Anda di halaman 1dari 59

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT ULTRAJAYA MILK

INDUSTRY AND TRADING COMPANY, Tbk

RADEN ANNISA DZIKRI NUR HIDAYAH

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJAMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
2

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Pengolahan Limbah
Cair di PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk adalah benar karya
saya dengan arahan dari kondisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2017

Raden Annisa Dzikri Nur Hidayah


NIM J3M214114
ABSTRAK
RADEN ANNISA DZIKRI NUR HIDAYAH. Pengolahan Limbah Cair PT
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk. Dibimbing oleh EMIL
WAHDI.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk merupakan industri
makanan dan minuman. Kegiatan produksi yang menggunakan air dan susu
sebagai bahan baku menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair. Limbah
cair memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sungai karena
mengandung bahan pencemar yang membahayakan lingkungan. Pengolahan
limbah cair di PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk dilakukan
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara aerob. Hasil pengukuran
karakteristik limbah cair pada bulan Januari sampai Desember 2016 menunjukan
nilai rata-rata pH 8.2 pada inlet dan 7.4 pada outlet, amonia 2.8 mg/L pada inlet
dan 1.5 mg/L pada outlet, TSS 375 mg/L pada inlet dan 37 mg/L pada outlet,
BOD5 265 mg/L pada inlet dan 28 mg/L pada outlet, dan COD 671 mg/L pada
inlet dan 70 mg/L pada outlet. Menurut Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPLC),
baku mutu yang harus dipenuhi oleh Ultrajaya yaitu baku mutu limbah cair pada
lampiran III SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999. Dengan begitu,
kandungan amonia pada limbah cair yang telah diolah pada IPAL PT Ultrajaya
Milk Industry and Trading Company, Tbk masih di atas baku mutu.

Kata Kunci: biofilter, cod, ipal, limbah cair, pengolahan.

ABSTRACT

RADEN ANNISA DZIKRI NUR HIDAYAH. Liquid Wastewater Processing in PT


Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk. Supervised by EMIL
WAHDI.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk is a food and
beverage industry. Production activities that use water and milk as raw materials
produce by-products in the form of waste water. Waste water needs to be
processed before flow into the river because it contains pollutants that will harm
the environment. Waste water treatment at PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company, Tbk processed on Waste Water Treatment Plant (WWTP) in
aerob condition. The measurement of liquid waste characteristics in January until
December 2016 showed the average value of pH 8.2 at inlet and 7.4 at outlet,
ammonia 2.8 mg/L at inlet and 1.5 mg/L at outlet, TSS 375 mg/L at inlet and 37
Mg/L at outlet, BOD5 265 mg/L at inlet and 28 mg/L at outlet, and COD 671 mg/L
at inlet and 70 mg/L at outlet. According to the Waste Water Disposal Permit
(WWDP), the quality standard of waste water that must be qualified by Ultrajaya
is liquid waste quality standards in lampiran III SK Gubernur Jawa Barat
Nomor 6 tahun 1999. Thus, processed ammonia content on waste water of PT
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk still above the quality
standard.
iv

Keywords: biofilter, cod, treatment, waste water, wwtp.


RINGKASAN

RADEN ANNISA DZIKRI NUR HIDAYAH. Pengolahan Limbah Cair di PT


Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk. Dibimbing oleh EMIL
WAHDI.
Limbah merupakan produk sisa (excess) yang dihasilkan suatu kegiatan dan
keberadaannya dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Limbah cair
adalah salah satu bentuk limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila
dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Pengeolahan limbah cair
dimaksudkan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan kandungan pencemar
pada limbah. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk merupakan
industri yang memproduksi makanan dan minuman berbahan dasar susu.
Penggunaan air sebagai bahan baku menyebabkan kegiatan produksi
menghasilkan limbah cair. Dengan begitu, diperlukan pengolahan pada limbah
cair agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada lampiran III SK Gubernur
Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Industri di Jawa Barat.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan selama dua bulan dan
dimulai pada tanggal 13 Februari 2017 sampai dengan 7 April 2017. PKL
dilakukan di PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk yang
beralamat di Jalan Raya Cimareme Nomor 113, Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan
pengambilan data sekunder. Tujuan PKL yaitu untuk menguraikan proses
pengolahan limbah cair dan unit-unit yang digunakan pada pengolahan limbah
cair, serta menhitung efisiensi IPAL PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company, Tbk dalam mengurangi kandungan pencemar.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk didirikan oleh
Bapak Achmad Prawiradjaja (alm) pada tahun 1960. Pada tahun 1970-an
perusahaan menggunakan teknologi Ultra High Temperatur (UHT) serta
penggunaan kemasan dengan karton aseptik (Aseptic Packaging Material)
pertama di Indonesia. Kegiatan produksi Ultrajaya membutuhkan air dengan
jumlah yang banyak. Air yang digunakan berasal dari sumur bor (deep well) dan
mata air Gunung Tirta Talaga Jaya (TTJ). Listrik di Ultrajaya digunakan untuk
menjalankan alat-alat proses produksi, menggerakan alat-alat pada sistem utilitas,
dan untuk kebutuhan kantor. Penggunaan listrik Ultrajaya yang berasal dari PLN
sewaktu-waktu dapat terputus, oleh karena itu Ultrajaya memiliki generator.
Pengolahan limbah cair pada IPAL PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company, Tbk menggunakan unit-unit pengolahan yang meliputi static screen,
Dissolve Air Flotation (DAF), equalization basin, selector tank dan aeration
basin. Sumber limbah cair berasal dari Cleaning in Place (CIP), pembersihan area
pabrik dan rejected product. Hasil pengukuran karakteristik limbah cair pada
bulan Januari sampai Desember 2016 menunjukan nilai rata-rata pH 8.2 pada
inlet dan 7.4 pada outlet, amonia 2.8 mg/L pada inlet dan 1.5 mg/L pada outlet,
TSS 375 mg/L pada inlet dan 37 mg/L pada outlet, BOD5 265 mg/L pada inlet
dan 28 mg/L pada outlet, dan COD 671 mg/L pada inlet dan 70 mg/L pada outlet.
vi

Dengan begitu, kandungan amonia pada limbah cair yang telah diolah pada IPAL
PT Ultrajaya Milk Industry
and Trading Company, Tbk masih di atas baku mutu yang ditetapkan. Lumpur
yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair tidak dilakukan
pengolahan dan
langsung ditampung pada sludge pit. Secara berkala, lumpur pada sludge pit
selanjutnya diangkut oleh pihak ketiga yang telah memiliki ijin dari Kementrian
Lingkungan Hidup.
Proses pengolahan limbah cair PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company, Tbk dilakukan secara aerob dengan tingkat pengolahan yaitu
pretreatment, primary treatment dan secondary treatment. Unit pengolahan
meliputi unit static screen, DAF 1, equalization basin, selector tank, aeration
basin dan DAF 2. Efisiensi IPAL dalam mengurangi kandungan pencemar TSS,
amonia, COD dan BOD5 yaitu sebesar 90.2%, 45.1%, 89.5% dan 89.6%.
Efisiensi rata-rata IPAL Ultrajaya yaitu sebesar 81.8%. Berdasarkan hasil
observasi lapang pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Ultrajaya
disarankan untuk membuat kolam bioindikator sebagai indikator kualitas air
limbah yang telah diolah dengan menggunakan hewan seperti ikan mas.
Melakukan pengolahan biofilter untuk mengurangi kandungan amonia pada air
limbah yang telah diolah. Melakukan pengukuran kualitas air limbah pada inlet
setiap bulan. Melakukan pemanfaatan pada air limbah yang telah diolah sebagai
reuse water dan pemanfaatan lumpur sebagai pupuk.

