Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN AKHIR

KAJIAN PENGEMBANGAN BISNIS

DIVERSIFIKASI PRODUK SALAD SAYUR


DI PT HIDROPONIK AGROFARM
BANDUNGAN SEMARANG

ARDHI ANGGARA WARDHANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
DIVERSIFIKASI PRODUK SALAD SAYUR
DI PT HIDROPONIK AGROFARM
BANDUNGAN SEMARANG

ARDHI ANGGARA WARDHANA

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Manajemen Agribisnis

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir dengan judul


Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT Hidroponik Agrofarm Bandungan
Semarang adalah hasil karya saya dengan arah dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dari karya yang diterbitkan dari penulis lain yang
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir laporan ini.
Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2019

Ardhi Anggara Wardhana


NIM J3J116031
ABSTRAK

ARDHI ANGGARA WARDHANA. Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT


Hidroponik Agrofarm Bandungan Kabupaten Semarang. Di bawah bimbingan
MURDIANTO.
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanpa menggunakan tanah tetapi
menggunakan larutan nutrisi di dalam air. Sayuran yang dihasilkan dari sistem
hidroponik lebih unggul dari pada sayuran yang dibudidayakan secara
konvensional. Salah satu pelaku usaha hidroponik di Semarang adalah PT HAB
yang membudidayakan sayuran jenis selada, sawi dan buah. Tujuan kajian ini
adalah merumuskan ide pengembangan bisnis di perusahaan. Salad sayur adalah
salah satu makanan yang sedang berkembang di Indonesia, salad sayur yang
diproduksi perusahaan dapat dikembangkan dengan menambah varian.
Perencanaan pengembangan bisnis dianalisis dengan aspek non finansial dan
aspek finansial. Perusahaan memiliki peluang permintaan pasar yang cukup
banyak. Produksi berkelanjutan karena bahan baku tersedia dari internal
perusahaan maupun dari pemasok, produk yang dihasilkan diberi nama “Lettuce
Mix Salad” dan “Bandungan salad”. Kolaborasi akan dilakukan untuk
menyediakan bahan baku pelengkap dan kemasan. Aspek keuangan menunjukan
kenaikan nilai R/C ratio sebesar 1.508, laba bersih setelah pajak dalam satu tahun
sebesar Rp97 359 163 dan keuntungan tambahan dari analisis anggaran parsial
Rp115 196 333.

Kata kunci: Diversifikasi produk, finansial, sayur hidroponik, salad sayur

ABSTRACT

ARDHI ANGGARA WARDHANA. Diversification of Vegetable Salad Products


in PT Hidroponik Bandungan Agrofarm Semarang Regency. Supervised by
MURDIANTO.
Hydropnics is a cultivation technique without soil media but uses nutrient
liquid in the water. Vegetables produced by hydroponic systems are better than
vegetables produced by conventional system. One of the hydroponic companies in
Semarang Regency is PT HAB which cultivates vegetables such as lettuce,
mustard greens and fruits. The purpose of this study is to formulate business
development ideas in the company. Vegetable salad is one type of food that is
quite liked by the people of Indonesian, vegetable salad produced by the company
can be developed by adding variants. The business development planning analyzed
by non-financial aspect and financial aspect. The company has quite a lot of market
demand opportunity. The production is sustainable because raw materials are always
available from internal company and fixed suppliers. The output product is named
“Lettuce mix salad” and “Bandungan salad” . Collaboration will be carried out to
provide complementary raw materials and packaging. The financial aspect shows
an increase in the R / C ratio of 1.508, equity after tax in a year Rp97 359 163 and
an additional benefit from partial budget analysis of Rp115 196 333.
Keywords : Diversification product, financial, hydroponic vegetables, vegetable
salads
RINGKASAN

ARDHI ANGGARA WARDHANA. Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT


Hidroponik Agrofarm Bandungan Kabupaten Semarang. Dibimbing oleh
MURDIANTO.
Sayuran selada merupakan tanaman semusim yang dapat dibudidayakan di
daerah dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi serta memiliki penampilan
yang menarik. Daun selada banyak mengandung vitamin yang bermanfaat bagi
tubuh manusia. Peningkatan pola gaya hidup sehat lebih banyak ditemukan di
kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Kota Semarang. Pemilihan
kualitas pangan yang bersih, bebas pestisida atau organik adalah acuan bagi kaum
urban menerapkan Healthy Lifestyle. Dibutuhkan makanan olahan yang dapat
dihidangkan dengan berbagai cara untuk mengatasi kejenuhan atas satu jenis
hidangan. Salad adalah satu olahan sayur atau buah yang sedang populer di kota
besar di Indonesia dengan berbagai varian salad. Tersedianya pasokan sayuran
selada yang di produksi oleh PT HAB dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat salad sayur berbahan dasar sayur selada untuk memenuhi permintaan
pasar. Diversifikasi salad sayur dengan komposisi sayur yang berbeda, desain
kemasan yang baru dan pilihan dressing dapat menjadi peluang bagi PT
Hidroponik Agrofarm Bandungan dalam mengembangkan bisnisnya. Tujuan
penulisan kajian pengembangan bisnis ini adalah untuk merumuskan ide
pengembangan bisnis di PT Hidroponik Agrofarm Bandungan dan menganalisis
rencana ide pengembangan bisnis Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT
Hidroponik Agrofarm Bandungan secara non finansial maupun finansial.
Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan ide pengembangan
bisnis ini adalah menggunakan analisis strength, weakness, opportunity, threat
(SWOT). Rumusan ide pengembangan merupakan salah satu alternatif strategi
dalam memanfaatkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity). Kekuatan
perusahaan seperti menggunakan modal sendiri, selada yang telah ter sertifikasi
prima 3 (aman pestisida), produksi sayur selada yang kontinu. Sementara peluang
yang dimanfaatkan yaitu, gaya hidup masyarakat makan sehat, peningkatan
jumlah penduduk sekitar Kota Semarang dan perkembangan varian salad,
tersedianya pasokan bahan baku pelengkap menjadi peluang bagi perusahaan.
Metode analisis yang digunakan dalam kajian pengembangan bisnis ini
adalah analisis studi kelayakan bisnis. Aspek yang dikaji adalah aspek non
finansial dan aspek finansial. Analisis aspek non finansial meliputi aspek
produksi, aspek pemasaran, aspek organisasi dan manajemen, aspek sumber daya
manusia, dan aspek kolaborasi. Aspek finansial yang dikaji meliputi analisis
anggaran parsial, nilai R/C ratio dan laporan laba rugi.
Rencana pengembangan bisnis dianalisis secara non finansial dikatakan
layak. Aspek pemasaran usaha memiliki permintaan pasar yang masih
membutuhkan karena adanya permintaan dari supermarket. Aspek produksi yang
direncanakan layak karena bahan baku utama selada dan bahan pelengkap tersedia
dan dekat dengan lokasi usaha dan tersedianya tenaga kerja baik dari dalam
lingkungan perusahaan maupun luar. Aspek organisasi dan manajemen yang
direncanakan layak karena setiap pekerja memiliki tugas dan tanggung jawab
yang sesuai. Aspek kolaborasi yang direncanakan layak karena unit bisnis
bekerjasama dengan pemasok kemasan, vendor percetakan dalam menyediakan stiker
kemasan dan bekerjasama dengan reseller seperti Gelael Signature dan Transmart.
Rencana pengembangan bisnis dianalisis secara finansial dikatakan layak.
Berdasarkan hasil analisis anggaran parsial sesudah adanya pengembangan bisnis
dapat menghasilkan keuntungan tambahan sebesar Rp115 196 333 yang diperoleh
dari selisih keuntungan total dengan kerugian total. Dalam hal ini diversifikasi
produk salad sayur mampu mendapatkan peningkatan dari biaya yang
dikorbankan. Nilai R/C > 1 yaitu 1.508 artinya setiap Rp1 yang dikeluarkan maka
akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.508, hasil perolehan selisih laba
bersih dari analisis laba rugi sebelum dan sesudah pengembangan bisnis sebesar
Rp 97 359 163. Produk pengembangan Bandungan Salad memiliki penerimaan
lebih besar dari pada Lettuce Mix Salad.

Kata kunci: Diversifikasi produk, Hidroponik, Salad sayur, Selada


Judul Laporan Akhir : Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT Hidroponik
Agrofarm Bandungan Semarang
Nama : Ardhi Anggara Wardhana
NIM : J3J116031

Disetujui oleh

Ir Murdianto, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Arief Darjanto, MEc Dr Ir Anita Ristianingrum, Msi


Dekan Ketua Program Studi

Tanggal lulus:
PRAKATA

Alhamdulillah serta sholawat dan salam terlimpah kepada Nabi


Muhammad. Puji syukur kepada Allah karena atas ijin rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Bisnis setelah melakukan
kegiatan Praktik Kerja Lapang sejak 4 Februari hingga 27 April 2019. Judul
Laporan Akhir ini adalah “Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT Hidroponik
Agrofarm Bandungan Semarang”.
Penyusunan laporan akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan kontribusi
berbagai pihak terutama pihak PT HAB. Penulis ucapkan terimakasih kepada
orang tua penulis yakni Ibu Esti Wuri Handayani dan Bapak Setya Wardono,
kepada Bapak Ir. Murdianto, MS sebagai dosen pembimbing, Bapak Richardus
Indra Gunawan sebagai direktur utama PT Hidroponik Agrofarm Bandungan yang
telah mengijinkan kami melakukan Praktik Kerja Lapangan di PT HAB, Bapak
Benedictus Praptono sebagai pembimbing lapangan yang telah memberi banyak
ilmu dan arahan, Masyarakat Dusun Ngunut dan Jimbaran serta Endah Nur
Wijayanti dan Rizki Nur Fauzi yang telah banyak membantu dalam penulisan
laporan akhir ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
laporan akhir ini, penulis berharap supaya kajian pengembangan bisnis ini
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis dan PT Hidroponik Agrofarm
Bandungan.
Bogor, Agustus 2019

Ardhi Anggara Wardhana


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xv
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR LAMPIRAN xvii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
2 METODE KAJIAN PENGEMBANGAN BISNIS 3
2.1 Lokasi dan Waktu 3
2.2 Data, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 4
2.3 Metode Kajian 4
2.3.1 Analisis Matriks SWOT 5
2.3.2 Aspek Pasar dan Pemasaran 5
2.3.3 Aspek Produksi 8
2.3.4 Aspek Organisasi dan Manajemen 9
2.3.5 Aspek Sumber Daya Manusia 9
2.3.6 Aspek Finansial 9
2.3.7 Metode CPM 12
3 KERAGAAN PERUSAHAAN 13
3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 13
3.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan 13
3.3 Aspek Sumber Daya Perusahaan 17
3.3.1 Sumber Daya Fisik 17
3.3.2 Sumber Daya Manusia 19
3.3.3 Sumber Daya Keuangan 19
3.4 Unit Bisnis Sayuran 20
3.4.1 Pengadaan Input 20
3.4.2 Proses Produksi 21
3.4.3 Mekanisme Pemasaran 23
3.5 Unit Bisnis Tanaman Buah 24
3.5.1 Deskripsi Unit Bisnis 24
3.6 Unit Bisnis Jasa Instalasi Hidroponik dan Edukasi 25
3.6.1 Deskripsi Unit Bisnis 25
4 KAJIAN PENGEMBANGAN BISNIS 25
4.1 Rumusan Ide Pengembangan Bisnis 26
4.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan 26
4.1.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan 33
4.1.3 Penentuan Ide Pengembangan Bisnis 38
4.2 Rencana Pengembangan Bisnis 40
4.2.1 Perencanaan Produk 40
4.2.2 Perencanaan Pemasaran 41
4.2.3 Perencanaan Produksi 46
4.2.4 Perencanaan Organisasi dan Manajemen 54
4.2.5 Perencanaan Sumber Daya Manusia 56
4.2.6 Perencanaan Kolaborasi 56
4.2.7 Perencanaan Finansial 57
4.2.8 Analisis Resiko 62
4.3 Tahapan Pengembangan Bisnis 63
5 SIMPULAN DAN SARAN 66
5.1 Simpulan 66
5.2 Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN 69
RIWAYAT HIDUP 87

DAFTAR TABEL

1 Penjualan salad di Kota Semarang 2019 2


2 Permintaan dan penawaran salad sayur PT HAB di Kota Semarang dan
sekitarnya per bulan tahun 2019 2
3 Jenis data, data yang diperoleh dan teknik pengumpulan data 4
4 Matriks SWOT 5
5 Format laporan laba rugi 11
6 Anggaran parsial 12
7 Peralatan dan mesin PT HAB tahun 2019 17
8 Jenis dan luas greenhouse PT HAB tahun 2019 18
9 Daftar paket edukasi PT HAB 25
10 Laju pertumbuhan penduduk tahun 2015 – 2017 di Semarang 27
11 Perkembangan inflasi Indonesia Oktober 2018 – Maret 2019 28
12 Hasil analisis lingkungan makro PT HAB 30
13 Daftar pesaing PT HAB 31
14 Daftar pelanggan PT HAB tahun 2019 32
15 Hasil analisis faktor eksternal industri PT HAB 33
16 Hasil analisis lingkungan internal perusahaan PT HAB 2019 37
17 Panen selada untuk bahan baku salad sayur PT HAB 39
18 Analisis pesaing produk salad di Kota Semarang tahun 2019 42
19 Perencanaan jumlah produksi produk pengembangan 46
20 Kebutuhan bahan baku salad sayur untuk sekali produksi 48
21 Perencanaan kebutuhan peralatan produksi salad sayur 48
22 Jadwal produksi salad sayur dalam sehari 53
23 Rincian tenaga kerja yang dibutuhkan pada bisnis salad sayur 56
24 Commont cost biaya tetap produksi salad sayur 58
25 Perencanaan penerimaan salad sayur sebelum dan sesudah 59
26 Analisis perbandingan laba rugi produk sebelum dan produk pengembangan60
27 Harga pokok penjualan sebelum dan sesudah pengembangan 61
28 Analisis anggaran parsial 61
29 Analisis R/C Ratio 62
30 Analisis resiko dan antisipasi pada pengembangan bisnis 62
31 Tahapan pengembangan bisnis salad sayur 64
32 Penjadwalan critical path method pengembangan bisnis 65

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur organisasi PT HAB Tahun 2019 14


2 Alur produksi budidaya sayur selada 21
3 Alur produksi Lettuce Mix Salad 23
4 Produk sayuran di PT HAB Kabupaten Semarang 2019 (a) Lettuce Mix Salad
(b) Pakcoy (c) Kangkung 24
5 Saluran distribusi komoditas sayur PT HAB 2019 34
6 Alur Pengembangan ide bisnis 38
7 (a) Lettuce Mix Salad (b) Perencanaan produk pengembangan 41
8 (a) Produk pengembangan (b) Stiker kemasan 44
9 Perencanaan saluran distribusi salad sayur 45
10 Bahan baku produk Bandungan Salad 47
11 Alat prasarana pada untuk bisnis salad sayur (a) Mesin spinner (b) Cup
sealer (c) Ruang penyimpanan 49
12 Alur proses produksi salad sayur 50
13 Pemotongan akar dan sortasi selada 50
14 Selada yang telah dicuci 51
15 Proses pengisian saus (dressing) 51
16 Tampak depan packing house PT HAB 53
17 Struktur organisasi pengembangan unit bisnis PT HAB 55
18 Precedence graph tahapan pengembangan bisnis salad sayur 65

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis SWOT PT HAB 2019 71


2 Varian produk salad sayur di Indonesia 72
3 Layout produksi salad sayur 74
4 Pola kegiatan produksi salad sayur PT HAB 74
5 Kebutuhan investasi sebelum pengembangan bisnis 76
6 Kebutuhan investasi setelah pengembangan bisnis 77
7 Biaya tetap sebelum pengembangan bisnis 78
8 Biaya tetap setelah pengembangan bisnis 79
9 Kebutuhan biaya variabel sebelum pengembangan bisnis 80
10 Biaya variabel setelah pengembangan bisnis 81
11 Laporan laba rugi sebelum dan sesudah pengembangan bisnis 82
12 Hasil survey perencanaan produk. 83
13 Desain stiker kemasan produk baru 86
1

1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semarang merupakan kabupaten dengan sumber daya alam yang beragam


dalam bidang agraris. Kecamatan Bandungan adalah salah satu kecamatan di
Semarang dengan kondisi geografis berada di dataran tinggi ±800 m dpl dan
didukung oleh iklim tropis dan suhu relatif sejuk. Banyaknya komoditas pertanian
yang diusahakan oleh masyarakat Semarang khususnya Kecamatan Bandungan
dalam memenuhi kebutuhan pangan. Berbagai komoditas tanaman pangan
dibudidayakan seperti padi, sayuran buah, sayuran selada, dan buah-buahan. Pada
umumnya, masyarakat Kabupaten Semarang menggunakan sistem pertanian
konvensional dalam proses budidaya tanaman. Budidaya tanaman menggunakan
sistem hidroponik yang berkembang di Indonesia mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan sistem budidaya konvensional.
PT Hidroponik Agrofarm Bandungan (PT HAB) adalah salah satu
perusahaan yang menghasilkan sayur selada, terdapat sembilan jenis selada yang
dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik. Selada (Lactuca Sativa L.)
merupakan tanaman semusim yang dapat dibudidayakan di daerah dingin, dataran
rendah maupun dataran tinggi serta memiliki penampilan yang menarik, bunganya
yang unik mengumpul dalam tandan membentuk sebuah rangkaian. Selada salah
satu sayuran yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan,
salad, sandwich, hotdog dan gado- gado. Daun selada banyak mengandung
vitamin yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Selada keriting, dan selada romaine
memiliki kandungan gizi yang sama. Kandungan gizi per 100 g selada keriting
dan selada romaine yaitu: kalsium 68 mg, fosfor 25 mg, besi 1.4 mg, natrium 9
mg, kalium 264 mg, vitamin A 1900 IU, vitamin C 18 mg, tiamin 0.05 mg,
riboflavin 0.08 mg, niasin 0.4 mg Sugara dalam (Ryder 1997).
Selada hidroponik merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh
supermarket, restoran dan kafe, sayuran harus memenuhi syarat, antara lain
berukuran seragam, bebas kerusakan, renyah, bersih dan segar. Konsumen
supermarket yang membeli sayuran hidroponik meminta sayuran berasa netral dan
renyah (Prihmantoro dan Indriani 2015). Perlakuan pasca panen selada hidroponik
pada PT HAB mengolah menjadi salad sayur (mixed salad), pada saat ini
perubahan gaya hidup dan tren meningkat pada masyarakat yang menyukai
makanan sehat, mixed salad semakin berkembang untuk menghasilkan komposisi
selada yang baik, garnish, dan saus (dressing). Salad sayur siap saji biasanya
disukai masyarakat perkotaan, masyarakat tersebut adalah orang yang menerapkan
gaya hidup sehat, seperti sedang melakukan diet dan senang berolahraga. Selain
itu orang-orang yang pekerjaannya padat dan membutuhkan nutrisi yang baik
namun juga praktis untuk dikonsumsi.
Bagi kalangan dengan pendapatan menengah atas di Indonesia sudah
menerapkan gaya hidup sehat dan urban farming yang cenderung tren ini
mengalami peningkatan. Peningkatan pola gaya hidup sehat lebih banyak
ditemukan di kota-kota besar Indonesia oleh mereka yang sadar akan memilih
pangan dan keberlangsungan lingkungan yang biasanya disadari oleh kaum yang
2

memiliki pendidikan yang tinggi. Pemilihan kualitas pangan yang bersih, bebas
pestisida atau organik adalah acuan bagi kaum urban menerapkan Healthy
Lifestyle. Sayuran dengan kualitasnya dapat mendukung gaya kaum urban dapat
ditemukan dari petani organik maupun hidroponik (Fitroni 2018). Di Indonesia
salad sayur merupakan produk makanan sehat dan cepat saji yang trennya sedang
berkembang. Perkembangan produk ini dilihat dari produsen makanan cepat saji
yang menyajikan salad sayur dengan berbagai varian seperti Hoka-Hoka Bento,
Pizza Hut dan All fresh. Selain produsen yang terkenal tersebut, saat ini banyak
UMKM di perkotaan yang menawarkan salad sayur maupun salad buah. Varian
produk salad di Indonesia dapat dilihat gambarnya pada Lampiran 2.
Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota
metropolitan terbesar di Indonesia, menurut data BPS setiap tahunnya penduduk
Kota Semarang dan sekitarnya meningkat. Tren gaya hidup sehat banyak
dilakukan oleh masyarakat kota besar pada umumnya. Guna memenuhi kebutuhan
masyarakat akan hidup sehat, produk salad salah satu makanan yang menunjang
gaya hidup sehat.

Tabel 1 Penjualan salad di Kota Semarang 2019


Nama Produsen Penjualan per Penjualan per
minggu (pcs) bulan (pcs)*
PT HAB 250 1 000
Gosyen 1 440 5 760
Manhattan 40 160
Zaladku 350 1 400
Momo Salad 350 1 400
BobSalad 400 1 600
Total (pcs) 2 840 11 320
*1 bulan = 4 minggu

Tabel 1 menunjukan data penjualan salad pada beberapa produsen salad di


Kota Semarang setiap bulannya. Budaya kuliner makan salad yang menggunakan
bahan dasar selada maupun buah sedang berkembang selama beberapa tahun ini,
hal ini dapat diketahui karena banyak produsen salad yang memproduksi berbagai
jenis salad seperti salad sayur, salad buah, dan salad dengan kombinasi telur,
daging dan sebagainya. Salad biasanya dijadikan sebagai makanan diet, menu
beberapa acara dan sarapan sehat bagi masyarakat menjalankan gaya hidup sehat
atau suka berolahraga, sehingga pemasaran salad cukup laris di Kota Semarang.

Tabel 2 Permintaan dan penawaran salad sayur PT HAB di Kota Semarang dan
sekitarnya per bulan tahun 2019
Tujuan pasar Permintaan Penawaran Selisih
per bulan(pcs) per bulan (pcs)* per bulan (pcs)
Kios Granari Fresh 430 430 0
Gelael Signature 460 460 0
HAB Resto 50 50 0
Transmart wilayah
Jateng 1820 0 1820
Total per bulan 2 790 940 1820
3

Sumber: PT HAB (2019)


Keterangan: * 1 bulan 20 kali produksi

Berdasarkan data Tabel 2 terlihat adanya permintaan salad sayur yang


belum terpenuhi dari Transmart wilayah Jawa Tengah yang terdiri dari 10
Transmart yaitu sebanyak 1820 pcs per bulan. Adanya permintaan yang belum
terpenuhi ini dapat dimanfaatkan untuk menawarkan salad sayur ke Transmart
tersebut.
Faktor yang mendorong diversifikasi produk adalah pasokan selada
hidroponik yang dimiliki PT HAB dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat pengembangan produk salad sayur sehingga mengikuti tren masyarakat
dengan gaya hidup sehat dan memenuhi permintaan pasar. Selain itu adanya
persaingan yang dekat dengan produk salad, dimana pesaing-pesaing menjual
berbagai varian salad. Diversifikasi produk salad sayur dengan kreasi varian yang
memanfaatkan keindahan makanan atau resep salad yang baru dan desain
kemasan baru dapat menjadi peluang bagi PT HAB dalam mengembangkan
bisnisnya. Tujuan dari pengembangan bisnis ini adalah untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan, memenuhi kebutuhan selera konsumen serta
meningkatkan pendapatan perusahaan.

1.2 Tujuan

Tujuan dalam penulisan kajian pengembangan bisnis ini adalah sebagai


berikut:
1. Merumuskan ide pengembangan bisnis pada PT Hidroponik Agrofarm
Bandungan
2. Menyusun dan mengkaji rencana pengembangan bisnis pada PT Hidroponik
Agrofarm Bandungan berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial.

2 METODE KAJIAN PENGEMBANGAN BISNIS

2.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di PT Hidroponik


Agrofarm Bandungan yang beralamat di Jl. Cipto Mangunkusumo No. 1 Desa
Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasi kios Granari Fresh milik perusahaan beralamat di Jl. Mayjend Soetoyo No.
69 Semarang Tengah, Kota Semarang. Pelaksanaan PKL dilakukan selama 12
minggu yang dimulai pada tanggal 4 Februari 2019 sampai dengan 27 April 2019.
4

2.2 Data, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan kajian pengembangan unit


bisnis salad ini yaitu data primer dan data sekunder baik secara kumulatif maupun
kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
informasi. Data primer didapatkan melalui wawancara langsung dengan
narasumber dan observasi di lapangan melalui keterlibatan langsung dalam
kegiatan usaha. Selain itu, data primer juga dapat diperoleh dari hasil pengamatan
dan kerja langsung selama mengikuti kegiatan praktik kerja lapang di PT
Hidroponik Agrofarm Bandungan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
berbagai literatur seperti buku, dokumentasi perusahaan, data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Semarang dan internet. Data untuk menyusun laporan kajian
beserta sumber dan teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Jenis data, data yang diperoleh dan teknik pengumpulan data
Jenis data Data yang diperoleh Sumber data Teknik pengumpulan
data
1. Data 1. Keragaan perusahaan, 1. Pembimbing 1. Wawancara
Primer kegiatan bisnis meliputi lapangan, 2. Pengamatan
pengadaan input, proses karyawan PT lapangan
produksi, pemasaran HAB 3. Diskusi
dan deskripsi sumber 2. Responden 4. Kuisioner
daya perusahaan 3. BPS Kabupaten
2. Pengadaan input dan Semarang
proses budidaya hidro- 4. Pasar
ponik hingga panen dan
pasca panen.
3. Permintaan dan pen-
awaran produk salad
sayur di PT HAB
4. Pesaing perusahaan dan
produsen salad di
Semarang
5. Perencanaan produk
2. Data 1. Metode kajian 1. Pembimbing 1. Studi literatur pada
Sekunder 2. Lingkungan eksternal lapangan buku, laporan
dan internal perusahaan 2. Buku, internet, dan akhir, skripsi dan
repository Institut internet.
Pertanian Bogor 2. Dokumentasi
perusahaan

2.3 Metode Kajian

Metode kajian yang dipakai dalam penulisan laporan Kajian


Pengembangan Bisnis ini ialah studi kelayakan bisnis berdasarkan aspek-aspek
non finansial dan finansial. Aspek non finansial ide pengembangan bisnis
diuraikan melalui analisis matriks SWOT juga beberapa perencanaan seperti
perencanaan aspek produksi, aspek pemasaran, aspek organisasi dan manajemen,
aspek sumber daya manusia, dan aspek kolaborasi. Aspek finansial yang dikaji
5

dalam ide pengembangan bisnis ini meliputi biaya-biaya investasi, biaya


operasional, nilai R/C ratio, proyeksi laba rugi, dan analisis parsial.

