatan gigi dan mulut secara efektif dan efisien ke masyarakat. Penyuluhan juga
diharapkan dapat dilakukan secara rutin dengan materi yang terus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat Puskesmas Sarijadi.
2. Puskesmas harus terus mengoptimalkan promosi kesehatan gigi dan mulut melalui
UKGM dan UKGS kepada masyarakat

107
3. Kerjasama antara puskesmas, masyarakat dan tokoh komunitas yang dilakukan secara
terus menerus agar program promosi kesehatan gigi dan mulut dapat berjalan lancar.

108
DAFTAR PUSTAKA

1. Altman D, Mascarenhas AK (September 2016). "New competencies for the 21st century dental
public health specialist". Journal of Public Health Dentistry. 76 Suppl 1: S18–S28.
2. Daly B, Batchelor P, Treasure E, Watt R (2013). Essential Dental Public Health (2nd ed.). Great
Britain: Oxford University Press
3. Villalta J, Askaryar H, Verzemnieks I, Kinsler J, Kropenske V dan Ramos-Gomez F (2019)
“Developing an Effective Community Oral Health Workers—“Promotoras” Model for Early Head
Start”. Front. Public Health
4. Reca, Mardhiah A, Nuraskin C A (2020). Pelaksanaan Dental Health Education (DHE) dalam
meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut pada murid SDN 33 Kota Banda Aceh. SAGO:
Gizi dan Kesehatan
5. Tyack D. Health and social services in public schools: Historical perspectives. The Future
of Children. 2017.
6. Supriyanto I, Yubiliyana G, Arya I F D. (2019). Dental Health Education Promotion using
Video Blogs (Vlog) and Treatment Methods on Teething Practices in Basic School Children
in Bandung City. Jurnal Kesehatan Gigi, vol. 6, no. 2

109
LAMPIRAN

Lampiran 1: Poster Penyuluhan

110
Lampiran 2 : Pre-test dan Post-test
Tautan: https://bit.ly/PuskesmasSarijadi

111
DOKUMENTASI

112

Anda mungkin juga menyukai