Anda di halaman 1dari 15

0

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI JAGUNG


(Zea mays L) DI KECAMATAN BUNGA MAS KABUPATEN
BENGKULU SELATAN

Disusun Oleh

Constantin Sitorus
NPM. E1D011057

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sektor pertanian yang cukup strategis adalah sub-sektor tanaman pangan.
Sub-sektor ini semakin signifikan posisinya manakala dikaitkan dengan isu ketahanan
pangan baik pada skala rumah tangga maupun wilayah. Ketersediaan pangan yang cukup
dan disertai kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya akan menjamin terwujudnya
upaya pencapaian dan peningkatan ketahanan pangan.
Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup
dan masih tergantung pada sector pertanian. Pembangunan Nasional dewasa ini
diprioritaskan pada bidang perekonomian sehingga tidak mengherankan apabila
pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam rangka peningkatan hasil
produksi pertanian. Pembangunan di bidang pertanian mutlak dilakukan, mengingat
sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dengan pekerjaan utamanya bertani. Karena
itu wajarlah jika pembangunan lebih banyak diarahkan untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat di daerah pedesaan karena petani merupakan golongan berpendapatan rendah.
Di Indonesia, kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan
dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak
Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung yang tersedia untuk konsumsi
rumah tangga pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1,33 kg/kapita/tahun atau menurun
sebesar 14,74% dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2016 dan 2017 proyeksi permintaan
jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 1,22 kg/kapita/tahun dan
1,10 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada
tahun 2015, 2016 dan 2017 masing-masing diramalkan sebesar 339,76 ribu ton, 315,62
ribu ton dan 288,08 ribu ton. Diramalkan terjadi peningkatan produksi jagung pada tahun
2016 sampai 2019, dipekirakan surplus jagung akan semakin menurun karena laju
kebutuhan jagung untuk pakan lebih tinggi dari laju peningkatan produksi. Pada tahun
2016 produksi jagung diperkirakan masih surplus sebesar 2,48 juta ton, tahun 2017 surplus
produksi jagung turun menjadi 1,90 juta ton, tahun 2018 kembali turun menjadi 1,16 juta
ton dan tahun 2019 surplus produksi jagung hanya sekitar 308 ribu ton (Kementrian
Pertanian, 2015).
Dengan adanya kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ke tahun perlu
adanya upaya peningkatan produksi melalui sumberdaya manusia dan sumberdaya alam,
ketersediaan lahan, potensi hasil dan teknologi. Berikut data konsumsi jagung di Indonesia
dalam kurun waktu 3 tahun:
Tabel 1.1 Data Produksi dan Konsumsi Jagung di Indonesia Tahun 2013- 2015
Tahun Produksi Jagung Konsumsi Jagung
(Ton) (Kg/Kapita)
2013 18.511.853 1.304
2014 19.008.426 1.512
2015 19.611.704 1.553
Sumber data : Badan Pusat Statistik (2016)
2

Pada tahun 2010 Indonesia mampu memproduksi jagung sebesar 18.327.636. Tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 17.643.250 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan pula hingga mencapai 19.387.022. Namun untuk 2013 Indonesia mengalami
penurunan produksi lagi hingga mencapai angka 18.510.435 sedangkan pada tahun 2014
Indonesia mampu memproduksi jagung sebesar 19.008.426 dan terus mengalami
peningkatan pada tahun 2015 sebesar 19.611.704 (BPS Indonesia, 2016).
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait
dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa
diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan utama yang banyak
diusahakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di Propinsi Bengkulu.
Menyadari signifikansi dan strategisnya posisi jagung ini, Pemerintah Indonesia telah
meletakkan jagung sebagai isu kebijakan penting dalam pembangunan ekonomi sejak orde
lama. Pada tataran Propinsi Bengkulu, beberapa kabupaten memprogramkan daerahnya
menjadi sentra produksi jagung.

Tabel 1.2 Data Produksi Jagung di Propinsi Bengkulu Tahun 2013-2015


No Tahun Produksi Jagung (Ton)
Provinsi Kabupaten Bengkulu
(Ton) Selatan (Ton)
1 2013 93.988 10.594
2 2014 72.756 14.918
3 2015 52.785 8.273
Sumber Data : Badan Pusat Statistik (2016)

Di Provinsi Bengkulu Produksi jagung tahun 2015 diperkirakan sebanyak 52.785 ton
jagung pipilan kering, turun sebanyak 19.971 ton atau -27,45 persen dibanding tahun 2014
yang mencapai 72.756 ton. Penurunan produksi disebabkan turunnya luas panen sebesar
5.506 hektar dari 15.643 ha menjadi 10.137 ha atau turun 35,20 persen walaupun
prodktivitas naik 5,56 ku/ha dari 46,51 ku/ha menjadi 52,07 ku/ha atau naik 11,96 persen
(BPS Provinsi Bengkulu, 2016).
Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu
yang terkenal dengan produksi jagung, Pada tahun 2014 produksi jagung mencapai 14.918
ton jagung namun pada tahun 2015 mengalami menurunan menjadi 8.273 ton jagung.
(BPS Provinsi Bengkulu, 2016) Sedangkan Luas panen tanaman jagung pada tahun 2015
tercatat paling luas yaitu seluas 3.440 Hektar dengan produksi 15.835 ton jagung pipilan
kering (http://kabupaten-bengkulu-selatan. blogspot. co.id /2012 /01/ pertanian -tanaman-
pangan-luas-panen. html).
Sistem usahatani jagung sudah memasuki sistem industrial, di mana sekitar 60%
kebutuhan jagung digunakan untuk industri pakan dan makanan, dan sekitar 60% dari total
biaya tunai usahatani jagung digunakan untuk pembelian sarana produksi dan sewa alat
pertanian. Akan tetapi, usahatani jagung masih tetap dikelola oleh petani kecil (Kasyrono
et al, 2015).
Meskipun dikatakan usahatani jagung sudah memasuki sistem industrial, dan terus
meningkat kebutuhan dan produksi jagung akan tetapi usahatani jagung masih tetap
3

dikelola oleh petani masih tergolong kecil. Seharusnya dengan adanya kebutuhan yang
terus meningkat usaha tani juga bisa terus berkembang, dan pendapatan petani terus
bertambah.
Desa Talang Randai memiliki potensi pada komoditas jagungnya, sehingga
pengembangan usahatani tanaman ini perlu terus ditingkatkan agar usahatani menjadi
lebih efisien. Saat ini skala usaha tiap usahatani masih kecil, sehingga diperlukan berbagai
upaya agar usahatani jagung lebih efesien dan lebih berhasil. Keberhasilan petani dalam
berusahatani jagung dapat dilihat dari besar kecilnya pendapatan jagung. Dengan
mengetahui biaya yang digunakan dan besarnya penerimaan oleh usahatani jagung, petani
dapat mengukur tingkat pendapatan petani secara finansial.
Hal ini menunjukkan pentingnya untuk mengkaji Pendapatan Usahatani Jagung. Dari
latar belakang inilah penulis tertarik meneliti Analisis Pendapatan Usahatani Jagung (Zea
mays L) Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diambil dalam
penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas
Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Apakah usahatani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan
efisien untuk diusahakan .

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menghitung besarnya pendapatan usahatani Jagung Di Kecamatan Bunga
Mas Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Untuk mengkaji tingkat efisiensi usahatani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas
Kabupaten Bengkulu Selatan

1.4 Kegunaan
1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan pengetahuan mengenai usahatani
Jagung dan prospek kegiatan usahatani Jagung
2. Bagi pengolah usahatani jagung, dapat dijadikan masukan untuk pengembangan
usahanya.
3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak pihak yang
berkepentingan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Komoditas Jagung


