Anda di halaman 1dari 9

Agroscience Vol 7 No.

2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 253

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PENERAPAN


PADI PANDANWANGI ORGANIK
(Studi Kasus di Desa Tegallega Kecamatan Warungkondang)

Oleh :
Helmi Gerhana Putra S.P *
Rosda Malia, S.P., M.Si **

Padi Pandanwangi organik merupakan padi lokal unggulan khas Kabupaten Cianjur. Di tengah minat
masyarakat yang semakin tinggi akan pangan yang bersifat organik, sosialisasi pandanwangi organik sudah
dilakukan sejak Tahun 2000 namun baru dilakukan oleh sebagian kecil petani. Sehingga perlu adanya suatu
pengkajian mengenai tingkat adopsi, agar dapat memberi masukan bagi pengembangan Padi Pandanwangi organik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani Padi Pandanwangi organik dan
mengetahui tingkat adopsi petani terhadap penerapan Padi Pandanwangi organik. Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Tegallega, pada bulan Maret sampai bulan Juli 2017. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosial mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan
SD, mempunyai luas lahan > 1 Ha, berpendapatan perbulan > Rp. 1.420.624, memiliki harta benda > Rp.
30.000.000 dan tingkat adopsi petani terhadap penerapan Padi Pandanwangi organik tergolong tinggi.

Kata Kunci : Tingkat Adopsi, Pertanian Organik, Padi Pandanwangi

Pandanwangi Organic rice is superior local rice originated from Cianjur. In the midst of the growing interest of the community
towards organic food, the socialization of organic pandanawangi has been done since 2000 but only by small number farmers. So then
it is needed to assess the organc rice farming adoption level in order to provide better input for the development of rice pandanwang
farmingi. This study aimed at the determination the socio-economic characteristics of organic pandanwangi rice farmers and as well as
the adoption level. This research conducted in Tegallega Village, from March to July 2017. The data were analized using descriptive
statistics. The results show the majority of respondents is male, they had been completed primary school, having farm land >1 ha with
monthly income >Rp 1.420.624 and assets worthy > Rp 30.000.000. The level of pandanwangi organic rice farming is high .

Keywords: Adoption Rate, Organic Farming, Pandanwangi Rice

* Alumni Faster UNSUR


** Dosen Faster UNSUR

PENDAHULUAN global dalam dasawarsa ini semakin meningkat yang


diimplementasikan dengan usaha-usaha yang konkrit
Pembangunan pertanian Indonesia dihadapkan untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan
pada permasalahan pokok yang terkait dengan kerusakan sumberdaya tanah, air dan udara serta aman
pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari bagi kesehatan manusia. Salah satu bentuk usaha
pertumbuhan produksinya. Disisi lain, permintaan tersebut yakni pengembangan pertanian organik yang
pangan sejalan dengan pertumbuhan penduduk, akrab dengan lingkungan dan menghasilkan pangan
pertumbuhan industri pangan, daya beli masyarakat yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat
dan perubahan selera menyebabkan kebutuhan pangan kimia yang mematikan. Pertanian organik yakni proses
nasional meningkat. Perhatian masyarakat dunia budidaya yang menyelaraskan pada keseimbangan
terhadap soal pertanian, kesehatan dan lingkungan

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 254

ekologi, keanekaragaman varietas dan keharmonisan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan
lingkungan sekitar. (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima
Di Indonesia pertanian organik baru dikenal awal “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat
tahun 1990-an. Pertanian Organik merupakan kegiatan sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak
bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat
Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak melakanakan atau menerapkannya dengan benar serta
negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya.
adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati
alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan secara langsung maupun tidak langsung oleh orang
pestisida organik. Pertanian organik merupakan lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan : sikap,
tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. pengetahuan dan atau ketrampilannya (Mardikanto,
Akhir–akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga 1993).
kelestarian lingkungan makin meningkat (Andoko, Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling
2008). mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu
Meningkatnya permintaan pangan sehat makan setiap hari. Pertanian merupakan kegiatan
mendorong pengembangan pandanwangi organik. campur tangan manusia (pada tumbuhan asli maupun
Salah satu daerah pengembangan pandanwangi organik daur hidup tumbuhan) dalam menanami lahan/tanah
yaitu Kecamatan Warungkondang khususnya di Desa dengan tanaman yang akan menghasilkan sesuatu hasil
Tegallega. Di Desa Tegallega terdapat beberapa yang dapat dipanen (Sutanto, 2002). Campur tangan
kelompok tani, diantaranya : Kelompok Tani Sari Tani, manusia dalam pertanian modern dirasa semakin jauh
Karya Barokah, Mayang Warna, Sari Barokah dan dalam bentuk masukan bahan kimia pertanian yang
Mekar Tani. Akan tetapi baru 2 kelompok tani yang akan merusak kondisi alam. Keberlanjutan sumber
membudidayakan padi pandanwangi organik yaitu daya alam perlu dipikirkan agar lahan pertanian tidak
Kelompok Tani Karya Barokah dan Kelompok Tani semakin rusat karena terlalu banyak menerima
Mayang Warna. Sosialisasi pandanwangi organik sudah input/masukan bahan kimia. Pertanian organik
dilakukan sejak Tahun 2000 namun baru dilakukan dikembangkan sebagai upaya untuk mengatasi
oleh sebagian kecil petani. kerusakan alam tersebut
Untuk meningkatkan hasil produksi Padi Pandanwangi adalah beras khas Cianjur yang
pandanwangi perlu adanya pembinaan dan penyuluhan berasal dari padi bulu varietas unggul lokal Javanica.
kepada para petani. Dalam mengadopsi suatu Aroma yang dimiliki oleh padi dan beras ini adalah
teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa aroma daun pandan, maka sejak Tahun 1973 padi ini
faktor diantaranya yaitu umur, tingkat pendidikan, dikenal dengan sebutan pandanwangi. Ciri-ciri Padi
pengalaman bertani, tingkat kosmopilitan, luas lahan, Pandanwangi ini yaitu tinggi tanaman rata-rata diatas 1
luas usaha tani, mengadopsi inovasi, tingkat partisipasi (satu) meter, tidak tahan rebah, umur panjang yaitu
dan total pendapatan (Soekartawi, 1988). Sehingga panen 2 (dua) kali setahun dan kurang respon terhadap
perlu adanya suatu pengkajian mengenai tingkat pemupukan (Gandhi, 2008).
adopsi, agar dapat memberi masukan bagi Padi Pandanwangi menurut Peraturan Daerah
pengembangan padi pandanwangi organik di Desa Kabupaten Cianjur No 19 Tahun 2012 menyatakan
Tegallega Kecamatan Warung Kondang. bahwa padi Pandanwangi Cianjur adalah padi varietas
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: unggul lokal yang beraroma khas pandan serta serta
1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani rasa pulen, termasuk varietas javanica yaitu padi bulu
padi pandanwangi organik di Desa Tegallega dengan ciri khas tanaman padi Pandanwangi adalah
Kecamatan Warungkondang. butiran gabahnya agak bulat, gemuk, di ujung butir
2) Mengetahui tingkat adopsi petani terhadap beras terdapat putih kapur.
penerapan padi pandanwangi organik di Desa Menurut Lionberger dalam Mardikanto (1993)
Tegallega Kecamatan Warungkondang. mengemukakan beberapa faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi kecepatan seseorang untuk
Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), mengadopsi inovasi meliputi:
pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 255

1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin Dalam pelaksanaan penelitian ini jumlah responden
cepat mengadopsi, karena mempunyai yang diambil sebanyak 30 orang. Pengambilan
kemampuan ekonomi yang lebih baik. responden disamaratakan dari dua kelompok.
2) Tingkat pendapatan, seperti halnya luas usahatani, Jenis dan sumber data yang digunakan dalam
petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi. Menurut Lungan (2006), data primer dan data
3) Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap sekunder dibedakan berdasarkan cara memperolehnya.
awal biasanya tidak selalu berhasil seperti yang Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu
diharapkan. Karena itu, inividu yang mempunyai hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap
keberanian menghadapi resiko biasanya lebih (Hasan, 2009). AdapunTeknik yang digunakan untuk
inovatif. pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya wawancara, observasi dokumentasi dan aplikasi
semakin lamban kuesioner.
5) Mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011),
melalukan kegiatan yang sudah diterapkan oleh wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
warga masyarakat setempat. bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
6) Tingkat partipasinya dalam kelompok/organisasi sehingga dikontruksikan makna dalam suatu topik
di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat tertentu.
yang suka bergabung dengan orang-orang di luar Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011)
sistem sosialnya umumnya lebih inovatif mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
dibanding mereka yang hanya melakukan kontak proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pribadi dengan warga masyarakat setempat. berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara
7) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
Golongan masyarakat yang aktif mencari ingatan.
informasi dan ide-ide baru biasnya lebih inovatif Dokumentasi adalah metode pengumpulan data
dibanding mereka yang hanya melakukan kontak yang datanya diperoleh dari arsip, buku, internet atau
pribadi dengan warga masyarakat setempat. dokumen lain yang berhubungan dengan masalah
8) Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan penelitian. studi dokumen merupakan pelengkap dari
inovatif biasanya banyak memanfaatkan sumber penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
informasi. penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat
METODE PENELITIAN pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Metode
Penelitian dilakukan di Desa Tegallega pengolahan dan analisis data terdiri dari: 1) Analisis
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. deskriptif yang tujuannya untuk mendeskripsikan atau
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
dengan pertimbangan bahwa Desa Tegallega melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya,
Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
sentra penghasil padi Pandanwangi organik di (Sugiyono, 2007). 2) Pengukuran dengan
Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan selama menggunanakan skala likert yang digunakan untuk
lima bulan, mulai dari Bulan Maret sampai Bulan Juli mengukur sikap, pendapatan dan persepsi seseorang
2017. atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
Populasi menurut Sugiyono (2007) memberikan (Sugiyono, 2009).
definisi sebagai berikut: wilayah generalisasi yang Hasil dari pengukuran dengan skala likert
terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kemudian di pisahkan berdasarkan kelas yang telah
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh ditentukan. Menurut Sudjana (2005), untuk penentuan
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kelas ialah rentang (data terbesar dikurangi data
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu para terkecil) dibagi banyaknya kelas/angka.
petani di Desa Tegallega Kecamatan Warungkondang.

