Abstrak
Salah satu kebijakan Menteri Pertanian berkenaan dengan ekspor dan impor beras adalah
peningkatan ekspor jenis beras khusus, seperti beras organik. Permintaan pasar global
beras organik semakin meningkat, tetapi Indonesia menghadapi pesaing seperti Thailand
dan Vietnam. Meskipun demikian, petani beras organik di Provinsi Jawa Barat menunjukkan
kemampuan daya saingnya dengan keberhasilannya melakukan ekspor ke Amerika Serikat,
Jerman, Malaysia, Singapura, Belanda, Italia, dan Uni Emirate Arab (Dubai). Penelitian ini
bertujuan menganalisis daya saing beras organik, dan mengidentifikasi dampak kebijakan
pemerintah terhadap kegiatan usaha tani beras organik. Metode analisis yang digunakan
adalah Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas beras
organik memiliki daya saing yang cukup untuk ekspor, terlihat pada keunggulan kompetitif
(Private Cost Ratio) dan komparatif (Domestic Resource Cost Ratio). Penerimaan secara
finansial maupun sosial dapat memenuhi biaya input domestik. Keunggulan kompetitif dan
komparatif melemah akibat dari adanya pengaruh biaya sertifikasi lahan pada biaya domestik
dan biaya kemasan, sedangkan dampak kebijakan pemerintah terhadap input dan output
menguntungkan petani. Kebijakan bersifat efektif namun belum efisien akibat belum adanya
lembaga penyediaan input seperti pupuk dan benih organik.
Kata kunci : Keunggulan Kompetitif, Keunggulan Komparatif, Beras Organik, Kebijakan
Pemerintah, Policy Analysis Matrix
Abstract
One of the agriculture minister policies related to rice exports and imports is the increased
number of certain type of rice export such as organic rice.The global demand of organic
rice market has been increasing but Indonesia is facing competitors, such as Thailand and
Vietnam. Nevertheless, organic rice farmers in west java province are showing their competitive
capability by exporting to a United States, Germany, Malaysia, Singapore, The netherlands,
Italy, and Uni Emirate Arab (Dubai). This study aims to analyze the competitiveness of organic
rice, and identify the impacts in government policy for the organic rice farming.The result
shows that some varieties of organic rice have adequate export competitiveness, seen from
the competitive advantage (private cost ratio) and the comparative advantage (domestic cost
ratio) which are positive. The analysis method used was Policy Analysis Matrix (PAM). The
financial and social revenue could cover the input of domestic cost. The competitive and
comparative advantages were weakened as a result of the influence of land certification in the
domestic and packaging cost, whereas the impact of government policy to input and output
is profitable for farmers. The policy is effective but has not been efficient due to lack of input
providers such as fertilizer and organic seeds.
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 129
PENDAHULUAN Permintaan pasar mengenai
pertanian organik mencapai 72 miliar
Keputusan pemerintah Indonesia USD (IFOAM, 2014). Salah satunya
untuk masuk ke pasar bebas menuntut permintaan luar negeri terhadap
pemerintah meningkatkan berbagai beras organik mencapai 100 ribu ton
potensi ekspor Indonesia, termasuk pertahun. Sedangkan Indonesia hanya
diantaranya potensi dari sektor mampu mengekspor 9 ribu ton per
pertanian. Pertumbuhan ekspor musim tanam, atau kurang dari 10%
Indonesia terhadap pertanian dinilai dari kebutuhan pasar global. Sebagai
paling konsisten ditinjau dari luas areal pengeskpor beras organik, Indonesia
lahan dan tingkat produksi (Kaunang, masih tertinggal jauh dengan Thailand
2013). Lahan pertanian yang sangat dan Vietnam, yakni dua negara tetangga
luas dan jumlah petani yang besar Indonesia yang ditetapkan oleh IFOAM
merupakan potensi bagi Indonesia sebagai pengekspor utama dunia beras
untuk dapat bersaing dengan negara organik dunia Thailand dan Vietnam
lain, termasuk juga pertanian organik. lebih dahulu melihat potensi pasar
Untuk itu, kebijakan yang diterapkan produk pertanian organik, sehingga
oleh pemerintah hendaknya dapat strategi pengembangan produksi
mendukung dan melindungi petani ataupun aturan-aturan terkait dengan
beras organik dalam negeri. produk beras organik telah lebih maju.