Tanaman jagung ( Zea mays L.) berasal dari dataran Peru, Equador dan Bolivia
serta Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, yang merupakan komoditi
pertanian unggulan yang berpotensi tinggi. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-
ladang yang berhawa sedang maupun panas dan merupakan makanan pokok
penduduk setempat serta sebagai pakan ternak. Sebagai bahan makanan, jagung
memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama karbohidrat. Selain itu, jagung juga
mengandung zat-zat seperti gula, kalium, asam jagung, dan minyak lemak. Buah yang
masih muda banyak mengandung zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang,
vitamin A, B1, B6, C dan K. Rambutnya mengandung minyak lemak, dammar, gula,
asam maisenat, dan garam-garam mineral. Di samping itu, buah jagung biasanya dibuat
tepung jagung atau maizena (Suroso, 2006).
Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya
berkisar 60-300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah
daun terdiri dari 8-48 helain, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu
kelopak daun, lidah daun, helain daun (Purwono dan Hartono, 2005).
Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana letak
bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Rangkaian bunga terdapat dalam spikelet
dengan bunga jantan di ujung tanaman (apikal) dan bunga betina di ketiak daun (aksilar).
Jagung bersifat protandrus yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari)
biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya tangkai putik. Oleh karena itu,
jagung merupakan spesies yang menyerbuk silang (Effendy, 2010)
Jagung termasuk tanaman C-4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor- faktor
pembatas pertumbuhan dan hasil. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4
beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya yang tinggi
dengan suhu siang dan malam tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang
menguntungkan dari tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktivitas
fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah,
transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat
fisiologis dan anatomi yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil
(Muhadjir, 2010)
Sebagai sumber karbohidrat, sebagian masyarakat memanfaatkan jagung untuk
makanan pokok sehari-hari. Oleh karena itu, tak heran apabila kebutuhan jagung dari tahun
ke tahun terus meningkat. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung juga digunakan
sebagai bahan olahan minyak goreng, tepung maizena, etanol, asam organik, dan industri
pakan ternak. Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang dikonsumsi secara
langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak yang memiliki
komposisi yang cukup dominan, seperti yang diungkapkan oleh Abbas dalam Kementrian
Pertanian (2015) bahwa komponen jagung mencapai proporsi yang cukup tinggi dalam
industri pakan ternak yaitu sebesar 51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijaun
pakan ternak, baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan
5

tepung jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung
tongkolnya. Tepung jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.

2.2 Usahatani, Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Efesiensi Usahatani


2.2.1 Usahatani
Usahatani didefinisikan sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian (Rivai, 1980). Sementara, ilmu usahatani
sendiri adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal intern usahatani yang meliputi organisasi,
operasi, pembiayaan dan penjualan, perihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi
dalam keseluruhan organisasi (Hernanto, 2010).
Usahatani mempunyai empat unsur pokok yang saling berkaitan atau dengan
istilah lain sebagai faktor-faktor produksi usahatani. Faktor faktor produksi tersebut
yaitu alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dilakukan seorang petani.
Sifat usaha dari usahatani pada mulanya hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi keluarga petani sendiri (subsisten). Namun demikian, sifat usaha
dari usahatani lambat laun berubah menjadi bersifat komersial seiring semakin
meningkatnya kebutuhan hidup. Sebagai kegiatan produksi, usahatani pada akhirnya
akan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang didapat untuk
mengetahui keberhasilan usaha (Pakasi, 2011)
Secara umum pendapatan merupakan hasil selisih antara penerimaan dengan
biaya yang dikorbankan. Usahatani juga menerapkan hal tersebut. Besar kecilnya
pendapatan usahatani dapat digunakan untuk melihat keberhasilan kegiatan
usahatani yang dilakukan. Untuk memperhitungkan pendapatan usahatani
diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran yang
diperhitungkan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah nilai
produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian
antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut.
Sementara itu, biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor
produksi dalam melakukan proses produksi usahatani (Tjakrawilaksana, 2003).
Menurut Hernanto (2010) ada empat pengelompokan biaya, yaitu biaya tetap,
biaya variabel, biaya tunai dan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan). Biaya tetap atau
fixed Cost adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi yang
dihasilkan. Bentuk dari biaya tetap dapat berupa sewa lahan, pajak, bunga pinjaman.
Biaya variabel atau variable Cost besarnya akan selalu berubah tergantung pada jumlah
produksi yang dihasilkan. Bentuk biaya yang termasuk dalam biaya variabel antara lain
biaya pupuk, biaya pengadaan benih, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan pertanian.
Biaya tunai adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan oleh petani yang dapat
berupa biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh dari biaya tunai adalah pajak tanah,
biaya benih, biaya pupuk, biaya tenaga kerja luar keluarga. Di lain pihak, biaya yang
diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan petani.
Biaya ini dapat termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Contoh biaya diperhitungkan
adalah sewa lahan milik sendiri dan biaya tenaga kerja dalam keluarga.
6

Ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka
mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos (Cost) dan penerimaan
(Revenue). Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi
harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima
produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan
harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil.
(Suroso, 2006)

