Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP USAHA TANI BERAS

ORGANIK DI PROVINSI JAWA BARAT


The Impacts of Government Policy towards Organic Rice Farming in West Java
Ulpah Jakiyah1, Lukman M Baga2, Netti Tinaprilla2
1
Program Studi Magister Sains Agribisnis, Sekolah Pascasarjana IPB
2
Departemen Ekonomi, Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper, Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor, Indonesia 16680
e-mail: ulpahjaki89@gmail.com
Naskah diterima: 12/08/2015 Naskah direvisi: 01/12/2015 Disetujui diterbitkan: 24/02/2016

Abstrak
Salah satu kebijakan Menteri Pertanian berkenaan dengan ekspor dan impor beras adalah
peningkatan ekspor jenis beras khusus, seperti beras organik. Permintaan pasar global
beras organik semakin meningkat, tetapi Indonesia menghadapi pesaing seperti Thailand
dan Vietnam. Meskipun demikian, petani beras organik di Provinsi Jawa Barat menunjukkan
kemampuan daya saingnya dengan keberhasilannya melakukan ekspor ke Amerika Serikat,
Jerman, Malaysia, Singapura, Belanda, Italia, dan Uni Emirate Arab (Dubai). Penelitian ini
bertujuan menganalisis daya saing beras organik, dan mengidentifikasi dampak kebijakan
pemerintah terhadap kegiatan usaha tani beras organik. Metode analisis yang digunakan
adalah Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas beras
organik memiliki daya saing yang cukup untuk ekspor, terlihat pada keunggulan kompetitif
(Private Cost Ratio) dan komparatif (Domestic Resource Cost Ratio). Penerimaan secara
finansial maupun sosial dapat memenuhi biaya input domestik. Keunggulan kompetitif dan
komparatif melemah akibat dari adanya pengaruh biaya sertifikasi lahan pada biaya domestik
dan biaya kemasan, sedangkan dampak kebijakan pemerintah terhadap input dan output
menguntungkan petani. Kebijakan bersifat efektif namun belum efisien akibat belum adanya
lembaga penyediaan input seperti pupuk dan benih organik.
Kata kunci : Keunggulan Kompetitif, Keunggulan Komparatif, Beras Organik, Kebijakan
Pemerintah, Policy Analysis Matrix
Abstract
One of the agriculture minister policies related to rice exports and imports is the increased
number of certain type of rice export such as organic rice.The global demand of organic
rice market has been increasing but Indonesia is facing competitors, such as Thailand and
Vietnam. Nevertheless, organic rice farmers in west java province are showing their competitive
capability by exporting to a United States, Germany, Malaysia, Singapore, The netherlands,
Italy, and Uni Emirate Arab (Dubai). This study aims to analyze the competitiveness of organic
rice, and identify the impacts in government policy for the organic rice farming.The result
shows that some varieties of organic rice have adequate export competitiveness, seen from
the competitive advantage (private cost ratio) and the comparative advantage (domestic cost
ratio) which are positive. The analysis method used was Policy Analysis Matrix (PAM). The
financial and social revenue could cover the input of domestic cost. The competitive and
comparative advantages were weakened as a result of the influence of land certification in the
domestic and packaging cost, whereas the impact of government policy to input and output
is profitable for farmers. The policy is effective but has not been efficient due to lack of input
providers such as fertilizer and organic seeds.

Keywords: Competitive Advantage, Comparative Advantage, Organic Rice, Government


Policy, Policy Analysis Matrix
JEL Classification: Q17, Q18, Q28

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 129
PENDAHULUAN Permintaan pasar mengenai
pertanian organik mencapai 72 miliar
Keputusan pemerintah Indonesia USD (IFOAM, 2014). Salah satunya
untuk masuk ke pasar bebas menuntut permintaan luar negeri terhadap
pemerintah meningkatkan berbagai beras organik mencapai 100 ribu ton
potensi ekspor Indonesia, termasuk pertahun. Sedangkan Indonesia hanya
diantaranya potensi dari sektor mampu mengekspor 9 ribu ton per
pertanian. Pertumbuhan ekspor musim tanam, atau kurang dari 10%
Indonesia terhadap pertanian dinilai dari kebutuhan pasar global. Sebagai
paling konsisten ditinjau dari luas areal pengeskpor beras organik, Indonesia
lahan dan tingkat produksi (Kaunang, masih tertinggal jauh dengan Thailand
2013). Lahan pertanian yang sangat dan Vietnam, yakni dua negara tetangga
luas dan jumlah petani yang besar Indonesia yang ditetapkan oleh IFOAM
merupakan potensi bagi Indonesia sebagai pengekspor utama dunia beras
untuk dapat bersaing dengan negara organik dunia Thailand dan Vietnam
lain, termasuk juga pertanian organik. lebih dahulu melihat potensi pasar
Untuk itu, kebijakan yang diterapkan produk pertanian organik, sehingga
oleh pemerintah hendaknya dapat strategi pengembangan produksi
mendukung dan melindungi petani ataupun aturan-aturan terkait dengan
beras organik dalam negeri. produk beras organik telah lebih maju.
Perkembangan luas areal pertanian Peluang pasar organik dimanfaatkan
organik Indonesia dari tahun 2010- oleh petani di Provinsi Jawa Barat,
2013 mengalami tren meningkat (BPS, khususnya petani Kabupaten Tasikmalaya.
2014). Walaupun pada tahun 2012 ke Mereka berhasil melakukan budidaya
tahun 2013 mengalami penurunan dari serta ekspor beras organik ke Amerika
88.247 Ha menjadi 65.688 Ha namun Serikat, Jerman, Belanda, Singapura,
dapat dikendalikan dengan semakin Malaysia, Italia, dan Uni Emirate Arab
banyaknya petani yang berminat (Dubai). Tidak ada data statistik resmi
melakukan usaha tani organik (IFOAM, jumlah produksi beras organik secara
2014). Berdasarkan data dari IFOAM national namun perkiraan semakin
(2014), tahun 2013 luas areal pertanian meningkatnya potensi pasar dapat dilihat
organik Indonesia telah menyumbang dari meningkatnya ekonomi, semakin
0.1% share lahan pertanian organik peduli konsumen akan kesehatan, dan
dunia. Penurunan luas lahan pertanian peduli terhadap lingkungan (Mayrowani,
organik tersebut dikarenakan adanya 2014). Data tentang jumlah produksi beras
kebijakan sertifikasi dan penyesuaian organik belum disusun dan dibukukan
lahan organik. Perubahan tersebut secara national oleh lembaga pertanian
berpengaruh terhadap produksi dan ataupun oleh BPS.
daya saing usaha tani pertanian organik Kebijakan pemerintah daerah
baik di pasar domestik maupun pasar setempat mendukung kegiatan
international (Willer, 2010). penanaman dan peningkatan produksi