Kata Kunci: biofilter, cod, ipal, limbah cair, pengolahan.


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY AND TRADING COMPANY, Tbk

RADEN ANNISA DZIKRI NUR HIDAYAH

Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Diploma Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Laporan Akhir : Pengolahan Limbah Cair di PT Ultrajaya Milk Industry
and Trading Company, Tbk
Nama : Raden Annisa Dzikri Nur Hidayah
NIM : J3M214114

Disetujui oleh

Emil Wahdi, SSi, MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr Dr Ir Sulistijorini, MSi


Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur ditujukan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala atas rahmat-
Nya sehingga Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama dua bulan di PT Ultrajaya
Milk Industry and Trading Company, Tbk dapat diselesaikan. Penulis
mengucapkan syukur pula atas tersusunnya Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan
yang dimulai tanggal 13 Februari sampai 7 April 2017. Tema laporan Akhir yang
dipilih pada Praktik Kerja Lapangan ini yaitu Pengolahan Limbah Cair di PT
Ultajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk.
Laporan Akhir ini pun tak lepas dari campur tangan pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil. Dengan begitu, ucapan terimakasih
disampaikan kepada:
1. Sumber do’a, semangat dan kasih sayang yaitu Ayah, Ibu, Kakak dan
adik tercinta.
2. Bapak Emil Wahdi, SSi, MSi selaku dosen pembimbing.
3. Bapak Maman Khoerudin, SH selaku pembimbing lapangan, Bapak
Catur dan Bapak Topo beserta staff HSE PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company, Tbk (Bapak Dani, Bapak Yusup, Bapak Yusron dan
Teh Restu).
4. Sahabat-sahabat perkuliahan (Bella, Dinda, Ulfi, Stephanie, Ica, Rizka,
Adilah, Ravi, Aldi, Fajar, Anjar, Yatna, Hazmi) dan sahabat-sahabat
SMA (Vivi, Caca, Dinita, Ivan, Ichsan, Ilham, Galih, Farid).
5. Teman-teman Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan
Program Diploma IPB angkatan 51.
Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Mei 2017

Raden Annisa Dzikri Nur Hidayah


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
Manfaat bagi Perusahaan 2
Manfaat bagi Program Diploma Institut Pertanian Bogor 2
Manfaat bagi Mahasiswa 2
2 METODE KERJA 3
2.1 Lokasi dan Waktu PKL 3
2.2 Teknik Pengumpulan Data 3
2.3 Analisis Efisiensi IPAL 3
3 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4
3.1 Lokasi Perusahaan 4
3.2 Sejarah Perusahaan 5
3.3 Visi dan Misi Perusahaan 6
3.3.1 Visi 6
3.3.2 Misi 6
3.4 Struktur Organisasi 6
3.5 Tenaga Kerja 7
3.6 Penggunaan Energi 7
3.6.1 Air 7
3.6.2 Listrik 8
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9
4.1 Sumber Limbah Cair 9
4.2 Karakteristik Limbah Cair 10
4.2.1 Karakteristik Fisika 11
4.2.2 Karakteristik Kimia 11
4.3 Alur Proses Pengolahan Limbah Cair 11
4.3.1 Pretreatment 11
4.3.2 Primary Treatment 12
4.3.3 Secondary Treatment 12
4.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah 12
4.4.1 Pump Pit 13
4.4.2 Static Screen 13
4.4.3 Dissolve Air Flotation (DAF) 1 14
4.4.4 Equalization Basin 14
4.4.5 Selector Tank 15
4.4.6 Aeration Basin 15
4.4.7 Dissolve Air Flotation (DAF) 2 16
4.4.8 Bak Effluent 16
4.4.9 Sludge Pit 17
4.5 Analisa Pengolahan Air Limbah 17
ii

4.5.1 Nilai pH 18
4.5.2 Amonia 19
4.5.1 Total Suspended Solid (TSS) 20
4.5.2 Chemical Oxygen Demand (COD) 21
4.5.3 Biological Oxygen Demand (BOD) 22
4.6 Efisiensi IPAL 23
5 SIMPULAN DAN SARAN 23
5.1 Simpulan 23
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25

DAFTAR TABEL

1 Jadwal jam kerja Ultrajaya 7


2 Parameter inlet IPAL Ultrajaya 10
3 Nilai efisiensi IPAL Ultrajaya 23

DAFTAR GAMBAR

1 Denah lokasi Ultrajaya (a), plant layout Ultrajaya (b) 4


2 Susunan organisasi HSE Departement Ultrajaya 6
3 Bagan alir Water Treatment Plant (WTP) 9
4 Sumber limbah cair Ultrajaya 10
5 Unit pengumpul limbah cair (pump pit) 13
6 Unit penyaring limbah cair (static screen) 14
7 Unit DAF 1 (pretreatment) 14
8 Unit ekualisasi 15
9 Unit selector 15
10 Unit aerasi 16
11 Unit Dissolve Air Flotation (DAF) 2 16
12 Unit bak effluent 17
13 Unit penampungan lumpur (sludge pit) 17
14 Grafik nilai pH pada inlet 18
15 Grafik nilai pH pada outlet 19
16 Grafik kandungan amonia pada inlet 19
17 Grafik kandungan amonia pada outlet 20
18 Grafik kandungan TSS pada inlet 20
19 Grafik kandungan TSS pada outlet 21
20 Grafik nilai COD pada inlet 21
21 Grafik nilai COD pada outlet 22
22 Grafik nilai BOD5 pada inlet 22
23 Grafik nilai BOD5 pada outlet 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alur proses pengolahan limbah cair di Ultrajaya 25


2 Izin pembuangan limbah cair (IPLC) 26
3 Hasil pengujian kualitas air limbah Ultrajaya bulan Januari 29
4 Hasil pengujian kualitas air limbah Ultrajaya bulan April 30
5 Kualitas air limbah Ultrajaya pada outlet (Januari-Desember 2016) 31
6 Kualitas air limbah Ultrajaya pada inlet (Januari-Desember 2016) 33
7 Perhitungan efisiensi IPAL Ultrajaya 38
8 Unit pelarut flokulan 39
9 Outlet air limbah Ultrajaya 40
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi pada sektor industri memberikan dampak positif


terhadap jumlah produk yang dihasilkan, tetapi memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan. Dampak negatif yang dihasilkan dari kegiatan industri
berupa bahan-bahan sisa maupun buangan dari hasil produksi yang disebut juga
sebagai limbah. Menurut Wagini et al. (2005), limbah merupakan produk samping
kegiatan produksi yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tidak memiliki
nilai ekonomi. Selain itu, limbah memiliki kandungan bahan pencemar dengan
sifat beracun dan berbahaya. Tingkat bahaya bahan pencemar pada limbah
ditentukan oleh jenis dan karakteristik limbah tersebut.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk (Ultrajaya)
merupakan kegiatan usaha di bidang pangan khususnya produk susu. Selain
produk susu segar siap minum, Ultrajaya juga memproduksi susu kental manis,
susu bubuk, minuman sari buah, teh dalam kemasan dan minuman sari kacang
hijau. Kegiatan produksi Ultrajaya menggunakan air sebagai bahan baku. Selain
sebagai bahan baku pada produksi, Ultrajaya menggunakan air pada proses
pembersihan alat. Dengan begitu, Ultrajaya menghasilkan limbah cair sebagai
salah satu produk samping (excess). Jumlah limbah cair yang meningkat seiring
bertambahnya produk yang dihasilkan.
Ultrajaya menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) Ultrajaya menyatakan bahwa
limbah cair harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air.
Pengolahan limbah cair dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
konsentrasi pencemar dalam limbah cair. Baku mutu air limbah yang telah diolah
mengacu pada SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Lampiran III
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.
Ultrajaya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
digunakan untuk mengolah limbah cair pabrik. Pengolahan limbah cair dilakukan
secara aerob dengan memanfaatkan bakteri untuk mengurangi konsentrasi
pencemar dalam air limbah. Unit-unit yang digunakan pada rangkaian IPAL
disesuaikan dengan karakteristik limbah cair yang dihasilkan. Proses utama pada
pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif pada unit aerasi. Kemampuan IPAL
dalam mereduksi kandungan bahan pencemar perlu diketahui dengan menghitung
efisiensi IPAL. Nilai efisiensi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai evaluasi
terhadap kemampuan IPAL dalam mengurangi dan menghilangkan konsentrasi
pencemar dalam limbah cair.
2

