Anda di halaman 1dari 4

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) PENGENALAN LOW EKSTERNAL INPUT AND

SUBSTAINABLE AGRICULTURAL (LEISA) DAN PEMBUATAN PRODUK LEISA BAGI


KELOMPOK TANI DAN MASYARAKAT KAMPUNG KARANGAN

Fatkhul Hani Rumawan1 Yosua Kalimanto2


1
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda
2
Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Korespondensi : fhanir73@gmail.com

Abstrak : Kampung Karangan merupakan kampung yang masyarakatnya hidup di darat dan laut
dengan jumlah penduduk lebih dari 500 jiwa yang terletak di Kecamatan Biatan, Kabupaten Berau.
Kampung Karangan mempunyai 4 kelompok tani yang masing-masing kelompok tersebut
mengusahakan beberapa varietas tanaman pertanian jangka pendek dan panjang. Dalam menekan
penggunaan pupuk kimia yang mahal, konsep pertanian berkelanjutan adalah pendekatan penting
dalam menjawab tantangan ketahanan pangan global dan perlindungan lingkungan. Salah satu konsep
utama dalam pertanian berkelanjutan adalah Low External Input and Sustainable Agriculture
(LEISA), yang menekankan pada pengurangan input luar, memperbaiki kesuburan tanah,
memperbanyak mikroorganisme dalam tanah dan implementasi praktik-praktik berkelanjutan.
Bimbingan Teknis (BIMTEK) memiliki peran yang signifikan dalam memfasilitasi pemahaman dan
penerapan LEISA. Artikel ini membahas peran penting BIMTEK dalam mengenalkan konsep LEISA
kepada kelompok tani serta masyarakat Kampung Karangan dan menggambarkan dampak positifnya
pada pertanian berkelanjutan.

Kata Kunci : bimtek,LEISA, pertanian berkelanjutan

PENDAHULUAN
Kampung Karangan merupakan salah satu kampung yang terletak di Kecamatan Biatan,
Kabupaten Berau. Kampung Karangan memiliki masyarakat yang hidup di darat dan laut. Di darat,
masyarakat Karangan berada di RT 1 dan 2 sedangkan RT 3 dan 4 warganya tinggal di muara Bajo
dekat laut lepas. Jumlah penduduk Kampung karangan yang berjumlah lebih dari 500 jiwa yang
terbagi di darat dan laut memiliki potensi pertanian yang dapat di kembangkan. Dengan mengususng
tema “Bersama Membangun, Membina, dan Mengedukasi Peduli Lingkungan Menuju Desa Kaltim
Green”
Pertanian berkelanjutan telah menjadi fokus utama dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan
dunia sambil melindungi sumber daya alam. LEISA, suatu pendekatan pertanian yang
mempromosikan pengurangan input luar dan praktek-praktek yang berkelanjutan, telah menunjukkan
potensi besar dalam mencapai tujuan ini. Namun, untuk berhasil menerapkan LEISA, pendidikan dan
pelatihan yang efektif diperlukan, dan di sinilah peran penting BIMTEK muncul. LEISA adalah
Pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya alam (tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan) dan manusia (tenaga, pengetahuan dan
keterampilan) yang tersedia di tempat dan yang layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil
secara sosial dan sesuai dengan budaya.
Setelah melakukan koordinasi terkait kondisi kelompok tani di Kampung Karangan, ada
beberapa hal terkait keluhan warga yang bingung terhadap tanaman yang di tanam cepat sakit serta
penggunaan pupuk yang mahal yang tidak tepat sasaran untuk mencapai produksi tanamannya.
Program kerja BIMTEK ini sedapatnya dapat memberikan warga solusi terbaik dalam menjawab
keresahan petani di Kampung Karangan terhadap kebutuhan pupuk.
Menurut Febjislami (2017) berdasarkan beberapa permasalahan tersebut, pengembangan
inovasi budidaya sayuran, tanaman semusim, dan tahunan perlu mengaplikasikan teknologi yang
bersifat efisien dan ramah lingkungan. Penerapan teknologi LEISA (Low Eksternal Input and
Substainable Agriculture) dengan prinsip pengoptimalan interaksi input produksi dengan unsur-unsur
agroekosistem, dapat menjadi pilihan dalam penerapan inovasi tersebut, dengan penggunaan input
berupa bahan organik dari sumber daya local sebagai sumber pupuk dan pestisida dapat mengurangi
penggunaan input kimia dari luar.

METODE

Jenis penelitian ini meggunakan metode penyampaiaan materi secara langsung dan one person
discussion untuk memahami permasalahan petani yang hadir dalam kegiatan ini. Setelah materi
diberikan, praktek dari BIMTEK langsung diberikan kepada petani untuk memahami teori dan cara
pembuatan pupuk cair hayati serta manfaat dari setiap bahan yang di gunakan dalam pembuatan
pupuk tersebut.
Data analisis secara kuantitatif dan kualitatif di lakukan pada pengaplikasian pupuk cair yang di
berikan kepada tanaman warga dan respon warga terhadap pemberian pupuk cair tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pupuk JMS berfungsi sebagai pembenah tanah dan terbuat dari 3 bahan saja. Kentang, garam
laut/garam dapur, EM4 dan leaf mold atau humus daun. Leaf mold sendiri bisa kita dapatkan secara
gratis dari kebun-kebun atau hutan yang ada di lingkungan sekitar Kampumg Karangan, leaf mold
yang di gunakan dalam kegiatan ini berasal dari sekitar akar tanaman bambu. Di sekitar perakaran
bambu jarak 10-15 cm sebanyak masing-masing 500 gram diambil bagian tanah dan seresah daun
yang telah mengering layu maupun yang telah hancur lalu di kumpulkan sebagai bahan pupuk cair.

