Anda di halaman 1dari 17

ISSN: 2085-3823 Jurnal Triton, Vol. 10, No.

1, Juni 2019

PERILAKU PETANI DALAM PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN


SEBAGAI PUPUK BOKASHI PADA TANAMAN SAWI PUTIH
D’Ockta Anggini1*, Rudi Hartono2, Oeng Anwarudin3
1,2
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, Bogor
3
Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, Manokwari

*Korespondensi penulis, email: docktaa@gmail.com

ABSTRAK
Kecamatan Argapura memiliki berbagai produk unggulan di sektor pertanian hortikultura.
Mayoritas petani di Kecamatan Argapura belum memanfaatkan limbah sayuran sebagai pupuk
Bokashi. Penelitian bertujuan mendeskripsikan perilaku petani, menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku petani, dan merumuskan strategi untuk meningkatkan perilaku
petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai bokashi pada tanaman sawi putih. Penelitian
dilaksanakan di Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka pada April sampai Juli 2019.
Sampel penelitian sebanyak 60 Orang petani sawi putih yang diambil menggunakan teknik
pengambilan sampel cluster random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif, analisis uji korelasi rank spearman, dan analisis Kendall’s W. Variabel
penelitian meliputi karakteristik petani, sarana dan prasarana, dan kegiatan penyuluhan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai
bokashi pada tanaman sawi putih di Kecamatan Argapura termasuk kategori rendah dengan
persentase (58,3%), sehingga perlu ditingkatkan. Faktor yang berhubungan dengan perilaku
petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai bokashi adalah kegiatan penyuluhan. Strategi
untuk meningkatkan perilaku petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai bokashi yaitu
menguatkan kegiatan penyuluhan dengan meningkatkan intensitas penyuluhan, metode penyuluhan
melalui demonstrasi cara dan demonstrasi plot, serta materi dan media penyuluhan yang lebih
sesuai dengan kebutuhan petani.
Kata kunci: perilaku, kelompoktani, limbah sayuran

ABSTRACT
District of Argapura have preeminent products in the horticultural agricultural sector. Most
farmers in argapura condemnation have yet to use vegetable waste as bokashi. Research aims to
describe the behavior of the farmer, analyze factors related to the behavior of the farmer, and
formulate a strategy to improve the behavior of the farmer in the treatment of vegetable waste as
the bokashi of the white cabbage plant. Research is held in the argapura engka district area of
April to July 2019. Research samples of as many as 60 white cabbage farmers were taken using a
random sampling cluster sample technique. The data analysis techniques used are descriptive
analysis, analysis of rank spearman's test, and Kendall's w. variable analysis include farmer
characteristics, means and infrastructure, and training activities. Studies show that farmers'
behavior in the treatment of vegetable waste as bokashi of the white cabbage plant in arargapura
spines is in a lower category of percentage (58.3%), so it needs to be increased. A factor related to
the farmer's behavior in the treatment of vegetable waste as bokashi is counseling. A strategy to
improve the farmer's behavior in the use of vegetable waste as bokashi is to strengthen training
activities by increasing intensity for counseling, methods for counseling through demonstrations of
ways and plot demonstrations, and instructive materials and media that are better suited to the
needs of the farmer.
Key words: behavior, group, vegetable waste

99
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

PENDAHULUAN kering, retak‐retak bila kurang air,


lengket bila diolah, lapisan olah dangkal,
Argapura merupakan salah satu
asam, padat dan produksi sulit meningkat
kecamatan yang berada di Kabupaten
bahkan cenderung menurun. Kondisi ini
Majalengka Provinsi Jawa Barat berada
semakin memburuk karena penggunaan
di kaki gunung Ciremai. Argapura berada
pupuk anorganik terus meningkat dan
di dataran tinggi yang menjadi salah satu
penggunaan pestisida kimia untuk
daerah sebagai basis pertanian
mengendalikan organisme pengganggu
hortikultura di Kabupaten Majalengka.
tanaman. Keseimbangan tanah dengan
Kecamatan Argapura memiliki 14 Desa,
kandungan bahan organik,
luas wilayah 60,56 km², jumlah penduduk
mikroorganisme dan aktivitas biologi
34.555 jiwa dan memiliki berbagai
serta keberadaan unsur-unsur hara dan
produk unggulan di sektor pertanian
nutrisi sangat penting untuk keberlanjutan
hortikultura. Pada tahun 2017 untuk
pertanian dan kesehatan manusia yang
tanaman hortikultura di Kecamatan
mempunyai hubungan langsung dengan
Argapura produksi tertinggi yaitu bawang
kesehatan tanah. Secara umum perilaku
merah 9,450 ton, bawang daun 3.593 ton,
petani belum memprioritaskan tanah
cabe besar 1.069 ton, kentang 745 ton,
sebagai komponen yang mempengaruhi
dan sawi putih/petsai sebanyak 628 ton.
dan menentukan dalam pengelolaan suatu
(BPS Kabupaten Majalengka, 2017).
agroekosistem.
Kegiatan usahatani tidak lepas dari
Sebagian besar petani di Kecamatan
pemupukan, baik penggunaan pupuk
Argapura apabila tiba musim panen
organik maupun pupuk anorganik. Pupuk
sayuran, limbah sayurannya masih
organik dapat diperoleh dari sisa-sisa
banyak dibiarkan dan dibuang. Petani
hasil pertanian (daun, batang, ranting, dan
belum memanfaatkan dan menggunakan
akar). Bahan-bahan tersebut sangat
limbah sayuran tersebut. Padahal, limbah
berguna untuk memperbaiki struktur
sayuran merupakan salah satu bahan
tanah dan menambah kesuburan tanah
organik untuk pembuatan pupuk bokashi
jika digunakan sebagai alternatif
yang mampu mengembalikan unsur hara
pengganti pupuk anorganik.
yang hilang dari tanah setelah panen.
Permasalahan petani saat ini adalah
Proses produksi pertanian yang
kesehatan dan kesuburan tanah yang
semakin menurun. Hal ini ditunjukkan berkelanjutan lebih mengarah pada
penggunaan produk hayati yang ramah
dengan gejala‐gejala seperti tanah cepat