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 256

HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan luas lahan budidaya pandanwangi organik


: sebanyak 7 petani atau 23,3% mengusahakan luas
Secara geografis Desa Tegallega berada di lahan seluas < 0,25 hektar dan termasuk ke dalam
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. petani gurem (sempit), 9 petani atau 30%
Desa Tegallega memiliki 3 dusun, 6 RW dan 25 RT. mengusahakan luas lahan seluas 0,25-1 hektar dan
Jumlah penduduk Desa Tegallega ada 4.724 orang termasuk ke dalam petani menengah. Sebanyak 14
dengan penduduk laki-laki sebanyak 2.359 orang dan petani atau sebesar 46,7% mengusahakan luas lahan
penduduk perempuan sebanyak 2.365 orang. Total untuk budidaya Padi Pandanwangi organiknya seluas >
keluarga yang ada di desa berjumlah 1.351 keluarga. 1 hektar yang termasuk ke dalam petani luas.
Tingkat pendidikan penduduk desa pada umumnya Responden dalam penelitian ini mempunyai
adalah tamat SD. Sebagian besar masyarakat Desa karakteristik yang berbeda, baik tingkatan umur
Tegallega bekerja sebagai petani dan buruh tani. maupun tingkatan pendidikannya. Tingkatan umur
Kondisi infrastruktur jalan di Desa Tegallega kurang akan menunjukkan bahwa responden tersebut
baik. Semakin dekat dengan lereng gunung, kondisi merupakan penduduk atau masyarakat yang termasuk
jalan semakin buruk (Profil desa, 2017). pada golongan usia yang belum produktif, produktif
ataupun sudah tidak produktif. Menurut pernyataan
Kelompok Tani Karya Barokah dan Kelompok Samadi (2006) yang menjelaskan bahwa umur 15 - 64
Tani Mayang Warna merupakan kelompok tani di tahun dinamakan usia dewasa (usia produktif atau usia
Desa Tegallega yang baru menerapkan Padi kerja). Seseorang yang produktif akan membantu
Pandanwangi Organik, kedua kelompok tani ini berdiri dalam kelancaran segi perekonomian dan
pada Tahun 2010 atas inisiatif petani yang ingin pembangunan dalam suatu wilayah. Karakteristik
mengembangkan pertanian organik di Desa Tegallega responden berdasarkan umur : tidak ada responden
Kecamatan Warungkondang. dalam penelitian ini yang berusia kurang dari 15 tahun
(belum termasuk dalam usia produktif), 23 responden
Karakteristik Responden atau 76,7% yang berusia 15-64 tahun (termasuk dalam
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini usia produktif) dan sebanyak 7 petani atau sebesar
berjumlah 30 petani dari total populasi 60 petani 23,3% yang berusia lebih dari 64 tahun (termasuk
anggota Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang dalam kategori tidak lagi produktif).
Warna. Dari sebanyak 60 petani yang Selain karakteristik berdasarkan usia, masing-
membudidayakan Padi Pandanwangi organik hanya 30 masing responden juga mempunyai tingkat pendidikan
petani yang dijadikan sebagai responden. Mayoritas yang berbeda-beda. Mardikanto (1993), menerangkan
petani berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 27 petani bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik dari
atau 90% dan jumlah petani yang berjenis kelamin setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya
wanita sebanyak 3 petani atau 10%. Tidak ada dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan
responden dalam penelitian ini yang belum menikah, dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun
sebanyak 28 petani atau sebesar 93,3% berstatus non formal. Pendidikan formal merupakan jenjang
menikah dan sebanyak 2 petani atau 6,7% berstatus pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang
janda/duda. biasanya diberikan sebagai penyelenggaraan
Petani Pandanwangi organik Kelompok Tani pendidikan yang terorganisir di luar sistem pendidikan
Karya Barokah dan Mayang Warna mempunyai luasan sekolah dengan isi pendidikan yang terprogram.
lahan yang berbeda-beda. Lahan merupakan faktor Sedang pendidikan non formal menurut Kartasapoetra
produksi yang mempunyai kedudukan yang penting (1991), penyuluhan merupakan suatu sistem
bila dibandingkan dengan faktor produksi lain. pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem
Semakin luas lahan yang diusahakan, maka hasil pendidikan di luar sistem persekolahan yang biasa
produksi pun semakin tinggi. Berdasarkan luas lahan dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu
garapannya petani digolongkan ke dalam 3 (tiga) dengan memuaskan sambil orang itu tetap
kategori, yaitu : petani gurem (sempit) jika luas lahan mengerjakannya sendiri jadi belajar mengerjakan
garapannya <0,25 hektar, petani menengah jika luas sendiri. Karakteristik responden berdasarkan tingkat
lahan garapannya 0,25-1 hektar dan petani luas jika pendidikannya : tidak ada responden dalam penelitian
lahan garapannya >1 hektar. Karakteristik responden ini yang tidak tamat SD, sebanyak 20 petani atau

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 257

sebesar 66,7% hanya sebatas pada tingkat sekolah kepemilikan lahan responden, seluruhnya merupakan
dasar (SD), sebanyak 8 petani atau 26,7% responden petani pemilik lahan yang menggarap lahannya sendiri.
tingkat pendidikannya sekolah menengah pertama Dari grafik di atas dapat dilihat seluruh responden
(SMP), sebanyak 2 petani atau sebesar 6,7% responden dalam penelitian ini memiliki lahan sekaligus
tingkat pendidikannya sekolah menengah atas (SMA) menggarap lahannya. Adopsi inovasi biasanya
dan tidak ada responden yang tingkat pendidikannya diputuskan oleh petani pemilik. Tanah garapan adalah
sampai jenjang tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan tanah terbuka yag digunakan untuk lahan pertanian.
tingkat pendidikannya, jumlah responden yang tingkat Jadi lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau
pendidikannya SD paling banyak yaitu sebanyak 20 tanah yang mempunyai luas tertentu yang digunakan
petani atau sebesar 66,7% dimana dapat dikategorikan untuk usaha pertanian. Menurut Sukirno (2013)
mayoritas responden berpendidikan rendah. Oleh bahwa tanah sebagai faktor produksi adalah mencakup
karena itu, perlu adanya pendidikan non formal dari bagian permukaan bumi yang dapat dijadikan sebagai
instansi-instansi terkait. tempat bercocok tanam dan untuk tempat tinggal.
Selain tingkat pendidikan jumlah anggota keluarga Selain itu tanah merupakan faktor produksi yang
mempengaruhi responden dalam penerapan budidaya sangat penting, bisa dikatakan tanah merupakan suatu
Padi Pandanwangi organik, karena berkaitan dengan pabrik dari hasil pertanian, karena disanalah diproduksi
pengambil keputusan dalam kepala rumah tangga. berbagai hasil pertanian.
Menurut Ilyas dalam Yamin (2010) mengemukakan
bahwa jumlah anggota keluarga antara 3 orang sampai Pendapatan Petani
dengan 4 orang tergolong sedang dan lebih dari 4 Menurut Mubyanto (1987), pendapatan petani
orang tergolong besar. Hasil penelitian mengenai merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-
karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan pemasaran
keluarga: 2 petani atau sebesar 6,7% mempunyai hasil pertanian. Sebagai salah satu indikator utama
anggota keluarga <3 orang yang tergolong rendah, untuk mengukur kemampuan masyarakat dalam
sebanyak 9 petani atau 30% mempunyai anggota menerima suatu inovasi baru adalah dengan
keluarga 3–4 orang yang tergolong dalam kategori mengetahui tingkat pendapatan. Adapun ukuran
sedang dan 19 petani atau sebesar 63,3% mempunyai pendapatan berdasarkan Upah Minimum Provinsi
anggota keluarga > 4 orang yang tergolong besar. (UMP) Jawa Barat menurut Kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (2017), pendapatan besar apabila
Karakteristik Sosial Ekonomi Responden pendapatan petani > Rp.1.420.624/bulan dan
Keadaan sosial ekonomi petani yang meliputi pendapatan kecil apabila pendapatan petani <
umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan dan Rp.1.420.624/bulan.
pengalaman akan mempengaruhi seberapa jauh petani Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
mau dan mampu mengadopsi teknologi inovasi yang sebanyak 23 petani responden atau sebesar 76,7%
ditawarkan penyuluh. Menurut Hartanto (1984) memiliki pendapatan perbulan > Rp.1.420.624
karakteristik petani meliputi umur, pendidikan, luas termasuk dalam kategori pendapatan besar dan
lahan, pendapatan petani dan pengalaman. Keadaan sebanyak 7 petani responden atau sebesar 23,3%
sosial ekonomi petani, dan penilaian petani terhadap termasuk dalam kategori pendapatan kecil. Hal ini
kinerja penyuluh pertanian akan mem-pengaruhi sikap mengisyaratkan dengan pendapatan responden yang
petani terhadap inovasi teknologi adalah saling kait- lebih tinggi, responden lebih berani dalam mengambil
mengkait dan saling berhubungan. keputusan untuk menerapkan inovasi baru, khususnya
budidaya padi pandanwangi organic.
Status Kepemilikan Lahan Responden
Lahan yang dimiliki maupun digarap disebut Pendidikan Responden
dengan kepemilikan lahan. Kepemilikan lahan yang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting
dikuasai akan berpengaruh terhadap tingkat dalam karakteristik ekonomi petani untuk menerapkan
kemakmuran petani (Mubyarto, 1987). Artinya bahwa suatu adopsi dalam masyarakat. Mardikanto (1993)
semakin luas lahan yang dikuasai atau digarap akan menerangkan pendidikan merupakan proses timbal
meningkatkan pendapatan petani yang mendorong balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian
tingkat kesejahteraan dan kemakmuran. Dari segi dirinya dengan alam, teman dan semesta. Pendidikan

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 258

dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun .Berdasarkan hasil penelitian total responden 30
non formal. Berdasarkan data grafik 6 di atas petani sebanyak 16 petani atau sebesar 53,3%
menunjukkan tidak ada responden yang tidak tamat mempunyai harta benda > Rp.30.000.000 termasuk
sekolah dasar (SD), sebanyak 20 petani atau sebesar dalam kategori petani kaya, 10 petani atau 33,3%
66,7% responden tingkat pendidikannya hanya sebatas memiliki harta memiliki harta benda Rp.20.000.000-
pada tingkat sekolah dasar (SD), 8 petani atau 26,7% Rp.30.000.000 termasuk dalam kategori petani
responden tingkat pendidikannya adalah sekolah sedang/cukup dan sebanyak 4 petani atau sebesar
menengah pertama (SMP), 2 petani atau 6,7% 13,3% memiliki harta benda < Rp.20.000.000
responden tingkat pendidikannya adalah sekolah termasuk dalam kategori petani miskin. Mayoritas
menengah atas (SMA) dan tidak ada responden yang responden dalam penelitian ini adalah petani kaya
tingkat pendidikannya sampai jenjang tingkat sehingga mudah untuk menerima inovasi. Semakin
perguruan tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikannya besar harta benda yang dimiliki petani maka semakin
jumlah responden yang tingkat pendidikannya sekolah mudah untuk menerapkan suatu inovasi baru
dasar (SD) paling banyak yaitu sebanyak 20 petani atau sebaliknya semakin kecil harta benda yang dimiliki
sebesar 66,7% dimana dapat dikategorikan mayoritas petani maka semakin sulit untuk menerima suatu
responden berpendidikan rendah. Oleh karena itu, inovasi baru.
perlu adanya pendidikan non formal dari instansi-
instansi terkait, karena tingkat pendidikan dapat Frekuensi Kekosmopolitan Responden Perbulan
mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, Kosmopolitan adalah tingkat kemampuan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih seseorang dalam mencari informasi pengetahuan
baik cara berpikirnya, sehingga memungkinkan mereka berupa pengalaman melihat, mendengar, membaca
bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya. (media massa, cetak dan elektronik) “bergaul” maupun
Sebagaimana dinyatakan Soekartawi (1988) bahwa bepergian ke suatu tempat sehingga dapat menambah
mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih pengalaman dalam memecahkan masalah dan
cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu perubahan perilaku pribadinya. Andriaty et.al (2011),
pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah melaporkan bahwa tingkat kekosmopolitan dan tingkat
agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan manfaat informasi memiliki pengaruh nyata dalam
cepat. akses informasi.
Berdasarkan data grafik 8 tersebut menunjukkan
Harta Benda Yang Dimiliki Responden sebanyak 15 petani atau sebesar 50% responden
Harta benda yang dimiliki responden dalam berhubungan dengan kelompok tani dari desa lain
penelitian ini adalah harta benda yang dimiliki petani perbulan 2 kali dan sebanyak 15 petani atau sebesar
dan keluarga yang terdiri dari segi makanan pokok 50% responden berhubungan dengan kelompok tani
petani sehari-hari, bangunan tempat tinggal petani, dari desa lain perbulan 1 kali. Semakin sering petani
kepemilikan barang dan ternak yang dinyatakan dalam berinteraksi dengan anggota kelompok tani dari desa
rupiah. Kekayaan merupakan faktor penting yang lain dan berhubungan dengan dunia luar serta lebih
hampir ada dalam setiap masyarakat termasuk maksimal dalam memanfaatkan media massa maka
masyarakat desa, semakin kaya seseorang semakin semakin mudah untuk menerapkan suatu inovasi baru.
tinggi kedudukannya dalam masyarakat, apalagi dengan Kosmopolitan petani juga dipengaruhi oleh frekuensi
kekayaan seseorang dapat lebih luas bergaul dengan petani tersebut mengikuti penyuluhan pertanian.
masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pemikiran Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah
seseorang untuk lebih cepat menerima suatu banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan
perubahan yang terjadi. Harta benda yang dimiliki pembangunan pertanian. Penyuluhan telah berhasil
petani sangat mempengaruhi sikap petani terhadap menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada
adopsi yang akan diterimanya. Menurut Somad Abdul petani dengan segala metodenya sehingga para petani
(2002) petani yang tergolong kaya apabila memiliki meningkat pengetahuan dan keterampilan serta dapat
kekayaan > Rp.30.000.000, petani yang tergolong mengubah sikap petani menjadi lebih maju dan
sedang memiliki kekayaan Rp.20.000.000- mampu menerapkan inovasi baru.
Rp.30.000.000 dan petani yang tergolong miskin
memiliki kekayaan < Rp.20.000.000.

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 259

Tingkat Adopsi Petani Padi Pandanwangi pasca panen. Hasil penelitian tentang tingkat adopsi
Organik di Kelompok Tani Karya Barokah Dan bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Mayang Warna Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa tingkat
Adopsi inovasi dapat diartikan sebagai penerapan adopsi petani terhadap penerapan Padi Pandanwangi
atau penggunaan suatu ide, alat-alat, atau teknologi organik di Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang
“baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi Warna pada tingkat tinggi. Mayoritas responden
(lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk adopsi berpendapatan besar, kaya dan kosmopolitan sehingga
inovasi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah mudah untuk menerima dan menerapkan inovasi.
laku, metode, maupun peralatan dan teknologi yang Penggunaan benih bermutu tergolong tinggi
dipergunakan dalam kegiatan usahataninya (Levis, dengan nilai rata-rata 4,63. Mayoritas responden
1996). memilih benih sebar berlabel biru atau benih hasil
Tingkat adopsi berdasarkan penerapan variabel seleksi petani penangkar yang terdaftar pada Dinas
berupa : Penggunaan benih Padi Pandanwangi organik Pertanian dan menjadi anggota MP3C, banyak benih
bermutu, pengolahan tanah (lahan), penanaman, yang digunakan 25-40 kg/ha, melakukan penyemaian,
pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT), menggunakan pupuk organik dan pemilihan bibit.
pemupukan, pengairan sampai dengan panen dan

Tabel 1. Tingkat Adopsi Budidaya Padi Pandanwangi Organik


Nilai Rata-
No. Variabel rata Tingkatan
1 Penggunaan Benih bermutu 4,63 Tinggi
2 Pengolahan Tanah 4,56 Tinggi
3 Penanaman 4,33 Tinggi
4 Pengendalian OPT 3,83 Tinggi
5 Pemupukan 4,93 Tinggi
6 Pengairan 4,1 Tinggi
7 Panen dan Pasca Panen 4,96 Tinggi
Total Rata-rata 4,47 Tinggi
Sumber : data primer, 2017 (diolah)

Pengolahan tanah di Kelompok Tani Karya lainnya serta perbaikan pematang sebagai persiapan
Barokah dan Mayang Warna tergolong tinggi dengan untuk proses penanaman padi.
nilai rata-rata 4,56. Pengolahan lahan pada masa Penanaman yang dilakukan oleh petani anggota
sekarang ini biasanya dilakukan dengan menggunakan Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang Warna
teknologi seperti mesin dan traktor. Sementara tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 4,33. Pada
budidaya di Kelompok Tani Karya Barokah dan proses persiapan tanam dilakukan perataan
Kelompok Tani Mayang Warna Desa Tegallega dipermukaan lahan dengan menggunakan alat yang
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur petani sebut “sorongan”, kemudian dilakukan
masih dilakukan pembajakan dengan kerbau karena percetakan garis tanam sebagai ukuran untuk jarak
menurut petani membajak memakai kerbau lebih tanam padi dengan menggunakan “caplakan” (istilah
efisien dibandingkan dengan traktor. Jika lahan sebutan petani), kegiatan ini biasanya dilakukan oleh
tersebut adalah bekas ditanami Padi Pandanwangi, tenaga kerja pria. Selain itu hal lain pada tahap ini juga
maka perlu dilakukan pemotongan jerami yang masih yakni mempersiapkan benih untuk ditanam yang
berdiri pasca pemanenan. Selain pembajakan dengan sebelumnya telah disemaikan kurang lebih 14 hari.
kerbau pengolahan lahan ini juga meliputi Kemudian dilakukan penanaman benih diatas cetakan
pembersihan pematang dari gulma dan rumput garis tanam yang sebelumnya sudah dibentuk. Proses

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 260

penanaman ini disebut dengan istilah “tandur” dan segar, belum kering dan belum patah serta umur
biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. umur panen sekitar 145-155 hari setelah tanam (hst).
Pengendalian OPT di Kelompok Tani Karya Terdapat perbedaan pada proses panen Padi
Barokah dan Mayang Warna tergolong tinggi dengan Pandanwangi dengan padi varietas lain yang
nilai rata-rata 3,83. Proses pengendalian Organisme digunakan dengan cara memotong seluruh tegakan
Pengganggu Tanaman (OPT) biasanya dilakukan padi, tetapi menggunakan alat yang petani sebut
dengan memperhatikan apakah padi yang ditanam dalam bahasa sunda “etem” atau dalam Bahasa
mengalami serangan hama atau penyakit. Biasanya Indonesia disebut (ani-ani) yang digunakan hanya
petani melakukan pengendalian OPT dengan cara dengan memotong dari bagian malainya saja saat
penyemprotan. Dikarenakan budidaya yang dilakukan proses panen.
yaitu Padi Pandanwangi Organik maka proses
penyemprotan dilakukan dengan menggunakan KESIMPULAN DAN SARAN
pestisida nabati karena bersifat alami tanpa bahan
kimia sintetis, penyemprotan tersebut sebagai upaya Kesimpulan
perlindungan tanaman padi terhadap serangan hama Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
maupun penyakit penyerang padi. dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini
Pemupukan yang dilakukan oleh petani anggota menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang Warna 1) Karakteristik sosial ekonomi petani responden :
Desa Tegallega tergolong tinggi dengan nilai rata-rata mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
4,93. Proses pemupukan dilakukan 3 (tiga) kali (90%), tingkat pendidikan didominasi oleh
sepanjang musim tanam, pemupukan biasanya pendidikan sekolah dasar (SD) (66,7%), luas lahan
dilakukan bersamaan dengan proses penyiangan. Hal didominasi oleh petani yang memiliki luas lahan >
ini bertujuan agar pupuk yang ditebar dapat diserap 1 Ha (46,7%), berdasarkan pendapatan didominasi
secara optimal oleh padi yang ditanam setelah oleh petani yang berpendapatan perbulan >
dilakukan penyiangan ataupun pembersihan dari Rp.1.420,624 (76,7%), berdasarkan harta benda
gulma yang tumbuh. Proses pemupukan dengan atau kekayaan didominasi oleh petani kaya
pupuk alami seperti kompos dan pupuk cair atau mol (53,3%), berdasarkan tingkat kosmopolitan
dikarenakan budidaya Padi Pandanwangi bersifat sebanyak 15 orang responden (50%) berhubungan
organik. dengan kelompok tani dari desa lain perbulan 2
Pengairan yang dilakukan oleh petani anggota kali dan sebanyak 15 orang responden (50%) yang
Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang Warna berhubungan dengan kelompok tani dari desa lain
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 4,1. Sebanyak perbulan 1 kali.
70% petani responden menggunakan teknologi 2) Tingkat adopsi petani terhadap penerapan Padi
pengairan berselang, 83.33% petani responden Pandanwangi organik di Desa Tegallega
mengikuti pengairan pertama dilakukan pada umur 30 Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur
hari, 86.67% petani responden mengikuti pada umur tergolong tinggi dimana sebagian besar responden
45 hari petakan dikeringkan untuk pemupukan, menerapkan sesuai panduan.
93.33% petani responden mengikuti pada umur 46
hari air ditinggikan sekitar 10 cm untuk menekan Saran
anakan yang tidak produktif serta 76.66% petani Bagi Pemerintah Terkait :
responden mengikuti sekitar 10 hari sebelum panen a. Pemerintah perlu meningkatkan wilayah
petakan sawah dikeringkan. Banyak petani yang tidak pengembangan budidaya padi Pandanwangi
mengikuti panduan pengairan budidaya Padi mengingat dari 11 desa di Kecamatan
Pandanwangi organik dengan alasan pengairan Warungkondang, hanya 2 desa yang menjadi
dengan cara sendiri lebih efektif. sasaran pengembangan budidaya Padi
Panen dan pasca panen yang dilakukan di Pandanwangi. Selain itu pemerintah
Kelompok Tani Karya Barokah dan Mayang Warna mempermudah petani dalam mendapatkan benih
tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 4,96. Panen unggul Pandanwangi.
Padi Pandanwangi biasanya dilakukan pada saat 80%- b. Memberikan kebijakan yang melindungi petani
90% bulir padi telah menguning, tangkai padi masih Padi Pandanwangi organik sesuai pada Peraturan

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)
Agroscience Vol 7 No. 2 Tahun 2017 ________________________________________ISSN Cetak: 1979-4661 e-ISSN: 2579-7891 261

Daerah Kabupaten Cianjur no 19 tahun 2012. Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Penyuluhan
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta.
memberi jaminan harga tawar minimum Padi Levis, L,R, 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra
Pandanwangi khususnya Pandanwangi organik di Aditya Bakti. Bandung
pasaran sehingga diharapkan minat petani Lungan, R. 2006. Aplikasi Statistika dan Hitung
menanam Padi Pandanwangi organik meningkat. Peluang. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
c. Hendaknya kinerja penyuluh lebih ditingkatkan Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan
agar mampu memberikan program yang saat ini Pertanian. Sebelas Maret University Press.
dibutuhkan oleh petani serta berperan aktif Surakarta.
menjadikan kelompok tani Mayang Warna dan Mubyarto. 1987, Pengantar Ekonomi Pertanian,
Karya Barokah menjadi Kelompok Tani Organik. LP3ES, Jakarta.
d. Hendaknya penyuluh memberikan akses dengan Profil Desa Tegalega. 2016
lembaga informasi agar petani lebih mudah Samadi. 2006. Geografi 2 SMA Kelas XI. Yudistira.
mendapatkan informasi mengenai padi organik Jakarta.
baik informasi dalam berusahatani maupun Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik.
pemasaran. Permasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Bagi Kelompok Tani : Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta.
Sebaiknya kelompok tani berorientasi pada pertanian Bandung.
organik secara bertahap (dari non-organik menjadi _____. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
semi-organik lalu dari semi-organik menjadi organik), R&D. Alfabeta. Bandung.
sehingga produktivitas usahatani padi Pandanwangi
dapat meningkat secara berkelanjutan dalam jangka _____. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
panjang. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan
Masyarakat Tani. Pustaka Baru, Yogyakarta.
Andriaty, et all. 2011. Kajian Kebutuhan Informasi Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.
Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten di Jawa. UI Press. Jakarta.
Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol.20, Nomor Somad Abdul. 2002. Kategori Kekayaan Petani.
2, 2011 https://www.google.co.id/search?q=37.+Abdul
Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. +Somad+(2002)+%3A+kategori+kekayaan+pet
Penebar Swadaya. Jakarta ani&oq=37.+Abdul+Somad+(2002)+%3A+kat
Gandhi P. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi egori+kekayaan+petani&aqs=chrome.0.57.4015
Varietas Unggul; Studi Kasus Padi Pandanwangi &sugexp=chrome,mod=0&sourceid=chrome&i
di Kecamatan Warungkondang e=UTF-8. Di unduh tanggal 10-07-2017.
KabupatenCianjur. [skripsi] .Bogor: Fakultas Yamin, Martinis. 2010. Strategi pembelajaran berbasis
Pertanian, Institut Pertanian Bogor kompetensi. Jakarta : Gaung Persade Press
Hasan, I. 2009. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik
Deskriptif). Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Hartanto, 1984. Petani Kecil dan Karakteristiknya. CV.
Yasaguna. Jakarta

___________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penerapan HELMI GERHANA dan ROSDA MALIA
Padi Pandanwangi Organik (Studi Kasus Di Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang)

Anda mungkin juga menyukai