Perkembangan luas areal pertanian Peluang pasar organik dimanfaatkan
organik Indonesia dari tahun 2010- oleh petani di Provinsi Jawa Barat,
2013 mengalami tren meningkat (BPS, khususnya petani Kabupaten Tasikmalaya.
2014). Walaupun pada tahun 2012 ke Mereka berhasil melakukan budidaya
tahun 2013 mengalami penurunan dari serta ekspor beras organik ke Amerika
88.247 Ha menjadi 65.688 Ha namun Serikat, Jerman, Belanda, Singapura,
dapat dikendalikan dengan semakin Malaysia, Italia, dan Uni Emirate Arab
banyaknya petani yang berminat (Dubai). Tidak ada data statistik resmi
melakukan usaha tani organik (IFOAM, jumlah produksi beras organik secara
2014). Berdasarkan data dari IFOAM national namun perkiraan semakin
(2014), tahun 2013 luas areal pertanian meningkatnya potensi pasar dapat dilihat
organik Indonesia telah menyumbang dari meningkatnya ekonomi, semakin
0.1% share lahan pertanian organik peduli konsumen akan kesehatan, dan
dunia. Penurunan luas lahan pertanian peduli terhadap lingkungan (Mayrowani,
organik tersebut dikarenakan adanya 2014). Data tentang jumlah produksi beras
kebijakan sertifikasi dan penyesuaian organik belum disusun dan dibukukan
lahan organik. Perubahan tersebut secara national oleh lembaga pertanian
berpengaruh terhadap produksi dan ataupun oleh BPS.
daya saing usaha tani pertanian organik Kebijakan pemerintah daerah
baik di pasar domestik maupun pasar setempat mendukung kegiatan
international (Willer, 2010). penanaman dan peningkatan produksi
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 131
menyeluruh bagaimana dampak April 2015. Data yang dikumpulkan
kebijakan dan daya saing beras organik dalam penelitian adalah data primer dan
adalah Policy Analysis Matrix (PAM). data sekunder. Data primer diperoleh
PAM digunakan untuk menghitung dari hasil wawancara dengan pihak
keuntungan, baik keuntungan privat Gapoktan, petani atau anggota kelompok
maupun keuntungan sosial. Analisis tani, dan penyuluh pertanian setempat.
keuntungan privat pada PAM adalah Data sekunder diperoleh dari Badan
selisih dari pendapatan privat dan biaya Pusat Statistik, Kementerian Pertanian,
privat. Keuntungan privat merupakan Pusat Penelitian dan Pengembangan
keuntungan tanpa adanya campur Sosial Ekonomi Pertanian, IFOAM, dan
tangan pemerintah. Sedangkan FAO melalui jaringan internet. Petani
analisis keuntungan sosial merupakan responden di masing-masing lokasi
keuntungan dengan adanya campur dipilih dengan menggunakan metode
tangan pemerintah. purposive sampling dengan kriteria
Menurut Yadjid (2011), tujuan pemilik dan penggarap yang telah
penggunaan PAM adalah untuk memperoleh sertifikasi organik dari IMO
menganalisis efisiensi ekonomi dan dan Sucofindo. Petani yang menjadi
besarnya intervensi pemerintah serta responden berjumlah 25 orang, masing-
dampaknya terhadap kegiatan usaha masing 5 orang dari 5 kelompok tani
tani beras organik. Analisis daya yang menghasilkan jenis beras organik
saing komparatif didapatkan dengan yang berbeda.
perhitungan Rasio Sumberdaya Penelitian analisis daya saing pada
Domestik (DRC), sedangkan keunggulan usaha tani beras organik di Gapoktan
kompetitif dapat dihitung menggunakan Simpatik menggunakan metode PAM
perhitungan Rasio Biaya Privat (PCR). yang dikembangkan oleh Monke &
Hasil analisis PAM dapat Pearson (1989). Sebagaimana yang
menunjukkan pengaruh individual dilakukan oleh Yadjid (2011) dalam
maupun kolektif dari kebijakan harga penelitian mengenai daya saing usaha
dan kebijakan faktor domestik. PAM tani Tebu. Tahapan dalam menganalisis
juga memberikan informasi dasar metode PAM sebagai berikut :
yang penting bagi benefit-cost analysis 1. Mengidentifikasi seluruh input yang
untuk kegiatan investasi di bidang digunakan dalam proses produksi.
pertanian. Selain itu, PAM digunakan 2. Mengalokasikan input tradable dan
untuk menganalisis kebijakan mengenai input non tradable.
penerimaan secara konsisten dan 3. Menghitung harga bayangan input,
menyeluruh biaya usaha tani, output, dan nilai tukar uang.
tingkat perbedaan pasar, sistem 4. Menganalisis keunggulan komparatif
pertanian, investasi pertanian, dan dan kompetitif dengan metode PAM.
efisiensi ekonomi. Input usaha tani beras organik
Penelitian tentang beras organik adalah benih beras organik, pupuk,
di Kabupaten Tasikmalaya dilakukan lahan, dan tenaga kerja. Lahan dalam
pada Bulan Februari 2015 sampai bulan penelitian ini membutuhkan sertifikasi
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 133
Tabel 1. Policy Analisys Matrix
Biaya
Keterangan Penerimaan Input Input Non Keuntungan
Tradable Tradable
Harga privat A B C D
Harga Sosial E F G H
Efek Divergensi I J K L
Sumber : Monke & Pearson (1989)
Keterangan:
A : Penerimaan Privat G : Biaya Input non tradable Sosial
B : Biaya input Tradable Privat H : Keuntungan Sosial
C : Biaya input non tradable Privat I : Transfer Output
D : Keuntungan Privat J : Transfer input Tradable
E : Penerimaan Sosial K : Transfer Faktor
F : Biaya input tradable Sosial L : Transfer bersih
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 135
transfer dari petani produsen yang diperlukan apabila subsidi
kepada produsen input tradable, atau pajak digunakan sebagai
demikian juga sebaliknya. pengganti kebijakan.
2) Nominal protection Coefficient on
Input (NPCI) = B/F : Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN
bersifat protektif terhadap input
jika nilai NPCI < 1, berarti ada Kebijakan Pemerintah terhadap
kebijakan subsidi terhadap Output dan Input
input tradable, demikian juga
sebaliknya. Kebijakan pemerintah diberlakukan
3) Transfer Faktor : FT = C – G : terhadap input dan output sehingga
Nilai FT > 0, mengandung arti terjadi perbedaan antara harga input dan
bahwa ada transfer dari petani output yang diminta produsen (harga
produsen kepada produsen input privat) dengan harga yang sebenarnya
non tradable, demikian juga terjadi jika dalam keadaan perdagangan
sebaliknya. bebas (harga sosial). Beras organik
c. Kebijakan Input-Output merupakan komoditas ekspor maka
1) Effective Protection Coefficient kebijakan pemerintah terhadap output
(EPC) = (A-B)/(E-F) : Kebijakan dan input sangat berpengaruh. Kebijakan
masih bersifat protektif jika nilai harga output dan input dibedakan
EPC > 1. Semakin besar nilai menjadi tiga tipe kriteria yaitu tipe
EPC berarti semakin tinggi tingkat instrumen (subsidi atau perdagangan),
proteksi pemerintah terhadap penerimaan atau keuntungan yang akan
komoditi pertanian domestik. diperoleh (produsen dan konsumen),
2) Net Transfer: NT = D – H: dan tipe komoditi (ekspor atau impor).
Nilai NT > 0, menunjukkan Implementasi dan kebijakan tersebut
tambahan surplus produsen dapat mempengaruhi kemampuan suatu
yang disebabkan oleh kebijakan negara untuk memanfaatkan peluang
pemerintah yang diterapkan pada ekspor suatu komoditi dan kemajuan
input dan output, demikian juga negara tersebut melindungi produsen
sebaliknya. atau konsumen dalam negeri.
3) Profitability Coefficient : PC Menurut Monke & Pearson (1989)
= D/H : Jika PC > 0, berarti kebijakan harga output dan input
secara keseluruhan kebijakan adalah kebijakan subsidi dan kebijakan
pemerintah memberikan insentif perdagangan dalam negeri. Kebijakan
kepada produsen, demikian juga subsidi dapat berupa subsidi positif yaitu
sebaliknya. subsidi yang diberikan oleh pemerintah
4) Subsidy Ratio to Producer (SRP) dan subsidi negatif adalah subsidi
= L/E = (D-H)/E : yaitu indikator yang dibayarkan kepada pemerintah
yang menunjukkan proporsi berupa pajak. Subsidi positif dan
penerimaan pada harga sosial negatif bertujuan untuk membedakan
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 137
belum ada, sehingga gapoktan harus Tasikmalaya mampu mempertahankan
membuat pupuk organik sendiri, secara kegiatan ekspor beras organik yang
manual yang jumlahnya masih terbatas. mereka hasilkan. Kesejahteraan rumah
Petani di Kabupaten merasa belum tangga tani dengan demikian dapat
terbantu dengan adanya kebijakan berlanjut.
tersebut. Penyediaan benih begitu
juga masih sangat terbatas. Peraturan Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Menteri Pertanian nomor 64/Permentan/ Usaha tani Beras Organik
OT.140/5/2013 mengenai penggunaan
benih organik belum secara khusus Hasil analisis daya saing komoditi
mencantumkan aturan pengadaan, beras organik, baik daya saing
pendaftaran, peredaran, pengawasan, komparatif maupun kompetitif, dengan
dan perlindungan benih organik. alat analisis Policy Analysis Matriks
Peraturan tersebut hanya sebatas (PAM) menunjukkan bahwa nilai KP
memberikan persyaratan bagi petani untuk beras merah organik adalah
untuk bertanam organik tanpa adanya Rp 2.193.448.53,- per hektar per tanam,
penanganan dan sistem kelembagaan beras hitam organik memiliki nilai KP
yang dapat menampung aspirasi bagi Rp 3.487.636.14,- per hektar per tanam,
dan beras putih organik memiliki nilai
petani beras organik.
Rp 2 035 150.90,- per hektar per tanam.
Kebijakan pemerintah sebaiknya
Nilai keuntungan ketiga varietas beras
dilakukan juga dalam pengaturan
organik bersifat positif, dan ini berarti
bergeraknya produk organik serta
bahwa pengusahaan ketiga varietas
menyediakan informasi penting
tersebut menguntungkan. Penerimaan
bagi petani seperti peluang pasar,
yang diterima petani lebih tinggi dari
menetapkan harga jual, dan proteksi biaya-biaya yang dikeluarkan. Budidaya
terhadap peredaran organik palsu. beras organik tidak menggunakan
Diperlukan juga kebijakan yang pupuk urea dan pestisida. Pertanian
mengatur bagaimana subsidi terhadap beras organik menggunakan pupuk
pupuk benar-benar terdistribusi langsung kompos, pupuk yang dapat dihasilkan
kepada petani tanpa adanya perantara sendiri oleh petani sehingga tidak
dari lembaga-lembaga lain yang akan membutuhkan biaya tinggi. Selain itu
memotong rantai pupuk organik. harga jual beras organik lebih tinggi.
Implikasi kebijakan yang menyeluruh Oleh karena itu, pemerintah hendaknya
dari hulu sampai hilir akan membuat dapat terus mengembangkan pertanian
petani beras organik di Kabupaten beras organik.
Tabel 3. Nilai Keuntungan Sosial (KS) dan DRC Pengusahaan Beras Organik di
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015
Nilai Keuntungan Sosial (KS) beras hektar per tanam, sedangkan beras
merah organik Rp. 5.235.773.89,- per putih Rp. 392.997.31,-per hektar per
hektar per tanam, beras hitam organik tanam. Ketiga jenis beras organik ini
memiliki nilai KS Rp. 3.205.429.15,- per memiliki nilai positif yang berarti bahwa
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 139
tanpa adanya kebijakan apapun dari keuntungan privat pada beras hitam dan
pemerintah, ketiga komoditas tersebut merah. Hal ini dikarenakan penggunaan
memberikan keuntungan. Bersifat input baik secara domestik maupun
positif dikarenakan penerimaan beras asing pada harga sosial lebih rendah
organik secara sosial dapat menutupi dari pada input pada harga privat.
semua biaya baik domestik maupun Artinya petani masih memperoleh biaya
asing. Nilai DRC pada beras merah input lebih tinggi dari yang seharusnya
organik menjelaskan bahwa untuk dibayarkan. Namun pada usaha tani
memproduksi beras merah organik di beras putih berbeda dengan kedua
tempat penelitian membutuhkan biaya jenis beras organik. Keuntungan sosial
sumberdaya domestik sebesar 0,66 lebih kecil dari keuntungan privat pada
satuan terhadap biaya ekspor yang beras putih. Hal ini dikarenakan harga
dibutuhkan. Nilai DRC pada beras hitam jual beras putih organik lebih tinggi dari
organik menunjukkan bahwa untuk harga sosialnya.
memproduksi beras hitam organik di Selain keuntungan, perlu juga dilihat
tempat penelitian membutuhkan biaya dari sisi keunggulan yang dimiliki. Jika
sumberdaya domestik sebesar 0,75 dibandingkan nilai DRC dan PCR pada
terhadap biaya ekspor yang dibutuhkan. usaha tani beras organik ini diketahui
Sedangkan untuk nilai DRC pada beras bahwa nilai PCR beras hitam dan
putih organik menunjukkan bahwa beras merah lebih rendah dibandingkan
memproduksi beras putih organik dengan nilai DRC nya. Artinya bahwa
membutuhkan biaya sumberdaya keunggulan kompetitif lebih rendah
domestik sebesar 0,96 satuan. Nilai dibandingkan dengan keunggulan
DRC ketiga varietas tersebut memiliki komparatif. Penerimaan secara privat
nilai kurang dari satu yang artinya ketiga pada beras hitam dan merah memiliki
varietas tersebut memiliki keunggulan kemampuan lebih rendah dibandingkan
komparatif. Sehingga ketiga komoditas secara sosial dalam memenuhi
tersebut memiliki peluang ekspor. kebutuhan input domestiknya. Hal ini
Nilai dari ketiga beras organik hampir dikarenakan harga jual diterima petani
mendekati 1 artinya memiliki keunggulan lebih rendah dari harga sosialnya. Hasil
kompetitif yang sangat rendah namun analisis daya saing ini tidak berbeda
masih bisa diusahakan. Hal ini dengan hasil penelitian sebelumnya
dikarenakan tingginya harga kemasan pada usaha penggemukan sapi potong,
dan biaya sertifikasi lahan secara sosial yang menunjukkan pula nilai DRC lebih
pada usaha tani beras organik. tinggi dari PCR (Rouf et al. 2014) dan
Memperbandingkan antara keuntungan penelitian analisis pendapatan usaha
privat dan sosial dari ketiga jenis tani beras dengan SRI yang dilakukan
beras organik menggambarkan bahwa oleh Mulyaningsih (2010) bahwa usaha
keuntungan sosial lebih tinggi dari tani beras dengan SRI memberikan
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 141
Tabel 5. Nilai Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF), dan Nominal Protection
Coeficient on Input (NPCI) Pengusahaan Beras Organik di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2015
No Varietas Beras TI (Rp/Ha) NPCI TF (Rp/Ha)
1 Beras Merah Organik 1.772.890,39 1,09 1.459.625,98
2 Beras Hitam Organik 1.196.072,08 1,60 3.859.614,79
3 Beras Putih Organik 545.261,56 1,16 6.259.864,82
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
Pada ketiga varietas beras organik beras organik yang bersifat positif
nilai TI bersifat positif. Ini berarti bahwa menggambarkan bahwa harga input
harga sosial input asing lebih rendah non tradable pada harga finansial lebih
dari harga input asing privat sehingga tinggi dibandingkan dengan input non
produsen beras merah, beras hitam, dan tradable pada harga sosial. Produsen
beras putih organik harus membayar beras hitam, merah, dan putih organik
input lebih tinggi dari yang seharusnya harus membayar input non tradable
dibayarkan. Ketiga varietas tidak lebih tinggi dari yang seharusnya
memperoleh subsidi pada input tradable dibayarkan. Mereka mengalami
sehingga semua biaya input tradable kerugian sebesar Rp. 1.459.625,98,-
ditanggung oleh petani. Tidak adanya per hektar pada pengusahaan merah
subsidi pada benih beras organik organik, Rp. 3.859.614,79,- per hektar
sehingga harga beli petani lebih tinggi pada beras hitam dan Rp. 6.259.864,82,-
dari harga sosialnya. Kebijakan subsidi
per hektar pada beras putih organik. Hal
input nomor 130/Permentan/SR/11/2015
ini dikarenakan kebijakan pemerintah
hanya terdapat pada pupuk organik dan
nomor 70/Permentan/SR.140/2011
tidak sampai ke petani, sehingga petani,
tentang pupuk organik, pupuk hayati dan
termasuk juga petani di Kabupaten
pembenahan tanah menyebabkan biaya
Tasikmalaya, menerima harga melebihi
lahan lebih tinggi dari yang seharusnya
nilai HET nya.
akibat adanya sertifikasi lahan.
Nilai NPCI ketiga varietas beras
3. Dampak Kebijakan Terhadap Input
organik Gapoktan Simpatik memiliki
Output
nilai yang sama di atas satu. Hal ini
Dampak kebijakan terhadap input
menunjukkan terdapat proteksi bagi
produsen beras merah, hitam, dan output dapat dilihat dari nilai TB, EPC,
putih terhadap input tradable, dan ini SRP. TB, dan PC sebagai indikator
menyebabkan harga input produksi bagaimana kebijakan pemerintah
tinggi. Nilai TF pada ketiga komoditas terhadap output dan input.
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 143
2014). Berikutnya, apabila nilai rasio beras organik adalah pembentukan
subsisdi produsen (SRP) negatif pada lembaga khusus yang menangani
beras merah menunjukan bahwa penyediaan input organik, sehingga
kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan demikian petani lebih mudah
selama ini menyebabkan petani beras memperoleh input yang diperlukan.
merah harus mengeluarkan biaya yang Pembinaan, pelatihan, dan penerangan
lebih tinggi dibandingkan dengan harga kepada petani perlu terus dilakukan
sosial yang seharusnya dikeluarkan. bahwa prospek mengusahakan beras
Hal ini sangat berbeda dengan nilai organik sangat menjanjikan. Selain itu
SRP pada beras hitam dan putih juga diperlukan pembinaan lanjutan
dimana kebijakan pemerintah dirasa bagaimana strategi pengembangan
memberikan dukungan pada usaha tani usaha tani beras organik dan rantai
beras hitam dan putih. Begitu juga pada pasar produk yang dihasilkannya pada
kebijakan pemerintah terhadap impor pasar domestik.
daging sapi Australia yang membatasi
kuota impor (Efrida, 2014). UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI kasih kepada mitra bestari yang telah
KEBIJAKAN memberikan masukan yang konstruktif
untuk perbaikan naskah. Ucapan
Pengusahaan beras merah, terima kasih juga disampaikan kepada
beras hitam, dan beras putih organik Badan Pengkajian dan Pengembangan
di Kabupaten Tasikmalaya memiliki Perdagangan (BPPP) Kementerian
keunggulan kompetitif dan komparatif. Perdagangan Indonesia.
Bahkan kebijakan pemerintah yang
telah diterapkan secara keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
berdampak positif bagi keuntungan
Asmara, R., N. Artdiyasa. (2010).
petani. Berdampak negatif hanya
Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor
terdapat pada penyediaan input seperti
Komoditi Perkebunan Indonesia.
pupuk dan benih organik. Pengusahaan
Jurnal Agricultural Socio Economics
ketiga komoditi tersebut memberikan
(AGRISE), Vol. VIII (2).
keuntungan baik secara finansial dan
ekonomi. Kebijakan pemerintah terhadap BPS. (2014). Laporan Bulanan Data Sosial
input dan output secara keseluruhan Ekonomi Edisi 52. Di unduh pada
berdampak yang menguntungkan tanggal 23 Maret 2015 dari www.bps.
kepada produsen. Dengan kata lain, go.id.
kebijakan yang ada terhadap input Efrida, R.P. (2014). Dampak Kebijakan
output bersifat melindungi produsen Indonesia Membatasi Kuota Impor
dalam negeri. Daging Sapi dari Australia. Jurnal
Dengan demikian, kebijakan yang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
diperlukan untuk pengembangan ekspor Vol.1 (2).
Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 145
Yadjid, M. (2011). Analisis Daya Saing Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana
Usahatani Tebu dan Penyesuaian Institut Pertanian Bogor.
Struktural Industri Gula di Jawa Barat.