100
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

terhadap lingkungan (Untung METODE PENELITIAN


1997). Ningsih dan Sjaf (2015) Penelitian dilaksanakan di
menyatakan, bahwa pertanian Kecamatan Argapura, Kabupaten
berkelanjutan tidak terwujud tanpa Majalengka, Provinsi Jawa Barat pada
adanya keterlibatan petani pada kegiatan Mei sampai Juli 2019. Populasi penelitian
pertanian yang ramah lingkungan, yang ini sebanyak 143 anggota kelompoktani
meliputi persiapan lahan dan benih, tersebar di 3 Desa penelitian yaitu Desa
pemeliharaan, dan panen. Hasil Sukadana, desa Argamukti, dan Desa
penelitiannya menunjukkan, bahwa Argalingga. Responden adalah petani
keterlibatan petani pada kegiatan tanaman sawi putih. Sampel penelitian
pertanian semakin menurun. dihitung menggunakan rumus slovin dan
Berdasarkan paparan tentang diperoleh 60 petani. Penentuan sampel
permasalahan pemanfaatan limbah menggunakan teknik acak sederhana.
sayuran subsektor hortikultura serta Selanjutnya untuk mengetahui banyaknya
keberlanjutan usaha sayuran, maka sampel disetiap kelompoktani dilakukan
menjadi relevan bagi penulis melakukan perhitungan proporsional dengan rumus
penelitian tugas akhir tentang perilaku Rubin and Luck. Variabel penelitian
petani dalam pemanfaatan limbah sayuran terdiri atas karakteristik petani (umur,
sebagai pupuk bokashi pada tanaman tingkat pendidikan, dan lama
sawi putih di Kecamatan Argapura berusahatani), sarana dan prasarana
Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa
pembuatan pupuk bokashi, dan kegiatan
Barat. Penelitian bertujuan untuk (1) penyuluhan (intensitas penyuluhan,
mendeskripsikan perilaku petani, (2) materi penyuluhan, media penyuluhan,
menganalisis faktor-faktor yang dan metode penyuluhan). Indikator
berhubungan dengan perilaku petani, dan perilaku petani meliputi pengetahuan,
(3) merumuskan strategi untuk keterampilan, dan sikap.
meningkatkan perilaku petani dalam Data penelitian dikumpulkan
pemanfaatan limbah sayuran sebagai melalui kuesioner. Instrumen penelitian
bokashi pada tanaman sawi putih di telah lulus uji validitas dan reliabilitas.
Kecamatan Argapura Kabupaten Data analisis menggunakan teknik
Majalengka Provinsi Jawa Barat. analisis deskriptif dan analisis inferensial.
Tingkat perilaku petani pada pemanfaatan
limbah sayuran sebagai pupuk bokashi
101
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

ditetapkan berdasarkan alternatif jawaban HASIL DAN PEMBAHASAN


yang kemudian dikelompokkan dalam
Karakteristik Responden
tiga kategori yakni (1) rendah, (2) sedang
Responden pada kegiatan ini adalah
dan (3) tinggi. Hubungan karakteristik
anggota kelompoktani di wilayah binaan
petani, sarana dan prasarana, dan kegiatan
Kecamatan Argapura, yang berjumlah 60
penyuluhan dianalisis menggunakan uji
anggota kelompoktani. Karakteristik
korelasi rank spearman. Strategi
responden terdiri atas umur, tingkat
peningkatan perilaku petani pada
pendidikan, dan pengalaman
pemanfaatan limbah sayuran sebagai
berusahatani.
bokashi yaitu dengan meningkatkan
kegiatan penyuluhan yang ditentukan
berdasarkan uji analisis Kendall’s W.

Tabel 1. Karakteristik Responden


No Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
Petani (Orang) (%)
1 Umur (Tahun) Dewasa Awal : 18-40 Tahun 22 36,67
Dewasa Tengah : 40-60 Tahun 31 51,67
Dewasa Akhir : > 60 Tahun 7 11,67
Jumlah 60 100
2 Pendidikan Rendah : Tidak Tamat
SD/SD/Sederajat 50 83,33
Sedang : SMP/Sederajat 7 11,67
Tinggi : SMA/Sederajat 2 3,33
Sangat Tinggi : Perguruan Tinggi 1 1,67
Jumlah 60 100
3 Lama Kurang Pengalaman : < 5 Tahun 0 0
Berusahatani Cukup Pengalaman : 6-10 Tahun 1 1,67
Berpengalaman : 11- 15 Tahun 2 3,33
Sangat Berpengalaman : >15 Tahun 57 95
Jumlah 60 100

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa karir manusia menjadi tiga kelompok


umur petani mayoritas pada kelompok manusia, yaitu (1) usia dewasa, awal
umur 40-60 tahun dengan persentase antara 18 sampai 40 tahun, ciri khasnya
51,67 %. Riyanti (2003), menyatakan terkait dengan tugas pengembangan
perkembangan karir berjalan seiring dalam membentuk keluarga dan
dengan proses perkembangan manusia, pekerjaan, memiliki tugas pokok,
yang mengelompokkan perkembangan memilih bidang pekerjaan yang cocok