1.2 Tujuan

Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus, adapun tujuan tersebut sebagai berikut :
Tujuan Umum
1. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama dalam pendidikan
program Diploma Institut Pertanian Bogor.
2. Menambah wawasan, meningkatkan dan memantapkan keterampilan kerja
sebagai bekal yang sesuai dengan Program Keahlian Teknik dan Manajemen
Lingkungan.
3. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan melakukan
observasi, serta diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan
dalam dunia industri berdasarkan ilmu yang telah dipelajari.

Tujuan Khusus
1. Menguraikan proses pengolahan limbah cair di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Ultrajaya.
2. Menjabarkan unit-unit yang digunakan dalam pengolahan limbah cair di
Ultrajaya.
3. Menghitung efisiensi IPAL di Ultrajaya terhadap pengurangan konsentrasi
pencemar.

1.3 Manfaat

Manfaat bagi Perusahaan


1. Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan Program Diploma
Institut Pertanian Bogor.
2. Perusahaan dapat mengkaji atau meninjau kembali proses pengolahan limbah
jika masukan atau rekomendasi yang diberikan relevan dan bermanfaat
terutama untuk kemajuan perusahaan.

Manfaat bagi Program Diploma Institut Pertanian Bogor


1. Mendekatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan masyarakat
dan dunia kerja agar pendidikan sejalan dengan tuntutan pembangunan di
berbagai bidang khususnya di bidang pengolahan limbah.
2. Mendapatkan masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum di
Program Diploma Institut Pertanian Bogor, media untuk menyalurkan lulusan
ke dunia kerja.

Manfaat bagi Mahasiswa


1. Mahasiswa dapat mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman kerja
serta kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan latihan kerja di bidang
pengolahan limbah.
3

2. Mahasiswa dapat menjajaki proses pengolahan limbah cair di Instalasi


Pengolahan Air Limbah Ultrajaya.
3. Mahasiswa dapat menguraikan teknologi pengolahan limbah cair pada
Ultrajaya.

2 METODE KERJA

2.1 Lokasi dan Waktu PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT Ultrajaya


Milk Industry and Trading Company, Tbk (Ultrajaya) yang beralamatkan di Jalan
Raya Cimareme Nomor 131, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat dan
berlangsung mulai tanggal 13 Februari 2017 sampai dengan 7 April 2017.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan mulai dari Senin sampai Kamis
pukul 08.00-16.00 WIB dan hari Jum’at pukul 08.00-12.00 WIB. Denah lokasi
dan plant layout dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah
data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu data yang berasal dari
Laboratorium Balai Lingkungan Keairan Bandung. Data sekunder yang diperoleh
merupakan data bulan Januari sampai Desember 2017. Efesiensi pengolahan air
limbah dihitung berdasarkan perbandingan kualitas air limbah sebelum dan
sesudah diolah menggunakan persentase.

2.3 Analisis Efisiensi IPAL

Data sekunder yang telah diperoleh dari Balai Keairan dianalisis dengan
menggunakan rumus efisiensi IPAL. Efisiensi tersebut dapat menunjukan dan
mengevaluasi kinerja IPAL. Rumus efisiensi IPAL sebagai berikut:

Efisiensi IPAL (%) =

Keterangan:
Cin = Konsentrasi inlet IPAL (mg/L)
Cout = Konsentrasi outlet IPAL (mg/L)
4

(a)

(b)
Gambar 1 Denah lokasi Ultrajaya (a), plant layout Ultrajaya (b)
Sumber: Ultrajaya (2016)

3 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Lokasi Perusahaan

Ultrajaya beralamatkan di Jalan Raya Cimareme Nomor 131, Padalarang,


Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Lokasi Ultrajaya yang strategis karena
berada di jalur distribusi hasil pertanian dan perternakan memudahkan Ultrajaya
dalam mendapatkan bahan baku produksi. Lokasi pabrik yang berada di daerah
5

dataran tinggi menyebabkan kondisi udara yang sejuk. Keberadaannya di daerah


bersuhu sejuk turut meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Tata letak dari area lokasi pabrik yang berdiri di atas tanah seluas lebih
106.231 m² tersebut adalah di area depan merupakan bagian head office
(perkantoran). Di bagian tengan merupakan area produksi yang meliputi gedung
UHT, Juice Plant, SPD dan SCM. Di samping kanan adalah gudang penyimpanan
bahan baku (raw material warehouse). Di samping kiri adalah lokasi
penampungan air, baik air untuk kebutuhan produksi ataupun air untuk proses
cleaning ditampung di sebelah kiri pabrik. Sedangkan dibagian belakang adalah
bagian Instalasi Pengolahan Air Limbah, dari seluruh limbah cair yang dihasilkan
ditampung dan dikelola hingga air bisa layak untuk dibuang ke lingkungan.

3.2 Sejarah Perusahaan

Ultrajaya didirikan oleh Bapak Achmad Prawiradjaja (alm) pada tahun


1960. Ultrajaya berawal dari kegiatan usaha rumahan (home production) yang
berkembang sangat baik hingga akhirnya menjadi perusahaan makanan dan
minuman terbesar di Indonesia. Selain unggul di dalam Negeri, Ultrajaya pun
mampu bersaing di tingkat Internasional dengan kegiatan ekspor produk susu
segar siap minum, susu kental manis dan minuman sari buah.
Pada tahun 1970-an Ultrajaya menggunakan teknologi Ultra High
Temperatur (UHT) serta penggunaan kemasan dengan karton aseptik (Aseptic
Packaging Material) yang pertama di Indonesia. Tahun 1975 perusahaan mulai
mencoba untuk memproduksi masal produk susu cair dengan merek “Ultra Milk”,
tahun 1978 minuman sari buah dengan merek “Buavita” dan dilanjutkan dengan
memproduksi minuman teh dalam kemasan pada tahun 1981 dengan merek “Teh
Kotak”. Hingga saat ini Ultrajaya telah memproduksi sebanyak 60 jenis produk
ekspor maupun impor.
Tahun 1981 Ultrajaya melakukan kerjasama dengan Kraft General Food
Ltd, USA. Kerjasama ini menyepakati perusahaan untuk memproduksi,
memasarkan dan menjual produk keju dengan merek dagang Kraft. Tahun 1994
perusahaan meningkatkan hubungan dengan mendirikan usaha patungan PT Kraft
Ultrajaya Indonesia. Dalam meningkatkan kapasitas usahanya, perusahaan
mencoba untuk memproduksi Susu Kental Manis pada tahun 1994 dan Susu
Bubuk di tahun 1995. Pada tahun 2008 produk dengan merek Buavita dan Go-Go
dijual kepada PT Unilever Indonesia.
6

3.3 Visi dan Misi Perusahaan

3.3.1 Visi

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk miliki visi


“menjadikan perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan
terbesar di Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan kepuasan konsumen,
serta menjunjung tinggi kepercayaan para pemegang saham dan mitra kerja
perusahaan”.

