Anda di halaman 1dari 7

BLOK 02 Oktober 2021

SKENARIO

Oleh:

SARI ARISKA RENYILDHA


N10120161

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2020/2021
1. Diagnosis banding trauma thorax?
JAWAB:
Pneumotoraks adalah kolapsnya paru-paru ketika udara menumpuk di antara pleura
parietal dan visceral di dalam dada. Udara berada di luar paru-paru tetapi di dalam rongga
dada. Ini memberi tekanan pada paru-paru dan dapat menyebabkan keruntuhannya dan
pergeseran struktur di sekitarnya. Pneumotoraks bisa traumatis atau atraumatik.
Pneumotoraks traumatis terjadi sekunder akibat trauma tembus atau tumpul atau
iatrogenik. Pneumotoraks iatrogenik adalah pneumotoraks traumatis yang diakibatkan
oleh cedera pada pleura, dengan masuknya udara ke dalam rongga pleura akibat
intervensi medis diagnostik atau terapeutik. Pneumotoraks atraumatik dibagi lagi menjadi
primer (etiologi tidak diketahui) dan sekunder (pasien dengan penyakit paru yang
mendasarinya).

Pneumotoraks diklasifikasikan sebagai sederhana (tidak ada pergeseran struktur


mediastinum), ketegangan (ada pergeseran struktur mediastinum), atau terbuka (udara
melewati luka dada terbuka). Tension pneumotoraks adalah kondisi parah yang terjadi
ketika udara terperangkap di ruang pleura di bawah tekanan positif, menggeser struktur
mediastinum, dan mengganggu fungsi kardiopulmoner. Pengenalan dini kondisi ini
menyelamatkan nyawa baik di luar rumah sakit maupun di ICU modern. Pengetahuan
tentang prosedur dekompresi dada darurat yang diperlukan sangat penting untuk semua
profesional kesehatan. Pneumotoraks traumatis dan ketegangan mengancam jiwa dan
memerlukan perawatan segera.
SUMBER:
Jalota, R., & Sayad, E. (2020). Tension pneumothorax. StatPearls [Internet].

2. Apa diagnosis dari skenario?


JAWAB:
Hemotoraks adalah sekuele umum setelah trauma toraks dan berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Pada kasus ini bisa saja mengalami tertusuk di
costa pulmo dextranya sehinggan berdarah terus tampakan nya rontgen itu jadi opak

Diagnosis hemothorax ditegakkan jika ditemukan darah pada cavum pleura. Pada
anamnesis dapat ditanyakan mekanisme trauma, dan apabila bukan disebabkan oleh
trauma maka gali faktor risiko pasien. Rontgen thorax dalam posisi erect adalah
pemeriksaan penunjang pilihan dalam kasus cedera thorax.

Anamnesis
Pada pasien dengan suspek hemothorax, riwayat yang perlu dibedakan adalah apakah
penyebab hemothorax traumatik atau nontraumatik. Apabila pasien datang dengan
trauma, maka tanyakan mekanisme trauma, serta riwayat pembedahan pada regio thorax
sebelumnya. Apabila penyebab hemothorax dicurigai nontraumatik maka tanyakan faktor
risiko pasien.

SUMBER:
Patel, N. J., Dultz, L., Ladhani, H. A., Cullinane, D. C., Klein, E., McNickle, A. G., ... &
Kasotakis, G. (2020). Management of simple and retained hemothorax: a practice
management guideline from the Eastern Association for the Surgery of Trauma. The
American Journal of Surgery.

Mancini M. Hemothorax. In: Medscape [Internet]. Medscape; 2018. Available from:


https://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a5

Mahoozi HR, Volmerig J, Hecker E. Modern Management of Traumatic Hemothorax. J


Trauma Treat. 2016;5(3).

3. Anatomi regio thorax?


A Thorax
a Dilihat dari ventral, b dilihat dari dorsal.
Thorax dibentuk oleh Vertebrae thoracicae, dua belas pasang iga (Costa) dan Sternum
Struktur- struktur ini terhubung satu sama lain secara mobil melalui ikatan ligamenta
serta sendi se- benarnya maupun sendi palsu, dan dikokohkan oleh otot-otot antar-iga
(Musculi intercostales} Thorax menutupi rongga dada (Cavitas thoracis) dan memiliki
bukaan ke atas (Apertura thoracis superior) serta ke bawah (Apertura thoracis inferior).
Di samping perbedaan individual, bentuk Torax dipengaruhi juga oleh usia dan jenis
kelamin. Pada bayi yang masih menyusu, tulang- tulang iga masih menunjukkan
kemiringan ringan dan hampir horizontal. Seiring bertambahnya usia, tulang iga turun
dan bertambah "miring" serta Throrax menjadi lebih pipih di arah sagital. Bersamaan
dengan itu, Apertura thoracis inferior mengecil. Biasanya, Thorax perempuan lebih
pendek dan kecil daripada Thorax laki-laki Rangka thorax yang berfungsi normal
bersama dengan struktur dinding ototnya membentuk sebuah selimut yang kuat dan stabil
yang me- mungkinkan gerak pernapasan, dan menjadi prasyarat untuk pernapasan normal
Fungsi ini akan terlihat jelas pada trauma Thorax berat, mis. Fraktur serial tulang iga
akibat trauma tumpul yang biasanya menyebabkan pernapasan para- dox (dinding Thorax
yang terkena bergerak masuk saat inspirasi, dan keluar saat expirasi) karena dinding
Thorax tidak stabil. Udara yang mengalir bolak-balik dari paru kiri ke kanan
meningkatan ventilasi ruang rugi (=penurunan pertukaran gas di alveolus) sehingga
terjadi insufisiensi pernapasan. Oleh sebab itu, pasien biasanya harus diintubası.
C. Costae verae, spuriae, dan fluctuantes Dilihat dari lateral. Setiap pasang iga simetris
bilateral, tetapi bentuk pada setiap ruas ber- beda-beda. Tujuh pasangan iga pertama dise
but iga sejati (Costae verae) dan, pada keadaan normal, langsung bersendi dengan
Sternum. Lima pasang berikutnya disebut iga palsu (Costae spuriae); iga ke-8, 9 dan 10
berhubungan dengan Sternum secara tidak langsung karena tulang rawannya melekat
pada tulang rawan Costa yang terletak lebih tinggi sehingga de- ngan cara ini ikut
membentuk lengkung iga (Arcus costalis) (bandingkan Aa). Ujung dua pasang iga
melayang (Costae fluctuantes) ter- akhir biasanya berujung bebas di antara otot- otot
dinding perut samping.

