SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Rantai Pasok Sayuran
di PT Bimandiri Agro Sedaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
RANTAI PASOK SAYURAN DI
PT BIMANDIRI AGRO SEDAYA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
i
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
tesis ini yaitu Rantai Pasok Sayuran di PT Bimandiri Agro Sedaya. Penulis
menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini melibatkan bantuan, doa dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan fasilitas dan doa agar dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
2. Ibu Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka MS selaku ketua komisi pembimbing
dan Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla MM selaku anggota komisi pembimbing atas
dukungan, arahan, masukan berupa teori serta waktu dengan penuh kesabaran
membimbing penulis hingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang lebih
baik selama pembuatan penelitian ini.
3. Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS, selaku ketua program studi dan dosen
evaluator pada kolokium serta penguji utama pada ujian tesis. Terima kasih
atas saran yang telah diberikan kepada penulis untuk penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku dosen penguji perwakilan program studi
pada ujian tesis. Terima kasih atas saran yang telah diberikan kepada penulis
untuk penyempurnaan tesis ini.
5. Seluruh dosen dan staff program studi Magister Sains Agribisnis
6. Teman-teman Magister sains Agribisnis angkatan VI.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi para
peneliti lainnya dan bermanfaat bagi banyak pihak.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Manajemen Rantai Pasok 8
Kinerja Rantai Pasok 9
Contract Farming 10
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11
Konsep Rantai Pasok 11
Supply Chain Management 13
Kemitraan Contract Farming 13
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 16
Kerangka Pemikiran Operasional 17
METODELOGI PENELITIAN 20
Lokasi dan Waktu Penelitian 20
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Penentuan Responden 20
Metode Pengolahan Data 20
Analisis Rantai Pasok Sayuran 21
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran 23
Analisis Kemitraan Contract Farming 26
GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK SAYURAN 29
Gambaran Umum Petani Mitra 29
Gambaran Umum PT Bimandiri Agro Sedaya 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 33
Rantai Pasok Sayuran dengan pendekatan Food
Supply Chain Networks (FSCN) 33
Contract Farming Models pada Rantai Pasok Sayuran 55
SIMPULAN DAN SARAN 60
Simpulan 60
Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN 65
RIWAYAT HIDUP 73
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manfaat lain dengan adanya packing house ini adalah untuk meningkatkan
mutu sayuran. Peningkatan mutu ini dilakukan dengan cara pembinaan manajemen
dan pengolahan hasil sayuran. Pasokan sayuran penting untuk diperhatikan karena
menyangkut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dan agar
produsen memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini
dapat dicapai apabila rantai kegiatan dari mulai penyediaan bahan baku, hingga
produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir terkelola dengan baik. Adanya
manajemen rantai pasok dapat mengintegrasikan mulai dari pengiriman order,
pengadaan bahan baku, penyebaran informasi, perencanaan kolabratif, pengukuran
kinerja, dan pengiriman kepada konsumen akhir. Artinya dengan adanya
manajemen rantai pasok yang baik berarti terjalin integrasi yang baik antara rantai
pasok sayuran, yaitu suatu kerjasama yang sinergis antara petani sayuran dengan
perusahaan pemasaran sayuran.
Hubungan kerjasama yang terintegrasi antara pemasok (petani) dengan
perusahaan pemasaran sayuran umumnya dikenal dengan kemitraan. Kemitraan
merupakan tujuan strategi yang digunakan dalam meningkatkan kinerja pelaku
usaha agribisnis seperti petani (Martinus 2008). Tujuan kemitraan untuk membantu
petani dan pihak-pihak tertentu dalam mengadakan kerjasama kemitraan yang
saling menguntungkan dan bertanggung jawab. Hubungan kemitraan yang baik
yaitu terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Petani kecil pada
umumnya memerlukan bantuan modal dan teknologi, sementara itu usaha skala
besar memerlukan bahan baku yang cukup dan berkesinambungan serta
membutuhkan pihak eksternal untuk memperlancar arus pemasaran produk.
Dengan adanya kemitraan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelaku-
pelaku dalam rantai pasok.
Perumusan Masalah
perlu diadakannya kerjasama yang baik dengan mitranya untuk mengelola rantai
pasoknya agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen, dari petani hingga ritel.
Sistem kerjasama yang dibangun antara pihak petani dan perusahaan selama
ini tidak berbentuk kontrak secara tertulis. Kerjasama ini hanya mengandalkan
sistem kepercayaan diantara keduanya, dimana petani menjual sayurannya kepada
perusahaan, dan perusahaan hanya membeli sayuran yang sesuai dengan grade
perusahaan. Harga jual sayuran yang ditawarkan dari pihak perusahaan kepada
petani sayuran diatas harga sayuran di pasar tradisional (PT Bimandiri Agro
Sedaya) dapat dilihat pada Tabel 4, namun harga jual sayuran tersebut tidak tetap
melainkan disesuaikan dengan kondisi pasar karena tidak adanya kontrak sehingga
harga jual sayuran tidak disepakati diawal.
optimal sehingga akan terlihat sejauh mana upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki permasalahan didalam pengelolaan rantai pasok tersebut. Selain itu
jika kinerja rantai pasokan suatu organisasi meningkat maka semakin mudah
mencapai tujuan akhirnya atau target yang ingin dicapai. Hubungan kemitraan juga
menentukan kinerja rantai pasok. Menurut (Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2015), perusahaan sebagai driver dalam rantai
pasok di harapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan pasar
yang bersifat kontrak. Pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang
lebih besar terhadap petani kecil untuk dapat berpartisipasi dalam pasar. Model
kemitraan yang baik tentunya juga akan mempengaruhi dalam kinerja rantai pasok.
Hasil Evaluasi dari penerapan manajemen rantai pasok tersebut dapat dijadikan
landasan bagi perumusan upaya strategis dalam peningkatan kinerja rantai pasok
sayuran pada PT Bimandiri Agro Sedaya di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan masalah:
1. Bagaimana kondisi rantai pasok sayuran di PT Bimandiri Agro Sedaya ?
2. Bagaimana sistem contract farming di PT Bimandiri Agro Sedaya?
3. Apa upaya strategis dalam peningkatan kinerja rantai pasok sayuran di PT
Bimandiri Agro Sedaya ?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
yang dianalisis adalah tomat, kembang kol, selada, sawi dan kol/kubis, dengan
permintaan sayuran ritel tertinggi pada PT Bimandiri Agro Sedaya. Cakupan rantai
pasok sayuran yang dianalisis dimulai dari petani mitra sampai di PT Bimandiri
Agro Sedaya. Untuk menganalisis hubungan kemitraan yang terintegrasi antara
petani mitra dan PT Bimandiri menggunakan contract farming models.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum rantai pasok terdiri dari beberapa elemen yang memiliki peran
masing-masing. Keseluruhan masing-masing elemen tersebut memiliki ukuran
kinerja rantai pasok masing-masing dan berbeda satu sama lain. Ukuran kinerja
rantai pasok tersebut dapat menjadi dasar dikatakannya suatu kegiatan dalam rantai
pasok berjalan dengan baik atau tidak. Menurut Van der Vorst (2006), sistem
pengukuran kinerja (performance measurement system) diperlukan sebagai
pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasok dan peningkatan
daya saing pelaku rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung
perancangan tujuan rantai pasok, evaluasi kinerja rantai pasok, dan menentukan
langkah-langkah ke depan melalui strategi yang perlukan dalam rantai pasok.
Pengukuran suatu kinerja rantai pasok dapat dilakukan dengan metode
Supply Chain Operational Reference (SCOR). Sejalan dengan penelitian Saputra
dan Fithri (2012), Mutakin dan Hubeis (2011), Anggraeni (2009) Achmad dan
Yuliawati (2013) dan Muhammad et al (2012) menggunakan metode SCOR untuk
pengukuran rantai pasok. Metode SCOR merupakan suatu metode yang
dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasok untuk mengukur kinerja rantai pasok
perusahaan, meningkatkan kinerjanya dan mengkomunikasikan kepada pihak-
pihak yang terlibat di dalam rantai pasok. Model SCOR menyajikan kerangka
proses bisnis, indikator kinerja, praktik-praktik terbaik serta teknologi yang unik
untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar mitra rantai pasok sehingga
dapat meningkatkan manjemen rantai pasok dan efektivitas penyempurnaan rantai
pasok (Paul 2014).
Penelitian Lestari (2016), Ahmad dan Yuliawati (2013) dan Rizqiah (2014)
mengukur kinerja rantai pasok tidak hanya menggunakan metode SCOR melainkan
dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan nilai
tambah. Metode SCOR menganalisis pengukuran kinerja secara sistematis dengan
mengkombinasikan elemen-elemen bisnis, benchmarking dan praktik terbaik untuk
diterapkan didalam rantai pasok (Setiawan 2011). Dengan menggunakan metode
SCOR memudahkan suatu perusahaan untuk mendeskripsikan proses rantai pasok
yang terjadi. Metode SCOR didasarkan pada lima atribut pengukuran kinerja yaitu
reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas, biaya dan manajemen aset (Bolstroff dan
Rosenbaum 2011). Penelitian Moazzam et al. (2012) atribut pengukuran kinerja
dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan karakteristik produknya.
Belum ada sistem pengukuran terpadu mengenai Agri-Food Supply Chain,
hal ini diperkuat pada penelitian Aramyan et al. (2007) dikarenakan sayuran dan
buah-buahan memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lainnya. Dengan
menambahkan indikator food quality menjadi penting karena spesifikasi rantai
pasok pangan berupa sayuran yang menuntut kesegaran dan kualitas. Atribut
kinerja yang digunakan disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Menurut Luning et al. (2002) pada atribut kinerja kualitas makanan
disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan,
sehingga tidak semua pengukuran Agri-Food Supply Chain di dasarkan pada atribut
kualitas makanan.
10
Contract Farming
KERANGKA PEMIKIRAN
dan Informasi
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), rantai pasok adalah suatu system
tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para
pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang
saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai pasokan yaitu suatu
gambaran mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat
membentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Salah satu
faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur
informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai
tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan
kepuasan maksimal pada para pelanggan.
pada produk pertanian dapat meningkatkan akses petani untuk memasuki pasar
modern dan pasar global secara lebih luas.
Sebuah supply chain (rantai pasok) merujuk kepada jaringan yang rumit dari
hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk
mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. Tujuan
dalam rantai pasok ialah memenuhi permintaan pelanggan melalui efisien
menggunakan sebagian besar sumber daya, termasuk distribusi, kapasitas
persediaan dan tenaga kerja serta memastikan material terus mengalir dari sumber
ke konsumen akhir. Bagian-bagian yang bergerak didalam rantai pasok haruslah
berjalan secepat mungkin. Tiap-tiap tingkat dari rantai pasok dihubungkan melalui
alian produk, informasi, dan keuangan (Siagian 2002). Menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2002), pemain utama dalam rantai pasok diantaranya suppliers,
manufacture, distributor, retail outlets, dan customers yang secara rinci dijelaskan
sebagai berikut :
1. Rantai 1 : Suppliers
Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan
pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa
juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan
dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya.
2. Rantai 1 – 2 : Suppliers ► Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang
melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan,
ataupun menyelesaikan barang (finishing).
3. Rantai 1 – 2 – 3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan kepada
pelanggan melalui distributor.
4. Rantai 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga dapat
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer.
5. Rantai 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail
Outlets ► Custumers
Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau
pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah ritel, warung, ritel
serba ada, pasar swalayan, ritel koperasi, mal, dan club stores. Aplikasi
manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu
penurunan biaya, penurunan modal dan perbaikan pelayanan (Anatan dan
Ellitan 2008).
badan usaha yang secara ekonomi relatif lebih kuat. Melalui kontrak, petani kecil
dapat beralih dari usaha tradisional/subsisten ke produksi yang bernilai tinggi dan
berorientasi ekspor. Hal ini tidak hanya berpotensi meningkatkan penghasilan
petani, kecil yang ikut dalam kontrak tetapi juga mempunyai efek berlipat ganda
(multiplier effects) bagi perekonomian di pedesaan maupun perekonomian dalam
skala yang lebih luas.
Contract farming menjadi salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
di sektor pertanian (agribisnis) khususnya pertanian skala kecil. Contract farming
mengintegrasikan petani ke dalam pasar modern melalui suatu sistem rantai pasok,
pola interaksi sosial dan proses kerja oleh para pelaku utama agribisnis. Secara
koseptual, menurut Eaton dan Sherperd (2001), contract farming atau kemitraan
usaha adalah sebagai jalinan kerjasama yang berorientasi ekonomi dan bisnis yang
berkesinambungan antara dua atau lebih pelaku agribisnis, baik dalam satu
subsistem maupun antar subsistem agribisnis (keterkaitan antar subsistem). Tujuan
dari contract farming yaitu berupa jalinan kerjasama yang saling membutuhkan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan sehingga hubungannya akan
berkesinambungan. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara
kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling
memperkuat yang terpenting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan
peran masing-masing. Sehingga mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik
dalam suatu kerangka rantai pasok. Terdapat tiga komponen utama dalam
penyusunan contract farming (Eaton et al. 2001):
- Ketentuan pasar : petani dan perusahaan berkomitmen masing-masing untuk
memasok dan membeli komoditas pertanian tertentu
- Penyedia sumber daya : perusahaan berkomitmen untuk memberikan masukan
kredit dan saran teknis kepada petani.
- Spesifikasi manajemen : petani menyetujui metode yang direkomendasikan
mengenai budidaya hingga pemanenan oleh perusahaan.
Contract farming dapat juga diartikan sebagai sistem produksi dan
pemasaran berskala menengah, dimana terjadi pembagian beban resiko produksi
dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil. Tujuannya untuk
mengurangi biaya transaksi (Mustikawati 2010). Keunggulan contrac farming yang
banyak dijumpai dalam bentuk kontrak pemasaran antara lain:
a) Efisiensi dalam pengumpulan hasil tinggi karena kontrak dilakukan secara
berkelompok melalui PKT/Gapoktan/Kelompok Tani
b) Efisiensi dalam pengangkutan tinggi karena dapat dicapainya skala angkut
maksimal
c) Harga relatif stabil karena harga ditetapkan dengan sistem kontrak di mana
harga ditetapkan saat sebelum tanam
d) Mampu mendorong petani untuk menghasilkan produk berkualitas
e) Menjamin kepastian kontinyuitas pasokan bagi perusahaan mitra, karena ada
perencanaan produksi (perencanaan luas areal, jadwal tanam, jadwal panen).
Sedangkan kelemahan dari pola contrac farming antara lain:
a) Kelembagaan kemitraan usaha umumnya bersifat rigid karena didasarkan atas
ikatan-ikatan formal yang mengikat, dengan sistem insentif dan sangsi yang
jelas
15
b) Biasanya Perusahaan Mitra memiliki jaringan pasar yang bersifat khusus (ritel,
industri pengolahan, restouran dan hotel, serta ekspor) dengan persyaratan
standar mutu yang ketat
c) Tidak adanya fleksibilitas keluar masuk pasar secara bebas, karena sudah terikat
kontrak pemasaran
d) Hanya dapat menampung hasil produksi produk yang memenuhi standar
kualitas yang telah ditentukan oleh ke dua belah pihak.
Praktik contract farming atau kemitraan usaha yang sudah berkembang di Indonesia
diantaranya kemitraan petani dengan retail modern. Kemitraan tersebut merupakan
bentuk kemitraan pemasaran, dimana petani memperoleh pasar baru yang
menawarkan keuntungan cukup besar sedangkan bagi retailer, keuntungan yang
diperoleh dengan adanya bermitra dengan petani adalah adanya pasokan yang tetap
dan kontinu untuk memenuhi permintaan kebutuhan pasarnya (Mustikawati 2010).
Menurut Eaton dan Shepherd (2001), untuk mengidentifikasi hubungan
kemitraan contract farming, dibagi menjadi lima model, yaitu:
1. Informal model
yaitu model yang biasanya diaplikasikan terhadap wiraswasta perseorangan
atau perusahaan kecil yang biasanya membuat kontrak produksi informal yang
mudah dengan para petani berdasarkan musiman. Terutama untuk tanaman
sayuran segar dan buah-buahan tropis. Tanaman biasanya membutuhkan
perlakuan yang ekstra mulai dari proses budidaya hingga pengolahan. Contoh
dari model ini adalah dimana perusahaan kecil membeli produk dari petani dan
memberikan perlakuan seperti sortasi, grading dan pelabelan terhadap produk
lalu dijual kembali ke ritel.
Kelebihan model ini adalah rendahnya biaya operasional, sedangkan kelemahan
model ini adalah kontrol yang rendah terhadap proses produksi, tingginya risiko
yang ditanggung oleh perusahaan jika terjadi kendala dalam pasokan serta
adanya kompetisi yang tinggi ditingkat pembeli.
2. Intermediary model
yaitu model kombinasi dari centralized model dan informal model. Model ini
biasanya diaplikasikan terhadap usaha pemberdayaan masyarakat petani
melalui mediasi lembaga pemerintah atau lembaga non profit lainnya dalam
mediasi dengan perusahaan mitra, fasilitasi dalam penyediaan dana, serta
bimbingan dan penyuluhan. Kelebihan model ini adalah mengurangi risiko,
dengan asumsi pengolahan yang efektif, adanya dukungan keuangan,
peningkatan pengolahan supply chain pengelolaan, sedangkan kelemahan
dalam model ini adalah visibilitas, kontrol produksi pembeli lebih rendah di
bandingkan petani.
3. Multipartite model
yaitu biasanya melibatkan badan hukum dan perusahaan swasta yang secara
bersama berpartisipasi bersama para petani yang bertanggung jawab untuk
penyediaan kredit, manajemen produksi, manajemen pengolahan dan
pemasaran. (misalnya melibatkan Gapoktan atau kelompok tani, grower,
pemasok saprodi, lembaga permodalan, supplier). Kelebihan model ini adalah
mengurangi risiko, kelemahannya adalah tingginya biaya tranportasi.
4. Centralized model
yaitu model yang terkoordinasi secara vertikal, dimana sponsor membeli
produk dari para petani dan kemudian memprosesnya atau mengemasnya dan
16
2. Benchmarking
berfungsi untuk menentukan data pembanding sebagai acuan peningkatan
kinerja rantai pasok.
3. Process measurement
berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses
supply chain.
SCOR terstruktur ke dalam enam proses manajemen berbeda, yaitu :
1. Plan (perencanaan)
berkaitan dengan rencana perusahaan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan kedepannya agar sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan.
2. Source (pengadaan)
berkaitan dengan pelaksanaan apa saja yang akan dilakukan di dalam
perusahaan sehingga menimbulkan nilai guna.
3. Make (pembuatan)
berkaitan dengan penciptaan produk atau barang yang nantinya dapat
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
4. Deliver (pengiriman)
berkaitan dengan bagaimana produk atau barang dari perusahaan tersebut dapat
sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu.
5. Return (pengembalian)
berkaitan dengan pengembalian produk atau barang milik perusahaan yang
kondisinya cacat, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan
6. Enable
berkaitan dengan penetapan, pemeliharaan dan pemantauan informasi,
hubungan, sumberdaya, aset, aturan bisnis, kesesuaian dan kontrak yang
dibutuhkan dalam menjalankan rantai pasok
Model SCOR memberikan petunjuk mengenai tipe-tipe metric yang
dipergunakan untuk mengukur performansi suatu perusahaan. Metrik adalah
sebuah pengukuran kinerja standar yang memberikan dasar bagaimana kinerja dari
proses-proses dalam supply chain di ebaluasi. Pengukuran kinerja rantai pasok
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap atribut-atribut kinerja yaitu:
1. Reliabilitas merupakan atribut kinerja yang menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan atau ditargetkan.
2. Responsivitas merupakan atribut kinerja yang menilai kecepatan rantai pasok
produk hingga tiba di tangan pelanggan atau konsumen.
3. Adaptibilitas menilai kemampuan rantai pasok dalam merespon perubahan
pasar untuk meningkatkan dan mempertahankan keuntungan yang ada.
4. Biaya merupakan atribut kinerja yang menghitung biaya yang dikeluarkan
dalam suatu proses rantai pasok.
ini diharapkan turut meningkatkan daya saing pada PT Bimandiri Agro Sedaya di
pasaran. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
Permasalahan pada PT Bimandiri Agro Sedaya :
- Kurang jumlah pasokan sayuran
- Hubungan kerjasama yang terjalin dengan petani mitra tidak ada kontrak
secara jelas
Petani mitra
Petani mitra
Keterangan :
Aliran Produk
Aliran Biaya dan Informasi
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari wawancara mendalam (indept interview) dengan pelaku rantai pasok. Data
primer yang dikumpulkan mencakup kondisi rantai pasok, harga sayuran unggulan
di PT Bimandiri Agro Sedaya, biaya produksi dan penanganan pasca panen di
tingkat petani dan PT Bimandiri Agro Sedaya. Data primer juga diperoleh dari data
historis PT Bimandiri Agro Sedaya mengenai jumlah permintaan dari ritel, jumlah
pasokan sayuran dari petani mitra ke perusahaan, dan jumlah penjualan sayuran
dari perusahaan ke ritel. Data sekunder diperoleh melalui literatur, data-data relevan
yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau instansi terkait, artikel,
jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian.
Penentuan responden dalam penelitian ini merupakan petani mitra dan pihak
PT Bimandiri Agro Sedaya (manajer operasional dan kepala divisi pemasaran) yang
ditentukan dengan metode purposive sampling. Petani mitra yang dijadikan
responden adalah petani yang menghasilkan tomat, kol/kubis, sawi, selada dan
kembang kol sebanyak 20 petani yang secara kontinu mengirimkan sayuran kepada
PT Bimandiri Agro Sedaya.
- Pemilihan mitra
Apa saja sumber daya
- Kesepakatan kontraktual Sumber yang digunkan dalam
- Sistem transaksi
daya rantai setiap proes oleh
- Dukungan pemerintah
pasok setiap anggota FSCN ?
- Kolaborasi rantai pasok
Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2011), setelah diukur nilai pada setiap
indikator, nilai-nilai tersebut akan dibandingkan dengan benchmark kinerja rantai
pasok yang telah ditetapkan oleh Supply Chain Council. Benchmark adalah patokan
nilai yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja rantai pasok. Benchmark terdiri dari
26
tiga klasifikasi nilai yaitu parity, advantages dan superior. Parity adalah klasifikasi
nilai terendah target efektifitas sebuah kinerja rantai pasok. Data pada kategori
parity diperoleh dari rataan nilai perusahaan pada posisi median (rataan nilai
tengah). Advantages adalah klasifikasi nilai menengah target efektifitas sebuah
kinerja rantai pasok. Data pada kategori advantage merupakan rataan nilai tengah
antara kategori superior dan parity. Superior adalah klasifikasi nilai tertinggi target
efektifitas sebuah kinerja rantai pasok. Data pada kategori superior diperoleh dari
90 persen organisasi-organisasi dengan nilai terbaik untuk masing-masing metrik
(Bolstorff dan Rosenbaum 2011).
Kinerja rantai pasok yang diukur meliputi kinerja petani mitra dan kinerja
PT Bimandiri Agro Sedaya. Kinerja rantai pasok sayuran merupakan akumulai
hasil kesimpulan dari kinerja setiap pelaku rantai pasok sayuran. Jika kinerja kedua
pelaku rantai pasok baik, maka kinerja rantai pasok sayuran baik, begitu pula
sebaliknya. Pengukuran kinerja rantai pasok ditingkat petani bersadarkan per satuan
unit komoditas, dengan alasan bahwa tomat, kol/kubis, sawi, selada dan kembang
kol memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga diukur kinerjanya per
komoditas. Sedangkan untuk pengukuran kinerja rantai pasok di tingkat perusahaan
diukur dari hasil rata-rata kinerja sayuran seperti tomat, kol/kubis, sawi, selada dan
kembang kol dengan alasan bahwa proses pendistribusian sayuran secara
bersamaan. Kriteria penilaian kinerja rantai pasok sayuran dilihat pada Tabel 6.
sudah ditetapkan dalam kontrak. Menurut Eaton et al. (2001) Contract Farming
sebagai perjanjian jangka panjang antara petani dan perusahaan pengolahan dan
pemasaran untuk menyediakan pasokan dan produksi hasil pertanian dengan harga
yang telah disepakati oleh kedua pihak. Perusahaan pengolahan dan pemasaran
dapat menjadi badan swasta maupun publik (Bijman 2008).