3.3.2 Misi

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk miliki misi


“menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk senantiasa
berorientasi kepada pasar/konsumen, dan kepekaan serta kepedulian untuk
senantiasa memperhatikan lingkungan, yang dilakukan secara optimal agar dapat
memberikan nilai tambah sebagai wujud pertanggungjawaban kepada para
pemegang saham”.

3.4 Struktur Organisasi

Muhtasawar Azwar
Plant Manager

Maman Khoerudin
HSE Manager

Hardani Umar Yusup Iskandar Restu Rizki


(Co. Safety & SML) (Env. Control & (Env. Control)
Ambulance)

Utility Dept M Yusron


(Operator WWTP) (Co. Clinic & P3K)

Gambar 2 Susunan organisasi HSE Departement Ultrajaya


Sumber: Ultrajaya (2017)

Praktik Kerja Lapangan dilakukan pada departemen HSE (Health, Safety


and Environment) yang berada di bawah departemen Utility & Environment
Control. Departemen ini memiliki tugas dalam menjaga kesehetan karyawan dan
7

semua pihak yang terlibat pada kegiatan produksi, keamanan dan kenyamanan
kerja maupun lingkungan. Departemen HSE dikepalai oleh Bapak Maman
Khoerudin, SH selaku manager yang bertanggung jawab terhadap manager plant
yaitu. Departemen HSE memiliki unit operasional berupa klinik, TPS limbah B3
dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Klinik yang dikelola dapat diakses
oleh semua karyawan maupun kontraktor. TPS limbah B3 merupakan tempat
penyimpanan limbah B3 sebelum diberikan kepada pihak ketiga dengan waktu
penyimpanan yang terbatas. Kegiatan produksi yang menghasilkan produk sisa
(excess) terbanyak berupa cairan yang sepenuhnya dikelola mandiri di IPAL lama
maupun baru Ultrajaya.

3.5 Tenaga Kerja

Ultrajaya menempatkan tenaga kerja atau sumber daya manusia sebagai


mitra kerja penentu keberhasilan dan kesuksesan perusahaan. Perusahaan
melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga
kerja dalam bentuk pendidikan (beasiswa), pelatihan dan seminar. Jumlah
karyawan di perusahaan hingga saat ini yaitu ± 1.100 orang yang berasal dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Doktor (S3) yang tersebar
di berbagai level organisasi. Departemen HSE memiliki tenaga kerja yang
didominasi laki-laki. Kegiatan produksi di Ultrajaya dibagi menjadi staff dan non
staff. Jadwal bagian kerja Ultrajaya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal jam kerja Ultrajaya


Tenaga kerja Shift Hari kerja Jam kerja
- Senin-Jum’at 08.00-16.30
Staff
Sabtu 08.00-13.30
Shift I Senin-Jum’at 06.30-16.00
Sabtu 06.00-11.30
Non Staff
Shift II Senin-Jum’at 13.30-21.00
Sabtu 11.30-17.00

3.6 Penggunaan Energi

3.6.1 Air

Kegiatan produksi Ultrajaya membutuhkan air dengan jumlah yang banyak.


Air yang digunakan berasal dari sumur bor (deep well) dan mata air Gunung Tirta
Talaga Jaya (TTJ). Sumur bor memiliki kedalaman 150 meter dengan debit 15
m3/jam untuk setiap sumur. Air yang didapatkan memiliki kandungan-kandungan
yang harus dihilangkan sebelum digunakan pada proses produksi seperti padatan
8

dan mineral (Fe, Mg, Ca dan Mn). Proses pengolahan air baku dari sumur bor
meliputi penambahan Poly Alumunium Chloride (PAC), penyaringan dengan sand
filter dan carbon filter, demineralisasi dari ion-ion dan kesadahan dan
penyaringan dengan ultra filter. Mata air menyediakan air baku dengan
kandungan padatan dan mineral yang lebih rendah sehingga dalam pengolahannya
tidak memerlukan tambahan polimer. Pengolahan air baku yang berasal dari
Gunung TTJ langsung masuk ke dalam sand filter, carbon filter, demineralisasi,
dan ultra filter.
Unit penyaringan utama pada proses pengolahan air bersih di Ultrajaya
berupa saringan pasir. Unit tersebut menyaring padatan-padatan pada air baku
sehingga mengurangi kandungan TSS dalam air baku. Air yang telah disaring
kemudian masuk ke dalam unit carbon filter. Unit tersebut menggunakan arang
yang telah diaktifkan terlebih dahulu untuk menyerap warna dan bau dari air
baku. Air baku yang diolah masih memiliki nilai kesadahan yang tinggi sehingga
perlu dilakukan demineralisasi. Proses menghilangkan ion-ion seperti Ca dan Mg
(demineralisasi) dilakukan dengan melewatkan air baku pada resin. Resin
kemudian menyerap ion-ion pada air sehingga nilai kesadahan berkurang. Pada
kondisi jenuh, resin akan diregenerasikan dengan pencucian menggunakan larutan
NaCl. Air yang telah melalui ultra filter siap didistribusikan dan dikonsumsi.
Kegiatan distribusi air di Ultrajaya dilakukan menggunakan pompa submersible.
Diagram alur proses pengolahan air baku Ultrajaya dapat dilihat pada Gambar 3.

3.6.2 Listrik

Listrik di Ultrajaya digunakan untuk menjalankan alat-alat proses produksi,


menggerakan alat-alat pada sistem utilitas, dan untuk kebutuhan kantor. Listrik
berasal dari PLN sebesar 5540 kVa. Penggunaan listrik Ultrajaya yang berasal
dari PLN sewaktu-waktu dapat terputus, oleh karena itu Ultrajaya memiliki
generator. Generator berfungsi untuk menghasilkan cadangan listrik apabila
pasokan listrik dari PLN terputus. Ultrajaya memiliki enam buah generator yaitu
empat generator berkapasitas 1100 kVa dan dua buah berkapasitas 770 kVa.
Generator secara otomatis menyala apabila aliran listrik dari PLN terputus.
Dengan begitu, kegiatan produksi tetap berjalan dan tidak akan terjadi kedipan
yang menyebabkan kondisi gagal produksi.
9

Mulai

Air Baku Sumur


Bor

Flokulator (Penambahan
PAC)

Air Baku
Bak Penampungan Gunung TTJ

Sand Filter

NaCl Carbon Filter

Regenerasi Demineralisasi

Ultra Filter

Air Produksi

Selesai

Gambar 3 Bagan alir Water Treatment Plant (WTP)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sumber Limbah Cair

Sumber limbah cair di Ultrajaya berasal dari kegiatan produksi. Proses


produksi menghasilkan limbah cair dari kegiatan cleaning in place (CIP) dan
pembersihan area produksi yang intensif serta rejected product. CIP merupakan
pembersihan alat masak produksi yang dilakukan ketika terjadi peralihan proses
produksi seperti produksi susu ke produksi teh. Pembersihan area produksi berupa
10

penyemprotan lantai ruang produksi dengan air yang dilakukan setiap proses
pemasakan. Proses produksi Ultrajaya menghasilkan rejected product yang
merupakan produk kadaluwarsa, jatuh dan rusak. Rejected product yang
dihasilkan sebagian diolah pada IPAL dan sebagian dibuang kepada pihak ketiga
yang memiliki ijin. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kapasitas IPAL. Debit
limbah cair yang masuk pada inlet IPAL Ultrajaya yaitu 60 m3/jam.

UHT Process Spray Dryer Sweet


Powder Condensed Milk

Waste Water
Treatment Plant

Destroy Kraft Multi Various


Plant

Gambar 4 Sumber limbah cair Ultrajaya

4.2 Karakteristik Limbah Cair

Karakteristik limbah cair meliputi karakteristik fisika, kimia dan biologi.


Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi mempengaruhi karakteristik
limbah cair yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi
didominasi oleh bahan organik seperti susu segar, sari/puree buah, ekstrak teh dan
gula sehingga air limbah Ultrajaya memiliki kandungan organik yang tinggi, pH
yang fluktuatif dan berbau busuk. Parameter umum dari limbah cair yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter inlet IPAL Ultrajaya


Parameter Satuan Inlet Baku Mutua
pH - 8.2 6-9
TSS mg/l 375 50
COD mg/l 671 100
BOD5 mg/l 265 40
Amonia mg/l 2.8 10
Minyak dan Lemak mg/l 2.6 10
Sumber: Ultrajaya (2016)
(a
Baku mutu: SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999
11

4.2.1 Karakteristik Fisika

Limbah cair memiliki karakteristik fisika meiputi temperatur, bau, warna


dan padatan (Siregar, 2005). Temperatur rata-rata limbah cair yang dihasilkan
Ultrajaya yaitu 29.1 ᵒC. Temperatur terendah dan tertinggi terdapat pada bulan
Desember dan April yaitu 27.6 ᵒC dan 30 ᵒC. Bau yang dihasilkan dari proses
pengolahan limbah cair Ultrajaya cenderung berbau busuk. Menurut Agus (2000)
dalam Wagini et al. (2002) hal tersebut dikarenakan kerentanan limbah cair yang
mengandung susu terhadap bakteri pengurai sehingga dengan mudah terjadi
pembusukan. Limbah cair hasil produksi memiliki warna coklat cerah dengan
kandungan padatan tersuspensi rata-rata sebesar 375 mg/L.

4.2.2 Karakteristik Kimia

Menurut Linsley dan Frannzini (1999) dalam Wagini et al. (2002)


karakteristik kimia pada air yang telah mengalami pencemaran ditentukan oleh
kandungan unsur yang membentuk sifat kimia dari limbah cair tersebut.
Karakteristik kimia pada limbah cair yang dihasilkan Ultrajaya diantaranya yaitu
pH, COD, BOD serta kandungan minyak dan lemak. Nilai rata-rata pH, COD,
BOD serta kandungan minyak dan lemak limbah cair yang dihasilkan yaitu 8.2,
671 mg/l, 265 mg/l dan 2.6 mg/l.

4.3 Alur Proses Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah dimaksudkan untuk mengurangi kandungan pencemar


dalam limbah hingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Baku mutu yang
ditetapkan berfungsi untuk memastikan limbah aman untuk dibuang ke
lingkungan. Diagram alur proses pengolahan limbah cair di Ultrajaya terlampir
pada Lampiran 1. Pengolahan limbah cair Ultrajaya dapat dibedakan menurut
tingkatan perlakuan yaitu pretreatment, primary treatment dan secondary
treatment.

4.3.1 Pretreatment

Pengolahan pada tingkat ini berfungsi untuk menyaring dan memisahkan


padatan-padatan agar beban pada pengolahan selanjutnya berkurang. Ultrajaya
memiliki unit static screean dan DAF (Dissolve Air Flotation) 1 pada proses
pretreatment. Unit static screen berfungsi untuk menyaring padatan agar
mengurangi beban pada proses primary atau aerasi. Uni ini hanya menyaring
padatan-padatan berupa ampas teh dan serat buah sehingga kandungan lemak
pada air limbah dapat lolos.
Kandungan lemak dalam air limbah yang lolos pada unit static screen
kemudian dipisahkan dengan DAF 1. Unit tersebut memisahkan lemak yang
12

terkandung dalam air limbah dengan bantuan udara terlarut. Gelembung-


gelembung berukuran mikro yang dihasilkan menempel pada permukaan lemak
sehingga lemak akan terangkat ke permukaan air. DAF 1 dilengkapi dengan
scrapper yang berada tepat di permukaan air limbah dan bekerja berlawanan arah
aliran air. Dengan begitu, lemak akan terpisahkan dari air limbah kemudian
dialirkan ke sludge tank.

4.3.2 Primary Treatment

Primary treatment merupakan proses pengolahan utama pada IPAL. Limbah


cair yang dihasilkan Ultrajaya memiliki unit pengolahan utama meliputi
equalization basin, selector tank dan aeration basin. Setiap kegiatan produksi
menghasilkan limbah cair dengan karakteristik yang berbeda seperti susu segar,
cairan pembersih CIP (NaOH) dan sari buah. Masing-masing limbah cair
memiliki pH, kandungan padatan dan temperatur yang berbeda.
Proses ekualisasi dilakukan untuk menghomogenkan karakteristik setiap
limbah cair agar tidak membebani proses selanjutnya. Air limbah yang telah
homogen masuk ke bak selector untuk penambahan sludge dari DAF 2. Lumpur
yang dihasilkan pada DAF 2 disirkulasikan pada proses pengolahan sebanyak
70% dan selebihnya dialirkan pada sludge tank. Sirkulasi dilakukan untuk
menjaga kandungan mikroorganisme pada proses aerasi. Air limbah yang telah
tercampur lumpur kemudian diolah pada unit aerasi. Aerasi merupakan proses
biologi yang memanfaatkan mikroorganisme aerob sebagai pengurai bahan
pencemar air. Proses tersebut merlukan aliran oksigen yang cukup sehingga
dilakukan aerasi.

4.3.3 Secondary Treatment

Secondary treatment merupakan proses lanjutan yang dengan metode fisika,


kimia, biologi atau campurannya. Ultrajaya memiliki unit DAF 2 sebagai proses
lanjutan setelah air limbah diolah pada bak aerasi. Air limbah sebelum masuk ke
unit DAF 2 ditambahkan polimer sebagai flokulan. Penambahan dilakukan
dengan sistem injeksi pada pipa air limbah yang menuju unit DAF 2. Flokulan
yang ditambahkan berfungsi untuk mengikat mikroorganisme dan padatan dalam
air dan membentuk flok. Gelembung udara yang dimasukan dalam air akan
menempel pada permukaan flok dan menyebabkan flok terangkat ke permukaan
air. Flok yang disebut lumpur dipisahkan oleh scrapper dan disirkulasikan
sebagian ke selector tank. Air limbah dari unit DAF 2 kemudian masuk ke dalam
bak penampungan effluent sebelum dibuang melalui pipa outlet.

4.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah


13

Pengolahan limbah cair yang dihasilkan Ultrajaya diolah pada Instalasi


Pengolahan Air Limbah (IPAL) lama dan baru. IPAL lama mengolah limbah cair
dengan proses dan unit yang sederhana yaitu oxidation ditch dan clarifier. Unit
pada IPAL lama memiliki kapasitas pengolahan yang sangat rendah sehingga
operasionalnya hanya berupa unit pembantu atau tidak diutamakan. Pengolahan
limbah cair pada IPAL baru meliputi unit static screen, DAF 1, equalization
basin, selector basin, aeration basin dan DAF 2.

4.4.1 Pump Pit

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi Ultrajaya maupun Kraft
dialirkan melalui pipa ke pump pit. Pump pit merupakan bak dengan kedalaman
20 meter dan luas permukaan ± 2.5 m2 untuk menampung limbah cair sebelum
masuk ke unit penyaringan yaitu static screen. Unit pump pit berbeda dengan bak
ekualisasi, unit ini hanya menyatukan dan menampung sementara limbah cair
yang berasal dari berbagai saluran. Limbah cair yang masuk berasal dari UHT
Process, Juice Plant, Spray Dryer Powder, Sweet Condenesed Milk dan Kraft.