SUMBER: Michael Schünke, Erik Schulte, Udo Schumacher. 2017. Atlas anatomi
manusia Prometheus : anatomi umum dan sistem gerak. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Epidemiologi dari skenario?
Jawab:
 Epidemiologi hemothorax sulit ditentukan, sehingga data yang ada sering
dikaitkan dengan cedera thorax. Cedera thorax diperkirakan terjadi pada 60%
pasien multitrauma dan merupakan penyebab dari 20-25% mortalitas terkait
trauma. Angka kejadian cedera thorax di Amerika dilaporkan mencapai 60% dari
kasus multitrauma. Dari angka ini, diperkirakan terdapat 300.000 kejadian
hemothorax terkait trauma per tahun.

 Pneumotoraks traumatik dan ketegangan lebih sering terjadi daripada


pneumotoraks spontan. Aspirasi jarum transtoraks dan kateter vena sentral
biasanya merupakan penyebab tersering pneumotoraks iatrogenik. Tingkat
pneumotoraks iatrogenik meningkat di rumah sakit AS karena modalitas
perawatan intensif semakin bergantung pada ventilasi tekanan positif dan kateter
vena sentral. Kateterisasi vena sentral meningkatkan risiko pneumotoraks bila
ditempatkan di jugularis interna atau subklavia. Insidennya sekitar 1 sampai 13%
tetapi meningkat menjadi 40% jika beberapa upaya dilakukan. Angka-angka ini
lebih rendah jika prosedur dilakukan di bawah ultrasound. Pneumotoraks
iatrogenik biasanya menyebabkan morbiditas yang substansial tetapi jarang
menyebabkan kematian. Insidennya adalah 5 sampai 7 per 10.000 rawat inap.
Tension pneumotoraks dapat berkembang pada 1 hingga 2% kasus yang awalnya
muncul dengan pneumotoraks spontan idiopatik. Sulit untuk menentukan kejadian
sebenarnya dari tension pneumotoraks karena pada saat pasien trauma diangkut ke
pusat trauma, mereka telah menerima torakotomi jarum dekompresi. Pasien
dengan trauma cenderung memiliki pneumotoraks terkait atau pneumotoraks
ketegangan 20% dari waktu. Dalam kasus trauma dada yang parah, ada
pneumotoraks terkait 50% dari waktu. Insiden pneumotoraks traumatis tergantung
pada ukuran dan mekanisme cedera. Sebuah tinjauan kematian militer dari trauma
toraks menunjukkan bahwa hingga 5% dari korban pertempuran dengan trauma
toraks memiliki tension pneumothorax pada saat kematian.

SUMBER:
 Broderick SR. Hemothorax Etiology , Diagnosis , and Management. 2013;23:89–
96.
 Mancini M. Hemothorax. In: Medscape [Internet]. Medscape; 2018. Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a5
 Jalota, R., & Sayad, E. (2020). Tension pneumothorax. StatPearls [Internet].
5. Tatalaksana dari skenario?
Penatalaksanaan hemothorax dapat dibagi menjadi dua yaitu tata laksana awal
menggunakan kateter interkostal dan tata laksana lanjutan yang dapat berupa
medikamentosa ataupun pembedahan sesuai indikasi.

Penatalaksanaan Awal
Tujuan dari tata laksana awal pada pasien hemothorax bertujuan untuk menstabilisasi
kardiopulmonal serta mengevakuasi darah dari pleura.
SUMBER:
Mancini M. Hemothorax. In: Medscape [Internet]. Medscape; 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a5
6. Sistem rujukan?
JAWAB:
Pneumothorax
 Skrining dan diagnosa klinis Penanganan awal di PPK 1
 Rujuk PPK 2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
 Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 2 untuk kasus:
- Pneumothorax tanpa penyulit Sarana/ prasarana
 Thorax Foto, Alat WSD /Continous suction WSD Thorak.
 Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila :
- Pneumothorax dg Sepsis
- Pneumothorax dg Gagal Napas
- Pneumothorax dg Penyulit
 Penanganan di PPK 3 untuk kasus:
- Pneumothorax dg Sepsis
- Pneumothorax dg Gagal Napas
- Pneumothorax dg Penyulit

Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah


TKV

SUMBER: IDI, 2017. PEDOMAN PENGELOLAAN RUJUKAN PENYAKIT


BERDASARKAN KLASIFIKASI KASUS DAN KOMPETENSI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai