Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Bina Desa

Volume 0 (0) (0000) 0-00


p-ISSN 2715-6311 e-ISSN 2775-4375
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jurnalbinadesa

Penyuluhan Penggunaan dan Pembuatan Pupuk Cair Hayati Jamur


Keberuntungan Abadi dan Photosynthetic Bacteria bagi Anggota Tani
Agung Rejeki di Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten
Adit Dwi Ramadhan1 , Bernadus Wahyudi Joko Santoso2
1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetehauan Alam, Universitas Negeri
Semarang
2
Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Email: aditdwiramadhan@students.unnes.ac.id , wahyudifr@mail.unnes.ac.id

Abstrak. Dalam rangka pemberdayaan perekonomian masayarakat di Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk,
Kabupaten Klaten, dikembangkan berbagai subsector, salah satunya adalah pengembangan subsektor
pertanian tanaman pangan dan palawija sebagai alternatif upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat tani. Pengembangan subsektor pertanian perlu diupayakan sebagai komponen usaha
pertanian yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang terus ditingkatkan melalui
intensifikasi pertanian. Namun peningkatkan produktivitas tanaman pertanian dapat terkendala
kedepannya karena penurunan kualitas lahan pertanian yang disebabkan oleh residu bahan agro-kimia.
Pemakaian bahan kimia yang berkepanjangan pada aplikasi pengelolahan lahan menyebabkan
terjadinya pengerasan tanah lapisan atas tanah sehingga tanah tidak mampu mensuplai unsur hara bagi
tanaman. Untuk itu tim KKN UNNES GIAT 2 Desa Jatipuro mengadakan penyuluhan terkait penggunaan
dan pembuatan pupuk organik agar dapat menjadi solusi untuk meningkatkan hasil panen masyarakat
setempat. Target penyuluhan ini adalah Kelompok Tani Agung Rejeki, salah satu kelompok tani yang ada
di Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Pada penyuluhan ini diadakan program
pelatihan penggunaan dan pembuatan pupuk organik. Metode yang dilakukan yaitu dengan
penyampaian materi tatap muka berupa teori dan praktik pembuatan pupuk organik. Beberapa kegiatan
tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan yang memadai kepada petani
tentang cara penggunaan pestisida yang efektif, efisien dan memperhatikan aspek keberlangsungan
ekologi, serta petani dapat membuat dan menerapkan pupuk organik yang efektif dan ramah lingkungan.
Hasil dari kegiatan ini berupa pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik yang mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Abstract. In order to improve the welfare of its people, especially through the economic sector,
Pemerintah Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, seeks to increase the productivity of
food crops and secondary crops that is managed by the local farmers. However, in the field, this plan is
quite constrained due to the decline in land quality as a result of agrochemical residues. The use of
chemicals in large doses and prolonged by local farmers that are applied during the farming process can
cause hardening of the topsoil and hinder the supply of nutrients to plants. For this reason, it is
necessary to educate local farmers about the importance of using organic fertilizers for the sustainability
of agricultural land. Therefore, Tim KKN UNNES GIAT 2 Desa Jatipuro held a meeting with the farmers to
discuss how to use and make of organic fertilizers that are suitable for the fields in Jatipuro so that
farmers could apply land-friendly agriculture and increase crop yields. The target of this counseling is
the Agung Rejeki Farmer Group, one of the farmer groups in Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk,
Kabupaten Klaten. In this extension, a training program on the use and manufacture of organic fertilizers
was held. The method used is face-to-face training in the form of theory and practice of making organic
fertilizers. Some of these activities are intended to provide adequate understanding and skills to farmers
on how to use pesticides effectively, efficiently and pay attention to aspects of ecological sustainability,
and farmers can make and apply organic fertilizers that are effective and environmentally friendly. The
result of this activity is in the form of organic fertilizer made from organic materials that are easily found
in everyday life.
Keywords: agriculture extension, organic fertilizer, ecological sustainability.

Pendahuluan

Korespondensi: email penulis Submitted: 0000-00-00


Accepted: 0000-00-00
Published by Pusat Pengembangan KKN, LPPM, Universitas Negeri Semarang Published: 0000-00-00
Nama Penulis / Jurnal Bina Desa, Vol. 1, No.1, Tahun 2019

Desa Jatipuro adalah wilayah paling barat dari Kecamatan Trucuk di Kabupaten Klaten.
Mayoritas masyarakat Desa Jatipuro bekerja sebagai buruh pabrik disamping sebagian bekerja
sebagai petani. Adapun potensi desa yang paling menonjol adalah potensi persawahan dan
perkebunan jagung. Sebagian wilayah Desa Jatipuro terdiri atas lahan pertanian menjadikan
sebagian warganya bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Luas wilayah
persawahan di Desa Jatipuro sebesar 85 hektar. Wilayah persawahan tersebut dibagi menjadi 2
yang masing masing wilayahnya digarap oleh satu kelompok tani. Kelompok tani adalah wadah
bagi petani untuk berorganisasi, kelompok tani memiliki tujuan mensejahterakan masyarakat
petani (Faisal dkk, 2019).
Salah satu kelompok tani di Desa Jatipuro adalah Kelompok Tani Agung Rejeki.
Kelompok tani ini menggarap lahan seluas 50 hektar. Dari luas panen tersebut Kelompok Tani
Agung Rejeki dapat memproduksi padi sebesar 200 dalam sekali panen. Produktivitas pertanian
harus tetap dijaga guna memenuhi kebutuhan pangan. Namun, peningkatkan produktivitas
tanaman pertanian dapat terkendala kedepannya karena penurunan kualitas lahan pertanian yang
disebabkan oleh residu bahan agro-kimia.
Penggunaan pupuk dapat mempengaruhi kualitas tanah tergantung jenis pupuk yang
digunakan (Fikri dkk, 2014). Penggunaan pupuk yang berlebihan terutama pupuk nitrogen,
pestisida, dan sisa bahan kimia dari industri merupakan faktor utama yang menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan di lahan sawah beririgasi (Las dkk, 2006). Pemakaian
pupuk anorganik dalam jumlah di atas takaran dapat menyebabkan menurunnya kandungan
bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah,
menurunnya populasi mikroba tanah, dan sebagainya (Herdiyanto & setiawan, 2015).
Namun sayangnya, tingkat ketergantungan anggota kelompok tani terhadap pupuk
anorganik masih sangat tinggi. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tani tentang dampak
penggunaan pupuk anorganik dan cara bijak penggunannya dengan memperhatikan beberapa
prinsip penting dalam penggunaan pupuk organik untuk kelestarian tanah, antara lain mengenali
bahan aktif pestisida, memilih pestisida yang tepat, mencegah kekebalan akibat kesalahan
penggunaan pestisida, menggunakan dosis yang tepat dan memilih waktu aplikasi yang tepat. Di
lapangan, hal - hal tersebut juga kurang diperhatikan oleh anggota kelompok tani sehingga
menjadi permasalahan tersendiri di lingkup kelompok tani (Baehaki, 2011).
Penggunaan pupuk buatan (anorganik) yang terus-menerus akan mempercepat habisnya
zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah sehingga menimbulkan
berbagai penyakit tanaman, terganggunya regenerasi humus, menguatnya resistensi hama
terhadap pestisida pertanian, mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah, kondisi
tanah menjadi keras, tanah semakin lapar dan haus pupuk, banyak residu pestisida dan
insektisida yang tertinggal dalam tanah, mikroorganisme tanah semakin menipis, banyak
mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik, tanah semakin miskin unsur
hara baik makro maupun mikro, dan tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman (Lilis,
2015).
Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia, yakni sejak ilmu bercocok tanam
diterapkan oleh nenek moyang kita. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisional dan
menggunakan bahan–bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan jumlah
populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat (Ida, 2013). Penggunaan pupuk
organik untuk menyuburkan tanah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi
pertanian sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan. Pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan daya ikat air, memperbaiki aerase tanah, dan dapat merangsang
pertumbuhan akar (Elfarisna dkk, 2016). Selain itu Pupuk organik cair memiliki kelebihan antara

