Anda di halaman 1dari 153

KAJIAN SISTEM AGRIBISNIS BROKOLI ( Brassica oleracea )

ORGANIK DI PT. DELAPAN BINTANG HOLTI


DESA CIRUMPUT KECAMATAN CUGENANG
KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN

SANTIA AFANDI
A. 1410379

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2018
RINGKASAN

SANTIA AFANDI. A. 1410379. Kajian Sistem Agribisnis Brokoli (Brassica


oleracea) Organik di PT. Delapan Bintang Holti Desa Cirumput Kecamatan
Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat. (Di bawah bimbingan WINI
NAHRAENI dan HIMMATUL MIFTAH)

Salah satu sektor pertanian adalah sub sektor hortikultura yang meliputi
sayuran (Olerikultur), buah-buahan (Pomologi), tanaman hias (Florikultur), dan
tanaman obat (Biofarmaka). Komoditas sayuran (Olerikultur) merupakan salah satu
jenis komoditas yang dikembangkan dengan sistem pertanian organik. Tingginya
tingkat konsumsi sayuran di Indonesia dan siklus produksi yang pendek pada
komoditas sayuran serta permintaan pasar yang menginginkan produk sayuran
sehat, aman dikonsumsi dan aman bagi lingkungan, menjadikan komoditas sayuran
saat ini banyak dikembangkan menggunakan sistem pertanian organik atau disebut
dengan sayuran organik.
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan salah satu produk pertanian yang
prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dengan sistem pertanian organik.
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan komoditas sayuran oriental yang tergolong
ke dalam family kubis-kubisan dengan kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi
serta terdapat zat antikanker. Komoditas brokoli tergolong ke dalam komoditas
yang dimanfaatkan bunga nya atau disebut dengan sayuran bunga dan dapat tumbuh
dengan baik di daerah dingin, sehingga sangat cocok untuk ditanam di daerah
pegunungan dengan jenis tanah yang kering.
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini bertujuan untuk menganalisis sistem
agribisnis keseluruhan di PT. Delapan Bintang Holti (DBH), menganalisis sistem
agribisnis sayuran brokoli dan kelayakan usahatani sayuran brokoli serta
menganalisis permasalahan yang terdapat dalam sistem agribisnis sayuran brokoli.
DBH merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi sayuran dan buah
organik dengan menerapkan sistem agribisnis pada pengelolaannya. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1995 dengan nama PT. Bintangdelapan Holtikultura (BDH)
yang bergerak di bidang produksi bunga Anggrek. Tahun 2013 PT. DBH berganti
kepemilikan serta manajemen dan mulai menerapkan sistem produksi organik pada
lahan seluas 24,5 Ha sampai sekarang.
Berdasarkan hasil rapat direksi, pada bulan Agustus 2017 PT. BDH resmi
berganti nama menjadi PT. Delapan Bintang Holti (DBH). Brokoli organik
merupakan salah satu komoditas unggulan yang diusahakan di perusahaan ini. Sub
sistem yang dijalankan meliputi sub sistem pengadaan sarana produksi, sub sistem
produksi, sub sistem pascapanen, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang.
Data yang digunakan oleh penulis adalah data primer yang diperoleh dari
hasil kegiatan di lapangan berupa pengamatan, wawancara, praktik secara langsung
di lapangan, dan diskusi. Data primer diperoleh dari berbagai informasi dan literatur
yang mendukung. Data diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif yang
meliputi analisis pendapatan kotor atau Gross Margin (GM), analisis pendapatan
bersih atas biaya tunai, analisis pendapatan bersih atas biaya total, analisis R/C atas
biaya tunai, analisis R/C atas biaya total, analisis BEP produksi, analisis BEP
peneriman dan analisis BEP harga.
xii

Beberapa permasalahan yang dijumpai adalah kosongnya beberapa bagian


atau posisi jabatan serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu melakukan spesialisasi penanggungjawab
dan rekrutmen tenaga kerja dengan cara promosi lowongan pekerjaan dan
mencukupi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan perusahaan. Hal
tersebut dirasa penting agar perusahaan kedepannya dapat jauh lebih baik.
Analisis usahatani brokoli organik selama 1 periode (3 ½ bulan) di PT. DBH
dalam lahan seluas 1.056m² diperoleh hasil produksi mencapai 921,6 kg dengan
harga jual Rp. 35.000/kg. Maka diperoleh penerimaan total sebesar Rp.
32.256.000,00.
Biaya variabel total yang dikeluarkan sebesar Rp. 8.205.910,00, dan biaya
tetap total sebesar Rp. 7.309.067,00. Sehingga biaya total yang dikeluarkan
perusahaan sebesar Rp. 15.514.977,00. Dari data penerimaan dan biaya variabel
total diperoleh pendapatan kotor atau Gross Margin (GM) sebesar
Rp. 24.050.090. Artinya dengan biaya variabel total sebesar Rp. 8.205.910,00 yang
dikeluarkan oleh perusahaan, mampu menghasilkan pendapatan kotor atau Gross
Margin (GM) sebesar Rp. 24.050.090,00.
Berdasarkan data penerimaan total dan biaya tunai diperoleh pendapatan
bersih atas biaya tunai sebesar Rp. 19.932.750,00. Artinya dengan biaya tunai
berupa biaya-biaya atas pembelian kebutuhan input yang dikeluarkan perusahaan
mampu menghasilkan keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 19.932.750,00.
Berdasarkan data penerimaan total dan biaya total diperoleh pendapatan bersih
atas biaya total sebesar Rp. 16.741.023,00 dengan nilai R/C atas biaya tunai sebesar
2,62. Artinya, dengan perusahaan mengeluarkan biaya tunai untuk kebutuhan input
sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh penerimaan total sebesar Rp. 2,62.
R/C atas biaya total sebesar 2,07. Artinya, dengan perusahaan mengeluarkan biaya
total sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh penerimaan total sebesar Rp.
2,07. Dari hasil tersebut terlihat bahwa R/C atas biaya total < R/C atas biaya tunai.
BEP produksi diperoleh sebesar 280,00 kg. Artinya jika perusahaan ingin
memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus memproduksi brokoli organik di
atas 280,00 kg. BEP penerimaan Rp. 9.802.933,00. Artinya, jika perusahaan ingin
memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus memperoleh penerimaan atas
penjualan brokoli organik di atas Rp. 9.802.933,00. BEP harga Rp. 16. 835,00.
Artinya, jika perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus
menjual brokoli organik dengan harga di atas Rp. 16. 835,00 per kg.
Berdasarkan analisis pendapatan kotor (GM), pendapatan bersih atas biaya
tunai, pendapatan bersih atas biaya total, R/C atas biaya tunai, R/C atas biaya total,
BEP produksi, BEP penerimaan dan BEP harga, usahatani brokoli organik di PT.
DBH layak untuk dijalankan.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang terdapat di PT. DBH maka
sebaiknya perusahaan melakukan pengrekrutan tenaga kerja, pelatihan pengemasan
dan sortasi hasil panen untuk tenaga kerja packing house, memperluas pangsa pasar
dan menjalin mitra dengan produsen brokoli organik.
KAJIAN SISTEM AGRIBISNIS BROKOLI ( Brassica oleracea )
ORGANIK DI PT. DELAPAN BINTANG HOLTI
DESA CIRUMPUT KECAMATAN CUGENANG
KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

SANTIA AFANDI
A.1410379

LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah AGB 490

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2018
xii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 09 September 1996 sebagai


puteri dari Bapak Ahmad Satibi dan Ibu Yayah Agustina. Penulis merupakan anak
ke-2 dari 5 bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis diawali dari Sekolah Dasar Negeri 01
Palabuhan Ratu dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2009 penulis melanjutkan
pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 1 Sukaraja Kab. Bogor
dan lulus pada tahun 2011. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat
Madrasah Aliyah Amal Islami Kota Sukabumi dan lulus pada tahun 2014. Tahun
2014 penulis melanjutkan pendidikan program sarjana pada program studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor sampai saat ini.
Selama mengikuti program pendidikan, penulis aktif mengikuti organisasi
mahasiswa sebagai anggota Dewan Pengurus Wilayah (DPW) II Perhimpunan
Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia
(POPMASEPI), Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perhimpunan Organisasi Profesi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI), anggota dan
pengurus LDK Mukhlis Universitas Djuanda Bogor, pengurus BEM Fakultas
Pertanian Universitas Djuanda Bogor, pengurus MPM Universitas Djuanda Bogor,
sekretaris dan anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(HIMASEP) Universitas Djuanda Bogor.
Bogor, Januari 2018,

Santia Afandi
NIM: A.1410379
xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan dan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini yang berjudul
“Kajian Sistem Agribisnis Brokoli (Brassica oleracea) Organik di PT. Delapan
Bintang Holti Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa
Barat” dengan baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini merupakan salah satu
syarat kelulusan mata kuliah AGB 490 Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Djuanda Bogor.
Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Ir. Wini Nahraeni, M Si. selaku dosen pembimbing I sekaligus
Ketua Prodi Agribisnis, Ir. Himmatul Miftah, M. Si selaku dosen pembimbing II,
dan Arti Yusdiarti, SP. MM selaku dosen penguji atas bimbingan, arahan serta
kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat selesai dengan baik.
Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan Laporan
Kuliah Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhir kata penulis
sampaikan semoga adanya Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Januari 2018,

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT zat
maha sempurna, pemberi segala kenikmatan baik nikmat iman, nikmat kesehatan
dan pemberi kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan ini. Salawat dan salam senantiasa tersampaiakan kepada Sayyidina
Muhammad SAW, keluarga, sahabatnya dan penegak sunnah-Nya hingga akhir
zaman. InsyaAllah. Proses penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tidak
terlepas dari dukungan serta bantuan berbagai pihak, baik secara materi, motivasi,
waktu, tenaga dan lainnya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan jazzakumullah khairan katsiran dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Dr. Ir. Wini Nahraeni, M. Si selaku dosen pembimbing I dan Ketua Prodi
Agribisnis atas bimbingan, arahan, waktu, tenaga, pemikiran serta kesabaran
dalam membimbing penulis sejak rencana penyusunan Proposal Kuliah Kerja
Lapangan hingga selesainya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini;
2. Ir. Himmatul Miftah, M. Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan
informasi yang diberikan serta pengarahan kepada penulis dalam
mempersiapkan Kuliah Kerja Lapangan ;
3. Arti Yusdiarti, SP. MM selaku dosen penguji atas bimbingan, arahan serta
kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan.
4. Dr. Ristika Handarini, Ir. MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Djuanda yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapangan ;
5. Dosen Fakultas Pertanian khususnya dosen Prodi Agribisnis atas segala ilmu
bermanfaat yang telah disampaikan kepada penulis ;
6. Bapak Anwar Kurniawan dan Ibu Amalia Tjandra selaku pemilik dari PT.
Delapan Bintang Holti yang telah memfasilitasi dan memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di PT. Delapan Bintang
Holti ;
7. Bapak Satya Nugraha selaku site manager dan seluruh staf PT. Delapan
Bintang Holti yang sangat membantu penulis dalam pelaksanaan dan
xii

penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan segala bentuk


bimbingannya yang tidak mengenal lelah dalam mencurahkan materi, waktu,
tenaga dan kebersamaan yang telah terbentuk bagaikan sebuah keluarga besar
di PT. Delapan Bintang Holti ;
8. Seluruh karyawan dan keluarga besar PT. Delapan Bintang Holti yang telah
mengarahkan dan membantu kegiatan penulis selama Kuliah Kerja Lapangan
berlangsung ;
9. Staf tata usaha Fakultas Pertanian Universitas Djuanda yang telah bekerjasama
dengan penulis dalam menyelesaikan segala bentuk administrasi Kuliah Kerja
Lapangan ;
10. Kedua orangtuaku tercinta Mama, Papa, Kakak, Oma, Opa dan keluarga besar
yang selalu memberikan do’a, materi, dorongan, motivasi dan segala bentuk
kasih sayang tiada henti yang tidak bisa diutarakan satu persatu oleh penulis ;
11. Sahabat penulis dalam Kuliah Kerja Lapangan di PT. Delapan Bintang Holti
(Erni Epriyanti, Ulfa Khaerunnisa, Nurmayanti Amir, Siti Aida Insani) dan
keluarga besar Pendidikan Kader Dakwah (PKD). Sahabat tercinta,
seperjuangan di Agribisnis 2014 atas segala bentuk kerjasamanya dalam
diskusi, survei lokasi Kuliah Kerja Lapangan dan segala bentuk kebersamaan
di keluarga besar Agribisnis 2014. Kakak tingkat dan alumni Agribisnis yang
telah mencurahkan waktu, tenaga dan meluangkan waktunya untuk sharing
dan memberikan arahan dalam perencanaan pelaksanaan Kuliah Kerja
Lapangan hingga saat ini.
Semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada kita semua. Aamin Ya Rabbalallamin.

Bogor, Januari 2018,

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2. Tujuan Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan………………............. 4
1.3 Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan………………………………. 4
1.4. Ruang Lingkup Kuliah Kerja Lapangan…………………............ 4
II. METODE KULIAH KERJA LAPANGAN
2.1. Tempat dan Waktu………………………………………………. 5
2.2. Pengumpulan Data………………………………………………. 5
2.3. Analisis Data…………………………………………………….. 8
2.3.1. Analisis Pendapatan Kotor atau Gross Margin (GM) ……….. 8
2.3.2. Analisis Pendapatan Bersih Usahatani ……………………..... 8
2.3.3. Analisis R/C…………………………………………………... 9
2.3.4. Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)……………… 9
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah PT. Delapan Bintang Holti…………………………….. 13
3.2. Visi dan Misi PT. Delapan Bintang Holti……………………… 16
3.3. Organisasi dan Manajemen PT. Delapan Bintang Holti….......... 16
3.4. Sumberdaya PT. Delapan Bintang Holti………………….......... 20
3.4.1. Sumberdaya Fisik…………………………………………… 20
3.4.2. Sumberdaya Manusia………………………………….......... 21
3.4.3. Sumberdaya Modal…………………………………………. 21
3.5. Keuangan PT. Delapan Bintang Holti…………………………. 22
IV. DESKRIPSI SUB SISTEM AGRIBISNIS DI PT. DELAPAN
BINTANG HOLTI
4.1. Sub Sistem Pengadaan Sarana Produksi………………….......... 23
4.2. Sub Sistem Produksi…………………………………………… 30
4.3. Sub Sistem Pascapanen…………………………………............ 35
xii
xii

4.4. Sub Sistem Pemasaran…………………………………………. 38


4.4.1. Saluran Pemasaran Secara Umum di PT. Delapan Bintang 39
Holti…………………………………..…………...
4.4.2. Alur Permintaan, Pengiriman, dan Pembayaran Produk di PT. 41
Delapan Bintang Holti, 2017…………………………..
4.4.3. Penentuan Kesepakatan Harga Produk di PT. Delapan 42
BintangHolti…………………………………………..........
4.5. Sub Sistem Penunjang………………………………………….. 43
4.6. Pola Kemitraan di PT. Delapan Bintang Holti………………… 45
4.7. Pola Kerjasama di PT. Delapan Bintang Holti………………… 46
4.8. Unit Bisnis Lain di PT. Delapan Bintang Holti………...……… 46
V. DESKRIPSI SUB SISTEM AGRIBISNIS TANAMAN
BROKOLI ORGANIK DI PT. DELAPAN BINTANG HOLTI
5.1. Sub Sistem Pengadaan Sarana produksi………………….......... 47
5.2. Sub Sistem Produksi…………………………………………… 48
5.3. Sub Sistem Pascapanen………..……………………………….. 54
5.4. Sub Sistem Pemasaran…………………………………………. 57
5.4.1. Saluran Pemasaran Brokoli Organik…………………………. 59
5.5. Sub Sistem Penunjang………………………………………….. 60
5.6. Pola Kerjasama………………………………………………… 60
5.7. Masalah dan Kendala…………………………………………... 61
5.8. Analisis Usahatani Brokoli Organik…………………………… 64
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan……………………………………………….......... 70
6.2. Saran…………………………………………………………… 70
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 72
LAMPIRAN……………………………………………………….......... 74
xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Tingkat Produktivitas Sayuran di Indonesia, Tahun 2016...….…... 2
2. Data / Informasi yang Dikumpulkan selama Kuliah Kerja 5
Lapangan di PT Delapan Bintang Holti, Tahun 2017 ……..…..…..
3. Realisasi Jadwal Kuliah Kerja Lapangan Revisi di PT Delapan 10
Bintang Holti, Tahun 2017……………………….…..…..…..……
4. Jadwal Produksi di Open Area PT Delapan Bintang Holti, 15
Tahun 2017...........................................................................…..…..
5. Jumlah Tenaga Kerja di PT Delapan Bintang Holti, Tahun 21
2017…………….…………….............................................…..…..
6. Penyertaan Dalam Modal Perseroan di PT Delapan Bintang Holti, 22
Tahun 2017 ……………………………………………..…..…..…
7. Jumlah Kebutuhan Benih dalam Sekali Kegiatan Persemaian di PT 29
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017........…..…..….…..…..…..…..
8. Daftar Panen oleh Penulis Berdasarkan Komoditas di PT Delapan 34
Bintang Holti, Tahun 2017….................................…..…..…..…….
9. Daftar Sebagian Konsumen PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 38
2017……………………….......................................…..…..…..….
10. Data Produksi, Permintaan, dan Penjualan Brokoli Organik di PT. 57
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017….…..................…..…..…..….
11. Analisis Usahatani Brokoli Organik 1 Periode Tanam (3 ½ Bulan) 65
Skala Produksi 1.056m² di PT Delapan Bintang Holti,
2017...………………………………...……………..…..…..……..
xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi PT. Delapan Bintang Holti, 2017……...….... 18
2. Proses Pengomposan Sampah Organik Limbah Sayuran di PT. 25
Delapan Bintang Holti, 2017…………………………....…...…...
3. Pembelian Sekam di Salah Satu Penggiling Padi Kecamatan 25
Cugenang, 2017……………………………..........................…....
4. Proses Pembuatan Arang Sekam di PT. Delapan Bintang Holti, 26
2017..............................................................................…...….......
5. Proses Pengayakan Media Semai di Ruang Pengomposan PT. 26
Delapan Bintang Holti, 2017…………….………….......…...…...
6. Proses Pembuatan Biocontrol di PT. Delapan Bintang Holti, 27
2017…………………………………....................................…....
7. Proses Pembuatan POC di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…….. 28
8. Tray Persemian 45 pot dan 15 pot di PT. Delapan Bintang Holti, 30
2017…...........................................................................…...…......
9. Pembuatan Lubang Tanam Kacang Tanah di Open Area PT. 33
Delapan Bintang Holti, 2017………………………..............…....
10. Kegiatan Penanaman di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 32
2017……………..........................................................…...….......
11. Penutupan Lubang Tanam, Pemasangan Paranet dan Patok pada 32
Bedengan Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan Bintang
Holti, 2017………………………………………….…...…...…...
12. Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip pada Bedengan 33
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…………………...…...….....
13. Pelilitan Batang Tanaman Tomat dan Penalian Ajir Tanaman 34
Kacang Panjang di Open Area PT. Delapan Bintang Holti,
2017………………………………………………………....…....
14. Proses Panen Jagung di Open Area dan Panen Ceysim di GH PT. 35
Delapan Bintang Holti, 2017………………………………...…...
15. Penimbangan, Syilering dan Rapping Hasil Panen di PT. Delapan 36
Bintang Holti, 2017…………………………….......…...…...…...
16. Kemasan Produk PT. Delapan Bintang Holti, 2017……………... 37
xii

Nomor Halaman
17. Proses Pascapanen Sayuran Daun, Sayuran Bunga dan Kacang 38
Tanah di PT. Delapan Bintang Holti, 2017………….…...…...…..
18. Saluran Pemasaran Hasil Panen di PT. Delapan Bintang Holti, 39
2017…………………………………………………..…...….......
19. Kegiatan Sortasi Produk Pesanan Konsumen di Toko Rumah 40
Organik, 2017 ……………………………………………………
20. Pemasaran Produk PT. Delapan Bintang Holti ke Ming Organik, 40
2017…………………..……………………….......…...…...….....
21. Alur Permintaan dan Produksi di PT. Delapan Bintang Holti, 41
2017…………………………......................................…...……...
22. Logo Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 44
2017 …………………...…………………………….…...…........
23. Logo Organik Indonesia pada Label Produk PT. Delapan Bintang 44
Holti, 2017…………................................................…....
24. Lahan Green House Produksi Brokoli Organik di PT. Delapan 47
Bintang Holti, 2017………………………………..…...…...…....
25. Kemasan dan Benih Brokoli di PT. Delapan Bintang Holti, 2017 48
………………………………………………………...…...…......
26. Proses Persemaian Benih Brokoli di GH Persemaian A3 PT. 49
Delapan Bintang Holti, 2017………………………..............…....
27. Proses Persiapan Tempat Tanam di PT. Delapan Bintang Holti, 50
2017…………………………………………………..…...……...
28. Kegiatan Pemasangan Streamline pada Bedengan di Green House 51
PT. Delapan Bintang Holti, 2017………………………....
29. Kegiatan Penanaman Bibit Brokoli di GH PT. Delapan Bintang 52
Holti, 2017……………………………………………...…...…....
30. Penyiraman dan Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip 53
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017…………………...…...….....
31. Brokoli Siap Panen dan Proses Panen Brokoli Organik di GH PT. 54
Delapan Bintang Holti, 2017……………………….…...…...
32. Proses Trimming Pertama pada Brokoli di GH PT. Delapan 55
Bintang Holti, 2017........................................................................
33. Proses Trimming Kedua dan Hasil Sortir Brokoli Organik di PT. 56
Delapan Bintang Holti, 2017……………………...........….…......
xii

Nomor Halaman
34. Proses Labeling Brokoli Organik di Packing House PT. Delapan 57
Bintang Holti, 2017………………………………..….…...…......
35. Penyakit Downy Mildey Pada Tanaman Brokoli Organik di PT. 61
Delapan Bintang Holti, 2017……………………...........….……..
36. Ulat Grayak dan Akibat Serangannya di PT. Delapan Bintang 62
Holti, 2017…………………………………………….…...…......
37. Serangan Hama Keong Pada Tanaman Brokoli di PT. Delapan 63
Bintang Holti, 2017 ……………………………….….…...….......
xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Luas Area Pertanian Organik Indonesia, 2011……………..…...…... 75
2. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Jenis di Jawa Barat, 75
2014………………………………………………………....…...…..
3. Produktivitas Sayuran di Indonesia, 2012-2016………………..…… 76

4. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis di Jawa Barat, 2014..…… 77


5. Denah Lokasi PT. Delapan Bintang Holti, 2017………………..…… 78
6. Perhitungan Biaya HOK Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang 79
Holti dalam Satu Periode Produksi (3 ½ Bulan),
2017…………………………………………………...………..……
7. Perhitungan Biaya Penyusutan Brokoli Organik di PT. Delapan 80
Bintang Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017…………………..….
8. Perhitungan Biaya Tetap Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang 82
Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017………………...…...…...……
9. Sumberdaya Fisik di PT. Delapan Bintang Holti, 2017………...…… 83
10. Daftar Produksi dan Harga Komoditas di PT. Delapan Bintang Holti, 84
2017………………………………………...…..…..…....…...….......
11. Sertifikat Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti, 85
2017……………………………………………………….........……
12. Daftar Konsumen di PT. Delapan Bintang Holti, 2017………...…… 86
13. SOP Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti, 2017……..…... 87
14. Jadwal Tanam Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti, 94
2017………………………………………………….…..……..……
15. Contoh Surat Jalan Distribusi Produk di PT. Delapan Bintang Holti, 95
2017………………………………………...…..…..…....…...….......
16. Sertifikat Bukti Kuliah Kerja Lapangan di PT. Delapan Bintang 96
Holti, Tahun 2017 ……………………………………………….......
17. Profil Kewirausahaan …………………………………….........…… 97
18. Form Izin Meninggalkan Perusahaan…………………………..…… 100
19. Daftar Hadir Kegiatan Praktik Lapang………………………....…… 101
20. Laporan Kemajuan Dua Mingguan………………………..........…... 109
21. Jurnal Harian Kegiatan Magang………………………………..…… 115
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Letak geografis Indonesia yang berada tepat
pada garis khatulistiwa menjadikan negara Indonesia mempunyai iklim tropis
dengan berbagai kekayaan alam yang dimilikinya. Kekayaan alam flora dan fauna
Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dijadikan sebagai
sumber penghasilan sebagian besar penduduk Indonesia secara turun-menurun
hingga saat ini.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian tanpa menggunakan input
sintetik (pupuk kimia dan pestisida) dalam proses produksinya, sehingga produk
yang dihasilkan terbebas dari residu kimia yang dapat membahayakan tubuh
manusia yang mengkonsumsi produk tersebut (Nusril, 2001).
Menurut Sertifikat Pertanian Organik Indonesia (SPOI) tahun 2011, luas area
pertanian tersertifikat pada tahun 2011 seluas 90.135,30 hektar. Area tanpa
sertifikasi seluas 134.177,66 hektar, area dalam proses sertifikasi seluas 3,80 hektar,
dan area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR (Penjaminan Mutu Organis
Indonesia) seluas 5,89 hektar. PAMOR adalah sebuah penjaminan partisipatif yang
dikembangkan oleh Aliansi Organis Indonesia. Data disajikan pada Lampiran 1.
Salah satu komoditas pertanian yang banyak menerapkan sistem pertanian
organik adalah hortikultura. Sub sektor hortikultura terdiri atas sayuran
(Olerikultur), buah-buahan (Pomologi), tanaman hias (Florikultur), dan tanaman
obat (Biofarmaka). Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk
pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan dengan sistem pertanian organik.
Letak Jawa Barat dengan iklim tropis menjadikan tanaman hortikultura tumbuh
subur di Jawa Barat, sehingga Jawa Barat menjadi sentra produksi hortikultura
terbesar di Indonesia. Menurut data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2014, luas
panen tanaman sayuran menurut jenisnya di Jawa Barat pada tahun 2014 terluas
pertama adalah jenis petsai sawi mencapai luas 14, 105 hektar, kedua jenis bawang
daun 13,651 hektar, selanjutnya jenis kubis 13,287 hektar, bawang merah 12,532
2

hektar, kentang 11,618 dan jenis lobak 1,044 hektar (BPS Provinsi Jawa Barat,
2014). Data disajikan pada Lampiran 2.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura tentang
perkembangan produktivitas sayuran di Indonesia pada tahun 2016 kubis berada
pada posisi ke-3 tertinggi setelah jamur, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Produktivitas Sayuran di Indonesia, Tahun 2016
Komoditas Tertinggi Tertinggi Tertinggi Terendah
Ke-1 Ke-2 Ke-3
Labu Siam 69,20
Paprika 36,62
Kubis 20,94
Jamur 0,88
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012-2016
Komoditas sayuran menjadi salah satu jenis komoditas yang dikembangkan
dengan sistem budidaya pertanian organik. Tingginya tingkat konsumsi sayuran di
Indonesia dan siklus produksi yang pendek pada komoditas sayuran serta
permintaan pasar yang menginginkan produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi
dan aman bagi lingkungan, menjadikan komoditas sayuran kini banyak
dikembangkan dengan sistem pertanian organik atau disebut dengan sayuran
organik.
Food And Agriculture Organization (FAO) mensyaratkan konsumsi buah dan
sayur idealnya 65,75 kg/kapita/tahun. Sementara orang Indonesia baru
mengkonsumsi 40 kg per kapita per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
konsumsi sayuran di Indonesia masih sangat rendah, sehingga ketersediaan sayuran
organik yang aman dan sehat sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia
kedepannya.1
Brokoli (Brassica oleracea) menjadi salah satu produk pertanian yang
prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dengan tingkat produksinya nomor 1
di Jawa Barat. Brokoli merupakan salah satu sayuran oriental yang tergolong ke
dalam sayuran bunga dengan family kubis- kubisan (Brassicaceae). Menurut Badan

1
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Ferry Sofwan Arief yang
dimuat dalam Republika pada 15 Juni 2014.
3

Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, produksi tanaman sayuran jenis kubis-kubisan
tahun 2014 mencapai 2.969.430 ton. Data disajikan pada Lampiran 4.
Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain, produk mudah
rusak, budidaya sangat tergantung iklim dan kualitas bervariasi. Menurut Direktorat
Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Tahun 2014, produksi kubis di
Indonesia mencapai 1.435.833 ton. Selain itu, tingginya permintaan konsumen
terhadap produk hortikultura yang ditandai dengan lebih tingginya angka impor
yaitu 1.651.547 ton jika dibandingkan dengan ekspor yaitu 441.134 ton pada tahun
2014 (Statistik Pertanian, 2015 Kementerian Pertanian), maka perlu diadakannya
kajian sistem agribisnis untuk melihat keberhasilan usaha hortikultura salah satunya
komoditas brokoli organik dalam pemenuhan permintaan konsumen dengan tepat
harga, tepat waktu dan tepat kualitas.
Indonesia tidak hanya melakukan ekspor tapi juga melakukan impor karena
beberapa hal, yaitu tingkat produksi hortikultura khususnya brokoli dalam negeri
belum mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia, untuk menjalin kerjasama baik
antar negara tetangga dan untuk menjaga stabilitas keuangan negara.
Sistem agribisnis merupakan semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh usahatani serta agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Sistem agribisnis terdiri atas sub sistem agroindustri hulu, sub sistem budidaya, sub
sistem agroindustri hilir (pengolahan dan pemasaran) dan sub sistem kelembagaan
(Silvana Mulidah, 2012).
PT. Delapan Bintang Holti merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
agribisnis berbagai tanaman buah dan sayuran organik yang berlokasi di Jl Garung
No. 46 Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat dengan salah satu komoditas unggulannya yaitu brokoli. Brokoli dapat
tumbuh subur di PT. Delapan Bintang Holti karena suhu di lokasi perusahaan
berkisar antara 18℃ − 32℃ dengan pencahayaan matahari yang cukup. PT.
Delapan Bintang Holti menerapkan sistem agribisnis dari hulu ke hilir dalam
kegiatannya, yaitu sub sistem pengadaan input, sub sistem produksi, sub sistem
pengolahan hasil produksi, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang.
4

I.2. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan


Kuliah Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Sistem agribisnis keseluruhan di PT. Delapan Bintang Holti (DBH)
2. Sistem agribisnis dan kelayakan usahatani sayuran brokoli di PT. DBH
3. Permasalahan yang terdapat dalam sistem agribisnis sayuran brokoli di PT. DBH.
I.3. Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan
Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah :
1. Kegunaan Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai aplikasi nyata dari materi
pekuliahan yang telah diperoleh di bangku kuliah mengenai sistem agribisnis di
lapangan.
2. Kegunaan Bagi Perusahaan
Kuliah Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan informasi
agribisnis brokoli.
I.4. Ruang Lingkup Kuliah Kerja Lapangan
Ruang lingkup Kuliah Kerja Lapangan di PT. DBH ini adalah mengenai kajian
sistem agribisnis sayuran brokoli secara keseluruhan dari hulu hingga ke hilir,
kendala yang dihadapi dalam aplikasi sistem agribisnis sayuran brokoli serta
menganalisis kelayakan usahatani brokoli. Sub sistem agribisnis yang dianalisis
meliputi :
1. Sub sistem pengadaan input, sebagai masukan – masukan yang diperlukan dalam
produksi usahatani.
2. Sub sistem produksi, yaitu sub sistem yang mencakup kegiatan pembinaan dan
pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi pertanian.
3. Sub sistem pascapanen, yaitu sub sistem yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai tambah dan meningkatkan daya simpan produk hasil panen dengan
perlakuan tertentu.
4. Sub sistem pemasaran, yaitu sub sistem yang mencakup pemasaran produk hasil
usahatani dan agroindustri untuk pasar domestik maupun ekspor.
5. Sub sistem penunjang, merupakan sub sistem yang menjadi penunjang kegiatan
prapanen dan pascapanen yang meliputi perbankan dan sebagainya.
5

II. METODE KULIAH KERJA LAPANGAN

2.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini berjalan selama 50 hari dari tanggal 10
Juli - 30 Agustus 2017 di PT. Delapan Bintang Holti (DBH) Jl. Garung No. 46 Desa
Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penulis
memilih PT. DBH karena perusahaan tersebut menerapkan sub sistem agribisnis
dari hulu ke hilir. Brokoli merupakan salah satu komoditas organik yang dipilih
oleh penulis dari 42 komoditas organik lainnya yang dibudidayakan di PT. DBH.
Penulis memilih tanaman brokoli karena brokoli merupakan komoditas unggulan
yang dibudidayakan di PT. DBH dan mempunyai nilai jual serta tingkat permintaan
yang tinggi, selain itu brokoli juga memiliki peluang pasar yang cukup besar
dikalangan kelas menengah ke atas.
2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan menggunakan data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan wawancara dan diskusi
antara penulis dengan pihak yang terlibat dengan objek penelitian, pengamatan
langsung di lapangan dan bekerja di setiap sub sistem agribisnis. Data sekunder
diperoleh dari penelitian terdahulu, jurnal dan sumber data lainnya yang berupa
dokumen, catatan, laporan dari PT. DBH, serta literatur dan sumber data yang
relevan. Data yang perlu dikumpulkan selama Kuliah Kerja Lapangan tertera pada
Tabel 2.
Tabel 2. Data / Informasi yang Dikumpulkan selama Kuliah Kerja Lapangan
di PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
No Kegiatan Data/informasi yang Dikumpulkan
1 Gambaran Umum a. Sejarah perusahaan: pendiri, pemilik,
Perusahaan tahun berdiri, tujuan pendirian, lokasi
usaha, besar dan sumber modal awal,
unit bisnis awal, jenis aset awal,
Tabel 2. Lanjutan perkembangan usaha.
b. Organisasi perusahaan meliputi:
pembagian kerja, fungsi-fungsi
manajemen tiap bagian, hubungan kerja
dan fungsi tiap bagian, bagan struktur
organisasi, jumlah dan kualifikasi
personel tiap bagian.
6

c. Badan hukum: keputusan bentuk badan


hukum (jika ada) perusahaan sejak
berdiri sampai sekarang.
d. Sumberdaya perusahaan: menguraikan
keadaan sumberdaya fisik (jenis,
jumlah, nilai), sumberdaya manusia
(jumlah menurut jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, umur, promosi
jabatan, rekrutmen tenaga kerja, asal
tenaga kerja, dll).
e. Kondisi keuangan: perkembangan
laporan keuangan.
f. Deskripsi setiap cabang usaha/unit
bisnis.
g. Pengadaan input: jenis dan kualitas
input, pemasok, bentuk kerja sama
dengan pemasok.
h. Proses produksi: jenis komoditas yang
diusahakan, lokasi produksi, luas areal,
teknologi budidaya (penggunaan
bangunan, peralatan, bibit atau benih,
pupuk, obat-obatan, media tumbuh, dll),
tahapan dan proses produksi,
perkembangan produksi (5 tahun
terakhir).
i. Pemasaran hasil: karakteristik pasar
(pasar lokal, ekspor), karakteristik
konsumen, kemasan produk, brand,
grading, standarisasi, cara pembayaran,
saluran distribusi, harga, kerjasama,
kemitraan, dll.
j. Data disajikan dlam bentuk catatan
deskriptif, tabel, gambar (foto), dll.
2 Sub Sistem Pengadaan a. Ciri spesifik benih atau bibit, pupuk, obat-
Input obatan, peralatan, media tumbuh yang
diperlukan untuk setiap komoditas.
b. Jumlah atau dosis benih atau bibit, pupuk,
obat-obatan, peralatan, media tumbuh yang
diperlukan untuk setiap komoditas.
c. Informasi pemasok atau model kerja sama
yang dilakukan perushaan untuk pengadaan
input.
d. Distibusi (frekuensi, alur, dan orang/badan
terlibat) dalam pengadaan input.
e. Permasalahan yang dihadapi dalam sub
sistem pengadaan input serta langkah-
7

Tabel 2. Lanjutan
langkah untuk mengatasi masalah atau
kendala tersebut.
3 Sub Sistem Produksi a. Teknis budidaya komoditas tertentu mulai
dan Pascapanen dari persiapan tanam sampai dengan panen
b. Mengamati, mencatat, dan melakukan
kegiatan pemanenan komoditas tertentu.
c. Kriteria panen, tahapan pemanenan,
tahapan perlakuan pascapanen, alat, dan
bahan.
d. Mengamati, mencatat, dan melakukan
pascapanen dan pengemasan.
e. Permasalahan yang dihadapi dalam proses
produksi, panen dan pascapanen, serta
langkah-langkah yang pernah dilakukan
untuk mengatasi masalah/kendala.
4 Sub Sistem Pemasaran a. Seluruh pemsaran (pedagang perantara,
konsumen akhir), daerah
pemasaran/segmen pasar, konsumen akhir,
biaya-biaya pemasaran, sistem pembayaran,
pangsa pasar, sistem kerja sama dalam
pemasaran hasil, dan lain-lain.
b. Cara penetapan harga dan kualitas.
c. Kiat-kiat pemasaran menurut perusahaan.
d. Permasalahan yang dihadapi dan langkah-
langkah yang pernah dilakukan untuk
mengatasi masalah.
5 Lembaga a. Lembaga-lembaga yang menjalin
Penunjang/Kelembagaan kerjasama dengan perusahaan.
b. Permasalahan yang dihadapi dan langkah-
langkah yang pernah dilakukan untuk
mengatasi masalah.
6 Rencana Pengembangan a. Potensi pasar yang belum digarap oleh
Bisnis perusahaan.
b. Potensi teknologi yang dimiliki perusahaan.
c. Potensi sumberdaya manusia dan fisik yang
dimiliki perushaan.
d. Pandangan perusahaan terhadap adanya
pesaing.
e. Pandangan perusahaan terhadap para
pemasok.
8

Tabel 2. Lanjutan
f. Komoditas substitusi.
g. Pandangan perusahaan terhadap para
pelanggan secara umum.

2.3. Analisis Data


Data yang diperoleh merupakan data primer dan data sekunder. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan
untuk menggambarkan keadaan perusahaan sesuai dengan keadaan secara aktual.
Analisis kuantitatif menggunakan analisis pendapatan kotor atau Gross Margin
(GM), analisis pendapatan bersih usahatani, analisis R/C atas biaya tunai, analisis
R/C atas biaya total dan analisis titik impas / Break Efent Point (BEP).
2.3.1. Analisis Pendapatan Kotor atau Gross Margin (GM)
Menurut Hary (2015) margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya presentase laba kotor atas penjualan bersih. Gross
Margin (GM) dapat dihitung dengan rumus:
GM = Penerimaan Total (TR) – Biaya Variabel Total (TVC)…………………....(1)
2.3.2. Analisis Pendapatan Bersih Usahatani
Analisis usahatani adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pelaku usahatani (perusahaan agribisnis)
dari kegiatan usahatani yang dijalankan. Data diperoleh dari biaya tetap total (TFC),
biaya variabel total (TVC), dan penerimaan (TR).
Pendapatan bersih usahatani dihitung menggunakan analisis pendapatan usaha.
Analisis pendapatan bersih usahatani terdiri atas pendapatan bersih atas biaya tunai
dan pendapatan bersih atas biaya total. Pendapatan bersih atas biaya tunai yaitu
selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai total. Pendapatan bersih atas
biaya total yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan
dalam kegiatan usahatani selama periode tertentu. Analisis pendapatan bersih atas
biaya tunai dapat dihitung dengan rumus :
I = TR – Biaya Tunai Total .............................................................................(2)
Analisis pendapatan bersih atas biaya total dapat dihitung dengan rumus (Suratiyah,
2015) :
I = TR – TC ....................................................................................................(3)
TC = TVC + TFC ..............................................................................................(4)
Keterangan:
9

I = Income ( Pendapatan)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel Total)
TFC = Total Fix Cost (Biaya Tetap Total)
2.3.3. Analisis R/C
Analisis R/C digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang akan atau
sedang dijalankan selama periode tertentu. Analisis R/C diperoleh dari
perbandingan antara penerimaan total usaha dengan biaya total usaha. Kelayakan
R/C dapat dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. R/C > 1, kegiatan usaha layak dijalankan
2. R/C < 1, kegiatan usaha tidak layak dijalankan
3. R/C = 1, kegiatan usaha tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh
keuntungan (Impas). Pada R/C=1 ini sebuah usaha akan dilaksanakan atau tidak,
tergantung kepada pelaku usaha. Analisis R/C terbagi atas 2 yaitu R/C atas biaya
tunai dan R/C atas biaya total.
1. R/C atas biaya tunai dapat dihitung dengan rumus :
Penerimaan Total
R/C = Biaya Tunai Total .......................................................................................(5)

2. R/C atas biaya total dapat dihitung dengan rumus :


𝑇𝑅
R/C = 𝑇𝐶 TR = 𝑌 × 𝑃𝑦 .................................................................................(6)

Keterangan :
Y : Jumlah produk
Py : Harga produk
2.3.4. Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)
Analisis titik impas dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya. Biaya-biaya yang
digunakan dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi,
1995).
Tujuan digunakannya analisis titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah
untuk mengetahui jumlah volume penjualan atau produksi minimum suatu usaha
agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi tidak pula mendapatkan
keuntungan. Analisis titik impas menurut Suratiyah (2015) terbagi ke dalam tiga
jenis, yaitu :
10

1. BEP Produksi (Kg)


Hasil ideal dari BEP produksi tercapai selama produksi > BEP produksi.
2. BEP Penerimaan (Rp)
Hasil ideal dari BEP penerimaan tercapai selama penerimaan > BEP
penerimaan.
3. BEP Harga (Rp/Kg)
Hasil ideal dari BEP harga tercapai selama harga > BEP harga.
Analisis Titik Impas atau Break Event Point (BEP) dapat dihitung dengan rumus :
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP Produksi (Kg) = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙/𝑈𝑛𝑖𝑡 ……...………………..(7)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP Penerimaan (Rp) = 1−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 …………………………………(8)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡(𝐻/𝑈𝑛𝑖𝑡)

𝑇𝐶
BEP Harga (Rp/Kg) = …………………………………...……………………(9)
𝑌

Tabel 3. Realisasi Jadwal Kuliah Kerja Lapangan Revisi di PT. Delapan


Bintang Holti, Tahun 2017

No Minggu ke- Kegiatan Keterangan


1 1  Perkenalan diri di PT. Delapan
 Perkenalan pembimbing Bintang Holti
lapangan
 Perkenalan lingkungan sekitar
perusahaan
 Wawancara dengan pembimbing
lapangan
2 2  Sub sistem input : Untuk seluruh
- Mempraktekan pembuatan input yang
setiap jenis input yang diusahakan di PT.
Delapan Bintang
diperlukan di lapangan
Holti kecuali
- Mempraktekan pembuatan pestisida nabati.
pakan ikan sidat
- Mengaplikasikan hasil produksi
input kepada objek input
- Melakukan pendataan hasil
produksi input
- Wawancara dengan supervisor
fertigasi.
- Mencatat proses dan hasil kerja
serta mendokumenasikan
data/informasi yang diperoleh.
Table 3. Lanjutan
11

3 3  Sub sistem produksi di green Untuk seluruh


house (GH): komoditas yang
- Melakukan kegiatan diusahakan di PT.
Delapan Bintang
persemaian
Holti
- Melakukan kegiatan persiapan
tempat tanam
- Melakukan kegiatan distribusi
bibit dari GH persemaian ke
GH produksi
- Melakukan kegiatan
penanaman
- Melakukan kegiatan
pemeliharaan
- Melakukan kegiatan panen dan
pascapanen
- Melakukan wawancara dengan
supervisor green house
- Mencatat dan
mendokumenasikan proses dan
hasil kerja dan informasi terkait

4 4  Sub sistem produksi di open Untuk seluruh


area: komoditas yang
- Melakukan kegiatan persiapan diusahakan di PT.
Delapan Bintang
tempat tanam
Holti
- Melakukan kegiatan
penanaman
- Melakukan kegiatan
pemeliharaan
- Melakukan kegiatan panen dan
pascapanen
- Melakukan wawancara dengan
supervisor open area
- Mencatat proses dan hasil kerja
serta informasi terkait.

5 5  Sub sistem produksi di green Untuk komoditas


house : pilihan penulis di
- Melakukan kegiatan PT. Delapan
Bintang Holti
persemaian
- Melakukan kegiatan persiapan
tempat tanam
Table 3. Lanjutan

12

- Melakukan kegiatan distribusi


bibit
- Melakukan kegiatan
penanaman
- Melakukan kegiatan
pemeliharaan
- Melakukan kegiatan panen
 Sub sistem pascapanen :
- Melakukan wawancara dengan
supervisor
- Mencatat, mendokumentasikan
proses, hasil kerja dan
informasi terkait.

6 6  Sub sistem pemasaran : Untuk seluruh


- Melakukan kegiatan pemasaran komoditas yang
hasil produksi diusahakan di PT.
Delapan Bintang
- Melakukan wawancara dengan
Holti
driver pemasaran
- Mencatat dan
mendokumenasikan proses dan
hasil kerja dan informasi terkait
 Sub sistem produksi di green
house
 Sub sistem pascapanen.

7 7 - Melengkapi data yang Untuk komoditas


dibutuhkan pilihan penulis di
- Melakukan penyusunan laporan PT. Delapan
Bintang Holti
- Presentasi hasil Kuliah Kerja
Lapangan
- Penutupan dan perpisahan
dengan pihak perusahaan.
13

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah PT. Delapan Bintang Holti


Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan site manajer beserta staf PT.
Delapan Bintang Holti (DBH) di minggu pertama Kuliah Kerja Lapangan, dan
didukung dengan dokumen sejarah perusahaan yang diperoleh penulis dari site
manajer perusahaan. PT. DBH merupakan perusahaan agribisnis sayuran organik
yang terletak di Jl. Garung No. 46 Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten
Cianjur. Pada dokumen sejarah PT. DBH tercatat bahwa pada tahun 1995-2012
nama perusahaan pertama sebelum PT. DBH yaitu Bintangdelapan Holtikultura
(BDH) yang berdiri sejak tahun 1995, didirikan oleh Bapak Halim Mina dan
bergerak di bidang produksi bunga anggrek bulan yang dipasarkan ke dalam dan
luar negeri.
Selain itu, penulis juga mendapatkan informasi dari dokumen tersebut, dalam
perjalanan bisnisnya PT. BDH pernah mengalami pasang surut yang salah satunya
pernah menjadi eksportir anggrek bulan terbesar di Indonesia, namun persaingan
bisnis anggrek bulan semakin lama semakin menurun karena munculnya pesaing
dari negara Thailand, China dan Vietnam. Pada tahun 2000 terjadi kebakaran di
ruangan laboratorium kultur jaringan anggrek, kemudian secara perlahan
perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerja hingga pada akhirnya karena beberapa
faktor tersebut di tahun 2006 PT. BDH berhenti memproduksi anggrek bulan. Sejak
saat itu sebagian green house (GH) dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
memproduksi hortikultura secara konvensional dan sebagian disewakan kepada PT.
Parung Farm sejak tahun 2007 – 2012 untuk memproduksi sayuran dengan teknik
hidroponik.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari dokumen sejarah
perusahaan, pada periode tahun 2013 tepatnya pada tanggal 24 Oktober 2013
seluruh saham dan aset PT. BDH berganti kepemilikan dari Bapak Halim Mina ke
PT. Anta Tirta Kirana yang dipimpin oleh Bapak Anwar Kurniawan dan isterinya
Ibu Amalia Tjandra. Sejak itu, lahan perusahaan tidak lagi disewakan dan mulai
dikelola secara mandiri dengan manajemen baru. Menurut Bapak Satya Nugraha
selaku site manajer perusahaan, Bapak Anwar adalah salah seorang yang
mempunyai prinsip hidup sehat dalam kehidupannya dengan berusaha
14

mengkonsumsi makanan yang sehat dan sangat menghindari berbagai zat kimia
yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan khususnya untuk kegiatan
budidaya tanaman.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, kegiatan sistem
produksi sayuran dan buah secara organik baru berjalan efektif pada tahun 2014
hingga saat ini, karena sempat terjadi masa penjenuhan lahan selama 1 tahun dari
tahun 2013-2014 untuk mengkonversi lahan dari budidaya secara konvensional dan
hidroponik ke budidaya secara organik. Secara bertahap beberapa jenis sayuran
mulai dibudidayakan dan diterapkan Standar Operating Procedure (SOP) secara
organik. Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk lebih memberikan jaminan
kepuasan kepada konsumen di tahun 2014 PT. BDH mengajukan proses sertifikasi
pertanian organik yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-6729-
2002 tentang Sistem Pangan Organik dan telah mendapatkan sertifikat organik dari
salah satu lembaga sertifikasi yaitu INOFICE (Indonesian Organic Farming
Certification).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan staf perusahaan dan informasi
yang terdapat dalam dokumen sejarah perusahaan, disebutkan bahwa berdasarkan
hasil keputusan direksi pada bulan Agustus 2017, PT. BDH resmi berganti nama
menjadi PT. DBH dengan beberapa perubahan dalam sistem manajemen PT. DBH.
Lokasi perusahaan ini masih sama yaitu luas areal yang dikelola seluas 18, 2635 Ha
secara organik dari luas total 24,5 Ha dengan status lahan milik pribadi Bapak
Anwar Kurniawan.
Minggu pertama Kuliah Kerja Lapangan penulis melakukan kegiatan observasi
lapangan di sekitar lahan PT. DBH. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara
dengan staf perusahaan mengenai unit bisnis di perusahaan dan jenis komoditas
yang diproduksi oleh perusahaan beserta lahan produksinya.
Berdasarkan hasil observasi lapangan di minggu pertama dan wawancara
penulis dengan salah satu staf perusahaan, perusahaan memiliki 3 unit bisnis yaitu,
peternakan kambing, budidaya perikanan air tawar dan budidaya tanaman
hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Budidaya perikanan air tawar seperti ikan
hias dan ikan konsumsi dilakukan di lahan GH dengan sistem aquponics dan di
lahan terbuka atau open area. Budidaya sayuran dan buah dilakukan di 2 lokasi
15

lahan yang berbeda yaitu di Jl Garung Desa Cirumput Kecamatan Cugenang


sebanyak 42 komoditas dan daerah Tajur Halang. Lahan di Jl Garung Desa
Cirumput Kecamatan Cugenang merupakan kantor pemasaran sayuran, buah dan
hasil perikanan, pengemasan serta sebagai lahan produksi sayuran, perikanan air
tawar dan peternakan kambing.
Khusus untuk produksi sayuran organik dilakukan di GH dan open area.
Komoditas yang diproduksi di GH adalah brokoli yang menjadi salah satu
komoditas unggulan di perusahaan, bayam, ceysim dan sebagainya. Komoditas
yang diproduksi di open area adalah singkong, kacang tanah, asparagus, jagung
manis, jagung acar, kacang panjang, dan buncis lokal. Lahan di Tajur Halang
digunakan untuk memproduksi padi, sayuran dan buah-buahan seperti papaya
California, asparagus hijau, jahe merah, jambu kristal dan papaya Bangkok. Salah
satu komoditas yang telah tersertifikasi diantaranya adalah brokoli, kembang kol
dan lainnya. Data dapat dilihat pada Lampiran 9.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor open area, jadwal
budidaya yang dilakukan di open area yaitu seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Jadwal Produksi di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, Tahun
2017
Hari Kegiatan
Selasa Panen
Rabu – Kamis Pembuatan Bedengan Baru
Jum’at Pemberian Pupuk Dasar (Kotoran Sapi)
Sabtu - Minggu Penjenuhan Lahan
Senin Penanaman
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Tabel 4 menunjukkan bahwa jadwal kegiatan budidaya yang dilakukan di open
area diawali dengan kegiatan panen yang dilakukan pada setiap hari Selasa, dan
dilanjutkan dengan pembuatan bedengan baru yang diawali dengan kegiatan
pembersihan lahan kemudian pembuatan bedengan yang dilaksanakan pada setiap
hari Rabu sampai Kamis. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemberian pupuk
dasar pada bedengan yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Setelah itu, bedengan
masuk ke dalam proses penjenuhan lahan selama 2 hari yaitu pada hari Sabtu
sampai Minggu. Setelah melalui proses penjenuhan, bedengan siap digunakan
untuk kegiatan penanaman yang dilakukan pada hari Senin.
16

Berdasarkan pengamatan penulis selama bekerja di perusahaan, terdapat


beberapa permasalahan di PT. DBH yang terdiri atas permasalahan sumber daya
manusia, seperti kurangnya kinerja tenaga kerja di perusahaan serta kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang kegiatan agribisnis
perusaahan sehingga berdampak pada hasil kinerja yang kurang maksimal.
3.2. Visi dan Misi PT. Delapan Bintang Holti
Adanya sebuah tujuan maka perlu diadakannya sebuah perencanaan yang
terukur serta tindakan yang nyata. Secara umum visi dan misi merupakan sebuah
konsep perencanaan yang disertai dengan sebuah tindakan yang sesuai dengan apa
yang direncanakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. PT. DBH merupakan
sebuah perusahaan agribisnis yang memiliki visi dan misi untuk mencapai
tujuannya. Berikut adalah visi dan misi PT. DBH :
Visi
1. Menjadi perusahaan agroindustri berkelas dunia yang menguntungkan bagi
stakeholder dan keberadaannya dirasakan manfaatnya bagi masyarakat serta
lingkungan sekitarnya.
2. Memberikan kontribusi dalam pengembangan indsutri pertanian modern
Indonesia yang merupakan negara agraris.
Misi
1. Mengembangkan teknologi produksi komoditas hortikultura yang sehat, efisien,
dan ramah lingkungan.
2. Menghasilkan produk-produk hortikultura yang sehat dan berkualitas.
3. Mengembangkan teknologi pengemasan untuk meningkatkan nilai tambah dan
diversifikasi produk.
4. Menyehatkan bangsa Indonesia (semua produk harus “organik”).
3.3. Organisasi dan Manajemen PT. Delapan Bintang Holti
PT. DBH memiliki struktur organisasi dan manajemen dalam menjalankan
setiap kegiatan di perusahaan. Struktur organisasi berfungsi untuk memfokuskan
sumberdaya manusia yang ada di perusahaan secara tepat sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggungjawabnya. Status tenaga kerja di PT. DBH meliputi staf,
karyawan kontrak, dan karyawan harian tetap.
17

Manajemen yang baik mutlak diperlukan sebagai salah satu faktor


keberhasilan perusahaan. Manajemen yang diterapkan di PT. DBH adalah sistem
manajemen top down, salah satunya dengan melakukan strategi dalam manajemen
produksi, manajemen stok, manajemen pascapanen maupun manajemen dalam
pengiriman hasil produksi. Perusahaan juga menetapkan manajemen dalam
penetapan upah karyawan harian tetap dengan memberikan intensif atau bonus
upah kepada karyawan harian tetap yang bekerja lebih dari tugas utamanya dan
kepada karyawan harian tetap yang bertanggungjawab mengolah lahan. Hal
tersebut dilakukan perusahaan agar tetap dapat menjaga hubungan baik dengan
karyawan serta menjaga kualitas dan kontinuitas produksi (Staf PT. DBH).
Berdasarkan dokumen perusahaan mengenai struktur organisasi serta tugas dan
wewenang setiap bagian di perusahaan yang diperoleh penulis dari staf perusahaan
pada minggu ke-5 Kuliah Kerja Lapangan, PT. DBH dipimpin oleh seorang Dewan
Komisaris sebagai pemilik perusahaan yang tidak terlibat secara langsung dalam
kegiatan operasional perusahaan, tetapi bertugas untuk mengawasi jalannya
kegiatan perusahaan secara keseluruhan melalui Direktur Produksi. Direktur
Produksi bertanggungjawab atas beberapa staf/bagian di perusahaan yang meliputi
Departemen R&D, Departemen Maintenance, Departemen Produksi dan
Departemen Manajemen. Masing-masing staf bertanggung jawab atas tenaga kerja
yang bekerja sesuai pada bidangnya. Struktur organisasi PT. DBH dapat dilihat
pada Gambar 1.
18

STRUKTUR ORGANISASI PT. DELAPAN BINTANG HOLTI, 2017

Commisioner

President Director
Budi Hardjo

Production Director
Supriyanto

R&D Production & Mangement


Maintenance Site Manajer
Djumadi Fajar
Satya Nugraha QC
Herdian

Fruit & Packing Worm &


Vegetables Livestock Adm. Persemaian
Herdian Fishery
Produksi
Ahmad
Herdian
Supervisor Open Area Ruyani
Soeherman
Supervisor GH
Moko
Supervisor Fertigasi
Atep

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Delapan Bintang Holti, 2017


Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Masing-masing bidang yang tercantum dalam struktur organsisasi bekerja
sesuai garis komando dengan tugas dan tanggungjawab yang berbeda, namun
terdapat beberapa departemen yang merangkap dalam pelaksanaannya. Masing-
masing bagian/dept/sub-dept memiliki 1 orang penanggungjawab yang berfungsi
untuk mempermudah koordinasi antar bagian dan untuk mengoptimalkan hasil
kerja karyawan. Berikut ini adalah beberapa tugas dari setiap departemen yaitu :
1. President Director
Bertugas mengontrol atau mengevaluasi seluruh kegiatan yang berlangsung di
perusahaan dan bertanggungjawab penuh atas kelangsungan kegiatan perusahaan.
2. Direktur Produksi
Bertugas untuk membuat rencana produksi, mengontrol atau mengevaluasi
seluruh kegiatan yang berlangsung di lokasi produksi dan bertanggungjawab penuh
atas kelangsungan kegiatan dalam keberhasilan perusahaan.
19

3. Manajer R&D
a. Mengatur dan melakukan riset penelitian terhadap produk yang akan
dikembangkan atau diproduksi oleh perusahaan ;
b. Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pelaksanaan program produksi bulanan ;
c. Memberikan arahan atas hasil yang ditemukan untuk dapat diaplikasikan dan
dapat meningkatkan produksi ;
4. Manajer Maintenance
a. Mengatur fungsi-fungsi maintenance dalam pelaksanaan program produksi dan
administrasi ;
b. Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pelaksanaan program produksi bulanan ;
5. Manajer Operasional (Produksi & Site Manajer)
Bertanggungjawab sepenuhnya atas seluruh kegiatan mulai dari planning,
organizing, actuating, dan controlling.
6. Admin Data / QC
a. Memastikan data produksi setiap kegiatan yang ada mulai dari kegiatan produksi
di open area, green house dan fertigasi ;
b. Mengontrol seluruh kegiatan pascapanen dari mulai packing sampai dengan
pengiriman.
7. Supervisor Open Area
a. Memastikan program tanam yang akan dijalankan di open area sesuai dengan
SOP perusahaan ;
b. Mengawasi kegiatan di open area.
8. Supervisor Green House
a. Memastikan program tanam yang akan dijalankan di green house sesuai dengan
SOP perusahaan ;
b. Mengawasi kegiatan di green house
9. Supervisor Fertigasi
a. Memastikan program pembuatan/produksi kebutuhan input tanaman seperti
pembuatan media semai, pupuk organik cair, biocontrol dan sebagainya sesuai
dengan dengan SOP perusahaan ;
20

b. Mengawasi kegiatan di fertigasi ;


10. Supervisor Divisi. Aquaculture
a. Memastikan program budidaya perikanan sesuai dengan dengan SOP
perusahaan ;
b. Mengawasi kegiatan di green house budidaya perikanan.
11. Acounting & Finance
a. Mengatur data keuangan perusahaan ;
b. Membagikan upah karyawan harian perusahaan.
3.4. Sumberdaya PT. Delapan Bintang Holti
Sumberdaya merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang
keberhasilan sebuah perusahaan. Sumberdaya yang dimiliki oleh PT. DBH meliputi
sumberdaya fisik, sumberdaya manusia dan sumberdaya modal. Sumberdaya fisik
merupakan segala bentuk fisik/berwujud yang ada di perusahaan dan digunakan
untuk menunjang keberhasilan perusahaan seperti lahan, bangunan dan peralatan.
Sumberdaya manusia merupakan tenaga kerja/karyawan yang bekerja di
perusahaan yang terdiri atas staf, karyawan kontrak, dan karyawan harian tetap.
Sumberdaya modal merupakan segala faktor mengenai asal usul sumber
permodalan yang diperoleh oleh perusahaan untuk menjalankan seluruh kegiatan di
perusahaan.
3.4.1. Sumberdaya Fisik
Berdasarkan hasil observasi di lapangan selama bekerja di perusahaan dan
wawancara penulis dengan site manajer perusahaan pada minggu ke-6 Kuliah Kerja
Lapangan, sumberdaya fisik yang dimiliki oleh PT. DBH berupa lahan, bangunan
dan peralatan dengan data sumberdaya fisik terlampir.
Lahan di PT. DBH berupa lahan kering dengan tanah berpasir yang terletak di
ketinggian 880 s/d 920 mdpl serta suhu 18ºC s/d 32ºC dengan luas lahan
keseluruhan adalah 24,5 ha, namun yang dikelola secara organik hanya seluas 18,
2635 ha dan sisanya digunakan untuk bangunan dan lahan kosong. Bangunan yang
dimiliki oleh PT. DBH meliputi bangunan GH, kantor, security house, gudang,
mess karyawan, dapur, ruang mekanik, toilet dan sebagainya yang digunakan untuk
kegiatan produksi dan kegiatan lainnya di perusahaan. Peralatan yang dimiliki oleh
PT. DBH meliputi cangkul, mesin traktor, mesin streamline, mesin sealer, mesin
21

rapping dan sebagainya yang digunakan untuk menunjang seuluruh kegiatan di


perusahaan.
3.4.2. Sumberdaya Manusia
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan supervisor
packing house, sumberdaya manusia yang dimiliki oleh PT. DBH meliputi staf,
karyawan kontrak yang terdiri atas security dan driver, dan karyawan harian tetap
dengan jumlah hari kerja yaitu 9 jam per hari yang diawali dengan jam masuk kerja
pukul 07.00 WIB, istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB dan jam pulang kerja
pukul 16.00 WIB.
Pembayaran jasa tenaga kerja terdiri atas upah dan gaji. Upah diperuntukkan
bagi karyawan tetap harian yang dibayarkan oleh perusahaan setiap 1 minggu sekali
pada hari Senin dengan jumlah upah disesuaikan berdasarkan kehadiran tenaga
kerja yang bersangkutan. Upah karyawan tetap harian berkisar antara Rp.35.000 –
Rp.45.000/orang disesuaikan dengan porsi kerja yang ditetapakan oleh perusahaan.
Perusahaan juga memberikan intensif kepada karyawan tetap harian yang
melakukan kerja lembur dengan ketetapan upah per jam sebesar Rp. 4.500. Gaji
diperuntukan bagi karyawan kontrak dan staf perusahaan yang dibayarkan oleh
perusahaan setiap 1 bulan sekali. Jumlah tenaga kerja di PT. DBH dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah (Orang)
1. Karyawan Tetap : Staf 12
2. Karyawan Kontrak : Security 8
3. Karyawan Kontrak : Driver 3
4. Karyawan Harian Tetap 74
Jumlah Tenaga Kerja 97
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
3.4.3. Sumberdaya Modal
Berdasarkan akte penanaman modal asing yang dimiliki perusahaan dan hasil
wawancara penulis dengan staf perusahaan bahwa modal awal perusahaan tidak
hanya bersumber dari pemilik perusahaan yaitu Bapak Anwar, tetapi juga
bersumber dari beberapa orang yang menanamkan saham di PT. DBH dengan
pembagian saham yang tertera pada Tabel 6.
22

Tabel 6. Penyertaan Dalam Modal Perseroan di PT. Delapan Bintang Holti,


Tahun 2017
Nilai Nominal
Nomor Pemegang Saham % Negara Asal
Saham (Rp.)
Peserta Asing 10
1. Cheung Jonathan Ying Kit 10 Inggris 1.000.000.000
Peserta Indonesia 90
1. PT Anta Tirta Kirana 60 Indonesia 6.000.000.000
2. Budihardjo 10 Indonesia 1.000.000.000
3. Amalia Tjandra 10 Indonesia 1.000.000.000
4. Anwar Kurniawan 10 Indonesia 1.000.000.000
Jumlah 100 10.000.000.000
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
3.5. Keuangan PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan site manajer perusahaan, bahwa
penulis tidak diperbolehkan mengetahui tentang keuangan perusahaan karena
menurut beliau hal tersebut bersifat internal dan merupakan rahasia perusahaan
yang tidak boleh dipublikasikan.
23

III. DESKRIPSI SUB SISTEM AGRIBISNIS DI PT. DELAPAN BINTANG


HOLTI

4.1. Sub Sistem Pengadaan Sarana Produksi


Berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja selama penulis Kuliah Kerja
Lapangan di minggu ke-2, penulis telah mengetahui dan dapat mengaplikasikan
mengenai pengadaan sarana produksi di PT. Delapan Bintang Holti (DBH) yang
meliputi pengadaan lahan, benih, media semai, pupuk kandang padatan berupa
kotoran sapi, kompos, pupuk organik cair, biodecomposer, dan biocontrol.
Peralatan yang menunjang kegiatan produksi di PT. DBH meliputi traktor,
cangkul, kored, mesin streamline dan sebagainya. Peralatan yang menunjang dalam
kegiatan pascapanen di PT. DBH meliputi mesin rapping, mesin sealer, timbangan
digital dan timbangan duduk. Selain itu terdapat pula mobil distribusi yang
menunjang kegiatan pemasaran hasil produksi di PT. DBH. Jenis tanaman yang
diproduksi oleh PT. DBH sebanyak 42 komoditas yang terdiri atas tanaman sayuran
dan buah.
Suplier yang mendukung pemenuhan kebutuhan input perusahaan terdapat 8
suplier yang terdiri atas 2 suplier benih tanpa MOU (Memorandum of
Understanding) di Cipanas dan Lembang, 1 suplier sekam tanpa MOU di
Cugenang, 1 suplier mojun tanpa MOU, 1 suplier pupuk sapi menggunakan MOU,
1 suplier plastik packing tanpa MOU dan 2 suplier peralatan dan mesin pertanian
tanpa MOU.
Total luas lahan produksi yang terdapat di PT. DBH adalah 24,5 Ha yang terdiri
atas lahan produktif seluas 18, 2635 Ha. Lahan produktif terdiri atas lahan green
house (GH) dan lahan terbuka atau open area, sedangkan sisanya adalah bangunan
dan lahan kosong.
Selama kegiatan bekerja, penulis mengetahui bahwa lahan GH digunakan
perusahaan untuk memproduksi sayuran organik seperti sayuran buah, sayuran
bunga dan sayuran daun, serta budidaya ikan air tawar seperti ikan hias dan ikan
konsumsi dengan sistem aquaponik. Lahan terbuka digunakan perusahaan untuk
memproduksi sayuran organik seperti sayuran buah dan kacang-kacangan serta
budidaya ikan air tawar dalam kolam seperti ikan patin, lele dan sebagainya. Lahan
terbuka atau open area yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik
24

terbagi ke dalam 8 bagian yaitu open area 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan masing-


masing bagian memiliki luas lahan dan ditanami komoditas yang berbeda.
Lahan yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik di PT. DBH
merupakan sistem lahan produksi dalam GH dan sistem lahan terbuka. Total luas
lahan produksi sayuran dalam GH yaitu 21.168 m² yang terdiri atas 56 GH. Setiap
GH berukuran 42m² × 12m² yang terdiri atas 10 bedengan pada setiap GH. Luas
masing-masing bedengan yaitu 20m² × 1,32m², sehingga diperoleh luas lahan total
masing-masing GH yaitu 504m², namun lahan produktif yang digunakan hanya
seluas 264m².
Sangat kecil nya angka luas lahan produktif pada setiap GH disebabkan oleh
jarak antar bedengan terlalu lebar. Hal tersebut disebabkan karena GH yang
digunakan untuk memproduksi sayuran di PT. DBH merupakan konsep GH yang
seharusnya digunakan untuk memproduksi tanaman anggrek yang merupakan GH
peninggalan dari pemilik perusahaan yang pertama. Bedengan pada GH sebenarnya
bisa dirubah untuk lebih mengefektifkan penggunaan lahan dalam budidaya
sayuran, namun hingga saat ini perusahaan belum merubah bentuk bedengan dalam
GH karena beberapa kendala dan kesulitan dalam proses perubahan bedengan
tersebut. Kondisi lahan seperti ini menjadi salah satu kelemahan perusahaan untuk
memproduksi sayuran dan buah secara optimal.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja selama penulis Kuliah Kerja
Lapangan, pada minggu ke-2 penulis membuat beberapa kebutuhan input di ruang
fertigasi yang digunakan untuk kegiatan produksi di perusahaan. Pembuatan input
yang dilakukan oleh penulis meliputi pembuatan pakan ikan, kompos, arang sekam,
media semai, biodecomposer, biocontrol dan pupuk organik cair.
Pembuatan pakan ikan dilakukan oleh penulis menggunakan bahan campuran
berupa sakae, dedak padi dan air sampai menjadi kalis. Kemudian seluruh bahan
dicampurkan lalu diaduk hingga rata dan digiling menggunakan mesin penggiling
daging. Setelah digiling, pakan ikan akan berbentuk seperti oval lalu diletakkan
dalam saringan dan dijemur di bawah sinar matahari selama ± 1 hari hingga kering.
Pembuatan kompos dilakukan oleh penulis selama bekerja di perusahaan
dengan memanfaatkan sampah sisa sayuran dari GH dengan bantuan
biodecomposer yang berguna untuk mempercepat pelapukan sampah organik.
25

Pembuatan kompos diawali dengan mengumpulkan sampah sisa sayuran dari GH


ke bak inkubasi di ruang fertigasi, kemudian penulis menambahkan kohe kambing
sebanyak 20 kg per bak inkubasi dan biodecomposer sebanyak 5 liter per bak
inkubasi. Setelah itu, semua bahan difermentasikan selama ±1-2 bulan dalam bak
inkubasi.
Berdasarkan pengalaman bekerja dan hasil wawancara penulis dengan tim
fertigasi, kompos yang siap digunakan adalah kompos yang sudah tidak
mengeluarkan suhu panas dan tidak berbau busuk. Kompos digunakan oleh
perusahaan sebagai bahan campuran dalam pembuatan media semai dan media
tanam dalam polybag. Proses pembuatan kompos dapat dilihat pada Gambar 2.

Sampah Organik Pemberian Proses Inkubasi Kompos


Biodecomposer
Gambar 2. Proses Pengomposan Sampah Organik Limbah Sayuran di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Pembuatan arang sekam dilakukan oleh penulis selama bekerja di perusahaan
menggunakan sistem pengasapan. Berdasarkan pengalaman penulis selama
mengikuti kegiatan pembelian sekam, sekam yang digunakan diperoleh dari salah
satu penggilingan padi di sekitar Cugenang. Pembelian sekam dilakukan
menggunakan mobil pick up seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembelian Sekam di Salah Satu Penggiling Padi Kecamatan


Cugenang, 2017
26

Proses pembuatan arang sekam yang dilakukan penulis diawali dengan


menyiapkan arang dalam bak pengasapan kemudian memasukkan sekam sebanyak
13 karung (130 kg) ke dalam bak pengasapan. Setelah itu, sekam dibiarkan selama
±18 jam dalam bak pengasapan hingga sekam menjadi arang.
Berdasarkan pengamatan penulis selama membuat arang sekam, sekam yang
telah dibakar mengalami penyusutan bobot sebanyak ±50%. Sekam yang awalnya
130 kg, setelah dijadikan arang sekam menjadi 65 kg. Sekam yang telah menjadi
arang kemudian masuk ke dalam proses pendinginan selama ±5 jam. Untuk
mempercepat proses pendinginan arang sekam, penulis menyirami arang sekam
dengan air secukupnya menggunakan selang hingga rata. Sehingga arang sekam
dapat lebih cepat digunakan sebagai bahan pembuatan media semai. Proses
pembuatan arang sekam dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengasapan Sekam Pendinginan Arang Sekam Arang Sekam


Gambar 4. Proses Pembuatan Arang Sekam di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Pembuatan media semai dilakukan oleh penulis selama bekerja di perusahaan
menggunakan beberapa bahan yaitu arang sekam, kapur dolomit dan kompos.
Dalam satu kali pembuatan media semai, penulis menggunakan arang sekam
sebanyak 60 kg, kapur dolomit 6 kg dan kompos 200 kg. Pembuatan media semai
diawali oleh penulis dengan mencampurkan seluruh bahan hingga tercampur rata
dengan menggunakan bantuan alat berupa sekop untuk mempermudah
pencampuran, kemudian dilakukan pengayakan menggunakan alat pengayak pasir
untuk mendapatkan media semai dengan tekstur yang halus. Media sisa pengayakan
dengan tekstur kasar akan dimanfaatkan sebagai media tanam dalam polybag.
Proses pengayakan media dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses Pengayakan Media Semai di Ruang Pengomposan PT. Delapan


Bintang Holti, 2017
27

Pembuatan biocontrol yang dilakukan penulis selama bekerja di perusahaan


yaitu sebanyak 100 L dengan menggunakan beberapa bahan dan mikoroba biakan
yang terdiri atas molasis 500 ml, susu bubuk 500 ml, masing-masing mikroba
biocontrol hasil biakan 500 ml (Bacillus Amiloliquwfacuen, bacillus sp, bacillus
sp3, nitrobacter Tj, pseudomonas fluorescent, trichoderma sp) dan air hingga
volume 100 L.
Cara pembuatannya yaitu semua bahan dicampurkan hingga larut, setelah larut
biocontrol siap digunakan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja
selama penulis di perusahaan, biocontrol digunakan sebagai salah satu bahan
pembuatan pupuk organik cair dan penyiraman bedengan selama pengolahan
tempat tanam dengan tujuan untuk menjamin mikroorganisme pada tanah
berkembang dengan baik sebelum tanah digunakan dan menjamin bahan organik
telah terdekomposisi dengan baik, sehingga nutrisi lebih tersedia untuk
pertumbuhan tanaman. Proses pembuatan biocontrol dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proses Pembuatan Biocontrol di PT. Delapan Bintang Holti, 2017


Pembuatan biodecomposer dilakukan oleh penulis selama bekerja di
perusahaan yaitu sebanyak 100 L dengan menggunakan beberapa bahan dan
mikroba biakan yang terdiri atas molasis 1 L, susu bubuk 1 L, masing-masing
mikroba decomposer hasil biakan 1 L dan air sampai volume 100 L. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman bekerja saat penulis di perusahaan, cara pembuatan
biodecomposer sama dengan cara pembuatan biocontrol dan digunakan sebagai
bahan pengurai dalam proses pengomposan.
Pembuatan pupuk organik cair dilakukan oleh penulis selama bekerja di
perusahaan dengan beberapa komposisi yaitu molasis 1 L, susu bubuk 1 kg, urin
kambing 8 L, kotoran kambing 2,5 karung (25 kg), mikroba decomposer masing-
masing 1 L dan air hingga 100 L. Proses pembuatan POC yang dilakukan oleh
penulis diawali dengan menghancurkan kotoran kambing menjadi ukuran yang
28

lebih lebih halus menggunakan blender. Molasis, susu bubuk dan air diaduk hingga
larut kemudian seluruh bahan yang telah halus dimasukkan ke dalam bak
bervolume 100 L selanjutnya difermentasikan selama 1 minggu sebelum
digunakan. Setelah fermentasi 1 minggu POC siap digunakan sebagai pupuk
susulan bersama dengan biocontrol.
Berdasarkan pengamalan penulis selama bekerja di perusahaan, pemupukan
susulan dilakukan melalui irigasi drip dengan perbandingan komposisi 5 liter POC,
2 liter biocontrol dan air sampai volume 1000 L pada bak fiber kapasitas 1500L.
Proses pembuatan POC dapat dilihat pada Gambar 7.

Penghancuran Pencampuran Proses POC


Kotoran Kambing Gambar
Bahan 5.
POCProses embuatan POC
Fermentasi POC
Gambar 7. Proses Pembuatan POC di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berbagai input yang diproduksi oleh perusahaan selama ini seperti media
semai, biocontrol, biodecomposer, dan pupuk organik cair dapat mencukupi
kebutuhan perusahaan dalam memproduksi sayuran dan buah organik. Hal tersebut
dikarenakan ketersediaan bahan baku sangat diperhatikan oleh peusahaan untuk
menjaga kontinuitas dalam memproduksi kebutuhan input. Kontrol yang efektif
terhadap ketersediaan input menjadi salah satu kekuatan perusahaan yang harus
dipertahankan, agar perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan produksinya.
Benih yang digunakan di PT. DBH ± 42 jenis komoditas. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan supervisor GH, benih yang digunakan berasal dari
produsen lokal dan impor. Benih impor yang digunakan hanya benih tomat cherry
yang diperoleh dari Taiwan dengan brand “Know You Seed“. Benih lainnya berasal
dari benih lokal yang diperoleh perusahaan dari toko pertanian di sekitar Cipanas
dan Lembang dengan brand Pertiwi, Bintang Asia, Primasaid, East West Seed dan
Kapal Terbang.
Benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya terdiri atas benih yang melalui
proses persemaian dan tidak melalui proses persemaian. Informasi yang diperoleh
29

penulis dari tenaga kerja persemaian mengenai jumlah benih yang tidak disemai
meliputi benih buncis perancis, buncis lokal, bayam, kangkung, asparagus, kacang
tanah, jagung manis, jagung acar, mint, ginseng dan kacang panjang. Benih yang
melalui proses persemaian terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Kebutuhan Benih dalam Sekali Kegiatan Persemaian di PT.
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017

Jumlah (Benih)
Nomor Nama Komoditas Tidak
Per Hari Per Minggu
Menentu
1. Brokoli 360 - -
2. Kembang Kol 75 - -
3. Kaelan 675 - -
4. Tomat Apel - 300 -
5. Tomat Cherry - 75 -
6. Kyuri - 75 -
7. Kale - - 250
8. Pumkin Butternut Squash - - 300
9. Asparagus - - 300
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Tabel 7 menunjukkan bahwa contoh benih yang disemai setiap hari di PT. DBH
meliputi benih brokoli sebanyak 360 benih, kembang kol 75 benih dan benih kaelan
675 benih. Benih yang disemai setiap 1 minggu sekali meliputi benih tomat apel
sebanyak 300 benih, tomat cherry sebanyak 75 benih dan benih kyuri sebanyak 75
benih. Benih yang disemai pada waktu yang tidak menentu akibat dari jumlah
permintaan yang sangat berfluktuatif meliputi benih kale sebanyak 250 benih,
pumkin butternut squash sebanyak 300 benih dan benih asparagus sebanyak 300
benih.
Berdasarkan pengataman dan pengalaman bekerja selama penulis di
perusahaan, peralatan yang dimiliki oleh perusahaan seperti cangkul dan traktor
digunakan oleh perusahaan untuk mengolah lahan sebelum kegiatan penanaman.
Mesin sealer digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan pengemasan hasil panen
sayuran daun seperti bayam, ceysim dan lainnya. Mesin rapping digunakan oleh
perusahaan untuk kegiatan pengemasan hasil panen sayuran buah maupun sayuran
bunga seperti brokoli, tomat, buncis dan lainnya.
30

4.2. Sub Sistem Produksi


Berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja pada minggu ke-3 selama
penulis Kuliah Kerja Lapangan di perusahaan, alur produksi di PT. DBH diawali
dengan persemaian, persiapan tempat tanam (PTT) sekaligus pemberian pupuk
dasar, pemasangan streamline, pembuatan lubang tanam, penanaman,
pemeliharaan (penyulaman, penyiraman, pemeliharaan, pemupukan susulan) dan
pemanenan.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, jenis
komoditas yang disemai adalah seluruh komoditas sayuran yang ditanam di GH
terkecuali bayam, buncis prancis, cabai dan kangkung. Namun penulis tidak
menyemai seluruh komoditas tersebut, karena keterbatasan waktu dan jadwal
bekerja di perusahaan. Penulis hanya menyemai beberapa komoditas diantaranya
adalah brokoli, tomat cherry, kaelan, terong ungu dan horenso.
Kegiatan persemaian dilakukan oleh penulis di GH persemaian A2, B2, dan
B3. Sebelum menyemai, penulis terlebih dahulu menyiapkan media semai dan
mengisikannya ke dalam pot semai. Terkadang sebelum menyemai, penulis terlebih
dahulu memperbaiki tray semai yang akan digunakan. Setelah itu, penulis
melanjutkan dengan mengisikan setiap benih ke dalam pot semai yang telah berisi
media semai dan disusun ke dalam tray persemaian berkapasitas 15 dan 45 pot
seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Tray Persemian 45 pot dan 15 pot di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah benih selesai di semai, penulis kemudian menyimpan tray semai di atas
meja persemaian dan melakukan pendataan persemaian. Benih yang telah disemai
kemudian dilakukan pemeliharaan setiap hari hingga bibit siap dipindah tanamkan
ke dalam bedengan. Pemeliharaan bibit yang dilakukan oleh penulis selama Kuliah
Kerja Lapangan adalah penyiraman bibit dengan air setiap pagi dan sore hari serta
penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar bibit.
31

Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di bagian persemaian,


lamanya waktu persemaian setiap komoditas bervariasi tergantung jenis benih
komoditas yang digunakan mulai dari 1-2 minggu untuk sayuran daun, 1-3 minggu
untuk sayuran bunga dan 1-4 bulan untuk benih asparagus.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tenaga kerja persemaian, dalam
satu kali kegiatan persemaian, tenaga kerja akan menambahkan jumlah benih yang
disemai sebanyak 20% dari total benih yang disemai, untuk berjaga-jaga, jika
terjadi benih yang tidak tumbuh atau akan digunakan untuk kegiatan penyulaman.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kontinuitas produksi setiap musim.
Di waktu pemeliharaan bibit, penulis melakukan kegiatan persiapan tempat
tanam di GH produksi. Persiapan tempat tanam dilakukan oleh penulis dengan
pembersihan sisa-sisa tanaman pada bedengan kemudian memberikan pupuk dasar
berupa kotoran sapi 2 karung (100kw) / bedengan, kemudian lahan diolah
menggunakan traktor yang berfungsi untuk membalikan tanah sekaligus
menggemburkan tanah. Setelah itu, bedengan diratakan menggunakan besi perataan
dan dilakukan penyiraman biocontrol 200ml yang dicampur air bersih 500
L/bedengan lalu bedengan dipasang streamline sejumlah 5 selang/bedengan
sebagai alat irigasi drip pada pemupukan susulan. Bedengan kemudian
diistirahatkan selama 3 hari (lahan GH) dan 1 minggu (lahan open area) sebelum
digunakan kembali untuk menanam.
Berdasarkan pengamatan penulis, penjenuhan lahan berfungsi untuk
mengaktifkan kembali mikroorganisme baik dalam tanah sehingga unsur hara tanah
akan lebih tersedia selama tanah digunakan untuk menanam. Setelah bedengan
melalui proses penjenuhan, penulis kemudian membuat lubang tanam pada
bedengan yang akan ditanami menggunakan bambu runcing yang dibuat secara
mandiri oleh tenaga kerja. Rata-rata ke dalaman lubang tanam yaitu 10cm dengan
jarak tanam bervariasi seperti 20cm × 20cm atau 60cm × 40cm tergantung pada
komoditas yang akan ditanam. Kegiatan pembuatan lubang tanam dapat dilihat
pada Gambar 9.
32

Gambar 9. Pembuatan Lubang Tanam Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Kemudian penulis mendistribusikan setiap bibit yang sudah mencapai umur
pindah tanam dari GH persemaian ke GH produksi untuk dilakukan penanaman,
salah satunya adalah bibit pakchoy yang didistribusikan oleh penulis pada minggu
ke-4. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, kegiatan penanaman dilakukan pada bedengan yang telah terdapat
lubang tanam, kecuali pada komoditas yang tidak disemai seperti bayam yang
ditanam langsung dengan cara disebar tanpa lubang tanam.
Terdapat perbedaan antara kegiatan penanaman di GH dengan penanaman di
open area yaitu kegiatan penanaman di GH cenderung menanam dalam bentuk bibit
meskipun terdapat beberapa komoditas seperti bayam yang ditanam dalam bentuk
benih dengan cara disebar, sedangkan kegiatan penanaman di open area dilakukan
langsung pada bedengan dalam bentuk benih/biji. Kegiatan penanaman dilakukan
secara langsung oleh tenaga kerja pria maupun wanita tanpa menggunakan alat
pembantu seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Kegiatan Penanaman di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah penanaman, selanjutnya adalah penutupan lubang tanam dan
pemeliharaan tanaman. Namun berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, khusus untuk menanam kacang tanah di open area, setelah penutupan
lubang tanam terdapat perlakuan khusus yaitu penutupan bedengan menggunakan
paranet dan alat bantu berupa bambu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
burung di sekitar lahan agar tidak memakan benih/biji yang ditanam, selain itu juga
untuk menjaga kelembaban tanah pada bedengan. Patok yang terbuat dari bambu
33

berfungsi untuk membentangkan dan memperkuat paranet yang terpasang pada


bedengan. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Penutupan Lubang Tanam, Pemasangan Paranet dan Patok pada
Bedengan Kacang Tanah di Open Area PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, secara umum kegiatan pemeliharaan pada komoditas di PT. DBH
mendapatkan perlakuan yang sama seperti penyulaman, penyiangan dan
penyiraman. Namun untuk kegiatan pemeliharaan tanaman di GH terdapat
perlakuan khusus yaitu pemupukan susulan dengan sistem irigasi drip, perompesan
dan pelilitan untuk komoditas tertentu seperti tomat dan kyuri.
Pemupukan susulan dilakukan menggunakan pupuk organik cair dengan sistem
irigasi drip. Pemupukan dilakukan setiap 2 hari sekali secara bergantian pada setiap
GH produksi. Khusus untuk di open area tidak dilakukan pemupukan susulan.
Lamanya kegiatan pemupukan pada setiap GH adalah 15 menit per sekali
pemupukan dengan volume pupuk yang digunakan pada setiap drip sebanyak
200ml. Kegiatan pemupukan susulan pada GH dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip pada Bedengan di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah pemupukan susulan, penulis melakukan pemeliharaan dengan
menyiram tanaman setiap pagi dan sore hari serta melakukan penyulaman terhadap
bibit yang mati. Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan,
penyulaman dilakukan pada waktu 1-3 MST. Kematian bibit salah satunya
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Di open area untuk
mensiasati kematian benih agar produksi yang dihasilkan tetap maksimal yaitu
34

dengan menanam benih lebih dari 1 benih pada setiap lubang tanam. Pemeliharaan
selanjutnya adalah perompesan daun tua.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam bekerja di lapangan, perompesan
dilakukan hanya pada komoditas sayuran buah, dan sayuran bunga di GH sebanyak
2 kali perompesan dalam satu musim, seperti pada komoditas brokoli. Berdasarkan
pengalaman penulis selama bekerja di minggu ke-4 terdapat pula pemeliharaan
berupa pemasangan ajir pada komoditas kacang panjang dan pelilitan batang
tanaman kyuri pada minggu ke-2. Kegiatan pemeliharaan khusus dapat dilihat pada
Gambar 13.

Gambar 13. Pelilitan Batang Tanaman Tomat dan Penalian Ajir Tanama Kacang
Panjang di Open Area PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah melalui proses pemeliharaan, selanjutnya adalah pemanenan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan,
waktu pelaksanaan kegiatan panen yang dilakukan di GH maupun di open area
sama-sama dilaksanakan pada pagi hingga siang hari oleh tenaga kerja pria maupun
wanita.
Jadwal kegiatan panen/minggu di GH dengan open area memiliki perbedaan
yaitu, jika di GH kegiatan panen dilakukan 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari
Minggu, Selasa, dan Kamis. Di open area kegiatan panen dilakukan hanya pada
hari Selasa. Proses panen yang dikerjakan oleh penulis selama di lapangan berbeda
untuk setiap komoditas. Perbedaan proses panen salah satunya dipengaruhi oleh
fisiologi dan kelompok jenis tanaman. Namun kegiatan panen yang dikerjakan oleh
penulis selama di lapangan hanya beberapa komoditas seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Panen oleh Penulis Berdasarkan Komoditas di PT. Delapan
Bintang Holti, Tahun 2017
Komoditas Hasil (Kg) Lokasi
Jagung Manis 50 Open Area 6
Brokoli 15, 18 B10
35

Tabel 8. Lanjutan

Komoditas Hasil (Kg) Lokasi


Selada Keriting (Bed) 1 C06
Tomat Apel 10,88 GH B8
Ceysim - A06
Bayam Hijau - A09
Kacang Tanah (Bed) 5 Open Area 5
Pakchoy 63 B05
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, proses panen
jagung manis dilakukan dengan memetik jagung yang telah siap panen, kemudian
hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh (tidak terkena paparan sinar
matahari secara langsung). Setelah itu, jagung kemudian dimasukkan ke dalam
karung dan didistribusikan ke gudang panen.
Berdasarkan pengalaman penulis selama di lapangan, penyimpanan hasil panen
di tempat yang teduh bertujuan untuk menjaga kadar air pada jagung manis. Penulis
juga melakukan kegiatan panen pada sayuran daun seperti ceysim, panen dilakukan
dengan mencabut tanaman sampai ke akar, kemudian ceysim yang telah dipanen
langsung dibersihkan dari tanah yang menepel pada akar menggunakan air bersih
yang telah tersedia di dalam GH. Penulis kemudian menyimpan ceysim yang telah
bersih ke dalam tray panen dan meletakkannya di tempat yang teduh dengan tujuan
yang sama seperti panen brokoli yaitu untuk menjaga kadar air pada sayuran. Proses
panen jagung manis dan ceysim dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Proses Panen Jagung di Open Area dan Panen Ceysim di GH PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
4.3. Sub Sistem Pascapanen
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, secara umum perlakuan pascapanen seluruh komoditas yang
diusahakan oleh PT. DBH mendapatkan perlakuan pascapanen yang sama di
packing house yaitu diawali dengan menimbang berat kotor hasil panen sekaligus
36

dilakukan pendataan berat kotor. Setelah itu, hasil panen disortir sekaligus
digrading untuk memisahkan hasil panen layak jual dengan afkir. Penulis kemudian
menimbang kembali hasil panen untuk mengetahui berat bersih yang akan
dipasarkan. Setelah itu, dikemas dan diberikan label produk perusahaan“Cianjur
Hills” pada kemasan sayuran/buah.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, labeling tidak
dilakukan pada seluruh kemasan produk, namun hanya dilakukan pada kemasan
produk sesuai dengan permintaan konsumen dengan tujuan agar konsumen dapat
lebih mengenal produk perusahaan. Terdapat beberapa konsumen yang tidak
menggunakan label/brand perusahaan salah satunya adalah Qirana Organik. Hal
tersebut dikarenakan konsumen ingin menggunakan brand nya pada produk
perusahaan.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di bagian packing house,
penimbangan hasil panen dilakukan menggunakan timbangan digital dengan bobot
tiap komoditas sesuai permintaan konsumen yaitu antara 100 gr, 250 gr, 500 gr dan
1000 gr. Proses penimbangan dan pengemasan menggunakan mesin sealer dan
mesin rapping oleh penulis dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Penimbangan, Syilering dan Rapping Hasil Panen di PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Kemasan yang digunakan juga bervariasi tergantung pada jenis komoditas
yang dikemas, seperti pengemasan kacang tanah dilakukan menggunakan jaring.
Pengemasan sayuran daun dilakukan menggunakan jenis plastik polypropylene (pp)
dan poly ethylene (pe) dengan bantuan mesin sealer untuk merekatkan kemasan,
sedangkan pengemasan sayuran buah dan sayuran bunga menggunakan plastik
wrap dengan bantuan alat yaitu mesin rapping untuk merekatkan plastik dengan
sayuran bunga. Kemasan produk PT. DBH terdiri atas kemasan plastik wrap,
plastik mika, plastik jenis pp dan pe seperti pada Gambar16.
37

Gambar 16. Kemasan Produk PT. Delapan Bintang Holti, 2017


Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di lapangan, terdapat
penambahan perlakuan pascapanen yang berbeda pada beberapa komoditas tertentu
yang dipengaruhi oleh jenis tanaman, seperti perlakuan pascapanen pada sayuran
buah yaitu hanya dilakukan pembersihan pada buah menggunakan kain bersih.
Perlakuan pascapanen secara khusus pada komoditas sayuran bunga dilakukan
dengan cara trimming atau memangkas daun-daun di sekitar batang sayuran bunga.
Perlakuan pascapanen secara khusus pada sayuran daun dilakukan dengan
mencuci sayuran daun menggunakan air bersih, membuang daun tua dan daun rusak
serta memangkas akar pada sayuran daun. Selama penulis bekerja di perusaahan,
pemangkasan akar pada sayuran daun tidak selalu dilakukan pada seluruh hasil
panen, karena terdapat juga konsumen yang menginginkan sayuran daun beserta
akarnya.
Khusus untuk hasil panen jagung dan kacang tanah penulis melakukan grading.
Grade A untuk jagung dengan ukuran besar, matang sempurna dan tidak rusak dan
grade B jagung berukuran kecil yang akan digunakan untuk pembenihan, serta
grade C yaitu jagung yang busuk/rusak.
Grading yang dikerjakan oleh penulis pada kacang tanah terdapat 3 grade yaitu
grade A yang akan dipasarkan dengan kriteria kacang tidak rusak, berwarna coklat
bersih, dalam 1 kulit terdapat 2 polong dan matang sempurna. Grade B akan
digunakan untuk pembenihan dengan kriteria selain yang terdapat pada kriteria
grade A dan tidak busuk atau rusak. Grade C adalah kacang tanah yang rusak/busuk
dan tidak dapat dimanfaatkan lagi, maka grade C ini akan dibuang dan kemudian
dibakar. Kegiatan pencucian sayuran daun, trimming sekaligus sortir sayuran bunga
dan grading kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 17.
38

Gambar 17. Proses Pascapanen Sayuran Daun, Sayuran Bunga dan Kacang Tanah
di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
4.4. Sub Sistem Pemasaran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, hasil panen yang telah dikemas dan dilabel, kemudian didistribusikan
oleh karyawan driver menggunakan mobil truk box ke berbagai konsumen
perusahaan yang terdiri atas konsumen agen, retail seperti outlet sayuran organik
dan konsumen akhir yang tersebar di sekitar Jakarta, Cibubur, Tangerang, Bogor
dan Cianjur. Namun karena keterbatasan waktu dan jadwal selama bekerja di
perusahaan, penulis hanya mengikuti kegiatan pemasaran ke beberapa konsumen
agen dan retail di sekitar wilayah Tanggerang, Bogor, Jakarta dan Cianjur seperti
pada Tabel 9.
Tabel 9. Daftar Sebagian Konsumen PT. Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
Nama Konsumen Jumlah Permintaan Lokasi
Jenis Konsumen
(Tray)
PT Kecipir Produsen Distributor 8 Bogor
Grow Gruns Retail 2 Jakarta
PT Din Tai Fung Agen 6 Jakarta
Organik House Retail 2 Jakarta
Qirana Organik Agen dan Retail - Tangerang
Omah Lauh Retail - Tangerang
Aneka Organik Retail - Tangerang
Rumah Organik Retail - Tangerang
Ming Organik Retail - Tangerang
Living Farm Produsen Distributor - Cianjur
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Pemasaran dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu yaitu pada hari Senin,
Rabu dan Jum’at. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf
perusahaan, perusahaan menetapkan batas waktu terakhir kepada konsumen untuk
39

melakukan pemesanan produk yaitu H-1 pengiriman produk pada pukul 14.00
WIB. Pada pukul 14.00 WIB perusahaan akan menutup kegiatan pemesanan untuk
jadwal pengiriman produk esok hari. Perusahaan menyediakan beberapa pelayanan
pemesanan produk untuk mempermudah konsumen dalam melakukan pemesanan.
Pelayanan pemesanan yang disediakan perusahaan yaitu melalui e-mail dan
WhatsApp.
4.4.1. Saluran Pemasaran Secara Umum di PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran di PT.
DBH, saluran pemasaran hasil panen yang dijalankan di PT. DBH terdapat 3
saluran pemasaran. Saluran pemasaran hasil panen di PT. DBH dapat dilihat pada
Gambar 18.
1

Checker Agen Retail Konsumen Akhir


2
Checker
PT DBH Retail Konsumen Akhir
3
Checker Konsumen Akhir
*Checker : PT Anta Tirta Kirana
Gambar 18. Saluran Pemasaran Hasil Panen di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
1. Saluran Pemasaran 1
Kegiatan pemasaran pertama yang dilakukan oleh PT. DBH diawali dari
produsen yaitu PT. DBH kemudian driver akan memberikan laporan pengiriman ke
PT. Anta Tirta Kirana sebagai checker dan induk perusahaan dari PT. DBH. Setelah
itu, produk akan didistribusikan oleh driver PT. DBH ke agen di sekitar Bogor,
Tanggerang, Jakarta dan Cianjur.
Salah satu agen PT. DBH adalah PT. Din Tai Fung di daerah Tanggerang,
Kecipir di Sentul Bogor dan sebagainya. Selanjutnya agen akan mendistribusikan
produk ke beberapa retail seperti restoran, pizza hut dan sebagainya. Selanjutnya
retail akan memasarkan produk hasil panen yang diperoleh dari agen ke konsumen
akhir seperti konsumen rumah tangga. Berdasarkan pengamatan penulis selama
mengikuti kegiatan pemasaran, produk yang didistribusikan harus tiba di agen
sebelum pukul 07.00 WIB karena produk akan didistribusikan kembali oleh agen
kepada konsumennya.
40

2. Saluran Pemasaran 2
Kegiatan pemasaran ke-2 yang dilakukan oleh PT. DBH diawali dari produsen
yaitu PT. DBH kemudian driver akan memberikan laporan pengiriman ke PT. Anta
Tirta Kirana sebagai checker dan induk perusahaan PT. DBH. Setelah itu, driver
akan mendistribusikan produk ke perusahaan retail di sekitar Cibubur, Bogor,
Jakarta dan Tanggerang. Salah satu konsumen retail perusahaan adalah toko-toko
organik online dan offline. Toko organik offline yaitu konsumen yang menjual
produk secara langsung di tempat/di toko miliknya seperti Green Fresh di Jakarta,
Grow Gruns, Organik House dan sebagainya. Toko organik online yaitu konsumen
yang hanya menjual produk secara online seperti Omah Lauh di daerah
Tanggerang.
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran,
konsumen terlebih dahulu melakukan sortasi atas produk yang dipesan dari
perusahaan dan melakukan penyesuaian data atas barang yang diterima oleh
konsumen menggunakan data pesanan produk pada play DO (Delivery Order) atau
surat jalan. Kegiatan sortasi produk di salah satu konsumen retail dapat dilihat pada
Gambar 19.

Gambar 19. Kegiatan Sortasi Produk Pesanan Konsumen di Toko Rumah Organik,
2017
Perusahaan retail juga menetapkan waktu khusus untuk produk pesanan tiba di
perusahaan. Rata-rata perusahaan retail menetapkan waktu produk tiba di
perusahaan retail pada pagi hari sebelum pukul 08.00 WIB. Kegiatan pemasaran
kepada salah satu konsumen retail perusahaan dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Pemasaran Produk PT. Delapan Bintang Holti ke Ming Organik, 2017
41

3. Saluran Pemasaran 3
Kegiatan pemasaran ke-3 yang dilakukan oleh PT. DBH diawali dari
perusahaan produksi sendiri yaitu PT. DBH kemudian driver akan memberikan
laporan pengiriman ke PT. Anta Tirta Kirana sebagai checker dan induk perusahaan
PT. DBH. Setelah itu, driver akan mendistribusikan produk ke konsumen akhir
yaitu konsumen rumah tangga di sekitar Jakarta dan Tanggerang.
Dari ketiga saluran pemasaran di atas, kendala perusahaan dalam pemasaran
yaitu saat terjadi gangguan lalu lintas yang akan berdampak pada keterlambatan
jadwal pendistribusian. Hal tersebut akan mengakibatkan pengembalian produk
oleh konsumen ke perusahaan. Pengembalian produk juga dapat disebabkan karena
produk yang didistribusikan tidak sesuai dengan standar permintaan konsumen.
Produk yang dikembalikan dan masih layak jual akan di drop di PT. Anta Tirta
Kirana untuk dijual kembali, sedangkan produk yang sudah tidak layak jual akan
dibawa kembali oleh driver ke PT. DBH untuk dijadikan kompos. Dalam waktu 1
minggu jika produk layak jual masih tersisisa di PT. Anta Tirta Kirana maka produk
akan dikembalikan ke PT. DBH untuk dijadikan kompos dan dilakukan pendataan
jumlah pengembalian (return).
4.4.2. Alur Permintaan, Pengiriman, dan Pembayaran Produk di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017

Gambar 21. Alur Permintaan dan Produksi di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengamatan, pengalaman penulis selama bekerja dan hasil
wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, alur permintaan dan
pengiriman produk di PT. DBH berawal dari bagian Sales Quatation perusahaan
yang bertugas mengirim data estimasi hasil panen ke marketing pusat, lalu bagian
42

marketing pusat akan menginput estimasi data hasil panen dan melakukan kegiatan
penawaran kepada konsumen berdasarkan estimasi data hasil panen.
Setelah itu, timbul Purchase Order (PO) yang akan diinput pada Sales Order
(SO) dan diolah menggunakan pivot tabel oleh bagian marketing pusat, kemudian
data yang telah tersusun akan diberikan kepada supervisor packing house untuk
penyesuain jumlah packing terhadap permintaan komoditas. SO juga berguna untuk
penerbitan DO / surat jalan yang berisi 4 play (play ijo untuk perusahaan produksi,
play merah untuk konsumen, play putih untuk bagian keuangan pusat dan play
kuning untuk bagian marketing pusat.
Setelah itu, sayuran akan dikirim kekonsumen oleh driver perusahaan secara
bergantian dan didahulukan pengiriman kepada konsumen yang menetapkan batas
waktu pengiriman lebih awal. Setelah produk tiba dikonsumen, selanjutnya
konsumen akan melakukan penyesuaian data antara jumlah permintaannya yang
terdapat pada DO dengan jumlah produk yang diterimanya.
DO yang telah disesuaikan oleh konsumen akan dikembalikan kepada driver
untuk selanjutnya diserahkan kepada bagian keuangan pusat, kemudian bagian
keuangan pusat akan mengolah data permintaan sesuai dengan produk yang
diterima oleh konsumen untuk menerbitkan surat tagihan (invoice) kepada
konsumen berdasarkan jumlah produk yang diterima. Surat tagihan (invoice)
diberikan oleh driver kepada konsumen saat pengiriman produk selanjutnya (±2
hari setelah penyerahan invoice) lalu konsumen akan membayar tagihan via transfer
ke bagian keuangan pusat.
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran, jika
terjadi return atau pengembalian produk oleh konsumen akibat dari ketidaksesuaian
kriteria produk dengan konsumen maka produk return akan dikembalikan oleh
konsumen ke perusahaan melalui driver untuk dibawa kembali ke PT. DBH. Produk
return dianggap sebagai kerugian perusahaan dan akan dimanfaatkan untuk
pembuatan kompos oleh perusahaan.
4.4.3. Penentuan Kesepakatan Harga Produk di PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
penentuan harga semua komoditas di PT. DBH dilakukan berdasarkan harga
kesepakatan antara konsumen dengan produsen yang dilakukan dengan sistem
43

tawar menawar harga hingga mencapai harga kesepakatan. Tawar menawar dalam
penentuan harga dilakukan berdasarkan tujuan konsumen dalam melakukan
pembelian produk, seperti konsumen retail, agen, dan konsumen akhir.
Perusahaan sebagai produsen menetapkan harga dasar penjualan kepada
konsumen yang digunakan sebagai harga tawar terendah yang ditawarkan kepada
konsumen. Selama kegiatan wawancara, penulis tidak diperkenankan untuk
mengetahui diferensiasi harga masing-masing konsumen, namun penulis hanya
diberikan daftar harga konsumen secara umum untuk masing-masing komoditas.
Harga dasar atau harga tawar terendah ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan
Harga Pokok Produksi (HPP) brokoli organik, margin minimal 30% dan harga
pesaing. Target keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan untuk penjualan
1 kg brokoli yaitu 100% dari HPP brokoli organik. Namun target keuntungan
tersebut tidak bersifat tetap, dikarenakan dalam penetapan harga jual terdapat
sistem tawar-menawar dengan konsumen untuk menetapkan kesepakatan harga.
Seperti keuntungan yang diperoleh pada penjualan brokoli organik yaitu ±48 %.
4.5. Sub Sistem Penunjang
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan site manajer perusahaan,
lembaga penunjang yang turut serta mendukung keberhasilan kegiatan agribisnis di
PT. DBH yaitu, lembaga sertifikasi pertanian organik “INOFICE” (Indonesian
Organic Farming Certification), BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),
Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas/Sederajat.
a. Lembaga Sertifikasi Organik (LSO)
Lembaga sertifikasi organik merupakan salah satu lembaga penunjang yang
bekerjasama dengan PT. DBH untuk mencapai kesuksesan dalam kegiatan
agribisnis di PT. DBH. LSO adalah lembaga yang bertanggungjawab untuk
mensertifikasi bahwa produk yang dijual atau dilabel sebagai “organik” adalah
diproduksi, ditangani, dan diimpor menurut Standar Nasional Indonesia Sistem
Pertanian Organik dan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem pertanian organik dan
mendapatkan sertifikasi organik berhak mencantumkan logo organik Indonesia
pada produk yang dihasilkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor.
64/Permentan/ OT.140/5/2013, seluruh produk organik yang beredar di wilayah
44

Indonesia baik produksi dalam negeri maupun pemasukan (impor) harus


mencantumkan logo organik Indonesia. Logo organik Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 22.

Gambar 22. Logo Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Berdasarkan hasil wawancara dengan site manajer perusahaan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa lembaga sertifikasi INOFICE berperan dalam menjalankan
sertifikasi di PT. DBH dari proses produksi sampai produk sayuran yang dihasilkan
oleh PT. DBH dan menerbitkan sertifikat pertanian organik sebagai legalitas bahwa
komoditas sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan adalah sayuran organik.
Menurut Bapak Satya Nugraha selaku site manajer perusahaan menyebutkan bahwa
1) PT. DBH mendapatkan 2 sertifikat pertanian organik yaitu sertifikat utama dan
sertifikat ruang lingkup.
Sertifikat utama merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh INOFICE
terhadap keseluruhan komoditas yang didaftarkan organik oleh perusahaan ke
INOFICE dan berlaku selama 3 tahun. Sertifikat ruang lingkup merupakan sertifikat
yang menerangkan nama komoditas organik sesuai yang berada di lapangan dan
dikeluarkan setiap 1 tahun sekali oleh INOFICE setelah dilakukannya penilaian dan
pengawasan secara rutin oleh INOFICE setiap 6 bulan sekali. 2) Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada tahap awal kegiatan audit dalam pembuatan
sertifikat senilai Rp. 7.900.000. Pembiayaan yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemeriksaan dan tambahan ruang lingkup komoditas organik senilai Rp. 3.500.000.
Gambar logo organik Indonesia pada label produk PT. DBH dapat dilihat pada
Gambar 23.

Gambar 23. Logo Organik Indonesia pada Label Produk PT. Delapan Bintang
Holti, 2017.
45

b. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga penunjang dalam
keberhasilan kegiatan agribisnis di PT. DBH. PT. DBH bekerjasama dengan
lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri maupun swasta dan Sekolah
Menengah Atas/Sederajat. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis
dengan site manajer perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan
dengan lembaga pendidikan terdiri atas pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Djuanda Bogor,
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan SMA Kuningan dan SMA lainnya,
serta bekerjasama dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan di sektor
pertanian dengan Institut Pertanian Bogor.
c. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
BPOM merupakan lembaga yang bertugas melakukan pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat
di bidang pengawasan obat dan makanan. Sebagai salah satu lembaga penunjang
kegiatan agribisnis di PT. DBH, BPOM berperan dalam pengujian keamanan hasil
produksi dan pemberian legalitas berupa sertifikat BPOM terhadap keamanan hasil
produksi.
4.6. Pola Kemitraan di PT. Delapan Bintang Holti
Kemitraan dilakukan perusahaan dengan tujuan agar dapat memenuhi
permintaan konsumen secara continue. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama bekerja di perusahaan, PT. DBH menjalin kemitraan bersama
dengan petani, tengkulak dan konsumen. Kemitraan yang dijalankan denga petani
berupa kegiatan dalam pemenuhan permintaan konsumen. Mitra petani PT. DBH
meliputi petani sayuran di Cianjur dengan pola kemitraan yang dijalankan berupa
kegiatan pembelian dan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan secara
langsung di lokasi petani maupun tengkulak.
Kemitraan dengan konsumen dilakukan perusahaan dalam bentuk penjualan
hasil panen yang didistribusikan secara langsung oleh driver perusahaan ke lokasi
konsumen. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan staf packing house,
perusahaan mempunyai 8 suplier dalam kegiatan trading sayuran yang terdiri atas
7 suplier menggunakan MOU dan 1 suplier tanpa menggunakan MOU.
46

4.7. Pola Kerjasama di PT. Delapan Bintang Holti


Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, pola kerjasama
yang dijalankan oleh PT. DBH dengan konsumen terdapat 3 pola kerjasama yaitu :
1. COC (Cash on Cary) yaitu barang diterima oleh konsumen kemudian konsumen
membayar sesuai dengan barang yang diterima. Sistem pembayaran dilakukan
oleh konsumen via transfer langsung ke bagian keuangan pusat.
2. Tunda bayar yaitu pembayaran tidak dilakukan secara langsung/pembayaran
dijeda dengan waktu tertentu oleh konsumen setelah barang diterima. Sistem
pembayaran dilakukan oleh konsumen via transfer ke bagian keuangan pusat
dalam jangka waktu pembayaran 7 hari, 14 hari, dan 1 bulan.
3. Konsinyasi yaitu pola kerjasama dengan sistem titip barang. Sistem pembayaran
dilakukan via transfer dari konsumen ke bagian keuangan pusat. Barang yang
dibayar oleh konsumen ke perusahaan hanya barang yang terjual dan sisa barang
yang tidak terjual akan dikembalikan ke PT. DBH. Sistem konsinyasi yang
dijalankan oleh PT. DBH hanya dengan perusahaan retail Loka Cibubur dan
Loka Tanggerang.
4.8. Unit Bisnis Lain di PT. Delapan Bintang Holti
Berdasarkan pengamatan, pengalaman selama bekerja di perusahaan dan hasil
wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, PT. DBH memiliki 3 unit
bisnis yaitu unit bisnis di bidang hortikultura, perikanan dan peternakan kambing.
Unit bisnis hortikultura terdiri atas cabang usahatani brokoli, pumkin butternut
squash, asparagus dan sebagainya terlampir. Unit bisnis budidaya perikanan
dilakukan di kolam dalam GH dan kolam open area. Ikan yang dibudidayakan
merupakan jenis ikan hias dan ikan konsumsi seperti ikan koki, cupang, nila, lele,
patin, sidat dan sebagainya. Hasil budidaya ikan ini dipasarkan kepada para
pengepul di sekitar Cianjur. Pada awalnya bisnis budidaya ikan merupakan bagian
dari sistem zero waste di perusahaan yaitu limbah air kolam ikan dimanfaatkan
untuk kegiatan penyiraman pada tanaman, namun selama ini hal tersebut sudah
tidak lagi dijalankan, karena faktor pakan ikan yang menggunakan bahan non
organik. Unit bisnis peternakan adalah usahatani ternak kambing yang hingga saat
ini masih termasuk ke dalam sistem zero waste di perusahaan yaitu dengan
memanfaatkan kotoran dan urin kambing sebagai pupuk organik untuk tanaman.
47

V. DESKRIPSI SUB SISTEM AGRIBISNIS TANAMAN BROKOLI


ORGANIK DI PT. DELAPAN BINTANG HOLTI

5.1. Sub Sistem Pengadaan Sarana Produksi


Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, pengadaan sarana produksi pada komoditas brokoli organik sama
seperti sarana produksi yang digunakan pada komoditas pada umumnya di PT.
Delapan Bintang Holti (DBH). Namun selama penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Lapangan di perusahaan, khusus untuk lahan budidaya brokoli organik hanya
menggunakan lahan berupa bedengan dalam green house (GH) berukuran 42m² ×
12m² dan luas bedengan pada setiap GH 20m² × 1,32m². Luas lahan produktif yang
ditanami brokoli dalam 1 GH yaitu 264m² per GH, sedangkan luas lahan
keseluruhan per 1 GH yaitu 504m². Satu GH brokoli organik terdapat 10 bedengan.
Namun untuk produksi brokoli hanya digunakan 5 bedengan pada setiap GH.
Jumlah GH yang digunakan untuk menanam brokoli sebanyak 8 GH. Oleh karena
itu, penulis mengkonversi jumlah GH yang digunakan untuk menanam brokoli
menjadi 1 GH penuh (10 bedengan per GH) sehingga diperoleh 4 GH yang
digunakan untuk menanam brokoli organik dengan luas lahan produktif yang
ditanami brokoli dalam 4 GH yaitu 1.056m² dan luas lahan keseluruhan dalam 4
GH yaitu 2016m². Lahan GH produksi brokoli organik dapat dilihat pada Gambar
24.
.

Gambar 24. Lahan Green House Produksi Brokoli Organik di PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengamatan penulis saat menyemai brokoli di GH persemaian,
benih brokoli yang digunakan adalah benih brokoli varietas Italica dengan kultivar
Lucky F1. Berdasarkan literatur yang diperoleh oleh penulis, secara botani, varietas
adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda
yang jelas serta penulisan namanya menggunakan huruf bercetak miring atau garis
bawah dan didahului dengan singkatan “var”. Contoh Brassica oleracea var.
Italica. Kultivar dalam dunia pertanian adalah sekelompok tumbuhan yang telah
48

diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan
secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas ini
jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, benih
brokoli diperoleh dari salah satu toko pertanian di daerah Lembang dengan isi benih
per kemasan adalah 5.000 biji senilai Rp. 350.000 per kemasan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan tenaga kerja persemaian, kebutuhan benih dalam satu
kali persemaian adalah 360 benih untuk 2 ½ bedengan dan untuk 1 GH (10
bedengan) digunakan 1.440 benih. Berdasarkan perhitungan penulis, total benih
yang digunakan oleh PT. DBH untuk memproduksi brokoli organik dalam 4 GH
yaitu 5.760 benih. Kemasan benih brokoli dan benih brokoli organik dapat dilihat
pada Gambar 25.

Gambar 25. Kemasan dan Benih Brokoli di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Brokoli juga menggunakan input lain yang sama dengan input dalam kegiatan
budidaya secara umum di perusahaan namun dengan volume yang berbeda dalam
1 periode tanam, seperti biocontrol sebanyak 368 liter, biodecomposer, pupuk
organik cair 900 liter, media semai (dolomit 18 kg, sekam 90 kg, bokasi/kompos
600 kg) dan pupuk kandang padatan berupa kotoran sapi 2.400 kg yang
diaplikasikan sama dengan komoditas lain pada sub sistem pengadaan sarana
produksi secara umum di PT. DBH.
5.2. Sub Sistem Produksi
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, kegiatan budidaya brokoli organik dilakukan menggunakan sistem
tanam gilir dengan jenis tanaman berbeda family dan ditanam secara kombinasi
dengan jenis tanaman berbeda family dalam 1 GH. Sistem tanam gilir dan
kombinasi pada brokoli organik dilakukan dengan tujuan untuk memutus rantai
hama dan penyakit pada tanaman. Alur produksi brokoli organik diawali dengan
49

penyemaian, persiapan tempat tanam, pembuatan lubang tanam, penanaman,


pemeliharaan (penyulaman, penyiraman, pemupukan susulan, penyiangan,
perompesan) dan pemanenan.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan dalam
memproduksi brokoli organik di minggu ke-5, penulis mengawali kegiatan
produksi brokoli organik di GH persemaian. Sebelum melakukan persemaian,
penulis terlebih dahulu mengisi pot semai berdiameter ±10 cm (tipe tray persemaian
berkapasitas 5 pot) dengan media semai yang terbuat dari campuran dolomit,
kompos, dan arang sekam. Kebutuhan media semai dalam 1 periode tanam brokoli
organik atau 360 benih adalah ±708 kg yang terdiri atas dolomit 18 kg, arang sekam
90 kg dan kompos atau bokasi 600 kg. Setelah seluruh pot semai telah terisi media
semai, kemudian penulis menyusun pot-pot tersebut ke dalam tray persemaian
berkapasitas 15 pot.
Setelah itu, penulis mulai melakukan penyemaian benih brokoli dengan
memasukkan 1 benih ke dalam masing-masing pot dan menekannya kurang lebih 1
buku pada ukuran jari. Penekanan benih brokoli bertujuan agar benih tertutupi
media. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tenaga kerja persemaian,
dalam penekanan benih ke dalam media tidak boleh terlalu dalam, karena dapat
mengakibatkan benih kesulitan untuk berkecambah dan menyebabkan pembusukan
benih di dalam media. Setelah seluruh pot terisi benih, penulis kemudian
menyimpan tray persemaian di atas meja persemaian untuk selanjutnya dilakukan
pemeliharaan dengan menyiram dan menyiangi gulma sampai bibit brokoli berusia
3 minggu. Proses persemaian dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Proses Persemaian Benih Brokoli di GH Persemaian A3 PT. Delapan


Bintang Holti, 2017
Berdasarkan pengamatan, pengalaman bekerja di perusahaan dan hasil
wawancara penulis dengan tenaga kerja persemaian, persemaian benih brokoli
dilakukan setiap hari di GH persemaian A2 oleh 2 orang tenaga kerja persemaian.
50

Benih brokoli yang disemai setiap harinya sebanyak 360 benih (20% angka
kematian bibit) ke dalam 24 tray persemaian berisi 15 pot/tray. Total benih yang
disemai sebanyak 360 akan dipindah tanamkan 2 ½ bedengan dengan total populasi
±300 bibit. Bibit lainnya sebanyak 60 bibit (20% dari total yang disemai)
diasumsikan sebagai tingkat kematian benih atau digunakan sebagai bibit cadangan
untuk kegiatan penyulaman.
Selama menunggu bibit siap ditanam, penulis melakukan kegiatan persiapan
tempat tanam dengan memberikan pupuk kandang berupa kohe sapi sebanyak 2
karung (100 kg) pada setiap bedengan, lalu bedengan diolah dengan bantuan mesin
traktor mini yang berfungsi untuk membalikan tanah sekaligus menggemburkan
tanah beserta kotoran sapi. Setelah itu, bedengan diratakan menggunakan besi
perataan dan dilakukan penyiraman pertama dengan air bersih dan penyiraman
kedua dengan biocontrol sebanyak 200ml yang dicampur air bersih
500L/bedengan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
pemberian biocontrol pada bedengan berfungsi untuk mengaktifkan kembali
mikroorganisme baik dalam tanah. Kebutuhan biocontrol untuk luas lahan 1.056m²
(4GH) yaitu 8L. Kegiatan persiapan tempat tanam dapat dilihat pada Gambar 27.

Penggemburan Perataan Penyiraman Penyiraman Bedengan


Tanah Bedengan Bedengan dengan Air dengan Biocontrol
Gambar 27. Proses Persiapan Tempat Tanam di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Penulis kemudian memasang selang streamline yang berfungsi sebagai irigasi
drip pada proses pemupukan susulan dan berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan salah satu tenaga kerja GH jarak antar lubang pada streamline dapat
digunakan sebagai tanda jarak tanam.
Pemasangan streamline dilakukan oleh penulis dengan membentangkan
streamline di atas permukaan bedengan dengan posisi garis lurus secara vertikal
51

dan drip berada di bagian atas dengan posisi drip pada setiap streamline sama,
kemudian streamline ditarik hingga membentang dengan maksimal dan diikatkan
menggunakan tali pada besi penahan streamline. Dalam 1 bedengan dipasang ±5
selang berukuran 20m yang dilengkapi dengan 100 lubang drip/selang dengan jarak
antar drip yaitu 20cm.
Cara kerja streamline yaitu dengan mengalirkan pupuk organik cair dari bak
fiber berisi pupuk organik cair ke dalam masing-masing selang streamline dengan
bantuan seperangkat mesin streamline yang telah dipasang, kemudian pupuk
organik cair akan menetes sedikit demi sedikit pada bedengan melalui lubang pada
setiap streamline. Kegiatan pemasangan streamline dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Kegiatan Pemasangan Streamline pada Bedengan di Green House PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah itu, bedengan diistirahatkan (proses penjenuhan) selama 3 hari sebelum
digunakan kembali untuk menanam. Penjenuhan lahan pada bedengan berfungsi
untuk mengaktifkan kembali mikroorganisme baik dalam tanah sehingga unsur hara
di dalam tanah akan lebih tersedia saat tanah digunakan untuk menanam. Kemudian
penulis mengikuti kegiatan pendistribusian bibit brokoli dari persemaian ke GH
produksi untuk melakukan penanaman bibit. Sebelum melakukan penanam, penulis
membuat lubang tanam terlebih dahulu dengan menggunakan kayu berbentuk bulat
runcing. Berdasarkan pengamatan penulis saat membuat lubang tanam, ke dalaman
lubang tanam brokoli ±15 cm. Pada 1 bedengan brokoli rata-rata terdapat 120
lubang tanam dengan jarak tanam 60cm X 40cm.
Kemudian pada pagi hari penulis melakukan kegiatan penanaman bibit brokoli
yang sudah berusia 18-21 hari ditandai dengan munculnya 5-6 helai daun muda.
Penanam bibit brokoli dilakukan dengan mengeluarkan bibit dari pot pembibitan
dan memindahkannya ke dalam lubang tanam lalu lubang tanam ditutup dengan
52

tanah agar bibit brokoli dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan penanaman brokoli
dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Kegiatan Penanaman Bibit Brokoli di GH PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Satu kali kegiatan penanaman digunakan 24 tray bibit brokoli yang berisi 15
pot pada setiap tray dengan total jumlah bibit 360 bibit. Namun bibit yang dipindah
tanamkan tidak seluruhnya yaitu hanya ±300 bibit untuk 2 ½ bedengan dan sisa
bibit masuk ke dalam angka kematian bibit sebesar 20% atau digunakan kembali
oleh tenaga kerja GH untuk menyulam bibit yang mati. Pada 1-3 MST penulis
melakukan penyulaman bibit brokoli yang mati.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, bibit brokoli
yang digunakan untuk menyulam diperoleh dari GH persemaian dan tenaga kerja
GH itu sendiri. Bibit yang diperoleh dari GH persemaian merupakan bibit baru yang
didistribusikan dari GH persemaian ke GH produksi brokoli oleh tenaga kerja pria
bagian pendistribusian bibit. Bibit yang berasal dari tenaga kerja GH itu sendiri
merupakan bibit sisa penanaman saat awal kegiatan penanaman brokoli ke
bedengan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu tenaga kerja GH,
penyulaman dilakukan karena adanya kematian bibit pada bedengan yang
disebabkan oleh serangan hama maupun kegagalan adaptasi tanaman setelah
penanaman. Penulis juga melakukan berbagai kegiatan pemeliharaan tanaman
brokoli organik di GH.
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, pemeliharaan
brokoli organik di GH terdiri atas kegiatan penyiraman rutin yang dilakukan setiap
pagi dan sore, penyiangan gulma pada bedengan, perompesan daun tua pada brokoli
sebanyak 2 kali dalam satu kali musim tanam dan pemupukan susulan 2 hari sekali
selama 15 menit.
53

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis saat melakukan kegiatan


pemupukan susulan, pemupukan susulan dilakukan menggunakan sistem irigasi
drip. Lamanya pemupukan pada setiap GH adalah 15 menit per sekali pemupukan
dengan volume POC yang digunakan pada setiap drip sebanyak 200ml. Sehingga
diperoleh kebutuhan POC dalam luasan lahan brokoli organik 1056m² (4 GH)
sebanyak 4000L per musim tanam. Kegiatan penyiraman brokoli organik dan
pemupukan susulan menggunakan sistem irigasi drip dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30. Penyiraman dan Pemupukan Susulan dengan Sistem Irigasi Drip di
PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah brokoli berusia 2 ½ bulan, penulis melakukan kegiatan panen untuk
yang pertama. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tenaga kerja GH,
dalam 1 musim tanam brokoli dapat dipanen sebanyak ±10 kali dengan masa panen
selama 1 bulan atau sampai usia tanam brokoli 3 ½ bulan. Berdasarkan pengalaman
penulis saat bekerja di perusahaan, tanaman brokoli organik dipanen pada bagian
bunga nya (curd).
Kegiatan panen yang diikuti oleh penulis diawali dengan memangkas batang
brokoli yang sudah siap panen menggunakan pisau cutter dan mengumpulkan hasil
panen ditempat yang tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kadar air pada brokoli. Kriteria bunga (curd) brokoli siap
panen adalah usia panen mencukupi, ukuran curd brokoli tidak terlalu kecil (rata-
rata 200-300 gram/bonggol) dengan panjang batang ±20 cm, curd brokoli
mengkrop sempurna dan berwarna hijau kebiruan serta tidak rusak. Hasil panen
brokoli rata-rata dalam sekali panen mencapai 18-20 kg. Brokoli siap panen dan
kegiatan panen brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 31.

.
54

Gambar 31. Brokoli Siap Panen dan Proses Panen Brokoli Organik di GH PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Untuk menjaga konsistensi kualitas organik pada komoditas brokoli,
perusahaan melakukan pembuatan input secara mandiri seperti pupuk, media semai
dan sebagainya. Selain itu, perusahaan juga tidak melakukan trading atau mitra
dengan produsen lain untuk pemenuhan permintaan brokoli organik. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, trading tidak dilakukan
khusus untuk brokoli organik karena brokoli organik perusahaan mempunyai
keunggulan dalam rasa yang berbeda dengan brokoli organik produsen lain.
Keunggulan rasa brokoli organik di PT. DBH salah satunya adalah lebih renyah
dan mempunyai daya simpan lebih lama jika dibandingkan dengan brokoli organik
dari produsen lain. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH,
perusahaan pernah melakukan trading brokoli organik pada produsen lain, namun
terjadi penolakan dari konsumen karena brokoli hasil trading mempunyai rasa yang
tidak sama dan tidak sesuai dengan permintaan konsumen.
Oleh karena itu, hingga saat ini untuk pemenuhan permintaan konsumen
terhadap brokoli organik dilakukan oleh perusahaan secara mandiri untuk menjaga
kualitas organik yang sudah dipercaya oleh konsumen. Kualitas dan kepercayaan
konsumen terhadap kualitas brokoli organik di perusahaan menjadi salah satu
kekuatan bagi perusahaan dalam bersaing dengan produsen brokoli organik lainnya
serta menjadi peluang bagi perusahaan untuk memperluas pasar dan meningkatkan
produksi brokoli organik.
5.3. Sub Sistem Pascapanen
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, setelah panen brokoli dilakukan kegiatan pascapanen di GH dan
packing house. Kegiatan pascapanen diawali di GH dengan memangkas bagian
55

daun tua pada batang brokoli (trimming) dan menyisakan daun muda yang berada
dekat di sekitar curd brokoli. Daun muda ini berfungsi untuk melindungi curd
brokoli dari kerusakan saat proses pendistribusian. Kegiatan trimming pertama pada
hasil panen brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Proses Trimming Pertama pada Brokoli di GH PT. Delapan Bintang
Holti, 2017
Daun tua yang merupakan limbah dari trimming pertama brokoli organik
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk pembuatan kompos yang akan digunakan
sebagai salah satu bahan campuran dalam pembuatan media semai. Hal tersebut
menjadi salah satu kekuatan perusahaan dalam pengadaan input dan penanganan
limbah produksi, sehingga perusahaan dapat menekan biaya input khususnya dalam
pengadaan media semai.
Setelah trimming pertama, kemudian hasil panen dimasukkan ke dalam tray
panen dan didistribusikan ke packing house menggunakan mobil pick up oleh
seorang driver. Setelah hasil panen tiba di packing house, hasil panen masing-
masing GH akan ditimbang menggunakan timbangan duduk berkapasitas 150 kg.
Penimbangan ini dilakukan untuk mengetahui total berat kotor hasil panen.
Berdasarkan perhitungan penulis, berat kotor brokoli mencapai 400 gram per
bonggol. Selanjutnya brokoli masuk ke dalam tahap trimming kedua sesuai dengan
standar permintaan konsumen dan sortasi, yaitu memangkas bagian daun muda
pada batang brokoli hingga curd brokoli terlihat jelas sekaligus memotong batang
brokoli dan batang brokoli disisakan sepanjang ±20 cm atau seukuran genggaman
tangan orang dewasa. Saat proses trimming, penulis juga melakukan sortasi untuk
memisahkan brokoli layak jual dan brokoli afkir.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, standar brokoli
permintaan konsumen meliputi panjang batang brokoli satu genggam tangan orang
dewasa (±20 cm), tidak rusak dan bersih, bobot brokoli ±200-300 gram per
bonggol, warna bunga brokoli hijau kebiruan dan rata. Brokoli yang tidak sesuai
standar akan dijual ke pasar lokal jika dalam jumlah banyak dan akan dikonsumsi
56

oleh pihak perusahaan jika dalam jumlah sedikit. Kegiatan trimming kedua
sekaligus sortasi dapat dilihat pada Gambar 33.

Gambar 33. Proses Trimming Kedua dan Hasil Sortir Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017
Setelah itu, brokoli ditimbang kembali untuk mengetahui total berat bersih
setelah trimming dan sortasi. Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, berat bersih brokoli mengalami penyusutan ± 50% dari berat kotor.
Berat bersih brokoli organik mencapai 200-300 gram/bonggol.
Proses pascapanen selanjutnya adalah penimbangan bobot sesuai permintaan
konsumen, pengemasan dan labeling. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama bekerja di bagian packing house, permintaan konsumen terhadap
brokoli organik bervariasi, namun untuk penentuan volume bobot per kg tidak
menjadi permasalahan bagi konsumen. Dalam 1 kg brokoli organik dapat berisi ±3-
5 bonggol. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital kemudian
dikemas menggunakan plastic wrap dengan bantuan mesin rapping kemudian
direkatkan dengan solatip bening.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, dalam
pengemasan 1 kemasan brokoli organik dibutuhkan ± 20cm plastik wrap dan ± 5cm
solatip bening sebagai perekat. Setelah itu, brokoli yang telah dirapping kemudian
dilabel menggunakan stiker dengan brand perusahaan yaitu “Cianjur Hills”.
Pengemasan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas brokoli hingga
sampai ke konsumen dan untuk meningkatkan nilai jual brokoli. Brokoli yang telah
dirapping dan dilabel siap untuk didistribusikan/dipasarkan kepada konsumen.
Proses labeling brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 34.
57

Gambar 34. Proses Labeling Brokoli Organik di Packing House PT. Delapan
Bintang Holti, 2017
5.4. Sub Sistem Pemasaran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, alur permintaan, produksi dan alur pembayaran brokoli organik sama
seperti alur permintaan, produksi dan alur pembayaran pada komoditas secara
umum di PT. DBH. Permintaan brokoli organik di PT. DBH sangat berfluktuatif
namun cenderung perusahaan belum bisa memenuhi permintaan konsumen secara
keseluruhan, seperti yang terdapat pada Tabel 10 berikut ini,
Tabel 10. Data Produksi, Permintaan, dan Penjualan Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, Tahun 2017
Bulan
Keterangan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Panen Gross (Kg) 531.47 545.69 355.75 399.13 550.65 430.33
Panen Netto (Kg) 294.05 311.33 216.51 243.38 321.84 223.64
Permintaan (Kg) 330.62 380.75 355 285.25 325.25 214.5
Penjualan (Kg) 235.90 276.94 227.54 205.70 316.14 176.92
Sumber : Diolah, PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Pada Tabel 10, panen netto menyusut ±50% dari panen gross, hal tersebut
dikarenakan adanya perlakuan trimming kedua yang memangkas seluruh bagian
daun pada bonggol brokoli dan hasil dari trimming kedua tersebut disebut dengan
panen netto atau hasil panen bersih.
Adanya perbedaan jumlah yang signifikan pada jumlah permintaan dan
penjualan salah satunya disebabkan karena dengan produk yang ada perusahaan
belum bisa memenuhi permintaan konsumen secara keseluruhan, sehingga
kekurangan produksi tersebut sebenarnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan,
karena perusahaan tidak memaksimalkan produksi sehingga terjadi keuntungan
yang hilang (seharusnya perusahaan bisa memperoleh keuntungan, namun karena
58

tidak memproduksi secara maksimal maka keuntungan tersebut pada akhirnya tidak
bisa diperoleh perusahaan).
Hal tersebut menjadi salah satu kelemahan perusahaan yang dapat diatasi
dengan menambahkan jumlah produksi brokoli organik melalui perluasan lahan
efektif dalam penanaman brokoli organik. Penambahan jumlah produksi tersebut
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, salah satunya dapat memperkecil
harga pokok produksi brokoli.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, harga
jual brokoli organik pada setiap konsumen berbeda, namun penulis tidak
diperkenankan untuk mengetahui perbedaan harga tersebut, penulis hanya
diperkenankan untuk mengetahui harga jual standar brokoli organik yaitu
Rp. 35.000 per kg untuk seluruh konsumen. Harga jual tersebut dapat berubah jika
terjadi tawar-menawar harga dari konsumen, namun perusahaan tetap mempunyai
harga jual terendah kepada konsumen yaitu Rp 34.000 per kg jika jumlah
permintaan konsumen terhadap brokoli organik dalam jumlah besar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penulis bekerja di
perusahaan, pemasaran yang dilakukan oleh PT. DBH khususnya komoditas
brokoli organik dilakukan setelah brokoli melewati penanganan pascapanen dan
packing dengan plastik wrap sesuai dengan standar permintaan konsumen.
Pemasaran brokoli dilakukan kepada beberapa retail, agen dan konsumen
rumah tangga di sekitar Jakarta, Cibubur, Tanggerang dan Bogor. Dari total
keseluruhan konsumen brokoli, konsumen dengan pemesanan brokoli terbanyak
selalu dilakukan oleh PT. Qirana Organik yang merupakan salah satu agen sayuran
organik di Tanggerang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf
perusahaan, konsumen brokoli organik adalah seluruh konsumen yang terdaftar
pada Lampiran 11, kecuali Sari Pizza Marizano dan Tamani Cafe. Waktu
pemasaran brokoli organik sama seperti komoditas pada umumnya di perusahaan
yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum’at.
Promosi yang dilakukan oleh PT. DBH terhadap hasil panen khususnya
komoditas brokoli organik hanya dilakukan pada saat terjadinya panen raya. Selama
produksi hasil panen normal perusahaan tidak akan melakukan kegiatan promosi,
karena produk yang dihasilkan sudah terserap habis oleh konsumen. Kegiatan
59

promosi dilakukan melalui media sosial dan dengan teknik mouth to mouth yaitu
kegiatan promosi dengan cara menyampaikan informasi melalui lisan ke lisan,
seperti menawarkan secara langsung dengan lisan kepada beberapa kerabat
karyawan perusahaan.
Menurut supervisor packing house, khusus untuk brokoli organik selama ini
belum pernah mengalami panen raya, bahkan kekurangan jumlah panen, serta harga
jual brokoli organik tidak pernah mengalami penurunan, bahkan selalu mengalami
peningkatan akibat dari tingginya permintaan.
5.4.1. Saluran Pemasaran Brokoli Organik
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan pemasaran di PT.
DBH, saluran pemasaran brokoli organik yang dijalankan di PT. DBH sama dengan
saluran pemasaran komoditas lain pada umumnya. Namun khusus untuk saluran
pemasaran II terdapat retail yang tidak melakukan permintaan terhadap brokoli
organik yaitu Sari Pizza Marizano dan Tamani Cafe.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan,
saluran pemasaran brokoli organik yang paling efektif adalah saluran pemasaran 1
yaitu konsumen agen, karena permintaan agen dalam jumlah besar dan continue.
Menurut beliau saluran pemasaran yang efektif adalah saluran pemasaran yang
melakukan permintaan secara continue, sehingga tidak menyulitkan perusahaan
dalam memprediksi jumlah produksi dan permintaan.
Pemenuhan permintaan terhadap brokoli organik dilakukan oleh perusahaan
secara mandiri dan tidak melakukan trading atau mitra dengan produsen lain.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf perusahaan, hal
tersebut dilakukan perusahaan karena brokoli organik hasil produksi perusahaan
mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh produsen lain yaitu mempunyai
tekstur yang renyah dan daya simpan yang lama, sehingga konsumen hanya
menginginkan brokoli dengan kualitas seperti yang diproduksi oleh perusahaan.
Sementara hingga saat ini belum ada produsen lain yang mampu memproduksi
brokoli organik dengan tekstur yang renyah. Tekstur renyah dan daya simpan yang
lebih lama pada brokoli organik dapat dijadikan sebagai kekuatan perusahaan
dalam bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.
60

5.5. Sub Sistem Penunjang


Lembaga penunjang yang turut serta mendukung keberhasilan kegiatan
agribisnis brokoli organik di PT. DBH sama dengan lembaga penunjang pada
komoditas lainnya secara umum di perusahaan yaitu, lembaga sertifikasi pertanian
organik “INOFICE” (Indonesian Organic Farming Certification), BPOM (Badan
Pengawas Obat dan Makanan), Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah
Atas/Sederajat. Perusahaan juga mempunyai SOP (Standar Operating Procedure)
brokoli organik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam memproduksi brokoli
organik dengan baik dan benar serta ramah lingkungan. SOP brokoli organik
terdapat pada Lampiran 12.
5.6. Pola Kerjasama
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan staf perusahaan, pola kerjasama
pemasaran brokoli organik yang dijalankan oleh PT. DBH sama dengan pola
kerjasama dalam pemasaran produk lainnya secara umum di perusahaan yaitu pola
kerjasama COC (Cash on Cary), tunda bayar dan konsinyasi. COC yaitu pola
pembayaran yang dilakukan langsung oleh konsumen setelah konsumen menerima
barang.
Tunda bayar yaitu pola pembayaran yang dilakukan oleh konsumen dengan
adanya jeda waktu tertentu sesuai kesepakatan antara konsumen dengan
perusahaan. Jeda waktu pembayaran yang dijalankan di perusahaan yaitu 7 hari, 14
hari dan 1 bulan setelah pengiriman barang.
Pola konsinyasi atau titip barang yaitu pola pembayaran yang dilakukan oleh
konsumen berdasarkan jumlah barang yang terjual dari perusahaan dan pembayaran
dilakukan diakhir setelah barang yang dititipkan oleh perusahaan tidak dijual lagi.
Sistem konsinyasi dalam pemasaran brokoli organik hanya dijalankan oleh PT.
DBH dengan 2 perusahaan retail yaitu Loka Cibubur dan Loka Tanggerang.
61

5.7. Masalah dan Kendala


Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, masalah dan kendala yang dihadapi oleh PT. DBH dalam kegiatan
agribisnis brokoli organik terdiri atas masalah hama dan penyakit tanaman brokoli
organik, proses sortir yang kurang efektif dan permintaan yang berfluktuatif.
a. Hama dan Penyakit Tanaman Brokoli Organik
Berdasarkan pengamatan penulis mengenai hama dan penyakit tanaman
brokoli organik di salah satu GH pada minggu pertama, hama yang menyerang
tanaman brokoli organik meliputi ulat tanah, ulat grayak, ulat perusak daun dan
keong. Penyakit yang menyerang tanaman brokoli organik adalah penyakit downy
mildey yang ditandai dengan bercak berwarna kuning pada bagian daun tua.
Serangan hama dan penyakit pada brokoli organik di perusahaan dapat diatasi
dengan penggunaan pestisida nabati secara efektif yang diproduksi oleh
perusahaan. Namun saat ini penggunaan pestisida nabati di perusahaan belum
berjalan efektif, sehingga tanaman yang terserang hama dan penyakit seringkali
langsung dilakukan pembongkaran dan perganatian tanaman.
Penggunaan pestisida nabati yang kurang efektif menjadi salah satu kelemahan
perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya di perusahaan. Hal ini dapat diatasi
dengan lebih meningkatkan kinerja tenaga kerja fertigasi dalam mengatasi hama
dan penyakit pada tanaman brokoli organik. Berdasarkan literatur yang dibaca oleh
penulis, bercak kuning pada daun tua semakin lama akan melebar dan menyerang
pada daun muda. Penyakit Downy Mildey pada tanaman brokoli dapat dilihat pada
Gambar 35.

Gambar 35. Penyakit Downy Mildey Pada Tanaman Brokoli Organik di PT.
Delapan Bintang Holti, 2017

1. Ulat Tanah
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan literatur yang dibaca oleh
penulis, ulat tanah berwarna cokelat sampai coklat kehitaman dan menyerang
62

tanaman brokoli yang baru dipindahkan ke lahan/bedengan. Ulat tanah biasanya


menyerang pada malam hari, karena ulat ini takut sinar matahari. Ulat tanah ini
memakan bagian pangkal tanaman dengan cara menggerek bagian pangkal tanaman
hingga putus, sehingga menyebabkan tanaman brokoli mati karena sudah tidak
memiliki titik tumbuh.
2. Ulat Grayak
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan literatur yang dibaca oleh
penulis, ulat grayak berwarna hijau tua kecokelatan dengan totol hitam di setiap
ruas buku badannya dan berukuran kecil ±15-25mm. Ulat grayak menyerang
tanaman brokoli yang sudah membesar dengan cara memakan bagian daun brokoli,
sehingga menyebabkan daun menjadi berlubang. Ulat grayak dan daun berlubang
akibat serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36. Ulat Grayak dan Akibat Serangannya di PT. Delapan Bintang
3. Ulat PerusakHolti,
Daun2017
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan literatur yang dibaca oleh
penulis, ulat perusak daun berwarna hijau muda dan berukuran sangat kecil ± 7-
10mm. Ulat ini menyerang tanaman brokoli secara bergerombol pada bagian pucuk,
sehingga menyebabkan pucuk tanaman berlubang dan jika sudah menyerang bagian
titik tumbuh tunas maka akan menghambat proses pembungaan bahkan dapat
menyebabkan bunga brokoli gagal berkembang.
4. Keong
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu tenaga kerja GH, hama
keong menyerang seluruh bagian tanaman brokoli, terutama bagian akar dan
batang, yang menyebabkan akar dan batang tanaman brokoli menjadi rusak
kemudian patah dan menyebabkan tanaman brokoli mati. Hama keong saat
menyerang tanaman brokoli dapat dilihat pada Gambar 37.
63

Gambar 37. Serangan Hama Keong Pada Tanaman Brokoli di PT. Delapan
b. Proses SortirBintang
KurangHolti, 2017
Efektif
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di
perusahaan, proses sortir yang dilakukan dalam pascapanen brokoli organik masih
kurang efektif. Hal tersebut ditandai dengan masih terjadinya return dari konsumen
ke PT. DBH. Menurut penulis, masalah ini dapat diatasi dengan lebih meningkatkan
kinerja tenaga kerja packing yang dapat dilakukan salah satunya dengan
mengadakan pelatihan tentang pengemasan dan sortasi produk brokoli dengan baik
dan benar, sehingga brokoli yang siap dipasarkan benar-benar sesuai dengan
standar permintaan konsumen. Hal ini juga sangat bermanfaat dalam mengurangi
tingkat return brokoli organik dan menjaga kepercayaan konsumen.
c. Permintaan Berfluktuatif
Permintaan brokoli organik yang masih fluktuatif menjadikan perusahaan sulit
dalam memenuhi permintaan konsumen. Sehingga kelebihan hasil produksi dan
kekurangan hasil produksi sempat dialami oleh perusahaan. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di perusahaan, kondisi
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen seringkali terjadi akibat
dari permintaan yang sangat berfluktuatif sehingga perusahaan kesulitan dalam
menentukkan jumlah produksi dalam program tanam.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan supervisor GH, khusus untuk
kondisi pendistribusian hasil panen brokoli organik di perusahaan saat ini berjalan
dengan baik, karena kondisi permintaan konsumen terhadap brokoli organik
dominan selalu tinggi, sehingga perusahaan sangat jarang mengalami kelebihan
produksi dan kesulitan pemasaran hasil panen brokoli organik.
Menurut penulis, perusahaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan
produsen brokoli organik dengan kriteria brokoli organik yang sesuai standar
perusahaan. Untuk menghasilkan brokoli organik yang sesuai standar perusahaan
64

dari produsen mitra, perusahaan dapat melakukan kegiatan pelatihan atau


pembinaan dan pendampingan kepada produsen atau petani mitra dalam budidaya
brokoli organik sesuai SOP budidaya brokoli organik di perusahaan.
5.8. Analisis Usahatani Brokoli Organik
Analisis usahatani merupakan salah satu bentuk analisis yang digunakan untuk
melihat kelayakan sebuah usaha pertanian yang dijalankan dengan menggunakan
beberapa analisis sebagai kriteria kelayakan sebuah usahatani yang meliputi analisis
pendapatan kotor atau Gross Margin (GM), pendapatan bersih atas biaya tunai,
pendapatan bersih atas biaya total, R/C atas biaya tunai, R/C atas biaya total, BEP
produksi, BEP penerimaan dan BEP harga. Analisis usahatani brokoli organik di
PT. DBH dalam satu periode dapat dilihat pada Tabel 11.
65

Tabel 11. Analisis Usahatani Brokoli Organik 1 Periode Tanam (3 ½ Bulan) Skala Produksi 1.056m² di PT. Delapan Bintang Holti, 2017
Harga Satuan Biaya (Rp.)
Nomor Uraian Jumlah Total (Rp.)
(Rp.) Tunai Diperhitungkan
1. Penerimaan (Kg) 921,60 35.000,00 - - 32.256.000,00
Penerimaan (Revenue) 32. 256. 000,00
2. Biaya Variabel
 Dolomit (Kg) 18,00 680,00 12.240,00 - 12.240,00
 Sekam (Kg) 90,00 400,00 36.000,00 - 36.000,00
 Bokasi (Kg) 600,00 2.000,00 - 1.200.000,00 1.200.000,00
 Transportasi (Pengiriman) 10,00 79.800,00 798.000,00 - 798.000,00
 Biocontrol (Liter) 368,00 82,50 - 30.360,00 30.360,00
 POC (Liter) 900,00 259,50 - 233.550,00 233.550,00
 Kotoran Sapi (Kg) 2.400,00 180,00 432.000,00 - 432.000,00
 Benih (Biji) 5.760,00 70,00 403.200,00 - 403.200,00
 Stiker (Pics) 4.608,00 70,00 322.560,00 - 322.560,00
 Solatip Bening (Roll) 1,00 2.500,00 2.500,00 - 2.500,00
 Plastik Wrap (Meter) 921,60 1.250,00 1.152.000.00 - 1.152.000,00
 BBM Traktor (Liter) 8,00 8.500,00 68.000,00 - 68.000,00
 Listrik (Bulan) 3,50 770.000,00 2.695.000,00 - 2.695.000,00
 Tenaga Kerja Tidak Tetap (HOK) 27,35 - 820.500,00 - 820.500,00
Biaya Variabel Total 6.742.000,00 1.463.910,00 8.205.910,00
3. Gross Margin (Rp.) 24.050.090,00
4. Biaya Tetap
 Gaji Supir (Orang) 3,00 210.210,00 720.720,00 - 630.630,00
 Gaji Staf (Orang) 12,00 210.210,00 2.882.880,00 - 2.522.520,00
 Gaji Security (Orang) 8,00 210.210,00 1.921.920,00 - 1.681.680,00
 Pajak Bumi dan Bangunan (Bulan) 3,50 180,67 632,00 - 632,00
 Sertifikat Ruang Lingkup (Bulan) 3,50 - 31.442,00 - 31.442,00
 Sertifikat Utama (Bulan) 3,50 - 23.656,00 - 23.656,00
 Penyusutan Alat - - - 1.727.817,00 1.727.817,00
66

Tabel 11. Lanjutan


Harga Satuan Biaya (Rp.)
No. Uraian Jumlah Total (Rp.)
(Rp.) Tunai Diperhitungkan
Biaya Tetap Total 5.581.250,00 1.727.817,00 7.309.067,00
5. Biaya Total 12.323.250,00 3.191.727,00 15.514.977,00
6. Pendapatan Bersih Atas Biaya Tunai (Rp.) 19.932.750,00
7. Pendapatan Bersih Atas Biaya Total (Rp.) 16.741.023,00
8. R/C Atas Biaya Tunai 2,62
9. R/C Atas Biaya Total 2,07
10. Biaya Variabel Rata-Rata / AVC (Rp./Kg) 8.904,00
11. BEP Produksi (Kg) 541,28
12. BEP Penerimaan (Rp.) 18.948.376,00
13. BEP Harga (Rp./Kg) 16.835,00
67

Gross Margin (GM) = Penerimaan Total (TR) – Biaya Variabel Total (TVC)
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 8.205.910,00
= Rp. 24.050.090,00
Hasil analisis Gross Margin (GM) diperoleh sebesar Rp. 24.050.090,00.
Artinya dengan biaya variabel total sebesar Rp. 8.205.910,00 yang dikeluarkan oleh
perusahaan, mampu menghasilkan pendapatan kotor atau Gross Margin (GM)
sebesar Rp. 24.050.090,00.
Pendapatan Bersih Atas Biaya Tunai
= Penerimaan Total (TR) – Biaya Tunai
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 12.323.250,00
= Rp. 19.932.750,00
Pendapatan bersih atas biaya tunai diperoleh sebesar Rp. 19.932.750,00.
Artinya, dengan biaya tunai berupa biaya-biaya atas pembelian kebutuhan input
yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 12.323.250,00 mampu menghasilkan
keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 19.932.750,00.
Pendapatan Bersih Atas Biaya Total
= Penerimaan Total (TR) – Biaya Total (TC)
= Rp. 32.256.000,00 – Rp. 15.514.977,00
= Rp. 16.741.023,00
Pendapatan bersih atas biaya total diperoleh sebesar Rp. 16.741.023,00.
Artinya, dengan biaya total yang dikeluarkan perusahaan sebesar
Rp. 15.514.977,00, mampu menghasilkan keuntungan atau pendapatan sebesar
Rp. 16.741.023,00.
Penerimaan Total
R/C Atas Biaya Tunai = Biaya Tunai Total
Rp.32.256.000,00
= Rp. 𝟏𝟐.𝟑𝟐𝟑.𝟐𝟓𝟎,𝟎𝟎

= 2,62
Hasil analisis R/C atas biaya tunai diperoleh sebesar 2,62. Artinya, dengan
perusahaan mengeluarkan biaya tunai berupa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian kebutuhan input sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh
penerimaan total sebesar Rp. 2,62.
68

Penerimaan Total
R/C Atas Biaya Total = Biaya Total
Rp.32.256.000,00
= Rp.15.514.977,00

= 2,07
Hasil analisis R/C atas biaya total diperoleh sebesar 2,07. Artinya, dengan
perusahaan mengeluarkan biaya total sebesar Rp. 1, maka perusahaan memperoleh
penerimaan total sebesar Rp. 2,07.
Biaya Variabel Total
AVC = Produksi Total
Rp.8.205.910,00
= 921,60

= Rp. 8.904,00
Hasil analisis AVC atau biaya variabel rata-rata diperoleh sebesar
Rp. 8.904,00. Artinya, biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memproduksi per satu kg brokoli organik sebesar Rp. 8.904,00.
Biaya Tetap Total
BEP Produksi (Kg) = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡 –𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙/𝑈𝑛𝑖𝑡
7.309.067,00
= Rp.35.000,00 – Rp. 8.904,00

= 280,00 Kg
Hasil analisis BEP produksi diperoleh sebesar 280,00 kg. Artinya jika
perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus memproduksi
brokoli organik di atas 280,00 kg.
Biaya Tetap Total
BEP Penerimaan (Rp) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1−
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙/𝑢𝑛𝑖𝑡(𝐻/𝑈𝑛𝑖𝑡)

Rp.7.309.067,00
= Rp.8.904,00
1−
𝑅𝑝.35.000,00

= Rp. 9.802.933,00
Hasil analisis BEP penerimaan diperoleh sebesar Rp. 9.802.933,00. Artinya,
jika perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus
memperoleh penerimaan atas penjualan brokoli organik di atas Rp. 9.802.933,00.
69

𝑇𝐶
BEP Harga (Rp) = 𝑌
Rp. 15.514.977,00
= 921,60

= Rp. 16. 835,00


Hasil analisis BEP harga diperoleh sebesar Rp. 16. 835,00 per kg. Artinya, jika
perusahaan ingin memperoleh keuntungan, maka perusahaan harus menjual brokoli
organik dengan harga di atas Rp. 16. 835,00 per kg.
70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Sistem agribisnis secara umum di PT. Delapan Bintang Holti (DBH) sudah
berjalan dengan baik dengan menerapkan 5 sub sistem agribisnis, kecuali sub
sistem pengolahan. Sub sistem yang diterapkan diawali dengan sub sistem
pengadaan input, sub sistem poduksi, sub sistem pascapanen, sub sistem
pemasaran dan sub sistem lembaga penunjang.
2. Sistem agribisnis secara khusus pada komoditas brokoli organik di PT. DBH
sudah menerapkan 5 sub sistem agribisnis dengan baik, kecuali sub sistem
pengolahan yang tidak diterapkan. Sub sistem tersebut diawali dengan sub
sistem pengadaan input, sub sistem poduksi, sub sistem pascapanen, sub sistem
pemasaran dan sub sistem lembaga penunjang. Hasil analisis kelayakan
diperoleh GM sebesar Rp. 24.050.090,00, pendapatan bersih atas biaya tunai
sebesar Rp. 19.932.750,00, pendapatan bersih atas biaya total sebesar Rp.
16.741.023,00. R/C atas biaya tunai sebesar 2,62, R/C atas biaya total sebesar
2,07. BEP produksi sebesar 280,00 Kg, BEP penerimaan sebesar
Rp. 9.802.933,00 dan BEP harga sebesar Rp. 16.835,00. Berdasarkan hasil
analisis kelayakan, usahatani brokoli organik layak untuk dijalankan.
3. Permasalahan yang dihadapi oleh PT. DBH yaitu jumlah permintaan
berfluktuatif, hasil panen brokoli organik tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan
pasar karena hasil panen cenderung berfluktuatif, terjadinya kekosongan jabatan
pada beberapa posisi karena belum adanya tenaga kerja pengganti untuk
mengelola kegiatan agribisnis di perusahaan, kegiatan sortasi belum berjalan
dengan baik sehingga mengakibatkan terjadinya return terhadap produk
penjualan, sarana dan prasarana penunjang kegiatan agribisnis belum memadai
sehingga berdampak pada kinerja dan hasil produksi yang kurang maksimal,
seperti kurangnya instalasi air khususnya di open area.
6.2. Saran
Berdasarkan berbagai permasalahan di PT. DBH, beberapa saran yang
dikemukakan antara lain :
1. Untuk menghadapi permintaan konsumen yang fluktuatif terhadap keseluruhan
komoditas, maka perusahaan sebaiknya menambah jumlah konsumen khusus
71

2. untuk komoditas sayuran daun yang dapat dilakukan salah satunya dengan
kegiatan promosi. Khusus untuk komoditas brokoli organik, sebaiknya
perusahaan menjalin mitra dengan produsen brokoli organik yang dibina atau
diberikan pelatihan secara khusus dalam budidaya brokoli organik sesuai dengan
standar PT. DBH.
3. Perusahaan sebaiknya melakukan spesialisasi penanggungjawab terhadap setiap
bagian seperti spesialisasi bagian sales quotation dengan supervisor green
house. Untuk mengisi kekosongan penanggungjawab pada beberapa bagian
lainnya dapat dilakukan rekrutmen tenaga kerja dengan cara melakukan promosi
lowongan pekerjaan di media sosial, perguruan tinggi dan koran.
4. Dalam beberapa kasus terdapat produk yang kurang sesuai standar permintaan
konsumen, sehingga menyebabakan adanya return. Oleh karena itu, perusahaan
sebaiknya meningkatkan kinerja tenaga kerja packing dengan cara melakukan
pelatihan sortasi dan packing/pengemasan yang baik dan benar bagi seluruh
tenaga kerja di packing house. Hal ini dilakukan untuk menekan atau
mengurangi angka return dalam kegiatan pendistribusian, untuk menjaga
kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk perusahaan serta menjaga
kerjasama yang baik dengan konsumen.
5. Perlu adanya penambahan instalasi air di open area untuk kegiatan penyiraman
tanaman, sehingga dapat menekan angka kematian tanaman akibat kekeringan.
72

DAFTAR PUSTAKA
Agribisnis, PS. 2016. Panduan Kuliah Kerja Lapangan. Universitas Djuanda:
Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat. Diakses, 11 Oktober 2017.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2014. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura TA 2014. Jakarta. Diakses, 16 Juni 2017.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2016. Petunjuk Teknis
Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik. Direktorat Jendral Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian. Jakarta. Diakses, 18 September 2017.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Statistik Pertanian 2015.
Epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses, 09 Desember 2017.
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Produksi Tanaman
Sayuran Jenis Kubis-Kubisan pada Tahun 2014.
Hortikultura.pertanian.go.id. Diakses, 09 Desember 2017.
Iramansyah, T. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Brokoli terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Jamur Pelarut Fosfat. Medan. Jurnal
Online Agroteknologi 3(1): 2. Diakses, 15 Juni 2017.
Kementrian Pertanian. 2016. Produktivitas Sayuran di Indonesia 2012-2016.
www.pertanian.go.id. Diakses, 16 Juni 2017.
Maulidah, S. SP. MP. 2012. Sistem Agribisnis. Universitas Brawijaya. Malang.
Diakses, 11 November 2017.
Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Diakses, 17 Oktober 2017.
Nugraha, H. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Usahatani Brokoli. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Diakses, 18 Juni 2017.
Pratiwi, M. D. 2008. Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi
Persada “RR Organik Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Diakses, 18
Juni 2017.
Puspa, Y. R. 2015. Manajemen Pemasaran Sayur Organik (Studi Kasus pada P4S
Eka Setia Lestari di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan).
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 4 No.2. Diakses, 18 September
2017.
Hafil, M. 2014. Konsumsi Buah dan Sayur Masyarakat Masih Rendah.
Republika.co.id. Diakses, 12 Oktober 2017.
Riwanti, W. 2011. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus Agro
Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Diakses, 18 September 2017.
73

Septianasari, M, dkk. 2016. Pengaruh Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan


Kebijakan Dividen Terhadap Invesment Opportunity Set pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.
Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kepulauan Riau. Diakses, 25
November 2017.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usaha Tani Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta,
114 -11.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agro Media Pustaka. Jakarta.
49-52.
xii

LAMPIRAN
75

Lampiran 1. Luas Area Pertanian Organik Indonesia, 2011


Tipe Area Organik Luas (ha)
Area tersertifikasi 90. 135, 30
Area dalam proses sertifikasi 3, 80
Area dengan sertifikasi PAMOR 5, 89
Area tanpa sertifikasi 134. 717, 66
Jumlah 225. 062, 65
Sumber : SPOI, 2011

Lampiran 2. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Jenis di Jawa Barat,


2014
Petsai
Bawang Bawang Lobak/
Kentang/ Kubis/ Sawi/
Kabupaten/Kota Daun/ Merah/ Chinese
Potatoes Cabbage
Regency/City Scallion Red Onion Radish
(Ha) (Ha) (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kabupaten/Regency
01 Bogor 321 12 20 15 0 570
02 Sukabumi 463 56 17 246 4 1.918
03 Cianjur 2.256 15 15 1.215 222 2.799
04 Bandung 4.110 3.027 4.676 4.677 493 3.144
05 Garut 3.153 1.842 6.182 5.330 0 2.857
06 Tasikmalaya 470 3 0 194 4 341
07 Ciamis 424 1 1 33 0 91
08 Kuningan 882 263 4 161 13 343
09 Cirebon 0 4.503 0 0 0 0
10 Majalengka 668 2.522 375 445 2 337
11 Sumedang 191 39 102 502 0 184
12 Indramayu 0 216 0 0 0 24
13 Subang 72 2 0 68 0 62
14 Purwakarta 181 0 0 0 0 89
15 Karawang 0 0 0 0 0 89
16 Bekasi 0 8 0 0 260 536
17 Bandung Barat 372 22 224 390 44 223
18 Pangandaran 24 0 0 0 0 2
Kota/City
19 Bogor 0 0 0 0 0 23
20 Sukabumi 0 0 0 0 0 108
21 Bandung 8 0 2 11 2 11
22 Cirebon 0 1 0 0 0 0
23 Bekasi 0 0 0 0 0 263
24 Depok 0 0 0 0 0 0
25 Cimahi 48 0 0 0 0 39
26 Tasikmalaya 0 0 0 0 0 22
27 Banjar 8 0 0 0 0 30
Jawa Barat 13.651 12.532 11.618 13.287 1.044 14.105
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2014
76

Lampiran 3. Produktivitas Sayuran di Indonesia, 2012-2016

`
77

Lampiran 4. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis di Jawa Barat, 2014

Bawang Bawang
Daun Merah Kentang Kubis Lobak Petsai Sawi
Kabupaten/Kota (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kabupaten/Regency
01. Bogor 20.326 99 172 1.697 0 27.312
02. Sukabumi 49.788 6.422 1.640 73.168 700 242.029
03. Cianjur 252.815 1.235 2.600 182.797 28.590 249.346
04. Bandung 580.325 326.894 934.155 1.070.603 107.980 662.762
05. Garut 460.460 179.516 1.404.885 1.319.208 0 585.629
06. Tasikmalaya 27.064 135 0 26 086 400 28.949
07. Ciamis 30.256 42 224 2 990 0 8.055
08. Kuningan 132.280 25.343 776 31.832 1.820 59.113
09. Cirebon 0 433.386 0 0 0 0
10. Majalengka 94.654 302.992 51.785 93.906 470 57.783
11. Sumedang 16.997 2.394 15.583 92.404 0 17.703
12. Indramayu 0 20.590 0 0 0 1.503
13. Subang 2.105 184 0 1.986 0 2.643
14. Purwakarta 15.106 0 0 0 0 8.345
15. Karawang 0 0 0 0 0 11.770
16. Bekasi 0 365 0 0 54.750 69.897
17. Bandung Barat 37.978 1.213 41.495 71.734 4.411 29.957
18. Pangandaran 1.009 0 0 0 0 250
Kota/City
19. Bogor 0 0 0 0 0 2.760
20. Sukabumi 0 0 0 0 0 11.990
21. Bandung 199 0 4 1.019 51 144
22. Cirebon 0 12 0 0 0 0
23. Bekasi 0 0 0 0 0 21.416
24. Depok 0 0 0 0 0 0
25. Cimahi 1.512 0 0 0 0 3.180
26. Tasikmalaya 0 0 0 0 0 563
27. Banjar 400 0 0 0 0 1.835
Jawa Barat 1.723.274 1.300.822 2.453.319 2.969.430 199.172 2.104.934
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2014

`
78

Lampiran 5. Denah Lokasi PT. Delapan Bintang Holti, 2017

Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
79

Lampiran 6. Perhitungan Biaya HOK Brokoli Organik di PT. Delapan


Bintang Holti dalam Satu Periode Produksi (3 ½ Bulan), 2017
TK TK
Kegiatan Jam HKP HKW
Pria Wanita
Persiapan Tempat
1 - 32 4 -
Tanam
Persemaian - 1 5,3 0,7
Penanaman - 2 8 - 2
Penyiraman 𝐻₂O - 2 2 - 0,5
Penyulaman 2 1 0,25
Pemupukan Susulan 2 - 5,625 1,4 -
Penyiangan
2 10 2,5
pemangkasan
Pemanenan - 2 40 - 10
Trimming dan sortasi
1 - 26,7 3,3 -
Packing 2 - 10,7 2,7 -
Total 13,9 13,45
HOK 27,35
Biaya Tenaga Kerja Rp. 820.500
Perhitungan Total HOK = Jumlah HKP + Jumlah HKW
= 13,9 + 13,45
= 27,35
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja= Total HOK × Jumlah upah per hari
= 27,35 × Rp. 30. 000
= Rp. 820.500

`
80

Lampiran 7. Perhitungan Biaya Penyusutan Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017
Harga Jual Umur Ekonomi Perhitungan Penyusutan
No. Jenis Alat Jumlah Harga Beli (Rp.)
(Rp.) (bulan) (Rp.)
1. Cangkul 1 55.000 0 36 1 × (55.000 – 0) / 36 × 3,08 47
2. Mesin Streamline 1 250.000.000 0 180 1 × (250.000.000 – 0) / 180 × 3,08 42.778
3. Besi Perataan 1 70.000 0 60 1 × (70.000 – 0) / 60 × 3,08 36
4. Sekop 1 75.000 0 36 1 × (75.000 – 0) / 36 × 3,08 64
5. Garpu 1 75.000 0 36 1 × (75.000 – 0) / 36 × 3,08 64
6. Selang Green House (m) 120 3.500 0 36 120 × (3.500 – 0) / 36 × 3,08 3
7. Dirigen 19 30.000 0 36 19 × (30.000 – 0) / 36 × 3,08 26
8. Drum 100 L 3 200.000 0 60 1 × (200.000 – 0) / 60 × 3,08 103
9. Blender Stainles 1 2.800.000 0 60 1 × (2.800.000 – 0) / 60 × 3,08 1.437
10. Panci Stainles 1000L 1 2.500.000 0 120 1 × (2.500.000 – 0) / 120 × 3,08 642
11. Bak Fiber 1500 L 5 3.000.000 0 60 5 × (3.000.000 – 0) / 60 × 3,08 1.540
12. Pengayak Media 1 17.500 0 12 1 × (17.500 – 0) / 12 × 3,08 45
13. Blung 1000 L 1 1.000.000 0 60 1 × (1.000.000 – 0) / 60 × 3,08 513
14. Timbangan Digital 1 975.000 0 60 1 × (975.000 – 0) / 60 × 3,08 500
15. Trai Panen 4 187.000 0 60 4 × (187.000 – 0) / 60 × 3,08 96
16. Trai Persemaian 24 30.000 0 60 24 × (30.000 – 0) / 60 × 3,08 15
17. Timbangan Duduk 1 2.000.000 0 60 1 × (2.000.000 – 0) / 60 × 3,08 1.027
18. Mesin Rapping 1 575.000 0 60 1 × (575.000 – 0) / 60 × 3,08 295
19. Traktor 1 7.500.000 0 60 1 × (7.500.000 – 0) / 60 × 3,08 3.850
20. Pisau Cutter 1 3.000 0 12 1 × (3.000 – 0) / 12 × 3,08 8
21. Kompor Gas 1 250.000 0 60 1 × (250.000 – 0) / 60 × 3,08 128
22. Gelas Ukur 1 25.000 0 36 1 × (25.000 – 0) / 36 × 3,08 21
23. Kored 2 30.000 0 36 2 × (30.000 – 0) / 36 × 3,08 26
24. Emrat 1 70.000 0 36 1 × (70.000 – 0) / 36 × 3,08 60
1 × (250.000.000 – 39.000.000) / 60 ×
25. Mobil Distribusi 1 250.000.000 39.000.000 60 108.313
3,08
1 × (120.000.000 – 79.000.000) / 60 ×
26. Mobil Pick Up 1 120.000.000 79.000.000 60 21.047
3,08
(5 × (85.000.000 – 42.000.000) / 60 ×
27. Green House 5 85.000.000 42.000.000 25 1.545.133
3,08 × 3,5 / 12
Total Penyusutan 1.727.817
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
81

Asumsi Proporsi Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti, 2016


Total Panen Keseluruhan, 2016 = 35. 539, 11 Kg
Total Panen Brokoli, 2016 = 3. 757, 77 Kg
Total Panen Brokoli
Sharing Cost = Total Panen Keseluruhan × 100
3.757,77
= × 100
35.539,11

= 10, 57
3,5 bulan
Periode Tanam Brokoli 3 ½ bulan = × 10,57
12 bulan

= 3,08 %
Jadi proporsi brokoli organik di PT. Delapan Bintang Holti adalah 3, 08 %.