130 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


beras organik Tasikmalaya. Berdasarkan merupakan komitmen Pemerintah
data dari Dinas Pertanian Kabupaten Indonesia, dan ekspor beras organik
Tasikmalaya (2015), selama kurun Tasikmalaya merupakan kasus empiris
waktu tahun 2009 sampai 2014, ekspor menarik sebagai pembelajaran bagi
beras organik daerah ini mengalami pemerintah dalam usaha meningkatkan
tren meningkat. Tahun 2014 volume daya saing beras organik. Hubungan
ekspor mencapai 93.875 Kg. Kegiatan kausalitas yang terjadi antara ekspor
pascapanen terpusat di Gapoktan produk beras organik Tasikmalaya
Simpatik dan dijadikan sebagai wadah dan kebijakan pemerintah setempat
yang dapat menampung aspirasi dan dengan demikian merupakan masukan
meningkatkan bargaining position penting untuk penyusunan kebijakan
petani. Ekspor beras organik dilakukan peningkatan ekspor beras organik
melalui distributor PT Bloom Agro. Indonesia yang lebih menyeluruh.
Potensi yang dimiliki usaha tani beras Penelitian dan pemahaman yang
organik Kabupaten Tasikmalaya adalah mendalam tentang hal tersebut jelas
jumlah petani dan luas lahan pertanian. sangat relevan, dan perlu dilakukan
Jumlah petani yang bersertifikasi organik sebagai usaha untuk mengetahui
semakin meningkat menjadi 465 orang. dampak dari suatu kebijakan terhadap
Begitu juga luas lahan petani beras usaha tani beras organik.
organik meningkat pula, mencapai sekitar
360 Ha dengan sertifikasi international METODE
Institute for Marketecology Organic
(IMO). Kegiatan pemasaran ekspor Perdagangan Internasional memberikan
beras organik sudah ditetapkan pada peluang bagi negara-negara yang
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor memiliki keunggulan komparatif dan
19/M-DAG/PER/3/2014. Kesesuaian kompetitif. Krugman (2004) menjelaskan
input pertanian beras organik seperti bahwa keunggulan komparatif dalam
penggunaan pupuk organik telah diatur memproduksi suatu barang mempunyai
dalam peraturan Menteri Pertanian biaya pengorbanan (opportunity cost)
Nomor 130/Permentan/SR/11/2015 terendah dibanding memproduksi barang
tentang Kebutuhan dan Harga Eceran lain. Sedangkan keunggulan kompetitif
Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi. dapat diukur dari kelayakan finansial dari
Sebagai daerah penghasil produk kegiatan usaha. Keunggulan kompetitif
ekspor Kabupaten Tasikmalaya belum dihitung berdasarkan pada harga yang
memenuhi kebutuhan pasar global dan berlaku di pasar.
domestik. Kebutuhan pasar global dan Kegiatan perdagangan ekspor
domestik beras organik mencapai 320 beras organik tidak pernah lepas
ton per musim tanam sedangkan daerah dari kebijakan pemerintah. Sehingga
ini hanya mampu menghasilkan 31.4 ton diperlukan metode analisis yang
per musim tanam. dapat mencakup konsep daya saing
Memanfaatkan peluang ekspor dan dampak kebijakan (Soetriono,
beras organik yang terus meningkat 2010). Metode yang digunakan secara

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 131
menyeluruh bagaimana dampak April 2015. Data yang dikumpulkan
kebijakan dan daya saing beras organik dalam penelitian adalah data primer dan
adalah Policy Analysis Matrix (PAM). data sekunder. Data primer diperoleh
PAM digunakan untuk menghitung dari hasil wawancara dengan pihak
keuntungan, baik keuntungan privat Gapoktan, petani atau anggota kelompok
maupun keuntungan sosial. Analisis tani, dan penyuluh pertanian setempat.
keuntungan privat pada PAM adalah Data sekunder diperoleh dari Badan
selisih dari pendapatan privat dan biaya Pusat Statistik, Kementerian Pertanian,
privat. Keuntungan privat merupakan Pusat Penelitian dan Pengembangan
keuntungan tanpa adanya campur Sosial Ekonomi Pertanian, IFOAM, dan
tangan pemerintah. Sedangkan FAO melalui jaringan internet. Petani
analisis keuntungan sosial merupakan responden di masing-masing lokasi
keuntungan dengan adanya campur dipilih dengan menggunakan metode
tangan pemerintah. purposive sampling dengan kriteria
Menurut Yadjid (2011), tujuan pemilik dan penggarap yang telah
penggunaan PAM adalah untuk memperoleh sertifikasi organik dari IMO
menganalisis efisiensi ekonomi dan dan Sucofindo. Petani yang menjadi
besarnya intervensi pemerintah serta responden berjumlah 25 orang, masing-
dampaknya terhadap kegiatan usaha masing 5 orang dari 5 kelompok tani
tani beras organik. Analisis daya yang menghasilkan jenis beras organik
saing komparatif didapatkan dengan yang berbeda.
perhitungan Rasio Sumberdaya Penelitian analisis daya saing pada
Domestik (DRC), sedangkan keunggulan usaha tani beras organik di Gapoktan
kompetitif dapat dihitung menggunakan Simpatik menggunakan metode PAM
perhitungan Rasio Biaya Privat (PCR). yang dikembangkan oleh Monke &
Hasil analisis PAM dapat Pearson (1989). Sebagaimana yang
menunjukkan pengaruh individual dilakukan oleh Yadjid (2011) dalam
maupun kolektif dari kebijakan harga penelitian mengenai daya saing usaha
dan kebijakan faktor domestik. PAM tani Tebu. Tahapan dalam menganalisis
juga memberikan informasi dasar metode PAM sebagai berikut :
yang penting bagi benefit-cost analysis 1. Mengidentifikasi seluruh input yang
untuk kegiatan investasi di bidang digunakan dalam proses produksi.
pertanian. Selain itu, PAM digunakan 2. Mengalokasikan input tradable dan
untuk menganalisis kebijakan mengenai input non tradable.
penerimaan secara konsisten dan 3. Menghitung harga bayangan input,
menyeluruh biaya usaha tani, output, dan nilai tukar uang.
tingkat perbedaan pasar, sistem 4. Menganalisis keunggulan komparatif
pertanian, investasi pertanian, dan dan kompetitif dengan metode PAM.
efisiensi ekonomi. Input usaha tani beras organik
Penelitian tentang beras organik adalah benih beras organik, pupuk,
di Kabupaten Tasikmalaya dilakukan lahan, dan tenaga kerja. Lahan dalam
pada Bulan Februari 2015 sampai bulan penelitian ini membutuhkan sertifikasi