2.2.2 Biaya
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya
yang jumlahnya tidak bergantung pada perubahan jumlah produksi, misalnya biaya
penyusutan peralatan. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh kapasitas
produksi. Semakin besar kapasitas produksi maka semakin besar biaya yang
dibutuhkan dan sebaliknya (Suryani, 2005).
Menurut Daniel (2005), biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima
oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai. Pada analisis ekonomi,
biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari
analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut :
1. Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya
upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk
ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida dan lain-lain. Biaya-biaya panen,
bagi hasil, sumbangan dan mungkin pajak- pajak dibayarkan dalam bentuk natura.
2. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah
yang berupa uang. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan
langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk
bibit, pupuk dan sebagainya.
3. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya
total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya marginal adalah biaya
tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu
satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu.
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan di sektor industri pengolahan
dapat dirinci atas biaya bahan baku, biaya bahan lain, biaya sewa kapital dan biaya
jasa-jasa. Jumlah dari keempat macam biaya ini dinamakan biaya masukan. Nilai
keluaran dikurangi biaya masukan disebut nilai tambah. Di samping itu, tentu saja
dikeluarkan biaya tenaga kerja yang terdiri atas gaji, upah serta berbagai macam
tunjangan dan bonus. Biaya tenaga kerja merupakan bagian dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu industri. Biaya masukan ditambah biaya tenaga kerja kemudian
membentuk biaya total. Selisih antara nilai keluaran dan biaya total merupakan
keuntungan kotor/profit bruto (Kiki, 2011).
Analisis biaya dimanfaatkan oleh pengusaha dalam mengambil suatu keputusan.
Biaya adalah nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi. Proses produksi
disebut sebagai suatu proses berupa input diubah menjadi output. Biaya total usaha
7

pengolahan jagung merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan, yang


meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Rumus biaya total secara matematis adalah:
TC = TFC + TVC
Di mana:
TC = biaya total usaha (rupiah)
TFC = total biaya tetap usaha (rupiah) TVC
= total biaya variabel usaha (rupiah)
Biaya tetap (fixed Cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah
barang yang diproduksi. Biaya tetap menjadi sangat penting ketika seorang pengusaha
memikirkan tambahan investasi, seperti peralatan, tenaga kerja, mesin atau bangunan.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah.
Dengan demikian biaya tetap pada usaha pengolahan jagung yang dikeluarkan terdiri
dari penyusutan alat, bunga modal investasi dan biaya tenaga kerja. Sedangkan biaya
variabel pada usaha pengolahan jagung yang dikeluarkan terdiri dari biaya bahan
baku, biaya pelengkap, biaya pengemasan dan biaya transportasi. Penjumlahan dari
biaya tetap dan biaya variabel tersebut kemudian merupakan biaya total.

2.2.3 Penerimaan
Pembangunan ekonomi adalah usaha dalam suatu perekonomian untuk
mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,
taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Pertanian
mempunyai kontribusi besardalam pembangunan ekonomi yaitu kontribusi produksi,
kontribusi Pasar, kontribusi factor produksi dan kontribusi devisa.
Penerimaan dipengaruhi oleh harga output, yaitu jagung. Dalarn analisis finansial,
harga output dinilai berdasarkan harga aktual yang berlaku di lokasi penelitian.
(Ningsih, 2010)
Didalam memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari
seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu
ongkos (Cost) dan penerimaan (Revenue). Semakin banyak jumlah produk yang
dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka
penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk
yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima
produsen semakin kecil. (Kiki, 2011)
Proses produksi pada pengolahan jagung dapat memberikan dampak terhadap
penerimaan yang diterima oleh pengusaha jagung. Menurut Soekartawi (2005),
penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga. Secara
matematis, rumus penerimaan adalah sebagai berikut:

TR = Q x P
Keterangan:
TR = Penerimaan total usaha pengolahan (Rp/ MT)
Q = Jumlah produksi (Kg/ MT)
P = Harga (Rp/Kg)
8

2.2.4 Pendapatan
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan
pengeluaran total (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan laba sebagai berikut:
Menurut Mubyarto (2004) bahwa laba adalah penerimaan bersih yang diterima
pemilik usaha setelah semua biaya usaha dikeluarkan. Laba yang diperoleh seorang
petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih dalam perbandingan antara neraca
pada permulaan usahanya dengan neraca pada akhir usahanya.
Data yang dikumpulkan dan dibatasi dengan pendekatan analisis diskriptif dan
matematik yaitu analisis biaya produksi dan keuntungan. Analisis keuntunan jagung
dilakukan untuk menguraikan secara kualitatif dalam bentuk tabelaris dan presentase.
Metode keuntungan yang digunakan sebagai berikut :
1. Untuk menghitung keuntungan petani perikanan tentang analisis keuntungan
usaha jagung. Digunakan formulasi sebagai berikut (Persamaan) :
= TR TC

