LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
SANTIA AFANDI
A. 1410379
Salah satu sektor pertanian adalah sub sektor hortikultura yang meliputi
sayuran (Olerikultur), buah-buahan (Pomologi), tanaman hias (Florikultur), dan
tanaman obat (Biofarmaka). Komoditas sayuran (Olerikultur) merupakan salah satu
jenis komoditas yang dikembangkan dengan sistem pertanian organik. Tingginya
tingkat konsumsi sayuran di Indonesia dan siklus produksi yang pendek pada
komoditas sayuran serta permintaan pasar yang menginginkan produk sayuran
sehat, aman dikonsumsi dan aman bagi lingkungan, menjadikan komoditas sayuran
saat ini banyak dikembangkan menggunakan sistem pertanian organik atau disebut
dengan sayuran organik.
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan salah satu produk pertanian yang
prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dengan sistem pertanian organik.
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan komoditas sayuran oriental yang tergolong
ke dalam family kubis-kubisan dengan kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi
serta terdapat zat antikanker. Komoditas brokoli tergolong ke dalam komoditas
yang dimanfaatkan bunga nya atau disebut dengan sayuran bunga dan dapat tumbuh
dengan baik di daerah dingin, sehingga sangat cocok untuk ditanam di daerah
pegunungan dengan jenis tanah yang kering.
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini bertujuan untuk menganalisis sistem
agribisnis keseluruhan di PT. Delapan Bintang Holti (DBH), menganalisis sistem
agribisnis sayuran brokoli dan kelayakan usahatani sayuran brokoli serta
menganalisis permasalahan yang terdapat dalam sistem agribisnis sayuran brokoli.
DBH merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi sayuran dan buah
organik dengan menerapkan sistem agribisnis pada pengelolaannya. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1995 dengan nama PT. Bintangdelapan Holtikultura (BDH)
yang bergerak di bidang produksi bunga Anggrek. Tahun 2013 PT. DBH berganti
kepemilikan serta manajemen dan mulai menerapkan sistem produksi organik pada
lahan seluas 24,5 Ha sampai sekarang.
Berdasarkan hasil rapat direksi, pada bulan Agustus 2017 PT. BDH resmi
berganti nama menjadi PT. Delapan Bintang Holti (DBH). Brokoli organik
merupakan salah satu komoditas unggulan yang diusahakan di perusahaan ini. Sub
sistem yang dijalankan meliputi sub sistem pengadaan sarana produksi, sub sistem
produksi, sub sistem pascapanen, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang.
Data yang digunakan oleh penulis adalah data primer yang diperoleh dari
hasil kegiatan di lapangan berupa pengamatan, wawancara, praktik secara langsung
di lapangan, dan diskusi. Data primer diperoleh dari berbagai informasi dan literatur
yang mendukung. Data diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif yang
meliputi analisis pendapatan kotor atau Gross Margin (GM), analisis pendapatan
bersih atas biaya tunai, analisis pendapatan bersih atas biaya total, analisis R/C atas
biaya tunai, analisis R/C atas biaya total, analisis BEP produksi, analisis BEP
peneriman dan analisis BEP harga.
xii
SANTIA AFANDI
A.1410379
LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah AGB 490
RIWAYAT HIDUP
Santia Afandi
NIM: A.1410379
xii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan dan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini yang berjudul
“Kajian Sistem Agribisnis Brokoli (Brassica oleracea) Organik di PT. Delapan
Bintang Holti Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa
Barat” dengan baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini merupakan salah satu
syarat kelulusan mata kuliah AGB 490 Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Djuanda Bogor.
Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Ir. Wini Nahraeni, M Si. selaku dosen pembimbing I sekaligus
Ketua Prodi Agribisnis, Ir. Himmatul Miftah, M. Si selaku dosen pembimbing II,
dan Arti Yusdiarti, SP. MM selaku dosen penguji atas bimbingan, arahan serta
kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat selesai dengan baik.
Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan Laporan
Kuliah Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhir kata penulis
sampaikan semoga adanya Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Januari 2018,
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT zat
maha sempurna, pemberi segala kenikmatan baik nikmat iman, nikmat kesehatan
dan pemberi kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan ini. Salawat dan salam senantiasa tersampaiakan kepada Sayyidina
Muhammad SAW, keluarga, sahabatnya dan penegak sunnah-Nya hingga akhir
zaman. InsyaAllah. Proses penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tidak
terlepas dari dukungan serta bantuan berbagai pihak, baik secara materi, motivasi,
waktu, tenaga dan lainnya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan jazzakumullah khairan katsiran dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Dr. Ir. Wini Nahraeni, M. Si selaku dosen pembimbing I dan Ketua Prodi
Agribisnis atas bimbingan, arahan, waktu, tenaga, pemikiran serta kesabaran
dalam membimbing penulis sejak rencana penyusunan Proposal Kuliah Kerja
Lapangan hingga selesainya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini;
2. Ir. Himmatul Miftah, M. Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan
informasi yang diberikan serta pengarahan kepada penulis dalam
mempersiapkan Kuliah Kerja Lapangan ;
3. Arti Yusdiarti, SP. MM selaku dosen penguji atas bimbingan, arahan serta
kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan.
4. Dr. Ristika Handarini, Ir. MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Djuanda yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapangan ;
5. Dosen Fakultas Pertanian khususnya dosen Prodi Agribisnis atas segala ilmu
bermanfaat yang telah disampaikan kepada penulis ;
6. Bapak Anwar Kurniawan dan Ibu Amalia Tjandra selaku pemilik dari PT.
Delapan Bintang Holti yang telah memfasilitasi dan memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di PT. Delapan Bintang
Holti ;
7. Bapak Satya Nugraha selaku site manager dan seluruh staf PT. Delapan
Bintang Holti yang sangat membantu penulis dalam pelaksanaan dan
xii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2. Tujuan Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan………………............. 4
1.3 Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan………………………………. 4
1.4. Ruang Lingkup Kuliah Kerja Lapangan…………………............ 4
II. METODE KULIAH KERJA LAPANGAN
2.1. Tempat dan Waktu………………………………………………. 5
2.2. Pengumpulan Data………………………………………………. 5
2.3. Analisis Data…………………………………………………….. 8
2.3.1. Analisis Pendapatan Kotor atau Gross Margin (GM) ……….. 8
2.3.2. Analisis Pendapatan Bersih Usahatani ……………………..... 8
2.3.3. Analisis R/C…………………………………………………... 9
2.3.4. Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)……………… 9
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah PT. Delapan Bintang Holti…………………………….. 13
3.2. Visi dan Misi PT. Delapan Bintang Holti……………………… 16
3.3. Organisasi dan Manajemen PT. Delapan Bintang Holti….......... 16
3.4. Sumberdaya PT. Delapan Bintang Holti………………….......... 20
3.4.1. Sumberdaya Fisik…………………………………………… 20
3.4.2. Sumberdaya Manusia………………………………….......... 21
3.4.3. Sumberdaya Modal…………………………………………. 21
3.5. Keuangan PT. Delapan Bintang Holti…………………………. 22
IV. DESKRIPSI SUB SISTEM AGRIBISNIS DI PT. DELAPAN
BINTANG HOLTI
4.1. Sub Sistem Pengadaan Sarana Produksi………………….......... 23
4.2. Sub Sistem Produksi…………………………………………… 30
4.3. Sub Sistem Pascapanen…………………………………............ 35
xii
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tingkat Produktivitas Sayuran di Indonesia, Tahun 2016...….…... 2
2. Data / Informasi yang Dikumpulkan selama Kuliah Kerja 5
Lapangan di PT Delapan Bintang Holti, Tahun 2017 ……..…..…..
3. Realisasi Jadwal Kuliah Kerja Lapangan Revisi di PT Delapan 10
Bintang Holti, Tahun 2017……………………….…..…..…..……
4. Jadwal Produksi di Open Area PT Delapan Bintang Holti, 15
Tahun 2017...........................................................................…..…..
5. Jumlah Tenaga Kerja di PT Delapan Bintang Holti, Tahun 21
2017…………….…………….............................................…..…..
6. Penyertaan Dalam Modal Perseroan di PT Delapan Bintang Holti, 22
Tahun 2017 ……………………………………………..…..…..…
7. Jumlah Kebutuhan Benih dalam Sekali Kegiatan Persemaian di PT 29
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017........…..…..….…..…..…..…..
8. Daftar Panen oleh Penulis Berdasarkan Komoditas di PT Delapan 34
Bintang Holti, Tahun 2017….................................…..…..…..…….
9. Daftar Sebagian Konsumen PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 38
2017……………………….......................................…..…..…..….
10. Data Produksi, Permintaan, dan Penjualan Brokoli Organik di PT. 57
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017….…..................…..…..…..….
11. Analisis Usahatani Brokoli Organik 1 Periode Tanam (3 ½ Bulan) 65
Skala Produksi 1.056m² di PT Delapan Bintang Holti,
2017...………………………………...……………..…..…..……..
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi PT. Delapan Bintang Holti, 2017……...….... 18
2. Proses Pengomposan Sampah Organik Limbah Sayuran di PT. 25
Delapan Bintang Holti, 2017…………………………....…...…...
3. Pembelian Sekam di Salah Satu Penggiling Padi Kecamatan 25
Cugenang, 2017……………………………..........................…....
4. Proses Pembuatan Arang Sekam di PT. Delapan Bintang Holti, 26
2017..............................................................................…...….......
5. Proses Pengayakan Media Semai di Ruang Pengomposan PT. 26
Delapan Bintang Holti, 2017…………….………….......…...…...
6. Proses Pembuatan Biocontrol di PT. Delapan Bintang Holti, 27
2017…………………………………....................................…....
7. Proses Pembuatan POC di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…….. 28
8. Tray Persemian 45 pot dan 15 pot di PT. Delapan Bintang Holti, 30
2017…...........................................................................…...…......
9. Pembuatan Lubang Tanam Kacang Tanah di Open Area PT. 33
Delapan Bintang Holti, 2017………………………..............…....
10. Kegiatan Penanaman di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 32
2017……………..........................................................…...….......
11. Penutupan Lubang Tanam, Pemasangan Paranet dan Patok pada 32
Bedengan Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan Bintang
Holti, 2017………………………………………….…...…...…...
12. Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip pada Bedengan 33
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…………………...…...….....
13. Pelilitan Batang Tanaman Tomat dan Penalian Ajir Tanaman 34
Kacang Panjang di Open Area PT. Delapan Bintang Holti,
2017………………………………………………………....…....
14. Proses Panen Jagung di Open Area dan Panen Ceysim di GH PT. 35
Delapan Bintang Holti, 2017………………………………...…...
15. Penimbangan, Syilering dan Rapping Hasil Panen di PT. Delapan 36
Bintang Holti, 2017…………………………….......…...…...…...
16. Kemasan Produk PT. Delapan Bintang Holti, 2017……………... 37
xii
Nomor Halaman
17. Proses Pascapanen Sayuran Daun, Sayuran Bunga dan Kacang 38
Tanah di PT. Delapan Bintang Holti, 2017………….…...…...…..
18. Saluran Pemasaran Hasil Panen di PT. Delapan Bintang Holti, 39
2017…………………………………………………..…...….......
19. Kegiatan Sortasi Produk Pesanan Konsumen di Toko Rumah 40
Organik, 2017 ……………………………………………………
20. Pemasaran Produk PT. Delapan Bintang Holti ke Ming Organik, 40
2017…………………..……………………….......…...…...….....
21. Alur Permintaan dan Produksi di PT. Delapan Bintang Holti, 41
2017…………………………......................................…...……...
22. Logo Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 44
2017 …………………...…………………………….…...…........
23. Logo Organik Indonesia pada Label Produk PT. Delapan Bintang 44
Holti, 2017…………................................................…....
24. Lahan Green House Produksi Brokoli Organik di PT. Delapan 47
Bintang Holti, 2017………………………………..…...…...…....
25. Kemasan dan Benih Brokoli di PT. Delapan Bintang Holti, 2017 48
………………………………………………………...…...…......
26. Proses Persemaian Benih Brokoli di GH Persemaian A3 PT. 49
Delapan Bintang Holti, 2017………………………..............…....