Gambar 5 Unit pengumpul limbah cair (pump pit)

4.4.2 Static Screen

Static screen merupakan unit yang memisahkan padatan berukuran besar


dengan limbah cair. Bentuk unit ini berupa lempengan besi yang miring seperti
papan seluncur (curved) dan memiliki lubang pada permukannya. Lubang-lubang
yang sangat kecil memungkinkan hanya air limbah yang dapat lolos. Padatan yang
tersaring pada unit ini berupa ampas teh dan bulir-bulir buah yang ikut masuk ke
dalam pump pit. Static screen memanfaatkan gaya gravitasi sehingga padatan
yang tersaring akan jatuh dan ditampung pada bak penampungan sampah.
Pembersihan static screen secara manual tetap diperlukan agar padatan yang
tersisa tidak menutupi lubang penyaringan. Kegiatan pembersihan dilakukan
dengan menyemprotkan air ke permukaan screen.
14

Gambar 6 Unit penyaring limbah cair (static screen)

4.4.3 Dissolve Air Flotation (DAF) 1

Penggunaan unit DAF 1 di awal pengolahan limbah cair ini berfungsi untuk
memisahkan fat (lemak) yang terkandung dalam limbah cair. Udara dengan
tekanan 6 bar akan diinjeksikan pada air limbah sehingga gelembung-gelembung
udara yang berukuran sangat kecil dan halus akan menempel pada lemak yang
kemudian terangkat ke permukaan air. Lemak yang berada di atas permukaan air
dipisahkan dari air limbah dengan scrapper. Air limbah selanjutnya masuk ke unit
ekualisasi sedangkan fat yang tersaring dipompa menuju sludge pit.

Gambar 7 Unit DAF 1 (pretreatment)

4.4.4 Equalization Basin

Untuk menghomogenkan parameter limbah cair seperti pH, padatan dan


temperatur maka air limbah dimasukan ke dalam bak ekualisasi (equalization
basin). Bak ekualisasi memiliki satu aerator yang sangat penting dalam aerasi.
Selain untuk menghomogenkan air limbah, hal ini juga dikarenakan lokasi
ekualiasi yang diletakan setelah pengolahan primer dan sebelum pengolahan
biologi. Menurut Siregar (2005), letak ekualisasi setelah pengolahan primer dan
sebelum pengolahan biologi memerlukan pengadukan untuk mencegah
15

pengendapan dan timbulnya bau. Bak ini mempunyai volume total 1280 m3
dengan volume efektif air limbah yang ditampung sebanyak 1100 m3.

Gambar 8 Unit ekualisasi

4.4.5 Selector Tank

Air limbah dari unit ekualisasi dialirkan ke bak selector sebelum masuk unit
aerasi. Pada bak selector air limbah dicampurkan dengan lumpur yang dihasilkan
dari unit DAF 2. Penambahan lumpur dilakukan untuk menjaga kandungan
mikroorganisme dalam proses selanjutnya yaitu aerasi terjaga. Selector tank
dilengkapi dengan pengaduk (mixer) sehingga pencampuran air limbah ini
diusahakan semaksimal mungkin. Volume total bak ini adalah 286 m3.

Gambar 9 Unit selector

4.4.6 Aeration Basin

Pengolahan air limbah Ultrajaya memanfaatkan bakteri sebagai pengurai


material organik. Bakteri yang dimanfaatkan berasal dari penambahan bakteri
maupun susu yang masuk ke dalam proses pengolahan. Pemanfaatan bakteri aerob
membutuhkan oksigen yang cukup sehingga diperlukan aerasi. Untuk memasok
oksigen digunakan dua buah floating aerator dengan daya masing-masing 110
kW. Bak aerasi (aeration basin) Ultrajaya merupakan pengolahan setelah air
limbah ditambahkan lumpur biologi dari DAF 2 pada bak selector. Volume bak
aerasi Ultrajaya yaitu 4000 m3.
16

Gambar 10 Unit aerasi

4.4.7 Dissolve Air Flotation (DAF) 2

Air limbah yang telah diolah pada unit aerasi kemudian dialirkan ke DAF 2.
DAF 2 memiliki fungsi memisahkan padatan dari air limbah dengan cara kerja
yang sama seperti DAF 1 yang ditambahkan polimer. Polimer yang digunakan
sebagai flokulan pada proses ini yaitu Nalco 9916 (Poli Akrilamida). Penambahan
polimer berfungsi untuk mengikat padatan yang masih lolos pada pengolahan
sebelumnya. Padatan yang terangkat ke permukaan oleh gelembung udara
kemudian dipisahkan dari air limbah menggunakan scrapper. Air limbah yang
telah dipisahkan dari lumpur dialirkan ke bak effluent. Populasi bakteri di dalam
aeration basin dipertahankan dengan cara mensirkulasikan lumpur biologi
kembali ke dalam tanki selector. Jika MLSS sudah mencapai nilai tertentu maka
lumpur ini berhenti untuk disirkulasikan dan dialirkan ke bak penampungan
lumpur (sludge pit). Volume air limbah pada unit ini yaitu 465 m3.

Gambar 11 Unit Dissolve Air Flotation (DAF) 2

4.4.8 Bak Effluent

Unit ini menampung air limbah yang telah diolah dan siap dialirkan ke
badan sungai melalui pipa outlet. Pipa outlet disebut juga sebagai titik penaatan
karena sampling kualitas air limbah dilakukan di titik ini. Pipa outlet berasal dari
dua sumber yaitu bak effluent IPAL baru dan clarifier IPAL lama. Kapasitas
penampungan bak ini yaitu 400 m3.
17

Gambar 12 Unit bak effluent

4.4.9 Sludge Pit

Lumpur yang dihasilkan pada DAF 1 dan clarifier pada IPAL lama dipompa
menuju sludge tank. Sludge tank merupakan bak tempat penampungan sementara
lumpur sebelum diangkut oleh pihak ketiga. Kegiatan pengankutan dilakukan
setiap satu bulan sekali. Proses pengolahan limbah cair di Ultrajaya menghasilkan
excess berupa lumpur sebanyak 1 m3/hari. Sebagian lumpur yang dihasilkan
masuk kembali ke dalam IPAL untuk sirkulasi sebanyak 70% dari total lumpur
yang dihasilkan. Sebanyak 30% lumpur masuk ke dalam sludge pit dan kemudian
diangkut oleh pihak ketiga.

Gambar 13 Unit penampungan lumpur (sludge pit)

4.5 Analisa Pengolahan Air Limbah

Analisa terhadap pengolahan air limbah diperlukan untuk mengetahui


kemampuan unit IPAL dalam mengolah air limbah. Analisa dilakukan dengan
membandingkan nilai kandungan pencemar pada inlet dan outlet Ultrajaya.
Pengukuran kualitas air limbah Ultrajaya dilakukan oleh pihak eksternal referensi
BLHD Kabupaten Bandung Barat yaitu Balai Lingkungan Keairan. Pengukuran
dilakukan setiap satu bulan sekali untuk kualitas outlet dan satu tahun tiga kali
untuk kualitas inlet. Menurut Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) pada
Lampiran 2, baku mutu yang harus ditaati oleh PT Ultrajaya Milk Industry and
18

Trading Company, Tbk mengacu pada lampiran III SK Gubernur Jawa Barat
Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri di Jawa Barat.
Parameter utama pada limbah cair Ultrajaya diantaranya pH, TSS, COD dan
BOD5.