132 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


lahan organik sehingga adanya biaya yang terjadi pada pasar nilai tukar uang
tambahan yaitu biaya sertifikasi. pada kondisi bersaing sempurna. Salah
Sedangkan output dalam usaha tani ini satu pendekatan untuk menghitung
adalah beras organik. Tahapan dalam harga bayangan nilai tukar uang adalah
mengidentifikasi input dan output usaha harga bayangan harus berada pada
tani beras organik antara lain: tingkat keseimbangan nilai tukar uang.
Keseimbangan terjadi apabila dalam
Penentuan harga bayangan dan pasar uang, semua pembatas dan subsidi
harga pasar terhadap ekspor dan impor dihilangkan.
Keseimbangan nilai tukar uang dapat
Setiap input dan output pada didekati dengan menggunakan Standar
penelitian ini ditetapkan dua tingkat Conversion Factor (SCF) sebagai
harga, yaitu harga bayangan dan harga faktor koreksi terhadap nilai tukar resmi
pasar. Harga pasar adalah tingkat harga
yang berlaku:
pasar yang diterima pengusaha dalam
penjualan hasil produksinya atau tingkat
harga yang dibayar dalam pembelian
faktor pembelian. Menurut Gittinger
(1986), harga bayangan merupakan
harga yang terjadi dalam perekonomian
pada keadaan persaingan sempurna Dimana:
dan kondisi keseimbangan. Biaya
SERt = Nilai tukar bayangan tahun t
imbangan sama dengan harga pasar
(Rp/USD)
sulit ditemukan, maka untuk memperoleh
nilai yang mendekati biaya imbangan SCFt = standard conversion faktor
ini dilakukan dengan penyesuaian (faktor konversi standar) tahun t
terhadap pasar yang berlaku. Penelitian Xt = nilai ekspor Indonesia tahun t
ini menggunakan komoditi yang (Rp)
diperdagangkan, dan akan didekati Mt = nilai impor Indonesia tahun t
dengan harga batas (border price). (Rp)
Komoditas beras organik selama ini TMt = pajak impor dan bea masuk
diekspor, dan karena itu digunakan tahun t (Rp)
harga Free On Board (FOB).

Harga Bayangan Nilai Mata Uang


Metode Analisis PAM
Harga bayangan nilai mata uang Model PAM digunakan untuk
adalah harga uang domestik dalam menganalisis daya saing dan dampak
kaitannya dengan mata uang asing kebijakan dengan formulasi Tabel 1.

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 133
Tabel 1. Policy Analisys Matrix
Biaya
Keterangan Penerimaan Input Input Non Keuntungan
Tradable Tradable
Harga privat A B C D
Harga Sosial E F G H
Efek Divergensi I J K L
Sumber : Monke & Pearson (1989)

Keterangan:
A : Penerimaan Privat G : Biaya Input non tradable Sosial
B : Biaya input Tradable Privat H : Keuntungan Sosial
C : Biaya input non tradable Privat I : Transfer Output
D : Keuntungan Privat J : Transfer input Tradable
E : Penerimaan Sosial K : Transfer Faktor
F : Biaya input tradable Sosial L : Transfer bersih

Analisis terpenting dalam matriks cost untuk sumberdaya domestik. Kolom


PAM dilihat dari ukuran keuntungan dan keuntungan memberikan nilai untuk
transfer bersih (net transfer) (Asmara, mengukur tingkat efisiensi penggunaan
2008). Sebelum menganalisis PAM sumberdaya dan menunjukkan apakah
menguraikan terlebih dahulu komponen sebuah komoditas memiliki keunggulan
pendapatan maupun biaya sehingga komparatif. Pada baris ketiga, setiap
memungkinkan untuk mengukur output kolom berisikan selisih antara nilai-nilai
transfer, input transfer, dan factor yang dihitung berdasarkan harga privat
domestic transfer (Tabel 1). Analisis
(baris pertama) dengan nilai-nilai yang
PAM bisa digunakan untuk sistem
dihitung menggunakan harga sosial
komoditas individual yang berbeda, jenis
(baris kedua). Bila kegagalan pasar
usaha tani, dan teknologi (Salim, 2014).
pengaruhnya tidak besar, maka selisih
Tabel 1 memperlihatkan bentuk Tabel
(matrix) PAM. Baris pertama didasarkan tersebut disebabkan oleh intervensi
pada harga privat. Nilai-nilai pada baris kebijakan pemerintah. Intervensi
ini menggunakan data harga yang kebijakan ini merupakan fokus utama
benar-benar diterima atau dibayar oleh dalam penelitian ini. Beberapa Indikator
petani (harga actual) atau oleh pelaku Hasil Analisis dari Matriks PAM adalah :
agribisnis lainnya. Keuntungan privat 1. Analisis Keuntungan
mengukur daya saing, yakni insentif a. Private Provitability / Keuntungan
bagi petani untuk memproduksi suatu Privat (KP) : D = A – (B+C)
komoditas. Baris kedua, berisi nilai- Apabila D > 0, berarti sistem
nilai yang didasarkan pada estimasi komoditi memperoleh profit atas
pendapatan dan biaya sosial. Nilai-nilai biaya normal yang mempunyai
ini didasarkan pada harga paritas untuk implikasi bahwa komoditi itu
barang-barang tradable dan opportunity mampu ekspansi, kecuali apabila