27. Proses Persiapan Tempat Tanam di PT. Delapan Bintang Holti, 50
2017…………………………………………………..…...……...
28. Kegiatan Pemasangan Streamline pada Bedengan di Green House 51
PT. Delapan Bintang Holti, 2017………………………....
29. Kegiatan Penanaman Bibit Brokoli di GH PT. Delapan Bintang 52
Holti, 2017……………………………………………...…...…....
30. Penyiraman dan Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip 53
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…………………...…...….....
31. Brokoli Siap Panen dan Proses Panen Brokoli Organik di GH PT. 54
Delapan Bintang Holti, 2017……………………….…...…...
32. Proses Trimming Pertama pada Brokoli di GH PT. Delapan 55
Bintang Holti, 2017........................................................................
33. Proses Trimming Kedua dan Hasil Sortir Brokoli Organik di PT. 56
Delapan Bintang Holti, 2017……………………...........….…......
xii
Nomor Halaman
34. Proses Labeling Brokoli Organik di Packing House PT. Delapan 57
Bintang Holti, 2017………………………………..….…...…......
35. Penyakit Downy Mildey Pada Tanaman Brokoli Organik di PT. 61
Delapan Bintang Holti, 2017……………………...........….……..
36. Ulat Grayak dan Akibat Serangannya di PT. Delapan Bintang 62
Holti, 2017…………………………………………….…...…......
37. Serangan Hama Keong Pada Tanaman Brokoli di PT. Delapan 63
Bintang Holti, 2017 ……………………………….….…...….......
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Luas Area Pertanian Organik Indonesia, 2011……………..…...…... 75
2. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Jenis di Jawa Barat, 75
2014………………………………………………………....…...…..
3. Produktivitas Sayuran di Indonesia, 2012-2016………………..…… 76
hektar, kentang 11,618 dan jenis lobak 1,044 hektar (BPS Provinsi Jawa Barat,
2014). Data disajikan pada Lampiran 2.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura tentang
perkembangan produktivitas sayuran di Indonesia pada tahun 2016 kubis berada
pada posisi ke-3 tertinggi setelah jamur, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Produktivitas Sayuran di Indonesia, Tahun 2016
Komoditas Tertinggi Tertinggi Tertinggi Terendah
Ke-1 Ke-2 Ke-3
Labu Siam 69,20
Paprika 36,62
Kubis 20,94
Jamur 0,88
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012-2016
Komoditas sayuran menjadi salah satu jenis komoditas yang dikembangkan
dengan sistem budidaya pertanian organik. Tingginya tingkat konsumsi sayuran di
Indonesia dan siklus produksi yang pendek pada komoditas sayuran serta
permintaan pasar yang menginginkan produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi
dan aman bagi lingkungan, menjadikan komoditas sayuran kini banyak
dikembangkan dengan sistem pertanian organik atau disebut dengan sayuran
organik.
Food And Agriculture Organization (FAO) mensyaratkan konsumsi buah dan
sayur idealnya 65,75 kg/kapita/tahun. Sementara orang Indonesia baru
mengkonsumsi 40 kg per kapita per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
konsumsi sayuran di Indonesia masih sangat rendah, sehingga ketersediaan sayuran
organik yang aman dan sehat sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia
kedepannya.1
Brokoli (Brassica oleracea) menjadi salah satu produk pertanian yang
prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dengan tingkat produksinya nomor 1
di Jawa Barat. Brokoli merupakan salah satu sayuran oriental yang tergolong ke
dalam sayuran bunga dengan family kubis- kubisan (Brassicaceae). Menurut Badan
1
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Ferry Sofwan Arief yang
dimuat dalam Republika pada 15 Juni 2014.
3
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, produksi tanaman sayuran jenis kubis-kubisan
tahun 2014 mencapai 2.969.430 ton. Data disajikan pada Lampiran 4.
Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain, produk mudah
rusak, budidaya sangat tergantung iklim dan kualitas bervariasi. Menurut Direktorat
Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Tahun 2014, produksi kubis di
Indonesia mencapai 1.435.833 ton. Selain itu, tingginya permintaan konsumen
terhadap produk hortikultura yang ditandai dengan lebih tingginya angka impor
yaitu 1.651.547 ton jika dibandingkan dengan ekspor yaitu 441.134 ton pada tahun
2014 (Statistik Pertanian, 2015 Kementerian Pertanian), maka perlu diadakannya
kajian sistem agribisnis untuk melihat keberhasilan usaha hortikultura salah satunya
komoditas brokoli organik dalam pemenuhan permintaan konsumen dengan tepat
harga, tepat waktu dan tepat kualitas.
Indonesia tidak hanya melakukan ekspor tapi juga melakukan impor karena
beberapa hal, yaitu tingkat produksi hortikultura khususnya brokoli dalam negeri
belum mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia, untuk menjalin kerjasama baik
antar negara tetangga dan untuk menjaga stabilitas keuangan negara.
Sistem agribisnis merupakan semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh usahatani serta agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Sistem agribisnis terdiri atas sub sistem agroindustri hulu, sub sistem budidaya, sub
sistem agroindustri hilir (pengolahan dan pemasaran) dan sub sistem kelembagaan
(Silvana Mulidah, 2012).
PT. Delapan Bintang Holti merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
agribisnis berbagai tanaman buah dan sayuran organik yang berlokasi di Jl Garung
No. 46 Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat dengan salah satu komoditas unggulannya yaitu brokoli. Brokoli dapat
tumbuh subur di PT. Delapan Bintang Holti karena suhu di lokasi perusahaan
berkisar antara 18℃ − 32℃ dengan pencahayaan matahari yang cukup. PT.
Delapan Bintang Holti menerapkan sistem agribisnis dari hulu ke hilir dalam
kegiatannya, yaitu sub sistem pengadaan input, sub sistem produksi, sub sistem
pengolahan hasil produksi, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang.
4
Tabel 2. Lanjutan
langkah untuk mengatasi masalah atau
kendala tersebut.
3 Sub Sistem Produksi a. Teknis budidaya komoditas tertentu mulai
dan Pascapanen dari persiapan tanam sampai dengan panen
b. Mengamati, mencatat, dan melakukan
kegiatan pemanenan komoditas tertentu.
c. Kriteria panen, tahapan pemanenan,
tahapan perlakuan pascapanen, alat, dan
bahan.
d. Mengamati, mencatat, dan melakukan
pascapanen dan pengemasan.
e. Permasalahan yang dihadapi dalam proses
produksi, panen dan pascapanen, serta
langkah-langkah yang pernah dilakukan
untuk mengatasi masalah/kendala.
4 Sub Sistem Pemasaran a. Seluruh pemsaran (pedagang perantara,
konsumen akhir), daerah
pemasaran/segmen pasar, konsumen akhir,
biaya-biaya pemasaran, sistem pembayaran,
pangsa pasar, sistem kerja sama dalam
pemasaran hasil, dan lain-lain.
b. Cara penetapan harga dan kualitas.
c. Kiat-kiat pemasaran menurut perusahaan.
d. Permasalahan yang dihadapi dan langkah-
langkah yang pernah dilakukan untuk
mengatasi masalah.
5 Lembaga a. Lembaga-lembaga yang menjalin
Penunjang/Kelembagaan kerjasama dengan perusahaan.
b. Permasalahan yang dihadapi dan langkah-
langkah yang pernah dilakukan untuk
mengatasi masalah.
6 Rencana Pengembangan a. Potensi pasar yang belum digarap oleh
Bisnis perusahaan.
b. Potensi teknologi yang dimiliki perusahaan.
c. Potensi sumberdaya manusia dan fisik yang
dimiliki perushaan.
d. Pandangan perusahaan terhadap adanya
pesaing.
e. Pandangan perusahaan terhadap para
pemasok.
8
Tabel 2. Lanjutan
f. Komoditas substitusi.
g. Pandangan perusahaan terhadap para
pelanggan secara umum.
I = Income ( Pendapatan)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel Total)
TFC = Total Fix Cost (Biaya Tetap Total)
2.3.3. Analisis R/C
Analisis R/C digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang akan atau
sedang dijalankan selama periode tertentu. Analisis R/C diperoleh dari
perbandingan antara penerimaan total usaha dengan biaya total usaha. Kelayakan
R/C dapat dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. R/C > 1, kegiatan usaha layak dijalankan
2. R/C < 1, kegiatan usaha tidak layak dijalankan
3. R/C = 1, kegiatan usaha tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh
keuntungan (Impas). Pada R/C=1 ini sebuah usaha akan dilaksanakan atau tidak,
tergantung kepada pelaku usaha. Analisis R/C terbagi atas 2 yaitu R/C atas biaya
tunai dan R/C atas biaya total.
1. R/C atas biaya tunai dapat dihitung dengan rumus :
Penerimaan Total
R/C = Biaya Tunai Total .......................................................................................(5)
Keterangan :
Y : Jumlah produk
Py : Harga produk
2.3.4. Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)
Analisis titik impas dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya. Biaya-biaya yang
digunakan dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi,
1995).
Tujuan digunakannya analisis titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah
untuk mengetahui jumlah volume penjualan atau produksi minimum suatu usaha
agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi tidak pula mendapatkan
keuntungan. Analisis titik impas menurut Suratiyah (2015) terbagi ke dalam tiga
jenis, yaitu :
10
𝑇𝐶
BEP Harga (Rp/Kg) = …………………………………...……………………(9)
𝑌
12
mengkonsumsi makanan yang sehat dan sangat menghindari berbagai zat kimia
yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan khususnya untuk kegiatan
budidaya tanaman.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, kegiatan sistem
produksi sayuran dan buah secara organik baru berjalan efektif pada tahun 2014
hingga saat ini, karena sempat terjadi masa penjenuhan lahan selama 1 tahun dari
tahun 2013-2014 untuk mengkonversi lahan dari budidaya secara konvensional dan
hidroponik ke budidaya secara organik. Secara bertahap beberapa jenis sayuran
mulai dibudidayakan dan diterapkan Standar Operating Procedure (SOP) secara
organik. Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk lebih memberikan jaminan
kepuasan kepada konsumen di tahun 2014 PT. BDH mengajukan proses sertifikasi
pertanian organik yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-6729-
2002 tentang Sistem Pangan Organik dan telah mendapatkan sertifikat organik dari
salah satu lembaga sertifikasi yaitu INOFICE (Indonesian Organic Farming
Certification).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan staf perusahaan dan informasi
yang terdapat dalam dokumen sejarah perusahaan, disebutkan bahwa berdasarkan
hasil keputusan direksi pada bulan Agustus 2017, PT. BDH resmi berganti nama
menjadi PT. DBH dengan beberapa perubahan dalam sistem manajemen PT. DBH.
Lokasi perusahaan ini masih sama yaitu luas areal yang dikelola seluas 18, 2635 Ha
secara organik dari luas total 24,5 Ha dengan status lahan milik pribadi Bapak
Anwar Kurniawan.
Minggu pertama Kuliah Kerja Lapangan penulis melakukan kegiatan observasi
lapangan di sekitar lahan PT. DBH. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara
dengan staf perusahaan mengenai unit bisnis di perusahaan dan jenis komoditas
yang diproduksi oleh perusahaan beserta lahan produksinya.
Berdasarkan hasil observasi lapangan di minggu pertama dan wawancara
penulis dengan salah satu staf perusahaan, perusahaan memiliki 3 unit bisnis yaitu,
peternakan kambing, budidaya perikanan air tawar dan budidaya tanaman
hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Budidaya perikanan air tawar seperti ikan
hias dan ikan konsumsi dilakukan di lahan GH dengan sistem aquponics dan di
lahan terbuka atau open area. Budidaya sayuran dan buah dilakukan di 2 lokasi
15
Commisioner
President Director
Budi Hardjo
Production Director
Supriyanto
3. Manajer R&D
a. Mengatur dan melakukan riset penelitian terhadap produk yang akan
dikembangkan atau diproduksi oleh perusahaan ;
b. Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pelaksanaan program produksi bulanan ;
c. Memberikan arahan atas hasil yang ditemukan untuk dapat diaplikasikan dan
dapat meningkatkan produksi ;
4. Manajer Maintenance
a. Mengatur fungsi-fungsi maintenance dalam pelaksanaan program produksi dan
administrasi ;
b. Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pelaksanaan program produksi bulanan ;
5. Manajer Operasional (Produksi & Site Manajer)
Bertanggungjawab sepenuhnya atas seluruh kegiatan mulai dari planning,
organizing, actuating, dan controlling.
6. Admin Data / QC
a. Memastikan data produksi setiap kegiatan yang ada mulai dari kegiatan produksi
di open area, green house dan fertigasi ;
b. Mengontrol seluruh kegiatan pascapanen dari mulai packing sampai dengan
pengiriman.
7. Supervisor Open Area
a. Memastikan program tanam yang akan dijalankan di open area sesuai dengan
SOP perusahaan ;
b. Mengawasi kegiatan di open area.
8. Supervisor Green House
a. Memastikan program tanam yang akan dijalankan di green house sesuai dengan
SOP perusahaan ;
b. Mengawasi kegiatan di green house
9. Supervisor Fertigasi
a. Memastikan program pembuatan/produksi kebutuhan input tanaman seperti
pembuatan media semai, pupuk organik cair, biocontrol dan sebagainya sesuai
dengan dengan SOP perusahaan ;
20
lebih lebih halus menggunakan blender. Molasis, susu bubuk dan air diaduk hingga
larut kemudian seluruh bahan yang telah halus dimasukkan ke dalam bak
bervolume 100 L selanjutnya difermentasikan selama 1 minggu sebelum
digunakan. Setelah fermentasi 1 minggu POC siap digunakan sebagai pupuk
susulan bersama dengan biocontrol.
Berdasarkan pengamalan penulis selama bekerja di perusahaan, pemupukan
susulan dilakukan melalui irigasi drip dengan perbandingan komposisi 5 liter POC,
2 liter biocontrol dan air sampai volume 1000 L pada bak fiber kapasitas 1500L.
Proses pembuatan POC dapat dilihat pada Gambar 7.
penulis dari tenaga kerja persemaian mengenai jumlah benih yang tidak disemai
meliputi benih buncis perancis, buncis lokal, bayam, kangkung, asparagus, kacang
tanah, jagung manis, jagung acar, mint, ginseng dan kacang panjang. Benih yang
melalui proses persemaian terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Kebutuhan Benih dalam Sekali Kegiatan Persemaian di PT.
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
Jumlah (Benih)
Nomor Nama Komoditas Tidak
Per Hari Per Minggu
Menentu
1. Brokoli 360 - -
2. Kembang Kol 75 - -
3. Kaelan 675 - -
4. Tomat Apel - 300 -
5. Tomat Cherry - 75 -
6. Kyuri - 75 -
7. Kale - - 250
8. Pumkin Butternut Squash - - 300
9. Asparagus - - 300
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Tabel 7 menunjukkan bahwa contoh benih yang disemai setiap hari di PT. DBH
meliputi benih brokoli sebanyak 360 benih, kembang kol 75 benih dan benih kaelan
675 benih. Benih yang disemai setiap 1 minggu sekali meliputi benih tomat apel
sebanyak 300 benih, tomat cherry sebanyak 75 benih dan benih kyuri sebanyak 75
benih. Benih yang disemai pada waktu yang tidak menentu akibat dari jumlah
permintaan yang sangat berfluktuatif meliputi benih kale sebanyak 250 benih,
pumkin butternut squash sebanyak 300 benih dan benih asparagus sebanyak 300
benih.
Berdasarkan pengataman dan pengalaman bekerja selama penulis di
perusahaan, peralatan yang dimiliki oleh perusahaan seperti cangkul dan traktor
digunakan oleh perusahaan untuk mengolah lahan sebelum kegiatan penanaman.
Mesin sealer digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan pengemasan hasil panen
sayuran daun seperti bayam, ceysim dan lainnya. Mesin rapping digunakan oleh
perusahaan untuk kegiatan pengemasan hasil panen sayuran buah maupun sayuran
bunga seperti brokoli, tomat, buncis dan lainnya.
30
Gambar 8. Tray Persemian 45 pot dan 15 pot di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah benih selesai di semai, penulis kemudian menyimpan tray semai di atas
meja persemaian dan melakukan pendataan persemaian. Benih yang telah disemai
kemudian dilakukan pemeliharaan setiap hari hingga bibit siap dipindah tanamkan
ke dalam bedengan. Pemeliharaan bibit yang dilakukan oleh penulis selama Kuliah
Kerja Lapangan adalah penyiraman bibit dengan air setiap pagi dan sore hari serta
penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar bibit.
31
Gambar 9. Pembuatan Lubang Tanam Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Kemudian penulis mendistribusikan setiap bibit yang sudah mencapai umur
pindah tanam dari GH persemaian ke GH produksi untuk dilakukan penanaman,
salah satunya adalah bibit pakchoy yang didistribusikan oleh penulis pada minggu
ke-4. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, kegiatan penanaman dilakukan pada bedengan yang telah terdapat
lubang tanam, kecuali pada komoditas yang tidak disemai seperti bayam yang
ditanam langsung dengan cara disebar tanpa lubang tanam.
Terdapat perbedaan antara kegiatan penanaman di GH dengan penanaman di
open area yaitu kegiatan penanaman di GH cenderung menanam dalam bentuk bibit
meskipun terdapat beberapa komoditas seperti bayam yang ditanam dalam bentuk
benih dengan cara disebar, sedangkan kegiatan penanaman di open area dilakukan
langsung pada bedengan dalam bentuk benih/biji. Kegiatan penanaman dilakukan
secara langsung oleh tenaga kerja pria maupun wanita tanpa menggunakan alat
pembantu seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Kegiatan Penanaman di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah penanaman, selanjutnya adalah penutupan lubang tanam dan
pemeliharaan tanaman. Namun berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, khusus untuk menanam kacang tanah di open area, setelah penutupan
lubang tanam terdapat perlakuan khusus yaitu penutupan bedengan menggunakan
paranet dan alat bantu berupa bambu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
burung di sekitar lahan agar tidak memakan benih/biji yang ditanam, selain itu juga
untuk menjaga kelembaban tanah pada bedengan. Patok yang terbuat dari bambu
33
Gambar 11. Penutupan Lubang Tanam, Pemasangan Paranet dan Patok pada
Bedengan Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, secara umum kegiatan pemeliharaan pada komoditas di PT. DBH
mendapatkan perlakuan yang sama seperti penyulaman, penyiangan dan
penyiraman. Namun untuk kegiatan pemeliharaan tanaman di GH terdapat
perlakuan khusus yaitu pemupukan susulan dengan sistem irigasi drip, perompesan
dan pelilitan untuk komoditas tertentu seperti tomat dan kyuri.
Pemupukan susulan dilakukan menggunakan pupuk organik cair dengan sistem
irigasi drip. Pemupukan dilakukan setiap 2 hari sekali secara bergantian pada setiap
GH produksi. Khusus untuk di open area tidak dilakukan pemupukan susulan.
Lamanya kegiatan pemupukan pada setiap GH adalah 15 menit per sekali
pemupukan dengan volume pupuk yang digunakan pada setiap drip sebanyak
200ml. Kegiatan pemupukan susulan pada GH dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip pada Bedengan di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah pemupukan susulan, penulis melakukan pemeliharaan dengan
menyiram tanaman setiap pagi dan sore hari serta melakukan penyulaman terhadap
bibit yang mati. Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan,
penyulaman dilakukan pada waktu 1-3 MST. Kematian bibit salah satunya
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Di open area untuk
mensiasati kematian benih agar produksi yang dihasilkan tetap maksimal yaitu
34
dengan menanam benih lebih dari 1 benih pada setiap lubang tanam. Pemeliharaan
selanjutnya adalah perompesan daun tua.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam bekerja di lapangan, perompesan
dilakukan hanya pada komoditas sayuran buah, dan sayuran bunga di GH sebanyak
2 kali perompesan dalam satu musim, seperti pada komoditas brokoli. Berdasarkan
pengalaman penulis selama bekerja di minggu ke-4 terdapat pula pemeliharaan
berupa pemasangan ajir pada komoditas kacang panjang dan pelilitan batang
tanaman kyuri pada minggu ke-2. Kegiatan pemeliharaan khusus dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 13. Pelilitan Batang Tanaman Tomat dan Penalian Ajir Tanama Kacang
Panjang di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah melalui proses pemeliharaan, selanjutnya adalah pemanenan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan,
waktu pelaksanaan kegiatan panen yang dilakukan di GH maupun di open area
sama-sama dilaksanakan pada pagi hingga siang hari oleh tenaga kerja pria maupun
wanita.
Jadwal kegiatan panen/minggu di GH dengan open area memiliki perbedaan
yaitu, jika di GH kegiatan panen dilakukan 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari
Minggu, Selasa, dan Kamis. Di open area kegiatan panen dilakukan hanya pada
hari Selasa. Proses panen yang dikerjakan oleh penulis selama di lapangan berbeda
untuk setiap komoditas. Perbedaan proses panen salah satunya dipengaruhi oleh
fisiologi dan kelompok jenis tanaman. Namun kegiatan panen yang dikerjakan oleh
penulis selama di lapangan hanya beberapa komoditas seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Panen oleh Penulis Berdasarkan Komoditas di PT. Delapan
Bintang Holti, Tahun 2017
Komoditas Hasil (Kg) Lokasi
Jagung Manis 50 Open Area 6
Brokoli 15, 18 B10
35
Tabel 8. Lanjutan
Gambar 14. Proses Panen Jagung di Open Area dan Panen Ceysim di GH PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
4.3. Sub Sistem Pascapanen
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, secara umum perlakuan pascapanen seluruh komoditas yang
diusahakan oleh PT. DBH mendapatkan perlakuan pascapanen yang sama di
packing house yaitu diawali dengan menimbang berat kotor hasil panen sekaligus
36
dilakukan pendataan berat kotor. Setelah itu, hasil panen disortir sekaligus
digrading untuk memisahkan hasil panen layak jual dengan afkir. Penulis kemudian
menimbang kembali hasil panen untuk mengetahui berat bersih yang akan
dipasarkan. Setelah itu, dikemas dan diberikan label produk perusahaan“Cianjur
Hills” pada kemasan sayuran/buah.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, labeling tidak
dilakukan pada seluruh kemasan produk, namun hanya dilakukan pada kemasan
produk sesuai dengan permintaan konsumen dengan tujuan agar konsumen dapat
lebih mengenal produk perusahaan. Terdapat beberapa konsumen yang tidak
menggunakan label/brand perusahaan salah satunya adalah Qirana Organik. Hal
tersebut dikarenakan konsumen ingin menggunakan brand nya pada produk
perusahaan.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di bagian packing house,
penimbangan hasil panen dilakukan menggunakan timbangan digital dengan bobot
tiap komoditas sesuai permintaan konsumen yaitu antara 100 gr, 250 gr, 500 gr dan
1000 gr. Proses penimbangan dan pengemasan menggunakan mesin sealer dan
mesin rapping oleh penulis dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Penimbangan, Syilering dan Rapping Hasil Panen di PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Kemasan yang digunakan juga bervariasi tergantung pada jenis komoditas
yang dikemas, seperti pengemasan kacang tanah dilakukan menggunakan jaring.
Pengemasan sayuran daun dilakukan menggunakan jenis plastik polypropylene (pp)
dan poly ethylene (pe) dengan bantuan mesin sealer untuk merekatkan kemasan,
sedangkan pengemasan sayuran buah dan sayuran bunga menggunakan plastik
wrap dengan bantuan alat yaitu mesin rapping untuk merekatkan plastik dengan
sayuran bunga. Kemasan produk PT. DBH terdiri atas kemasan plastik wrap,
plastik mika, plastik jenis pp dan pe seperti pada Gambar16.
37
Gambar 17. Proses Pascapanen Sayuran Daun, Sayuran Bunga dan Kacang Tanah
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
4.4. Sub Sistem Pemasaran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, hasil panen yang telah dikemas dan dilabel, kemudian didistribusikan
oleh karyawan driver menggunakan mobil truk box ke berbagai konsumen
perusahaan yang terdiri atas konsumen agen, retail seperti outlet sayuran organik
dan konsumen akhir yang tersebar di sekitar Jakarta, Cibubur, Tangerang, Bogor
dan Cianjur. Namun karena keterbatasan waktu dan jadwal selama bekerja di
perusahaan, penulis hanya mengikuti kegiatan pemasaran ke beberapa konsumen
agen dan retail di sekitar wilayah Tanggerang, Bogor, Jakarta dan Cianjur seperti
pada Tabel 9.
Tabel 9. Daftar Sebagian Konsumen PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
Nama Konsumen Jumlah Permintaan Lokasi
Jenis Konsumen
(Tray)
PT Kecipir Produsen Distributor 8 Bogor
Grow Gruns Retail 2 Jakarta
PT Din Tai Fung Agen 6 Jakarta
Organik House Retail 2 Jakarta
Qirana Organik Agen dan Retail - Tangerang
Omah Lauh Retail - Tangerang
Aneka Organik Retail - Tangerang
Rumah Organik Retail - Tangerang
Ming Organik Retail - Tangerang
Living Farm Produsen Distributor - Cianjur
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Pemasaran dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu yaitu pada hari Senin,
Rabu dan Jum’at. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf
perusahaan, perusahaan menetapkan batas waktu terakhir kepada konsumen untuk
39
melakukan pemesanan produk yaitu H-1 pengiriman produk pada pukul 14.00
WIB. Pada pukul 14.00 WIB perusahaan akan menutup kegiatan pemesanan untuk
jadwal pengiriman produk esok hari. Perusahaan menyediakan beberapa pelayanan
pemesanan produk untuk mempermudah konsumen dalam melakukan pemesanan.
Pelayanan pemesanan yang disediakan perusahaan yaitu melalui e-mail dan
WhatsApp.
4.4.1. Saluran Pemasaran Secara Umum di PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran di PT.
DBH, saluran pemasaran hasil panen yang dijalankan di PT. DBH terdapat 3
saluran pemasaran. Saluran pemasaran hasil panen di PT. DBH dapat dilihat pada
Gambar 18.
1
2. Saluran Pemasaran 2
Kegiatan pemasaran ke-2 yang dilakukan oleh PT. DBH diawali dari produsen
yaitu PT. DBH kemudian driver akan memberikan laporan pengiriman ke PT. Anta
Tirta Kirana sebagai checker dan induk perusahaan PT. DBH. Setelah itu, driver
akan mendistribusikan produk ke perusahaan retail di sekitar Cibubur, Bogor,
Jakarta dan Tanggerang. Salah satu konsumen retail perusahaan adalah toko-toko
organik online dan offline. Toko organik offline yaitu konsumen yang menjual
produk secara langsung di tempat/di toko miliknya seperti Green Fresh di Jakarta,
Grow Gruns, Organik House dan sebagainya. Toko organik online yaitu konsumen
yang hanya menjual produk secara online seperti Omah Lauh di daerah
Tanggerang.
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran,
konsumen terlebih dahulu melakukan sortasi atas produk yang dipesan dari
perusahaan dan melakukan penyesuaian data atas barang yang diterima oleh
konsumen menggunakan data pesanan produk pada play DO (Delivery Order) atau
surat jalan. Kegiatan sortasi produk di salah satu konsumen retail dapat dilihat pada
Gambar 19.
Gambar 19. Kegiatan Sortasi Produk Pesanan Konsumen di Toko Rumah Organik,
2017
Perusahaan retail juga menetapkan waktu khusus untuk produk pesanan tiba di
perusahaan. Rata-rata perusahaan retail menetapkan waktu produk tiba di
perusahaan retail pada pagi hari sebelum pukul 08.00 WIB. Kegiatan pemasaran
kepada salah satu konsumen retail perusahaan dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Pemasaran Produk PT. Delapan Bintang Holti ke Ming Organik, 2017
41
3. Saluran Pemasaran 3
Kegiatan pemasaran ke-3 yang dilakukan oleh PT. DBH diawali dari
perusahaan produksi sendiri yaitu PT. DBH kemudian driver akan memberikan
laporan pengiriman ke PT. Anta Tirta Kirana sebagai checker dan induk perusahaan
PT. DBH. Setelah itu, driver akan mendistribusikan produk ke konsumen akhir
yaitu konsumen rumah tangga di sekitar Jakarta dan Tanggerang.
Dari ketiga saluran pemasaran di atas, kendala perusahaan dalam pemasaran
yaitu saat terjadi gangguan lalu lintas yang akan berdampak pada keterlambatan
jadwal pendistribusian. Hal tersebut akan mengakibatkan pengembalian produk
oleh konsumen ke perusahaan. Pengembalian produk juga dapat disebabkan karena
produk yang didistribusikan tidak sesuai dengan standar permintaan konsumen.
Produk yang dikembalikan dan masih layak jual akan di drop di PT. Anta Tirta
Kirana untuk dijual kembali, sedangkan produk yang sudah tidak layak jual akan
dibawa kembali oleh driver ke PT. DBH untuk dijadikan kompos. Dalam waktu 1
minggu jika produk layak jual masih tersisisa di PT. Anta Tirta Kirana maka produk
akan dikembalikan ke PT. DBH untuk dijadikan kompos dan dilakukan pendataan
jumlah pengembalian (return).
4.4.2. Alur Permintaan, Pengiriman, dan Pembayaran Produk di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Gambar 21. Alur Permintaan dan Produksi di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengamatan, pengalaman penulis selama bekerja dan hasil
wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, alur permintaan dan
pengiriman produk di PT. DBH berawal dari bagian Sales Quatation perusahaan
yang bertugas mengirim data estimasi hasil panen ke marketing pusat, lalu bagian
42
marketing pusat akan menginput estimasi data hasil panen dan melakukan kegiatan
penawaran kepada konsumen berdasarkan estimasi data hasil panen.
Setelah itu, timbul Purchase Order (PO) yang akan diinput pada Sales Order
(SO) dan diolah menggunakan pivot tabel oleh bagian marketing pusat, kemudian
data yang telah tersusun akan diberikan kepada supervisor packing house untuk
penyesuain jumlah packing terhadap permintaan komoditas. SO juga berguna untuk
penerbitan DO / surat jalan yang berisi 4 play (play ijo untuk perusahaan produksi,
play merah untuk konsumen, play putih untuk bagian keuangan pusat dan play
kuning untuk bagian marketing pusat.
Setelah itu, sayuran akan dikirim kekonsumen oleh driver perusahaan secara
bergantian dan didahulukan pengiriman kepada konsumen yang menetapkan batas
waktu pengiriman lebih awal. Setelah produk tiba dikonsumen, selanjutnya
konsumen akan melakukan penyesuaian data antara jumlah permintaannya yang
terdapat pada DO dengan jumlah produk yang diterimanya.
DO yang telah disesuaikan oleh konsumen akan dikembalikan kepada driver
untuk selanjutnya diserahkan kepada bagian keuangan pusat, kemudian bagian
keuangan pusat akan mengolah data permintaan sesuai dengan produk yang
diterima oleh konsumen untuk menerbitkan surat tagihan (invoice) kepada
konsumen berdasarkan jumlah produk yang diterima. Surat tagihan (invoice)
diberikan oleh driver kepada konsumen saat pengiriman produk selanjutnya (±2
hari setelah penyerahan invoice) lalu konsumen akan membayar tagihan via transfer
ke bagian keuangan pusat.
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran, jika
terjadi return atau pengembalian produk oleh konsumen akibat dari ketidaksesuaian
kriteria produk dengan konsumen maka produk return akan dikembalikan oleh
konsumen ke perusahaan melalui driver untuk dibawa kembali ke PT. DBH. Produk
return dianggap sebagai kerugian perusahaan dan akan dimanfaatkan untuk
pembuatan kompos oleh perusahaan.
4.4.3. Penentuan Kesepakatan Harga Produk di PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
penentuan harga semua komoditas di PT. DBH dilakukan berdasarkan harga
kesepakatan antara konsumen dengan produsen yang dilakukan dengan sistem
43
tawar menawar harga hingga mencapai harga kesepakatan. Tawar menawar dalam
penentuan harga dilakukan berdasarkan tujuan konsumen dalam melakukan
pembelian produk, seperti konsumen retail, agen, dan konsumen akhir.
Perusahaan sebagai produsen menetapkan harga dasar penjualan kepada
konsumen yang digunakan sebagai harga tawar terendah yang ditawarkan kepada
konsumen. Selama kegiatan wawancara, penulis tidak diperkenankan untuk
mengetahui diferensiasi harga masing-masing konsumen, namun penulis hanya
diberikan daftar harga konsumen secara umum untuk masing-masing komoditas.
Harga dasar atau harga tawar terendah ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan
Harga Pokok Produksi (HPP) brokoli organik, margin minimal 30% dan harga
pesaing. Target keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan untuk penjualan
1 kg brokoli yaitu 100% dari HPP brokoli organik. Namun target keuntungan
tersebut tidak bersifat tetap, dikarenakan dalam penetapan harga jual terdapat
sistem tawar-menawar dengan konsumen untuk menetapkan kesepakatan harga.
Seperti keuntungan yang diperoleh pada penjualan brokoli organik yaitu ±48 %.
4.5. Sub Sistem Penunjang
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan site manajer perusahaan,
lembaga penunjang yang turut serta mendukung keberhasilan kegiatan agribisnis di
PT. DBH yaitu, lembaga sertifikasi pertanian organik “INOFICE” (Indonesian
Organic Farming Certification), BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),
Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas/Sederajat.
a. Lembaga Sertifikasi Organik (LSO)
Lembaga sertifikasi organik merupakan salah satu lembaga penunjang yang
bekerjasama dengan PT. DBH untuk mencapai kesuksesan dalam kegiatan
agribisnis di PT. DBH. LSO adalah lembaga yang bertanggungjawab untuk
mensertifikasi bahwa produk yang dijual atau dilabel sebagai “organik” adalah
diproduksi, ditangani, dan diimpor menurut Standar Nasional Indonesia Sistem
Pertanian Organik dan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem pertanian organik dan
mendapatkan sertifikasi organik berhak mencantumkan logo organik Indonesia
pada produk yang dihasilkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor.
64/Permentan/ OT.140/5/2013, seluruh produk organik yang beredar di wilayah
44
Gambar 22. Logo Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berdasarkan hasil wawancara dengan site manajer perusahaan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa lembaga sertifikasi INOFICE berperan dalam menjalankan
sertifikasi di PT. DBH dari proses produksi sampai produk sayuran yang dihasilkan
oleh PT. DBH dan menerbitkan sertifikat pertanian organik sebagai legalitas bahwa
komoditas sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan adalah sayuran organik.
Menurut Bapak Satya Nugraha selaku site manajer perusahaan menyebutkan bahwa
1) PT. DBH mendapatkan 2 sertifikat pertanian organik yaitu sertifikat utama dan
sertifikat ruang lingkup.
Sertifikat utama merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh INOFICE
terhadap keseluruhan komoditas yang didaftarkan organik oleh perusahaan ke
INOFICE dan berlaku selama 3 tahun. Sertifikat ruang lingkup merupakan sertifikat
yang menerangkan nama komoditas organik sesuai yang berada di lapangan dan
dikeluarkan setiap 1 tahun sekali oleh INOFICE setelah dilakukannya penilaian dan
pengawasan secara rutin oleh INOFICE setiap 6 bulan sekali. 2) Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada tahap awal kegiatan audit dalam pembuatan
sertifikat senilai Rp. 7.900.000. Pembiayaan yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemeriksaan dan tambahan ruang lingkup komoditas organik senilai Rp. 3.500.000.
Gambar logo organik Indonesia pada label produk PT. DBH dapat dilihat pada
Gambar 23.
Gambar 23. Logo Organik Indonesia pada Label Produk PT. Delapan Bintang
Holti, 2017.