4.5.1 Nilai pH

Nilai pH dalam air mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion


hidrogen) air limbah yang berkisar antara 1-14 (pH 1-7 termasuk kondisi asam,
pH 7-14 termasuk kondisi basa dan pH 7 adalah kondisi netral) (Siregar, 2005).
Limbah cair Ultrajaya memiliki nilai pH yang berbeda setiap sumbernya. Hasil
pengukuran nilai pH inlet yang dilakukan pada bak ekualisasi menunjukan nilai
pH rata-rata sebesar 8.2. Kisaran nilai pH limbah cair pada inlet Ultrajaya yaitu
antara 8.0-8.4. Setelah melalui proses pengolahan, nilai pH rata-rata yang diukur
pada outlet turun menjadi 7.4 dan mendekati netral. Nilai pH terendah didapatkan
pada bulan Januari 2016 yatu 6.1 dan nilai pH tertinggi terdapat pada bulan
September 2016 sebesar 7.9. Nilai pH inlet dan nilai pH outlet dapat dilihat pada
Gambar 14 dan 15.

Gambar 14 Grafik nilai pH pada inlet


19

Gambar 15 Grafik nilai pH pada outlet

4.5.2 Amonia

Bahan baku produksi Ultrajaya didominasi oleh susu sehingga memiliki


kandungan protein yang tinggi. Menurut Tarigan (1983), protein terdiri dari
rantai-rantai asam amino yang mengandung unsur nitrogen sebanyak 16 %.
Amonia merupakan salah satu bentuk Nitrogen dalam limbah cair organik
(Siregar, 2005). Kandungan amonia dalam air berpengaruh terhadap pertumbuhan
biota air. Menurut Efendi (2003) dalam Hibban et al. (2016) konsentrasi amonia
dalam perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mg/L. Kandungan amonia rata-rata
dalam limbah cair Ultrajaya yaitu 2.8 mg/L pada inlet dan 1.5 mg/L pada outlet.
Konsentrasi amonia yang tinggi berasal dari degradasi kandungan bahan organik
pada limbah cair berupa susu. Grafik hasil pengukuran kandungan amonia dalam
air limbah Ultrajaya dapat dilihat pada Gambar 16 dan 17 .

Gambar 16 Grafik kandungan amonia pada inlet


20

Gambar 17 Grafik kandungan amonia pada outlet

4.5.1 Total Suspended Solid (TSS)

Padatan-padatan yang terkandung dalam air limbah menyebabkan tingkat


kekeruhan air berubah. Menurut Tarigan dan Edward (2003), padatan tersuspensi
(suspended solid) memberikan dampak buruk pada sistem perairan seperti
menghambat terbentuknya organik dan menghalangi penetrasi cahaya matahari
sehingga proses fotosintesis dalam air tidak terjadi sempurna. Air Limbah PT
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk sebelum diolah memiliki
kandungan SS rata-rata sebesar 375 mg/L. Baku mutu yang harus ditaati
menunjukan SS yang aman bagi lingkungan pada air limbah yaitu 200 mg/L. Air
limbah pada titik penaatan menunjukan nilai kandungan SS rata-rata yang
berkurang menjadi 37 mg/L. Hasil pengukuran kandungan padatan tersuspensi
dalam limbah cair Ultrajaya dapat dilihat pada grafik di Gambar 18 dan 19.

Gambar 18 Grafik kandungan TSS pada inlet


21

Gambar 19 Grafik kandungan TSS pada outlet

4.5.2 Chemical Oxygen Demand (COD)

COD merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi


senyawa secara kimia. Peguraian senyawa secara kimia lebih mudah
dibandingkan secara biologi (Siregar, 2005). Nilai COD rata-rata air limbah
Ultrajaya pada inlet yaitu 671 mg/L dan turun menjadi 70.4 mg/L setalah
mencapai titik penaatan (outlet). Baku mutu yang harus ditaati pada SK Gubernur
Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999 yaitu sebesar 100 mg/L. Grafik hasil pengukuran
nilai COD pada air limbah Ultrajaya dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.

Gambar 20 Grafik nilai COD pada inlet


22

Gambar 21 Grafik nilai COD pada outlet

4.5.3 Biological Oxygen Demand (BOD)

Jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikan


senyawa-senyawa kimia dalam air disebut dengan BOD (Biological Oxygen
Demand). Penguraian senyawa kimia secara biologi membutuhkan waktu yang
lebih lama dan umumnya pengukuran BOD dilakukan hingga hari kelima (BOD5).
Nilai BOD dibutuhkan untuk mengetahui potensi bahan pencemar dapat
terdegradasi secara biologi (biodegradasi) atau tidak dalam air. Hasil pengukuran
eksternal menunjukan nilai BOD5 rata-rata pada inlet sebesar 265 mg/L dan pada
outlet sebesar 27.6 mg/L. Grafik hasil pengukuran nilai BOD5 pada limbah cair
Ultrajaya dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23.

Gambar 22 Grafik nilai BOD5 pada inlet


23

Gambar 23 Grafik nilai BOD5 pada outlet

4.6 Efisiensi IPAL

Efisiensi IPAL ditentukan dengan membangdingkan konsentrasi pencemar


sebelum dan sesudah diolah pada IPAL. Perhitungan efisiensi dilakukan dengan
membandingkan konsentrasi pencemar pada inlet dan outlet. Nilai konsentrasi
pencemar inlet dan outlet diukur oleh Balai Lingkungan Keairan. Pengukuran
oleh Balai Lingkungan Keairan dilakukan pada semua parameter sesuai dengan
SK Gubernur Jawa Barat No 6 tahun 1999 lampiran III. Hasil pengukuran pada
inlet menunjukan beberapa parameter yang melampaui baku mutu yaitu TSS,
COD dan BOD5. Hasil perhitungan efisiensi rata-rata IPAL PT Ultrajaya Milk
Industry and Trading Company, Tbk. yaitu sebesar 81.75%. Parameter dengan
efisiensi tertinggi yaitu TSS sebesar 90.20%, sedangkan amonia, COD dan BOD5
memiliki nilai efisiensi sebesar 45.10%, 89.50% dan 89.60%.

Tabel 3 Nilai efisiensi IPAL Ultrajaya


Parameter Efisiensi (%)
TSS 90.20
COD 89.50
BOD5 89.60
Amonia 45.10
Efisiensi rata-rata 81.75

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
24

1. Proses pengolahan limbah cair dilakukan secara fisika, biologi dan kimia.
Tingkat pengolahan limbah cair di Ultrajaya yaitu pretreatment, primary
treatment dan secondary treatment. Pengolahan limbah cair dilakukan hingga
memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu pada lampiran III SK Gubernur
Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri di Jawa Barat.
2. Unit pengolahan pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) meliputi unit
static screen, DAF 1, equalization basin, selector tank, aeration basin dan
DAF 2. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan air limbah ditampung pada
sludge pit dan diangkut secara berkala oleh pihak ketiga.
3. Efisiensi IPAL dalam mengurangi kandungan pencemar TSS, amonia, COD
dan BOD5 yaitu sebesar 90.2%, 45.1%, 89.5% dan 89.6%. Efisiensi rata-rata
IPAL Ultrajaya yaitu sebesar 81.75%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi lapang pada Instalasi Pengolahan Air Limbah


(IPAL), Ultrajaya disarankan untuk membuat kolam bioindikator sebagai
indikator kualitas air limbah yang telah diolah dengan menggunakan hewan
seperti ikan mas. Melakukan pengolahan biofilter untuk mengurangi kandungan
amonia pada air limbah yang telah diolah. Melakukan pengukuran kualitas air
limbah pada inlet setiap bulan. Melakukan pemanfaatan pada air limbah yang
telah diolah sebagai reuse water dan pemanfaatan lumpur sebagai pupuk.
DAFTAR PUSTAKA