2.3.1 Analisis Matriks SWOT


Kajian pengembangan bisnis ini menggunakan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats). Matriks SWOT adalah alat pencocokan
penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi. Dengan
menggunakan SWOT sebagai analisis dasar, maka diharapkan SWOT bisa
dijadikan sebagai bagian penguat dalam rekomendasi akhir atau pengambil
keputusan, selain itu juga diharapkan untuk dipergunakan sebagai salah satu
model yang representif dalam menganalisis manajemen resiko suatu perusahaan.
Termasuk tentunya akan mampu memberi masukan dalam mendukung proses
pengambilan keputusan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi
yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Melalui SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi.
Terdapat delapan tahap dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut
(David 2011):
1. Menentukan peluang eksternal perusahaan.
2. Menentukan ancaman eksternal perusahaan.
3. Menentukan kekuatan internal perusahaan.
4. Menentukan kelemahan internal perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal
perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal
perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

Tabel 4 Matriks SWOT


Internal Strengths (S) Weakness (W)
Daftar kekuatan Daftar kelemahan
1. ……….. 1. ………
Eksternal 2. ……….. 2. ………
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
Daftar Peluang Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan
1. ……… memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
2. ………
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
Daftar ancaman Gunakan kekuatan untuk Minimumkan kelemahan dan
1. ………. menghindari ancaman menghindari ancaman
2. ……….
Sumber: David (2011)
6

2.3.2 Aspek Pasar dan Pemasaran


Pasar dan pemasaran merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
dan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Setiap kegiatan pasar selalu
diikuti pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah mencari atau
menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar 2017). Pemasaran kegiatan bisnis
diharapkan beroperasi secara sehat bila produk yang dihasilkan mampu mendapat
tempat dipasaran serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai
dan menguntungkan (Nurmalina et al. 2017). Pada aspek pasar dan pemasaran
yang perlu diketahui yaitu:
1. Permintaan dan penawaran
Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari impor, selain itu diperhatikan perkembangan di masa
lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan dating. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang bias menyaingi
perlindungan dari pemerintah dan sebagainya yang perlu diperhatikan (Nurmalina
et al. 2017)
2. Program pemasaran
Program pemasaran mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasaran
(marketing mix) yang akan digunakan. Strategi pemasaran merupakan pernyataan
pokok mengenai dampak yang diharapkan akan tercapai dalam hal permintaan
pada sasaran tertentu. Bisnis yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik
apabila menerapkan strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi bersaing ini
adalah menentukan segmentasi pasar (segmenting), menetapkan pasar sasaran
(targeting), dan menentukan posisi pasar (positioning), atau sering disebut dengan
STP (Kasmir dan Jakfar 2017).
a. Segmentasi pasar (Market segmenting)
Segmentasi pasar merupakan membagi pasar menjadi beberapa kelompok
pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat di dalam
suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda keinginan dan
kebutuhannya. Oleh karena setiap perbedaan memiliki potensi untuk menjadi
pasar tersendiri (Kasmir dan Jakfar 2017).
b. Pasar pasaran (Market targeting)
Menetapkan pasar sasaran adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen,
kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani.
Menetapkan pasar sasaran dengan cara mengembangkan ukuran dan daya tarik
segmen kemudian memilih segmen sasaran yang diinginkan (Kasmir dan
Jakfar 2017).
c. Posisi pasar (Market positioning)
Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk
produk atau suatu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen
mana yang akan dimasuki, maka harus juga menentukan posisi mana yang
ingin ditempati dalam segmen tersebut (Kasmir dan Jakfar 2017).
7

Setelah merancang strategi tersebut (STP) selanjutnya adalah menentukan


bauran pemasaran (marketing mix). Terdapat strategi bauran pemasaran
(marketing mix), yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat komponen
atau variabel pemasaran, untuk dapat mencapai sasaran yang dituju sekaligus
mencapai tujuan sasaran perusahaan. Keempat variabel tersebut adalah produk
(product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Assauri
2007).
1. Produk (Product)
Produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan
menetapkan manfaat-manfaat apa yang diberikan oleh produk tersebut.
Manfaat-manfaat ini dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi oleh atribut-
atribut produk. Produk barang misalnya memiliki mutu, ciri, dan desain. Mutu
produk menunjukan kemampuan sebuah produk menjalankan fungsinya, ciri
produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan
dengan produk pesaing, sedangkan desain menyumbangkan kegunaan manfaat
produk serta coraknya (Umar 2005).
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan
penjual melalui tawar-menawar atau ditetapkan penjual untuk satu harga yang
sama terhadap semua pembeli (Umar 2005). Penentuan harga jual dapat
ditentukan dengan beberapa cara diantaranya cost type contract, harga jual
normal, harga jual dalam perusahaan, dan harga transfer. Penentuan harga jual
yang biasa digunakan adalah harga jual normal. Penentuan harga jual normal
ditentukan oleh taksiran biaya penuh dengan pendekatan full costing dan
variable costing (Rachmina dan Sari 2015).
Kajian pengembangan bisnis ini menggunakan pendekatan full costing.
Hal tersebut karena bisnis yang akan dikaji mencakup biaya tetap dan biaya
variabel yang akan diperhitungkan. Adapun perhitungan harga pokok produksi
dan perhitungan harga jual produk sebagai berikut.
a. Harga pokok produksi
Biaya variabel+ Biaya tetap
Harga Pokok Produksi =
Jumlah produksi yang dihasilkan
b. Harga jual produk
Harga Jual Produk = HPP + (HPP + % mark up)

3. Distribusi (Place)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk dari
produsen sampai ke tangan konsumen pada waktu yang tepat. Kebijakan
penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang
mencangkup penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Suatu
perusahaan dapat menentukan penyaluran produknya melalui berbagai lembaga
atau kelompok seperti ke pedagang menengah, pedagang besar, pengecer
maupun langsung kepada konsumen akhir (Assauri 2007).
4. Promosi (Promotion)
8

Pemasaran tidak hanya berhubungan dengan produk, harga produk, dan


pendistribusian produk tepat juga berkaitan dengan upaya mengomunikasikan
produk kepada masyarakat agar produk tersebut dikenal dan pada akhirnya
dibeli (Umar 2005). Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk perusahaan secara langsung
maupun tidak langsung. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan yaitu
menggunakan media cetak, media elektronik, pameran dan penjualan secara
langsung.

3. Pengukuran sales potensial


Sales potensial merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang
dapat diraih oleh bisnis yang bersangkutan atau pemintaan perusahaan tertentu di
bawah marketing effort yang dilakukan (market share perusahaan) (Nurmalina et
al. 2014). Market share dapat dihitung dengan rumus berikut:

Jumlah penjualan perusahaan(unit)


Market share = x 100%
Jumlah penjualan industri(unit )

2.3.3 Aspek Produksi


Aspek produksi dikenal juga sebagai aspek teknis atau operasi. Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan
dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-
hal yang berkaitan dengan teknis, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik,
maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari
(Kasmir dan Jakfar 2017). Aspek pokok yang perlu dibahas dalam aspek teknis
antara lain adalah luas produksi, lokasi usaha, tata letak, dan pemeliharaan jenis
teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait aspek teknis antara lain:
a. Luas produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas
mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola, proses produksi,
kemampuan finansial dan manajemen serta kemungkinan adanya perubahan
teknologi produksi dimasa yang akan datang (Nurmalina et al. 2017).
b. Lokasi usaha
Variabel yang perlu diperhatikan untuk memilih lokasi bisnis dibedakan
dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama.
Variabel utama diantaranya adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang
dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi. Sedangkan
variabel bukan utama yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi
adalah hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, maupun tingkat lokal
pasar rencana lokasi, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat
yang mendukung dan rencana masa depan perusahaan (Nurmalina et al. 2017).
c. Proses produksi
Proses produksi dikenal terdapat tiga jenis yaitu proses produksi yang
terputus-putus (intermitten), kontinu, dan kombinasi. Pada proses produksi perlu
mempertimbangkan resiko produksi yang mungkin terjadi dari usaha agar analisis
9

tidak over estimaste. Produksi dalam arti luas merupakan kegiatan yang
mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), yang tercakup di
dalamnya aktivitas menghasilkan barang maupun jasa serta aktifitas lainnya yang
mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang tersebut
(Nurmalina et al. 2017).
d. Pemilihan jenis teknologi dan peralatan
Patokan yang perlu digunakan dalam penentuan jenis teknologi dan
peralatan antara lain adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan,
manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah
yang digunakan. Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain
yang memiliki ciri-ciri mendekat lokasi usaha, kemampuan pengetahuan
penduduk, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan
adanya teknologi lanjutan (Nurmalina et al. 2017).
e. Tata letak (Layout)
Tata letak merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian pengertian layout
mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-
fasilitasnya (Nurmalina et al. 2017).

2.3.4 Aspek Organisasi dan Manajemen


Studi kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
yang diterapkan secara benar. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan dapat terlaksana dan tercapai jika ada tempat atau
wadah yang disebut organisasi yang tergambar dalam struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi menggambarkan tugas, wewenang, dan tanggung
jawab masing-masing bagian. Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
akan mempermudah perusahaan dalam melakukan pengendalian. (Kasmir dan
Jakfar 2017).

2.3.5 Aspek Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Hal ini dikarenakan manusia adalah pengambil keputusan dan
penggerak dalam jalannya bisnis. Perusahaan tidak akan berjalan dengan baik jika
tidak didukung dengan sumber daya manusia yang baik pula.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu konsep yang bertalian
dengan kebijaksanaan, prosedur, dan praktik mengelola dan mengatur orang
dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
sumber daya manusia dapat dijabarkan dalam fungsi manajerial yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, dan fungsi operatif
yang meliputi pengadaan tenaga kerja, kompensasi, pengembangan, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja (Kasmir dan Jakfar 2017).

2.3.5 Aspek Kolaborasi


Kolaborasi berarti bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan.
Kolaborasi harus dibangun atas dasar kesepakatan, visi, dan tujuan yang ini
dimaksudkan agar pihak yang berkolaborasi memiliki tanggung jawab, dan
komitmen terhadap kelanjutan kolaborasi. Dimensi utama yang harus diperhatikan
10

dalam membangun kolaborasi adalah keterbukaan masing-masing aktor yang


terlibat, sehingga masing-masing kolabolator memiliki pandangan dan
pemahaman yang sama tentang tujuan dari kolaborasi (Sabaruddin 2015).

2.3.6 Aspek Finansial


Aspek Finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk
menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan. Pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan jumlah dana
yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan
bisnis (Nurmalina et al.2017). Analisis kelayakan bisnis dilakukan dengan
mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan dalam sebuah usaha dan berapa
besar penerimaan yang diperoleh usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya
usaha tersebut. Aspek finansial ini terdiri dari asumsi dasar, metode analisis total
penerimaan (total revenue), total biaya operasional (total cost), laba rugi, R/C
ratio dan anggaran keuntungan parsial.
1. Asumsi dasar
Asumsi dasar merupakan hal-hal yang dijadikan acuan atau dasar untuk
menulis perencanaan finansial. Asumsi dasar yang digunakan pada pengkajian
aspek finansial pengembangan produk salad sayur pada PT HAB meliputi
penggunaan modal sendiri, perhitungan pajak dan tingkat suku bunga,
penggunaan common cost, jumlah hari kerja dan jumlah produksi produk selama
satu tahun.
2. Metode analisis total penerimaan (TR)
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual (Soekartawi 2016). Rumus penerimaan yaitu:
TRi = Yi. Pyi
Keterangan:
TR : Total penerimaan (Rp)
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i
Py : Harga produk Y (Rp)

3. Metode analisis total biaya (TC)


Biaya merupakan dasar penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak
dapat menutupi biaya akan menyebabkan kerugian. Namun, apabila suatu tingkat
harga melebihi semua biaya, maka dapat dipastikan bahwa usaha tersebut
mendapatkan keuntungan. Biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi
besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Biaya variabel atau variabel cost (VC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Jumlah dari biaya tetap dan
biaya variabel merupakan total biaya atau total cost (TC) yang dikeluarkan dalam
suatu usaha produksi (Soekartawi 2016). Rumus dari total biaya adalah :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Total biaya (Rp)
TFC : Total biaya tetap (Rp)
TVC : Total biaya variabel (Rp)
11

4. Metode analisis laba rugi


Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya
mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan
ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis yaitu pendapatan dari
penjualan produk dan jasa, beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa
yang akan dijual, beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan
produk atau jasa pada konsumen serta yang berkaitan dengan beban administratif
dan operasional dan beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga
yang dibayarkan pada bank atau kreditur dan penyusutan (Nurmalina et al. 2017).
Format laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Format laporan laba rugi
Komponen Tahun (Rp)
Total penjualan
Biaya operasional variabel
Marjin kotor
Biaya tetap
Laba kotor sebelum bunga dan pajak
Biaya bunga *) (r%)
Laba sebelum pajak
Pajak **) (t%)
Laba bersih
* Jumlah bunga yang dibayarkan = r% x total hutang
** Jumlah pembayaran pajak = t% x laba sebelum pajak
Sumber: (Nurmalina et al. 2017)

5. Metode analisis R/C ratio


Analisis revenue-cost ratio (R/C Ratio) merupakan salah satu analisis yang
digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan proses
produksi mengalami kerugian, impas dan untung. Analisis ini dikenal sebagai
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan
(Soekartawi 2016). Rumus dari R/C Ratio adalah :

a= R
C
R = Py.Y
C = FC + VC
Keterangan :
R : Penerimaan (revenue) (Rp)
C : Biaya (cost) (Rp)
Py : Harga output
Y : Output
FC : Biaya tetap (fixed cost)
VC : Biaya variabel (variable cost)

6. Anggaran parsial
Anggaran parsial sangat sederhana, mudah dimengerti, mudah
penyusunannya, biasa digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit
perubahan yang dilakukan, serta tidak memerlukan informasi yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati. Anggaran parsial digunakan
12

untuk melihat suatu perubahan metode produksi dengan kriteria keuntungan


atau penghasilan bersih (Suratiyah 2015). Secara umum anggaran parsial
mempertimbangkan empat komponen sebagai berikut.

a. tambahan pengeluaran atau pengeluaran baru


b. penerimaan yang hilang
c. pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan
d. penerimaan tambahan atau penerimaan baru

Selisih antara tambahan pengeluaran ditambah penerimaan yang hilang


dengan pengeluaran yang dihemat ditambah penerimaan tambahan
menunjukkan apakah perubahan yang direncanakan akan meningkatkan
pendapatan usaha sehingga layak untuk diterapkan. Format anggaran parsial
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Anggaran parsial


Kerugian Keuntungan
a. Biaya tambahan a. Biaya yang dihemat
(1) Biaya Tetap
(2) Biaya Variabel
b. Penghasilan yang hilang b. Penghasilan tambahan
c. Kerugian total c. Keuntungan total
Perubahan bersih = keuntungan total – kerugian total
Sumber: (Suratiyah 2015)
2.3.7 Metode CPM
Metode PERT atau biasa disebut dengan metode program evalution and
technique dan CPM (Critical Path Method) adalah metode yang digunakan untuk
membantu para manajer dalam hal perencanaan, penjadwalan dan mengontrol
proyek (Sitepu dan Sebayang 2013). Adapun beberapa cara untuk menentukan
penjadwalan proyek dengan metode CPM terdiri dari perencanaan, penjadwalan
dan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahapan pertama dalam penggunaan metode penjadwalan CPM adalah
dengan membangun suatu list kegiatan atau aktivitas untuk menyelesaikan
seluruh aktivitas yang akan dikerjakan dalam waktu dekat sesuai dengan
kegiatan yang ada.
b. Penjadwalan
Tahap kedua yaitu menghitung mundur waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan disebut waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu
aktivitas yang dibuat.
c. Pengendalian
Tahap ketiga yaitu melakukan pengendalian pada kegiatan yang sudah
disusun dengan analisis CPM agar apa yang dijalankan sesuai dengan
kegiatan yang sudah direncanakan.
13

Untuk menghitung suatu proyek dengan metode CPM dapat dilakukan


menggunakan program aplikasi yang bernama POM-QM adapun langkah-langkah
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Sitepu dan Sebayang 2013):
a. Aktifkan POM-QM for Windows
b. Klik mouse + project management
c. Klik File + New / + 1 Single time estimate, sehingga muncul kotak dialog
PERT / CPM
d. Klik tombol OK dan akan muncul kotak dialog dan input data sesuai dengan
aktivitas yang ditentukan.
e. Setelah itu, klik solve untuk menyelesaikan input data sehingga waktu dan
solusi optimal project CPM akan tampil.

3 KERAGAAN PERUSAHAAN

3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT HAB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian


menggunakan teknologi hidroponik di dalam greenhouse. Sebelum menjadi PT
HAB seperti saat ini lahan masih berupa hutan kemudian dilakukan pembukaan
lahan untuk melakukan bisnis pertanian konvensional dengan teknik pertanian
organik. Berdirinya PT HAB tidak terlepas dari keberadaan SMK Theresiana
Bandungan yang berawal dari kepedulian tim peduli pendidikan. Kepedulian ini
berawal sistem pertanian konvensional yang tidak menarik minat para siswa SMK
dan tidak mengalami kemajuan oleh sebab itu, pertanian konvensional beralih ke
sistem hidroponik.
Pendirian greenhouse pertama pada PT HAB dibangun untuk menanam
komoditas sayuran daun khususnya sawi dan selada dengan skala kecil pada tahun
2015 hal ini juga menandai dimulainya bisnis pertanian sistem hidroponik dan
diresmikan pada Desember 2015. Pembangunan dan pengoperasian 3 greenhouse
dilakukan pada bulan Januari 2016 dengan komoditas tomat ceri, selada dan tomat
beef. Pembentukan badan usaha yaitu perseroan terbatas pada Juni 2016.
Pencapaian ini merupakan hasil kontribusi yang berasal dari pimpinan, konsultan
dan beberapa pihak dari Yayasan Bernadus serta Yayasan Insan Kasih. Kedua
yayasan tersebut berperan dalam berdirinya PT HAB.
Tahun 2017 PT HAB melakukan perluasan usaha dengan menambahkan 3
unit greenhouse untuk komoditas tomat ceri dan paprika selanjutnya pada tahun
2018 mendirikan greenhouse ukuran 250 m2 dan mendirikan sebuah resto dengan
nama HAB Square. Pemasaran produk PT HAB melalui Komunitas Hidroponik
Jateng (KHJ) dan hingga saat ini sudah dipasarkan hingga luar Kota Semarang.
Sistem pemasaran menggunakan jasa konsultan agar lebih mudah dalam menuju
pasar sasaran dan memahami keinginan serta keperluan konsumen. Penggunaan
jasa konsultan dalam pemasaran juga mampu mempermudah dalam memasuki
pasar dengan kelas besar seperti Carrefour, Gelael Signature serta restoran di
berbagai kota. Selain produk dipasarkan ke beberapa supplier, perusahaan juga
memiliki kios yang berada di daerah Jalan Mayjend Sutoyo No. 69 Pakunden,
Semarang Tengah, Kota Semarang. Pembangunan kios bertujuan untuk
14

mempermudah konsumen yang berada di Kota Semarang dalam memperoleh


produk tanpa harus mendatangi kebun yang berada di Kecamatan Bandungan.

3.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan

PT HAB merupakan perusahan yang bergerak dalam usaha budi daya


tanaman dengan sistem hidroponik di dalam greenhouse. Sistem hidroponik yang
digunakan diantaranya nutrient film technique, floating raft (rakit apung) dan
irigasi tetes. Usaha yang dijalankan PT HAB terintegrasi dari budi daya,
pengolahan, hingga pemasaran produk. Kegiatan produksi oleh asisten kebun,
diatur dan diawasi oleh manajer operasional. Komoditas-komoditas yang dipanen
oleh asisten kebun kemudian di sortasi dan grading oleh karyawan packing house.
Produk yang sudah dikemas distribusikan ke kios untuk dijual kepada masyarakat
yang telah disegmentasikan.
PT HAB dimiliki oleh Yayasan Bernadus Semarang. Perusahaan ini
memiliki struktur organisasi yang membantu memperjelas kedudukan dan uraian
tugas dengan tanggung jawab yang harus dilakukan. Selain itu struktur organisasi
juga berguna untuk mempermudah melakukan koordinasi dan hubungan yang
saling terkait antar divisi untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Berdasarkan
struktur organisasi pada Gambar 1, masing-masing bagian telah memiiki tugas
dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan. Adapun
tugas dari masing-masing bagian pada struktur organisasi sebagai berikut:
15

Direktur Utama

Konsultan

Direktur Operasional

Manajer Operasional

Kepala Bagian Bagian Koordinator


R&D
Logistik keuangan Administrasi pemasaran

Karyawan: Asisten Karyawan kebun HAB Square


Packing workshop greenhouse 1-8 Tunas muda
supir
logistik
admin order
admin kios Garis komando
Garis koordinasi

Gambar 1 Struktur organisasi PT HAB Tahun 2019


Sumber : PT HAB (2019)
Keterangan : Struktur organisasi modifikasi penulis 2019
1. Direktur utama
Direktur utama PT HAB bernama Richardus Indra Gunawan. Beliau
memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh aktivitas bisnis perusahaan.
Salah satu bentuk tanggung jawab yaitu menyiapkan laporan RUPS untuk
mempertanggung jawabkan kepada komisaris saat rapat diselenggarakan. Selain
itu juga memiliki wewenang dalam mengambil keputusan strategis dan kebijakan-
kebijakan terkait bisnis yang dijalankan dalam perusahaan serta melakukan kerja
sama antara korporasi atau perusahaan dengan skala besar.

2. Direktur operasional
Posisi ini dijabat oleh Petrus Adi Atmoko yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk memastikan ataupun mengawasi seluruh divisi dan
kegiatan operasional yang berlangsung di perusahaan baik internal maupun
eksternal. Wewenang dan kebijakan kegiatan operasional dikoordinasikan oleh
manajer operasional dan direktur utama, sehingga kinerja perusahaan berjalan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Konsultan
Konsultan adalah tenaga professional yang memberikan nasehat dalam hal
yang berkaitan dengan aspek teknis produksi dan berkoordinasi dengan petinggi
16

perusahaan. Selain itu konsultan juga memberi arahan mengenai manajemen,


pemasaran kepada perusahaan apabila diperlukan.
4. Manajer operasional
Posisi ini diduduki oleh Benedictus Praptono yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk turun ke lapang untuk mengkontrol, mengawasi serta
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh setiap divisi dibawah manajer
operasional. Wewenang dan tanggung jawab tersebut kemudian dikoordinasikan
kepada direktur operasional tetapi disesuaikan dengan jenis dan tingkatan masalah
agar lebih efektif dan efisien. Selain itu, manajer operasional juga membawahi
seluruh divisi yang ada di perusahaan seperti logistik, maintenance (asisten
workshop), R&D, asisten kebun dan pemasaran.
5. Bagian akuntan
Posisi akuntan diduduki oleh Peter Marvin Haryanto yang memiliki tugas
serta tanggung jawab untuk mengolah data keuangan dari hulu hingga hilir yang
di bantu oleh pihak manajemen admin dalam pengumpulan data penjualan di
perusahaan. Selain itu, tugas sebagai akuntan adalah membuat laporan keuangan
dengan menganalisis cashflow untuk mengetahui penjualan, piutang dan biaya
operasional lainnya.
6. Bagian administrasi
Posisi ini dijabat oleh Ibu Sukamti yang memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk mengurus surat masuk dan keluar, kegiatan magang para mahasiswa dan
mengatur dokumen lainnya. Selain itu, tugas manajemen admin adalah membantu
tugas akuntan dalam mendata keuangan kebun dan membeli benih seluruh
komoditas yang dikoordinasikan dengan pengurus lainnya.
7. Kepala logistik
Posisi ini diduduki oleh Yanuar Tri Widodo yang memiliki tugas serta
tanggung jawab untuk mengontrol kebutuhan karyawan di bawahnya yaitu
packing, logistik, supir (delivery), pemesanan dan admin kios. Menjalin hubungan
baik dengan supplier penyedia input produksi. Memanajemeni persediaan bahan
baku dan sarana prasarana yang dibutuhkan perusahaan.
8. Asisten workshop
Divisi ini memiliki dua orang karyawan yang bertugas untuk membenahi,
merawat peralatan dan membantu seluruh kendala teknis yang ada di kebun.
Selain itu, asisten workshop juga membuat instalasi hidroponik sesuai pesanan
konsumen.
9. R&D (Research and Development)
Research and Development merupakan divisi baru yang bertujuan untuk
mengembangkan produk-produk dan peningkatan kualitas aktivitas usaha
hidroponik. PT HAB memiliki seorang divisi R&D yang bernama Casimirus Weni.
Tugas dan tanggung jawab adalah melakukan penelitian, percobaan dan
mempelajari hal-hal yang berpotensi menghasilkan pemikiran baru.
10. Karyawan kebun (asisten kebun)
Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan produksi atau budi daya
di setiap greenhouse pada perusahaan. Asisten kebun atau karyawan kebun ini
terdiri atas sembilan karyawan yang masing-masing bertanggung jawab atas satu
greenhouse.
11. Koordinator pemasaran
17

Posisi pemasaran diduduki oleh Andreas Budiyo yang memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk melakukan riset pasar agar produk berada di pasar yang
tepat. Selain itu, mengelola sistem PO (pre order), distribusi, anggaran pemasaran
serta bertanggung jawab atas pengembangan pemasaran dan produk yang
dipasarkan
12. Karyawan packing house
Bertanggung jawab untuk melakukan sortasi komoditas, pengemasan sesuai
standar operasional, memberi label informasi produk dan pencatatan hasil panen
dari kebun sehingga dapat menghasilkan tampilan produk yang bagus. Komoditas
yang telah dikemas di simpan ke dalam ruang pendingin serta menyiapkan
produk-produk yang akan dikirim.
13. Karyawan order
Tugas pokok bagian order yaitu menerima dan merekap pesanan
memberikan informasi ke kepala logistik. Selain itu, bagian order bertugas
membantu pengemasan produk.
14. Karyawan logistik
Tugas pokok bagian logistik yaitu menyiapkan dan memastikan
ketersediaan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan semua divisi. Bagian logistik
juga bertanggung jawab membantu divisi packing house apabila tugas pokok
sudah selesai
15. Admin kios
Bertanggung jawab atas kios meliputi pencatatan setiap pembelian,
melakukan penataan tampilan semua produk, melayani setiap konsumen yang
datang ke kios Granari Fresh kampung kali dengan baik dan memastikan
ketersediaan produk.
16. Supir
Bertanggung jawab melakukan pengiriman produk-produk yang dipesan dan
memastikan sampai tujuan dengan baik. Terdapat dua orang dalam divisi ini yaitu
Bapak Yuli yang berada di kebun Bandungan dan Bapak Adit yang berada di kios
Granari Fresh. Bagian pengiriman dari kebun Bandungan ke Granari Fresh dan
restoran oleh Bapak Yuli sedangkan bagian pengiriman dari Granari Fresh ke
konsumen akhir oleh Bapak Adit.
17. Tunas muda
Tunas muda adalah organisasi SMK Theresiana yang ikut serta dalam
kegiatan bisnis perusahaan dibawah divisi koordinator pemasaran. Tunas muda
bertugas untuk mempromosikan PT HAB dengan cara memberikan materi kepada
pengunjung kebun dan bertanggung jawab atas HAB Square dalam pengelolaan
resto.