Keterangan :
= Keuntungan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)

2.2.5 Efesiensi
Menurut Hartono (2003), mengatakan bahwa untuk menguji apakah tingkat
keuntungan yang diterima dari suatu usaha secara rasional, maka perlu dilakukan
perhitungan dengan mengetahui besarnya nilai Return Cost (R/C), nilai R/C
merupakan perbandingan antara total dengan total biaya yang dikeluarkan.
Formulasi model analisis ini adalah sebagai berikut:
Menurut Basuki dan Mukti (2014), besarnya efisiensi usaha dapat dihitung
dengan R/C rasio yang dapat dirumuskan :
Total Penerimaan

Efisiensi = R/C Ratio Total Pengeluaran

Dimana, TR adalah penerimaan total dari usaha (Rp), TC adalah biaya total
dari usaha (Rp).
R/C > 1 berarti usahatani jagung yang dijalankan efisien, apabila R/C = 1 berarti
usaha usahatani jagung berada pada posisi breakeven point, R/C < 1 berarti
usaha usahatani jagung yang dijalankan tidak efisien (Basuki dan Mukti, 2014).

2.3 Kerangka Pemikiran Operasional


Pendapatan dalam usahatani memiliki kaitan erat terhadap tingkat produksi yang
dicapai, apabila tingkat produksi meningkat maka pendapatan akan cenderung meningkat
pula. Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Untuk mencapai Pendapatan yang lebih
9

tinggi dapat dilakukan dengan pengelolaan faktor-faktor produksi usahatani secara


intensif dan meminimalisir penggunaan biaya
Dalam struktur biaya produksi dapat dikategorikan dalam biaya tetap dan biaya
variable. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output
berubah. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya mempengaruhi kuantitas
produksi. Biaya Tetap Penyusutan peralatan yang digunakan, Dalam usahatani jagung
peralatan yang digunakan adalah sabit dan pompa racun atau sparayer. Kemudian Biaya
tidak tetap yang dikeluarkan petani jagung antara lain : Bibit, Pupuk, Pestisida/Insektisida
dan Upah Tenaga Kerja

USAHATANI
JAGUNG

Biaya

Jumlah Produksi Harga Biaya Tetap Biaya Variabel


Jagung (FC) (VC)

Total Biaya
Penerimaan
(TC)
(TR)

Pendapatan
Usaha Tani Jagung Efesien Usaha Tani
Jagung

Efesien Tidak Efesien


>1 Breakeven <1
point/Impas

=1
10

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu
Selatan. Tempat penelitian ini ditentukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa daerah ini merupakan salah satu penghasil Jagung terluas di wilayah Bengkulu
Selatan, sehingga dianggap representative terhadap keseluruhan populasi.

3.2. Metode Penentuan Sampel


Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Rangkuti, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah petani jagung yang memiliki
lahan jagung di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan. Adapun jumlah
petani jagung yang memiliki lahan jagung berjumlah 32 petani jagung.

3.3. Jenis Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data yakni data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari lapangan dengan cara
wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).
Sedangkan data sekunder sebagai penunjang penelitian ini diperoleh dari Kantor
Statistik serta kantor Instansi lainnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
(Rangkuti, 2002)

3.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi
Metode ini digunakan diawal penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang keadaan, permasalahan yang akan diteliti, untuk dijadikan
petunjuk dan arah dalam pelaksanaan penelitian ini. Observasi dilakukan dengan
pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi wilayah Di
Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan
b. Kuesioner dan wawancara
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Kuesioner akan digunakan peneliti dalam wawancara dengan responden, yaitu para
pengusaha jagung Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan
Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab sesuai dengan daftar
pertanyaan pada kuesioner kepada responden, yaitu para pengusaha tani jagung Di
Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan
c. Studi Pustaka
11

Metode ini dengan melakukan penelusuran berbagai buku dan referensi


yang terdapat relevansi dengan penelitian yang dilakukan.