2
Judul Artikel

lain mengandung nutrisi yang cukup lengkap baik makro dan mikro, mudah diserap oleh
tanaman karena mengandung unsur hara sudah terurai sehingga pemanfaatan oleh tanaman
berjalan lebih cepat daripada pupuk padat (Sihotang dkk, 2013). Bahan organik yang melimpah
dan nutrisi yang lebih mudah diserap oleh tanaman dapat menjaga kualitas atau keberlanjutan
tanah dan tanaman (Hou dkk, 2017).
Penggunaan pupuk organik adalah solusi yang harus dilakukan untuk menjaga kesuburan,
karena pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas
maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Berbeda dengan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang
justru dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Selain itu,
pupuk organik mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Hartatik, 2015). Selain ramah lingkungan dan mampu menjaga kesuburan tanah, penggunaan
pupuk organik akan menghasilkan produk pertanian organik yang saat ini sangat dicari dan
dibutuhkan konsumen.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran petani terhadap pentingnya penggunaan
pupuk organik adalah dengan mengadakan penyuluhan. Penyuluhan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara dua orang, yang satu karena
keahliannya membantu yang lain untuk mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya (Harinta,
2011). Penyuluh sebagai salah satu pihak yang penting dalam memajukan bidang pertanian di
Indonesia harus memiliki pemahaman tentang cara dan teknik penyuluhan yang baik serta dapat
diterima oleh petani sebagai klien (Imran, 2019). Penyuluhan pertanian dapat mendorong
masyarakat dalam memanfaatkan potensi SDA yang dimiliki secara baik dan arif untuk
meningkatkan kesejahteraannya melalui pengembangan usaha pertanian terpadu dan
berkelanjutan (Hasriyanty,2018).
Oleh karena itu, perlu diadakan penyuluhan untuk terus memberikan motivasi dan
membangkitkan kesadaran petani akan pentingnya penggunaan bahan bahan organik dalam
melaksanakan usaha tani mereka. Tumbuhnya kesadaran masyarakat dan petani akan dampak
negatif penggunaan pupuk kimia berlebih terhadap lingkungan menjadikan salah satu dorongan
untuk beralih ke pertanian yang ramah lingkungan (Priambodo dkk, 2019). Kegiatan penyuluhan
bertujuan sebagai media pembelajaran petani dalam memanfaatkan bahan bahan organik sebagai
pupuk tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas namun tetap menjaga kelestarian alam
dan lingkungan Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.

Metode
Pelaksanaan program penyuluhan ini menargetkan Anggota Kelompok Tani Agung
Rejeki yang diadakan di rumah ketua kelompok tani tersebut. Penyuluhan ini dilaksanakan pada
tanggal 30 Agustus 2022 dari jam 09.00 sampai jam 12.00 WIB. Kegiatan penyuluhan meliputi
penyampaian materi tentang manfaat pupuk organik dan pelatihan pembuatan pupuk cair hayati
JAKABA (Jamur Keberuntunga Abadi) dan PSB (Photosynthetic Bacteria) oleh Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) Desa Jatipuro dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kecamatan Trucuk. Penyampaian materi yang dilakukan menggunakan metode ceramat,
demonstrasi, dan tanya jawab. Kemudian kegiatan dilanjutkan pelatihan pembuatan pupuk
organik cair JAKABA dan PSB bersama dengan bimbingan PPL Desa Jatipuro. Prosedur
kegiatan penyuluhan ditunjukkan pada Gambar 1. Untuk teknik evaluasi kegiatan penyuluhan,
dilakukan dengan memberikan kuisioner berupa pre-test dan post-test kepada anggota tani.

Perencanaan Penyampaian materi Pelatihan


-Diskusi dengan PPL Penyampaian materi tentang pembuatan pupuk
Desa Jatipuro untuk manfaat pupuk organik organik
menentukan kebutuhan menggunakan metode Pelatihan pembuatan
sasaran. ceramah, demontrasi, Tanya pupuk organik cair
-Mempersiapkan materi jawab dan penugasan oleh JAKABA dan PSB
yang akan disampaikan PPL Desa Jatipuro.3 bersama dengan
bimbingan PPL Desa
Jatipuro.
Nama Penulis / Jurnal Bina Desa, Vol. 1, No.1, Tahun 2019

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penyuluhan.

Indikator keberhasilan yaitu dengan membagikan kusioner berupa 10 pertanyaan pilihan


ganda. Kusioner ini diberikan sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) penyampaian
ceramah/materi untuk mengukur tingkat pengetahuan anggota kelompok tani. Kusioner yang
dibagikan sebelum dan setelah penyampaian ceramah berisikan pertanyaan yang sama.

Hasil dan Pembahasan


Kegiatan awal program penyuluhan ini adalah berdiskusi dengan anggota tim KKN
UNNES GIAT 2 Desa Jatipuro terkait tentang rencana kegiatan berdasarkan masalah yang
ditemui selama melakukan observasi di lapangan. Salah satu masalah yang ditemui yaitu
kurangnya kesadaran petani di Desa Jatipuro terkait masalah yang ditimbulkan oleh pupuk
kimia. Oleh karena itu, tim KKN UNNES GIAT 2 Desa Jatipuro berencana untuk membuat
penyuluhan terkait penggunaan dan pembuatan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia
dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian namun tetap menjaga kelestarian alam
dan lingkungan Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Dalam upaya memperlancar program penyuluhan yang sudah di rencanakan, tim KKN
UNNES Jatipuro berkoordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Jatipuro dari
Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kecamatan Trucuk sebagai pembicara terkait materi
yang akan disampaikan. Disini anggota tim KKN dan PPL sepakat untuk melakukan
penyuluhan terkait penggunaan dan pembuatan pupuk cair hayati JAKABA (Jamur
Keberuntunga Abadi) dan PSB (Photosynthetic Bacteria). Selain bahan bahan yang
dibutuhkan bisa didapatkan dengan mudah, pupuk cair hayati JAKABA dan PSB mempunyai
banyak manfaat untuk menjaga kualitas tanah.
JAKABA adalah jamur keberuntungan abadi yang oleh beberapa literatur menyebutkan
bahwa jamur ini ditemukan oleh seorang petani bernama Aba Junaidi Sahidj secara tidak
sengaja saat akan membuat POC (pupuk organik cair). Jamur JAKABA adalah salah satu
sumber organik yang dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Adapun PSB merupakan
bakteri autotrof yang dapat berfotosintesis. PSB memiliki pigmen yang disebut Bakteriofil a
atau b yang dapat memproduksi pigmen warna merah, hijau, hingga ungu untuk menangkap
energi matahari sebagai bahan bakar fotosintesis.
Selanjutnya tim KKN UNNES GIAT 2 Desa Jatipuro melakukan diskusi dengan ketua
kelompok tani terkait lokasi, waktu pelaksanaan, dan ketersediaan anggota tani yang lain untuk
menghadiri program penyuluhan ini. Dari diskusi tersebut disepakati bahwa penyuluhan akan
dilaksanakan pada Selasa, 30 Agustus 2022. Penyuluhan tersebut meliputi penyampaian materi
terkait penggunaan pupuk organik serta pelatihan pembuatan pupuk cair hayati JAKABA
(Jamur Keberuntunga Abadi) dan PSB (Photosynthetic Bacteria). Pemaparan materi tersebut
berisi tentang definisi pupuk organik, manfaat, dan cara penggunaan dan pembuatan pupuk
tersebut.
Sebelum PPL pemaparan materi oleh PPL, para anggota tani yang hadir diberikan
kuisioner (pre-test) berupa 10 pertanyaan pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pemahaman anggota tani terkait penggunaan pupuk organik sebelum materi
disampaikan. Hasil pre-test menunjukkan bahwa hanya 40% (6 dari 15) peserta yang mampu
menjawab semua pertanyaan dengan benar. Dari total 15 peserta, ada 7 peserta (46,6%)
menjawab 4 soal dengan benar, 4 peserta (26,6%) menjawab 5 soal dengan benar, 3 peserta

4
Judul Artikel

(20%) menjawab 2 soal dengan benar, dan 1 peserta menjawab 6 soal dengan benar. Setelah
PPL selesai memberikan penjelasan materi, para anggota tani diberikan lagi kuisioner (post-test)
yang sama untuk mengetahui kemajuan pemahaman anggota tani setelah diberikan materi oleh
PPL. Namun, pada saat post-test hasilnya berbanding jauh, 83% (12 dari 15) peserta mampu
menjawab semua pertanyaan dengan benar. Dari total 15 peserta, ada 8 peserta (53,3%)
menjawab 9 soal dengan benar, 4 peserta (26,7%) menjawab 8 soal dengan benar, dan 3 orang
(20%) menjawab 7 soal dengan benar. Hasil pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 1 dan
tabel 2.

Tabel 1. Hasil pre-test


Jumlah Jumlah Jumlah Total jawaban Total jawaban Presentase jawaban
peserta jawaban benar jawaban salah benar salah benar (%)
1 6 4
3 2 8
60 90 40%
4 5 5
7 4 6

Tabel 2. Hasil post-test


Jumlah Jumlah Jumlah Total jawaban Total jawaban Presentase jawaban
peserta jawaban benar jawaban salah benar salah benar (%)
3 6 4
4 2 8 125 25 83%
8 9 1

Setelah post-test selesai, para anggota tani diarahkan untuk membuat pupuk organik cair
jakaba dan PSB bersama tim KKN dengan bimbingan PPL.

Gambar 2. Pemaparan materi dari PPL Desa Jatipuro

5
Nama Penulis / Jurnal Bina Desa, Vol. 1, No.1, Tahun 2019

Pembuatan pupuk cair hayati JAKABA dilakukan dengan merebus dedak, micin, terasi,
gula pasir, dan kapur sirih hingga mendidih. Kemudian menungkan rebusan tersebut kedalam
ember. Setelah rebusan dimasukan ke ember, rebusan tersebut dicampur dengan rendaman akar
dan tauge yang sudah di rendam selama 2 hari dengan air matang. Kemudian ember tersebut
ditutup dan diikat dengan kain serta disimpan ditempat gelap. Setelah 3 sampai 4 minggu, pada
ember akan muncul bakal jamur dengan bintik-bintik merah. Jamur JAKABA yang sudah jadi
dicirikan dengan bagian atas bewarna coklat mirip coral karang dengan tekstur renyah,
sedangkan bagian bawah berwarna kehijauan mirip karet namun mudah hancur.
Selanjutnya ,proses pembuatan PSB diawali dengan mencampurkan telur, MSG, dan saos
ikan hingga merata, kemudian memasukan 3 sendok campuran tersebut kedalam botol yang
berisi 1 liter air matang. Selanjutnya, botol ditutup rapat dan dikocok, lalu dijemur di bawah
sinar matahari 8 jam dalam sehari. Biasanya pupuk bisa digunakan setelah 15-30 hari proses
penjemuran. Keberhasilan pembuatan PSB diindikasikan dengan perubahan warnanya yang
semula berwarna kuning kecoklatan hingga berwarna merah.

Gambar 3. Pembuatan pupuk cair hayati JAKABA dan PSB

Simpulan
Kualitas tanah perlu dijaga guna menjaga kualitas maupun kuantitas hasil produksi
pertanian. Salah satu cara menjaga kualitas tanah yaitu penggunaan pupuk organik sebagai
pengganti pupuk kimia. Selain itu penggunaan pupuk organik dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Oleh karena itu perlu
diadakan program penyuluhan terkait penggunaan dan penggunaan pupuk organik.
Berdasarkan data pada kegiatan penyuluhan yang sudah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa penyuluhan telah berhasil dilakukan dan mempunyai dampak terhadap peningkatan
pemahaman anggota tani terkait manfaat dan penggunaan pupuk organik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pre-test dan post-test yang diadakan saat program penyuluhan berjalan. Hasil pre-test
menunjukkan bahwa hanya 40% (6 dari 15) peserta yang mampu menjawab semua pertanyaan
dengan benar. Sedangkan saat post-test hasilnya berbanding jauh, 83% (12 dari 15) peserta
mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar. Dari hasil pre-test dan post-test dapat
dilihat bahwa pemahaman anggota tani terkait penggunaan dan manfaaat mengalami
peningkatan sebesar 107,5%.
Sedangkan pada pelatihan pembuatan pupuk cair hayati JAKABA (Jamur Keberuntunga
Abadi) dan PSB (Photosynthetic Bacteria), dihasilkan 40 liter pupuk cair JAKABA dan 20
liter pupuk cair PSB. Untuk membuat 40 liter pupuk cair JAKABA, dibutuhkan 4 kg akar

6
Judul Artikel

bambu, 200 gram taoge, 2 kg bakatul, 50 gram vetsin, 2 bungkus terasi, 200 gram gula pasir,
dan 3 sendok kapur sirih. Adapun untuk membuat 20 liter pupuk cair PSB, dibutuhkan 2 butir
telur, 50 gram vetsin, dan 4 sendok saus tiram. Diharapkan dari kegiatan pelatihan ini para
petani mampu membuat pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik yang mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi
Baehaki, S.E. (2011). Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat dalam
Pengamanan Produksi Padi Nasional, Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1), 63-75.
Elfarisna, Suryati,Y., Rahmayuni, E. (2016). Kajian penggunaan pupuk organik oleh petani di
kabupaten bogor. Jurnal Agrosains dan Teknologi, 1(2), 24-30.
Faisal, H.F. (2019). Peran Penyuluhan Pertanian Sebagai Upaya Peningkatan Peran Kelompok
Tani (Studi Kasus Di Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung). Jurnal AGRIBIS,
5(1), 1-13.
Fikri, U., Marsudi, Jati, D.A. (2014). Pengaruh Penggunaan Pupuk terhadap Kualitas Air Tanah
di Lahan Pertanian Kawasan Rawa Rasau Jaya III, Kab. Kubu Raya. Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah, 1(1).
Harinta, Y.W. (2011). Adopsi Metode Pertanian di Kalangan Petani Di Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Agrin. 15(2): 164-174
Hartatik, W. B. P. T. (2015). Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
dan Tanaman. Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development.
Hasriyanty, Tarsono, Monde, A.,Rosnawati. (2018). Ibw Pemberdayaan Petani melalui
Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu dalam Mendukung Kemandirian Desa di
Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong. Abditani, 1, 72-78.
Herdiyanto, D. & Setiawan, A. Upaya Peningkatan Kualitas Tanah melalui Sosialisasi Pupuk
Hayati, Pupuk Organik, dan Olah Tanah Konservasi Di Desa Sukamanah dan Desa
Nanggerang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Dharmakarya: Jurnal
Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 4 (1), 47 – 53.
Hou, J., M. Li, X. Mao, Y. Hao, J. Ding, D. Liu, and H. Liu. (2017). Response of microbial
community of organic-matter-impoverished arable soil to long-term application of soil
conditioner derived from dynamic rapid fermentation of food waste. Plos One, 12(4).
Ida, S.R. (2013). Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung BONOROWO, 1(1), 30-42.
Imran, A. N., Muhanniah, M., & Widiati Giono, B. R. (2019). Metode Penyuluhan Pertanian
dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani (Studi Kasus Di Kecamatan
Maros Baru Kabupaten Maros). Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis, 18(2), 289–304. https://doi.org/10.31186/jagrisep.18.2.289-
304
Las, I., K. Subagyono, K., Setiyanto, A.P. (2006). Isu Dan Pengelolaan Lingkungan dalam
Revitalisasi Pertanian. Indonesian Agricultural Research and Development Journal, 25
(3).
Lilis, M. R. (2015). Kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebih pada lahan
pertanian. Makalah.
Priambodo, S.R., Rizky, S., Susila, Dharma, K., Soniari, Nengah, N. Pengaruh Pupuk Hayati
dan Pupuk Anorganik Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Serta Hasil Tanaman
Bayam Cabut (Amaranthus tricolor) di Tanah Inceptisol Desa Pedungan. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika (Journal of Tropical Agroecotechnology), 8 (1), 149-160.
Sihotang, R. H., D. Zulfita, dan A.M. Surojul. (2013). Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau Pada Tanah Aluvial. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian, 2(1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai