Anda di halaman 1dari 11

Mimbar Agribisnis:

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis


Januari 2023, 9(1): 203-213

ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK


DAN NON ORGANIK PADA GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA,
CILAMAYA WETAN, KARAWANG

COMPARATIVE ANALYSIS OF FEASIBILITY OF SEMI ORGANIC AND NON-


ORGANIC RICE FARMING IN THE SALUYU GAPOKTAN IN CILAMAYA
VILLAGE, CILAMAYA WETAN, KARAWANG

Gebby Mega Agnesti*, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

Program Studi Agribisnis Universitas Singaperbangsa Karawang


Jl. HS. Ronggo Waluyo, Puserjaya, Kec. Telukjambe, Kab. Karawang, Jawa Barat
*Email: gebbymegaagnesti19@gmail.com
(Diterima 26-07-2022; Disetujui 26-12-2022)

ABSTRAK
Luas lahan padi organik mengalami peningkatan, akan tetapi untuk merubah pertanian organik
tidak mudah. Perubahan dilakukan melalui transisi dari usahatani non organik ke semi organik.
Prospek ini sangat menguntungkan namun belum diketahui secara tingkat kelayakan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani padi semi organik dan non organik pada
gapoktan saluyu; menganalisis kelayakan usahatani padi semi organik dan non organik pada
gapoktan saluyu; menganalisis perbandingan pendapatan dan kelayakan usahatani padi semi
organik dan non organik pada gapoktan saluyu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif. Pengumpulan data dengan data primer melalui wawancara dengan kuesioner,
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian. Responden penelitian
ialah 25 orang petani padi semi organik dan 25 orang petani non organik secara purposive dengan
pertimbangan kriteria yang sama. Teknik analisis yang digunakan ialah pendapatan, analisis
kelayakan dengan mencari R/C Ratio, dan Break Event Point, uji independent sample T-test pada
pendapatan dan analisis kelayakan. Hasil penelitian: Usahatani padi semi organik menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 19.889.970 ha/musim, sedangkan non organik sebesar Rp 10.188.991
ha/musim, Nilai R/C usahatani padi semi organik sebesar 3,19 sedangkan non organik 1,86, BEP
Produksi usahatani padi semi organik 2.441 kg sedangkan usahatani non organik 3.344 kg, BEP
harga usahatani padi semi organik sebesar Rp 1.850/kg sedangkan usahatani non organik Rp
2.985/kg, uji independent sample T-test pada pendapatan dan kelayakan disimpulkan bahwa
usahatani padi semi organik lebih tinggi dibandingkan usahatani padi non organik.

Kata Kunci: Kelayakan, Komparasi, Pendapatan, Usahatani padi semi organik dan non organik

ABSTRACT
The area of organic rice land has increased, but changing organic farming is not easy. Changes
are made by transitioning from non-organic to semi organic farming. This prospect is very
profitable but the feasibility level is not yet known. This study aims to analyze the income of semi
organic and non-organic rice farming in Gapoktan Saluyu; analyzing the feasibility of semi
organic and non-organic rice farming in Gapoktan Saluyu; analyze the comparison of income and
feasibility of semi organic and non-organic rice farming in Gapoktan Saluyu. The research method
used is a quantitative method with. Collecting data with primary data through interviews with
questionnaires, while secondary data obtained from agencies relates to research. Research
respondents were 25 semi organic rice farmers and 25 non-organic farmers purposively by
considering the same criteria. The analysis technique used is income, feasibility analysis by
looking for the R/C ratio, and Break Event Point, an independent sample t-test on income and
feasibility analysis. The results of the study: Semi organic rice farming generates an income of Rp
19.889.970 ha/season, while non organcic is Rp 10.188.991 ha/season, R/C ratio value of semi

203
ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON ORGANIK PADA
GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA, CILAMAYA WETAN, KARAWANG
Gebby Mega Agnesti, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

organic rice farming is 3,19 while non organic 1,86, BEP Production of semi organic rice farming
is 2.441 kg while non organic farming is 3.344 kg, BEP price of semi organic rice farming is Rp
1.850/kg while non organic farming is Rp 2.985/kg, an independent sample t-test on income and
feasibility it concluded that semi organic rice farming hingher than non organic rice farming.