Penentuan contract farming models pada penelitian ini menggunakan skala
pengukuran likert dengan menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur
hubungan kemitraan dengan merespon lima titik pilihan pada setiap butir
pertanyaan (Likert 1932; Budiaji 2013). Menurut Eaton et al. (2001) dari total nilai
pokok-pokok skala tersebut dikelompokkan menjadi 5 respon yaitu; tidak pernah
(skor 1), jarang (skor 2), kadang-kadang (skor 3), sering (skor 4) dan selalu (skor
5). Indikator-indikator yang diperoleh mengacu pada Technoserve dan IFAD
(2011) pada Tabel 7 dan disesuaikan dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan,
kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan ditabulasi. Pihak petani dan perusahaan
diberikan pertanyaan sesuai dengan indikator dalam contract farming. Hasil
penilaian disesuaikan dengan skala likert dengan 5 respon nilai, setelah itu nilai
dirata-ratakan per indikator dan didapat indikator mana yang paling dominan dari
rata-rata nilai petani dan perusahaan. Nilai petani dan perusahaan dirata-ratakan
untuk mendapatkan nilai rata-rata dalam menentukan contact farming, kemudian
dilakukan penarikan kesimpulan secara umum dari lima model kemitraan manakah
yang sesuai diterapkan di PT Bimandiri, dapat dilihat pada Gambar 5.
Model informal Model Intermediary Model Multipartite Model Centralized Model Nucleus estate
Masukan
Perpanjangan
pelayanan
Pengunaan
Kontrak
Kelompok Tani
Pengelolaan Petani
Produksi/
pengolahan terpusat
Logistik Pasca
Panen
Tidak Kadang -
Masukan Hasil Jarang Kadang sering Selalu
Prosess pernah
Petani mitra yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani
mitra yang memasok komoditi tomat, kol/kubis, sawi, selada, dan kembang kol.
Setiap komoditas terdiri dari 3 sampai 5 petani mitra, sehingga total keseluruhan
petani mitra sayuran sebanyak 20 orang. Beberapa petani dari petani mitra tersebut
bergabung dengan Kelompok Tani Dewa Family dan Palmarosa, disanalah petani
memperoleh pengetahuan tentang budidaya sayuran yang berkualitas. Lahan yang
digunakan petani untuk budidaya sayuran berlokasi di Kecamatan Lembang, tetapi
pada daerah yang berbeda-beda.
Petani mitra yang dijadikan sebagai responden, sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki. Lima orang petani mitra yang berjenis kelamin perempuan.
Rentang umur petani mitra yaitu 35 hingga 55 tahun. Petani mitra sayuran PT
Bimandiri Agro Sedaya masih tergolong usia produktif. Orang-orang yang masih
tergolong usia produktif memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan dan
mengembangkan usahanya sehingga dapat menghasilkan sayuran yang berkualitas.
Sebaran umur petani mitra dapat dilihat pada Tabel 8.
(SLTP) yaitu 25 persen dan 35 persen pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Sebaran
umur petani mitra dapat dilihat pada Tabel 9.
Sebagian besar petani mitra telah lama berprofesi sebagai petani sayuran
khususnya tomat, kol/kubis, sawi, selada maupun kembang kol. Mayoritas petani
mempunyai pengalaman masih sedikit sekitar 3-7 tahun. Semakin tinggi
pengalaman maka menjadikan petani lebih memahami karakteristik sayuran yang
mereka tanam. Selain pengalaman, biasanya petani mengetahui pemahaman
mengenai praktik lapang dari kegiatan penyuluhan dari beberapa petani yang
tergabung dalam Kelompok Tani. Sebaran petani mitra berdasarkan lama usahatani
sayuran dapat dilihat pada Tabel 11.
31
Board of Director
Bpk. Ahmad Rivani
CorporateSecretary
Bpk. Sudia Dharma
Finance,
Procuremen Packing House Logistic Marketing
HRD &
t Bpk. GA
Ibu Febi Ibu Unyit Bpk.
Aulia Irman Ajos Ibu
Sekarwati
Reni
Struktur Rantai
Dalam aspek struktur rantai menerangkan siapa saja anggota-anggota yang
terlibat beserta peranannya dalam rantai pasok dan aliran rantai pasok. Tujuan
menganalisis struktur rantai pasok untuk memilah anggota yang berperan sangat
penting bagi keberhasilan rantai pasok sesuai dengan tujuan rantai pasok.