18. HAB square


HAB square merupakan resto yang melayani konsumen serta menyediakan
berbagai menu makanan dan minuman, resto juga difungsikan ruang rapat dan
pertemuan lainnya. HAB square dikelola oleh Bapak Hani dan tunas muda.
18

3.3 Aspek Sumber Daya Perusahaan

Sumber daya adalah salah satu yang memberi pengaruh pada


keberlangsungan usaha. Sumber daya perusahaan terdiri dari fisik, manusia, dan
keuangan. Sumber daya fisik merupakan sarana dan prasarana yang akan
mempengaruhi operasional perusahaan.

3.3.1 Sumber Daya Fisik


Sumber daya fisik adalah sarana dan prasarana yang dimiliki bertujuan
untuk mendukung kegiatan operasional suatu perusahaan. Sumber daya fisik yang
dimiliki perusahaan terdiri dari bangunan, peralatan, mesin dan investasi lainnya
yang digunakan dalam kegiatan bisnis. Sumber daya fisik dapat mempengaruhi
kelancaran kegiatan operasional perusahaan.
1. Lahan
PT. Hidroponik Agrofarm Bandungan memiliki lahan seluas 4 ha. Lahan
tersebut dimiliki oleh Yayasan Bernadus, lahan digunakan untuk budidaya
hidroponik di dalam greenhouse, lahan pertanian konvensional, resto, gedung
sekolah SMK, parkiran dan asrama karyawan.
2. Peralatan dan mesin
Peralatan dan mesin yang dimiliki digunakan untuk proses produksi atau
kegiatan budidaya yang akan menghasilkan produk primer hingga produk-produk
tersebut masuk tahap pengolahan dan dikemas lalu di distribusikan. Berikut data
mesin peralatan yang dimiliki PT HAB seperti ditunjukkan Tabel 7.

Tabel 7 Peralatan dan mesin PT HAB tahun 2019


No Nama barang Kondisi Jumlah (unit)
1 Pompa air Perlu perawatan 8
2 Mobil Masih bagus 2
3 Sepeda motor Masih bagus 2
4 Mesin steam Honda Masih bagus 2
5 Mesin potong rumput Perlu reinvestasi 2
6 Mesin spinner Perlu reinvestasi 1
7 Keranjang box Masih bagus 25
8 Knapsack sprayer Perlu reinvestasi 2
9 Genset Masih bagus 1
10 Alat-alat perkakas Masih bagus 2
11 Timbangan kecil Masih bagus 4
12 Kulkas Masih bagus 1
13 AC Masih bagus 2
14 Tandon Masih bagus 8
15 Showcase Masih Bagus 5
16 Timbangan besar Masih bagus 1
17 Troli barang Masih bagus 6
18 Sprayer Steam Baru 1
Sumber : PT HAB (2019)
3. Bangunan
Sumber daya fisik berupa bangunan di PT HAB merupakan bangunan
permanen yang digunakan untuk penunjang kegiatan bisnis seperti greenhouse,
mess karyawan, packing house, gudang, kantor, kios, dan resto.
a. Mess karyawan
19

Mess karyawan digunakan untuk tempat tinggal karyawan asisten kebun,


terdapat dua bangunan mess yaitu mess laki-laki dan mess perempuan. Fasilitas
mess berupa dapur umum, kamar tidur, kamar mandi dan ruang tv.
b. Gudang
Terdapat dua bangunan gudang yang berada di depan mess dan di sebelah
pastoran yang berfungsi untuk menyimpan seluruh persediaan alat dan bahan
produksi. Peralatan dan perlengkapan yang diambil atau dipinjam dicatat oleh
bagian logistik untuk mengetahui persediaan barang dan peminjaman barang.
c. Greenhouse
PT HAB berjumlah 8 yang digunakan untuk kegiatan produksi beberapa
komoditas. Komoditas tersebut antara lain, beberapa jenis selada, paprika, melon,
kangkung, tomatoes beef dan produk unggulan adalah tomat ceri. Rincian jumlah
greenhouse yang dimiliki perusahan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Jenis dan luas greenhouse PT HAB tahun 2019


Greenhouse (GH) Sistem hidroponik Luas (m2)
01 Nutrient film technique 500
02 Floating raft 500
03 Irigasi tetes 500
04 Irigasi tetes 500
05 Irigasi tetes 1000
06 Irigasi tetes 1000
07 Irigasi tetes 1000
08 Nutrient film technique 250
Sumber: PT HAB (2019)

Masing-masing greenhouse memiliki rumah tandon untuk penyimpanan


sumber daya air. Peralatan-peralatan penunjang produksi yang ada dalam setiap
greenhouse diantaranya; pompa air, alat sanitasi, pinset, tray semai, meja, kursi,
papan tulis, pH meter, TDS meter, gunting, tali tambang dan lain-lain.
d. Packing house
Packing house adalah tempat untuk proses pasca panen meliputi sortasi,
grading dan pengemasan produk serta pengolahan produk. Terdapat 2 unit
bangunan packing house yang masing-masing digunakan untuk unit bisnis tomat
beef dan unit bisnis sayuran termasuk mengolah salad sayur. Packing house untuk
sayuran memiliki ruang khusus untuk pengolahan salad sayur. Selain itu, masing-
masing packing house memiliki ruang pendingin untuk menyimpan produk yang
telah dikemas maupun produk yang belum dikemas.
e. Kios
Kios adalah tempat untuk distribusi dan pemasaran produk-produk yang
dihasilkan. Kios Hidroponik Granari Fresh terletak di Pakunden, Semarang
Tengah, Kota Semarang. Kios Granari Fresh berada di komplek SMA Thresiana
Kampung Kali. Selain menjual produk internal perusahaan, kios juga menjual
beberapa produk eksternal dari pihak luar berupa minuman, beras, telur ayam dan
lainnya.
f. Resto
Resto pada PT HAB diberi nama HAB Square. Resto di fungsikan sebagai
tempat untuk ruang diskusi atau rapat dan tempat berkumpul pengunjung dengan
jumlah banyak. Resto menyediakan makanan ringan seperti mint chip, salad sayur,
20

kentang goreng dan minuman kopi, teh dan sebagainya. Sumber daya fisik yang
berada di resto berupa peralatan masak, meja, kursi, bar, alat peracik kopi dan
kulkas. Pada bangunan resto terdapat ruangan kantor untuk manajer operasional
dan manajer administrasi. Ruangan kantor seluas 3 x 5 m diisi dengan alat-alat
kantor, dua komputer, mesin printer, meja, kursi dan rak buku.

3.3.2 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang diperlukan oleh PT HAB sebanyak 26 orang.
Jabatan internal perusahaan seperti direktur utama hingga ke bawah manajer
operasional terdiri atas 1 orang setiap jabatannya. Orang yang menjabat sebagai
direktur dan manajer adalah tenaga kerja yang telah memiliki banyak pengalaman
dan kemampuan dalam manajemen. Pekerja di bidang budidaya tanaman atau
asisten kebun berjumlah 9 orang yang masing-masing bertanggung jawab atas
satu greenhouse. Sementara divisi kepala logistik membawahi 6 orang karyawan,
divisi R&D satu orang dan bagian koordinasi pemasaran 2 orang. Kebutuhan
posisi dan tanggung jawab tersebut disesuaikan dengan tujuan dari perusahaan.
Pemenuhan posisi ini dilakukan dengan cara rekrut tenaga kerja.
Perekrutan tenaga kerja dilakukan secara terbuka dengan memberi
pengumuman melalui website dan rekrutmen secara tertutup yang dilakukan
dengan cara memberi informasi kepada pihak internal perusahaan. Syarat dan
ketentuan berlaku pada saat proses perekrutan yang disesuaikan kebutuhan
perusahaan. Ketersediaan jumlah karyawan yang minim pada PT Hidroponik
Agrofarm Bandungan bertujuan untuk pemanfaatan siswa-siswi SMK Theresiana
secara maksimal agar mereka mampu memahami sistem pertanian hidroponik.
Selain itu, pemanfaatan siswa-siswi ini juga bertujuan untuk mempersiapkan
siswa-siswa agar lebih terampil dalam ilmu pertanian khususnya teknik
hidroponik.

3.3.3 Sumber Daya Keuangan


Sumber modal awal untuk mendirikan PT Hidroponik Agrofarm Bandungan
berasal dari pembagian saham antara Yayasan Bernadus, pemilik pribadi dan
Yayasan Insan Sekolah Kasih. Proporsi saham antara lain 65% dimiliki oleh
Yayasan Bernadus, 30% dimiliki oleh pribadi dan 5% dimiliki oleh Yayasan Insan
Sekolah Kasih dengan harga jual saham sebesar Rp 1 000 000 per 1%. Mulai
Bulan Juni 2018 telah terjadi perubahan atas kepemilikan saham yaitu 95% saham
dimiliki oleh Yayasan Bernadus dan 5% dimiliki oleh Yayasan Insan Sekolah
Kasih. Selain modal yang berasal dari pemegang saham, modal juga berasal dari
hutang dengan jumlah Rp 4.4 miliar. Keuntungan PT HAB berasal dari penjualan
produk yang dihasilkan, jasa pelatihan dan jasa instalasi hidroponik. Pendapatan
yang diperoleh juga digunakan untuk menutup biaya operasional, dan beasiswa
untuk siswa SMK Theresiana Bandungan.
21

3.4 Unit Bisnis Sayuran

Pada unit bisnis sayuran terdapat dua sistem hidroponik yaitu nutrient film
technique (NFT) dan floating raft (FR). Kedua sistem tersebut diaplikasikan untuk
memproduksi sayuran selada dan sayuran oriental. Prinsip kerja sistem NFT
adalah metode budidaya tanaman yang akar tanaman tumbuh di dalam larutan
nutrisi sangat dangkal yang membentuk lapisan tipis nutrisi dan tersirkulasi.
Dengan demikian, tanaman dapat memperoleh unsur hara, air, dan oksigen yang
cukup. Sedangkan prinsip sistem FR adalah tanaman dibudidayakan dengan cara
menempatkan tanaman pada Styrofoam yang mengapung di atas permukaan
larutan nutrisi dalam suatu bak, sehingga akar-akar tanaman terendam dan dapat
menyerap nutrisi dan air (Suhardiyanto 2010). Kapasitas lubang tanam GH-01,
GH-02 dan GH-08 masing-masing 9 600, 7 000, 22 000 lubang tanam. Panen
sayur selada pada GH-01 dilakukan setiap hari dengan rata-rata panen 350 pcs,
sayur oriental pada GH-2 sebanyak 230-250 pcs dan sayur kangkung GH-08
sebanyak 10 kg. Budidaya sayur hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan
budidaya sayur konvensional, keunggulan sayur hidroponik yaitu: Tanaman bebas
gulma, nutrisi yang diberikan menjadi efisien, pertumbuhan tanaman lebih
terkontrol, bekerja secara bersih dan sayuran dapat berproduksi dengan kuantitas
dan kualitas yang tinggi (Prihmantoro dan Indriani 2015).
3.4.1 Pengadaan Input
PT HAB mempersiapkan sarana produksi pertanian sebelum kegiatan
budidaya dimulai, adapun pengadaan input produksi sistem NFT dan FR relatif
sama. Kegiatan dalam pengadaan input yaitu bekerja sama dengan pemasok
seluruh komponen pendukung kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan
operasional perusahaan perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang baik
dan tepat waktu agar menghasilkan output yang berkualitas. Input yang diperlukan
seperti ketersediaan berbagai varietas benih selada, peralatan budidaya,
ketersediaan nutrisi dan obat-obatan serta alat penunjang budidaya. Pengadaan
input ini di manajemen oleh kepala logistik dan dibantu oleh bagian administrasi,
kepala logistik akan memberikan tugas kepada karyawan logistik atau supir untuk
membeli dan mendistribusikan input yang dibutuhkan.
PT HAB menggunakan benih selada import merek Rijk Zwan dan Know
You Seed yang diperoleh dari PT Crispy Farm Fertindo. Bahan baku pembuatan
nutrisi atau pupuk diperoleh dari PT Meroke Tetap Jaya Jakarta. Nutrisi yang
dibeli antara lain: nutrisi A dan B serta delapan item nutrisi murni sedangkan
media tanam rockwool didatangkan dari pemasok daerah Malang dan Yogyakarta,
input yang telah dibeli tersebut disimpan di dalam gudang penyimpanan. Peralatan
greenhouse diperoleh dari perusahaan Green Leaves Orchid. Kemasan mika salad
sayur Lettuce Mix Salad, kemasan plastik dan input untuk kebutuhan pasca panen
diperoleh dari pemasok sekitar Semarang.
22

3.4.2 Proses Produksi


Kegiatan proses produksi budidaya sayur dilakukan oleh karyawan kebun
GH 01, 02 dan 08. Proses produksi atau subsistem budidaya merupakan kegiatan
yang memanfaatkan sarana produksi untuk menghasilkan produk primer. Produk
primer yang dihasilkan dari proses budidaya sistem nutrient film technique (NFT)
adalah berbagai selada diantaranya: lollo rossa, romaine, kristine, locarno (selada
keriting), red bowl, head lettuce (selada krop), junction. Proses budidaya sayuran
selada dilakukan di dalam greenhouse-1 seluas 500 m2 dengan kapasitas 9 600
lubang tanam, alur produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Persiapan
peralatan Penyemaian Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Pasca panen
tanam
Gambar 2 Alur produksi budidaya sayur selada
Jumlah panen selada per hari mencapai 320-360 pcs. Hasil panen tersebut
akan dijual dengan beberapa bentuk yaitu dalam satuan kg, kemasan per pcs dan
olahan mix salad. Tahapan proses budidaya selada sistem NFT sebagai berikut:
1. Persiapan peralatan tanam
Terdapat beberapa kegiatan sebelum dimulai kegiatan budidaya antara lain
sanitasi lingkungan dalam greenhouse, pencucian meja talang dan pencucian
tandon. Persiapan peralatan ini bertujuan untuk sterilisasi lingkungan serta
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.
2. Penyemaian
Sebelum benih disemai persiapkan alat seperti pinset, pisau, alat cetak
rockwool dan media tanam rockwool. Rockwool berukuran 100 x 15 x 7.5 cm
dipotong menjadi 10 bagian masing- masing berukuran 10 x 15 x 7.5 cm.
kemudian potongan tersebut dipotong kembali menggunakan cetakan berukuran 2
x 2 x 3.75 cm lalu diberi lubang tanam sebanyak 24. Setelah media tanam siap,
masukan benih ke dalam lubang tanam pada media tanam. Satu lubang tanam diisi
dengan satu benih selada. Benih yang telah ditanam diberi label identitas tanggal
semai dan jenis selada. Setelah itu, media tanam diletakkan pada meja talang
semai. Benih yang telah disemai diberikan air setiap pagi selama 6 hari. Usia 6
hari setelah semai benih selada diberikan nutrisi.
3. Penanaman
Benih yang telah berusia 12 hari setelah semai (HST) kemudian
dipindahkan ke meja talang remaja dengan cara memotong rockwool kotak-kotak
berukuran 2 x 2 x 3.75 cm menggunakan gergaji kecil. Penanam dilakukan
dengan memindahkan tanaman remaja usia 24 HST ke meja talang produksi.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan
menjaga kualitas tanaman selada sampai umur panen. Kegiatan ini meliputi,
pemberian nutrisi, pengontrolan sirkulasi air dan pengendalian hama dan penyakit
23

a. Pemberian nutrisi
Jumlah larutan pekat nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan volume
tandon dan nilai EC (electronic conductivity) serta tingkat keasaman (pH).
Pemberian nutrisi didasarkan pada kisaran EC dan pH yang telah ditetapkan.
Pada tanaman yang berada di meja semai, EC dijaga dalam kisaran nilai 1.4
µS. Sedangkan selada yang telah di meja remaja dan meja produksi hingga
panen, nilai EC dijaga 2.0-2.2 µS. Tiga kali sehari dilakukan pengecekan EC
dan pH.
b. Pengontrolan sirkulasi air
Pengontrolan sirkulasi dilakukan setiap hari dengan tujuan agar menjaga
sistem sirkulasi tetap berjalan. Sirkulasi air dijaga dalam debit kisaran 1-2 liter
per lajur talang per menit.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Serangan hama dan penyakit dapat mengganggu kualitas dan kuantitas
produksi selada. PT HAB sudah meminimalisir serangan dengan cara
pengendalian mekanis dan biologi. Cara pengendalian tanaman yang terkena
gejala yaitu dipotong (trimming) daun dan penyemprotan pestisida sesuai
dosis aman yang telah ditetapkan.
5. Pemanenan
Proses pemanenan disesuaikan dengan umur panen pada jenis-jenis selada.
Rentan umur selada yang dipanen adalah 40-42 HST. Pemanenan dilakukan setiap
pagi pukul 07.30 – 08.30, jumlah selada yang dipanen setiap hari sebanyak 300 –
350 pcs. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta akarnya,
kemudian daun yang telah layu atau rusak dihilangkan.
6. Pasca panen
Tanaman selada yang telah dipanen kemudian dipindahkan ke ruang packing
(packing house). Penanganan pasca panen meliputi kegiatan sortasi, pencucian
dan pengemasan.
a. Sortasi dan pencucian
Kegiatan sortasi bertujuan untuk mendapatkan produk selada yang
berkualitas sehingga sesuai dengan keinginan konsumen. Proses sortasi antara
lain memilih sayur yang bagus, melakukan trimming pada daun yang layu
atau rusak. Setelah disortir, produk untuk pengolahan salad sayur (mixed
salad) dicuci dengan direndam dalam baskom berisi air yang mengalir lalu
dikeringkan menggunakan mesin spinner.
b. Pengemasan
Setelah selada disortir dan dicuci kemudian dilakukan pengemasan.
Penanganan pengemasan selada berbeda-beda karena adanya permintaan dan
kegunaan. Beberapa jenis pengemasan yang diterapkan perusahaan
diantaranya kantong kresek, plastik seal dan plastik mika. Pengemasan
menggunakan mika plastik ukuran 23 x 11 x 6 cm khusus untuk produk
mixed salad (lettuce mix salad).
c. Produksi salad sayur Lettuce Mix Salad
Salad sayur adalah jenis makanan yang terdiri atas campuran sayuran atau
buah yang disajikan dengan dressing sebagai penambah rasa. PT HAB
memproduksi Lettuce Mix Salad dengan bahan baku diantaranya selada lollo
rossa, romaine, kristine dan locarno serta tomat ceri. Salad sayur dikemas dalam
24

kemasan mika dengan isi 250 g per kemasan. Produksi salad sayur ini
membutuhkan masing-masing 50 pcs selada. Lama waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi 50 kemasan salad sayur dalam satu hari yaitu 5 sampai 6 jam. Alur
produksi Lettuce Mix Salad meliputi beberapa tahapan seperti pada Gambar
berikut:

Selada: romaine, Sortasi Tomat ceri


lollorosa, kristine
dan locarno
Pencucian

Pengeringan

Pengemasan Pengisisan dressing

Pemberian stiker dan label

Gambar 3 Alur produksi Lettuce Mix Salad


Tahapan yang pertama adalah mempersiapkan bahan baku diantaranya 4
jenis selada hidroponik, mayonnaise sweet spicy dan tomat ceri. Proses berikutnya
menyortir selada dan mencuci selada juga tomat ceri, selada yang telah dicuci
kemudian dikeringkan menggunakan mesin spinner, sementara tomat ceri
dikeringkan menggunakan lap, setelah kering selada dan tomat ceri disusun ke
dalam kemasan mika dan diberi stiker dan label.

3.4.3 Mekanisme Pemasaran


Sebuah proses sosial dan manajerial individu dan grup memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan
produk dan manfaat dengan pihak lain. Kegiatan pemasaran tidak hanya
menyampaikan produk atau jasa kepada pelanggan melainkan memberikan
kepuasan terhadap konsumen juga perlu diperhatikan. Kegiatan pemasaran perlu
memperhatikan beberapa aspek agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Mekanisme pemasaran di bawahi oleh manajer operasional dan
dibantu kordinator pemasaran
Produk unit bisnis sayur yang dipasarkan PT HAB adalah sayur hidup
beserta akar yaitu selada dan sayur oriental. Selada segar meliputi romaine, lollo
rossa, locarno, kristine, junction, head lettuce, red bowl dan siomak sedangkan
sayur oriental meliputi green pakcoy dan caisim. Selain sayur segar beserta akar,
produk olahan yang dipasarkan adalah mixed salad. Harga sayuran selada segar
beserta akar per pcs adalah Rp5 000, produk mixed salad Rp18 000 sedangkan
green pakcoy, kangkung dan caisim dijual per kilogram, produk Lettuce Mix
Salad, pakcoy dan kangkung dapat dilihat pada Gambar 3. Produk-produk tersebut
di distribusikan ke kios Granari Fresh milik PT HAB untuk selanjutnya dijual lagi
ke konsumen langsung. Pendistribusian langsung kepada konsumen akhir atau
reseller bisa dilakukan apabila konsumen tersebut telah pesan produk melalui
media WhatsApp. Produk-produk didistribusikan dengan menggunakan mobil
25

pick-up atau sepeda motor dan konsumen dapat membeli langsung di kebun milik
PT HAB.
Perusahaan melakukan promosi produk melalui media cetak seperti brosur
dan media sosial seperti Instagram serta WhatsApp. Selain melalui media sosial,
promosi juga dilakukan dengan cara mendatangi instansi pemerintahan terkait dan
mengikuti event yang diselenggarakan. Selain itu promosi dari mulut ke mulut ke
beberapa komunitas para pengurus PT HAB.

3.5

(a) (b) (c)


Gambar 4 Produk sayuran di PT HAB Kabupaten Semarang 2019 (a) Lettuce
Mix Salad (b) Pakcoy (c) Kangkung
Unit Bisnis Tanaman Buah

3.5.1 Deskripsi Unit Bisnis


PT HAB memiliki lahan pertanian konvensional untuk komoditas tanaman
jambu dan alpukat dan memiliki 5 greenhouse untuk pertanian hidroponik sistem
irigasi tetes. Unit bisnis tanaman buah ini ditugaskan kepada karyawan kebun
greenhouse 3, 4, 5, 6 dan 7 untuk membudidayakan tanaman. Pada unit bisnis
tanaman buah terdapat 5 komoditas yang ditanam dengan sistem hidroponik
irigasi tetes yaitu tomat ceri, tomat beef, paprika, melon dan stroberi. Proses
budidaya lima komoditas tanaman buah ini menggunakan sistem yang sama
namun hanya berbeda pada cara perlakuan pemeliharaannya misalnya jarak
tanam, media tanam dan frekuensi penyiraman. Komoditas tomat ceri dijadikan
sebagai bahan baku salad sayur Lettuce Mix Salad.
Proses budidaya tanaman buah meliputi persiapan greenhouse dan media
tanam, persemaian benih tanaman, setelah benih disemai selanjutnya pindah
tanam ke polybag. Tanaman yang telah ditanam ke dalam polybag dilakukan
pemeliharaan diantaranya, pemberian nutrisi dan penyiraman, defoliasi daun,
perwiwilan tunas air dan pengendalian OPT. Tanaman yang telah berbuah dipanen
sesuai dengan kriteria buah yang telah ditentukan. Penanganan pasca panen buah
meliputi kegiatan sortasi, pencucian dan pengemasan. Tomat ceri dikemas ke
dalam mika isi 250 g dan sebagian digunakan sebagai bahan salad sayur.
Sementara buah melon dikemas menggunakan foam net dan diberi label.
26

3.6 Unit Bisnis Jasa Instalasi Hidroponik dan Edukasi

3.6.1 Deskripsi Unit Bisnis


PT HAB menyediakan jasa instalasi hidroponik dan edukasi. Unit bisnis ini
dimulai sejak tahun 2017, jasa instalasi hidroponik yang ditawarkan ialah skala
rumahan maupun besar. Jenis instalasi hidroponik antara lain, sistem hidroponik
NFT, floating raft, irigasi tetes dan pembuatan greenhouse kecil. Unit bisnis
edukasi ini dikelola oleh manajer operasional dan pelaksanaannya oleh bagian
R&D dan organisasi tunas muda SMK Theresiana Bandungan, sedangkan
pengerjaan jasa instalasi hidroponik dilaksanakan oleh asisten workshop yang
dikontrol oleh manajer operasional dan R&D. Konsumen yang berminat dengan
jasa instalasi hidroponik bisa memesan sesuai kebutuhan dan biaya yang dimiliki.
Lama waktu pengerjaan instalasi tergantung dari besar kecilnya instalasi yang
diminta. PT HAB menawarkan jasa edukasi dengan berbagai macam paket
misalnya tour kebun dan pelatihan tentang hidroponik.
Tabel 9 adalah daftar paket edukasi di PT HAB, pengunjung atau peserta
edukasi dan tour kebun yang mengikuti edukasi tersebut dalam 1 bulan dapat
mencapai 100 sampai 200 pengunjung. Kegiatan edukasi sebagai contoh pelatihan
tentang hidroponik pada PT HAB adalah menyiapkan materi pembelajaran,
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan sebelum hari pelaksanaan, dan
menyampaikan materi kepada peserta pelatihan. Selain menyampaikan materi
tentang hidroponik, perusahaan melakukan promosi dengan pendekatan persuasif
kepada peserta untuk hidup sehat dengan makan sayur setiap hari.

Tabel 9 Daftar paket edukasi PT HAB


No Paket edukasi Jumlah peserta Harga (Rp)
A. Pelatihan
1 Magang atau PKL 1 350 000
mahasiswa 1 bulan
2 Pelatihan intensif 5 5 000 000
3 All Star Gourmet 10-30 2 500 000
B. Tour kebun
1 Green Batavia 1 15 000
2 Kristine Lettuce 1 20 000
3 Lollorosa 25 1 250 000
4 Capsicum 30-50 750 000
5 Head Lettuce 51-70 1 000 000
6 Salanova Lettuce 80-100 1 250 000
Sumber: PT HAB (2019)
Target konsumen untuk jasa instalasi adalah masyarakat yang memiliki hobi
tentang hidroponik, rumah tangga maupun orang yang ingin merintis usaha
hidroponik. Sedangkan untuk jasa edukasi PT HAB membuka untuk umum
kepada komunitas-komunitas, sekolah dan mahasiswa. Aktivitas bisnis jasa
instalasi dimulai dari pemesanan oleh konsumen, selanjutnya perusahaan
mempersiapkan dan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan, pembuatan instalasi
dapat dilakukan di tempat perusahaan ataupun dilakukan di tempat yang
diinginkan konsumen.
27

4 KAJIAN PENGEMBANGAN BISNIS

4.1 Rumusan Ide Pengembangan Bisnis

4.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan


Lingkungan eksternal merupakan lingkungan luar yang tidak dalam kendali
suatu organisasi, namun dapat mempengaruhi jalannya kegiatan internal
organisasi. Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk dapat memberikan
peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Lingkungan eksternal mencakup lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Berikut penjelasan lingkungan eksternal makro dan mikro pada PT HAB.
A. Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara tidak langsung
mempengaruhi keputusan jangka panjang suatu perusahaan. Lingkungan ini
terdiri atas faktor politik dan kebijakan pemerintah, faktor ekonomi, faktor sosial
budaya, faktor teknologi, dan faktor ekologi.
a. Faktor politik dan kebijakan pemerintah
Aspek politik dan kebijakan pemerintah merupakan aspek yang sangat penting
dalam menganalisis lingkungan strategis perusahaan. Aspek ini meliputi perizinan
yang telah ditetapkan, peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang
harus ditaati dan dipatuhi oleh perusahaan, bentuk badan usaha yang akan
digunakan dengan dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensi yang ada,
jaminan-jaminan yang bisa disediakan apabila meminjam dana seperti sertifikat,
akta dan izin-izin yang diperlukan, jenis bisnis seperti perdagangan atau
manufaktur atau jasa, kebijakan apa saja yang dikeluarkan pemerintah untuk
menunjang perusahaan.
1. Pajak
Kebijakan pemerintah tentang pajak akan berpengaruh kepada suatu
kegiatan bisnis. Besarnya pajak yang dibebankan pemerintah kepada PT HAB
yaitu sebesar 0.5% dari peredaran bruto yang diterima. Hal tersebut didasarkan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang diterima Atau diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, yaitu kurang dari 4.8
miliar rupiah dalam satu tahun pajak.
2. Pengarahan pemerintah
Keamanan pangan sebagai institusi yang berwenang dalam pengawasan
keamanan pangan ditetapkan dalam Peraturan Presiden Peraturan Presiden Nomor
45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan di Pusat
dan Daerah dilaksanakan terhadap pangan segar di peredaran maupun pada proses
produksi (On Farm), yaitu dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta
surveilen oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah/Pusat
(OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima 3
28

diberikan kepada produk pertanian yang memenuhi persyaratan dilihat dari aspek
keamanan pangan; sedangkan untuk prima 2 dilihat dari aspek keamanan dan
mutu pangan dan prima 1 dari aspek keamanan dan mutu pangan serta sosial dan
lingkungan (BKP 2019). Produk sayuran dan tomat ceri PT HAB telah
disertifikasi prima 3 (aman pestisida) oleh OKKPD Provinsi Jawa Tengah tahun
2018 dengan No. 33/22-3-71-002-10/2017 untuk sayur daun dan No 33/22-3-77-
0001-10/2017 untuk tomat ceri.
b. Faktor ekonomi
Aspek ekonomi memiliki pengaruh yang nyata terhadap keberlangsungan
suatu usaha, termasuk usaha hidroponik. Faktor-faktor ekonomi yang dapat
mempengaruhi suatu usaha diantaranya adalah tarif dasar listrik, laju pertumbuhan
penduduk dan inflasi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu pengaruh tarif listrik
terhadap bisnis hidroponik, karena usaha hidroponik dengan sistem NFT
membutuhkan daya listrik secara terus menerus. Perusahaan menggunakan jasa
PLN dalam menjalankan bisnis. Namun, jika terjadi pemadaman listrik, mesin
genset dengan bahan bakar solar dapat digunakan untuk ketersediaan listrik
sementara waktu. Apabila tarif dasar listrik meningkat, maka akan membuat
beban biaya produksi makin tinggi. Selain itu, kenaikan tarif dasar listrik dapat
mengganggu cashflow perusahaan.
Pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang dan sekitarnya
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 10
Pertumbuhan jumlah penduduk kota Semarang membuka peluang tersedianya
pasar potensial bagi PT HAB khususnya konsumen kelas atas. Adanya pasar
potensial dapat berakibat pada perluasan pangsa pasar.
Tabel 10 Laju pertumbuhan penduduk tahun 2015 – 2017 di Semarang dan
sekitarnya
Kabupaten/kota Laju pertumbuhan penduduk per-tahun (jiwa) Rata -rata Laju
pertumbuhan
2015 2016 2017
Penduduk (%)
Kota Semarang 1 595 187 1 602 717 1 610 605 0.72
Kabupaten 1 000 887 1 014 198 1 027 489 1.94
Semarang
DI Yogyakarta 3 679 176 3 720 912 3 762 167 1.65
Kota Salatiga 183 815 186 420 188 928 2.01
Kota Surakarta 512 226 514 171 516 102 0.58
Kabupaten 957 913 963 690 974 569 1.41
Boyolali
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)
Kota Semarang memiliki pertumbuhan kalangan menengah yang cukup
baik, taraf ekonomi masyarakatnya cenderung baik. Berdasarkan data BPS
ekonomi Semarang tumbuh, pertumbuhan didorong dari bisnis makan dan minum
sebesar 19,40 %. Adanya pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang dan
sekitarnya menandakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan masyarakat
terhadap konsumsi bisnis kuliner yang dapat dijadikan peluang bagi perusahaan
dalam memasarkan produknya.
29

Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga yang tidak bersifat kontinu atau
kenaikan dalam tingkat harga yang kontinu. Jika inflasi meningkat, maka harga
barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan
jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi
dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan
jasa secara umum. Tingkat inflasi di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir
dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Tabel Perkembangan inflasi Indonesia Oktober 2018 – Maret 2019


Bulan tahun Tingkat inflasi (%)
Oktober 2018 3.16
November 2018 3.23
Desember 2018 3.13
Januari 2019 2.82
Februari 2019 2.57
Maret 2019 2.48
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Tingkat inflasi di Indonesia selama beberapa bulan terakhir cenderung


menurun, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami penurunan.
Menurunnya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan naiknya nilai mata
uang. Naiknya nilai mata uang rupiah akan mempengaruhi harga benih selada
cenderung meningkat karena benih tersebut diimpor.
c. Faktor sosial budaya
Dilihat dari sisi sosial, adanya PT HAB dapat membantu menyerap tenaga
kerja muda lulusan Sekolah Menengah Kejuruan jurusan pertanian dalam dunia
kerja sehingga kesejahteraan masyarakat sekitar Kota Semarang dapat meningkat.
Faktor budaya dan demografis yang berpengaruh pada sayuran dan buah-buahan
hidroponik PT HAB ialah budaya hidup sehat.
Gaya hidup lain yang menjadi sorotan ialah semakin sadarnya masyarakat
akan hidup sehat, hal ini juga didukung dengan mayoritas konsumen PT HAB
berpendidikan dan kelas sosial menengah atas sehingga mereka akan semakin
peduli terhadap informasi dan kualitas produk. Peluang ini dapat dimanfaatkan
dengan meningkatkan kualitas produk-produk makanan sehat, dan
mengembangkan produk lain seperti salad sayur, fruit salad, jus sayuran dan
buah.
Lingkungan di sekitar PT HAB yang merupakan tempat wisata khususnya
agrowisata sedangkan lingkungan kios Granari Fresh yang terletak di Kota
Semarang dekat simpang lima Semarang. Banyaknya tempat wisata di kecamatan
Bandungan seperti Gedong Songo, Umbul Sidomukti, Hortimart Agro Center dan
wisata lainnya di sekitar PT HAB, tidak hanya menjadi tempat wisata keluarga
tetapi juga sebagai tempat mencari oleh-oleh. Hal ini menjadi peluang agar PT
HAB dapat mengembangkan wisata tour kebun dan rutin melakukan promosi
produk-produk melalui festival atau pameran dan menyediakan olahan makanan
pendamping yang bisa dinikmati ketika berkunjung ke PT HAB.
Simpang lima yang menjadi ikon Kota Semarang dan banyak perumahan
kelas menengah atas, tempat makan atau kafe dan sekolah yang merupakan target
pemasaran serta berdekatan dengan kios Granari Fresh. Hal ini membuat kios
30

Granari Fresh dekat dengan konsumen dan mempunyai konsumen tetap yang
berada di Kota Semarang.
d. Faktor teknologi
Keberhasilan suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh aspek teknologi.
Aspek teknologi merupakan kondisi yang dapat memberikan berbagai cara atau
metode suatu perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai bisnis.
Aspek teknologi digunakan dalam menunjang proses produksi agar lebih efisien
dan efektif. Aspek teknologi dapat menciptakan tren teknologi yang akan
berpengaruh terhadap produktivitas, kapabilitas, kapasitas dan informasi yang
dimiliki suatu perusahaan.
1. Teknologi produksi
Teknologi yang diterapkan oleh PT HAB ialah teknologi hidroponik di
dalam greenhouse. Greenhouse ini mampu mengendalikan kondisi lingkungan
yang dikehendaki dan kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki. Tujuan
teknologi hidroponik di dalam greenhouse agar buah-buahan dan sayuran bisa
berproduksi di setiap musim dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil
panen. Komoditas yang sudah teruji dan berhasil dalam penerapan teknologi
budidaya di dalam greenhouse adalah berbagai selada, sawi, tomat ceri, tomat
beef dan melon. Sistem hidroponik memungkinkan aplikasi teknologi komputer
dan kontrol otomatik serta ilmu pengetahuan fisiologi tanaman untuk
menyediakan lingkungan yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman
(Suhardiyanto 2010). Dengan demikian PT HAB perlu memperhatikan
perkembangan teknologi hidroponik yang ada di Indonesia maupun di negara
maju lainnya. Perusahaan dapat mengimbangi kemajuan teknologi dengan cara
melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga menemukan suatu inovasi
yang bisa mempermudah kegiatan budidaya.
2. Teknologi informasi
Saat ini Indonesia sedang dalam masa bersejarah, masa saat revolusi industri
keempat (industri 4.0) sedang dibicarakan, dipersiapkan, diperdebatkan, dan
dimulai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan besar di dunia industri. Aktivitas
suatu perusahaan saat ini banyak didukung oleh perkembangan teknologi
informasi yang berguna untuk meningkatkan layanan bisnis seperti mempermudah
komunikasi antara pihak perusahaan dengan konsumen serta sumber pengetahuan
dan informasi bagi perusahaan. Perkembangan teknologi informasi memudahkan
PT HAB dalam memasarkan produknya seperti penggunaan website, aplikasi
WhatsApp, dan Instagram. Menurut data perusahaan teknologi Sirclo, platform e-
commerce berkontribusi hingga 20% terhadap total penjualan produk konsumsi
(fast moving consumer goods/FMCG 2018). Perkembangan industri akan menjadi
peluang bagi perusahaan apabila PT HAB terus belajar dan meningkatkan
keterampilan sumber daya manusia untuk memahami atau mengintegrasikan
kemampuan internet dengan lini produksi, selanjutnya perusahaan juga dapat
menggunakan inovasi teknologi melalui pengembangan platform e-commerce. PT
HAB telah menerapkan teknologi informasi yaitu jurnal online untuk pembukuan
transaksi jual beli dan mengelola keuangan. Jurnal online ini diaplikasikan oleh
bagian keuangan, bagian administrasi dan karyawan order, selain itu, jurnal
sebagai alat untuk informasi dan mengkoordinasikan dengan manajer operasional
dan koordinator pemasaran.
31

3. Teknologi transportasi
Teknologi transportasi merupakan teknologi yang berpengaruh terhadap
efisiensi biaya pada saat pendistribusian barang ataupun pembelian input usaha.
PT HAB menggunakan alat transportasi sebagai alat distribusi dengan mobil
pickup dan sepeda motor. Mobil pickup yang dimiliki perusahaan digunakan
dalam pendistribusian produk ke kios Granari Fresh, restoran, dan pesanan di luar
kota, mobil pick-up juga digunakan untuk keperluan logistik. Sementara sepeda
motor digunakan dalam mengirim produk di wilayah dalam Kota Semarang.
Namun, alat transportasi tersebut tidak dilengkapi oleh pendingin yang mampu
melindungi kualitas produk. Hal ini atasi perusahaan dengan cara mengatur jadwal
pengiriman di malam dan pagi hari.
e. Faktor ekologi
Aspek ekologi atau lingkungan merupakan aspek yang penting bagi
keberlangsungan suatu usaha terutama usaha di budidaya tanaman sayur selada.
Aspek lingkungan sekitar budidaya seperti cuaca, iklim, suhu, dan kelembapan
udara akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas sayur yang
dibudidayakan. Faktor ekologi yang menjadi perhatian adalah cuaca. Menurut
pengakuan Pak Weni, apabila cuaca hujan pada saat siang hari dalam jangka
waktu berhari-hari akan mengakibatkan intensitas cahaya matahari berkurang
sehingga tanaman tidak berfotosintesis secara maksimal. Pengaruh iklim dan
cuaca yang tidak menentu dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yaitu kondisi
penghujan yang terjadi lebih lama.
PT HAB yang secara geografis di lereng Gunung Ungaran dengan ketinggian
±800 m dpl berdampak pada suhu udara di wilayah ini relatif sejuk dan beriklim
tropis. Faktor ekologi ini cukup mendukung budidaya tanaman sayur selada
maupun sayur oriental hidroponik pada PT HAB. Kecamatan Bandungan
merupakan daerah yang masih memiliki lahan yang luas. Penduduk Kecamatan
Bandungan yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan peternak
menyebabkan banyak lahan pertanian dan peternakan.

Tabel 12 Hasil analisis lingkungan makro PT HAB


Lingkungan Eksternal Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Ekonomi a. Meningkatnya
Pertumbuhan penduduk
2. Teknologi a. Perkembangan teknologi
pertanian maupun
teknologi informasi
3. Politik dan kebijakan a. OKKPD menerbitkan
pemerintah sertifikasi produk prima
4. Sosial budaya a. Kesadaran konsumen
akan makanan sehat.

5. Ekologi a. Perubahan cuaca


ekstrem dan bencana
alam
b. Penurunan volume
panen dan kualitas
produk akibat virus atau
organisme pengganggu
tanaman
32

B. Lingkungan Industri

a. Pesaing
Pesaing merupakan organisasi atau perusahaan yang bergerak pada bidang
yang sama dalam memasarkan produk yang dihasilkan. PT HAB memiliki
beberapa pesaing produk sayuran di daerah Semarang, Salatiga, dan juga daerah
Yogyakarta. Tabel 13 yang menunjukan daftar pesaing produk sayuran di sekitar
Kota Semarang.

Tabel 13 Daftar pesaing PT HAB


Nama perusahaan Lokasi usaha Tujuan pasar
Hortimart Agro Kecamatan Bawen, Galael Signature
Center Kabupaten Semarang Semarang, Salatiga,
pengunjung/turis
Bale Hidroponik Bugel, Salatiga Galael Signature
Semarang, Salatiga
Gamsa Kecamatan Getasan, Galael Signature
Kabupaten Semarang Semarang, berbagai Kota
meliputi Yogyakarta,
Solo, Magelang,
Surabaya.
Supplier Sayur UD. Semarang Supermarket disekitar
Endang Semarang
Gosyen Semarang Superindo
Kedungmundu Semarang

Pesaing-pesaing tersebut adalah pesaing yang menawarkan produk sayur


konvensional dan hidroponik yang memiliki segmentasi pasar yang sama. Pesaing
menjual produknya dibawah harga jual PT HAB. Para pesaing juga memiliki
atribut produk yang berbeda dari segi kemasan. Selain pesaing produk, terdapat
juga pesaing dibidang wisata edukasi atau tour kebun seperti Hortimart yang
dekat dengan PT HAB.
b. Pemasok
Pemasok merupakan perusahaan ataupun perseorangan yang menyediakan
kebutuhan input bagi perusahaan lain yang bertujuan untuk kelancaran suatu
usaha. Pemasok berperan untuk menjamin kontinuitas persediaan input produksi agar
tetap tersedia. Pemasok dan persediaan bahan produksi PT HAB diatur oleh kepala
logistik. Pemasok kebutuhan input budidaya hingga pengelolaan pasca panen pada
GH-01 PT HAB meliputi: media tanam rockwool, nutrisi, benih dan obat-obatan,
kemasan serta kebutuhan produksi lainnya. Pemasok benih selada berasal dari PT
Fertindo Crispy Farm dengan merek benih Rijk Zwan, Know You Seed dan
Izabela, nutrisi yang digunakan untuk tanaman selada berasal dari PT Meroke
Tetap Jaya, pemasok media tanam rockwool berasal dari toko penyedia input
hidroponik di Malang atau Yogyakarta. Sementara pemasok obat-obatan berasal
dari toko pertanian di pasar Agribisnis Jetis Kecamatan Bandungan dan penyedia
label atau stiker berasal dari jasa percetakan Semarang. Faktor ancaman bagi
perusahaan ialah pemasok menaikan harga input produksi atau pemasok tersebut
tutup dan tidak beroperasi lagi.
33

c. Pelanggan
Pelanggan adalah individu atau kelompok yang melakukan pembelian
terhadap suatu barang/jasa secara berulang pada jangka waktu tertentu. Pelanggan
sayuran dan buah dari PT HAB terdiri, retail supermarket, reseller yang tersebar
di beberapa wilayah seperti Kota Semarang, Yogyakarta, Salatiga, Bali dan lain-
lain. Perusahaan juga melayani pembelian di lokasi kebun Bandungan maupun
kios Granari Fresh milik perusahaan, pelanggannya yaitu konsumen langsung atau
pengunjung. Tabel 14 menunjukkan daftar pelanggan pada perusahaan tahun
2019.

Tabel 14 Daftar pelanggan PT HAB tahun 2019


No Pelanggan Komoditas Lokasi distribusi
1 Raa Cha Resto Sayur kangkung Kota Semarang
2 Istana Buah Tomat ceri, tomat
beef
3 Ohana Resto Sayuran selada
4 Galael Signature Tomat ceri,
mix salad. Western
5 Hortimart Pakcoy Kabupaten Semarang
6 Ada Baru Mall Tomat ceri
7 Biofresh mart Sayur
8 Bale Hidroponik Sayuran selada, Salatiga
pakcoy caisim
10 Owl Resto Selada Solo
11 Jepara Resto Selada dan pakcoy Jepara
12 Plaga Farm Tomat beef Bali
Sumber: PT HAB (2019)

d. Pendatang baru
Besarnya peluang dalam kegiatan budidaya sayur hidroponik menimbulkan
pendatang baru untuk memasuki usaha ini. Hai ini didukung oleh teknik budidaya
hidroponik yang merupakan salah satu pertanian modern dan perkembangan
informasi yang semakin mudah. Pendatang baru pada usaha sejenis berpotensi
menjadi ancaman bagi perusahaan, karena pendatang baru akan berusaha merebut
pangsa pasar yang sudah ada. Terdapat beberapa pendatang baru usaha hidroponik
di wilayah Semarang tetapi masih skala rumahan atau mikro dan juga terdapat
produsen pendatang yang menawarkan salad. Pendatang baru tersebut menjadi
price taker. Namun, hal ini pendatang baru tidak mengakibatkan PT HAB
khawatir dalam menjalankan usahanya, karena perusahaan terus menjaga kualitas
produk dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
e. Produk Substitusi
Produk substitusi dapat berasal dari produk sayuran hidroponik lainnya
maupun sayuran konvensional. Produk substitusi pada produk mixed salad adalah
fruit salad (salad buah), veggie salad (salad sayur) dengan varian sayur dan
dressing, dan produk kombinasi selada dengan buah. Beragam produk subtitusi
tersebut memiliki tingkat harga yang berbeda-beda dapat menjadi ancaman
34

apabila perusahaan tidak melakukan pengembangan produk. Selain itu, terdapat


produk substitusi sayuran selada yaitu produk selada konvensional maupun selada
hidroponik yang harganya lebih murah dibandingkan harga PT HAB. Menurut
perusahaan data penjualan produk Lettuce Mix Salad mengalami penurunan
sekitar 8 – 10 % di awal tahun 2019, hal ini disebabkan oleh adanya produk
substitusi atau varian salad lainnya yang menjadi pilihan selera konsumen dan
adanya kejenuhan konsumen akan produk Lettuce Mix Salad. Data penurunan
konsumsi salad PT HAB dipengaruhi oleh pengungkapan selera konsumen
Adanya peluang melakukan inovasi produk salad untuk terus menyaingi pesaing.
Tabel 15 Hasil analisis faktor eksternal industri PT HAB
Lingkungan Eksternal Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Pesaing a. Usaha hidroponik yang
sama menjadi partner
perusahaan
2. Pelanggan a. Gaya hidup masya- a. Pengunjung yang
rakat yang menyukai masuk ke greenhouse
sayur dan buah. berpotensi
menyebarkan jamur
dan penyakit
3. Pemasok a. Tersedia perusahaan
penyedia input
produksi
4. Produk subtitusi a. Varian produk salad b. Terdapat substitusi
yang berkembang.di produk olahan salad
indonesia
5. Pendatang baru - -

4.1.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan


A. Aspek Pemasaran
Analisis aspek pemasaran dilakukan dengan menganalisis implikasi
segmentasi, targeting, dan positioning (STP) yang telah ditetapkan terhadap
bauran pemasaran sayuran hidroponik PT HAB selama ini. Bauran pemasaran
meliputi produk, harga, distribusi, promosi dan tempat.
1. Segmentation
Segmentasi merupakan pengelompokan pasar ke dalam kelompok-
kelompok kecil. PT HAB mengelompokkan pasar berdasarkan segmentasi
geografi, demografis dan psiko grafis. Segmentasi geografis ditunjukkan dari
pemetaan berdasarkan wilayah sekitar Semarang meliputi Kota Semarang,
Yogyakarta, Surakarta, dan Salatiga. Segmentasi demografis ditunjukkan dari
pengelompokan berdasarkan pendapatan kelas menengah dan menengah ke atas.
Segmentasi piskografis berupa gaya hidup konsumsi sayur fresh dan sehat.
2. Targeting
Target PT HAB ini ialah konsumen dengan pendapatan menengah ke atas
hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan relatif tinggi dibanding sayur yang
berasal dari pertanian konvensional dan tempat kios Granari Fresh yang berada di
pusat Kota Semarang. Selain itu target pada segmentasi psikografis ialah
konsumen yang memiliki gaya hidup sehat, hal ini didukung produk yang
35

ditawarkan oleh PT HAB termasuk pada jenis sayuran hidroponik berkualitas


prima 3 yang aman konsumsi dan bebas pestisida.
3. Positioning
Tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati
suatu posisi yang berbeda (diantara pesaing) di dalam benak pelanggan
sasarannya. PT HAB memiliki core program pemasaran atau program inti
pemasaran. Penetapan positioning atau penetapan pasar yang diterapkan oleh
perusahaan berdasarkan kualitas produk dan manfaat produk. Produk sayur dan
buah yang dihasilkan oleh perusahaan menggunakan sistem hidroponik. Sayur dan
buah hidroponik menanamkan sebuah citra kepada konsumen bahwa produk
diproses menggunakan teknologi hidroponik dan memiliki kualitas produk yang
baik. Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan selalu mencantumkan atau
menginformasikan manfaat dari setiap produk yang ditawarkan.
1. Product (Produk)
Produk yang dihasilkan pada GH-01 PT HAB yaitu berbagai selada segar
meliputi: romaine, lollo rossa, locarno, kristine, junction, head lettuce, red bowl
dan siomak. Produk selada segar tersebut telah disortir dan dikemas menggunakan
plastik PP sehingga terjaga kualitasnya. Sementara produk lain yang dihasilkan
adalah salad sayur. Lettuce Mix Salad merupakan produk olahan dalam kemasan
mika yang berisi 4 varian selada ditambah buah tomat ceri serta saus dressing.
Satu kemasan mixed salad memiliki berat bersih 250 g dengan isi sayuran selada
kristine, locarno, romaine, lollo rossa atau junction dua buah tomat ceri dan
dressing sweet spicy. Kemasan juga ditempeli stiker produk yang menunjukan
logo perusahaan, komposisi, berat bersih dan keterangan produk prima 3 (P-3)
yang diterbitkan oleh OKKPD. Keunggulan produk salad sayur PT HAB ini
menggunakan sayur hidroponik yang tekstur dan rasanya lebih baik dari pada
produsen salad yang menggunakan sayur non hidroponik.
2. Place (Distribusi)
PT HAB melakukan pemasaran langsung kepada reseller, beberapa lokasi
usaha dan konsumen akhir. Sistem distribusi dilakukan oleh pihak kebun dengan
mengirimkan seluruh produk dari kebun Bandungan dikirimkan ke kios yang
berlokasi di Kota Semarang. Produk yang sudah tersedia di kios langsung di
distribusikan kepada para konsumen. Pembelian yang dilakukan oleh para pelaku
usaha yang berada di luar Semarang akan dikirimkan langsung dari kebun oleh
pihak perusahaan. Alur distribusi komoditas sayur dapat dilihat pada Gambar 4 di
bawah ini.

Reseller

Restoran

Kebun Hidroponik
Kios Granari Fresh Retail Supermarket

Konsumen akhir

Gambar 5 Saluran distribusi komoditas sayur PT HAB 2019


36

3. Price (Harga)
Penetapan harga pada PT HAB dilakukan dengan metode mark up (markup
pricing method). Penentuan persentase markup mempertimbangkan antara lain
daya beli konsumen, biaya operasional perusahaan serta harga yang ditetapkan
oleh pesaing. Kisaran harga sayuran selada hidroponik di kios Granari Fresh
maupun yang di kebun Bandungan Rp 5 000 per pcs. Sementara untuk olahan
buah seperti jus sayur dan mix salad, berkisar Rp 10 000 hingga Rp 18 000.
Namun ketika produk sudah masuk dalam supermarket, maka supermarket
memberikan margin sebesar 40% dari harga jual perusahaan. PT HAB
menentukan harga jual sayur selada hidroponik lebih mahal dibandingkan dengan
pesaingnya, harga sayuran hidroponik PT HAB lebih tinggi Rp 1 000 per pcs dari
pesaing.
4. Promotion (Promosi)
Promosi produk dilakukan melalui media sosial yaitu Instagram dan
WhatsApp. Promosi untuk membentuk citra produk di mata konsumen juga
dilakukan dengan cara mendatangi instansi pemerintahan terkait dan mengikuti
acara-acara yang diselenggarakan. Promosi dari mulut ke mulut ke beberapa
komunitas para pengurus PT HAB. Selain itu, promosi penjualan produk juga
dilakukan dengan cara memberikan diskon atau mendapatkan produk gratis
apabila kondisi persediaan produk-produk banyak atau untuk menghabiskan
produk sisa yang masih layak jual.

B. Aspek produksi
1. Lokasi bisnis
Variabel yang perlu diperhatikan untuk memilih lokasi bisnis dibedakan
dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama.
Variabel utama yaitu lokasi produksi PT HAB berdekatan dengan Pasar
Agribisnis Jetis, sehingga mudah mendapatkan bahan input produksi seperti obat-
obatan, pestisida dan fungisida. Selain itu, lokasi produksi dekat dengan sumber
air, ketersediaan tenaga kerja dan lokasi kios Granari Fresh untuk pasar yang
dituju berdekatan dengan konsumen kota Semarang. Sedangkan variabel bukan
utama adalah hukum yang berlaku, iklim maupun masyarakat Kabupaten
Semarang khususnya Kecamatan Bandungan mendukung rencana perusahaan.
2. Luas produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Target produksi sayuran selada pada
greenhouse-01 (GH-01) PT HAB sebesar 10 000 pcs per bulan. Sedangkan
kapasitas (GH-01) adalah 9 600 titik tanam dan menghasilkan selada sebanyak 9
400 – 9 600 pcs/bulan. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola proses
budidaya sayuran hidroponik sebanyak 2 - 4 orang per hari sementara proses
pengemasan sayuran dibutuhkan 2 orang. Sedangkan greenhouse-2 (GH-02)
dengan komoditas sayur oriental pakcoy dan caisim memiliki kapasitas 7 000 titik
tanam.
3. Proses produksi
Proses produksi sayuran selada pada PT HAB adalah jenis proses produksi
kontinu. Kegiatan proses produksi dilakukan setiap hari mulai pukul 07.00 sampai
16.00 WIB. Kegiatan proses produksi meliputi persiapan peralatan tanam,
penyemaian, penanaman atau pindah tanam, pemeliharaan, pengendalian
37

organisme pengganggu tanaman (OPT), pemanenan hingga proses pengemasan.


Kegiatan tersebut telah memiliki standard operating procedure (SOP) yang
tertulis sehingga proses produksi dapat menghasilkan produk yang berkualitas.
C. Aspek organisasi dan manajemen
Manajemen merupakan salah satu aspek di dalam perusahaan yang memiliki
fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan harus dilakukan secara benar agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Tujuan perusahaan dapat tercapai dengan adanya struktur organisasi terdapat
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang harus dilakukan setiap bagian.
Perusahaan menerapkan rapat setiap satu minggu sekali untuk mengevaluasi
kinerja maupun merencanakan operasional jangka pendek.
PT HAB memiliki tugas dan wewenang setiap bagian organisasi yang
tertulis. SOP yang telah ditetapkan harus dipatuhi oleh karyawan di setiap bagian-
bagian yang bersangkutan, sehingga aktivitas bisnis terarah. Namun, Standar
Operasi Kerja (SOP) dan job description tersebut sewaktu-waktu dapat berubah
karena adanya penyesuaian. Selain SOP pada kegiatan manajemen PT HAB juga
terdapat kebijakan pemberian penghargaan (reward) kepada karyawan yang
kreatif.
D. Aspek sumber daya manusia
Aspek sumber daya manusia pada PT HAB sudah cukup baik yaitu adanya
kegiatan pelatihan bagi tenaga kerja. Perusahaan mengadakan kegiatan pelatihan
juga mengirim karyawannya untuk mengikuti seminar yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan soft skill dan hard skill. Perusahaan merekrut tenaga
kerja dari lulusan jurusan pertanian yang berada di sekitar kota Semarang. Tenaga
kerja yang direkrut kemudian diwawancara dan diberi pelatihan. Kegiatan
pelatihan tenaga kerja baru yang dilakukan tiga bulan pada divisi asisten kebun
maupun divisi pengemasan yaitu meliputi pelatihan mengenai kegiatan harian di
dalam greenhouse, pembuatan nutrisi AB-mix dan mekanisme kegiatan di
packing house.
PT HAB menerapkan budaya kerja yang harus dimiliki karyawannya yaitu
jujur, disiplin, sukacita dan peduli. Perusahaan telah memiliki 8 karyawan asisten
kebun yang terampil dalam mengelola setiap greenhouse. Selain asisten kebun,
terdapat divisi lain yang memiliki keterampilan khusus diantaranya bagian
packing dalam menyortir, grading sayur dan buah dan mengemas produk agar
tetap terjaga kualitasnya. Namun, dari 26 karyawan yang perusahaan memiliki
beberapa karyawan yang terkadang tidak disiplin waktu.
E. Aspek kolaborasi
Aspek kolaborasi atau kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh PT HAB
adalah kerjasama dengan pemasok bahan input produksi, restoran, retail
supermarket dan berkolaborasi dengan Yayasan Bernadus khususnya SMK
Theresiana Bandungan. PT HAB telah berkolaborasi dengan beberapa penyedia
input produksi yaitu PT Maroke Tetap Jaya yang memasok kebutuhan bahan
nutrisi A-B mix, PT Fertindo Crispy Farm yang memasok kebutuhan benih sayur
dan buah, perusahaan pemasok kemasan plastik dan jasa percetakan label. Selain
bekerjasama dengan pemasok, PT HAB menjalin kerjasama untuk distribusi
produk ke retail supermarket dan restoran di beberapa kota. Kerjasama tersebut
terdapat perjanjian kepada pihak distributor dan restoran untuk dijadikan acuan
38

dalam bekerjasama meliputi bertransaksi dalam penetapan harga dan sistem


pembayaran.
Selain bekerjasama dengan pemasok dan distributor, PT HAB juga
bekerjasama sejak berdiri dengan SMK Theresiana Bandungan. Bentuk kerjasama
tersebut yaitu dalam bentuk sarana belajar hidroponik bagi siswa-siswi SMK,
setiap asisten kebun akan membimbing dan mengawasi siswa yang bekerja di
dalam greenhouse. Sementara itu perusahaan dapat efisiensi biaya tenaga kerja
namun memberikan beasiswa kepada SMK Theresiana Bandungan.
F. Aspek keuangan
Sumber modal awal untuk mendirikan PT. Hidroponik Agrofarm
Bandungan berasal dari pembagian saham antara Yayasan Bernadus, pemilik
pribadi dan Yayasan Insan Sekolah Kasih. Proporsi saham antara lain 65%
dimiliki oleh Yayasan Bernadus, 30% dimiliki oleh pribadi dan 5% dimiliki oleh
Yayasan Insan Sekolah Kasih dengan harga jual saham sebesar Rp 1 000 000 per
1%. Mulai Bulan Juni 2018 telah terjadi perubahan atas kepemilikan saham yaitu
95% saham dimiliki oleh Yayasan Bernadus yang berbentuk uang dan lahan serta
5% dimiliki oleh Yayasan Insan Sekolah Kasih. Selain modal yang berasal dari
pemegang saham, modal juga berasal dari pinjaman dengan jumlah Rp 4.4 miliar.
Keuntungan PT HAB berasal dari penjualan komoditas yang dihasilkan dan
jasa yang ditawarkan. Perusahaan mendapat keuntungan secara finansial karena
proses produksinya sebagian untuk memenuhi kebutuhan siswa SMK Theresiana
Bandungan. Pendapatan yang diperoleh perusahaan juga untuk menutup biaya
operasional, termasuk upah tenaga kerja. Saat ini penerimaan kotor yang didapat
dari semua unit usaha pada PT HAB dengan kisaran Rp 250 000 000 per bulan.

Tabel 16 Hasil analisis lingkungan internal perusahaan PT HAB 2019


Lingkungan internal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
1. Aspek produksi a. Produksi sayuran kontinu a. Kurangnya pemeliharaan
setiap hari peralatan sarana produksi
b. Menggunakan teknologi b. Keterbatasan lahan pada
hidroponik dalam perusahaan.
greenhouse c. Teknis pengiriman produk
c. Memiliki ruang packing kurang menunjang
khusus dan dua cold d. Produksi tanaman mint
storage tidak optimal
2. Aspek pemasaran a. Mempunyai hubungan baik a. Pemasaran produk melalui
dengan konsumen tetap di sosial media kurang up to
media grup WhatsApp date
b. Tingginya permintaan b. Belum mampu memenuhi
tomat ceri permintaan konsumen
c. Mengikuti acara pameran
produk terjadwal
3. Aspek manajemen a. Terdapat SOP pada setiap a. HAB Resto belum dikelola
greenhouse. secara professional
b. Job description setiap divisi
jelas tertulis.
4. Aspek sumber daya a. Memiliki karyawan asisten a. Kurangnya tenaga kerja
manusia kebun yang terampil. asisten kebun

5. Aspek kolaborasi - -
6. Aspek keuangan a. Memiliki modal dan
kondisi keuangan yang
39

baik.

4.1.3 Penentuan Ide Pengembangan Bisnis


Rumusan ide pengembangan bisnis didapatkan berdasarkan hasil analisis
SWOT. Analisis SWOT yang didapat berupa strategi antara kekuatan dan peluang
yang dimiliki PT HAB. Strategi S-O tersebut artinya menggunakan atau
memaksimalkan kekuatan yang ada di internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal, alur pengembangan ide dapat dilihat pada Gambar 6. Alternatif
yang akan diterapkan perusahaan adalah diversifikasi produk salad sayur.
Diversifikasi produk adalah suatu perluasan pemilihan barang dan jasa yang dijual
oleh perusahaan dengan jalan menambah produk baru atau jasa ataupun
memperbaiki tipe, warna, model, ukuran jenis dari produk yang sudah ada dalam
rangka memperoleh laba maksimal (Effendy 2001). Strategi yang dipilih yaitu
menambah produk baru. Produk salad sayur akan dikembangkan dengan
menambah varian komposisi sayur dan dressing serta penambahan saluran
distribusi. Sementara produk salad sayur sebelumnya yaitu Lettuce Mix Salad
akan tetap dipertahankan dan memperbaiki strategi pemasaran.
40

Identifikasi permasalahan
Selera konsumen yang berubah dan permintaan yang belum terpenuhi.

Internal
Kekuatan (S):
Produksi sayuran kontinu setiap hari Eksternal
Produk bersertifikat prima 3 Peluang (O):
Memiliki ruang packing khusus dan dua Gaya hidup masyarakat yang menyukai
cold storage sayur dan buah.
Memiliki karyawan packing yang terampil Kesadaran konsumen akan hidup sehat.
Memiliki modal dan kondisi keuangan Varian produk salad berkembang
yang baik

 Ide Pengembangan Bisnis


Diversifikasi produk salad sayur
j

Aspek non finansial:


Aspek produksi Aspek finansial :
Aspek pemasaran Analisis laba rugi
Aspek sumber daya manusia R/C Ratio
Aspek organisasi dan manajemen Anggaran parsial
Aspek kolaborasi

Layak Tidak layak

Dilaksanakan Evaluasi

Strategi diversifikasi produk merupakan suatu usaha penganekaragaman


sifat dan fisik barang, dalam hal ini menambah produk salad sayur yang baru
bertujuan untuk menarik konsumen baru dan mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen yang berubah-ubah, dapat memenuhi kebutuhan dari
segmentasi baru dan menandingi penawaran baru dari pesaing. Produk salad sayur
yang direncanakan adalah produk salad sayur yang komposisi bahan sayuran
berbeda dengan produk Lettuce Mix Salad maupun produk salad sayur yang ada
pasaran Kota Semarang.
PT HAB mempunyai kekuatan berupa produksi sayuran selada kontinu
setiap hari sehingga bahan salad sayur selalu tersedia, hasil panen selada pada
GH-01 PT HAB dapat dilihat pada Tabel 17. Penggunaan bahan salad sayur untuk
sekali produksi yaitu Lettuce Mix Salad membutuhkan 12 kg selada atau 30 %
dari hasil panen, sedangkan Bandungan Salad membutuhkan 9.5 kg selada atau 25
% dari hasil panen. Hasil selada tersebut memiliki kualitas produk prima 3,
41

memiliki ruang packing khusus dan ruang pendingin untuk penyimpanan. Modal
yang dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk pengembangan usaha untuk
biaya operasional tanpa menggunakan modal pinjaman dari lembaga keuangan.
Keterampilan karyawan pengemasan yang cepat tanggap dan teliti dalam hal
mengemas produk dapat dimaksimalkan keterampilannya dengan mengolah
produk baru. Sementara selada hidroponik bersertifikat produk prima 3 yang
dihasilkan dan digunakan sebagai bahan baku akan menambah daya saing produk
salad di pasar Kota Semarang.

Tabel 17 Panen selada untuk bahan baku salad sayur PT HAB


Jumlah panen selada (pcs) bulan April tanggal 22-
30
2019 Bobot rata-rata
Jenis tanaman tanaman
selada 22 23 24 25 26 27 28 29 30 (g)
Selada locarno 60 80 80 65 80 50 60 60 80 103
Selada junction 70 70 65 80 80 60 55 70 60 105
Selada lollo rossa 70 80 80 80 60 60 80 70 70 70
Selada romaine 80 58 50 60 80 80 85 80 80 130
Selada kristine 80 80 80 40 80 55 80 80 80 105
Total per hari
(kg) 37 37 35 32 38 32 37 37 37

Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah adanya gaya hidup masyarakat


yang menyukai sayur dan buah yang diolah menjadi makanan yang praktis cepat
saji dan kesadaran konsumen akan hidup sehat yang meningkat di kota besar.
Peluang lainnya adalah adanya permintaan yang tinggi dari Transmart,
meningkatnya pertumbuhan penduduk yang dapat mempengaruhi jumlah
permintaan terhadap produk salad dan perkembangan makanan olahan salad
dengan varian komposisi salad, cara penyajian dan segi kemasan.
Strategi pengembangan bisnis diversifikasi produk salad sayur akan
diterapkan apabila analisis kelayakan pengembangan bisnis yang meliputi aspek
finansial seperti analisis laba rugi mampu memperoleh peningkatan laba bersih
setelah adanya kegiatan pengembangan bisnis. Analisis R/C ratio mampu
menghasilkan nila R/C ratio lebih besar dari 1 yang artinya kegiatan
pengembangan bisnis yang dilakukan menguntungkan dan analisis anggaran
parsial mampu memperoleh keuntungan tambahan ketika pengembangan bisnis
dilakukan, serta aspek non finansial meliputi aspek produk dan produksi, aspek
pemasaran, aspek organisasi dan manajemen, aspek sumber daya manusia serta
aspek kolaborasi dapat diterapkan. Apabila analisis yang dilakukan dikatakan
tidak layak, maka perlu dilakukan evaluasi dengan cara mengkaji ulang alternatif
strategi, aspek finansial dan non finansial.
42

4.2 Rencana Pengembangan Bisnis

4.2.1 Perencanaan Produk


Produk merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan bisnis.
The Dictionary of American Food and Drink, salad adalah makanan yang berupa
sayur-sayuran hijau yang disiram dengan saus atau bumbu-bumbu lain yang dapat
ditambah dengan buah-buahan lain. Salad pada mulanya diartikan sebagai sayuran
segar (crispy leaf vegetable). Namun pada kenyataannya saat ini, bahan untuk
membuat salad sudah banyak menggunakan bahan makanan lain, sehingga
lahirlah salad yang beraneka ragam (Nuansa 2017). Sementara salad sayur yang
dimaksud dalam penulisan ini adalah campuran dari sayuran hijau segar yang
dihidangkan dengan saus atau dressing dan merupakan makanan cepat saji.
Rencana produk yang dikembangkan dalam kajian ini adalah Bandungan Salad
yang akan menjadi varian baru salad sayur dan Lettuce Mix Salad yang
merupakan produk yang telah diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan sebelum
pengembangan bisnis. Pemilihan pengembangan bisnis pengolahan salad sayur
dalam perencanaan pengembangan bisnis ini adalah karena terdapat konsumen
yang membutuhkan komposisi salad yang baru, selanjutnya salad merupakan
makanan yang berkembang di masyarakat Indonesia. Salad merupakan makanan
yang praktis disajikan dan cocok untuk masyarakat dengan gaya hidup praktis.
Banyaknya variasi hasil sajian ini dapat mengatasi kejenuhan konsumen terhadap
satu jenis sajian. Hasil survey perencanaan produk Bandungan salad sayur yaitu
sebanyak 58 % calon konsumen menginginkan salad sayur dengan kemasan isi
200 g, pemilihan sayur dan dressing berdasarkan persentase terbesar dari hasil
survey perencanaan produk. Survey perencanaan produk salad sayur (Lampiran
12) ini bertujuan untuk mengetahui minat konsumen terhadap salad sayur, survey
ini dilakukan pada tanggal 25 April hingga 5 Mei 2019.
43

Diversifikasi akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk,


diversifikasi akan menciptakan suatu produk baru yang dapat memberikan
pengaruh terhadap kinerja pemasaran dari perusahaan dan solusi yang lebih baik
bagi pemecahan masalah yang dihadapi konsumen (Assauri 2007). Rancangan
produk salad sayur untuk diversifikasi produk adalah salad sayur yang saat ini
produknya belum diproduksi oleh produsen di Kota Semarang. Salad sayur ini

diberi merek Bandungan a Salad dengan mayonnaise dressing.b Bandungan salad


Gambar 7 (a) Lettuce Mix Salad (b) Perencanaan produk pengembangan
dengan mayonnaise dressing adalah salad sayur sehat yang terdiri atas selada
locarno, selada junction, selada romaine, tomat ceri, wortel, kol, daun mint.
Wortel merupakan sumber vitamin A yang sempurna, kol ungu dan tomat ceri
kaya dengan vitamin C. Formulasi produk ini berbeda dengan produk salad
sebelumnya yaitu Lettuce Mix Salad, karena produk Bandungan Salad
menggunakan varian sayur dan dressing yang berbeda. Bandungan Salad
disajikan dalam kemasan praktis berbentuk mangkuk dengan berat 200 g dan
kedua produk memiliki daya tahan 4 hari di temperatur sejuk kering.
Perbandingan kedua produk ini dapat dilihat pada Gambar 7.

4.2.2 Perencanaan Pemasaran


Pemasaran kegiatan bisnis diharapkan beroperasi secara sehat bila produk
yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran serta dapat menghasilkan
jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan (Nurmalina et al.
2017). Perusahaan harus memiliki konsep pemasaran yang tepat untuk
menentukan strategi pemasaran yang mengarah pada pasar yang dituju.
1. Kondisi pasar
Pengembangan produk salad sayur pada PT HAB akan menghasilkan
produk berupa salad sayur dalam kemasan yang diberi merk Bandungan Salad.
Salad ini akan dijual di daerah Semarang dan sekitarnya. Kedua produk salad
sayur dijual melalui kios Granari Fresh milik PT HAB dan didistribusikan ke
beberapa reseller. Menurut Bapak Marvin produk mix salad adalah sebuah
produk yang harga jualnya tinggi apabila di pasarkan di Jakarta. PT HAB
merupakan perusahaan hidroponik terbesar di wilayah Semarang dan memiliki
wisata edukasi hidroponik mampu mendatangkan wisatawan yang dapat
dijadikan calon konsumen. Produk salad sayur saat ini telah beredar di beberapa
wilayah Kota Semarang dan DI Yogyakarta. Jenis pasar produk salad di
semarang termasuk pasar persaingan sempurna karena terdapat sejumlah penjual
dan pembeli produk salad, produk salad yang dihasilkan produsen relatif sama.
44

Produsen salad sayur di sekitar Kota Semarang menggunakan bahan sayuran


relatif sama diantaranya brokoli, selada, kale, kentang, kol putih, jagung manis
dan bahan makanan lainnya seperti makaroni, irisan telur dan daging ayam.
Sementara dari segi ukuran setiap produsen memproduksi dengan ukuran 250 g
sampai 350 g per kemasan. Dalam struktur pasar persaingan sempurna produsen
bebas keluar masuk industri
a. Analisis pesaing
Pesaing dapat berupa perusahaan yang menjual produk yang sama atau
hampir sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Pesaing salad sayur
yang dijual di Kota Semarang adalah salad lainnya seperti salad sayur, salad sayur
kombinasi buah. Pesaing produk tersebut terdiri dari beberapa merek atau
produsen yaitu Gosyen yang memproduksi salad sayur dan salad buah. Merek
lainnya yaitu Manhattan, Momo Salad, daftar pesaing dan jenis salad dapat dilihat
pada Tabel 18. Keunggulan Bandungan Salad dan Lettuce Mix Salad dibanding
dengan salad lain adalah salad sayur perusahaan memiliki sertifikat produk prima
3 pada komposisi selada dan tomat ceri dengan harga yang bersaing.

Tabel 18 Analisis pesaing produk salad di Kota Semarang tahun 2019


Produk Jenis salad Ukuran Harga Konversi
pesaing (g) per kemasan harga per 100
(Rp) g (Rp)
Gosyen Salad sayur 250 25 000 10 000
Manhattan Salad sayur 300 35 000 11 666
Momo Salad Salad sayur 300 30 000 10 000
BobSalad Salad sayur 250 25 000 10 000

Tabel 18 menunjukan bahwa produk Lettuce Mix Salad dan Bandungan


Salad apabila dikonversikan dalam 100 g salad maka memiliki harga yang lebih
murah yaitu Rp 7 850 per 100 g dibanding harga pesaing Rp 10 000 per 100 g
salad sayur, namun kedua produk salad sayur PT HAB memiliki kualitas sayur
yang lebih terjamin karena menggunakan sayuran dari kebun milik perusahaan.
Selain itu kedua produk PT HAB mudah didapat di pasar karena memiliki saluran
distribusi yang lebih banyak sehingga konsumen mudah untuk menjangkau,
sedangkan pesaing menerapkan penjualan berdasarkan pemesanan sebelum dibeli
konsumen. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi calon konsumen untuk memilih
produk salad sayur PT HAB.
b. Analisis permintaan dan penawaran
Data permintaan dan penawaran produk salad sayur hingga tahun 2018
masih belum tersedia di Badan Pusat Statistik atau Dinas Pemerintahan wilayah
Semarang maupun Jawa Tengah. PT HAB telah memenuhi permintaan pasar di
supermarket Gelael Signature. Namun menurut pihak perusahaan, perusahaan
belum memenuhi permintaan salad sayur sebanyak 1820 pcs per bulan dari
Transmart wilayah Jawa Tengah seperti yang terdapat pada Tabel 2. Hal ini
menunjukan bahwa masih ada gap antara permintaan dan penawaran produk salad
sayur di perusahaan. Permintaan salad sayur juga diprediksi akan meningkat
seiring dengan berkembangnya gaya hidup masyarakat makan sayur dan
meningkatnya jumlah penduduk di wilayah Kota Semarang.
c. Pangsa pasar
45

Pangsa pasar (market share) adalah persentase dari total penjualan suatu
perusahaan dengan total penjualan jasa atau produk dalam industri. Pangsa pasar
yang dianalisis adalah pangsa pasar salad sayur yang dapat diserap calon
pelanggan terhadap bermacam salad yang dijual untuk calon pelanggan. Jumlah
penjualan salad sayur (lettuce mix salad) sebelum pengembangan yaitu sebanyak
250 kemasan per minggu dan ditambah perencanaan pengembangan 300 kemasan
Bandungan Salad sehingga total penawaran kedua produk salad sayur dalam
seminggu yaitu 550 kemasan. Sementara jumlah salad yang dijual oleh pesaing
industri yakni beberapa penjual telah disebutkan pada Tabel 1 adalah sebanyak 2
840 kemasan setiap minggu. Market share yang akan diraih oleh perusahaan
setelah pengembangan bisnis adalah sebagai berikut:

Jumlah penjualan perusahaan( unit)


Market share = x 100%
Jumlah penjualan industri(unit )
550 kemasan/minggu
Market share = x 100%
2840 kemasan /minggu
= 19%

2. Program pemasaran
Program pemasaran terbagi menjadi strategi pemasaran dan bauran
pemasaran. Program pemasaran harus dirancang dengan baik sebelum merancang
bauran pemasaran. Adapun rincian program pemasaran pengembangan produk
Bandungan salad adalah sebagai berikut.
A. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT HAB yaitu segmentation,
targeting, dan positioning. Setelah itu, maka disusunlah bauran pemasaran yang
terdiri atas 4P. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk penentuan konsumen
secara tepat.

1. Strategi STP
Strategi pemasaran terbagi menjadi strategi pemasaran dan bauran
pemasaran. Program pemasaran harus dirancang dengan baik sebelum merancang
bauran pemasaran. Adapun rincian program pemasaran pengembangan bisnis
adalah sebagai berikut.
a. Segmentasi pasar (segmentation)
Segmentasi pasar merupakan membagi pasar menjadi beberapa kelompok
pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat di dalam
suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda keinginan dan kebutuhan.
Oleh karena setiap perbedaan memiliki potensi untuk menjadi pasar tersendiri.
Segmentasi yang akan diterapkan pada pengembangan bisnis sayur salad
adalah segmentasi geografis, psikografis, dan demografis. Segmentasi
geografis dari pengembangan bisnis ini adalah Kota Semarang, Kabupaten
Semarang, DI Yogyakarta. Segmentasi secara psikografis adalah masyarakat
yang menyukai sayur dan buah dan makanan sehat yang praktis. Sementara
segmentasi demografisnya adalah laki-laki dan perempuan umur 16 tahun
hingga 50 tahun.
b. Penetapan pasar (Targeting)
46

Penetapan pasar adalah memilih dan menentukan kelompok calon


konsumen yang akan dituju. Target pasar Bandungan Salad yang dipilih yaitu
kalangan menengah keatas, masyarakat dengan gaya hidup sehat yang
menjalankan program diet dan suka berolahraga, senang dengan makanan cepat
saji serta masyarakat yang bekerja dikantor. Kota Semarang adalah kota
metropolitan yang memiliki gedung perkantoran dan padat penduduk.
c. Penetapan produk (positioning)
PT HAB menempatkan salad sayur yang siap makan, sehat dan aman
konsumsi dengan tagline “Healthy, fresh and clean”. Tagline ini memiliki
kedekatan dengan kualitas dan atribut produk, tagline ini diharapkan dapat
menentukan persepsi yang baik oleh pelanggan. Strategi penetapan produk
merupakan hal yang penting untuk pengembangan bisnis salad sayur pada PT
HAB agar semakin memperkuat merek dan menghadapi pesaing.

2. Bauran pemasaran 4P
Setelah menentukan strategi pemasaran untuk menentukan target konsumen,
maka ditentukan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri
dari produk, harga, distribusi dan promosi.

a. Produk (product)
Produk yang akan ditawarkan kepada konsumen yaitu produk Lettuce Mix
Salad dan produk pengembangan Bandungan Salad. Kedua produk ini memiliki
komposisi sayuran yang berbeda, dressing yang berbeda dan bentuk kemasan
yang berbeda. Produk Lettuce Mix Salad terdiri atas sayuran selada hidroponik
yang diantaranya selada locarno, selada romaine, selada kristine, selada lollo
rossa dan tomat ceri. Sementara dressing yang digunakan adalah mayonnaise
sweet spicy. Produk ini dikemas di dalam kemasan mika berbentuk persegi
panjang dengan berat isi 250 g. Lettuce Mix Salad dapat dilihat pada Gambar 7.
Produk pengembangan yaitu Bandungan salad dan Lettuce Mix Salad yang
diproduksi PT HAB adalah salad sayur yang berbahan dasar sayuran selada
hidroponik yang memiliki karakter renyah, segar dan manis. Bandungan salad
memiliki berat 200 g per kemasan dengan isi selada romaine, selada junction,
selada locarno, tomat ceri, sayur kol dengan saus mayonnaise dan bahan
pelengkap daunt mint untuk menambah aroma. Produk pengembangan memiliki
komposisi 7 jenis sayur sedangkan produk sebelum memiliki 5 jenis sayur.
Kedua produk ini tidak menggunakan bahan pengawet, Bandungan Salad
dapat bertahan selama 4 hari jika kemasan tidak rusak dan disimpan dalam ruang
pendingin atau showcase. Manfaat produk (product benefit) Bandungan salad
adalah menjaga kesehatan tubuh manusia karena selada memiliki kandungan
vitamin A, C, K dan kalsium, wortel yang memiliki kandungan vitamin A dan
tomat ceri kaya dengan vitamin C. Dikemas menggunakan mika bening berbentuk
mangkuk berukuran diameter 9 cm (Gambar 8). Kemasan juga stiker yang
menunjukan logo produk, label halal, komposisi, berat bersih dan nomor sertifikat
prima 3 (Lampiran13).
47

Gambar 8 (a) Produk pengembangan (b) Stiker kemasan


b. Harga (price)
Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki, menggunakan produk tersebut. Penetapan harga produk baru
Bandungan Salad dan produk lama Lettuce Mix Salad berdasarkan dengan
penambahan mark up dari harga pokok produksi serta mempertimbangkan
harga pasaran salad. Harga pokok produksi dihitung dengan menggunakan total
biaya operasional dibagi jumlah produksi selama setahun. Harga pokok
a
produksi Lettuce Mix Salad adalah Rp12 370 dengan markb up 31 % sehingga
didapat harga jual Rp 18 000 per kemasan. Sementara harga produk
pengembangan yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 17 000 per kemasan, harga ini
didapat dari harga pokok produksi sebesar Rp11 248 ditambah mark up 34 %.
Rincian dari harga pokok produksi, tingkat mark up dan harga jual Bandungan
Salad dan Lettuce Mix Salad terdapat pada Tabel 28 halaman 61.
c. Promosi (promotion)
Promosi merupakan salah satu kegiatan tata niaga yang sangat penting
dalam keberhasilan suatu produk. Tujuan promosi adalah agar konsumen
mengetahui tentang produk salad sayur PT HAB yang ditawarkan, banyak cara
untuk melakukan kegiatan promosi. Kegiatan promosi dapat dilakukan yaitu
menggunakan media cetak berupa stiker pada kemasan, brosur, banner, media
elektronik berupa iklan di media sosial (Instagram, WhatsApp), serta website
e-commerce jenis business to consumers1 yang dimiliki perusahaan dan
promosi penjualan. Setiap media tersebut tercantum informasi berupa nama
produk, nama perusahaan, logo produk manfaat produk, lokasi pembelian.
Selain itu mengikuti acara festival atau pameran kuliner yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah atau lembaga lainnya.
d. Distribusi (place)
Kedua produk salad sayur yang dihasilkan PT HAB akan dipasarkan di
Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan DI Yogyakarta. Pendistribusian
kepada kios Granari Fresh dan reseller supermarket dilakukan dengan
menggunakan mobil yang dimiliki perusahaan dan jasa kurir. Reseller yang

Granari Fresh
(21%)

Galael Signature
PT HAB (21%)

Transmart wilayah
Jateng (49%)

HAB Resto (9%)


1
Business to consumer adalah bisnis yang melakukan pelayanan atau penjualan barang atau jasa
kepada konsumenGambar
perorangan
9 atau grup secarasaluran
Perencanaan langsung.distribusi salad sayur
48

dituju tersebut memiliki potensi kebutuhan makanan sehat dengan jumlah


banyak.
Produk didistribusikan kepada kios Granari Fresh, HAB Resto dan
supermarket sesuai kebutuhan tiap minggu. Saluran distribusi akan terbentuk
seperti Gambar 8. Saluran distribusi tersebut menunjukan rantai pemasaran
yang bermula dari produsen hingga ke konsumen akhir. Pemasaran yang
dilakukan dengan menggunakan sistem konsinyasi kepada ritel supermarket
sehingga akan saling menguntungkan dari kedua pihak. Setelah pengembangan
bisnis ini terjadi penambahan lokasi distribusi di 6 supermarket Transmart
dengan masing-masing permintaan 180 pcs per bulan.
Kebutuhan para reseller tersebut dipersentasekan dari total produksi
kedua produk salad sayur PT HAB dalam satu bulan yaitu 2 200 pcs. Distribusi
produk salad sayur ke reseller atau supermarket dilakukan 5 kali dalam
seminggu yaitu pada hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu.

4.2.3 Perencanaan Produksi


1. Perencanaan jumlah produksi
Perencanaan jumlah produksi Bandungan salad dilakukan berdasarkan
permintaan yang belum terpenuhi di delapan tempat distribusi yang telah
disebutkan. Jumlah produksi Bandungan Salad sebanyak 300 kemasan dalam
seminggu, sehingga jumlah produksi dalam sehari adalah 60 kemasan.
Perencanaan jumlah produksi Bandungan Salad yang dapat dilihat pada Tabel 19.
Sementara jumlah produksi produk Lettuce Mix Salad sebanyak 50 kemasan
dalam sekali produksi atau 250 kemasan seminggu dan 1 000 kemasan dalam
sebulan.

Tabel 19 Perencanaan jumlah produksi produk pengembangan


Tahun Produksi per hari Jumlah hari kerja per Produksi per tahun
Ke (kemasan) tahun (hari) (kemasan)
1 60 180 10 800
2-5 60 240 14 400

Jumlah produksi Bandungan Salad pada tahun pertama adalah 13 500


kemasan dan 18 000 pada tahun kedua sampai kelima. Jumlah hari kerja pada
tahun pertama adalah 180 hari karena dilakukan persiapan bisnis selama 3 bulan
dan tersisa 9 bulan untuk produksi.
2. Bahan baku
Bahan baku merupakan aspek yang diperlukan dalam proses produksi.
Bahan baku merupakan bahan yang dominan dalam produk. Kedua produk salad
sayur dengan dressing terbuat dari bahan baku utama berupa sayuran selada
hidroponik. Terdapat juga bahan tambahan yang digunakan sebagai garnish dan
saus (dressing). Berikut adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat
produk baru Bandungan salad. Bahan baku produk pengembangan terdapat pada
Gambar 10.
a. Selada hidroponik
Bahan baku utama selada yang digunakan dalam pembuatan salad sayur
Bandungan salad adalah selada junction, selada romaine, selada locarno yang
49

diperoleh dari GH-01. Sayuran selada ini didapatkan dari produksi tanaman selada
di GH-01 milik PT HAB yang dibudidayakan menggunakan metode hidroponik
NFT. Tiga jenis selada yang digunakan adalah selada yang baru dipanen pada
hari H, daunnya tidak rusak dan tidak terkena hama. Selada ini masing-masing
dihargai Rp 25 000 per kilogram.
b. Kol merah
Kol merah digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam pembuatan
Bandungan salad. Kol merah yang segar Kol merah diperoleh dari Pasar Sayur
Ngasem Bandungan. Satu kilogram kol merah dihargai Rp 15 000.

Selada locarno Selada romaine Selada junction Daun mint

Wortel
Tomat ceri Mayonnaise Kol merah
Gambar 10 Bahan baku produk Bandungan Salad

c. Tomat ceri
Tomat ceri yang digunakan dalam pembuatan salad ini adalah tomat ceri
merah atau kuning berukuran 8 g per buah. Tomat ceri didapatkan dari produksi
tanaman tomat ceri greenhouse 3 dan greenhouse 4 milik perusahaan. Tomat ceri
ini dihargai Rp 42 000 per kilogram.
d. Wortel
Wortel yang digunakan dalam pembuatan salad ini adalah wortel berukuran
anjang 16 – 18 cm dengan diameter sekitar 3 cm, pemilihan ukuran ini agar wortel
mudah diiris. Wortel diperoleh dari pengepul wortel yang terletak di desa
Jimbaran. Wortel ini dihargai Rp 10 000 per kilogram.
e. Daun mint
Daun mint adalah salah satu tanaman herba yang banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh manusia. Daun mint sebagai bahan tambahan yang digunakan
dalam pembuatan salad sayur didapatkan dari hasil budidaya tanaman mint
konvensional milik perusahaan. Penggunaan sebagai bahan Bandungan Salad
adalah untuk dimakan maupun memberikan aroma segar. Satu kilogram daun
mint seharga Rp50 000.
f. Saus mayonnaise (dressing)
50

Mayonnaise digunakan sebagai bahan pelengkap saat salad dikonsumsi


sehingga memberikan cita rasa pada salad. Mayonnaise diperoleh dari Bapak
Papang yang berlokasi di Kecamatan Gunungjati Kota Semarang dengan harga
beli Rp 47 000. Bapak Papang adalah pemasok dressing yang telah bekerja sama
dengan perusahaan sejak awal adanya produk salad sayur Lettuce Mix Salad
dengan dressing sweet spicy.
Bandungan salad dibuat dengan komposisi yang telah ditentukan.
Bandungan salad menggabungkan beberapa bahan yang terdiri atas 3 jenis selada,
kol merah, wortel, daun mint dan mayonnaise sebagai dressing. Bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk memproduksi Bandungan Salad maupun Lettuce Mix
Salad dalam sekali produksi terdapat pada Tabel 20.

Tabel 20 Kebutuhan bahan baku salad sayur untuk sekali produksi


Jumlah dalam Jumlah sekali
Bahan baku satu kemasan (g) produksi (g)*
Lettuce Bandungan Lettuce Mix Bandungan
Mix Salad Salad Salad Salad
Selada romaine 60 40 3 000 3 750
Selada locarno 60 40 3 000 3 750
Selada lollorossa 50 - 3 000 -
Selada kristine 50 - 3 000 -
Selada junction - 60 4 500
Tomat ceri 20 20 800 1 500
Kol merah - 20 - 1 500
Wortel - 20 - 1 500
Daun mint - 3 - 375
Mayonnaise sweet 10 - 500 -
spicy
Mayonnaise - 10 - 750
* sekali produksi Lettuce Mix Salad = 50 pcs dan Bandungan salad = 60 pcs

Pada Tabel 20 terdapat perbedaan dari komposisi bahan baku yang


digunakan untuk membuat produk salad sayur. Produk pengembangan
menggunakan 7 jenis bahan sementara Lettuce Mix Salad menggunakan 5 jenis
bahan dan rasa mayonnaise yang berbeda. Jumlah kebutuhan bahan baku juga
berbeda yaitu Lettuce Mix Salad membutuhkan sekitar 12 kg selada sementara
Bandungan Salad membutuhkan 9.5 kg selada dalam sekali produksi.
3. Peralatan produksi
Pengolahan salad sayur Bandungan salad membutuhkan peralatan produksi
yang harus disediakan. Peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi menjadi
beberapa bagian. Berikut peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan salad sayur
disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Perencanaan kebutuhan peralatan produksi salad sayur
Alat Jumlah Umur Kegunaan
(unit) ekonomis
(tahun)
Pisau 2 5 Mengupas bahan
Baskom persegi 4 5 Menampung bahan yang telah dicuci,
Keranjang 2 5 Menampung selada
51

Meja produksi 1 5 Meletakkan salad saat pengemasan


Wastafel 1 5 Pencucian sayuran
Price labeller 1 5 Mencetak tanggal kadaluarsa
Tabel 21 Perencanaan kebutuhan peralatan produksi salad sayur (lanjutan)
Alat Jumlah Umur Kegunaan
(unit) ekonomis
Timbangan digital 1 3 Menakar bahan-bahan
Talenan 2 3 Alas pemotong wortel dan kol
Keranjang besar 2 5 Menampung salad yang telah
Keranjang sampah 1 5 dikemas
Alat pengiris 1 2 Menampung bahan tidak lolos sortasi
Ruang penyimpan 1 8 Mengiris bahan wortel dan kol
Menyimpan produk jadi

Persiapan bahan termasuk di dalamnya proses, persiapan sayuran yang


dibutuhkan dan pengisian saus ke dalam cup 60ml. Proses pembuatan salad sayur
meliputi proses, sortasi sayur selada, pemotongan wortel dan kol, pencucian dan
pengeringan. Pengemasan salad adalah proses mengemas bahan-bahan sayur ke
dalam kemasan dan memberi label.
4. Prasarana produksi
Prasarana yang digunakan dalam proses produksi salad sayur adalah mesin
spinner, cup sealer dan ruang penyimpanan
a. Mesin spinner
Mesin spinner digunakan dalam rangkaian proses pengeringan selada yang
telah dicuci. Kapasitas mesin yaitu mampu mengeringkan sayur sebanyak 2 kg
dalam sekali pengeringan. Mesin ini dapat dilihat pada Gambar 11 a. Umur
ekonomis mesin ini adalah 5 tahun.

a b c
Gambar 11 Alat prasarana pada untuk bisnis salad sayur (a) Mesin spinner (b)
Cup sealer* (c) Ruang penyimpanan
Sumber: * www.maksindo.com
b. Alat cup sealer
52

Alat cup sealer (Gambar 12 b) digunakan untuk membuat kemasan


dressing agar tetap berada dalam keadaan steril dan bersih. Alat cup sealer ini
dijalankan secara manual dengan cara menempatkan gelas plastik (cup) berisi saus
mayonnaise pada bagian yang terdapat plastik kemasan. Alat ini memiliki umur
ekonomis 5 tahun
c. Ruang penyimpanan (cold storage)
Ruang penyimpanan yang dimiliki oleh PT HAB adalah ruangan
berukuran 3 x 2 x 2.5 m, dinding ruangan dilapisi Styrofoam dan menggunakan
AC ½ PK. Ruang penyimpanan memiliki suhu 17 Cº. Ruangan untuk menyimpan
produk jadi dan hasil panen dapat dilihat pada Gambar 11 c.
5. Proses produksi
Produksi dilakukan setiap lima hari dalam seminggu. Proses produksi
pembuatan salad sayur lettuce mix salad dan Bandungan salad adalah sama.
Proses produksi pengolahan selada menjadi salad sayur meliputi kegiatan sortasi
sayur, pemotongan wortel dan kol, pencucian sayur, pengeringan dan
pengemasan. Proses produksi salad sayur dapat dilihat pada Gambar 12.
Selada Pemotongan & sortasi

Pencucian
Tomat ceri

Pengeringan

Wortel dan kol Pengupasan dan pengirisan

Pengisian dressing
Pengemasan

Pemberian stiker dan label

Gambar 12 Alur proses produksi salad sayur


a. Pemotongan dan sortasi
Pemotongan adalah proses pemisahan akar dengan bagian sayur yang akan
dikonsumsi. Benda yang digunakan untuk memotong akar yaitu pisau dan
gunting, setelah pemotongan selesai tahap selanjutnya yaitu dilakukannya
sortasi. Sortasi bertujuan memisahkan bagian daun yang memiliki kualitas
baik dengan daun yang memiliki kualitas kurang baik. Sortasi dapat dilihat
dari warna daun yang berwarna hijau segar, tidak terkena hama dan tidak layu.

b. Pencucian

Gambar 13 Pemotongan akar dan sortasi selada


53

Setelah proses sortasi, tahap selanjutnya yaitu pencucian. Pencucian


sayur-sayur dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada
bagian permukaan sayur, pencucian dilakukan menggunakan air mengalir.
Pencucian sayur dilakukan satu persatu agar sayur bersih secara merata, satu
sayur dilakukan pencucian selama 2 menit. Sayur selada yang telah dicuci
dapat dilihat pada Gambar 14. Selain sayur yang dicuci, tomat ceri juga
dilakukan pencucian guna menghilangkan residu kotoran maupun pestisida.
Tomat dicuci dengan cara direndam air selama 2 menit kemudian bersihkan
kulit tomat menggunakan tangan agar dapat bersih merata.

Gambar 14 Selada yang telah dicuci

c. Pengeringan
Sayur yang telah dicuci bersih selanjutnya akan dikeringkan
menggunakan mesin spinner, pengeringan dilakukan selama 3-4 menit.
Tujuan pengeringan sayur menggunakan mesin spinner yaitu untuk
mengurangi kadar air dalam sayuran, proses pengeringan lebih cepat dan juga
merata, sayuran yang dikeringkan di dalam mesin spinner diharapkan lebih
tahan lama dan tidak mudah busuk yang diakibatkan kadar air yang tinggi dan
juga kualitas produk terjaga dengan baik termasuk cita rasanya. Sedangkan
tomat ceri yang telah dicuci dikeringkan dengan meniriskan diatas meja lalu
dilap dengan kain bersih. Selanjutnya sayur dan tomat yang telah kering
masing-masing ditampung ke dalam baskom ukuran 41 x 32 x 13 cm.
d. Pengisian dressing
Pengisian dressing dilakukan dengan cara manual dengan memasukan
saus dressing ke dalam cup plastik berukuran 10 ml, kemudian cup yang
sudah terisi dengan saus dressing dilakukan pengepresan menggunakan cup
sealer agar saus dressing tidak mudah tumpah dan dapat tahan lama. Proses
pengisian dressing salad dapat dilihat pada Gambar 15.
e. Pengupasan dan pengirisan

Gambar 15 Proses pengisian saus (dressing)


54

Pengupasan dan pengirisan diperlakukan untuk wortel dan kol. Wortel


yang telah disiapkan dikupas lalu diiris pipih menggunakan serutan sedangkan
kol diiris menggunakan pisau. Selanjutnya bahan tersebut masing-masing
ditampung di dalam mangkuk.
f. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan menyusun rapi sayur selada, tomat ceri,
wortel, kol dan daun mint didalam mika transparan berbentuk bulat dengan
berat bersih 200 g dalam satu kemasan salad sayur. Sayuran yang dikemas
adalah selada, wortel, kol, tomat ceri dan daun mint yang telah bersih.
g. Pemberian stiker dan label
Stiker adalah salah satu bagian produk berupa keterangan baik gambar
maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber informasi produk yang akan
dijual. Stiker tersebut berisi informasi berupa nama atau merek produk dan
komposisi. Kemasan kemudian diberi label tanggal kedaluarsa yaitu 4 hari
setelah waktu produksi dan isi produk. Stiker dan label tanggal kadaluarsa di
tempelkan di bagian tutup atas.
6. Penanganan output
Penanganan output salad sayur dilakukan dengan menyusun salad yang telah
dikemas di keranjang lalu dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan yang sejuk
dengan suhu 17-20 Cº. Penanganan output ini bertujuan untuk menjaga salad
sayur tetap segar dan terjaga kualitasnya. Salad sayur selanjutnya didistribusikan
oleh supir menggunakan mobil pada sore pukul 17.00 WIB.
7. Penanganan limbah
Limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan salad sayur berupa sisa sortasi
daun, akar dan irisan kulit wortel. Limbah tersebut adalah sampah organik yang
bisa terurai. Penanganan limbah dikumpulkan di dalam keranjang sampah lalu
dibuang ke tempat sampah yang terletak di samping lapangan SMK Theresiana,
limbah tersebut nantinya diangkut oleh petugas kebersihan setempat. Limbah cair
yang berasal dari proses pencucian bahan baku. Limbah cair ini tidak mencemari
lingkungan karena limbah cair ini akan terbuang langsung ke saluran air yang
telah tersedia. Aspek perencanaan produksi ini dapat dikatakan layak karena tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar.
8. Listrik dan air
Pengembangan bisnis ini memerlukan listrik dan air. Listrik yang digunakan
sebagai energi untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi. Listrik yang
dibutuhkan dipenuhi dengan listrik prabayar golongan 2 200 VA. Pengembangan
bisnis akan membutuhkan tambahan daya listrik karena mesin spinner durasi
penggunaannya bertambah akibat akan mengeringkan sekitar 9 kg selada.
Kebutuhan air diambil dari mata air menggunakan pompa air dan berasal dari
SMK Theresiana Bandungan.
9. Penjadwalan produksi
Proses produksi Bandungan Salad dilakukan lima hari dalam seminggu, yaitu
hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu. Pembelian bahan baku wortel dan kol
dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Sedangkan bahan kemasan dan stiker dibeli
setelah 10 kali produksi. Sementara pendistribusian salad sayur untuk konsumen
akhir dilakukan setiap hari Senin sampai sabtu. Pola produksi salad sayur Lettuce
55

Mix Salad dan Bandungan salad dalam 1 bulan ditunjukkan Lampiran 4,


penjadwalan waktu operasional kerja pengolahan salad sayur dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22 Jadwal produksi salad sayur dalam sehari
Pukul
Kegiatan 10.0 13.0
08.00 09.00 0 11.00 12.00 0 14.00 15.00
Persiapan alat dan bahan  
Pemotongan dan sortasi    
Pencucian    
Pengeringan    
Pengisian saus  
Pengupasan dan pengirisan  
Istirahat  
Pengemasan    
Pemberian stiker dan label  
Penyimpanan produk  

Tabel 22 menunjukan kegiatan operasional dalam melakukan produksi salad


sayur. Hari Minggu dan Kamis merupakan hari libur produksi. Jadwal operasional
tersebut disesuaikan dengan kegiatan pengemasan produk lainnya.
10. Lokasi bisnis dan layout produksi
Lokasi yang akan digunakan untuk pengolahan mix salad atau salad sayur
pada PT HAB berlokasi di Jl. Mangunkusumo No. 1 Ngasem, Kecamatan
Bandungan, Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi bisnis ini bertempat di
bangunan packing house yang masih dalam lingkungan perusahaan. Layout
bangunan produksi salad sayur yang digunakan dalam memproduksi memiliki
ukuran 5 x 12 m. Bangunan ini juga digunakan untuk kegiatan bisnis lain. Layout
bangunan tempat produksi salad ditunjukkan pada Lampiran 3. Berikut Gambar
16 yang menunjukkan bangunan packing house.

Gambar 16 Tampak depan packing house PT HAB


Variabel-variabel yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi bisnis
adalah ketersediaan bahan baku, kedekatan dengan pasar, dan ketersediaan tenaga
kerja.

a. Ketersediaan bahan baku


56

Bahan baku utama berupa selada romaine, selada junction dan selada
locarno didapatkan dari hasil panen selada greenhouse-01 milik
perusahaan. Sementara bahan baku penunjang pembuatan Bandungan
salad seperti wortel didapatkan dari distributor wortel di Jl. Kalimosodo,
Kecamatan Jimbaran, Semarang dan kol merah didapat dari Pasar Sayur
Ngasem yang berjarak 1 km. Bahan baku kering seperti stiker produk
didapat dari perusahaan percetakan yang berlokasi di Kota Semarang.
b. Kedekatan dengan pasar
Pasar yang dituju dari pengembangan produk mix salad adalah kios
Granari Fresh, lingkungan perusahaan dan ritel di Kota Semarang. Kios
yang dimaksud adalah toko milik perusahaan yang menjual berbagai
macam jenis sayur maupun minuman. Pemilihan pasar di Kota Semarang
ini dikarenakan Semarang merupakan kota metropolitan yang memiliki
penduduk yang tinggi sehingga potensi pasar yang besar. Selain itu daerah
Kota Semarang dan Kecamatan Bandungan merupakan daerah yang
memiliki tempat wisata.
c. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang tersedia dan dapat digunakan tenaganya adalah
tenaga kerja berpengalaman dan memiliki ketekunan. Kedekatan lokasi
bisnis dengan SMK Theresiana Bandungan dapat dimanfaatkan dengan
mempekerjakan tenaga kerja lulusan SMK di pengolahan salad sayur
Bandungan Salad. Tenaga kerja juga dapat direkrut dari lingkungan sekitar
lokasi bisnis.

4.2.4 Perencanaan Organisasi dan Manajemen


Perencanaan organisasi dan manajemen merupakan salah satu aspek penting
dalam menjalankan suatu usaha. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
organisasi dan manajemen ialah struktur organisasi. Keberadaan struktur
organisasi pada suatu usaha sangat penting karena berisi orang-orang yang
menjalankan kegiatan produksi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengembangan produk salad sayur berada di bawah tanggung jawab
manajer operasional dan kepala logistik. Kegiatan pengembangan produk dan
pemasaran salad ini tidak membentuk organisasi baru m, adapun struktur
organisasi bisnis salad sayur yaitu terdapat pada Gambar 17. Manajer operasional,
bagian pemasaran, kepala bagian logistik dan karyawan dibawah kepala logistik
dijalankan oleh tenaga kerja yang sudah ada. Setiap jabatan memiliki tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Berikut adalah tugas dari masing-masing jabatan.
1. Manajer operasional
Manajer operasional memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengatur
dan mengawasi bisnis salad sayur secara menyeluruh. Manajer operasional juga
memiliki tugas untuk menjalin kerjasama dengan supermarket. Tugas lainnya
adalah berkoordinasi dalam hal evaluasi secara horizontal yaitu dengan
manajemen pusat dan vertikal dengan kepala bagian logistik dan bagian
pemasaran.
57

Manajer Operasional

Kepala Bagian Bagian Koordinator


R&D
Logistik keuangan Administrasi pemasaran

Karyawan:
Packing
supir
logistik
admin order
admin kios Keterangan:
= Bagian yang terkait dengan bisnis salad sayur

Gambar 17 Struktur organisasi pengembangan unit bisnis PT HAB


2. Kepala bagian logistik
Kepala bagian logistik bertugas untuk merencanakan kegiatan produksi.
Kegiatan perencanaan tersebut termasuk mempersiapkan jadwal dan karyawan
pengemasan setelah berkoordinasi dengan manajer operasional dan bagian
pemasaran. Kepala bagian logistik bertugas untuk pengadaan input produksi yaitu
kemasan salad, stiker dan dressing. Tugas kepala logistik lainnya adalah mengatur
persediaan bahan baku sayur dan distribusi. Tugas distribusi yang dimaksud
adalah berkoordinasi dengan bagian pemasaran dan supir untuk melakukan
distribusi produk dan distribusi bahan baku.
3. Bagian keuangan
Akuntan memiliki tugas serta tanggung jawab untuk pencatatan dan
mengolah data keuangan dari biaya operasional maupun penerimaan yang di
bantu oleh pihak manajemen admin dalam pengumpulan data penjualan. Akuntan
bertugas mencatat jumlah produksi dan jumlah produk terjual Selain itu, tugas
sebagai akuntan adalah berkoordinasi dengan manajer operasional serta membuat
laporan keuangan dengan menganalisis laba rugi untuk mengetahui penjualan,
piutang dan pengeluaran.
4. Bagian pemasaran
Bagian pemasaran bertanggung jawab terhadap perolehan hasil penjualan
dan merencanakan kegiatan promosi, mengelola website untuk meng-update
promosi, gambar produk dan menerima pesanan. Tugas pemasaran memelihara
kerja sama yang baik dengan konsumen. Tugas pemasaran lainnya adalah
melaporkan kepada manajer operasional dan berkoordinasi dengan bagian akuntan
dan admin order terkait hal tingkat penjualan.
5. Karyawan admin order
Tugas pokok bagian order yaitu menangani permintaan dan merekap
pesanan konsumen yang melalui WhatsApp, Instagram dan Gojek (Go Food).
Mencatat laporan penjualan dan melakukan kegiatan promosi salah satunya
posting poster di media sosial.
58

6. Karyawan packing (produksi)


Karyawan produksi memiliki tugas untuk melakukan kegiatan produksi
salad sayur. Kegiatan meliputi persiapan peralatan, pengadaan bahan baku,
pengisian dressing, pencucian bahan baku sayur, pengeringan sayur, pengemasan
dan penyimpanan.
7. Supir (Delivery)
Supir bertugas mengantarkan produk ke lokasi distribusi, terdapat supir
kebun bandungan dan supir kios. Supir kebun bandungan memasukan produk
yang telah jadi ke dalam mobil. Supir juga membawa bahan baku yang telah
dipesan ke lokasi produksi. Sementara supir kios mengantarkan produk ke rumah
pelanggan. Supir juga membawa surat jalan dan kwitansi transaksi untuk
penyalur. Tugas lainnya adalah berkoordinasi dengan bagian pemasaran dan
admin order terkait hal-hal teknis pendistribusian.

4.2.5 Perencanaan Sumber Daya Manusia


Tahap awal yang dilakukan dalam perencanaan sumber daya manusia pada
kegiatan produksi salad sayur ialah proses rekrutmen atau kegiatan pengadaan
tenaga kerja dari proses pencarian sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan hingga
siap kerja. Pengembangan bisnis ini akan meningkatkan jumlah produksi salad
sayur sehingga diperlukan penambahan waktu kerja. Pada pengembangan produk
salad sayur menggunakan sumber daya manusia yaitu satu karyawan tetap
packing house. Selain itu dibutuhkan peranan manajer administrasi, akuntan,
order, supir, dan koordinator pemasaran untuk menjalankan rencana
pengembangan bisnis ini. Rincian tenaga kerja yang dibutuhkan seperti pada
Tabel 23.

Tabel 23 Rincian tenaga kerja yang dibutuhkan pada bisnis salad sayur
Bagian Jenis Hari kerja per minggu Jumlah
Karyawan produksi Harian 5 1
Admin order Tetap 6 1
Pemasaran Tetap 6 1
Akuntan Tetap 6 1
Supir Tetap 5 2

Terdapat dua jenis tenaga kerja, yaitu tetap dan harian. Tenaga kerja tetap
merupakan pekerja yang memperoleh gaji bulanan dalam jumlah yang telah
ditentukan perusahaan. Sementara tenaga kerja harian mendapat upah sesuai
dengan jumlah hari kerja. Sistem pembagian tenaga kerja ini menyesuaikan
kebijakan perusahaan. Tenaga kerja seperti admin order dan supir yang sedang
kosong jam kerjanya atau telah selesai pekerjaannya dapat bekerja memproduksi
salad sayur juga pengemasan produk lainnya.

4.2.6 Perencanaan Kolaborasi


Pengembangan bisnis salad sayur melakukan kerja sama dalam aspek
produksi serta aspek pemasaran. Kerja sama pada aspek produksi dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku pelengkap, kemasan dan stiker. Pada aspek
produksi, perusahaan menjalin kerjasama dengan Bapak Dianto pengepul wortel
di Kecamatan Jimbaran dari kelompok tani wortel di daerah Bandungan untuk
59

memenuhi kebutuhan bahan-bahan pembuatan salad sayur. Pemasok bahan baku


tersebut berjarak 3 km dari lokasi produksi. Pemasok bahan dressing sweet spicy
dan mayonnaise akan bekerjasama dengan Bapak Papang yang terletak
Kecamatan Gunungjati Kota Semarang. Selain itu perusahaan menjalin kerjasama
dengan toko grosir plastik yang beralamat di Pasar Projo Ambarawa sebagai
pemasok kemasan bentuk persegi panjang dan bentuk mangkuk. Penyedia stiker
produk salad berasal dari vendor percetakan yang telah menjalin kerja sama dalam
hal stiker kemasan PT HAB yang terletak di Kota Semarang.
Pada aspek pemasaran, perusahaan akan berencana menjalin kerjasama
dengan beberapa reseller. Reseller tersebut diantaranya Gelael Signature yang
terletak di mall Ciputra Semarang dan di Jalan Sultan Agung, Gajah Mungkur
Semarang. Selain itu juga berkolaborasi dengan 6 Transmart yang berada di
wilayah Semarang. Reseller tersebut merupakan supermarket yang menjual
berbagai macam kebutuhan konsumen termasuk sayur sayuran dan buah-buahan.
PT HAB melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan supermarket tersebut
berkaitan dengan jumlah produk yang akan dipasok, kualitas produk, harga
produk yang dijual, penempatan penjualan produk, media promosi yang akan
digunakan dan kegiatan teknis lainnya seperti waktu distribusi produk.

4.2.7 Perencanaan Finansial


Perencanaan finansial merupakan salah satu aspek penentu dalam
melakukan suatu perencanaan bisnis, karena melalui aspek finansial dapat
diketahui kegiatan bisnis yang dilakukan layak atau tidak layak. Dalam kegiatan
pengembangan bisnis salad sayur ini akan dilakukan analisis kebutuhan biaya dan
menghitung apakah dengan dibuatnya produk salad sayur baru akan memperoleh
keuntungan lebih tinggi atau kenaikan nilai R/C ratio. Perencanaan aspek
finansial ini terdiri atas asumsi dasar, metode analisis total penerimaan (total
revenue), total biaya operasional (total cost), laba rugi, R/C ratio dan anggaran
parsial.
1. Asumsi dasar
a. Sumber modal yang digunakan dari modal sendiri yaitu modal perusahaan.
b. Proyeksi anggaran parsial dibuat selama satu tahun. Proyeksi anggaran
parsial digunakan untuk melakukan perbandingan dan melihat perubahan
terhadap komponen biaya sebelum pengembangan dengan sesudah
pengembangan.
c. Harga jual produk dan harga beli bahan baku diasumsikan tidak
mengalami perubahan
d. Metode penyusutan yang digunakan ialah metode penyusutan garis lurus.
e. Menggunakan perhitungan commont cost atau biaya bersamaan dengan
unit bisnis produk lain pada komponen biaya yang digunakan sebelum
pengembangan usaha dan setelah pengembangan.
f. Perhitungan pajak menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari
Usaha Yang diterima Atau diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu, sebesar 0,5% dalam satu tahun pajak
g. Persiapan bisnis membutuhkan waktu 14 minggu.
60

h. Jumlah produk yang dijual sebelum pengembangan bisnis selama satu


tahun sebanyak 12 000 kemasan dan setelah pengembangan bisnis
sebanyak 26 400 kemasan.

2. Commont Cost
Biaya bergabung (commont cost) adalah biaya-biaya untuk memproduksi
dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama
pada saat yang bersamaan (Mulyadi 2005). Pada kegiatan bisnis salad sayur ini
terdapat biaya seperti alat produksi dan gaji tenaga kerja yang digunakan secara
gabungan dengan aktivitas bisnis lain diantaranya produksi tomat ceri, buah
melon, kangkung dan sayuran sawi. Agar biaya tersebut tidak dilimpahkan semua
pada operasional salad sayur maka digunakan perhitungan commont cost.
Asumsi untuk mengalokasikan persentase commont cost didapat dari
perbandingan antara jumlah penerimaan bisnis sayur selada di GH-01 dengan total
penerimaan GH perusahaan dalam 1 bulan. Sementara perhitungan commont cost
biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Commont cost biaya tetap produksi salad sayur


Uraian Total biaya per Commont cost Commont cost
bulan (Rp) (%) (Rp)
Gaji koordinator pemasaran 2 700 000 11 300 000
Gaji bagian administrasi 2 500 000 11 278 000
Gaji bagian akuntan 2 600 000 11 289 000
Gaji Admin order 2 500 000 11 278 000
Gaji Supir 2 100 000 12 252 000
Wi-fi 400 000 12 50 000
Pajak mobil 1 418 000 12 171 000
Pajak sepeda motor 128 000 12 16 000
Perawatan mobil dan motor 200 000 12 25 000
Pameran 5 000 000 12 600 000

Commont cost untuk gaji supir, Wi-Fi, pajak kendaraan, perawatan mobil
dan motor dan pameran dihitung berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang
digunakan secara gabungan oleh bisnis salad sayur dengan aktivitas bisnis tomat
ceri, melon, tomat beef dan sayuran sawi dengan perhitungan persentase commont
cost menggunakan rumus berikut ini:

Penerimaan produk GH 01 per bulan( Rp)


= x 100%
Total penerimaan 8 GH per bulan (Rp)
40 000 000
= x 100 %
329 900 000
= 12 %
Sedangkan asumsi perhitungan persentase commont cost untuk gaji
koordinator pemasaran, gaji bagian administrasi, gaji bagian akuntan dan gaji
admin order berdasarkan pemanfaatan tenaga kerja yang bekerja atau ada kaitan di
unit bisnis salad sayur dengan unit bisnis lain diantaranya: unit bisnis sayur
selada, sawi, tomat ceri, melon, tomat beef, jasa edukasi, salad sayur dan paprika.
Bisnis salad sayur dibandingkan dengan total unit bisnis tersebut maka dihasilkan
persentase commont cost sebagai berikut:
61

bisnis salad sayur(unit )


= x 100%
Jumlah unit bisnis(unit )
1
= x 100 % = 11 %
9
3. Perencanaan penerimaan
Perencanaan penerimaan berasal dari penjualan produk sebelum
pengembangan produk yaitu Lettuce Mix Salad ditambah dengan produk setelah
pengembangan produk Bandungan Salad. Penerimaan yang dihasilkan sebelum
pengembangan bisnis sebesar Rp 216 000 000 sedangkan penerimaan setelah
pengembangan bisnis sebesar, yang dirincikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Perencanaan penerimaan salad sayur sebelum dan sesudah
No Penerimaan Satuan Sebelum pengembangan Setelah pengembangan
(Rp/pcs) Jumlah Penerimaan Jumlah Penerimaan
produksi produksi
1 Lettuce mix salad 18 000 12 000 216 000 000 12 000 216 000 000
2 Bandungan Salad 17 000 - - 14 400 244 800 000
Total 12 000 216 000 000 26 400 460 800 000

Berdasarkan Tabel 26, dapat disimpulkan bahwa penerimaan yang diperoleh


PT HAB setelah pengembangan meningkat sebesar Rp 244 800 000. Penerimaan
per hari produk Lettuce Mix Salad sebesar Rp 900 000 sedangkan produk
pengembangan Bandungan Salad Rp 1 020 000. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menambah 9.5 kg selada untuk produk pengembangan Bandungan Salad
akan mendapatkan tambahan penerimaan.
4. Perencanaan Biaya (outflow)
Perencanaan biaya berisi perkiraan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam
proses pengolahan produk salad sayur. Perencanaan biaya tersebut meliputi biaya
investasi, biaya tetap dan biaya variabel sebelum dan sesudah adanya
pengembangan bisnis.
a. Biaya investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan
usaha. Pada pengembangan bisnis dilakukan penambahan biaya untuk investasi.
Biaya investasi yang dikeluarkan sebelum pengembangan sebesar Rp 34 151 200,
yang dirincikan pada Lampiran 5. Sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan
sesudah pengembangan bisnis sebesar Rp 38 476 200, yang terdapat perhitungan
common cost. Kebutuhan investasi setelah pengembangan bisnis dirincikan pada
Lampiran 6. Penambahan biaya investasi disebabkan oleh biaya sertifikat halal
juga penambahan alat seperti pisau pengupas, alat pengiris sayur dan cooler box.
b. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya minimal yang harus dikeluarkan dalam kegiatan
usaha dan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya kegiatan produksi. Biaya
tetap yang dikeluarkan sebelum pengembangan bisnis sebesar Rp 41 393 109,
yang dirincikan pada Lampiran 7. Sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan
sesudah pengembangan bisnis sebesar Rp 59 302 613, yang terdapat perhitungan
62

commont cost pada biaya gaji, perawatan kendaraan dan pajak kendaraan
berdasarkan total penerimaan yang dirincikan pada Lampiran 8.
c. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produksi yang
dihasilkan, semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi biaya
variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel yang dikeluarkan sebelum
pengembangan bisnis sebesar Rp 120 636 000, yang diperoleh dari jumlah
kebutuhan bahan baku Lettuce Mix Salad, biaya tersebut dirincikan pada
Lampiran 9. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan sesudah pengembangan
bisnis yang diperoleh dari jumlah kebutuhan bahan baku Lettuce Mix Salad dan
ditambah biaya bahan baku Bandungan Salad menjadi Rp 246 060 000, yang
dirincikan pada Lampiran 10. Sehingga selisih dari biaya variabel sebelum dan
sesudah pengembangan bisnis sebesar Rp 125 424 000. Dalam hal ini, adanya
penambahan biaya variabel setelah pengembangan bisnis.
5. Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui gambaran keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis
kegiatan dalam satu bisnis yaitu penjualan produk, biaya variabel, biaya tetap
termasuk penyusutan serta pajak usaha. Nilai laba rugi didapat dari hasil nilai
penjualan terhadap biaya-biaya. Perhitungan perbandingan analisis laba rugi
sebelum dan sesudah pengembangan yang dapat dilihat pada Tabel 26. Proyeksi
laba rugi produk Lettuce Mix Salad memperoleh laba sebesar Rp 67 288 071
selama satu tahun. Keuntungan yang diperoleh setelah pengembangan bisnis
dengan adanya produk baru Bandungan Salad dalam satu tahun sebesar Rp 82 417
329 dan selisih keuntungan produk Lettuce Mix Salad dengan Bandungan sebesar
Rp 15 189 258. Rincian proyeksi laba rugi dari kegiatan penjualan produk, biaya
variabel, biaya tetap termasuk penyusutan dan pajak usaha dilampirkan pada
Lampiran 11.

Tabel 26 Analisis perbandingan laba rugi produk sebelum dan produk


pengembangan
Biaya per tahun (Rp)
Komponen Lettuce Mix Salad Produk baru
Total penerimaan (TR) 216 000 000 244 800 000
Biaya tetap (27 789 100) (31 504 513)
Biaya variabel (120 636 000) (130 464 000)
Total biaya operasional (TC) 148 434 100 161 968 513
Laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) 67 565 900 82 831 487
Biaya bunga
Laba sebelum pajak (EBT) 67 565 900 82 831 487
Pajak (0,5%) (337 830) (414 157)
Laba bersih setelah pajak (EAT) 67 228 071 82 417 329

6. Harga pokok penjualan


Harga pokok penjualan (HPP) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.
63

Adapun perhitungan HPP pada produk salad sayur sebelum pengembangan dan
sesudah pengembangan pada Tabel 27. Perhitungan HPP yaitu total biaya tetap
ditambah biaya variabel dan dibagi dengan jumlah yang diproduksi. Sementara
penetapan harga jual salad sayur berdasarkan dengan penambahan mark up dari
harga pokok produksi.
Tabel 27 Harga pokok penjualan sebelum dan sesudah pengembangan
Jumlah (HPP Jumlah
Uraian Satuan sebelum (HPP setelah
pengembangan) pengembangan)
Lettuce mix Bandungan Lettuce mix
Salad Salad Salad
Biaya variabel Rp 120 636 000 130 464 000 120 636 000
Biaya tetap Rp 41 393 109 31 504 513 27 789 100
Biaya Operasional Rp 162 029 109 161 968 513 148 434 100
Mark up % 25 34 31
Jumlah produksi Pcs 12 000 14 400 12 000
HPP Rp 13 502 11 248 12 370
Margin Rp 4 498 5 752 5 630
Harga jual Rp 18 000 17 000 18 000

Harga produk Lettuce Mix Salad yaitu Rp 18 000 dengan nilai mark up 25%
sebelum pengembangan bisnis dan setelah pengembangan naik menjadi 31%.
Harga tersebut merupakan harga yang diberikan perusahaan kepada konsumen
akhir maupun supermarket.
7. Analisis anggaran parsial
Analisis anggaran dan keuntungan parsial mengkaji kerugian dan keuntungan
yang ditimbulkan dari perubahan kegiatan produksi. Perhitungan ini dilakukan
agar perusahaan dapat membandingkan antara aktivitas produksi saat ini dengan
hasil analisis rencana pengembangan bisnis. Rincian analisis parsial
pengembangan diversifikasi produk salad sayur dapat dilihat di Tabel 28.

Tabel 28 Analisis anggaran parsial


Kerugian (Rp) Keuntungan (Rp)
Biaya tambahan   Biaya yang dihemat  
Penyusutan 4 315 282 Penyusutan 3 863 615
Bahan baku salad sayur 171 180 000 Bahan baku salad sayur 84 636 000
Cup dressing 13 200 000 Cup dressing 6 000 000
Kemasan mika mangkuk 20 160 000 Kemasan mika mangkuk 0
Stiker kemasan B 11 520 000 Stiker kemasan B 0
Go-Jek 2 040 000 Go-jek 300 000
ATK 600 000 ATK 1 200 000
Biaya pemesanan kemasan 726 637 Biaya pemesanan kemasan 0
Bensin Pertalite 1 824 000 Bensin Pertalite 820 800
Biaya Transportasi 14 400 000 Biaya Transportasi 0
Penambahan investasi baru 4 725 000 Penambahan investasi baru 0
Total biaya tambahan 184 527 282 Total biaya dihemat 54 923 615
Penerimaan sebelum 216 000 000 Penerimaan sesudah 460 800 000
Total kerugian 400 527 919 Total keuntungan 515 723 615
    Keuntungan tambahan 115 196 333
64

Berdasarkan Tabel 28 anggaran parsial, setelah melakukan rencana


pengembangan bisnis PT HAB akan mendapatkan keuntungan tambahan sebesar
Rp 115 196 333 hal ini menunjukan bahwa pengembangan yang diusulkan
menguntungkan karena nilai keuntungan tambahan lebih tinggi dari pada total
kerugian. Keuntungan ini cukup besar, karena pada saat sebelum pengembangan
bisnis, perusahaan dapat penerimaan dari penjualan produk Lettuce Mix Salad
sebanyak 12 000 kemasan per tahun. Sedangkan setelah pengembangan bisnis, PT
HAB akan menjual produk Lettuce Mix Salad dan produk baru Bandungan Salad
masing-masing 12 000 dan 14 400 kemasan. Dari penjualan produk baru itulah
perusahaan mendapat keuntungan tambahan.
8. Analisis R/C Ratio
Analisis R/C ratio digunakan untuk mengukur perbandingan antara
penerimaan yang didapatkan dengan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha.
Analisis R/C ratio juga digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari modal
yang dikeluarkan, dikatakan layak apabila R/C ratio lebih besar dari 1.
Perhitungan nilai R/C ratio terdapat pada Tabel 29.
Tabel 29 Analisis R/C Ratio
Komponen Sebelum pengembangan Sesudah pengembangan
Total penerimaan (TR) 216 000 000 460 800 000
Total biaya (TC) 305 362 613
Nilai R/C ratio 162 029 109 1.509
1.333

Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa adanya kenaikan nilai R/C ratio


setelah pengembangan bisnis menjadi 1.509 yang berarti setiap satu satuan biaya
yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.509. Nilai R/C
ratio meningkat sebesar 0.176 setelah rencana pengembangan bisnis.

4.2.8 Analisis Resiko


Analisis resiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang
berkaitan dengan penganggaran barang modal. Analisis resiko perlu dilakukan
oleh manajemen untuk memastikan berapa tingkat resiko dari arus kas bisnis.
Titik awal untuk menganalisis resiko dari suatu bisnis adalah penentuan
ketidakpastian yang terkandung dalam bisnis (Nurmalina et al. 2017). Analisis
resiko dikaji dari berbagai aspek yang berdampak buruk bagi suatu usaha dan
salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana perencanaan pengembangan
bisnis salad sayur dapat berjalan secara berkelanjutan. Resiko yang terdiri atas
beberapa aspek fungsional perusahaan, seperti aspek keuangan, sumber daya
manusia, aspek produksi dan aspek pemasaran (Umar 2005). Analisis resiko
pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Analisis resiko dan antisipasi pada pengembangan bisnis


Jenis aspek Kemungkinan resiko Antisipasi
Produksi Penurunan jumlah panen bahan Menjalin kerja sama dengan
baku selada akibat OPT penyedia bahan baku dari usaha
hidroponik.
Pemasok yang telat untuk Menjalin hubungan yang lebih
65

menyediakan barang pada dekat dengan pemasok, untuk


waktu yang telah ditentukan. meningkatkan kualitas barang
yang dipasok dan masalah
pengiriman barang dapat
dikurangi.
Sumber daya manusia Terdapat karyawan yang tidak Mengadakan pelatihan dan
disiplin di dalam bekerja pengawasan rutin kepada
karyawan
Tabel 30 Analisis resiko dan antisipasi pada pengembangan bisnis (lanjutan)
Jenis aspek Kemungkinan Resiko Antisipasi

Pemasaran Perubahan permintaan di Pasar Perusahaan dapat mem-prediksi


masa depan, serta mengubah
strategi perusahaan disesuaikan
dengan kondisi pasar
Finansial Menurunnya keuntungan Menjaga kualitas produk dan
tambahan yang diperoleh mengefisienkan peng-gunaan
perusahaan akibat ke-naikan input.
harga input. Melakukan pemasaran dan
Penurunan penjualan promosi lebih gencar untuk
mendapat pelanggan yang lebih
banyak.

4.3 Tahapan Pengembangan Bisnis

Pengembangan bisnis produk salad sayur di PT HAB memerlukan adanya


tahapan pengembangan bisnis agar perencanaan pengembangan bisnis dapat
berjalan dengan baik. Ketepatan waktu dan biaya adalah hal menjadi perhatian
dalam perencanaan proyek. Tahapan pengembangan produk salad sayur terdiri
atas identifikasi masalah hingga tahap evaluasi.
A. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menentukan alternatif strategi yang
sesuai dengan PT HAB dari analisis SWOT. Identifikasi masalah adalah
tahapan awal dalam melakukan kegiatan pengembangan bisnis. Tahap ini
direncanakan menghabiskan waktu selama 6 hari.
B. Perencanaan finansial
Perencanaan finansial dilakukan dengan menghitung kebutuhan investasi,
biaya operasional, perencanaan penerimaan dan analisis keuangan sebelum
dan sesudah pengembangan bisnis. Aktivitas ini diestimasikan selama 14 hari
dan dapat ditunda pelaksanaannya selama 18 hari tanpa memperlambat
pengerjaan proyek.
C. Observasi pasar
Aktivitas observasi pasar bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peluang
produk yang akan dipasarkan mampu diserap oleh pasar dan melihat kondisi
pesaing. Hasil observasi pasar untuk menentukan strategi pemasaran dan
mengetahui spesifikasi produk yang diinginkan oleh calon konsumen.
Kegiatan tahapan ini diperkirakan dilakukan selama 40 hari
66

D. Perencanaan kolaborasi
Tahapan perencanaan kolaborasi akan bernegosiasi atau menentukan kontrak
kerja kepada para calon konsumen, target kolaborasi ini kepada ritel. Selain itu
menentukan kontrak kerja kepada pemasok bahan baku. Tahapan ini
memerlukan waktu 10 hari.
E. Perizinan
Pengurusan perizinan dilakukan untuk menjadikan produk legal dan dapat
dipasarkan. Perizinan produk baru Bandungan salad meliputi izin halal yang
dikelola BPOM MUI. Perizinan ini memerlukan waktu 40 hari.

F. Pengadaan alat
Alat, mesin merupakan faktor produksi yang digunakan untuk
keberlangsungan aktivitas bisnis. Alat yang digunakan dalam menunjang
bisnis seperti cool box, alat pengiris sayur dan media promosi, pengadaan
peralatan ini diperkirakan dilakukan selama 7 hari dan dapat ditunda
pelaksanaannya selama 43 hari tanpa memperlambat waktu pengerjaan
proyek.
G. Produksi
Proses produksi Bandungan Salad dilakukan setelah tahapan-tahapan diatas
siap. Proses produksi meliputi sortasi dan pencucian sayur, pengeringan,
pengirisan wortel, pengisian mayonnaise, pengemasan, pemberian label dan
penyimpanan produk. Tahapan ini memerlukan waktu satu hari dan dilakukan
lima kali dalam seminggu
H. Promosi produk baru
Promosi produk baru ini menggunakan internet yang bertujuan untuk
mengenalkan produk pada konsumen di pasar baru melalui media sosial dan
website perusahaan. aktivitas ini membutuhkan waktu selama 10 hari.
I. Pemasaran pada pasar baru
Tahap pemasaran pada pasar baru dapat dimulai ketika kegiatan produksi
selesai dijalankan dan harus dijalankan 10 hari dan harus sesuai dengan jadwal
proyek agar waktu penyelesaian selama 99 hari tidak tertunda.
J. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kegiatan pengembangan bisnis yang
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sehingga apabila kegiatan dinilai
kurang sesuai dapat diperbaiki. Evaluasi dilakukan ketika seluruh tahapan
pengembangan bisnis dilakukan oleh perusahaan dan waktu yang diperlukan
untuk evaluasi selama 5 hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan tahapan tersebut adalah 121 hari.
Proses penjadwalan kegiatan usaha atau project scheduling merupakan sebagai
suatu kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dengan urutan tertentu
sebelum keseluruhan tugas dapat diselesaikan. Pengalokasian waktu untuk
tahapan pengembangan bisnis menggunakan metode critical path method (CPM)
yang berguna untuk melakukan analisis penjadwalan dan pengemasan suatu
kegiatan (Sitepu dan Sebayang, 2013). Jadwal kegiatan pada pengembangan
bisnis ini dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 Tahapan pengembangan bisnis salad sayur


Kegiatan Kode kegiatan Kegiatan Durasi
67

pendahuluan (hari)
Identifikasi masalah A - 6
Perencanaan finansial B A 7
Observasi pasar C A 25
Perencanaan kolaborasi D B 10
Perizinan E B, C 40
Pengadaan alat dan bahan F D 5
Produksi G E, F 5
Promosi produk baru H G 8
Pemasaran pada pasar baru I H 10
Evaluasi J I 5

Tabel 31 menunjukkan kegiatan pengembangan bisnis disertai waktu


perkiraan setiap tahapan. Waktu tersebut menjadi patokan dalam penjadwalan
tahapan pengembangan bisnis salad sayur yang akan dilaksanakan. Sementara
penjadwalan menggunakan metode CPM. Hasil penjadwalan yang pada Tabel
32.

Tabel 32 Penjadwalan critical path method pengembangan bisnis


Activity Early Early Late start Late Slack
Time Start Finish finish
Project 99
A 6 0 6 0 6 0
B 7 6 13 24 31 18
C 25 6 31 6 31 0
D 10 13 23 56 66 43
E 40 31 71 31 71 0
F 5 23 28 66 71 43
G 5 71 76 71 76 0
H 8 76 84 76 84 0
I 10 84 94 84 94 0
J 5 94 99 94 99 0

Keterangan:
Early Start: waktu tercepat memulai aktifitas
Early Finish: waktu tercepat menyelesaikan aktifitas
Late Start: waktu paling lambat memulai aktifitas
Late Finish: waktu paling lambat menyelesaikan aktifitas

Hasil dari Tabel 34 dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengembangan


bisnis ini terdapat 7 kegiatan atau tahapan yang memiliki nilai slack 0 yaitu
kegiatan A, C, E, H, I, J. Artinya, kegiatan yang memiliki slack nol berada di jalur
kritis sehingga kegiatan tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Sedangkan slack
yang tidak bernilai nol, seperti tahapan B, D, F, G pelaksanaannya dapat ditunda
sampai batas maksimum nilai slack. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan
proyek pengembangan bisnis menunjukan efisiensi waktu dan biaya, karena
waktu proyek menjadi singkat dari 121 hari menjadi 99 hari. Tahapan
pengembangan bisnis dalam bentuk precedence graph terdapat pada Gambar 18.
68

Gambar 18 Precedence graph tahapan pengembangan bisnis salad sayur


Gambar 18 menunjukan tahapan pengembangan bisnis dalam bentuk precedence
graph. Gambar tersebut terdiri dari 10 titik yang dihubungkan oleh garis berwarna
hitam dan merah. Jalur berwarna merah merupakan jalur kritis yang memiliki nilai
slack 0. Keterlambatan penyelesaian proyek merupakan masalah yang akan
muncul dan berdampak pada keseluruhan kegiatan tahapan. Apabila tahapan
kegiatan yang dilalui jalur kritis mengalami penundaan, maka pengembangan
bisnis ini akan mengalami keterlambatan pelaksanaan. Jika kegiatan tahapan ini
telah dapat dilakukan dengan tepat maka akan memiliki banyak keuntungan bagi
perusahaan dalam pengembangan bisnis salad sayur.

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Rencana ide pengembangan bisnis pada Kajian Pengembangan Bisnis ini


adalah Diversifikasi Produk Salad Sayur di PT Hidroponik Agrofarm Bandungan
Kabupaten Semarang. Rumusan ide pengembangan bisnis berasal dari hasil
analisis kekuatan dan peluang. Kekuatan perusahaan diantaranya produksi sayuran
kontinu setiap hari, produk sayur bersertifikat prima 3, memiliki karyawan
packing yang terampil dan memiliki modal dan kondisi keuangan yang baik.
Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan diantaranya gaya hidup
masyarakat yang menyukai sayur dan buah, kesadaran konsumen akan hidup sehat
dan varian produk salad berkembang.
Rencana pengembangan bisnis dianalisis secara non finansial dikatakan
layak. Aspek pemasaran usaha memiliki permintaan pasar yang masih
membutuhkan karena adanya permintaan dari supermarket. Aspek produksi yang
direncanakan layak karena bahan baku utama selada dan bahan pelengkap tersedia
dan dekat dengan lokasi usaha dan tersedianya tenaga kerja yang terampil. Aspek
organisasi dan manajemen yang direncanakan layak karena setiap pekerja
memiliki tugas dan tanggung jawab yang sesuai. Aspek kolaborasi yang
direncanakan layak karena unit bisnis bekerjasama dengan pemasok kemasan,
vendor percetakan dalam menyediakan stiker kemasan dan bekerjasama dengan
reseller seperti Gelael Signature.
69

Rencana pengembangan bisnis dianalisis secara finansial dikatakan layak.


Berdasarkan hasil analisis anggaran parsial sesudah adanya pengembangan bisnis
dapat menghasilkan keuntungan tambahan sebesar Rp 115 196 333 yang
diperoleh dari selisih keuntungan total dengan kerugian total. Nilai R/C > 1 yaitu
1.508 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp 1.508 hasil perolehan laba bersih setelah pajak (EAT) selisih analisis
laba rugi sebelum dan sesudah pengembangan bisnis sebesar Rp 97 359 163.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada PT HAB untuk melaksanakan


pengembangan bisnis salad sayur ini adalah sebagai berikut:
1. PT HAB dapat merealisasikan rencana pengembangan bisnis salad sayur
karena dilihat dari aspek finansial dan finansial layak untuk dijalankan,
sehingga dapat memberikan manfaat bagi perusahaan.
2. Pengembangan bisnis memiliki resiko dari aspek produksi yaitu penurunan
jumlah panen selada yang disebabkan oleh OPT, hal ini akan mempengaruhi
jumlah bahan baku salad sayur. Oleh sebab itu perusahaan dapat
mengantisipasi dengan menjalin kerja sama dengan penyedia selada dari usaha
hidroponik dan mengintensifkan pengendalian OPT.

DAFTAR PUSTAKA

[BKP] Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian 2018. Pengawasan


Keamanan dan Mutu Pangan. WEB [Internet]. [diakses 2019 Apr 10].
Tersedia pada:http://bkp.pertanian.go.id/pengawasan-keamanan-dan-mutu-
pangan. Jakarta (ID): BKP.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang 2018. Kabupaten Semarang
dalam Angka 2018. Semarang (ID): BPS.
Assauri S. 2007. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi. Jakarta
(ID): PT Raja Grafindo Persada.
David FR. 2011. Manajemen Strategis. Sunardi D, Penerjemah; Wurianti P,
editor. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic
Management. Ed ke-11.
Effendy R. 2001. Marketing Manajemen, Malang (ID): Institut Ekonomi dan
Manajemen.
Fitroni F. 2018. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Sayur Hidroponik di
Carnegie Hydroponics Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kasmir, Jakfar. 2017. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Prenadamedia Group.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. (ID): Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN. Ed ke-5.
70

Nuansa. 2017. Pengertian Salad, Contoh Jenis, dan Komposisi. [internet].


[dikutip 2019 Sep 1]. Tersedia pada:
https://www.nuansa.web.id/edukasi/pengertian-salad-contoh-jenis-dan-
komposisinya/.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Depertemen Agribisnis FEM-IPB.
Prihmantoro H, Indriani Y. 2015, Hidroponik Sayuran Semusim untuk Hobi dan
Bisnis. Jakarta (ID): Swadaya.
Rachmina D, Sari SW. 2015. Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasi. Jakarta
(ID): Bisnis Media.
Sabaruddin A. 2015. Manajemen Kolaborasi dalam Pelayanan Politik; Teori
Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu
Sitepu RKK, Sebayang VB. 2013. Kapita Selekta Metode Kuantitatif. Yogyakarta
(ID): Mumpuni Rekacipta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Depok (ID): Universitas Indonesia Press
(UI Press).
Suhardiyanto H. 2010. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Bogor
(ID): IPB Press.
Sugara K. 2012. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada
Romaine secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. [skripsi].
Bogor (ID): Institur Pertanian Bogor.
Suratiyah K. 2011. Ilmu Usaha Tani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
71

LAMPIRAN
72
73

Lampiran 1 Analisis SWOT PT HAB 2019


Strength (S) Weakness (W)
Internal 1. Produksi sayuran kontinu setiap hari 1. Kurangnya penerapan pemeliharaan peralatan sarana produksi
2. Memiliki sertifikat Prima 3 dari Dinas Ketahanan Pangan 2. Pemasaran produk melalui sosial media kurang up to date
Provinsi Jawa Tengah 3. HAB Resto belum dikelola secara professional
3. Menggunakan teknologi hidroponik dalam greenhouse 4. Kurangnya tenaga kerja asisten kebun
4. Memiliki ruang packing khusus dan dua cold storage 5. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
5. Mempunyai hubungan baik dengan konsumen tetap di media 6. Teknis pengiriman produk kurang menunjang.
grup WhatsApp
6. Mengikuti acara pameran produk terjadwal
7. Terdapat SOP pada setiap greenhouse.
Eksternal 8. Job description setiap divisi jelas tertulis.
9. Memiliki karyawan Asisten kebun dan packing yang terampil.
10. Memiliki modal dan kondisi keuangan yang baik.
Opportunity (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Perkembangan teknologi pertanian maupun 1. Mempertahankan greenhouse yang kondusif untuk membangun 1. Mengelola HAB resto dan juga memaksimalkan media sosial
teknologi informasi loyalitas dan kemampuan SDM secara internal. (S3, S7, S9, O1) untuk sarana pemasaran yang efektif. (W2, W3, O1, O4, O5)
2. Meningkatnya Pertumbuhan penduduk 2. Meningkatkan kualitas produk dan pengembangan produk olahan. 2. Peningkatan kapasitas produksi sayur maupun tomat ceri
3. Usaha hidroponik yang sama dapat menjadi partner (S1,S2, S4, S9,S10, O2, O5, O6, O8) dengan pola kemitraan (W4, W5, O4, O5, O6, O7)
perusahaan
4. Meningkatnya permintaan tomat ceri
5. Gaya hidup masyarakat yang menyukai sayur dan
buah.
6. Kesadaran konsumen akan hidup sehat.
7. Tersedia perusahaan input produksi
8. Perkembangan varian produk salad

Threat (T) Strategi S-T Strategi W-T


1. Cuaca ekstrem dan bencana alam 1. Membuat sistem sanitasi sebelum masuk ke greenhouse dan 1. Memperbaiki SOP sarana prasarana penunjang sistem hidroponik
2. Pengunjung yang masuk ke greenhouse berpotensi perbaikan keselamatan pada kegiatan produksi. (S3, T2, T5) sehingga sarana produksi terkendali dan tidak mengganggu proses
menyebarkan jamur dan penyakit budidaya. (W1, W6, T1)
3. Pemasok tidak berproduksi lagi
4. Terdapat produk substitusi olahan salad
5. Penurunan volume panen dan kualitas produk akibat
virus atau organisme pengganggu tanaman

71
74

Lampiran 2 Varian produk salad sayur di Indonesia

Sumber :httpssayuransiapsaji.co.idproducts#image-4
Sumber: httpswww.amazingfarm.comproductfiesta-salad-asian-dressinglang=en
Sumber : httpswww.hokben.co.idmenudetailfurifuri-salad-hana-katsuobushi1

httpswww.instagram.compB0NzdzMhVo8
75
76

Sumber : httpswww.amazingfarm.comwp-contentuploads201507Waldorf-Salad-
Blue-Cheese-Dressing-Edit.png

Sumber : httpswww.instagram.compBzo6lo0HdfC

Sumber : httpswww.instagram.compBtXjjfmHd6S
77

74

Lampiran 3 Layout packing house produksi salad sayur

                Rak / etalase        
                           
dapur                          
        Meja ATK dan Komputer   Meja Produksi 2        
                            5 meter
                           
                           
Ruang Penyimpanan sayur
      Meja Produksi 1            
                           
  Tempat
      pencucian           Tempat penyimpanan alat

12 meter

Keterangan: Barat
Ruang penyimpanan :2x3m
Meja produksi 1 :7x1m
Meja produksi 2 :4x1m Selatan Utara
Meja ATK :3x1m
Tempat pencucian :5x1m
Dapur :1x2m
: mesin spinner Timur
78

Lampiran 4 Perencanaan pola kegiatan produksi salad sayur PT HAB

Kegiatan Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4


Hari M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S
Pembelian bahan pendukung                
Proses produksi                                        
Distribusi                                                
Pemesanan bahan kemasan    

Keterangan :
: Tidak ada kegiatan

75
79

Lampiran 5 Kebutuhan investasi sebelum pengembangan bisnis


Common
Harga satuan Umur ekonomis Total harga Nilai sisa Biaya penyusutan
No Komponen t jumlah
(Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) (Rp)
Cost (%)

1 Mesin spinner 4500 000 1 unit 5 4 500 000 1 000 000 700 000
2 Keranjang box 100 000 4 unit 5 400 000 0 80 000
3 Mesin cup sealer 700 000 1 unit 5 700 000 0 140 000
4 Baskom persegi 35 000 3 unit 5 105 000 0 21 000
5 Sendok 12 000 1 lusin 5 12 000 0 2 400
6 Pisau 20 000 3 unit 5 60 000 0 12 000
7 Timbangan digital 35 000 2 unit 5 70 000 0 14 000
8 Nampan 15 000 2 unit 5 30 000 0 6 000
9 Pakaian produksi 100 000 2 unit 5 200 000 0 40 000
10 Price labeller joyko 80 000 1 unit 5 80 000 0 16 000
Commont Cost
11 Packing house 12% 120 000 000 60 m2 8 14 400 000 0 1800 000
12 sepeda motor vega 12% 8 000 000 1 unit 8 960 000 325 000 79 375
13 Mobil Grandmax 12% 90 000 000 1 unit 10 10 800 000 3 900 000 690 000
14 Laptop asus 12% 4 000 000 1 unit 5 480 000 156 000 64 800
15 Handphone 12% 1 500 000 1 unit 5 180 000 39 000 28 200
16 Printer dan tinta 12% 2 085 000 1 unit 5 250 200 0 50 040
17 Personal computer 12% 5 000 000 1 unit 5 600 000 260 000 68 000
18 AC 1/2 PK 12% 2 700 000 1 unit 5 324 000 65 000 51 800
Total biaya
investasi 34 151 200 3 863 615 76

No Komponen Commont Harga satuan Jumlah Umur ekonomis Total harga Nilai sisa Biaya penyusutan
80

Cost
(Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) (Rp)
(%)
1 Mesin spinner 4 500 000 1 unit 5 4 500 000 1 000 000 700 000
2 Keranjang box 100 000 4 unit 5 400 000 0 80 000
3 Mesin cup sealer 700 000 1 unit 5 700 000 0 140 000
4 Baskom persegi 35 000 3 unit 5 105 000 0 21 000
5 Sendok 12 000 1 lusin 5 12 000 0 2 400
6 Pisau 20 000 3 unit 5 60 000 0 12 000
7 Timbangan digital 35 000 2 unit 5 70 000 0 14 000
8 Nampan 15 000 2 unit 5 30 000 0 6 000
9 Pakaian produksi 100 000 2 unit 5 200 000 0 40 000
10 Price labeller joyko 80 000 1 unit 5 80 000 0 16 000
11 35 000 1 unit 3 35 000 0 11 000
Alat pengiris sayur*
12 Cooler box 55 L* 670 000 2 unit 5 1 340 000 200 000 228 000
13 Pisau pengupas* 10 000 2unit 3 20 000 0 6 667
14 X-Banner* 80 000 10 unit 2 400 000 0 200 000
15 Sertifikat halal* 2 500 000 1 2 500 000
Commont Cost
16 Packing house 12% 120 000 000 60 m2 8 14 400 000 0 1 800 000
17 sepeda motor vega 12% 8 000 000 1 unit 8 960 000 325 000 79 375
18 Mobil Grandmax 12% 90 000 000 1 unit 10 10 800 000 3900 000 690 000
19 Laptop asus 12% 4 000 000 1 unit 5 480 000 156 000 64 800
20 Handphone 12% 1 500 000 1 unit 5 180 000 39 000 28 200
21 Printer dan tinta 12% 2 085 000 1 unit 5 250 200 0 50 040
22 Personal computer 12% 5 000 000 1 unit 5 600 000 260 000 68 000
23 AC 1/2 PK 12% 2 700 000 1 unit 5 324 000 65 000 51 800
Total 38 826 200 4 503 282
81

Lampiran 6 Kebutuhan investasi setelah pengembangan bisnis

* Penambahanan investasi

77
82

Lampiran 7 Biaya tetap sebelum pengembangan bisnis


Harga Biaya per biaya per
No Uraian Satuan Jumlah Satuan bulan tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Pameran Bulan 1 600 000 600 000 7 200 000
2 Biaya Promosi Bulan 1 50 000 50 000 600 000
3 Go-Jek Bulan 1 25 000 25 000 300 000
4 ATK Unit 1 100 000 100 000 1 200 000
Perawatan mesin
5 spinner Bulan 1 85 000 85 000 1 020 000
6 Penyusutan Tahun 1 3 863 615
Commont cost
1 Gaji Pemasaran Orang 1 300 000 300 000 3 600 000
2 Gaji Administrasi Orang 1 278 000 278 000 3 336 000
3 Gaji Akuntan Orang 1 289 000 289 000 3 468 000
4 Gaji admin order Orang 1 278 000 278 000 3 336 000
5 Gaji Supir Orang 2 252 000 504 000 6 048 000
6 Gaji karyawan
produksi Orang 1 425 000 5 100 000
7 Bensin pertalite Liter 9 7 600 68 400 820 800
8 pajak kendaraan motor Unit 1 16 000 16 000
9 pajak kendaraan mobil Unit 1 171 000 1 71 000
10 perawatan kendaraan Unit 1 25 000 25 000 3 00 000
11 Listrik Kwh 23.5 34 475 34 475 4 13 694
12 Wi-fi indihome Bulan 1 50 000 50 000 6 00 000
Total biaya tetap 41 393 109
83

Lampiran 8 Biaya tetap setelah pengembangan bisnis


N Satua Harga Biaya biaya per
o Uraian n Jumlah Satuan perbulan tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Pameran Bulan 1 600 000 600 000 7 200 000
2 Biaya Promosi Bulan 1 50 000 50 000 600 000
3 Go-Jek pesan 85 2000 170 000 2 040 000
4 ATK Unit 1 100 000 100 000 1 200 000
Perawatan mesin
5 spinner Bulan 1 85 000 85 000 1 020 000
6 Biaya pesan kemasan Tahun 1 726 637
7 Biaya transportasi pekan 1 300 000 1 200 000 14 400 000
8 Penyusutan Tahun 1 4 303 282
Commont cost
1 Gaji Pemasaran Orang 1 300 000 300 000 3 600 000
2 Gaji Administrasi Orang 1 278 000 278 000 3 336 000
3 Gaji Akuntan Orang 1 289 000 289 000 3 468 000
4 Gaji admin order Orang 1 278 000 278 000 3 336 000
5 Gaji Supir Orang 2 252 000 504 000 6 048 000
6 Gaji karyawan
produksi Orang 1 425 000 425 000 5 100 000
7 Bensin pertalite Liter 20 7 600 152 000 1 824 000
8 Pajak kendaraan
motor Unit 1 16 000 16 000
9 pajak kendaraan
mobil Unit 1 171 000 1 71 000
10 perawatan kendaraan Unit 1 25 000 25 000 3 00 000
11 Listrik Kwh 23.5 34 475 34 475 4 13 694
12 Wi-fi indihome bulan 1 50 000 50 000 6 00 000
Total biaya tetap 59 102 613
84

80

Lampiran 9 Kebutuhan biaya variabel sebelum pengembangan bisnis

Jumlah/Periode Harga/satuan Total Biaya Total Biaya/Bulan Total Biaya/Tahun


No. Uraian Satuan (Kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Selada romaine kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000
2 Selada lollorossa kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000
3 Selada locarno kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000
4 Selada kristine kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000
5 Dressing sweet spicy kg 0.45 47 000 21 150 423 000 5 076 000
6 Stiker Pcs 50 1 000 50 000 1 000 000 12 000 000
7 Kemasan mika Pcs 50 1 500 75 000 1 500 000 18 000 000
8 Cup dressing Pcs 50 500 25 000 500 000 6 000 000
9 Tomat ceri kg 0.75 42 000 31 500 630 000 7 560 000
Total biaya variabel 10 053 000 120 636 000
85

Lampiran 10 Biaya variabel setelah pengembangan bisnis


Uraian Total Total biaya Total biaya
No Satuan Jumlah per Harga satuan Total biaya biaya/bulan tahun ke-1* tahun 2-5 ***
periode (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Selada romaine* kg 5.9 25 000 147 500 2 950 000 31 050 000 35 400 000
2 Selada lollorossa kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000 18 000 000
3 Selada locarno kg 5.9 25 000 147 500 2 950 000 31 050 000 35 400 000
4 Selada kristine kg 3 25 000 75 000 1 500 000 18 000 000 18 000 000
5 Dressing sweet spicy kg 0.45 47 000 21 150 423 000 5 076 000 5 076 000
6 Stiker pcs 50 1 000 50 000 1 000 000 12 000 000 12 000 000
7 Kemasan mika pcs 50 1 500 75 000 1 500 000 18 000 000 18 000 000
8 Cup dressing* pcs 110 500 55 000 1 100 000 11 400 000 13 200 000
9 Tomat ceri kg 1.95 42 000 81 900 1 638 000 16 632 000 19 656 000
10 Selada junction kg 3.6 25 000 90 000 1 800 000 16 200 000 21 600 000
11 Daun mint* kg 0.25 50 000 12 500 250 000 2 250 000 3 000 000
12 Wortel* kg 1.4 10 000 14 000 280 000 2 520 000 3 360 000
13 Sayur kol* kg 1.4 15 500 21 700 434 000 3 906 000 5 208 000
14 Kemasan mika bulat* pcs 60 1 400 84 000 1 680 000 16 200 000 20 160 000
15 Stiker bandungan salad* pcs 60 800 48 000 960 000 8 640 000 11 520 000
16 Dressing mayonnaise* kg 0.6 45 000 27 000 540 000 4 860 000 6 480 000
17 Overtime tenaga kerja jam 1 15 000 15 000 300 000 2 700 000 3 600 000
  Total biaya variabel         20 805 000 218 484 000 282 060 000
* Penambahan komponen biaya ** 1 tahun = 9 bulan ***1 tahun = 12 bulan

81
86

Lampiran 11 Laporan laba rugi sebelum dan sesudah pengembangan bisnis


Sebelum pengembangan Setelah pengembangan
Laba Rugi Tahun (Rp) Tahun (Rp)
1 2 1 2
1. Penjualan
Lettuce mix salad 216000 000 216000 000 216 000 000 216 000 000
Bandungan Salad 183 600 000 244 800 000
Total Penjualan 216000 000 216000 000 399 600 000 460 800 000
2. Biaya Variabel  
Bahan Baku 84 636 000 84 636 000 149 544 000 171 180 000
Kemasan mika persegi 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
Cup dressing 6 000 000 6 000 000 11 400 000 13 200 000
Stiker Kemasan A 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Over time karyawan
produksi 2 700 000 3 600 000
Kemasan mika mangkuk 16 200 000 20 160 000
Stiker kemasan B 8 640 000 11 520 000
Total Biaya Variabel 120 636 000 120 636 000 218 484 000 249 660 000
Laba Kotor 95 364 000 95 364 000 181 116 000 211 140 000
3. Biaya Tetap  
Pameran 7 200 000 7 200 000 7 200 000 7 200 000
Biaya Promosi 600 000 600 000 600 000 600 000
Go-Jek 300 000 300 000 2 040 000 2 040 000
ATK 1 200 000 1 200 000 600 000 600 000
Perawatan mesin spinner 1 020 000 1 020 000 1 020 000 1 020 000
Biaya Pemesanan kemasan 726 637 726 637
Penyusutan 3 863 615 3 863 615 4 303 282 4 303 282
Bensin pertalite 820 800 820 800 1 824 000 1 824 000
Biaya Transportasi 10 800 000 14 400 000
Commont cost  
Gaji Pemasaran 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Gaji Administrasi 3 336 000 3 336 000 3 336 000 3 336 000
Gaji Akuntan 3 468 000 3 468 000 3 468 000 3 468 000
Gaji admin order 3 336 000 3 336 000 3 336 000 3 336 000
Gaji Supir 6 048 000 6 048 000 6 048 000 6 048 000
Gaji karyawan produksi 5 100 000 5 100 000 5 100 000 5 100 000
pajak kendaraan motor 16 000 16 000 16 000 16 000
pajak kendaraan mobil 171 000 171 000 171 000 171 000
perawatan kendaraan 300 000 300 000 300 000 300 000
Listrik 413 694 413 694 413 694 413 694
wifi indihome 600 000 600 000 600 000 600 000
Total Biaya Tetap 41 393 109 41 393 109 59 352 613 59 302 613
EBIT 53 970 891 53 970 891 121 763 387 151 837 387
Bunga  
EBT 53 970 891 53 970 891 121 763 387 151 837 387
Pajak (0.5%) 269 854 269 854 628 817 777 187
EAT 53 701 037 53 701 037 121 176 387 151 060 200
87

Lampiran 12 Hasil survey perencanaan produk.

83
88

84
Lanjutan Lampiran 11 Hasil survey perencanaan produk (lanjutan)
89

Lanjutan Lampiran 11 Hasil survey perencanaan produk (lanjutan)

85
90

Lampiran 13 Desain stiker kemasan produk baru Bandungan Salad


91

RIWAYAT HIDUP
Ardhi Anggara Wardhana dilahirkan di Kota Kediri Jawa
Timur pada tanggal 2 Februari 1998. Putra kedua dari tiga
bersaudara dari Bapak Setya Wardono dan Ibu Esti Wuri
Handayani. Penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN
Aren Jaya XVIII Bekasi pada tahun 2009, pendidikan SMP di
SMPN 11 Bekasi pada tahun 2013 dan pendidikan SMA
jurusan IPA di SMAS Thariq Bin Ziyad Bekasi pada tahun
2016. Penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan di Sekolah
Vokasi IPB dengan menjadi mahasiswa Program Keahlian
Manajemen Agribisnis melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis aktif diberbagai kegiatan pembinaan Pramuka, organisasi kerohanian
Islam sejak SMA dan menjadi koordinator media komunikasi di organisasi MAB
Care. Penulis pernah meraih prestasi non akademik juara 1 Musabaqoh Hifdzril
Quran (MHQ) yang diselenggarakan oleh DYMIC Diploma Youth Contest tahun
2016.

Anda mungkin juga menyukai