Keywords: Comparison, Feasibility, Income, Semi organic and non-organic rice farming

PENDAHULUAN dibutuhkan suatu sistem pertanian yang


Indonesia merupakan negara dapat berkelanjutan dan tidak merusak
agraris yang kaya akan sumber daya alam dengan penggunaan pertanian
alam. Kekayaan sumber daya alam yang ramah lingkungan melalui sistem
sangat potensial salah satunya ialah organik.
pertanian. Sektor pertanian memberikan Kabupaten Karawang memiliki
kontribusi yang cukup signifikan produksi padi yang salah satu sentranya
terhadap perekonomian Indonesia yang terletak di Kecamatan Cilamaya Wetan.
dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto Cilamaya Wetan merupakan salah satu
(PDB). Salah satu subsektor pertanian penyumbang produksi padi sawah
yang menunjang dalam pembangunan sebesar 87.769 ton yang menduduki
perekonomian pertanian ialah tanaman peringkat keempat setelah Tempuran,
pangan (Khairad et al, 2018). Kurtawaluya, dan Tirtajaya (BPS, 2015).
Tanaman pangan yang banyak Kecamatan Cilamaya Wetan memiliki
dikonsumsi ialah padi, dengan seiringnya usahatani padi dengan menerapkan
pertumbuhan jumlah penduduk pertanian semi organik dan non organik.
Indonesia. Keadaan ini memberikan Pertanian semi organik merupakan
pemikiran baru yang menyebabkan langkah awal untuk menjadi pertanian
revolusi hijau. Revolusi hijau terbukti organik yang dimana sering disebut masa
mampu memberikan pengaruh terhadap transisi atau konversi. Transisi ini berupa
produksi pangan di Indonesia khususnya pengurangan penggunaan pupuk dan
tanaman padi (Rahmad, 2017). Revolusi pestisida kimia dengan jumlah lebih
hijau memang berdampak pada hasil sedikit dibandingkan pertanian non
produksi akan tetapi, berdampak buruk organik yang pada umumnya masih
bagi kesuburan tanah akibat penggunaan menggunakan bahan-bahan kimia.
bahan-bahan kimia yang berlebihan. Oleh Menurut Badan Penyuluh Pertanian
karena itu, dalam mengatasi hal tersebut (BPP) Cilamaya Wetan, hanya ada salah

204
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Januari 2023, 9(1): 203-213

satu Gabungan Kelompok Tani memenuhi kebutuhan pangan keluarga.


(Gapoktan) Saluyu yang menerapkan Selain itu, para petani kurang memahami
usahatani padi semi organik dan non pengembangan usahatani padi semi
organik. Penerapan usahatani padi semi organik secara pasti tentang besarnya
organik pada Gapoktan Saluyu dilakukan kelayakan usahatani untuk dikembangkan
secara bertahap sampai sekarang dan dengan hasil produksi yang sempat
telah dimulai pada tahun 2018, secara menurun. Penurunan ini disebabkan oleh
berangsur dengan luas lahan padi semi peralihan yang digunakan dalam
organik mencapai 52 ha. Hasil rata-rata penggunaan bahan organik dari bahan-
produksi pada tahun 2021 usahatani padi bahan kimia sehingga para petani pun
semi organik pada Gapoktan Saluyu enggan menggunakan sistem semi
cukup tinggi, produksinya mencapai rata- organik. Padahal penurunan hasil
rata sebesar 7,3 ton/ha dibandingkan produksi ini akan mengalami peningkatan
dengan penerapan padi non organik yang signifikan dalam produksi usahatani
sebesar 6,5 ton/ha (Gapoktan Saluyu, padi semi organik.
2021). Berdasarkan uraian di atas maka
Produksi padi semi organik di penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
Gapoktan Saluyu cukup tinggi tetapi sebagai berikut: menganalisis pendapatan
masih banyak petani yang menerapkan usahatani padi semi organik dan non
dengan non organik. Prospek usahatani organik pada Gapoktan Saluyu di Desa
padi semi organik sangat menguntungkan Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan
dari usahatani padi non organik, namun Kabupaten Karawang, untuk
belum diketahui mengenai perbandingan menganalisis kelayakan usahatani padi
biaya usahatani dilihat dari biaya semi organik dan non organik pada
produksi, penerimaan, dan pendapatan. Gapoktan Saluyu di Desa Cilamaya
Para petani umumnya sudah melakukan Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten
perhitungan keuangan, namun tidak Karawang, untuk menganalisis
dilakukan secara tertulis dan masih perbandingan pendapatan dan kelayakan
banyak yang belum mengetahui tingkat usahatani padi semi organik dan non
kelayakan usahatani semi organik. Hal ini organik pada Gapoktan Saluyu di Desa
disebabkan, para petani semi organik Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan
masih bersifat subsistem hanya Kabupaten Karawang.

205
ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON ORGANIK PADA
GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA, CILAMAYA WETAN, KARAWANG
Gebby Mega Agnesti, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

METODE PENELITIAN menggunakan perontok agar hasil


Metode penelitian yang digunakan penelitian yang representatif.
ialah pendekatan kuantitatif dengan Analisis data yang digunakan
format deskriptif yang bertujuan untuk dalam penelitian ini ialah:
menjelaskan berbagai kondisi, situasi Analisis Pendapatan
atau berbagai variabel yang timbul di Analisis pendapatan adalah jumlah
masyarakat dan menjadi suatu objek tersisa setelah biaya semua input untuk
penelitian. Lokasi penelitian produksi, baik yang benar-benar
dilaksanakan pada Gabungan Kelompok dibayarkan maupun diperhitungkan telah
Tani (Gapoktan) Saluyu di Desa dikurangkan dari penerimaan
Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, (Soekartawi, 2016). Pendapatan usahatani
Kabupaten Karawang. Pemilihan tempat dapat ditulis dalam rumus sebagai
dilakukan secara sengaja (purposive) berikut:
karena di Desa Cilamaya merupakan Pd = TR - TC
daerah yang mengembangkan usahatani Keterangan:
padi semi organik. Adapun waktu Pd = Pendapatan
penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, TR = Total Reveune (Penerimaan)
yaitu bulan Februari – April 2022. TC = Total Cost (Biaya Total)
Populasi dalam penelitian ini Analisis Kelayakan
adalah petani padi semi organik dan non Analisis kelayakan merupakan
organik pada Gapoktan Saluyu. sebuah analisis untuk menguji suatu
Pengambilan sampel pada 25 orang usahatani layak atau tidak layak
petani semi organik dan 25 orang petani dijalankan serta mendapatkan keuntungan
non organik yang dilakukan secara bagi petani yang dijalankan usahatani
sampling purposive. Menurut Sugiyono sebagai tujuan yang akan dicapai.
(2016), sampling purposive adalah teknik Menurut Soekartawi (2016), kelayakan
penentuan sampel dengan pertimbangan usahatani dapat dikatakan layak atau
tertentu dengan karakteristik yang tidak layak dijalankan sebagaimana
ditentukan. Pertimbangan dalam memiliki kriteria pengujian sebagai
penelitian ini memiliki karakteristik ialah berikut:
1 ha luas lahan, varietas padi ciherang, 1. R/C Ratio, merupakan perbandingan
pengairan irigasi dan cara panen antara penerimaan dan biaya total.

206
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Januari 2023, 9(1): 203-213

R/C Ratio dapat dituliskan dengan b. BEP Harga, merupakan harga


rumus sebagai berikut: pokok barang atau harga terendah
𝑅 TR dari sebuah produk yang dapat
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶 TC menutup modal. BEP Harga dapat
Keterangan:
dituliskan dengan rumus sebagai
TR = Total Revenue (Penerimaan)
berikut:
TC = Total Cost (Biaya Total)
Total Biaya Produksi
Kriteria uji R/C Ratio dapat BEP =
Total Produksi
disimpulkan yaitu:
Analisis Komparasi
R/C Ratio > 1, maka usahatani layak
Analisis komparasi merupakan
R/C Ratio = 1, maka usahatani berada
analisis yang digunakan untuk mengukur
dititik impas
perbandingan pendapatan dan kelayakan
R/C Ratio < 1, maka usahatani tidak
pada usahatani dilakukan dengan uji
layak
Independent Sample T-test. Menurut
2. Break Event Point, merupakan suatu
Sugiyono (2016), uji Independent Sample
alat analisis dalam usahatani dimana
T-Test dapat dituliskan dengan rumus
dengan keadaan tersebut usahatani
sebagai berikut:
tidak mengalami kerugian maupun
usahatani tidak mendapatkan laba X1 − X2
t=
( ) ( )
sehingga terjadi keseimbangan atau +
impas. Perhitungan Break Event Point
dapat dilakukan dengan cara sebagai Keterangan:

berikut: t = Nilai hasil uji rata – rata


a. BEP Produksi, merupakan titik X1 = Rata-rata variabel 1
impas yang diperoleh ketika telah X2 = Rata-rata variabel 2
mencapai jumlah penjualan S1 = Simpangan baku variabel 1
tertentu dari keseluruhan barang S2 = Simpangan baku variabel 2
yang telah diproduksi. BEP n1 = Jumlah sampel 1
Produksi dapat dituliskan dengan n2 = Jumlah sampel 2
rumus sebagai berikut:
Total Biaya Produksi
BEP =
Harga Jual

207
ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON ORGANIK PADA
GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA, CILAMAYA WETAN, KARAWANG
Gebby Mega Agnesti, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

Hipotesis: t hitung < t tabel, maka H0 diterima


H0: µ1 < µ2 (Output Usahatani Semi t hitung > t tabel, maka Ha diterima
Organik lebih kecil dari Output Non
Organik HASIL DAN PEMBAHASAN
Ha: µ1 > µ2 (Output Usahatani Semi Karakteristik Responden
Organik lebih besar dari Output Non Karakteristik responden pada
Organik penelitian ini yang diamati berdasarkan
Dalam perhitungan uji Independent umur, tingkat pendidikan dan
Sample T-test ini memiliki kriteria pengalaman berusahatani dapat dilihat
pengambilan keputusan: pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Semi Organik Non Organik
No. Karakteristik Satuan Uraian
Jiwa % Jiwa %
1. Umur Tahun 0 -14 - - - -
15 - 64 22 88 22 88
>65 3 12 3 12
2. Tingkat Pendidikan Tahun SD 3 12 5 20
SMP 11 44 12 48
SMA 10 40 8 32
S1 1 4 - -
3. Pengalaman Berusahatani Tahun <10 - - - -
10-20 10 40 10 40
>20 15 60 15 60
Sumber: Analisis Data Primer (2022)

Analisis Pendapatan Tabel 2. Rata-Rata Total Biaya, Produksi,


Sebelum menghitung analisis Harga, Penerimaan, dan Pendapatan
Perhektar/musim tanam
pendapatan usahatani padi semi organik No. Uraian Semi Non
Organik Organik
dan non organik perlu mengetahui biaya 1. Total Biaya (Rp) 12.026.030 16.455.009

total dan penerimaan. Biaya total 2. Produksi (Kg) 6.480 5.440


3. Harga (Rp/Kg) 4.924 4.896
merupakan seluruh biaya dikeluarkan 4. Penerimaan (Rp) 31.916.000 26.644.000
petani dalam usahatani yang terdiri dari 5. Pendapatan (Rp) 19.889.970 10.188.991

biaya tetap (pajak lahan, biaya pengairan, Sumber: Analisis Data Primer (2022)

biaya sewa lahan, biaya traktor, dan biaya Berdasarkan Tabel 2, dapat
perontok), dan biaya variabel (biaya diketahui biaya total usahatani semi
benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan organik yaitu senilai Rp 12.026.030 per
biaya tenaga kerja) yang digunakan ha/musim tanam, sedangkan usahatani
dalam satu ha/musim tanam pada padi non organik lebih besar yaitu senilai
Gapoktan Saluyu. Rp 16.455.009 per ha/musim tanam.

208
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Januari 2023, 9(1): 203-213

penerimaan perhitungan nilai total pendapatan yang diperoleh usahatani


produksi usahatani yang diperoleh petani semi organik senilai Rp 19.889.970 per
padi semi organik maupun non organik. ha/musim tanam, sedangkan rata-rata
Penerimaan yang diperoleh usahatani pendapatan yang diperoleh usahatani padi
padi semi organik lebih besar non organik Rp 10.188.991 per ha/musim
dibandingkan penerimaan yang diperoleh tanam. Perbedaan pendapatan usahatani
pada usahatani padi non organik di padi semi organik dan non organik
Gapoktan Saluyu. Rata-rata penerimaan disebabkan adanya perbedaan dalam
usahatani padi semi organik yang peroleh biaya produksi. Biaya produksi terlihat
selama satu musim tanam per hektar perbedaan yang signifikan dari pupuk dan
senilai Rp 31.916.000 per ha/musim pestisida, penggunaan pupuk dan
tanam, sedangkan penerimaan usahatani pestisida lebih banyak dari usahatani padi
padi non organik per hektar senilai Rp semi organik yang menyebabkan
26.644.000 per ha/musim tanam. pendapatan usahatani padi non organik
Penerimaan usahatani yang diperoleh lebih kecil nilainya.
Gapoktan Saluyu dipengaruhi oleh Analisis Kelayakan
jumlah produksi dalam usahatani padi Analisis kelayakan dalam usahatani
semi organik dan non organik. Jumlah padi semi organik dan non organik
produksi yang tinggi akan menghasilkan bertujuan agar menguji suatu usahatani
penerimaan yang besar, sedangkan layak atau tidak untuk dijalankan yang
jumlah produksi yang rendah akan nantinya diharapkan mendapatkan
menghasilkan penerimaan yang rendah keuntungan dalam berusahatani.
(Gufron, 2019). Tabel 3. Rata-Rata Analisis Kelayakan
Perhitungan pendapatan diperoleh Usahatani Padi Semi Organik dan
Non Organik Perhektar/musim
dari selisih antara penerimaan pada tanam
No. Kriteria Semi Non
usahatani padi semi organik maupun non Kelayakan Organik Organik
1. R/C Ratio 3,19 1,86
organik dengan biaya total usahatani padi
2. BEP Produksi 2.441 3.344
semi organik maupun non organik. 3. BEP Harga 1.850 2.985
Pendapatan usahatani padi semi organik Sumber: Analisis Data Primer (2022)

di Gapoktan Saluyu lebih besar Dapat disimpulkan dari Tabel 3,


dibandingkan dengan pendapatan bahwa nilai R/C Ratio pada kedua
usahatani padi non organik. Rata-rata usahatani padi semi organik dan non

209
ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON ORGANIK PADA
GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA, CILAMAYA WETAN, KARAWANG
Gebby Mega Agnesti, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

organik di Gapoktan Saluyu layak produksi usahatani padi semi organik dan
diusahakan karena telah memenuhi non organik sebesar 2.441 kg dan 3.344
kriteria uji yaitu R/C Ratio > 1. Akan kg. Usahatani padi semi organik lebih
tetapi, R/C Ratio pada usahatani padi layak karena nilai BEP produksinya lebih
semi organik lebih besar dari pada kecil dari pada usahatani padi non
usahatani padi non organik. R/C Ratio organik. BEP harga pada usahatani padi
pada usahatani padi semi organik sebesar semi organik Rp. 1.850/kg dengan rata-
3,19, sedangkan R/C Ratio pada rata harga jual petani sebesar Rp 4.924/kg
usahatani padi non organik sebesar 1,86. (Rp 4.924/kg > Rp 1.850/kg). Sedangkan,
R/C Ratio pada usahatani padi semi BEP harga usahatani Rp 2.985/kg dengan
organik dapat diartikan bahwa dengan rata-rata harga jual petani sebesar Rp
biaya input Rp 1,00 pada usahatani padi 4.896/kg (Rp. 4.896/kg > Rp 2.985/kg).
semi organik akan memberikan Hal ini dapat disimpulkan BEP harga
penerimaan sebesar Rp 3,19, sedangkan pada usahatani padi semi organik dan non
pada usahatani padi non organik dapat organik di Gapoktan Saluyu layak
diartikan bahwa dengan biaya input Rp. diusahakan karena rata-rata harga jual >
1,00 pada usahatani padi semi organik BEP produksi, nilai titik impas atau BEP
akan memberikan penerimaan sebesar Rp harga usahatani padi semi organik dan
1,86. non organik sebesar Rp 1.850/kg dan Rp
BEP produksi pada usahatani padi 2.985/kg. Usahatani padi semi organik
semi organik 2.441 kg/musim dengan lebih layak karena nilai BEP produksinya
total produksi sebesar 6.480 kg/musim lebih kecil daripada usahatani padi non
(6.480 kg/musim > 2.441 kg/musim). organik.
Sedangkan, BEP produksi usahatani non Analisis Komparasi
organik 3.344 kg/musim dengan total Analisis komparasi pendapatan dan
produksi sebesar 5.440 kg/musim (5.440 kelayakan menggunakan uji Independent
kg/musim > 3.344 kg/musim). Hal ini Samples t-Tes berfungsi untuk
dapat disimpulkan BEP produksi pada mengetahui apakah ada perbedaan
usahatani padi semi organik dan non pendapatan dan kelayakan pada usahatani
organik di Gapoktan Saluyu layak padi semi organik dan non organik.
diusahakan karena rata-rata produksi >
BEP produksi, nilai titik impas atau BEP

210
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Januari 2023, 9(1): 203-213

Tabel
4. Rata-Rata Analisis Komparasi produksi dan BEP harga semi organik
Usahatani Padi Semi Organik dan
Non Organik Perhektar/musim lebih rendah dibandingkan BEP produksi
tanam
No. Uraian Semi Non dan BEP harga non organik. Maka untuk
Organik Organik
pengambilan keputusan dalam uji t hitung
1. Mean Pendapatan 8.916.970 2.981.991
t hitung 6,813 dapat bernilai positif. Analisis komparasi
t tabel 1,714 pendapatan, R/C ratio, BEP produksi,
2. Mean R/C Ratio 1,38 1,13
dan BEP harga dengan t hitung > t tabel
t hitung 6,673
memiliki hipotesis penelitian Ha diterima
t tabel 1,714
3. Mean BEP 4.673 4.841 dan H0 ditolak. Perhitungan analisis ini
Produksi
t hitung [-2,037]
dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan
t tabel 1,714 kelayakan usahatani padi semi organik
4. Mean BEP Harga 3.568 4.395 dan non organik lebih tinggi
t hitung [-6,405]
dibandingkan pendapatan dan kelayakan
t tabel 1,714
Sumber: Analisis Data Primer (2022)
usahatani padi non organik.

Dapat disimpulkan dari Tabel 4,


KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa perhitungan uji independent T-test
Kesimpulan
pada pendapatan, R/C Ratio, BEP
Berdasarkan penelitian maka dapat
produksi dan BEP harga usahatani padi
disimpulkan sebagai berikut:
semi organik maupun usahatani non
1. Pendapatan petani pada Gapoktan
organik bagian yang diketahui nilai t
Saluyu dalam satu musim tanam yang
hitung, dan t tabel. Pada analisis
menjalankan usahatani padi semi
komparasi ini untuk menjawab kebutuhan
organik sebesar Rp. 19.889.970 per ha
petani maka mengasumsikan nilai sewa
lebih tinggi dibandingkan pendapatan
lahan dan menggunakan tingkat
usahatani padi non organik sebesar
kepercayaan 95% uji satu arah (α = 0,05).
Rp. 10.188.991 per ha.
Nilai pendapatan sebesar 6,813 > 1,714,
2. Kelayakan petani pada gapoktan
nilai R/C ratio sebesar 6,673 > 1,714,
saluyu dalam satu musim tanam yang
nilai BEP produksi sebesar 2,037 >
menjalankan usahatani padi semi
1,714, Nilai BEP harga sebesar 6,405 >
organik dan non organik dapat dilihat
1,714. Nilai t hitung dalam BEP produksi
dari perhitungan R/C Ratio dan Break
dan BEP harga bernilai negatif, hal ini
Even Point (BEP). R/C Ratio pada
disebabkan oleh nilai rata-rata BEP