Perusahaan
Purchasing oleh
Pencatatan menghubungi
ritel/ritel mitra
supplier/petani mitra
Pembayaran
Distribusi dengan supplier Evaluasi
dan ritel
Pihak ritel sebagai pihak pertama yang mendapat keluhan dan masukan dari
pihak konsumen mengenai sayuran yang mereka jual. Keluhan dan masukan dari
konsumen ini kemudian di informasikan kepada PT Bimandiri Agro Sedaya sebagai
penyedia sayuran ke ritel, kemudian perusahaan melakukan evaluasi dan mencari
solusi secara internal maupu eksternal dengan petani mitranya agar dapat
memenuhi permintaan konsumen. Ritel yang menjadi tujuan pemasaran PT
Bimandiri Agro Sedaya termasuk kedalam golongan kelas menengah, daftar ritel
tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Jarak yang ditempuh dalam pemasaran sayuran
tidak terlalu jauh, sehingga PT Bimandiri Agro Sedaya mampu memasarkan sendiri
produknya dengan menggunakan transportasi perusahaan. Sebelum melakukan
pendistribusian barang, pihak perusahaan membuat surat jalan terlebih dahulu
sebagai tanda bukti kepada pihak ritel.
PT Bimandiri Agro Sedaya sebagai perusahaan pemasaran produk
hortikultura melakukan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan mulai dari
aktivitas pembelian, proses produksi, aktivitas penjualan, hingga distribusi. Mulai
dari bahan baku datang hingga menjadi produk yang siap untuk di distribusikan ke
ritel hingga layanan purna jual dari perusahaan. Semua aktivitas yang dilakukan
berhubungan dengan pihak-pihak mitra perusahaan yaitu petani sayuran dan ritel.
Aktivitas fisik yang dilakukan perusahaan adalah pengangkutan sayuran. Sayuran
terlebih dahulu dikemas dan diberi label oleh perusahaan sebelum dikirim ke ritel.
PT Bimandiri Agro Sedaya juga melakukan penyimpanan produk setelah
produk dikemas dan sebelum didistribusikan kepada ritel. Kegiatan sortasi sayuran
yang baru diterima dari petani disesuaikan dengan standar kualitas dan permintaan
ritel. Ritel merupakan konsumen PT Bimandiri Agro Sedaya yang melakukan
aktivitas pembelian dan penjualan. Pihak ritel melakukan sortasi terlebih dahulu
terhadap sayuran yang diterimanya dari perusahaan sebelum dijual kepada
konsumen. Tujuan sortasi ini untuk memilah produk yang sesuai dengan standar
ritel sehingga jika ada sayuran yang tidak memenuhi standar ritel akan segera
dikembalikan ke perusahaan. Aktivitas anggota primer rantai pasok sayuran dapat
dilihat pada Tabel 13.
PT Altindo
Mulia
Petani Mitra
Petani Mitra
Proses distribusi dilakukan pada malam hari untuk menjaga agar produk
tetap segar. Pengiriman dilakukan pada pukul 02.00 – 03.00 WIB oleh karyawan
Ekspedisi dengan menggunakan mobil box. Mobil box tersebut terdapat kontainer-
kontainer yang berisi produk yang akan dikirim termasuk tomat, kol/kubis, sawi,
selada dan kembang kol. Penempatan kontainer juga diatur sedemikian rupa
sehingga meminimalisir kerusakan fisik pada produk. PT Bimandiri Agro Sedaya
mengirim produk ke ritel berdasarkan pesanan yang diminta, kemudian dari pihak
ritel ke bagian penerimaannya akan menyeleksi kembali produk-produk tersebut.
Bila ternyata terjadi kerusakan atau kriterianya tidak sesuai dengan standar kriteria
ritel, maka produk tersebut akan dikembalikan dan yang akan dibayar hanya produk
yang lolos seleksi. PT Bimandiri Agro Sedaya tidak bertanggung jawab atas
kerusakan pada produk-produk yang terjadi dipasar swalayan.
Aliran finansial pada rantai pasok sayuran terjadi dari ritel kepada PT
Bimandiri Agro Sedaya dan ke petani. Ritel membayar dengan sistem pembayaran
kredit kepada perusahaan, yang dibayarkan setelah dua minggu sayuran tersebut
dikirimkan. Petani akan menerima pembayaran dari PT Bimandiri Agro Sedaya
sesuai dengan jumlah hasil panen yang telah disortasi. Pembayaran dari PT
Bimandiri Agro Sedaya kepada petani dilakukan setelah perusahaan menerima
pembayaran dari ritel. Aliran komunikasi yang tejadi dalam rantai pasok sudah
41
terintegrasi antara anggota rantai. Informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
petani berupa jumlah pesanan, kualitas barang, kesepakatan harga dan informasi
pasar. Komunikasi dari perusahaan kepada petani umumnya menggunakan telepon.