45
b. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga penunjang dalam
keberhasilan kegiatan agribisnis di PT. DBH. PT. DBH bekerjasama dengan
lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri maupun swasta dan Sekolah
Menengah Atas/Sederajat. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis
dengan site manajer perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan
dengan lembaga pendidikan terdiri atas pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Djuanda Bogor,
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan SMA Kuningan dan SMA lainnya,
serta bekerjasama dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan di sektor
pertanian dengan Institut Pertanian Bogor.
c. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
BPOM merupakan lembaga yang bertugas melakukan pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat
di bidang pengawasan obat dan makanan. Sebagai salah satu lembaga penunjang
kegiatan agribisnis di PT. DBH, BPOM berperan dalam pengujian keamanan hasil
produksi dan pemberian legalitas berupa sertifikat BPOM terhadap keamanan hasil
produksi.
4.6. Pola Kemitraan di PT. Delapan Bintang Holti
Kemitraan dilakukan perusahaan dengan tujuan agar dapat memenuhi
permintaan konsumen secara continue. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama bekerja di perusahaan, PT. DBH menjalin kemitraan bersama
dengan petani, tengkulak dan konsumen. Kemitraan yang dijalankan denga petani
berupa kegiatan dalam pemenuhan permintaan konsumen. Mitra petani PT. DBH
meliputi petani sayuran di Cianjur dengan pola kemitraan yang dijalankan berupa
kegiatan pembelian dan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan secara
langsung di lokasi petani maupun tengkulak.
Kemitraan dengan konsumen dilakukan perusahaan dalam bentuk penjualan
hasil panen yang didistribusikan secara langsung oleh driver perusahaan ke lokasi
konsumen. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan staf packing house,
perusahaan mempunyai 8 suplier dalam kegiatan trading sayuran yang terdiri atas
7 suplier menggunakan MOU dan 1 suplier tanpa menggunakan MOU.
46
Gambar 24. Lahan Green House Produksi Brokoli Organik di PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengamatan penulis saat menyemai brokoli di GH persemaian,
benih brokoli yang digunakan adalah benih brokoli varietas Italica dengan kultivar
Lucky F1. Berdasarkan literatur yang diperoleh oleh penulis, secara botani, varietas
adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda
yang jelas serta penulisan namanya menggunakan huruf bercetak miring atau garis
bawah dan didahului dengan singkatan “var”. Contoh Brassica oleracea var.
Italica. Kultivar dalam dunia pertanian adalah sekelompok tumbuhan yang telah
48
diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan
secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas ini
jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, benih
brokoli diperoleh dari salah satu toko pertanian di daerah Lembang dengan isi benih
per kemasan adalah 5.000 biji senilai Rp. 350.000 per kemasan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan tenaga kerja persemaian, kebutuhan benih dalam satu
kali persemaian adalah 360 benih untuk 2 ½ bedengan dan untuk 1 GH (10
bedengan) digunakan 1.440 benih. Berdasarkan perhitungan penulis, total benih
yang digunakan oleh PT. DBH untuk memproduksi brokoli organik dalam 4 GH
yaitu 5.760 benih. Kemasan benih brokoli dan benih brokoli organik dapat dilihat
pada Gambar 25.
Gambar 25. Kemasan dan Benih Brokoli di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Brokoli juga menggunakan input lain yang sama dengan input dalam kegiatan
budidaya secara umum di perusahaan namun dengan volume yang berbeda dalam
1 periode tanam, seperti biocontrol sebanyak 368 liter, biodecomposer, pupuk
organik cair 900 liter, media semai (dolomit 18 kg, sekam 90 kg, bokasi/kompos
600 kg) dan pupuk kandang padatan berupa kotoran sapi 2.400 kg yang
diaplikasikan sama dengan komoditas lain pada sub sistem pengadaan sarana
produksi secara umum di PT. DBH.
5.2. Sub Sistem Produksi
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, kegiatan budidaya brokoli organik dilakukan menggunakan sistem
tanam gilir dengan jenis tanaman berbeda family dan ditanam secara kombinasi
dengan jenis tanaman berbeda family dalam 1 GH. Sistem tanam gilir dan
kombinasi pada brokoli organik dilakukan dengan tujuan untuk memutus rantai
hama dan penyakit pada tanaman. Alur produksi brokoli organik diawali dengan
49
Benih brokoli yang disemai setiap harinya sebanyak 360 benih (20% angka
kematian bibit) ke dalam 24 tray persemaian berisi 15 pot/tray. Total benih yang
disemai sebanyak 360 akan dipindah tanamkan 2 ½ bedengan dengan total populasi
±300 bibit. Bibit lainnya sebanyak 60 bibit (20% dari total yang disemai)
diasumsikan sebagai tingkat kematian benih atau digunakan sebagai bibit cadangan
untuk kegiatan penyulaman.
Selama menunggu bibit siap ditanam, penulis melakukan kegiatan persiapan
tempat tanam dengan memberikan pupuk kandang berupa kohe sapi sebanyak 2
karung (100 kg) pada setiap bedengan, lalu bedengan diolah dengan bantuan mesin
traktor mini yang berfungsi untuk membalikan tanah sekaligus menggemburkan
tanah beserta kotoran sapi. Setelah itu, bedengan diratakan menggunakan besi
perataan dan dilakukan penyiraman pertama dengan air bersih dan penyiraman
kedua dengan biocontrol sebanyak 200ml yang dicampur air bersih
500L/bedengan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
pemberian biocontrol pada bedengan berfungsi untuk mengaktifkan kembali
mikroorganisme baik dalam tanah. Kebutuhan biocontrol untuk luas lahan 1.056m²
(4GH) yaitu 8L. Kegiatan persiapan tempat tanam dapat dilihat pada Gambar 27.
dan drip berada di bagian atas dengan posisi drip pada setiap streamline sama,
kemudian streamline ditarik hingga membentang dengan maksimal dan diikatkan
menggunakan tali pada besi penahan streamline. Dalam 1 bedengan dipasang ±5
selang berukuran 20m yang dilengkapi dengan 100 lubang drip/selang dengan jarak
antar drip yaitu 20cm.
Cara kerja streamline yaitu dengan mengalirkan pupuk organik cair dari bak
fiber berisi pupuk organik cair ke dalam masing-masing selang streamline dengan
bantuan seperangkat mesin streamline yang telah dipasang, kemudian pupuk
organik cair akan menetes sedikit demi sedikit pada bedengan melalui lubang pada
setiap streamline. Kegiatan pemasangan streamline dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Kegiatan Pemasangan Streamline pada Bedengan di Green House PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah itu, bedengan diistirahatkan (proses penjenuhan) selama 3 hari sebelum
digunakan kembali untuk menanam. Penjenuhan lahan pada bedengan berfungsi
untuk mengaktifkan kembali mikroorganisme baik dalam tanah sehingga unsur hara
di dalam tanah akan lebih tersedia saat tanah digunakan untuk menanam. Kemudian
penulis mengikuti kegiatan pendistribusian bibit brokoli dari persemaian ke GH
produksi untuk melakukan penanaman bibit. Sebelum melakukan penanam, penulis
membuat lubang tanam terlebih dahulu dengan menggunakan kayu berbentuk bulat
runcing. Berdasarkan pengamatan penulis saat membuat lubang tanam, ke dalaman
lubang tanam brokoli ±15 cm. Pada 1 bedengan brokoli rata-rata terdapat 120
lubang tanam dengan jarak tanam 60cm X 40cm.
Kemudian pada pagi hari penulis melakukan kegiatan penanaman bibit brokoli
yang sudah berusia 18-21 hari ditandai dengan munculnya 5-6 helai daun muda.
Penanam bibit brokoli dilakukan dengan mengeluarkan bibit dari pot pembibitan
dan memindahkannya ke dalam lubang tanam lalu lubang tanam ditutup dengan
52
tanah agar bibit brokoli dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan penanaman brokoli
dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29. Kegiatan Penanaman Bibit Brokoli di GH PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Satu kali kegiatan penanaman digunakan 24 tray bibit brokoli yang berisi 15
pot pada setiap tray dengan total jumlah bibit 360 bibit. Namun bibit yang dipindah
tanamkan tidak seluruhnya yaitu hanya ±300 bibit untuk 2 ½ bedengan dan sisa
bibit masuk ke dalam angka kematian bibit sebesar 20% atau digunakan kembali
oleh tenaga kerja GH untuk menyulam bibit yang mati. Pada 1-3 MST penulis
melakukan penyulaman bibit brokoli yang mati.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, bibit brokoli
yang digunakan untuk menyulam diperoleh dari GH persemaian dan tenaga kerja
GH itu sendiri. Bibit yang diperoleh dari GH persemaian merupakan bibit baru yang
didistribusikan dari GH persemaian ke GH produksi brokoli oleh tenaga kerja pria
bagian pendistribusian bibit. Bibit yang berasal dari tenaga kerja GH itu sendiri
merupakan bibit sisa penanaman saat awal kegiatan penanaman brokoli ke
bedengan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu tenaga kerja GH,
penyulaman dilakukan karena adanya kematian bibit pada bedengan yang
disebabkan oleh serangan hama maupun kegagalan adaptasi tanaman setelah
penanaman. Penulis juga melakukan berbagai kegiatan pemeliharaan tanaman
brokoli organik di GH.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, pemeliharaan
brokoli organik di GH terdiri atas kegiatan penyiraman rutin yang dilakukan setiap
pagi dan sore, penyiangan gulma pada bedengan, perompesan daun tua pada brokoli
sebanyak 2 kali dalam satu kali musim tanam dan pemupukan susulan 2 hari sekali
selama 15 menit.
53
Gambar 30. Penyiraman dan Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip di
PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah brokoli berusia 2 ½ bulan, penulis melakukan kegiatan panen untuk
yang pertama. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tenaga kerja GH,
dalam 1 musim tanam brokoli dapat dipanen sebanyak ±10 kali dengan masa panen
selama 1 bulan atau sampai usia tanam brokoli 3 ½ bulan. Berdasarkan pengalaman
penulis saat bekerja di perusahaan, tanaman brokoli organik dipanen pada bagian
bunga nya (curd).
Kegiatan panen yang diikuti oleh penulis diawali dengan memangkas batang
brokoli yang sudah siap panen menggunakan pisau cutter dan mengumpulkan hasil
panen ditempat yang tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kadar air pada brokoli. Kriteria bunga (curd) brokoli siap
panen adalah usia panen mencukupi, ukuran curd brokoli tidak terlalu kecil (rata-
rata 200-300 gram/bonggol) dengan panjang batang ±20 cm, curd brokoli
mengkrop sempurna dan berwarna hijau kebiruan serta tidak rusak. Hasil panen
brokoli rata-rata dalam sekali panen mencapai 18-20 kg. Brokoli siap panen dan
kegiatan panen brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 31.
.
54
Gambar 31. Brokoli Siap Panen dan Proses Panen Brokoli Organik di GH PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Untuk menjaga konsistensi kualitas organik pada komoditas brokoli,
perusahaan melakukan pembuatan input secara mandiri seperti pupuk, media semai
dan sebagainya. Selain itu, perusahaan juga tidak melakukan trading atau mitra
dengan produsen lain untuk pemenuhan permintaan brokoli organik. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, trading tidak dilakukan
khusus untuk brokoli organik karena brokoli organik perusahaan mempunyai
keunggulan dalam rasa yang berbeda dengan brokoli organik produsen lain.
Keunggulan rasa brokoli organik di PT. DBH salah satunya adalah lebih renyah
dan mempunyai daya simpan lebih lama jika dibandingkan dengan brokoli organik
dari produsen lain. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH,
perusahaan pernah melakukan trading brokoli organik pada produsen lain, namun
terjadi penolakan dari konsumen karena brokoli hasil trading mempunyai rasa yang
tidak sama dan tidak sesuai dengan permintaan konsumen.
Oleh karena itu, hingga saat ini untuk pemenuhan permintaan konsumen
terhadap brokoli organik dilakukan oleh perusahaan secara mandiri untuk menjaga
kualitas organik yang sudah dipercaya oleh konsumen. Kualitas dan kepercayaan
konsumen terhadap kualitas brokoli organik di perusahaan menjadi salah satu
kekuatan bagi perusahaan dalam bersaing dengan produsen brokoli organik lainnya
serta menjadi peluang bagi perusahaan untuk memperluas pasar dan meningkatkan
produksi brokoli organik.
5.3. Sub Sistem Pascapanen
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, setelah panen brokoli dilakukan kegiatan pascapanen di GH dan
packing house. Kegiatan pascapanen diawali di GH dengan memangkas bagian
55
daun tua pada batang brokoli (trimming) dan menyisakan daun muda yang berada
dekat di sekitar curd brokoli. Daun muda ini berfungsi untuk melindungi curd
brokoli dari kerusakan saat proses pendistribusian. Kegiatan trimming pertama pada
hasil panen brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. Proses Trimming Pertama pada Brokoli di GH PT. Delapan Bintang
Holti, 2017
Daun tua yang merupakan limbah dari trimming pertama brokoli organik
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk pembuatan kompos yang akan digunakan
sebagai salah satu bahan campuran dalam pembuatan media semai. Hal tersebut
menjadi salah satu kekuatan perusahaan dalam pengadaan input dan penanganan
limbah produksi, sehingga perusahaan dapat menekan biaya input khususnya dalam
pengadaan media semai.
Setelah trimming pertama, kemudian hasil panen dimasukkan ke dalam tray
panen dan didistribusikan ke packing house menggunakan mobil pick up oleh
seorang driver. Setelah hasil panen tiba di packing house, hasil panen masing-
masing GH akan ditimbang menggunakan timbangan duduk berkapasitas 150 kg.
Penimbangan ini dilakukan untuk mengetahui total berat kotor hasil panen.
Berdasarkan perhitungan penulis, berat kotor brokoli mencapai 400 gram per
bonggol. Selanjutnya brokoli masuk ke dalam tahap trimming kedua sesuai dengan
standar permintaan konsumen dan sortasi, yaitu memangkas bagian daun muda
pada batang brokoli hingga curd brokoli terlihat jelas sekaligus memotong batang
brokoli dan batang brokoli disisakan sepanjang ±20 cm atau seukuran genggaman
tangan orang dewasa. Saat proses trimming, penulis juga melakukan sortasi untuk
memisahkan brokoli layak jual dan brokoli afkir.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, standar brokoli
permintaan konsumen meliputi panjang batang brokoli satu genggam tangan orang
dewasa (±20 cm), tidak rusak dan bersih, bobot brokoli ±200-300 gram per
bonggol, warna bunga brokoli hijau kebiruan dan rata. Brokoli yang tidak sesuai
standar akan dijual ke pasar lokal jika dalam jumlah banyak dan akan dikonsumsi
56
oleh pihak perusahaan jika dalam jumlah sedikit. Kegiatan trimming kedua
sekaligus sortasi dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Proses Trimming Kedua dan Hasil Sortir Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah itu, brokoli ditimbang kembali untuk mengetahui total berat bersih
setelah trimming dan sortasi. Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, berat bersih brokoli mengalami penyusutan ± 50% dari berat kotor.
Berat bersih brokoli organik mencapai 200-300 gram/bonggol.
Proses pascapanen selanjutnya adalah penimbangan bobot sesuai permintaan
konsumen, pengemasan dan labeling. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama bekerja di bagian packing house, permintaan konsumen terhadap
brokoli organik bervariasi, namun untuk penentuan volume bobot per kg tidak
menjadi permasalahan bagi konsumen. Dalam 1 kg brokoli organik dapat berisi ±3-
5 bonggol. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital kemudian
dikemas menggunakan plastic wrap dengan bantuan mesin rapping kemudian
direkatkan dengan solatip bening.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, dalam
pengemasan 1 kemasan brokoli organik dibutuhkan ± 20cm plastik wrap dan ± 5cm
solatip bening sebagai perekat. Setelah itu, brokoli yang telah dirapping kemudian
dilabel menggunakan stiker dengan brand perusahaan yaitu “Cianjur Hills”.
Pengemasan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas brokoli hingga
sampai ke konsumen dan untuk meningkatkan nilai jual brokoli. Brokoli yang telah
dirapping dan dilabel siap untuk didistribusikan/dipasarkan kepada konsumen.
Proses labeling brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 34.
57
Gambar 34. Proses Labeling Brokoli Organik di Packing House PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
5.4. Sub Sistem Pemasaran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, alur permintaan, produksi dan alur pembayaran brokoli organik sama
seperti alur permintaan, produksi dan alur pembayaran pada komoditas secara
umum di PT. DBH. Permintaan brokoli organik di PT. DBH sangat berfluktuatif
namun cenderung perusahaan belum bisa memenuhi permintaan konsumen secara
keseluruhan, seperti yang terdapat pada Tabel 10 berikut ini,
Tabel 10. Data Produksi, Permintaan, dan Penjualan Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
Bulan
Keterangan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Panen Gross (Kg) 531.47 545.69 355.75 399.13 550.65 430.33
Panen Netto (Kg) 294.05 311.33 216.51 243.38 321.84 223.64
Permintaan (Kg) 330.62 380.75 355 285.25 325.25 214.5
Penjualan (Kg) 235.90 276.94 227.54 205.70 316.14 176.92
Sumber : Diolah, PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Pada Tabel 10, panen netto menyusut ±50% dari panen gross, hal tersebut
dikarenakan adanya perlakuan trimming kedua yang memangkas seluruh bagian
daun pada bonggol brokoli dan hasil dari trimming kedua tersebut disebut dengan
panen netto atau hasil panen bersih.
Adanya perbedaan jumlah yang signifikan pada jumlah permintaan dan
penjualan salah satunya disebabkan karena dengan produk yang ada perusahaan
belum bisa memenuhi permintaan konsumen secara keseluruhan, sehingga
kekurangan produksi tersebut sebenarnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan,
karena perusahaan tidak memaksimalkan produksi sehingga terjadi keuntungan
yang hilang (seharusnya perusahaan bisa memperoleh keuntungan, namun karena
58
tidak memproduksi secara maksimal maka keuntungan tersebut pada akhirnya tidak
bisa diperoleh perusahaan).
Hal tersebut menjadi salah satu kelemahan perusahaan yang dapat diatasi
dengan menambahkan jumlah produksi brokoli organik melalui perluasan lahan
efektif dalam penanaman brokoli organik. Penambahan jumlah produksi tersebut
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, salah satunya dapat memperkecil
harga pokok produksi brokoli.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, harga
jual brokoli organik pada setiap konsumen berbeda, namun penulis tidak
diperkenankan untuk mengetahui perbedaan harga tersebut, penulis hanya
diperkenankan untuk mengetahui harga jual standar brokoli organik yaitu
Rp. 35.000 per kg untuk seluruh konsumen. Harga jual tersebut dapat berubah jika
terjadi tawar-menawar harga dari konsumen, namun perusahaan tetap mempunyai
harga jual terendah kepada konsumen yaitu Rp 34.000 per kg jika jumlah
permintaan konsumen terhadap brokoli organik dalam jumlah besar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penulis bekerja di
perusahaan, pemasaran yang dilakukan oleh PT. DBH khususnya komoditas
brokoli organik dilakukan setelah brokoli melewati penanganan pascapanen dan
packing dengan plastik wrap sesuai dengan standar permintaan konsumen.
Pemasaran brokoli dilakukan kepada beberapa retail, agen dan konsumen
rumah tangga di sekitar Jakarta, Cibubur, Tanggerang dan Bogor. Dari total
keseluruhan konsumen brokoli, konsumen dengan pemesanan brokoli terbanyak
selalu dilakukan oleh PT. Qirana Organik yang merupakan salah satu agen sayuran
organik di Tanggerang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf
perusahaan, konsumen brokoli organik adalah seluruh konsumen yang terdaftar
pada Lampiran 11, kecuali Sari Pizza Marizano dan Tamani Cafe. Waktu
pemasaran brokoli organik sama seperti komoditas pada umumnya di perusahaan
yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum’at.
Promosi yang dilakukan oleh PT. DBH terhadap hasil panen khususnya
komoditas brokoli organik hanya dilakukan pada saat terjadinya panen raya. Selama
produksi hasil panen normal perusahaan tidak akan melakukan kegiatan promosi,
karena produk yang dihasilkan sudah terserap habis oleh konsumen. Kegiatan
59
promosi dilakukan melalui media sosial dan dengan teknik mouth to mouth yaitu
kegiatan promosi dengan cara menyampaikan informasi melalui lisan ke lisan,
seperti menawarkan secara langsung dengan lisan kepada beberapa kerabat
karyawan perusahaan.
Menurut supervisor packing house, khusus untuk brokoli organik selama ini
belum pernah mengalami panen raya, bahkan kekurangan jumlah panen, serta harga
jual brokoli organik tidak pernah mengalami penurunan, bahkan selalu mengalami
peningkatan akibat dari tingginya permintaan.
5.4.1. Saluran Pemasaran Brokoli Organik
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran di PT.
DBH, saluran pemasaran brokoli organik yang dijalankan di PT. DBH sama dengan
saluran pemasaran komoditas lain pada umumnya. Namun khusus untuk saluran
pemasaran II terdapat retail yang tidak melakukan permintaan terhadap brokoli
organik yaitu Sari Pizza Marizano dan Tamani Cafe.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
saluran pemasaran brokoli organik yang paling efektif adalah saluran pemasaran 1
yaitu konsumen agen, karena permintaan agen dalam jumlah besar dan continue.
Menurut beliau saluran pemasaran yang efektif adalah saluran pemasaran yang
melakukan permintaan secara continue, sehingga tidak menyulitkan perusahaan
dalam memprediksi jumlah produksi dan permintaan.
Pemenuhan permintaan terhadap brokoli organik dilakukan oleh perusahaan
secara mandiri dan tidak melakukan trading atau mitra dengan produsen lain.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, hal
tersebut dilakukan perusahaan karena brokoli organik hasil produksi perusahaan
mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh produsen lain yaitu mempunyai
tekstur yang renyah dan daya simpan yang lama, sehingga konsumen hanya
menginginkan brokoli dengan kualitas seperti yang diproduksi oleh perusahaan.
Sementara hingga saat ini belum ada produsen lain yang mampu memproduksi
brokoli organik dengan tekstur yang renyah. Tekstur renyah dan daya simpan yang
lebih lama pada brokoli organik dapat dijadikan sebagai kekuatan perusahaan
dalam bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.
60
Gambar 35. Penyakit Downy Mildey Pada Tanaman Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
1. Ulat Tanah
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan literatur yang dibaca oleh
penulis, ulat tanah berwarna cokelat sampai coklat kehitaman dan menyerang
62
Gambar 36. Ulat Grayak dan Akibat Serangannya di PT. Delapan Bintang
3. Ulat PerusakHolti,
Daun2017
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan literatur yang dibaca oleh
penulis, ulat perusak daun berwarna hijau muda dan berukuran sangat kecil ± 7-
10mm. Ulat ini menyerang tanaman brokoli secara bergerombol pada bagian pucuk,
sehingga menyebabkan pucuk tanaman berlubang dan jika sudah menyerang bagian
titik tumbuh tunas maka akan menghambat proses pembungaan bahkan dapat
menyebabkan bunga brokoli gagal berkembang.
4. Keong
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu tenaga kerja GH, hama
keong menyerang seluruh bagian tanaman brokoli, terutama bagian akar dan
batang, yang menyebabkan akar dan batang tanaman brokoli menjadi rusak
kemudian patah dan menyebabkan tanaman brokoli mati. Hama keong saat
menyerang tanaman brokoli dapat dilihat pada Gambar 37.
63
Gambar 37. Serangan Hama Keong Pada Tanaman Brokoli di PT. Delapan
b. Proses SortirBintang
KurangHolti, 2017
Efektif
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, proses sortir yang dilakukan dalam pascapanen brokoli organik masih
kurang efektif. Hal tersebut ditandai dengan masih terjadinya return dari konsumen
ke PT. DBH. Menurut penulis, masalah ini dapat diatasi dengan lebih meningkatkan
kinerja tenaga kerja packing yang dapat dilakukan salah satunya dengan
mengadakan pelatihan tentang pengemasan dan sortasi produk brokoli dengan baik
dan benar, sehingga brokoli yang siap dipasarkan benar-benar sesuai dengan
standar permintaan konsumen. Hal ini juga sangat bermanfaat dalam mengurangi
tingkat return brokoli organik dan menjaga kepercayaan konsumen.
c. Permintaan Berfluktuatif
Permintaan brokoli organik yang masih fluktuatif menjadikan perusahaan sulit
dalam memenuhi permintaan konsumen. Sehingga kelebihan hasil produksi dan
kekurangan hasil produksi sempat dialami oleh perusahaan. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, kondisi
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen seringkali terjadi akibat
dari permintaan yang sangat berfluktuatif sehingga perusahaan kesulitan dalam
menentukkan jumlah produksi dalam program tanam.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, khusus untuk
kondisi pendistribusian hasil panen brokoli organik di perusahaan saat ini berjalan
dengan baik, karena kondisi permintaan konsumen terhadap brokoli organik
dominan selalu tinggi, sehingga perusahaan sangat jarang mengalami kelebihan
produksi dan kesulitan pemasaran hasil panen brokoli organik.
Menurut penulis, perusahaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan
produsen brokoli organik dengan kriteria brokoli organik yang sesuai standar
perusahaan. Untuk menghasilkan brokoli organik yang sesuai standar perusahaan
64
Tabel 11. Analisis Usahatani Brokoli Organik 1 Periode Tanam (3 ½ Bulan) Skala Produksi 1.056m² di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Harga Satuan Biaya (Rp.)
Nomor Uraian Jumlah Total (Rp.)
(Rp.) Tunai Diperhitungkan
1. Penerimaan (Kg) 921,60 35.000,00 - - 32.256.000,00
Penerimaan (Revenue) 32. 256. 000,00
2. Biaya Variabel
Dolomit (Kg) 18,00 680,00 12.240,00 - 12.240,00
Sekam (Kg) 90,00 400,00 36.000,00 - 36.000,00
Bokasi (Kg) 600,00 2.000,00 - 1.200.000,00 1.200.000,00
Transportasi (Pengiriman) 10,00 79.800,00 798.000,00 - 798.000,00
Biocontrol (Liter) 368,00 82,50 - 30.360,00 30.360,00
POC (Liter) 900,00 259,50 - 233.550,00 233.550,00
Kotoran Sapi (Kg) 2.400,00 180,00 432.000,00 - 432.000,00
Benih (Biji) 5.760,00 70,00 403.200,00 - 403.200,00
Stiker (Pics) 4.608,00 70,00 322.560,00 - 322.560,00
Solatip Bening (Roll) 1,00 2.500,00 2.500,00 - 2.500,00
Plastik Wrap (Meter) 921,60 1.250,00 1.152.000.00 - 1.152.000,00
BBM Traktor (Liter) 8,00 8.500,00 68.000,00 - 68.000,00
Listrik (Bulan) 3,50 770.000,00 2.695.000,00 - 2.695.000,00
Tenaga Kerja Tidak Tetap (HOK) 27,35 - 820.500,00 - 820.500,00
Biaya Variabel Total 6.742.000,00 1.463.910,00 8.205.910,00
3. Gross Margin (Rp.) 24.050.090,00
4. Biaya Tetap
Gaji Supir (Orang) 3,00 210.210,00 720.720,00 - 630.630,00
Gaji Staf (Orang) 12,00 210.210,00 2.882.880,00 - 2.522.520,00
Gaji Security (Orang) 8,00 210.210,00 1.921.920,00 - 1.681.680,00
Pajak Bumi dan Bangunan (Bulan) 3,50 180,67 632,00 - 632,00
Sertifikat Ruang Lingkup (Bulan) 3,50 - 31.442,00 - 31.442,00
Sertifikat Utama (Bulan) 3,50 - 23.656,00 - 23.656,00
Penyusutan Alat - - - 1.727.817,00 1.727.817,00
66
Gross Margin (GM) = Penerimaan Total (TR) – Biaya Variabel Total (TVC)
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 8.205.910,00
= Rp. 24.050.090,00
Hasil analisis Gross Margin (GM) diperoleh sebesar Rp. 24.050.090,00.
Artinya dengan biaya variabel total sebesar Rp. 8.205.910,00 yang dikeluarkan oleh
perusahaan, mampu menghasilkan pendapatan kotor atau Gross Margin (GM)
sebesar Rp. 24.050.090,00.
Pendapatan Bersih Atas Biaya Tunai
= Penerimaan Total (TR) – Biaya Tunai
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 12.323.250,00
= Rp. 19.932.750,00
Pendapatan bersih atas biaya tunai diperoleh sebesar Rp. 19.932.750,00.
Artinya, dengan biaya tunai berupa biaya-biaya atas pembelian kebutuhan input
yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 12.323.250,00 mampu menghasilkan
keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 19.932.750,00.
Pendapatan Bersih Atas Biaya Total
= Penerimaan Total (TR) – Biaya Total (TC)
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 15.514.977,00
= Rp. 16.741.023,00
Pendapatan bersih atas biaya total diperoleh sebesar Rp. 16.741.023,00.
Artinya, dengan biaya total yang dikeluarkan perusahaan sebesar
Rp. 15.514.977,00, mampu menghasilkan keuntungan atau pendapatan sebesar
Rp. 16.741.023,00.
Penerimaan Total
R/C Atas Biaya Tunai = Biaya Tunai Total
Rp.32.256.000,00
= Rp. 𝟏𝟐.𝟑𝟐𝟑.𝟐𝟓𝟎,𝟎𝟎
= 2,62
Hasil analisis R/C atas biaya tunai diperoleh sebesar 2,62. Artinya, dengan
perusahaan mengeluarkan biaya tunai berupa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian kebutuhan input sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh
penerimaan total sebesar Rp. 2,62.
68
Penerimaan Total
R/C Atas Biaya Total = Biaya Total
Rp.32.256.000,00
= Rp.15.514.977,00
= 2,07
Hasil analisis R/C atas biaya total diperoleh sebesar 2,07. Artinya, dengan
perusahaan mengeluarkan biaya total sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh
penerimaan total sebesar Rp. 2,07.
Biaya Variabel Total
AVC = Produksi Total
Rp.8.205.910,00
= 921,60
= Rp. 8.904,00
Hasil analisis AVC atau biaya variabel rata-rata diperoleh sebesar
Rp. 8.904,00. Artinya, biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memproduksi per satu kg brokoli organik sebesar Rp. 8.904,00.
Biaya Tetap Total
BEP Produksi (Kg) = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡 –𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙/𝑈𝑛𝑖𝑡
7.309.067,00
= Rp.35.000,00 – Rp. 8.904,00
= 280,00 Kg
Hasil analisis BEP produksi diperoleh sebesar 280,00 kg. Artinya jika
perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus memproduksi
brokoli organik di atas 280,00 kg.
Biaya Tetap Total
BEP Penerimaan (Rp) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1−
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡(𝐻/𝑈𝑛𝑖𝑡)
Rp.7.309.067,00
= Rp.8.904,00
1−
𝑅𝑝.35.000,00
= Rp. 9.802.933,00
Hasil analisis BEP penerimaan diperoleh sebesar Rp. 9.802.933,00. Artinya,
jika perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus
memperoleh penerimaan atas penjualan brokoli organik di atas Rp. 9.802.933,00.
69
𝑇𝐶
BEP Harga (Rp) = 𝑌
Rp. 15.514.977,00
= 921,60
6.1. Kesimpulan
1. Sistem agribisnis secara umum di PT. Delapan Bintang Holti (DBH) sudah
berjalan dengan baik dengan menerapkan 5 sub sistem agribisnis, kecuali sub
sistem pengolahan. Sub sistem yang diterapkan diawali dengan sub sistem
pengadaan input, sub sistem poduksi, sub sistem pascapanen, sub sistem
pemasaran dan sub sistem lembaga penunjang.
2. Sistem agribisnis secara khusus pada komoditas brokoli organik di PT. DBH
sudah menerapkan 5 sub sistem agribisnis dengan baik, kecuali sub sistem
pengolahan yang tidak diterapkan. Sub sistem tersebut diawali dengan sub
sistem pengadaan input, sub sistem poduksi, sub sistem pascapanen, sub sistem
pemasaran dan sub sistem lembaga penunjang. Hasil analisis kelayakan
diperoleh GM sebesar Rp. 24.050.090,00, pendapatan bersih atas biaya tunai
sebesar Rp. 19.932.750,00, pendapatan bersih atas biaya total sebesar Rp.
16.741.023,00. R/C atas biaya tunai sebesar 2,62, R/C atas biaya total sebesar
2,07. BEP produksi sebesar 280,00 Kg, BEP penerimaan sebesar
Rp. 9.802.933,00 dan BEP harga sebesar Rp. 16.835,00. Berdasarkan hasil
analisis kelayakan, usahatani brokoli organik layak untuk dijalankan.
3. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. DBH yaitu jumlah permintaan
berfluktuatif, hasil panen brokoli organik tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan
pasar karena hasil panen cenderung berfluktuatif, terjadinya kekosongan jabatan
pada beberapa posisi karena belum adanya tenaga kerja pengganti untuk
mengelola kegiatan agribisnis di perusahaan, kegiatan sortasi belum berjalan
dengan baik sehingga mengakibatkan terjadinya return terhadap produk
penjualan, sarana dan prasarana penunjang kegiatan agribisnis belum memadai
sehingga berdampak pada kinerja dan hasil produksi yang kurang maksimal,
seperti kurangnya instalasi air khususnya di open area.
6.2. Saran
Berdasarkan berbagai permasalahan di PT. DBH, beberapa saran yang
dikemukakan antara lain :
1. Untuk menghadapi permintaan konsumen yang fluktuatif terhadap keseluruhan
komoditas, maka perusahaan sebaiknya menambah jumlah konsumen khusus
71
2. untuk komoditas sayuran daun yang dapat dilakukan salah satunya dengan
kegiatan promosi. Khusus untuk komoditas brokoli organik, sebaiknya
perusahaan menjalin mitra dengan produsen brokoli organik yang dibina atau
diberikan pelatihan secara khusus dalam budidaya brokoli organik sesuai dengan
standar PT. DBH.
3. Perusahaan sebaiknya melakukan spesialisasi penanggungjawab terhadap setiap
bagian seperti spesialisasi bagian sales quotation dengan supervisor green
house. Untuk mengisi kekosongan penanggungjawab pada beberapa bagian
lainnya dapat dilakukan rekrutmen tenaga kerja dengan cara melakukan promosi
lowongan pekerjaan di media sosial, perguruan tinggi dan koran.
4. Dalam beberapa kasus terdapat produk yang kurang sesuai standar permintaan
konsumen, sehingga menyebabakan adanya return. Oleh karena itu, perusahaan
sebaiknya meningkatkan kinerja tenaga kerja packing dengan cara melakukan
pelatihan sortasi dan packing/pengemasan yang baik dan benar bagi seluruh
tenaga kerja di packing house. Hal ini dilakukan untuk menekan atau
mengurangi angka return dalam kegiatan pendistribusian, untuk menjaga
kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk perusahaan serta menjaga
kerjasama yang baik dengan konsumen.
5. Perlu adanya penambahan instalasi air di open area untuk kegiatan penyiraman
tanaman, sehingga dapat menekan angka kematian tanaman akibat kekeringan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Agribisnis, PS. 2016. Panduan Kuliah Kerja Lapangan. Universitas Djuanda:
Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat. Diakses, 11 Oktober 2017.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2014. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura TA 2014. Jakarta. Diakses, 16 Juni 2017.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2016. Petunjuk Teknis
Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik. Direktorat Jendral Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian. Jakarta. Diakses, 18 September 2017.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Statistik Pertanian 2015.
Epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses, 09 Desember 2017.
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Produksi Tanaman
Sayuran Jenis Kubis-Kubisan pada Tahun 2014.
Hortikultura.pertanian.go.id. Diakses, 09 Desember 2017.
Iramansyah, T. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Brokoli terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Jamur Pelarut Fosfat. Medan. Jurnal
Online Agroteknologi 3(1): 2. Diakses, 15 Juni 2017.
Kementrian Pertanian. 2016. Produktivitas Sayuran di Indonesia 2012-2016.
www.pertanian.go.id. Diakses, 16 Juni 2017.
Maulidah, S. SP. MP. 2012. Sistem Agribisnis. Universitas Brawijaya. Malang.
Diakses, 11 November 2017.
Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Diakses, 17 Oktober 2017.
Nugraha, H. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Usahatani Brokoli. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Diakses, 18 Juni 2017.
Pratiwi, M. D. 2008. Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi
Persada “RR Organik Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Diakses, 18
Juni 2017.
Puspa, Y. R. 2015. Manajemen Pemasaran Sayur Organik (Studi Kasus pada P4S
Eka Setia Lestari di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan).
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 4 No.2. Diakses, 18 September
2017.
Hafil, M. 2014. Konsumsi Buah dan Sayur Masyarakat Masih Rendah.
Republika.co.id. Diakses, 12 Oktober 2017.
Riwanti, W. 2011. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus Agro
Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Diakses, 18 September 2017.
73
LAMPIRAN
75
`
77
Bawang Bawang
Daun Merah Kentang Kubis Lobak Petsai Sawi
Kabupaten/Kota (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kabupaten/Regency
01. Bogor 20.326 99 172 1.697 0 27.312
02. Sukabumi 49.788 6.422 1.640 73.168 700 242.029
03. Cianjur 252.815 1.235 2.600 182.797 28.590 249.346
04. Bandung 580.325 326.894 934.155 1.070.603 107.980 662.762
05. Garut 460.460 179.516 1.404.885 1.319.208 0 585.629
06. Tasikmalaya 27.064 135 0 26 086 400 28.949
07. Ciamis 30.256 42 224 2 990 0 8.055
08. Kuningan 132.280 25.343 776 31.832 1.820 59.113
09. Cirebon 0 433.386 0 0 0 0
10. Majalengka 94.654 302.992 51.785 93.906 470 57.783
11. Sumedang 16.997 2.394 15.583 92.404 0 17.703
12. Indramayu 0 20.590 0 0 0 1.503
13. Subang 2.105 184 0 1.986 0 2.643
14. Purwakarta 15.106 0 0 0 0 8.345
15. Karawang 0 0 0 0 0 11.770
16. Bekasi 0 365 0 0 54.750 69.897
17. Bandung Barat 37.978 1.213 41.495 71.734 4.411 29.957
18. Pangandaran 1.009 0 0 0 0 250
Kota/City
19. Bogor 0 0 0 0 0 2.760
20. Sukabumi 0 0 0 0 0 11.990
21. Bandung 199 0 4 1.019 51 144
22. Cirebon 0 12 0 0 0 0
23. Bekasi 0 0 0 0 0 21.416
24. Depok 0 0 0 0 0 0
25. Cimahi 1.512 0 0 0 0 3.180
26. Tasikmalaya 0 0 0 0 0 563
27. Banjar 400 0 0 0 0 1.835
Jawa Barat 1.723.274 1.300.822 2.453.319 2.969.430 199.172 2.104.934
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2014
`
78
`
79
`
80
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Penyusutan Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017
Harga Jual Umur Ekonomi Perhitungan Penyusutan
No. Jenis Alat Jumlah Harga Beli (Rp.)
(Rp.) (bulan) (Rp.)
1. Cangkul 1 55.000 0 36 1 × (55.000 – 0) / 36 × 3,08 47
2. Mesin Streamline 1 250.000.000 0 180 1 × (250.000.000 – 0) / 180 × 3,08 42.778
3. Besi Perataan 1 70.000 0 60 1 × (70.000 – 0) / 60 × 3,08 36
4. Sekop 1 75.000 0 36 1 × (75.000 – 0) / 36 × 3,08 64
5. Garpu 1 75.000 0 36 1 × (75.000 – 0) / 36 × 3,08 64
6. Selang Green House (m) 120 3.500 0 36 120 × (3.500 – 0) / 36 × 3,08 3
7. Dirigen 19 30.000 0 36 19 × (30.000 – 0) / 36 × 3,08 26
8. Drum 100 L 3 200.000 0 60 1 × (200.000 – 0) / 60 × 3,08 103
9. Blender Stainles 1 2.800.000 0 60 1 × (2.800.000 – 0) / 60 × 3,08 1.437
10. Panci Stainles 1000L 1 2.500.000 0 120 1 × (2.500.000 – 0) / 120 × 3,08 642
11. Bak Fiber 1500 L 5 3.000.000 0 60 5 × (3.000.000 – 0) / 60 × 3,08 1.540
12. Pengayak Media 1 17.500 0 12 1 × (17.500 – 0) / 12 × 3,08 45
13. Blung 1000 L 1 1.000.000 0 60 1 × (1.000.000 – 0) / 60 × 3,08 513
14. Timbangan Digital 1 975.000 0 60 1 × (975.000 – 0) / 60 × 3,08 500
15. Trai Panen 4 187.000 0 60 4 × (187.000 – 0) / 60 × 3,08 96
16. Trai Persemaian 24 30.000 0 60 24 × (30.000 – 0) / 60 × 3,08 15
17. Timbangan Duduk 1 2.000.000 0 60 1 × (2.000.000 – 0) / 60 × 3,08 1.027
18. Mesin Rapping 1 575.000 0 60 1 × (575.000 – 0) / 60 × 3,08 295
19. Traktor 1 7.500.000 0 60 1 × (7.500.000 – 0) / 60 × 3,08 3.850
20. Pisau Cutter 1 3.000 0 12 1 × (3.000 – 0) / 12 × 3,08 8
21. Kompor Gas 1 250.000 0 60 1 × (250.000 – 0) / 60 × 3,08 128
22. Gelas Ukur 1 25.000 0 36 1 × (25.000 – 0) / 36 × 3,08 21
23. Kored 2 30.000 0 36 2 × (30.000 – 0) / 36 × 3,08 26
24. Emrat 1 70.000 0 36 1 × (70.000 – 0) / 36 × 3,08 60
1 × (250.000.000 – 39.000.000) / 60 ×
25. Mobil Distribusi 1 250.000.000 39.000.000 60 108.313
3,08
1 × (120.000.000 – 79.000.000) / 60 ×
26. Mobil Pick Up 1 120.000.000 79.000.000 60 21.047
3,08
(5 × (85.000.000 – 42.000.000) / 60 ×
27. Green House 5 85.000.000 42.000.000 25 1.545.133
3,08 × 3,5 / 12
Total Penyusutan 1.727.817
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
`
81
= 10, 57
3,5 bulan
Periode Tanam Brokoli 3 ½ bulan = × 10,57
12 bulan
= 3,08 %
Jadi proporsi brokoli organik di PT. Delapan Bintang Holti adalah 3, 08 %.
`
82
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017
No. Uraian Jumlah Sebelum Sharing Cost (Rp.) Setelah Sharing Cost (Rp.) Total (Rp.)
1. Gaji Supir (orang) 3 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210 3 × 210.210 = 630.630
12 × 210.210 =
2. Gaji Staf (orang) 12 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210
2.522.520
Gaji Security
3. 8 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210 8 × 210.210 = 1.681.680
(orang)
Pajak Bumi dan
4 1 70.400 (70.400 × 3,08) / 100 = 2.168 (2.168 × 3,5) / 12 = 632
Bangunan (tahun)
Sertifikasi Utama (243.320 × 3,5) / 36 =
5. 3 7.900.000 (7.900.000 × 3,08) / 100=243.320
(tahun) 23.656
Sertifikat Ruang (107.800 × 3,5) / 12 =
6. 1 3.500.000 (3.500.000× 3,08) / 100=107.800
Lingkup (tahun) 31.442
`
83
`
84
`
85
`
86
`
87
Lampiran 13. SOP Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Nomor : DBH-SOP/0008
PT. DELAPAN BINTANG HOLTI
BAGIAN PRODUKSI Halaman : 87 dari 153
STANDAR OPERASIONAL
Tgl Revisi :
PROSEDUR
(SOP) Paraf MR :
Tujuan :
1. Sebagai panduan budidaya tanaman brokoli (Brassica oleracea) internal
Bagian Produksi PT. Delapan Bintang Holti
2. Menghasilkan bunga brokoli yang sehat dan berkualitas untuk memenuhi
permintaan pasar/pelanggan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan;
Penanggungjawab :
Pelaksanaan budidaya tanaman brokoli (Brassica oleracea) dibawah
tanggungjawab Supervisor Produksi Green House. Seluruh pekerjaan dan
persiapannya serta tenaga kerja yang diperlukan diatur oleh Supervisor Produksi
Green House berdasarkan rencana produksi yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Dalam budidaya brokoli ini terbagai beberapa tahapan yaitu :
Penyiapan Tempat Tanam,
Penanaman,
Pemeliharaan, dan
Panen.
Setiap tahapan tersebut ditunjuk Koordinator yang membantu Supervisor
Produksi Green House agar pelaksanaan pekerjaan lebih teratur dan fokus.
Setiap penggunaan logistik dan hasil pekerjaan harus dicatat oleh setiap
Koordinator pada form yang telah disediakan dan dilaporkan kepada Supervisor
Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan laporan rekapan
mingguan.
`
88
`
89
`
90
1.12. Catat setiap bahan-bahan yang digunakan dalam penyiapan tempat tanam
pada form yang telah disediakan dan selanjutnya diserahkan kepada
Supervisor Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan
laporan rekapan mingguan realisasi penyiapan tempat tanam.
2. Penanaman
2.1. Jarak tanam tanaman brokoli (main crop) 0,4 x 0,6 m (dalam satu
plantbed tanam terdapat 3 x 34 = 102 tanaman);
2.2. Jarak tanam sayuran yang ditumpangsarikan (inter crop) 15 x 15 cm
(dalam satu meter persegi 7 x 7 = 49 tanaman, dengan panjang plantbed
20 meter maka populasinya 980 tanaman per plantbed);
2.3. Sebelum penanaman pastikan plantbed penanaman bersih dari gulma dan
media tanam dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah atau kering);
2.4. Tanam bibit sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan pada waktu
pagi (07.30 – 10.00), apabila belum selesai dilanjutkan pada sore hari
(14.30 – 16.30);
2.5. Setelah bibit ditanam semprot dengan biotreatment untuk mencegah
infeksi patagen tular tanah (soil borne);
2.6. Catat jenis dan bibit yang ditanam pada form yang telah disediakan dan
selanjutnya diserahkan kepada Supervisor Produksi Green House untuk
diketahui dan sebagai bahan laporan rekapan mingguan realiasasi
penanaman.
3. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan tanaman brokoli terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
Pengairan
Pengendalian Gulma
Pemupukan
Pengendalian hama/penyakit
3.1. Pengairan
Pengairan diatur di head unit dibawah tanggungjawab Supervisor
fertigasi (Fertilizer and Irrigation).
3.1.1. Pengairan dilakukan pada pukul 07.00 – 10.00;
`
91
`
92
`
93
Dokumen Terkait
1. Penggunaan Sarana Produksi :
1.1. Penggunaan pupuk organik padat
1.2. Penggunaan dolomit
1.3. Penggunaan bibit brokoli
1.4. Penggunaan bibit sayuran
1.5. Penggunaan pupuk organik cair
1.6. Penggunaan larutan biotreament
1.7. Penggunaan mulsa organik (arang sekam)
1.8. Penggunaan pestisida organik
2. Realisasi penyiapan tempat tanam
3. Realisasi penanaman
4. Realisasi pemeliharaan pemupukan
5. Realisasipengendalian gulma
6. Realisasi pengendalian hama/penyakit
7. Realisasi panen
`
94
Lampiran 14. Jadwal Tanam Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Persemaian
Persiapan
Lahan
Penjenuhan
Pembuatan
Lubang
Tanam
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Penyiraman
Perompesan
Pemupukan
Susulan
Panen
Sumber : Diolah, PT. Delapan Bintang Holti, 2017
95
Lampiran 15. Contoh Surat Jalan Distribusi Produk di PT. Delapan Bintang
Holti, 2017
`
96
`
97
`
98
`
99
`
100
`
101
`
102
`
103
`
104
`
105
`
106
`
107
`
108
`
109
`
110
`
111
`
112
`
113
`
114
`
115
`
116
`
117
`
118
`
119
`
120
`
121
`
122
`
123
`
124
`
125
`
126
`
127
`
128
`
129
`
130
`
131
`
132
`
133
`
134
`
135
`
136