`
82

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti dalam 1 Periode Produksi, 2017

No. Uraian Jumlah Sebelum Sharing Cost (Rp.) Setelah Sharing Cost (Rp.) Total (Rp.)
1. Gaji Supir (orang) 3 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210 3 × 210.210 = 630.630
12 × 210.210 =
2. Gaji Staf (orang) 12 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210
2.522.520
Gaji Security
3. 8 1.950.000 × 3,5 = 6. 825.000 (6. 825.000 × 3,08) / 100 = 210.210 8 × 210.210 = 1.681.680
(orang)
Pajak Bumi dan
4 1 70.400 (70.400 × 3,08) / 100 = 2.168 (2.168 × 3,5) / 12 = 632
Bangunan (tahun)
Sertifikasi Utama (243.320 × 3,5) / 36 =
5. 3 7.900.000 (7.900.000 × 3,08) / 100=243.320
(tahun) 23.656
Sertifikat Ruang (107.800 × 3,5) / 12 =
6. 1 3.500.000 (3.500.000× 3,08) / 100=107.800
Lingkup (tahun) 31.442

`
83

Lampiran 9. Sumberdaya Fisik di PT. Delapan Bintang Holti, 2017

Nama Jumlah Satuan Kondisi


Green House Sayuran 56 Unit 8 Rusak
Green House Budidaya Ikan 10 Unit 2 Rusak
Green Hose Persemaian 3 Unit Baik
Green House RND 1 Unit Baik
Green House Packing House 1 Unit Baik
Mess 2 Unit Baik
Kantin 1 Unit Baik
Toilet 26 Unit 6 Rusak
Security House 4 Unit Rusak 3
Laboratorium 1 Unit Rusak
Villa 1 Unit Baik
Gudang 1 Unit Baik
Kantor 1 Unit Baik
Mushola 1 Unit Baik
Mobil Pick Up 2 Unit Baik
Motor Mio 4 Unit Baik
Motor Viar 2 Unit Rusak
Traktor 9 Unit Baik
Mesin Sealer 2 Unit Baik
Mesin Wrapping 2 Unit Baik
Timbangan Digital 3 Unit Baik
Timbangan Duduk 1 Unit Baik
Printer 3 Unit Baik
Mesin Absen Analog 1 Unit Baik
Streamline 1 Set Baik
Toren 10 Unit Baik
Ruang Fertigasi 1 Unit Baik
Ruang Pengomposan 1 Unit Baik
Ruang Mekanik 1 Unit Baik
Ruang Maintenance 3 Unit Baik
Solarsel 3 Unit Baik
Mesin Panen Padi 1 Unit Baik
Beco 1 Unit Rusak
Mobil Box 3 Unit Baik
Mobil Panther 1 Unit Baik
Mesin potong rumput 4 Unit Baik
Workshop 1 Unit Baik
Komputer 5 Unit Baik
Cool Storage 4 Unit Rusak
Laptop 3 Unit Baik
Saung Open Area 1 Unit Baik
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
84

Lampiran 10. Daftar Produksi dan Harga Komoditas di PT. Delapan


Bintang Holti, 2017

Nomor Komoditas Satuan Harga (Rp.)


1. Asparagus Kg 80.000
2. Bayam Hijau Kg 19.800
3. Bayam Merah Kg 20.500
4. Brokoli Kg 35.000
5. Buncis Lokl Kg 22.200
6. Buncis Prancis Kg 27.000
7. Pumkin Butternut Squash Kg 29.800
8. Cabe Rawit Merah Kg 45.000
9. Caisim Kg 19.800
10. Daun Bawang Kg 21.000
11. Daun Mint Kg 30.000
12. Daun papaya Kg 12.000
13. Daun Singkong Kg 25.000
14. Thyme Kg 100.000
15. Horenzo Kg 29.800
16. Jagung Manis Kg 22.200
17. Kacang Panjang Kg 23.500
18. Kacang Tanah Kg 25.000
19. Kailan Kg 28.500
20. Kale Kg 80.000
21. Kangkung Kg 21.000
22. Kemangi Kg 25.000
23. Kembang Kol Kg 30.000
24. Kol Putih Kg 25.000
25. Kyuri Kg 25.000
26. Lolorosa Kg 23.500
27. Pakchoy Kg 23.500
28. Rosemery Kg 35.000
29. Sawi Putih Kg 23.500
30. Sawi Pahit Kg 23.500
31. Selada Air Kg 16.000
32. Selada Keriting Kg 23.500
33. Selada Romaine Kg 29.800
34. Seledri Kg 28.000
35. Tomat Apel Kg 19.800
36. Tomat Cherry Pack 12.500
37. Zukini Kg 25.000
38. Basil Hijau Kg 90.000
39. Jagung Acar Kg 29.000
40. Singkong Kg 15.000
41. Timun Lokal Kg 21.000
42. Bit Kg 35.000

Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
85

Lampiran 11. Sertifikat Organik Indonesia di PT. Delapan Bintang Holti,


2017

Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
86

Lampiran 12. Daftar Konsumen di PT. Delapan Bintang Holti, 2017


No. Nama Konsumen No. Nama Konsumen
1. Organik Club 21. Rumah Sehat Intiyana
2. PT. Indospirit Natura 22. PT Dow Indonesia
3. Organik Kasyara 23. Dharma Kitchen
4. Omah Lawuh 24. Resto Diestube
5. Lina Organik 25. Resto Clique Kitchen Bar
6. Gilada Organik 26. Gerai Organik
7. PT. Dhanajaya 27. Kedai Organik
8. Grow Gruns 28. Joylin Organik
9. PT. Dhanamakmur Cemerlang 29. Martha Organik
10. PT. Selera Sarapan Sedunia 30. PT. Boga Makmur Prima
11. PT. Makanan Lezat Food Artisan 31. PT. Sahabat Prima Inti Niaga
12. Gilda 2 32. Junita Organik
13. PT Kecipir 33. PT. Mitra Selera Bersama
14. Rumah Organik 34. Toko Buah A Huat
15. Organik House 35. Restoran Fat Shougun
16. Ming Organik 36. MPS Freshmart dan Resto
17. Qirana Organik 37. Olive House
18. Green Fresh 38. Mega Mahadana Hadiya
19. Graha Mas 39. Hagetsu Restoran
20. Organik dan Natura 40. Siam Garden
Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
87

Lampiran 13. SOP Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti, 2017

JAMINAN MUTU Tgl. Terbit : 7 JULI 2017

Nomor : DBH-SOP/0008
PT. DELAPAN BINTANG HOLTI
BAGIAN PRODUKSI Halaman : 87 dari 153
STANDAR OPERASIONAL
Tgl Revisi :
PROSEDUR
(SOP) Paraf MR :
Tujuan :
1. Sebagai panduan budidaya tanaman brokoli (Brassica oleracea) internal
Bagian Produksi PT. Delapan Bintang Holti
2. Menghasilkan bunga brokoli yang sehat dan berkualitas untuk memenuhi
permintaan pasar/pelanggan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan;
Penanggungjawab :
Pelaksanaan budidaya tanaman brokoli (Brassica oleracea) dibawah
tanggungjawab Supervisor Produksi Green House. Seluruh pekerjaan dan
persiapannya serta tenaga kerja yang diperlukan diatur oleh Supervisor Produksi
Green House berdasarkan rencana produksi yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Dalam budidaya brokoli ini terbagai beberapa tahapan yaitu :
 Penyiapan Tempat Tanam,
 Penanaman,
 Pemeliharaan, dan
 Panen.
Setiap tahapan tersebut ditunjuk Koordinator yang membantu Supervisor
Produksi Green House agar pelaksanaan pekerjaan lebih teratur dan fokus.
Setiap penggunaan logistik dan hasil pekerjaan harus dicatat oleh setiap
Koordinator pada form yang telah disediakan dan dilaporkan kepada Supervisor
Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan laporan rekapan
mingguan.

`
88

Alat dan bahan


Alat dan bahan
1. Alat
1.1. Polytubes (15 cup per tray) 1.5. Power Sprayer
1.2. Pottray (45 hole) 1.6. Sabit
1.3. Hand Tiller (Cultivator) 1.7. Knapsack sprayer
1.4. Cangkul 1.8. Boks plastik keranjang
2. Bahan
2.1. Pupuk Organik Padat
2.2. Dolomit
2.3. Biotreatment
2.4. Bibit Brokoli
2.5. Bibit Sayuran
2.6. Pupuk Organik Cair
2.7. Mulsa Organik (Arang sekam)
2.8. Pestisida Organik
2.9. Fungisida Organik
2.10. Tali Pengikat
Fasilitas Produksi
1. Green House dengan jaringan pengairan
2. Perlengkapan pembibitan
3. Packing House
4. Sarana Transportasi
Prosedur:
1. Penyiapan Tempat Tanam
Pada tahap penyiapan tempat tanam ini ada beberapa kegiatan, yaitu
pembersihan green house, pengolahan tanah dan pemasangan mulsa organik
(arang sekam).
1.1. Tentukan Green House yang akan dijadikan sebagai tempat budidaya
tanaman brokoli, bersihkan plastik UV penutup Green House dan
semprotkan desinfektan yang tergolong organik atau ramah lingkungan

`
89

di seluruh bagain Green House. Hal ini dilakukan untuk menekan


populasi hama/penyakit dari penanaman sebelumnya;
1.2. Bersihkan sisa tanaman/panen, gulma, benda-benda yang tidak
diperlukan dari dalam Green House;
1.3. Green House yang harus disiapkan untuk tanaman brokoli jumlahnya
ditentukan oleh Supervisor Produksi Green House berdasarkan rencana
produksi yang telah ditentukan oleh manajemen;
1.4. Pastikan jaringan irigasi/pengairan berfungsi dengan baik (pipa, selang,
dan kran tidak ada yang bocor);
1.5. Sebelum pengolahan tanah, periksa pH tanah pada plantbed yang akan
diolah tanahnya. Apabila pH tanah kurang dari 5,0. Gunakan kapur
pertaniandengan jumlah minimum 1 ton per hektar lahan;
1.6. Dosis pupuk organik padat untuk tanaman sayur-sayuran (inter crop)
sebanyak 2 karung (2 x 40 kg =80 kg) per plantbed (4 kg/m2).Pupuk ini
dihampar secara merata pada plantbed, kemudian dilakukan pembajakan
mengunakan hand tiller untuk mencampur pupuk organik dengan tanah
secara merata sampai halus;
1.7. Tanaman brokoli ditanam pada lubang tanam dengan jarak tanam 0,4 m
x 0,6 m (34 tanaman x 3 baris = 102 tanaman/plantbed). Dosis pupuk
organik padat untuk tanaman brokoli (main crop) diberikan sebanyak 0,5
kg/lubang tanam (0,5 x 102 = 51 kg atau 1,3 karung);
1.8. Semprotkan biotreatment secara merata pada saat pengolahan tanah dan
pada setiap lubang tanam yang telah diberikan pupuk organik padat.
Setelah pengolahan tanah selesai semprotkan sekali lagi biotreatment
untuk memastikan tanah benar-benar lembab;
1.9. Tutup plantbed (bedeng) dengan mulsa organik (arang sekam) setebal 2
cm (0,02 x 1 x 20 = 0,4 m3), kurang lebih sebanyak 7 karung. Hal ini
dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma;
1.10. Setelah rapi semprot sekali lagi dengan biotreatment dan inkubasi selama
1 minggu untuk mempercepat proses dekomposisi;
1.11. Pasang dan atur pipa drip irigasi sesuai jalur penanaman secara rapi;

`
90

1.12. Catat setiap bahan-bahan yang digunakan dalam penyiapan tempat tanam
pada form yang telah disediakan dan selanjutnya diserahkan kepada
Supervisor Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan
laporan rekapan mingguan realisasi penyiapan tempat tanam.
2. Penanaman
2.1. Jarak tanam tanaman brokoli (main crop) 0,4 x 0,6 m (dalam satu
plantbed tanam terdapat 3 x 34 = 102 tanaman);
2.2. Jarak tanam sayuran yang ditumpangsarikan (inter crop) 15 x 15 cm
(dalam satu meter persegi 7 x 7 = 49 tanaman, dengan panjang plantbed
20 meter maka populasinya 980 tanaman per plantbed);
2.3. Sebelum penanaman pastikan plantbed penanaman bersih dari gulma dan
media tanam dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah atau kering);
2.4. Tanam bibit sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan pada waktu
pagi (07.30 – 10.00), apabila belum selesai dilanjutkan pada sore hari
(14.30 – 16.30);
2.5. Setelah bibit ditanam semprot dengan biotreatment untuk mencegah
infeksi patagen tular tanah (soil borne);
2.6. Catat jenis dan bibit yang ditanam pada form yang telah disediakan dan
selanjutnya diserahkan kepada Supervisor Produksi Green House untuk
diketahui dan sebagai bahan laporan rekapan mingguan realiasasi
penanaman.
3. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan tanaman brokoli terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
 Pengairan
 Pengendalian Gulma
 Pemupukan
 Pengendalian hama/penyakit
3.1. Pengairan
Pengairan diatur di head unit dibawah tanggungjawab Supervisor
fertigasi (Fertilizer and Irrigation).
3.1.1. Pengairan dilakukan pada pukul 07.00 – 10.00;

`
91

3.1.2. Volume air ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman


brokoli;
3.1.2.1. Umur 0 – 2 minggu sebanyak 0,5 liter/tanaman;
3.1.2.2. Umur 2 – 4 minggu sebanyak 1 liter/tanaman;
3.1.2.3. Umur > 4 minggu sebanyak 2 liter/tanaman;
3.2. Pengendalian Gulma
Frekuensi pengendalian gulma yaitu 3 minggu sekali dan dilakukan
secara manual (menggunakan koret).
3.3. Pemupukan
Dengan adanya sistem fertigasi, pelaksanaan pemupukan dapat
dilakukan melalui jaringan irigasi. Jenis pupuk dan dosisnya dapat diatur
melalui head unit dan disalurkan melalui pipa irigasi pada lokasi
plantbed penanaman brokoli.
3.3.1. Frekuensi pemupukandilakukan seminggu sekali;
3.3.2. Pemupukan menggunakan biotreatment ditambah dengan
pupuk organik cair dan kalsium, dosisnya disesuaikan dengan
pertumbuhan tanaman;
3.3.3. Monitoring pada setiap plantbed untuk memastikan pupuk yang
diberikan sampai ke setiap tanaman brokoli, apabila diketahui
ada yang kurang maka harus dilakukan pemupukan secara
manual dengan dikocor;
3.3.4. Catat setiap penggunaan bahan-bahan yang telah digunakan
pada form yang telah disediakan;
3.3.5. Catat kegiatan pemupukan pada form yang telah ditentukan;
3.3.6. Serahkan catatan kegiatan pemupukan kepada Supervisor
Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan
laporan rekapan mingguan realiasasi pemupukan tanaman
brokoli.
3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit
3.4.1. Pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan penyemprotan
pestisida organik 1 minggu sekali (sesuai dengan jadwal untuk
setiap batch untuk pencegahan hama/penyakit), namun tetap

`
92

dilakukan pengamatan (monitoring) pertumbuhan tanaman


secara rutin untuk mengetahui sedini mungkin apabila ada
gejala serangan hama/penyakit;
3.4.2. Daun atau buah yang terserang hama/penyakit dipotong dengan
gunting untuk mencegah penularan (sanitasi). Gunting yang
digunakan setiap habis digunakan untuk memotong dari satu
tanaman dibersihkan dengan disinfektan (kain yang dibasahi
dengan disinfektan);
3.4.3. Catat setiap penggunaan bahan-bahan yang telah digunakan
pada form yang telah disediakan;
3.4.4. Serahkan catatan kegiatan pengendalian hama/penyakit kepada
kepada Supervisor Produksi Green House untuk diketahui dan
sebagai bahan laporan rekapan mingguan realiasasi panen.
4. Panen
4.1. Dengan pola tanam tumpangsari brokoli – sayuran, maka tanaman
sayuran akan dipanen terlebih dahulu (rata-rata umur panen sayura 4
minggu), sedangkan tanaman brokoli mulai dapat dipanen pada umur
minggu ke-9;
4.2. Sayuran dipanen per plantbed dan dimasukkan dalam container
keranjang plastik dan ditata secara rapi untuk menghindari kerusakan
tanaman. Hasilnya ditimbang dan dicatat untuk mengetahui produktifitas
tanaman per plantbed;
4.3. Brokoli dipanen secara bertahap, dipilih bunganya yang belum mekar
(masih kompak) dan pemetikan dilakukan dengan menyisakan tangkai
bunga sepanjang satu genggam (10 cm). Pisahkan hasil petik setiap
plantbed untuk dicatat hasilnya. Hal ini dilakukan agar pada akhir panen
dapat diketahui produktifitas rata-ratanya;
4.4. Catat hasil panen pada form yang telah disediakan dan serahkan kepada
Supervisor Produksi Green House untuk diketahui dan sebagai bahan
laporan rekapan mingguan realiasasi panen.

`
93

Dokumen Terkait
1. Penggunaan Sarana Produksi :
1.1. Penggunaan pupuk organik padat
1.2. Penggunaan dolomit
1.3. Penggunaan bibit brokoli
1.4. Penggunaan bibit sayuran
1.5. Penggunaan pupuk organik cair
1.6. Penggunaan larutan biotreament
1.7. Penggunaan mulsa organik (arang sekam)
1.8. Penggunaan pestisida organik
2. Realisasi penyiapan tempat tanam
3. Realisasi penanaman
4. Realisasi pemeliharaan pemupukan
5. Realisasipengendalian gulma
6. Realisasi pengendalian hama/penyakit
7. Realisasi panen

`
94

Lampiran 14. Jadwal Tanam Brokoli Organik di PT. Delapan Bintang Holti,
2017
Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Persemaian
Persiapan
Lahan
Penjenuhan
Pembuatan
Lubang
Tanam
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Penyiraman
Perompesan
Pemupukan
Susulan
Panen
Sumber : Diolah, PT. Delapan Bintang Holti, 2017
95

Lampiran 15. Contoh Surat Jalan Distribusi Produk di PT. Delapan Bintang
Holti, 2017

Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
96

Lampiran 16. Sertifikat Bukti Kuliah Kerja Lapangan, Tahun 2017

Sumber : PT. Delapan Bintang Holti, 2017

`
97

Lampiran 17. Profil Kewirausahaan


PROFIL KEWIRAUSAHAAN

Nama : Satia Nugraha


Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 17 Juli 1970
Alamat Rumah : Gudang Baru No.73 C, Kel Ciganjur, Kec.
Jagakarsa . Jakarta Selatan
Alamat Kantor : Jl. Garung No 46, Desa Cirumput Kec. Cugenang,
Kab. Cianjur, Jawa Barat
Jabatan di Perusahaan : Maneger Site
Mulai Usaha : Tahun 2012
Tokoh Idola : Hamka
Sikap Hidup : Berjalan bagaikan air yang mengalir karena hidup
sudah digariskan dari Allah tinggal kita yang
dapat mengubahnya.
Pendidikan Formal :
Tingkat Pendidikan Asal Sekolah
SD SD Negeri O2, Banda Aceh, DI. Banda Aceh
SMP SMP Negeri 03, Malang, Jawa Timur
SMA SMA Shalahudin, Malang Jawa Timur
S1 Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

Pendidikan Non Formal : Kursus / Pelatihan / Penataran


Nama Pendidikan Non Formal Lamanya Pendidikan
Kursus Pelatihan Penataran
Mekanisasi Pertanian 3 Bulan

Pelatihan Padi 2 Bulan

Pelatihan Tanaman Chery 2 Minggu

Pelatihan Packing House 5 Hari


Barkaitan 2 Hari
Barkot

`
98

a.Pandangan / Perilaku Hidup Beragama Mengenai :


Kejujuran Kejururan itu dibawa mati tidak di beli berdasarkan uang.
Kedisiplinan Tepat waktu dalam mengerjakan kerjaan dan menangani masalah.
Ketekunan Tekun pada nilai nilai pekerjaan yang dilakukan.
Integritas Melihat ke depan. Pengalaman menjadi guru yang berharga.

b. Pandangan / Perilaku Berwirausaha Terhadap :


Risiko / Keberanian Dalam berusaha harus berani menanggung resiko atas
keputusan yang diambil untuk lebih baik kedepannya.
Kreatifitas / Inovasi Selalu mencari alternatif alternatif untuk
pengembangan usaha agar tidak monoton.
Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan sebaiknya jangan ditunda
walaupun mungkin setiap keputusan pasti ada
resikonya, sehingga bila keputusan 1 ada resikonya
putuskan lagi sehingga resiko menjadi kecil.
Wawasan Kedepan Pertanian organik dalam bidang usaha yang digeluti
diharapkan kedepannya dapat dinikmati oleh seluruh
kalangan agar masyarakat mendapatkan sayuran yang
lebih sehat.
Pengelolaan Keuangan Keuangan perlu ada otonomi atau batasan pada setiap
lokasi yang dapat dikelola dengan baik yang selebihnya
merupakan keputusan atau kebijakan dari pusat.
Komunikasi Komunikasi dalam usaha perlu dibangun tidak hanya
dari lapangan kepusat tapi juga teradap mitra mitra
ataupun pelanggan.
Kemampuan Manajerial Membentuk tim work yang kecil dan kuat sehingga
menjadi tim yang besar.
Kiat - Kiat Wirausaha Berusaha terus tanpa putus asa dan siap menghadapi
resiko yang akan terjadi sehingga setiap saat perlu
evaluasi secara berkesinambungan.

`
99

c. Pandangan / Prilaku Bermasyarakat Mengenai :

Kedermawanan Kepedulian terhadap lingkungan menjadi modal


mendasar dalam kegiatan berusaha.
Jaringan Sosial Jaringan sosial perlu dibentuk dari awal pendirian
usaha.
Organisasi Organisasi yang dibentuk berdasarkan kebutuhan atau
dengan kata lain organisasi kemitraan.

`
100

`
101

`
102

`
103

`
104

`
105

`
106

`
107

`
108

`
109

`
110

`
111

`
112

`
113

`
114

`
115

`
116

`
117

`
118

`
119

`
120

`
121

`
122

`
123

`
124

`
125

`
126

`
127

`
128

`
129

`
130

`
131

`
132

`
133

`
134

`
135

`
136

Anda mungkin juga menyukai