211
ANALISIS KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON ORGANIK PADA
GAPOKTAN SALUYU DI DESA CILAMAYA, CILAMAYA WETAN, KARAWANG
Gebby Mega Agnesti, Sulistyo Sidik Purnomo, I Putu Eka Wijaya

usahatani padi semi organik sebesar 1. Bagi petani agar tetap


3,19 sedangkan R/C Ratio usahatani mempertahankan dan
padi non organik 1,86. BEP Produksi mengoptimalkan usahatani padi semi
pada usahatani padi semi organik organik. Sedangkan, bagi petani yang
sebesar 2.441 kg/musim sedangkan belum melakukan usahatani agar
BEP produksi usahatani non organik menerapkan usahatani padi semi
sebesar 3.344 kg/musim. BEP harga organik.
pada usahatani padi semi organik Rp. 2. Bagi pemerintah daerah khususnya
1.850/kg, sedangkan, BEP harga penyuluhan pertanian lapangan agar
usahatani non organik Rp. 2.985/kg. lebih aktif dan berperan dalam
3. Komparasi pendapatan pada gapoktan penyampaian informasi terkait. Serta,
saluyu usahatani padi semi organik pemerintah juga perlu menetapkan
dan non organik memiliki nilai harga jual beras, khususnya harga jual
sebesar 6,813 > 1,714. Nilai R/C ratio beras semi organik yang seharusnya
usahatani padi semi organik dan non lebih tinggi harganya dibandingkan
organik memiliki nilai sebesar 6,673 beras non organik.
> 1,714. Nilai BEP produksi
usahatani padi semi organik dan non DAFTAR PUSTAKA
organik memiliki nilai sebesar 2,037 Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karawang. (2015). Produksi
> 1,714. Nilai BEP harga usahatani
Tanaman Padi Tahun 2015. BPS
padi semi organik dan non organik Karawang, Karawang.
Gufron, D. R. (2019). Analisis
memiliki nilai sebesar 6,405 > 1,714.
Perbandingan Pendapatan
Sehingga dapat ditarik kesimpulan Usahatani Padi Organik dan
Usahatani Padi Anorganik (Studi
bahwa dalam analisis komparasi
Kasus: Kelompok Tani Sumber
pendapatan, R/C ratio, BEP produksi, Urip dan Kelompok Tani Harta
Jaya di Desa Watukebo, Kecamatan
dan BEP harga memiliki hipotesis
Blimbingsari, Kabupaten
penelitian Ha diterima dan H0 ditolak. Banyuwangi, Jawa Timur). Thesis.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Saran Khairad, F., Noer, M., & Mahdi, M.
(2018). Analisis Pertumbuhan
Berdasarkan kesimpulan penelitian
Ekonomi Kawasan Sentra Produksi
dapat diberikan saran sebagai berikut: Subsektor Tanaman Pangan di
Provinsi Sumatera Barat. Jurnal of

212
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Januari 2023, 9(1): 203-213

Regional and Rural Development Muhammadiyah Sumatera Utara,


Planning, 2(2): 171-184. Medan.
Rahmad, N. (2017). Analisis Kelayakan Soekartawi. (2016). Ilmu Usahatani.
Usahatani Padi Organik (Studi Universitas Indonesia Press,
Kasus: Desa Karang Ayar, Jakarta.
Kecamatan Beringin, Kabupaten Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Deli Serdang). Skripsi. Universitas Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Alfabeta, Bandung.

213

Anda mungkin juga menyukai