Pembuatan pupuk JMS dapat menggunakan EM4 (Effective Microorganism 4) jika bahan
kentang tidak ada, selain kentang dapat juga ganti menggunakan bahan yang mempunyai karbohidrat
tinggi. EM4 yang digunakan ialah yang berwarna kuning khusus untuk pertanian, tujuan pupuk cair
ini adalah untuk memperbaiki sifat tanah secara fisik, kimia maupun biologi,menekan populasi hama
dan penyakit tanaman, mempercepat pertumbuhan, mempercepat fotosintesis, pengikat nitrogen di
udara dan meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah. Kandungan EM4 antara lain yaitu bakteri
Rhodopseuddomonas Sp, Lactobacillus Sp, Saccharomyces Sp, Actinomycetes, Aspergillus dan
Penicuillum.

Manfaat utama tanaman kentang dalam pupuk ini karena Nitrogen dalam kulit kentang
membantu mendorong pertumbuhan tanaman yang sehat. Adapun fosfor penting untuk perkembangan
akar dan pembentukan biji. Kalium diperlukan untuk pertumbuhan yang sehat dan membantu
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan penyerapan air pada tanaman. Ada juga garam dapur
yang di tambahkan juga memiliki manfaat yaitu membantu menetralkan tanah asam dan alkalis,
mengandung unsur yang di butuhkan tanaman (Na, Cl, Ka), membunuh bakteri dan jamur,
menyuburkan tanah secara alami.

Table 1. Pengaplikasian JMS terhadap tanaman


Kelompok Tani Tanaman Umur Tanam Reaksi
Tanaman
Tinggi Tinggi
Sebelu Sesuda
m (cm) h (cm)
Sipatuo
Jagung 7 hari 9 18
Sipatokkong
Tanduk Payau Kangkung 3 hari 1 10
Tani Sejahtera Jagung 7 hari 5 15
Tunas Muda Jagung 7 hari 7 12

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tiap kelompok tani pada umur yang
berbeda mengalami percepatan pertumbuhan yang signifikan setelah diaplikasikan pupuk JMS.
Pengambilan data diambil 5 hari setelah pengaplikasian JMS agar reaksi pupuk maksimal terhadap
tanaman.

Tanah pada lahan kampung karangan tersusun dari 2 unsur jenis tanah yaitu tanah humus dan
grumusol, tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari lapukan dan dekomposisi bahan organic
serta grumusol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik, tanah
gruusol memiliki kandungan organic yang rendah namun jenis tanah yang bercampur ialah tanah
humus maka unsur kimia dan fisik tanah menjadi gembur. Pemupukan antara 75% pupuk hayati cair
menunjukkan jumlah pupolasi bakteri penambat N2 dan bakteri selulolitik paling tinggi dibandingkan
dengan kombinasi pemupukan lainnya membuat tanah di lahan petani menjadi lebih subur dan unsur
hara dalam tanah tersedia karena aktivitas mikroba tanah yang kembali aktif.

Sejalan dengan Elfin Efendi (2016), implementasi system pertanian berkelanjutan dalam
mendukung pertanian perlu beberapa pendekatan kegiatan yang menunjang pertanian berkelanjutan
tersebut, pendekatannya ialah perlunya pengendalian hama terpadu yang dikombinasikan dengan
metode (biologi, budaya, fisik dan kimia), system rotasi dan budidaya rumput, konservasi lahan,
menjaga kualitas air, tanaman pelindung, diversifikasi lahan dan tanaman, pengelolaan nutrisi
tanaman serta agroforestry.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan kampung karangan
memiliki potensi tekstur tanah yang subur karena mempunyai 2 unsur penyusun tanah dan potensi
lingkungannya untuk mengimplementasikan metode pertanian berkelanjutan, namun sumberdaya
manusia yang kurang memadai dalam hal teori serta pemahaman luas tentang pembangunan pertanian
menjadikan warga masih banyak yang apatis terhadap kelebihan lingkungan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Febjislami, S. (2017). Penerapan Teknologi LEISA pada Pertanian Sayuran Berkelanjutan di Dataran
Tinggi. https://sayurankita.com/2017/08/16/penerapan-teknologi-leisa-padapertanian-
sayuran-berkelanjutan-di-dataran-tinggi/

Efendi, Elfin. "Implementasi sistem pertanian berkelanjutan dalam mendukung produksi


pertanian." Warta Dharmawangsa 47 (2016).

Anda mungkin juga menyukai