102
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

dengan bakat, minat dan faktor psikologis (2018), Anwarudin dan Haryanto (2018),
yang dimiliki sehingga kesehatan mental Harniati dan Anwarudin (2018)
dan fisiknya tetap terjaga; (2) usia dewasa melaporkan bahwa generasi muda belum
madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri banyak yang terlibat sebagai petani dan
khasnya keberhasilan dalam pekerjaan. lebih senang melakukan pekerjaan yang
Keberhasilan itu biasanya dicapai pada lain. Berdasarkan data deskripsi
usia empat puluh dan lima puluh, pada karakteristik umur responden bahwa
umur ini kebanyakan mencapai prestasi mayoritas petani ialah dewasa tengah atau
puncak, memiliki pekerjaan yang lebih tua, hal ini disebabkan karena banyaknya
baik dibanding dengan pekerjaan yang generasi muda yang kurang berminat
dimiliki ketika masih muda; (3) umur dalam bidang pertanian dan memilih
dewasa akhir di atas 60 tahun, pada masa dibidang lain selain pertanian.
ini mulai mengurangi kegiatan karirnya, Tingkat pendidikan pada Tabel 1
karena menurunnya kesehatan dan fisik, menunjukkan bahwa mayoritas petani
lebih banyak melakukan kegiatan sosial 83,33% yang memanfaatkan limbah
dan menikmati hasil jerih payah selama sayuran sebagai bokashi ialah tamatan SD
bekerja. Dewandini (2010) menyatakan atau rendah. Alasan utama mereka tidak
bahwa umur seseorang mempengaruhi menempuh pendidikan adalah faktor
cara berpikir, menyelesaikan masalah, ekonomi, mereka menganggap sekolah
menerima teknologi baru serta membutuhkan biaya mahal. Tenaga kerja
kemampuan fisiknya. Petani yang mereka pun sangat diperlukan untuk
memiliki umur muda mempunyai membantu orang tua dan keluarga untuk
semangat dalam pengembangan menopang ekonomi keluarga sehingga
usahatani, berbeda dengan petani yang mereka terbatas waktu dan kesempatan
umurnya tua dan sudah turun untuk melanjutkan pendidikan Hal
semangatnya untuk mengembangkan tersebut menunjukan bahwa berdasarkan
usahataninya. tingkat pendidikan, petani memiliki
Hasil penelitian sejalan dengan kesulitan dalam menerima inovasi. Hal
Yono et al. (2015), Anwarudin (2017), ini sejalan dengan pendapat Jalieli dan
Warya dan Anwarudin (2018), Liani et al. Sadono (2013), bahwa tingkat pendidikan
(2018), Saputra et al. (2018), dan Putri et petani sebagian besar adalah tamatan
al. (2019) mayoritas petani saat ini sekolah dasar karena kesadaran untuk
berumur tua. Wardani dan Anwarudin menempuh pendidikan pada masa lalu
103
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

masih kurang dan biaya pendidikan yang menentukan perilaku seseorang.


tidak terjangkau. Penelitian yang dilakukan Pambudy et al.
Hasil penelitian Hadiyati (2011), (2011) melaporkan bahwa pengalaman
menyatakan bahwa pendidikan dapat berwirausaha mempengaruhi perilaku
lebih memperluas interaksi. Oleh karena wirausaha petani. Hal ini diperkuat
pendidikan petani di Kecamatan dengan penelitian Fatchiya et al (2016)
Argapura yang mayoritas kategori rendah bahwa penerapan teknologi inovasi
mengalami kesulitan dalam berinteraksi berperan besar dalam meningkatkan
sehingga sulit dalam menerima inovasi. produktivitas usaha tani, sehingga
Pendapat Soekartawi dalam Farida berpeluang untuk meningkatkan
(2013), dapat diartikan bahwa petani yang kesejahteraan hidup rumahtangga petani
berpendidikan rendah agak sulit untuk dengan salah satu indikator yakni
melaksanakan adopsi inovasi ketahanan pangan rumahtangga petani.
pemanfaatan limbah sayuran sebagai Berdasarkan Tabel 1, sebanyak 95
bokashi sehingga sampai saat ini belum % petani adalah sangat berpengalaman.
adanya pemanfaatan limbah sayuran yang Hal ini menunjukkan bahwa petani sangat
baik. Sama halnya dengan pendapat berpengalaman dalam budidaya sawi
Widyastuti (2014), tingkatan pendidikan putih. Sejalan dengan pendapat Muchtar
dapat dilihat secara jelas melalui et al. (2014), bahwa semakin petani
pendidikan formal, meskipun demikian berpengalaman petani dalam
pendidikan non-formal memiliki peranan berusahatani, mereka semakin tahu dan
penting dalam meningkatkan memahami pengelolaan usahatani.
pengetahuan, keterampilan, pembangunan Pengalaman petani dalam berusahatani
pola pikir dan perilaku dalam berusaha yang relatif lama menghasilkan
tani. pengetahuan dan keterampilan yang baik
Pengalaman yang dimiliki dalam berusahatani.
seseorang menjadi referensi dalam
Tingkat Perilaku Petani dalam
mengambil suatu keputusan pada setiap Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai
tindakannya. Hal ini sejalan dengan Bokashi pada Tanaman Sawi Putih
pendapat Bandura (1986) bahwa Tingkat perilaku responden dalam
pengalaman masa lalu seseorang dapat penelitian ini dianalisis secara
menentukan konsekuensi masa depannya. keseluruhan dari semua tahapan yang ada
Oleh karena itu suatu pengalaman dapat dengan menggunakan indikator

104
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

pengetahuan, keterampilan, dan sikap pemanfaatan limbah sayuran sebagai


(Purwanto, 1998). Secara keseluruhan, pupuk bokashi pada tanaman sawi putih
tingkat perilaku petani dalam pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Perilaku Petani dalam Pemanfatan Limbah Sayuran sebagai Bokashi
Jumlah Persentase
No Persentase kategori
Responden (%)
1 35 – 70 35 58,3 Rendah
2 >70 – 105 25 41,7 Sedang
3 >105 – 140 0 0 Tinggi
Total 60 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat Kondisi perilaku yang mayoritas rendah


diketahui bahwa tingkat perilaku petani karena terbatas sarana dan prasarana, dan
dalam pemanfaatan limbah sayuran materi dalam kegiatan penyuluhan yang
sebagai pupuk bokashi termasuk dalam sudah dilaksanakan jarang membahas
mayoritas rendah dengan presentase terkait pemanfaatan limbah sayuran
sebesar 58,3 %. Hasil temuan dalam sebagai pupuk bokashi. Oleh karena itu
penelitian ini tidak sesuai dengan hasil petani belum banyak memiliki
penelitian Saleh (2010) yang menyatakan pengetahuan, keterampilan dan sikap
bahwa secara umum perilaku petani dalam pemanfaatan limbah sayuran
berada pada mayoritas sedang. Perbedaan sebagai pupuk bokashi yang tinggi.
ini disebabkan oleh perbedaan wilayah, Tingkat perilaku petani per
perbedaan responden dan perbedaan topik indikator dalam pemanfaatan limbah
bahasan, maka terdapat perbedaan juga, sayuran sebagai pupuk bokashi dapat
perilaku petani di Kecamatan Argapura. dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Perilaku Pertani Berdasarkan Indikator
Persentase
No Indikator Jumlah Responden Skala Kategori
(%)
29 17 – 34 48,3 Rendah
1 Pengetahuan 31 >34 – 51 51,7 Sedang
0 >51 – 68 0 Tinggi
43 6 – 12 71,7 Rendah
2 Keterampilan 17 >12 – 18 28,3 Sedang
0 >18 – 24 0 Tinggi
27 12-24 45 Rendah
3 Sikap 23 >24-36 38,3 Sedang
10 >36-48 16,7 Tinggi

105
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dengan kriteria usia produktif dalam


diketahui bahwa tingkat pengetahuan kegiatan pemanfaatan limbah sayuran
petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai pupuk bokashi. Namun demikian,
sebagai pupuk bokashi sebagisan besar petani belum menyadari pentingnya
tergolong sedang dengan persentase pemanfaatan limbah sayuran sebagai
51,7%. Kondisi ini disebabkan karena pupuk bokashi, karena setelah musim
mayoritas usia responden dewasa tengah panen tiba petani membiarkan begitu saja
(40-60) atau tua sehingga merasa rumit sisa hasil panennya, bahkan sebagian
dan memakan banyak waktu untuk dibuang ke aliran sungai tanpa
memanfaatkan limbah sayuran sebagai pemanfaatan. Pemanfaatan limbah
pupuk bokashi. Hal ini menunjukkan sayuran yang optimal dapat dipergunakan
bahwa tingkat pengetahuan petani dalam untuk memenuhi kebutuhan pupuk,
melaksanakan pemanfaatan limbah meningkatkan produksi dan
sayuran sebagai pupuk bokashi masih berpendapatan tinggi tanpa harus
tergolong mau atau berkeinginan untuk membeli lebih pupuk di kios sehingga
merubah kebiasaan, memiliki semangat petani dapat menghemat biaya produksi
serta kondisi lingkungan yang yang biasanya dikeluarkan.
mendukung untuk melakukan kegiatan Tingkat Keterampilan petani
tersebut. Tujuan utama pemanfaatan tergolong rendah dengan persentase
limbah sayuran sebagai pupuk bokashi 71,7%. Kebanyakan petani belum
yaitu untuk memenuhi kebutuhan pupuk memanfaatkan limbah sayuran sebagai
dalam budidaya, keinginan memperoleh pupuk bokashi atau petani hanya
produksi tinggi dan pendapatan yang membiarkan sisa panen lapuk di lahan.
lebih serta keinginan untuk hidup lebih Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
baik dengan lingkungan yang indah dan petani belum begitu bagus dalam
nyaman. Menurut Sudarta (2002), memanfaatkan limbah sayuran sebagai
pengetahuan petani sangat membantu dan pupuk bokashi, berdasarkan kondisi
menunjang kemampuannya untuk dilapangan mayoritas petani beranggapan
mengadopsi teknologi dalam usaha dan penggunaan pupuk yang sudah dipakai
kelanggengan usaha taninya. petani dianggap lebih mudah didapat
Berdasarkan keadaan dilapangan merupakan hal yang tidak bisa lepas
petani mempunyai pengetahuan sedang dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat

106
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

keterampilan dalam kegiatan ini adalah jalan bahkan dibuang begitu saja ke aliran
keikutsertaan petani dalam memanfaatkan sungai terdekat.
limbah sayuran, butuhnya petani
Faktor yang Berhubungan dengan
memperoleh pupuk untuk budidaya, Perilaku Petani dalam Pemanfaatan
membutuhkan lingkungan yang sehat, Limbah Sayuran sebagai Pupuk
Bokashi pada Tanaman Sawi Putih
bersih dan hijau serta butuhnya petani
Pengujian hubungan faktor-faktor
pendampingan serta pelatihan agar
yang berhubungan dengan perilaku petani
kegiatan pemanfaatan limbah sayuran
dalam pemanfaatan limbah sayuran
dapat berjalan optimal.
sebagai pupuk bokashi dilakukan dengan
Tingkat Sikap petani sebagian besar
uji analisis korelasi rank spearman.
tergolong rendah disebabkan oleh tingkat
Variabel dependen pada uji analisis
pendidikan rata-rata petani hampir 83%
korelasi rank spearman ini adalah
hanya sampai pada Sekolah Dasar.
variabel tingkat perilaku petani,
Rendahnya pendidikan mengakibatkan
sedangkan variabel independen pada uji
kurangnya pengetahuan dan kemampuan
korelasi rank spearman ini adalah
petani dalam memanfaatkan limbah
karakteristik petani (umur, tingkat
sayuran dengan baik. Hal ini
pendidikan dan lama berusahatani),
menunjukkan bahwa sikap petani dalam
sarana dan prasarana pembuatan bokashi,
memanfaatkan limbah sayuran sebagai
dan kegiatan penyuluhan (intensitas
pupuk bokashi tergolong paling rendah
penyuluhan, materi penyuluhan, media
dari kedua indikator yaitu pengetahuan
penyuluhan, dan metode penyuluhan).
dan keterampilan. Hal ini disebabkan
Berdasarkan hasil uji korelasi rank
apatisnya sikap petani terhadap
spearman diperoleh koefisien korelasi
lingkungan, dimana sisa hasil panen
dengan tingkat signifikan yang tersaji
dibiarkan dilahan atau ditumpuk dipinggir
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Petani
No Variabel Korelasi (r) Sign. Keterangan
1 Umur (x1.1) 0,006 0,965 Tidak Berhubungan
2 Pendidikan (x1.2) -0,048 0,718 Tidak Berhubungan
3 Lama Berusahatani (x1.3) 0,021 0,872 Tidak Berhubungan
4 Sarana dan Prasarana (x2) 0,209 0,110 Tidak Berhubungan
5 Kegiatan Penyuluhan (x3) 0,256 0,048 Berhubungan

107
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

Berdasarkan hasil pengujian sebagai motivator, dinamisator, pendidik,


statistik dengan menggunakan analisis fasilitator, dan konsultasi bagi petani.
korelasi rank spearman menunjukkan Selaras dengan pendapat Euriga (2018),
bahwa kegiatan penyuluhan memiliki implementasi penyuluhan hortikultura
nilai koefisien korelasinya sebesar 0,256 berkelanjutan ialah dipengaruhi oleh
dengan nilai signifikansi 0,048. Ini berarti kegiatan penyuluhan terdiri atas
semakin tinggi intensitas kegiatan kesesuaikan materi atau konten
penyuluhan, kesesuaian materi, media penyuluhan dan metode penyuluhan.
serta metode penyuluhan pada petani Berdasarkan penelitian dilapangan,
maka perilakunya dalam pemanfaatan kegiatan penyuluhan yang tergolong
limbah sayuran sebagai pupuk bokashi sedang disebabkan oleh intensitas
semakin tinggi. penyuluhan yang mayoritas rendah
Hal ini sejalan dengan pendapat dengan persentase 65. Hal ini terjadi
Setiana (2005) mengemukakan bahwa karena intensitas pertemuan tentang
penyuluhan merupakan sumber informasi pupuk bokashi hanya 1-2 kali bahkan ada
yang berperan dalam menjembatani yang belum pernah mengikuti penyuluhan
antara pengetahuan dan teknologi yang terkait pemanfaatan limbah sayuran
selalu berkembang dengan kegiatan sebagai pupuk bokashi. Penyebab lainnya
usahatani yang dijalankan oleh petani. adalah materi penyuluhan yang mayoritas
Singh et al (2015) menyatakan bahwa tergolong sedang dengan persentase 55.
kegiatan penyuluhan membantu petani Demikian pula media penyuluhan yang
untuk memperoleh informasi terbaru mayoritas sedang dengan persentase 85,
terkait aktivitas usahatani dan mendorong dan metode penyuluhan yang mayoritas
petani untuk menerapkan sebuah inovasi. sedang dengan persentase 93,3.
Setiawan (2015) menambahkan, penyuluh Karakteristik responden dalam
dapat membantu menyediakan informasi penelitian ini tidak berhubungan dengan
dan memberikan pandangan mengenai perilaku petani dalam pemanfaatan
masalah yang dibutuhkan petani. Hal limbah sayuran sebagai pupuk bokashi
tersebut sesuai dengan ungkapan pada tanaman sawi putih. Hal ini berbeda
Indraningsih (2011) bahwa peran dengan penelitian Nurfitriani (2016),
penyuluh pertanian dituntut tidak hanya tingkat perilaku petani memiliki
sekedar sebagai penyampai (desiminator) keterkaitan dengan karakteristik
teknologi dan informasi, tetapi juga responden, dan faktor pendukung dalam

108
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

meningkatkan perilaku petani. Hal ini Materi penyuluhan pertanian pada


diperkuat dengan hasil penelitian Charina hakikatnya adalah segala pesan yang
et al (2018), bahwa faktor-faktor yang ingin disampaikan oleh seorang penyuluh
memiliki keterkaitan dengan perilaku kepada petani. Materi penyuluhan adalah
petani dalam menerapkan pertanian pesan-pesan yang ingin disampaikan
berkelanjutan ialah karakteristik petani dalam proses komunikasi pembangunan.
yang terdiri atas umur, tingkat pendidikan Tujuan materi penyuluhan pertanian
formal dan pengalaman berusaha tani dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan
sayuran baik secara konvensional maupun kepentingan petani dan pelaku usaha
organik. Zainura (2016) menambahkan, pertanian lainnya dengan memperhatikan
bahwa faktor-faktor yang memiliki pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya
keterkaitan dengan perilaku petani ialah pertanian (Mardikanto 2009).
usia, pendidikan formal, pengalaman Penyampaian materi penyuluhan yang
berusaha tani, modal, dan luas lahan. mengacu pada kebutuhan sasaran.
Menurut Mardikanto (2009) kegiatan
Strategi untuk Meningkatkan Perilaku
Petani dalam Pemanfaatan Limbah penyuluhan bukanlah kegiatan bersifat
Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada mendadak atau insidental, melainkan
Tanaman Sawi Putih
harus terencana atau telah direncanakan
Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya. Selanjutnya, sesuai dengan
perilaku petani dalam pemanfaatan
prinsip-prinsipnya setiap kegiatan
limbah sayuran sebagai pupuk bokashi
penyuluhan harus mengacu kepada
pada tanaman sawi putih dapat disusun
kebutuhan yang (sedang) dirasakan
strategi peningkatan perilaku petani
kliennya, baik yang berkaitan dengan
dalam pemanfaatan limbah sayuran
kebutuhan kini, dan kebutuhan masa
sebagai pupuk bokashi melalui
mendatang (jangka pendek, menengah
peningkatan kegiatan penyuluhan.
dan jangka panjang).
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang
Kebutuhan petani diketahui melalui
kontinyu dan berkelanjutan. Kegiatan
nilai parameter terendah yang ada pada
penyuluhan dapat dilakukan dengan
pemanfaatan limbah sayuran sebagai
intensitas dua minggu sekali, sesuai
pupuk bokashi. Analisis aspek terendah
dengan rekomendasi sistem latihan dan
dilakukan dengan menggunakan analisis
kunjungan (LAKU) (Permentan No 82
Kendall’s W, hasil analisis dapat dilihat
Tahun, 2013).
pada Tabel 5.
109
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

Tabel 5. Hasil Analisis Kendall’s W Indikator Pemanfaatan Limbah sebagai Pupuk


Bokashi
No Indikator Mean Rank Prioritas
1 Pengetahuan
Persiapan 1,21 1
Produksi 1,79 2
Standarisasi 3,00 3
2 Keterampilan
Proses Pembuatan Pupuk 1,25 1
Bokashi
Penggunaan Pupuk 1,75 2
Bokashi
3 Sikap
Prinsip Lingkungan 2,00 2
Prinsip Ekonomi 1,00 1

Selanjutnya nilai terendah pada meningkatkan perilaku petani dalam


keterampilan petani terdapat pada pemanfaatan limbah sayuran sebagai
parameter proses pembuatan pupuk pupuk bokashi. Kegiatan penyuluhan
bokashi dengan nilai mean rank sebesar dapat dilaksanakan dengan materi (1)
1,25. Dan nilai terendah lainnya ialah Pengertian pupuk bokashi dan manfaat
parameter prinsip ekonomi dalam aspek pupuk bokashi, (2) Pemanfaatan limbah
sikap petani dengan nilai mean rank sayuran sebagai pupuk bokashi, dan (3)
sebesar 1,00. Kegiatan penyuluhan Pembuatan pupuk bokashi dari limbah
dilakukan sebagai upaya tindak lanjut sayuran.
dari hasil kajian dalam rangka untuk
Tabel 6. Hasil Analisis Kendall’s W Perilaku Petani
No Indikator Mean Rank Prioritas
1 Pengetahuan 2,70 3
2 Keterampilan 1,00 1
3 Sikap 2,30 2

Berdasarkan Tabel 6 dapat yang perlu dipertimbangkan ialah dalam


diketahui bahwa nilai terendah pada menentukan metode dan media
aspek keterampilan dengan nilai mean penyuluhan.
rank sebesar 1,00. Hal ini menunjukkan Menurut Permentan No 52 tahun
bahwa keterampilan petani belum begitu 2010, metode penyuluhan pertanian
bagus dalam memanfaatkan limbah adalah cara/teknik penyampaian materi
sayuran sebagai pupuk bokashi, maka hal oleh penyuluh kepada pelaku usha dan

110
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

pelaku utama agar mereka mau dan (Mardikanto 2009). Begitupun menurut
mampu menolong dan Widodo dan Nuraeni (2006), media
mengorganisasikan dirinya dalam penyuluhan adalah alat bantu penyuluh
mengakses informasi pasar, teknologi, dalam melaksanakan penyuluhan yang
permodalan dan sumberdaya lainnya dapat merangsang sasaran suluh untuk
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan dapat menerima pesan-pesan penyuluhan,
produktivitas, efisiensi usaha, dapat berupa media tercetak, visual
pendapatan dan kesejahteraannya serta ataupun audiovisual dan komputer.
meningkatkan kesadaran dan pelestarian Penggunaan media yang beragam agar
lingkungan hidup. Penggunaan metode petani dapat tertarik untuk mengikuti
penyuluhan dipilih berdasarkan keadaan kegiatan penyuluhan. Kegiatan
sasaran dan target penyuluhan yang penyuluhan dapat dilakukan dengan
dicapai. Metode yang dapat digunakan menggunakan media pendukung slide,
dalam kegiatan penyuluhan adalah video serta penyebaran leaflet. Pemutaran
demonstrasi cara, demontrasi plot, video dilakukan untuk lebih menarik
ceramah, diskusi, pemutaran slide, perhatian petani menyimak materi
pemutaran video, dan pembagian leafle. penyuluhan yang diberikan, penyebaran
Perpaduan metode yang digunakan leaflet dilakukan untuk mempermudah
dalam kegiatan penyuluhan dilakukan petani mengingat materi yang telah
berdasarkan hasil penelitian ini, dimana disampaikan.
dapat diketahui bahwa sasaran Mengingat bahwa setiap metode
penyuluhan sangat beragam. Baik dan media memiliki kelebihan dan
beragam karakteristik individunya, kekurangannya masing-masing, maka
beragam lingkungan fisik dan sosial, kegiatan penyuluhan dilakukan dengan
serta beragam pula kebutuhan- memadukan beberapa metode dan
kebutuhannya, motivasi serta tujuan yang beberapa media. Pemilihan metode dan
diinginkan. media ini sejalan dengan pendapat
Media atau perlengkapan Mardikanto (2009) yang menyatakan
penyuluhan sangat penting untuk bahwa tidak ada satupun metode yang
membantu kelancaran pelaksanaan selalu efektif untuk diterapkan dalam
penyuluhan maupun untuk memperjelas setiap kegiatan penyuluhan. Bahkan
materi yang disampaikan agar mudah menurutnya, dalam banyak kasus
diingat dan dipahami oleh sasarannya kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan
111
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