134 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


sumberdaya terbatas atau berarti sistem produksi tersebut
adanya komoditi alternatif yang tidak mempunyai keunggulan
lebih menguntungkan. komparatif dengan tidak
b. Sosial Provitability/Keuntungan mampu bertahan tanpa subsidi
Sosial (KS) : H = E – (F+G) pemerintah, sehingga lebih
Keuntungan sosial merupakan baik melakukan impor daripada
indikator keunggulan komparatif memproduksi sendiri.
(comparative advantage) dari 3. Dampak Kebijakan Pemerintah
sistem komoditi pada kondisi a. Kebijakan Output
tidak ada divergensi baik akibat 1) Output Transfer : OT = A-E :
kebijakan pemerintah maupun Jika nilai OT > 0 menunjukkan
distorsi pasar. adanya transfer dari masyarakat
2. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif (konsumen) terhadap produsen
a. Private Cost Ratio (PCR) = C/ artinya produsen akan menerima
(A-B) : rasio ini menunjukkan harga jual yang lebih tinggi dari
berapa banyak sistem produksi harga yang seharusnya sehingga
usaha tani beras organik dapat konsumen dirugikan. Sedangkan
menghasilkan untuk membayar jika OT > 0 maka konsumen
semua faktor domestik yang menerima intensif dari produsen
digunakannya, dan tetap dalam dan dalam hal ini petani atau
kondisi kompetitif. Jika PCR < 1, produsen dirugikan.
berarti sistem komoditi yang diteliti 2) Nominal Protection Coefficient
memiliki keunggulan kompetitif on Output (NPCO) = A/E: NPCO
dan sebaliknya jika PCR >1, menunjukkan besarnya dampak
berarti sistem komoditi tidak kebijakan pemerintah yang
memiliki keunggulan kompetitif. mengakibatkan divergensi antara
b. Domestik Resource Cost Ratio harga privat dan harga sosial.
(DRCR) = G/(E-F) : merupakan Kebijakan bersifat protektif
salah satu kriteria kemampuan terhadap output jika nilai NPCO > 1
usaha tani dalam membiayai yang artinya petani beras organik
faktor domestik pada harga menerima subsidi atas output
sosialnya atau kriteria dari efisiensi di pasar domestik di atas harga
ekonomi relatif dari suatu sistem efisiensinya, dan sebaliknya
produksi. Sistem mempunyai kebijakan bersifat disinsentif jika
keunggulan komparatif jika DRC NPCO <1 yang artinya terjadi
< 1 artinya sistem produksi usaha pengurangan penerimaan petani
tani beras organik makin efisien akibat kebijakan output seperti
dan memiliki daya saing di pasar pajak.
dunia sehingga memiliki peluang b. Kebijakan Input
eskpor yang cukup besar, 1) Transfer Input : IT = B – F : Jika
dan sebaliknya jika DRC >1 nilai IT > 0, menunjukkan adanya

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 135
transfer dari petani produsen yang diperlukan apabila subsidi
kepada produsen input tradable, atau pajak digunakan sebagai
demikian juga sebaliknya. pengganti kebijakan.
2) Nominal protection Coefficient on
Input (NPCI) = B/F : Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN
bersifat protektif terhadap input
jika nilai NPCI < 1, berarti ada Kebijakan Pemerintah terhadap
kebijakan subsidi terhadap Output dan Input
input tradable, demikian juga
sebaliknya. Kebijakan pemerintah diberlakukan
3) Transfer Faktor : FT = C – G : terhadap input dan output sehingga
Nilai FT > 0, mengandung arti terjadi perbedaan antara harga input dan
bahwa ada transfer dari petani output yang diminta produsen (harga
produsen kepada produsen input privat) dengan harga yang sebenarnya
non tradable, demikian juga terjadi jika dalam keadaan perdagangan
sebaliknya. bebas (harga sosial). Beras organik
c. Kebijakan Input-Output merupakan komoditas ekspor maka
1) Effective Protection Coefficient kebijakan pemerintah terhadap output
(EPC) = (A-B)/(E-F) : Kebijakan dan input sangat berpengaruh. Kebijakan
masih bersifat protektif jika nilai harga output dan input dibedakan
EPC > 1. Semakin besar nilai menjadi tiga tipe kriteria yaitu tipe
EPC berarti semakin tinggi tingkat instrumen (subsidi atau perdagangan),
proteksi pemerintah terhadap penerimaan atau keuntungan yang akan
komoditi pertanian domestik. diperoleh (produsen dan konsumen),
2) Net Transfer: NT = D – H: dan tipe komoditi (ekspor atau impor).
Nilai NT > 0, menunjukkan Implementasi dan kebijakan tersebut
tambahan surplus produsen dapat mempengaruhi kemampuan suatu
yang disebabkan oleh kebijakan negara untuk memanfaatkan peluang
pemerintah yang diterapkan pada ekspor suatu komoditi dan kemajuan
input dan output, demikian juga negara tersebut melindungi produsen
sebaliknya. atau konsumen dalam negeri.
3) Profitability Coefficient : PC Menurut Monke & Pearson (1989)
= D/H : Jika PC > 0, berarti kebijakan harga output dan input
secara keseluruhan kebijakan adalah kebijakan subsidi dan kebijakan
pemerintah memberikan insentif perdagangan dalam negeri. Kebijakan
kepada produsen, demikian juga subsidi dapat berupa subsidi positif yaitu
sebaliknya. subsidi yang diberikan oleh pemerintah
4) Subsidy Ratio to Producer (SRP) dan subsidi negatif adalah subsidi
= L/E = (D-H)/E : yaitu indikator yang dibayarkan kepada pemerintah
yang menunjukkan proporsi berupa pajak. Subsidi positif dan
penerimaan pada harga sosial negatif bertujuan untuk membedakan

136 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


antara harga domestik dan harga dunia sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan
dalam rangka melindungi produsen pengadaan, pendaftaran, peredaran,
dan konsumen dalam negeri. Kebijakan penggunaan dan pengawasan pupuk
perdagangan yang dapat diterapkan organik
pemerintah berupa harga komoditi yang
diperdagangkan (tarif) atau dengan Implikasi Kebijakan Pemerintah
membatasi jumlah komoditi yang di terhadap Usaha tani Beras Organik
impor (kuota). Kegiatan usaha tani
beras organik menggunakan input yang Kebijakan pemerintah mengenai
bersifat tradable dan non tradable. pertanian organik telah ditetapkan
Kebijakan pemerintah terhadap secara menyeluruh mulai dari hulu
input non tradable berupa hambatan sampai hilir. Permendag nomor
perdagangan yang tidak tampak karena 19/M-DAG/PER/3/2014 mengenai
input tersebut hanya diproduksi dan ketentuan ekspor beras mengharuskan
dikonsumsi di dalam negeri. sebuah perusahaan telah memiliki
Kebijakan yang ada terhadap input persyaratan badan usaha dan bongkar
dan output beras organik selama ini muat di pelabuhan. Sedangkan
antara lain 1) Permentan Nomor 64/ pemasaran petani di Kabupaten
Permentan/OT.140/5/2014 tentang Tasikmalaya hanya mampu melalukan
ketentuan umum pertanian organik dari pemasaran ditempat dikarenakan
hulu sampai hilir; 2) Permentan Nomor tingginya biaya angkut ke pelabuhan.
51/Permentan/HK.130/4/2014 tentang Sehingga alternatif dari adanya
rekomendasi ekspor impor beras tertentu kebijakan tersebut adalah bekerjasama
lebih kepada persyaratan bagaimana dengan PT Bloom Agro melalui kontrak
melakukan perdagangan produk organik; kerjasama. PT Bloom Agro melakukan
3) Permendag Nomor 1 9 / M - D A G / bongkar muat beras organik di gapoktan
PER/3/2014 tentang ketentuan dan mengekspornya. Pemasaran ini
ekspor impor beras untuk mengesahkan menjadikan harga beras organik dan
Permentan no 51; 4) Permentan Nomor dengan adanya ekspor tersebut petani
130/Permentan/SR/11/2015 tentang beras organik Tasikmalaya dapat
kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi meningkatkan pendapatan mereka,
(HET) pupuk bersubsidi salah satunya bahkan mencapai tiga kali lipat dari
pupuk organik. HET untuk pupuk budidaya beras konvensional (Nafis,
organik ditetapkan pemerintah sebesar 2011).
Rp 500 per kg untuk pembelian oleh Peraturan Menteri Pertanian nomor
petani atau kelompok tani di lini IV 70/Permentan/SR.140/2011 tentang
secara tunai dalam kemasan 40 kg; penyediaan pupuk organik menetapkan
5) Menteri Pertanian nomor 70/ penyaluran pupuk organic dilakukan oleh
Permentan/SR.140/2011 tentang pupuk lembaga khusus yang bersertifikasi SNI
organik, pupuk hayati dan pembenahan dan Badan Sertifikasi Nasional (BSN).
tanah. Peraturan ini dimaksudkan Akan tetapi lembaga khusus untuk itu

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 137
belum ada, sehingga gapoktan harus Tasikmalaya mampu mempertahankan
membuat pupuk organik sendiri, secara kegiatan ekspor beras organik yang
manual yang jumlahnya masih terbatas. mereka hasilkan. Kesejahteraan rumah
Petani di Kabupaten merasa belum tangga tani dengan demikian dapat
terbantu dengan adanya kebijakan berlanjut.
tersebut. Penyediaan benih begitu
juga masih sangat terbatas. Peraturan Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Menteri Pertanian nomor 64/Permentan/ Usaha tani Beras Organik
OT.140/5/2013 mengenai penggunaan
benih organik belum secara khusus Hasil analisis daya saing komoditi
mencantumkan aturan pengadaan, beras organik, baik daya saing
pendaftaran, peredaran, pengawasan, komparatif maupun kompetitif, dengan
dan perlindungan benih organik. alat analisis Policy Analysis Matriks
Peraturan tersebut hanya sebatas (PAM) menunjukkan bahwa nilai KP
memberikan persyaratan bagi petani untuk beras merah organik adalah
untuk bertanam organik tanpa adanya Rp 2.193.448.53,- per hektar per tanam,
penanganan dan sistem kelembagaan beras hitam organik memiliki nilai KP
yang dapat menampung aspirasi bagi Rp 3.487.636.14,- per hektar per tanam,
dan beras putih organik memiliki nilai
petani beras organik.
Rp 2 035 150.90,- per hektar per tanam.
Kebijakan pemerintah sebaiknya
Nilai keuntungan ketiga varietas beras
dilakukan juga dalam pengaturan
organik bersifat positif, dan ini berarti
bergeraknya produk organik serta
bahwa pengusahaan ketiga varietas
menyediakan informasi penting
tersebut menguntungkan. Penerimaan
bagi petani seperti peluang pasar,
yang diterima petani lebih tinggi dari
menetapkan harga jual, dan proteksi biaya-biaya yang dikeluarkan. Budidaya
terhadap peredaran organik palsu. beras organik tidak menggunakan
Diperlukan juga kebijakan yang pupuk urea dan pestisida. Pertanian
mengatur bagaimana subsidi terhadap beras organik menggunakan pupuk
pupuk benar-benar terdistribusi langsung kompos, pupuk yang dapat dihasilkan
kepada petani tanpa adanya perantara sendiri oleh petani sehingga tidak
dari lembaga-lembaga lain yang akan membutuhkan biaya tinggi. Selain itu
memotong rantai pupuk organik. harga jual beras organik lebih tinggi.
Implikasi kebijakan yang menyeluruh Oleh karena itu, pemerintah hendaknya
dari hulu sampai hilir akan membuat dapat terus mengembangkan pertanian
petani beras organik di Kabupaten beras organik.

138 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


Tabel 2. Nilai Keuntungan Privat (KP) dan Privat Cost Ratio (PCR) Pengusahaan
Beras Organik Tahun 2015

No Varietas Beras KP (Rp/Ha) PCR


1 Beras Merah Organik 2.193.448,53 0.86
2 Beras Hitam Organik 3.487.636,14 0.79
3 Beras Putih Organik 2.035.150,90 0.88
Sumber : Hasil Penelitian (2015)

Keunggulan kompetitif ketiga Begitu juga pada beras putih memiliki


varietas beras organik juga terlihat dari nilai 0.88 artinya untuk mendapatkan 1
nilai PCR nilai yang positif, yaitu beras unit nilai tambah membutuhkan biaya
merah 0.86, beras hitam 0.79, dan input domestik sebesar 0.88 satuan
beras putih 0.88. Nilai PCR dari ketiga pada harga privat.
komoditas tersebut yang kurang dari Meskipun demikian, ketiga jenis
satu berarti bahwa pengusahaan ketiga beras organik memiliki nilai hampir
varietas beras organik tersebut efisien mendekati 1. Artinya, ketiga jenis beras
dan memiliki keunggulan kompetitif. organik yang dimaksud memiliki nilai
Nilai tersebut menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif yang rendah.
untuk mendapatkan 1 unit nilai tambah Hal ini dipengaruhi oleh adanya biaya
pada usaha tani beras merah organik sertifikasi lahan, pengeluaran yang
membutuhkan biaya input domestik mempengaruhi biaya domestik dan
sebesar 0.86 pada harga privat. Pada biaya kemasan pada input asing.
beras hitam organik membutuhkan biaya Semakin rendah nilai PCR menunjukkan
input domestik sebesar 0.79 satuan pada semakin besar keunggulan kompetitif
harga privat untuk 1 unit nilai tambah. yang dimilikinya.

Tabel 3. Nilai Keuntungan Sosial (KS) dan DRC Pengusahaan Beras Organik di
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015

No Varietas Beras KS (Rp/Ha) DRC


1 Beras Merah Organik 5.235.773,89 0,66
2 Beras Hitam Organik 3.205.429,15 0,75
3 Beras Putih Organik 392.997,31 0,96
Sumber : Hasil Penelitian (2015)

Nilai Keuntungan Sosial (KS) beras hektar per tanam, sedangkan beras
merah organik Rp. 5.235.773.89,- per putih Rp. 392.997.31,-per hektar per
hektar per tanam, beras hitam organik tanam. Ketiga jenis beras organik ini
memiliki nilai KS Rp. 3.205.429.15,- per memiliki nilai positif yang berarti bahwa

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 139
tanpa adanya kebijakan apapun dari keuntungan privat pada beras hitam dan
pemerintah, ketiga komoditas tersebut merah. Hal ini dikarenakan penggunaan
memberikan keuntungan. Bersifat input baik secara domestik maupun
positif dikarenakan penerimaan beras asing pada harga sosial lebih rendah
organik secara sosial dapat menutupi dari pada input pada harga privat.
semua biaya baik domestik maupun Artinya petani masih memperoleh biaya
asing. Nilai DRC pada beras merah input lebih tinggi dari yang seharusnya
organik menjelaskan bahwa untuk dibayarkan. Namun pada usaha tani
memproduksi beras merah organik di beras putih berbeda dengan kedua
tempat penelitian membutuhkan biaya jenis beras organik. Keuntungan sosial
sumberdaya domestik sebesar 0,66 lebih kecil dari keuntungan privat pada
satuan terhadap biaya ekspor yang beras putih. Hal ini dikarenakan harga
dibutuhkan. Nilai DRC pada beras hitam jual beras putih organik lebih tinggi dari
organik menunjukkan bahwa untuk harga sosialnya.
memproduksi beras hitam organik di Selain keuntungan, perlu juga dilihat
tempat penelitian membutuhkan biaya dari sisi keunggulan yang dimiliki. Jika
sumberdaya domestik sebesar 0,75 dibandingkan nilai DRC dan PCR pada
terhadap biaya ekspor yang dibutuhkan. usaha tani beras organik ini diketahui
Sedangkan untuk nilai DRC pada beras bahwa nilai PCR beras hitam dan
putih organik menunjukkan bahwa beras merah lebih rendah dibandingkan
memproduksi beras putih organik dengan nilai DRC nya. Artinya bahwa
membutuhkan biaya sumberdaya keunggulan kompetitif lebih rendah
domestik sebesar 0,96 satuan. Nilai dibandingkan dengan keunggulan
DRC ketiga varietas tersebut memiliki komparatif. Penerimaan secara privat
nilai kurang dari satu yang artinya ketiga pada beras hitam dan merah memiliki
varietas tersebut memiliki keunggulan kemampuan lebih rendah dibandingkan
komparatif. Sehingga ketiga komoditas secara sosial dalam memenuhi
tersebut memiliki peluang ekspor. kebutuhan input domestiknya. Hal ini
Nilai dari ketiga beras organik hampir dikarenakan harga jual diterima petani
mendekati 1 artinya memiliki keunggulan lebih rendah dari harga sosialnya. Hasil
kompetitif yang sangat rendah namun analisis daya saing ini tidak berbeda
masih bisa diusahakan. Hal ini dengan hasil penelitian sebelumnya
dikarenakan tingginya harga kemasan pada usaha penggemukan sapi potong,
dan biaya sertifikasi lahan secara sosial yang menunjukkan pula nilai DRC lebih
pada usaha tani beras organik. tinggi dari PCR (Rouf et al. 2014) dan
Memperbandingkan antara keuntungan penelitian analisis pendapatan usaha
privat dan sosial dari ketiga jenis tani beras dengan SRI yang dilakukan
beras organik menggambarkan bahwa oleh Mulyaningsih (2010) bahwa usaha
keuntungan sosial lebih tinggi dari tani beras dengan SRI memberikan

140 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


keuntungan secara finansial. Namun 1. Dampak kebijakan terhadap output
berbeda dengan hal tersebut adalah Indikator dampak kebijakan
beras organik putih, yang menunjukkan pemerintah terhadap output dapat dilihat
nilai PCR lebih tinggi dari nilai DRC. dengan menggunakan nilai TO (Transfer
Artinya, beras organik putih memiliki Output) dan NPCO (Nominal Protection
keunggulan komparatif lebih tinggi Coefficient on Output). Nilai transfer
dari dari keunggulan kompetitif. Hal ini Output pada beras merah sebesar
dikarenakan harga jual beras putih lebih Rp. 1.772.890.39,- hektar, beras hitam
tinggi dengan harga sosialnya. Rp. 5.337.893.86,-per hektar dan beras
Dampak kebijakan pemerintah putih Rp. 8.447.279.97,-per hektar.
dianalisis dengan pengamatan pada Begitu juga nilai NPCO lebih besar dari
tiga aspek berikut. 1. (Lihat Tabel 4).
Tabel 4. Nilai Transfer Output (TO) dan Nominal Protection Coefficient on
Output (NPCO) Pengusahaan Beras Organik di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2015
No Varietas Beras TO (Rp/Ha) NPCO
1 Beras Merah Organik 1.772.890,39 1,09
2 Beras Hitam Organik 5.337.893,86 1,36
3 Beras Putih Organik 8.447.279,97 1,64
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
Nilai transfer output bersifat positif. ekspor. Namun hal ini dapat diantisipasi
Artinya, harga privat lebih tinggi dari melalui kerjasama dengan pihak
harga sosialnya. Kondisi tersebut distributor PT Bloom Agro. Pasar yang
menunjukkan bahwa kebijakan atau dihadapi petani bersifat monopsoni
intervensi pemerintah pada output usaha dimana hanya PT Bloom Agro yang
tani beras organik menguntungkan melakukan pembelian ke petani di
produsen. Dengan kata lain, pengalihan Kabupaten Tasikmalaya. Sebaliknya,
surplus terjadi, dari konsumen ke kebijakan pemerintah pada sertifikasi
organik dalam Permentan Nomor 64/
produsen. Nilai transfer output lebih
Permentan/OT.140/5/2014 berakibat
besar dari 0 dan NPCO lebih besar dari
harga jual beras organik lebih tinggi dari
1 mengindikasikan bahwa kebijakan
harga jual beras non organik.
pemerintah menyebabkan harga output
2. Dampak Kebijakan Terhadap Input
ditingkat petani lebih tinggi dari harga Indikator-indikator yang digunakan
sosial. Kebijakan pemerintah pada untuk melihat intervensi pemerintah
output beras organik yaitu Permendag terhadap input produksi adalah nilai
Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 yang transfer input (TI), Transfer Faktor dan
menegaskan penjualan yang harus koefisien proteksi nominal pada input
melalui badan usaha menyebabkan (NPCI) dari ketiga varietas beras organik
petani memiliki kesulitan dalam kegiatan (lihat Tabel 5).

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 141
Tabel 5. Nilai Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF), dan Nominal Protection
Coeficient on Input (NPCI) Pengusahaan Beras Organik di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2015
No Varietas Beras TI (Rp/Ha) NPCI TF (Rp/Ha)
1 Beras Merah Organik 1.772.890,39 1,09 1.459.625,98
2 Beras Hitam Organik 1.196.072,08 1,60 3.859.614,79
3 Beras Putih Organik 545.261,56 1,16 6.259.864,82
Sumber : Hasil Penelitian (2015)

Pada ketiga varietas beras organik beras organik yang bersifat positif
nilai TI bersifat positif. Ini berarti bahwa menggambarkan bahwa harga input
harga sosial input asing lebih rendah non tradable pada harga finansial lebih
dari harga input asing privat sehingga tinggi dibandingkan dengan input non
produsen beras merah, beras hitam, dan tradable pada harga sosial. Produsen
beras putih organik harus membayar beras hitam, merah, dan putih organik
input lebih tinggi dari yang seharusnya harus membayar input non tradable
dibayarkan. Ketiga varietas tidak lebih tinggi dari yang seharusnya
memperoleh subsidi pada input tradable dibayarkan. Mereka mengalami
sehingga semua biaya input tradable kerugian sebesar Rp. 1.459.625,98,-
ditanggung oleh petani. Tidak adanya per hektar pada pengusahaan merah
subsidi pada benih beras organik organik, Rp. 3.859.614,79,- per hektar
sehingga harga beli petani lebih tinggi pada beras hitam dan Rp. 6.259.864,82,-
dari harga sosialnya. Kebijakan subsidi
per hektar pada beras putih organik. Hal
input nomor 130/Permentan/SR/11/2015
ini dikarenakan kebijakan pemerintah
hanya terdapat pada pupuk organik dan
nomor 70/Permentan/SR.140/2011
tidak sampai ke petani, sehingga petani,
tentang pupuk organik, pupuk hayati dan
termasuk juga petani di Kabupaten
pembenahan tanah menyebabkan biaya
Tasikmalaya, menerima harga melebihi
lahan lebih tinggi dari yang seharusnya
nilai HET nya.
akibat adanya sertifikasi lahan.
Nilai NPCI ketiga varietas beras
3. Dampak Kebijakan Terhadap Input
organik Gapoktan Simpatik memiliki
Output
nilai yang sama di atas satu. Hal ini
Dampak kebijakan terhadap input
menunjukkan terdapat proteksi bagi
produsen beras merah, hitam, dan output dapat dilihat dari nilai TB, EPC,
putih terhadap input tradable, dan ini SRP. TB, dan PC sebagai indikator
menyebabkan harga input produksi bagaimana kebijakan pemerintah
tinggi. Nilai TF pada ketiga komoditas terhadap output dan input.

142 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


Tabel 6. Nilai TB, EPC, SRP, dan PC untuk Komoditas Beras Organik
No Varietas Beras TB (Rp/Ha) EPC SRP PC
1 Beras Merah Organik (3.042.325,36) 1.02 (0.17) 0.42
2 Beras Hitam Organik 282.206,99 1.32 0.02 1.08
3 Beras Putih Organik 1.642.153,59 1.82 0.13 5.17
Sumber : Hasil Pengamatan (2015)

Kebijakan pemerintah berdampak dikeluarkan untuk kemasan. Selain itu,


berbeda atas ketiga beras organik. Nilai pupuk organik yang tinggi merupakan
transfer bersih beras hitam dan putih biaya terbesar kedua yang dikeluarkan
bersifat positif sedangkan nilai transfer setelah biaya kemasan. Hal ini selaras
bersih beras merah bersifat negatif. dengan penelitian Sarianti (2012)
Dampak positif untuk beras hitam dan bahwa harga pupuk organik masih
putih dikarenakan oleh penerimaan tinggi digunakan petani beras organik
secara privat melebihi penerimaan di Ciburuy Sukabumi. Kebijakan yang
secara sosial. Nilai transfer bersih yang ada dirasa belum mampu memberikan
negatif usaha tani beras organik di keuntungan bagi petani beras merah
Kabupaten Tasikmalaya berarti bahwa organik. Dilihat dari nilai indikator EPC
petani menanggung kerugian, yang yang lebih dari satu mengindikasikan
disebabkan oleh kebijakan pemerintah bahwa kebijakan input dan output
yang diterapkan pada input dan output. yang diterapkan pada usaha tani beras
Kebijakan tersebut menyebabkan petani organik pada input asing di Kabupaten
beras merah mendapatkan keuntungan Tasikmalaya bersifat efektif. Hal ini
privat yang lebih kecil dibandingkan disebabkan oleh harga input asing yang
dengan harga pasar. Pada analisis dibayar petani sesuai dengan harga jual
indikator dampak kebijakan ouput beras organik.
sebelumnya, nilai transfer yang positif Ada dan tidaknya dukungan
petani beras merah mendapatkan pemerintah terhadap usaha tani beras
harga beras merah yang lebih mahal oganik ditunjukkan oleh nilai Provitability
dari harga sosialnya. Namun kebijakan Coefisien (PC) dan Subsidy Ratio
input dan output yang diterapkan oleh Produsen (SRP). Nilai PC merupakan
pemerintah membuat keuntungan rasio antara keuntungan privat dengan
petani pada harga privat menjadi lebih keuntungan sosial. Jika nilai PC beras
kecil dibandingkan dengan keuntungan merah organik sebesar 0,42, berarti
sosialnya. Dengan demikian, kebijakan bahwa kebijakan yang selama ini
input dan ouput belum memberikan dijalankan oleh pemerintah belum
insentif kepada petani beras merah. sepenuhnya memberikan dukungan
Diantaranya disebabkan oleh kenaikan bagi usaha tani beras merah. Hal ini
harga jual ekspor beras merah kurang sama dengan kebijakan terhadap
sesuai dengan biaya tinggi yang komoditi kelapa di Kupang (Krisna,

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 143
2014). Berikutnya, apabila nilai rasio beras organik adalah pembentukan
subsisdi produsen (SRP) negatif pada lembaga khusus yang menangani
beras merah menunjukan bahwa penyediaan input organik, sehingga
kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan demikian petani lebih mudah
selama ini menyebabkan petani beras memperoleh input yang diperlukan.
merah harus mengeluarkan biaya yang Pembinaan, pelatihan, dan penerangan
lebih tinggi dibandingkan dengan harga kepada petani perlu terus dilakukan
sosial yang seharusnya dikeluarkan. bahwa prospek mengusahakan beras
Hal ini sangat berbeda dengan nilai organik sangat menjanjikan. Selain itu
SRP pada beras hitam dan putih juga diperlukan pembinaan lanjutan
dimana kebijakan pemerintah dirasa bagaimana strategi pengembangan
memberikan dukungan pada usaha tani usaha tani beras organik dan rantai
beras hitam dan putih. Begitu juga pada pasar produk yang dihasilkannya pada
kebijakan pemerintah terhadap impor pasar domestik.
daging sapi Australia yang membatasi
kuota impor (Efrida, 2014). UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI kasih kepada mitra bestari yang telah
KEBIJAKAN memberikan masukan yang konstruktif
untuk perbaikan naskah. Ucapan
Pengusahaan beras merah, terima kasih juga disampaikan kepada
beras hitam, dan beras putih organik Badan Pengkajian dan Pengembangan
di Kabupaten Tasikmalaya memiliki Perdagangan (BPPP) Kementerian
keunggulan kompetitif dan komparatif. Perdagangan Indonesia.
Bahkan kebijakan pemerintah yang
telah diterapkan secara keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
berdampak positif bagi keuntungan
Asmara, R., N. Artdiyasa. (2010).
petani. Berdampak negatif hanya
Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor
terdapat pada penyediaan input seperti
Komoditi Perkebunan Indonesia.
pupuk dan benih organik. Pengusahaan
Jurnal Agricultural Socio Economics
ketiga komoditi tersebut memberikan
(AGRISE), Vol. VIII (2).
keuntungan baik secara finansial dan
ekonomi. Kebijakan pemerintah terhadap BPS. (2014). Laporan Bulanan Data Sosial
input dan output secara keseluruhan Ekonomi Edisi 52. Di unduh pada
berdampak yang menguntungkan tanggal 23 Maret 2015 dari www.bps.
kepada produsen. Dengan kata lain, go.id.
kebijakan yang ada terhadap input Efrida, R.P. (2014). Dampak Kebijakan
output bersifat melindungi produsen Indonesia Membatasi Kuota Impor
dalam negeri. Daging Sapi dari Australia. Jurnal
Dengan demikian, kebijakan yang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
diperlukan untuk pengembangan ekspor Vol.1 (2).

144 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016


Gittinger, J.P. (1986). Economic Analysis of Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa
Agricultural Projects. Second Edition. Barat. Tesis. Bogor: Institut Pertanian
Baltimore Johns Hopkin University Bogor
Press.
Nafis, F. (2011). Analisis Usahatani Padi
IFOAM. (2014). Organic Agriculture Organik dan Sistem Tataniaga Beras
Worldwide “Global Data and Survey Organik di Kabupaten Tasikmalaya
Background”. Journal : Research Jawa Barat. Tesis. Bogor: Institut
Institute of Organic Agriculture (FiBL) : Pertanian Bogor
Frick. Switzerland.
Rouf, A.A., Daryanto, A & Fariyanti A.
Kaunang, W.R. (2013). Daya Saing Ekspor
(2014). Daya Saing Usaha Sapi Potong
Komoditi Kelapa Sulawesi Utara.
di Indonesia: Pendekatan Domestic
Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnis dan
Resources Cost. Jurnal WARTAZOA,
Akuntansi (EMBA), Vol. 1 (4).
Vol. 24 (2), pp. 97-107
Kementan. (2015). Perkembangan Beras
Salim, H.P. (2014). Efisiensi dan Daya Saing
Organik Tasikmalaya 2005-2012.
Sistem Usahatani Beberapa Komoditas
Tasikmalaya. Dinas Pertanian Tanaman
Unggulan Hortikultura. Jurnal Pusat
Pangan Kabupaten Tasikmalaya.
Penelitian dan Pengembangan Sosial
Krisna. (2014). Analisis Daya Saing
Ekonomi Pertanian: Badan Penelitian
Komoditas Kelapa Di Kabupaten
dan Pengembangan Pertanian.
Kupang. Jurnal : AGRITECH, Vol. 34
Departemen Pertanian. Jakarta.
(1).
Sarianti, T. (2012). Analisis Faktor dan
Krugman, P.R., & Obstfeld, M. (2004).
Proses Pengambilan Keputusan
Ekonomi Internasional “Teori dan
Kebijakan” Edisi Kelima. Gramedia. Pembelian Beras Organik serta Analisis
Jakarta Pendapatan dan Risiko Produksi Padi
Organik. Prosiding Seminar Penelitian
Mayrowani, H. (2014). Pengembangan
Unggulan Departemen Agribisnis. 27-
Pertanian Organik. Jurnal Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 28 Desember 2012. Bogor.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 30 Soetriono. (2010). Analisis Daya Saing
(2), pp. 91-108. Agribisnis Kopi Robusta. Sebuah
Monke, E.A., & S. R. Pearson. (1989). The Prespektif Ekonomi. Malang. Surya
Policy Analysis Matrix for Agricultural Pena Gemilang.
Development. London. Cornell
Willer, H. (2010). Organik Agriculture
University Press.
Worlwide. Key Results from the Global
Mulyaningsih, A. (2010). Analisis Survey On Organik. Journal Research
Pendapatan Usahatani Beras
Institut of Organik Agriculture FiBL and
Organik Metode SRI (Sistem of Rice
IFOAM, Frick, Switzerland. March 2012.
Intensification); Studi Kasus Desa
Sciencedirect.com
Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi,

Dampak Kebijakan Pemerintah...., Ulpah Jakiyah, Lukman M Baga, Netti Tinaprilla 145
Yadjid, M. (2011). Analisis Daya Saing Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana
Usahatani Tebu dan Penyesuaian Institut Pertanian Bogor.
Struktural Industri Gula di Jawa Barat.

146 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.10 NO.1, JULI 2016

Anda mungkin juga menyukai