3.5. Analisis Data


Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani Jagung digunakan rumus
pendapatan menurut Soekartawi (2005)
PD = TR TC
Dimana ;
TR = Harga Jagung
TC = FC + VC
Keterangan;
PD = Pendapatan Usahatani jagung
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
FC= Full Cost ( Biaya Tetap)
VC= Variabel Cost (Biaya Tidak Tetap)

Untuk mengetahui apakah usahatani Jagung layak untuk diusahakan, maka


digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2005)
Total Revenue
R/C = Total Cost

Keterangan : TR = Penerimaan total usahatani jagung (Rp)


TC = Total biaya yang dikeluarkan usahatani jagung (Rp)

Dengan criteria;
Jika R/C > 1 maka usahatani Jagung layak diusahakan
Jika R/C < 1 maka usahatani Jagung tidak layak diusahakan
JIka R/C = 1 maka usahatani Jagung impas

3.6. Konsep dan Pengukuran Variabel


Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Responden adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Talang
Randai yang terpilih sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.
2. Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani jagung dalam memperoleh
produksi.
3. Luas lahan adalah luas tanah yang diusahakan oleh petani responden untuk
kegiatan usahatani jagung yang dinyatakan dalam satuan hektar (Ha/MT/UT).

4. Benih adalah banyaknya benih jagung yang merupakan input produksi


yangdigunakan dalam satu kali musim tanam, dinyatakan dalam kilo gram
(Kg/MT/UT).
5. Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja yang dialokasikan dalam proses
produksi pada usahatani jagung dalam satu kali musim tanam, dinyatakan dalam
satuan hari orang kerja (HOK/MT/UT).
12

6. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari usahatani jagung pada satu kali musim
tanam yang dinyatakan dengan kilogram (Kg/MT/UT)
7. Total biaya adalah semua biaya pengeluaran yang digunakan dalam produksi,
dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT/UT).
8. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau tidak tergantung
pada perubahan volume produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT/UT).
9. Biaya variabel adalah biaya yang berubah dan habis dipakai dalam satu kali
proses produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT/UT).
10. Harga adalah harga yang berlaku ditingkat petani, dinyatakan dalam rupiah
(Rp/Kg).
11. Modal adalah sejumlah uang atau barang yang digunakan sebagai penunjang
dalam membiayai seluruh kegiatan produksi usahatani jagung dinyatakan dalam
satuan (Rp/MT/UT).
12. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh petani dan merupakan hasil
perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produksi, yang dinyatakan
dalam rupiah (Rp/Kg).
13. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi,
dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT/UT).
13

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Bengkulu. 2016. Produksi Tanaman Pangan Provinsi Bengkulu. No.
17/03/17/X, 1 Maret 2016. diakses dari http://www.bps.go.id pada tanggal 3
September 2016

Basuki, W. Farida, M. 2014. Analisis Usaha Pengolahan Jagung Di Kecamatan Juwana,


Kabupaten Pati. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.

Daniel, M. 2005. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Effendy. 2010. Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani
Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. J. Agroland Vol. 17 No. 3 : 233 - 240.

Hernanto, F. 2010. Ilmu Usahatani. Cetakan Ketujuh. Penebar Swadaya. Jakarta

Kementerian Pertanian, 2015, Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung,


ISSN : 1907 1507

Kiki, S. 2011. Analisis Usaha Pengolahan Jagung Di Kabupaten Cilacap. Fakultas


Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mubyarto. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Muhadjir, F. 2010. Karakterisitik Tanaman Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta

Ningsih, K. 2010. Analisis Biaya Sumberdaya Domestik Usaha Pengolahan Jagung.


Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura. Pamekasan.

Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Pakasi, C.,B.,D., Pangemanan, L., Mandei, J., R., dan Rompas, N., N., I., (2011), Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi Pada Usaha Tani Jagung Di Kecamatan Remboken
Kabupaten Minahasa (Studi Perbandingan Peserta dan Bukan Peserta Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu), ASE, Volume 7, Nomor 2, Mei, hal. 51-
60.

Rangkuti, F. 2002. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Utama
Pustaka. Jakarta.

Tjakrawiralaksana. 2003. Usahatani. Departemen Pendidikan dan Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada : Jakarta.
14

Suroso. 2006. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani


Jagung. Skripsi. Departemen Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertaniaan Bogor.

Anda mungkin juga menyukai