dengan menerapkan beragam metode Majalengka, maka dapat disampaikan


sekaligus yang dapat saling menunjang saran yaitu (1) Pemerintah setempat harus
dan melengkapi. lebih memperhatikan kebutuhan petani
dalam pemanfaatan limbah sayuran

KESIMPULAN DAN SARAN sebagai pupuk bokashi agar kegiatan


tersebut dapat berlanjut dan mempunyai
Kesimpulan
efek positif bagi petani maupun
Mayoritas tingkat perilaku petani pemerintah setempat, (2) Perlunya
dalam pemanfaatan limbah sayuran penyediaan sarana dan prasarana bagi
sebagai pupuk bokashi pada tanaman petani dalam pemanfaatan limbah sayuran
sawi putih terdapat pada kategori rendah sebagai pupuk bokashi agar perilaku
dengan presentase sebesar 58,3%. Faktor petani dalam menjalankan kegiatan
yang berhubungan dengan perilaku tersebut meningkat, serta perlunya
petani dalam pemanfaatan limbah bimbingan penyuluh yang intensif agar
sayuran sebagai pupuk bokashi pada semangat jiwa petani dalam kegiatan
tanaman sawi yaitu kegiatan penyuluhan. usahatani meningkat, dan (3) Diharapkan
Strategi untuk meningkatkan perilaku kegiatan penyuluhan yang sudah pernah
petani adalah dengan menguatkan diberikan oleh mahasiswa bisa
kegiatan penyuluhan melalui dilanjutkan oleh pihak penyuluh setempat
meningkatkan intensitas penuluhan, agar kegiatan tersebut dapat berjalan
materi dan media penyuluhan yang secara berkelanjutan serta bermanfaat
sesuai kebutuhan petani terkait bagi petani.
pemanfaatan limbah sayuran sebagai
pupuk bokashi, metode yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
ialah demonstrasi cara, demonstrasi plot,
diskusi, ceramah, dan penyebaran leaflet. Anwarudin O. 2017. Faktor Penentu
Partisipasi Petani pada Program
Saran Upaya Khusus (UPSUS) Padi di
Kabupaten Manokwari, Papua
Berdasarkan hasil kajian tentang Barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian.
12 (1): 67-79.
perilaku petani dalam pemanfaatan
Anwarudin O, Haryanto Y. 2018. The
limbah sayuran sebagai pupuk bokashi Role of Farmer-to-Farmer
pada tanaman sawi yang dilakukan di Extension as a Motivator forbThe
Agriculture Young Generation.
Kecamatan Argapura, Kabupaten International Journal of Social

112
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

Science and Economic Research: 3 Hadiyati E. 2011. Kreativitas dan Inovasi


(1):428-437. Berpengaruh Terhadap
Kewirausahaan Usaha Kecil. Jurnal
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan
Manajemen dan Kewirausahaan.
Argapura Dalam Angka.
13(1): 8-16
Majalengka: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Majalengka. Diakses Harniati, Anwarudin O. 2018, The
pada tanggal 7 Februari 2019 interest and action of young
agriculture entrepreneur on
BP3K Kecamatan Argapura. 2018.
agribussines in Cianjur Regency,
Programa Penyuluhan, Pertanian,
West Java. Jurnal Penyuluhan.
Perikanan dan Perkebunan
14(1): 148-157.
Kecamatan Argapura.Majalengka:
Dinas Pangan. Indraningsih K S, 2011. Pengaruh
Penyuluhan Terhadap Keputusan
Charina A, Kusumo R A B, Sadeli A H,
Petani Dalam Mengadopsi Inovasi
Deliana Y. Faktor-faktor yang
Teknologi Usahatani Terpadu.
Mempengaruhi Petani dalam
Jurnal Agro Ekonomika, 29(1): 9-
Menerapkan Standar Operasional
12
Prosedur (SOP) Sistem Pertanian
Organik di Kabupaten Bandung Jalieli A dan Sadono D. 2013. Tingkat
Barat. Jurnal Penyuluhan, 14(01): Partisipasi dan Keberdayaan Petani
71 Almuni Program SL-PTT (Kasus
Desa Gresik Wetan Kabupaten
Dewandini, Sri K.R. 2010. Motivasi
Cirebon). Jurnal
Petani dalam Budidaya Tanaman
Penyuluhan:9(2):99-108.
Mendong (Fimbristylis globulosa)
di Kecamatan Minggir Kabupaten Liani F, Sulistyowati D, Anwarudin O.
Sleman. Skripsi 2010 Jurusan 2018. Perspektif Gender dalam
Penyuluhan dan Komunikasi Partisipasi Petani pada Program
Pertanian. Surakarta: Universitas Kawasan Rumah Pangan Lestari
Sebelas Maret. (KRPL) Tanaman Sayuran di
Kecamatan Kersamanah Kabupaten
Euriga E, Amanah S, Fatchiya A, Asngari
Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal
P S. 2018. Implementasi
Penyuluhan Pertanian, 13(1):21-32.
Penyuluhan Hortikultura
Berkelanjutan di Provinsi D.I. Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan
Yogyakarta. Jurnal Penyuluhan, Pertanian. Surakarta. Lembaga
14(02): 292-300. Pengembangan Pendidikan (LPP)
UNS dan UPT UNS Press
Farida I. 2013. Keberdayaan Petani
Melalui Gabungan Kelompok Tani Muchtar K, Susanto J, Purnaningsih N.
Di Kecamatan Ciruas, Kabupaten 2015. Adopsi Teknologi Petani
Serang Provinsi Banten. Laporan pada Sekolah Lapangan
Akhir Penelitian Dosen Pemula. Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-
Universitas Terbuka. Jakarta. PTT). Jurnal Penyuluhan, 11(2):
176-185
Fatchiya A, Amanah S, Kusumastuti YI.
2016. Penerapan Inovasi Teknologi Ningsih F, Sjaf S. 2015. Faktor-Faktor
Pertanian dan Hubungannya dengan yang Menentukan Keterlibatan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pemuda Pedesaan pada Kegiatan
Petani. Jurnal Penyuluhan, 12(2): Pertanian Berkelanjutan. Jurnal
190-197 Penyuluhan, 11(1): 23-37
113
Perilaku Petani dalam Pemanfaatan Limbah Sayuran sebagai Pupuk Bokashi pada Tanaman Sawi
Putih di Argapura, Majalengka. D’Ockta Anggini, Rudi Hartono, Oeng Anwarudin.