[PERDAJABAR] Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999


Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kawasan Industri di Jawa Barat.
Hibban M. 2016. Studi Penurunan Konsentrasi Amonia dalam Limbah Cair
Domestik dengan Teknologi Biofilter Aerobmedia Tubular Plastik pada
Awal Pengolahan. Jurnal Teknik Lingkungan. 5(2): 1-9.
Siregar S A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Tarigan M S, Edward. 2003. Kandungan Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended
Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara, Sains. 7(3): 109-119.
Tarigan P. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Bandung (ID): Alumni Offset.
Wagini R, Karyono, Budi A S. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Susu.
Manusia dan Lingkungan. 9(1): 23-31.
25
LAMPIRAN
25

Lampiran 1 Diagram alur proses pengolahan limbah cair di Ultrajaya


26

Lampiran 2 Izin pembuangan limbah cair (IPLC)


27
28
29

Lampiran 3 Hasil pengujian kualitas air limbah Ultrajaya bulan Januari


30

Lampiran 4 Hasil pengujian kualitas air limbah Ultrajaya bulan April


31

Lampiran 5 Kualitas air limbah Ultrajaya pada outlet (Januari-Desember 2016)


Hasil Pengukuran
No Parameter Satuan Baku
J F M A M J J A S O N D Mutu
FISIKA

1 Suhu ᵒC 29 28,1 28,5 30,1 31,5 29,8 31,5 30,4 29,9 29,4 27,6 27,8 38

2 Residu Terlarut (TDS) mg/l 1168 1088 1170 1156 975 826 1170 1060 1290 1120 1050 984 2000

3 Residu Tersuspensi (TSS) mg/l 68 32 32 28 38 42 39 40 32 34 26 30 200

KIMIA

1 pH - 6,1 7,2 7,4 7,8 7,5 7,6 7,6 7,2 7,9 7,6 7,7 7,5 6,0-9,0
<
2 Besi terlarut (Fe) mg/l 0,266 0,082 0,076 0,023 0,104 0,015 0,086 0,114 0,113 0,218 0,176 5
0,012
3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 0,053 0,016 0,019 0,008 0,009 0,023 0,007 0,012 0,013 0,013 0,047 0,031 2
< < < < < < < < < < < <
4 Tembaga (Cu) mg/l 2
0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012
< <
5 Seng (Zn) mg/l 0,048 0,01 0,063 0,072 0,004 0,074 0,016 0,093 0,005 0,036 5
0,004 0,004
< < < < < < < < < < < <
6 Krom Heksavalen (Cr6) mg/l 0,1
0,004 0,004 0,004 0,003 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
< < < < < < < < < < < <
7 Krom Total (Cr-T) mg/l 0,5
0,018 0,018 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009
< < < < < < < < < < < <
8 Kadmium (Cd) mg/l 0,05
0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
< < < < < < < < < < < <
9 Timbal (Pb) mg/l 0,1
0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009
< < < < < < < < 0,2
10 Nikel (Ni) mg/l 0,057 0,006 0,012 0,015
0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006

31
32

32
Hasil Pengukuran
No Parameter Satuan Baku
J F M A M J J A S O N D Mutu
11 < < < < < < < < < < < <
Sulfida (H2S) mg/l 0,05
0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
<
12 Flourida (F) mg/l 0,098 0,264 0,658 0,543 0,128 1,54 0,624 0,224 0,412 0,706 0,225 2
0,06
< < < < < < < < < < < <
13 Klorin Bebas (Cl2) mg/l 1
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
14 Ammonia (NH3-N) mg/l 1,12 0,446 0,919 1,55 0,49 0,56 1,22 2,28 2,04 1,26 3,81 2,74 1

15 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,24 0,24 0,09 0,2 0,08 0,22 0,52 0,49 0,2 0,35 0,11 0,25 20
< <
16 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,016 0,012 0,013 0,013 0,016 0,006 0,012 0,017 0,006 0,011 1
0,003 0,003
17 BOD5 mg/l 26 30 32 13 33 29 28 31 24 28 30 27 50

18 COD mg/l 71 72 74 36 87 77 72 77 59 69 85 66 100

19 Senyawa aktif biru metilen mg/l 0,224 0,08 0,062 0,12 0,298 0,306 0,063 0,217 0,229 0,304 0,396 0,316 5
< < < < < < < <
20 Fenol mg/l 0,005 0,004 0,006 0,005 0,5
0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0,004 0,003 0,003
21 Minyak dan lemak mg/l 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 0,2 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 0,2 0,2 5
33

Lampiran 6 Kualitas air limbah Ultrajaya pada inlet (Januari-Desember 2016)


Bulan
No Parameter Satuan
Apr Sep Des Rata-rata

Fisika

1 Suhu (ᵒC) 30 29,7 27,6 29,1

2 TDS (mg/L) 1220 1340 1020 1193

3 TSS (mg/L) 342 356 426 375

Kimia

4 pH - 8,4 8,1 8,0 8,2

5 Fe (mg/L) 0,344 0,402 0,522 0,423

6 Mn (mg/L) 0,023 0,405 0,084 0,171

7 Cu (mg/L) < 0,012 < 0,012 < 0,012 < 0,012

8 Zn (mg/L) 0,076 0,113 0,152 0,114

9 Cr-6 (mg/L) < 0,004 < 0,004 < 0,004 < 0,004

10 Cr-T (mg/L) < 0,009 < 0,009 < 0,009 < 0,009

11 Cd (mg/L) < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001

12 Pb (mg/L) < 0,009 < 0,009 < 0,009 < 0,009

13 Ni (mg/L) < 0,006 < 0,006 < 0,006 < 0,006

33
34

14 H2S (mg/L) 0,24 0,32 0,48 0,35

15 F (mg/L) 0,876 0,516 0,397 0,596

16 Cl2 (mg/L) < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02

17 NH3-N (mg/L) 2,28 2,96 3,16 2,80

18 NO3-N (mg/L) 0,18 0,22 0,25 0,22

19 NO2-N (mg/L) 0,036 0,029 0,039 0,035

20 BOD5 (mg/L) 286 236 272 265

21 COD (mg/L) 744 590 680 671

22 SABM (mg/L) 0,298 0,425 0,625 0,449

23 Fenol (mg/L) 0,006 0,008 0,017 0,010

24 Minyak Lemak (mg/L) 1,8 2,4 3,6 2,6


38

Lampiran 7 Perhitungan efisiensi IPAL Ultrajaya

Efisiensi IPAL =

TSS = = 90.20%

BOD5 = = 89.60%

COD = = 89.50%

Amonia = = 45.10%

Rata-rata efisiensi IPAL

= 81.75%
39

Lampiran 8 Unit pelarut flokulan


40

Lampiran 9 Outlet air limbah Ultrajaya


39

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak


Raden Mochammad Taqdis Anugrah dan Ibu Ida Rufaida yang
lahir di Purwakarta 22 Oktober 1995. Pendidikan Taman
Kanak-kanak di TK Islam Uswatun Hasanah pada tahun 2000-
2002. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Nagri Tengah
pada tahun 2002-2008. Penulis kemudian melanjutkan ke
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1
Purwakarta pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1
Purwakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2014. Pada tahun yang sama,
penulis diterima di Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
tes reguler pada program keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan dan lulus
pada tahun 2017. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi penulis
pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gema Nusantara dan
menjabat sebagai Wakil Ketua pada periode kepemimpinan tahun 2014/2015.
Pada tahun 2015, Penulis menjabat sebagai Ketua UKM Gema Nusantara. Penulis
melakukan Praktik Kerja Lapang di PT Ultra Jaya Milk industry and Trading
Company, Tbk yang dilaksanakan selama dua bulan dengan judul tugas akhir
Pengolahan Limbah Cair di PT Ultrajaya Milk Industry amd Trading Company,
Tbk dan dibimbing oleh Bapak Emil Wahdi, SSi, MSi.

Anda mungkin juga menyukai