Nurfitriani N, Fatchiya A, Susanto Djoko. Kecamatan Greged Kabupaten


2016. Perilaku Kewirausahaan Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Pelaku Usaha Pempek Skala Penyuluhan Pertanian, 13(2):49-60.
Industri Kecil dan Menengah di Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan
Kota Palembang, Provinsi Sumatera Pemberdayaan Masyarakat. Bogor:
Selatan. Jurnal Penyuluhan 2(12): Ghalia Indonesia.
115-122.
Setiawan A. 2015. Kajian Analitik
Pambudy R, Burhanuddin, Priatna WB, Masalah-masalah Penyuluhan
Nia R. 2011. Analisis Perilaku Pertanian. Jurnal Penyuluhan: 1(1):
Wirausaha Mahasiswa Institut 57-61.
Pertanian Bogor. Prosiding Seminar
Penelitian Unggulan Departemen Singh, M., Maharjan, K.L., Maskey, B.
Agribisnis. 179-196 2015. Factors Impacting Adoption
of Organic Farming in Chitwan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 District of Nepal. Asian Economic
Tahun 2013. Tentang Pedoman and Social Society, 5(1): 1-12.
Pembinaan Kelompoktani dan
Gabungan Kelompoktani, Jakarta: Sudarta W. 2002. Pengetahuan dan Sikap
Departemen Pertanian. Petani Terhadap Pengendalian
Hama Terpadu. Jurnal Sosial
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Ekonomi Pertanian dan Agribisnis.
Tahun 2010. Tentang Metode SOCA 2: 31-34.
Penyuluhan Pertanian, Jakarta:
Departemen Pertanian. Untung K. 1997 Peranan Pertanian
Organik Dalam Pembangunan yang
Purwanto H. 1998. Pengantar Perilaku Berwawasan Lingkungan. Makalah
Manusia. Jakarta: EGC. yang Dibawakan dalam Seminar
Putri C A, Anwarudin O, Sulistyowati D. Nasional Pertanian Organik.
2019. Partisipasi Petani dalam Yogyakarta: Universitas Gajah
Kegiatan Penyuluhan dan Adopsi Mada.
Pemupukan Padi Sawah di Wardani, Anwarudin O. 2018. Peran
Kecamatan Kersamanah Kabupaten penyuluh terhadap penguatan
Garut. Jurnal Agribisnis Terpadu, kelompoktani dan regenerasi petani
12(1): 103-119. di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Jurnal TABARO Agriculture
Sudut Pandang Psikologi Science. 2(1):191-200.
Kepribadian. Jakarta (ID): Warya A, Anwarudin O. 2018. Factors
PT.Grasindo. Affecting Farmer Participation In
Saleh A. 2010. Perilaku Petani dalam Paddy-Special Efforts Program At
Menerapkan Teknologi Produksi Karawang, Indonesia. International
Kakao: Kasus Kecamatan Sirenja Journal of Social Science and
Sulawesi Tengah. Pelita economic Research. 03(8): 3857-
Perkebunan Volume 26 Nomor 1. 3867.
Bogor: Pascasarjana Institusi Widodo S dan Nuraeni, I. 2006. Media
Pertanian Bogor. Penyuluhan Pertanian. Jakarta:
Saputra C, Anwarudin O, Sulistyowati D. Universtas Terbuka.
2018. Persepsi dan Adopsi Widyastuti N, Ruwaida I P, Trisnasari W.
Pengendalian Hama Terpadu Lalat 2014. Partisipasi Petani dalam
Buah pada Tanaman Mangga di

114
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

Program Pengabdian Masyarakat dan Karakteristik Petani. Jurnal


melalui Pola Sekolah Lapangan. J. Penyuluhan Pertanian: 15 (1).
Penyuluhan Pertanian ISSN 1907- Zainura U, Kusnadi N, Burhanuddin.
5839. Vol 09(2). Bogor: Sekolah 2017. Perilaku Kewirausahaan
Tinggi Penyuluhan Pertanian Petani Kopi Arabika Gayo di
Bogor. Kabupaten Bener Meriah Provinsi
Yono, widyastuti dan Muslihat EJ. 2015. Aceh. Jurnal Penyuluhan,
Hubungan Fungsi Kelompoktani 12(2):130-133.

115

Anda mungkin juga menyukai