Sarana komunikasi yang digunakan oleh anggota rantai pasok lainnya dilakukan
dengan telepon, e-mail dan faximile untuk membantu proses pemesanan jumlah dan
jenis barang yang dipesan. Pola aliran rantai pasok yang terjadi antara anggota
rantai pasok sudak terintegrasi cukup baik. Hal ini sejalan pada penelitian Supriatna
et al. (2016) bahwa struktur rantai pasok yang terintegrasi dengan baik dari hulu ke
hilir ataupun sebaliknya akan mempengaruhi kinerja dan kolaborasi rantai pasok.
Sasaran Rantai
Sasaran Rantai merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
manajemen rantai pasok. Sasaran yang telah ditetapkan tersebut nantinya akan
digunakan sebagai acuan apakah suatu rantai pasok sudah berjalan dengan baik atau
perlu dievaluasi kembali. Sasaran rantai dibagi menjadi dua, yaitu sasaran pasar dan
sasaran pengembangan rantai pasok.
A. Sasaran Pasar
Sasaran pasar sayuran PT Bimandiri Agro Sedaya sejauh ini masih
ditujukan untuk pasar domestik ritel. Hal ini dikarenakan produk agribisnis yang
umumnya perishable yang menjadi pertimbangan untuk melalukan ekspor.
Pemasaran produk hortikultura dengan jarak yang relatif jauh akan memerlukan
suatu perlakuan khusus baik dalam pengemasan maupun transportasinya.
berkonsep pada market driven menjadikan konsumen sebagai objek yang sangat
penting. Produsen harus lebih memperhatikan keinginan konsumen baik dalam
memperhatikan mutu dan kualitas produknya. PT Bimandiri Agro Sedaya memiliki
tujuan pasar yaitu pasar modern (ritel) yang berada di daerah Bandung,
Jabodetabek, Pekalongan, Cirebon dan Sumatera. Sayuran yang didistribusikan ke
ritel di sortir terlebih dahulu oleh perusahaan maupun petani mitra, hal ini dilakukan
agar sayuran sesuai dengan permintaan pihak ritel.
Kuantitas dan kualitas sayuran seperti tomat, kol/kubis, sawi, selada dan
kembang kol yang dipasarkan oleh perusahaan disesuaikan dengan permintaan oleh
pihak ritel. Kualitas tomat yang diinginkan ritel berwarna masih hijau kemerah-
merahan, agak keras, masih segar, mulus dan tidak terdapat cacat pada tomat.
Kualitas kol/kubis berwarna hijau mengkilap, mulus tidak terdapat cacat pada daun
dan krop kubis besar. Kualitas sawi berwarna putih kehijauan mengkilat dan tidak
tedapat cacat pada lembar daun. Kualitas selada berwarna hijau segar dengan
permukaan luar halus tidak cacat. Kualitas kembang kol berwarna putih bersih tidak
ada bintik hitam pada bunga, bunga (curd) rapat.
Sayuran yang dijual di ritel merupakan sayuran grade A. Untuk pemilihan
ritel (supermarket) merupakan ritel kelas menengah. Untuk jenis sayuran hijau
disajikan dengan kemasan plastik roll film, sehingga kesegaran sayuran terlihat oleh
konsumen. Sedangkan untuk sayuran lainnya seperti tomat dikemas dengan
kemasan tray dan dibungkus menggunakan plastik film. Pemberian label/merek
juga dilakukan oleh pihak PT Bimandiri Agro Sedaya. Produk sayuran yang
dikonsumsi oleh konsumen dikemas dengan higienis dan disajikan secara segar
oleh ritel.
42
B. Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan dalam rantai pasok merupakan upaya bersama
anggota rantai dari beberapa pihak lain yang terlibat untuk mengembangkan suatu
aspek yang dianggap penting bagi peningkatan kinerja rantai. Upaya
pengembangan dalam rantai pasok harus terkoordinasi secara baik antara berbagai
pihak dalam rantai pasok untuk mencapai tujuan rantai secara bersama-sama. Setiap
anggota rantai pasok harus memiliki tujuan dan pencapaian yang sama sehingga
upaya pelaksanaan pengembangan akan didukung oleh setiap pihak. Sasaran
pengembangan rantai pasok sayuran yang ingin dicapai mencakup peningkatan
terhadap kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk. Peningkatan kualitas dan
kuantitas diharapkan dapat dikembangkan oleh petani sehingga produk yang
mereka hasilkan dapat memenuhi standar kualitas ritel secara tepat. Pengelolaan
rantai pasok melalui pelaksanaan kemitraan yang secara kontinu.
A. Pemilihan Mitra
Pemilihan mitra dalam rantai pasok sayuran untuk menciptakan hubungan
kerjasama yang berkesinambungan dan saling membutuhkan. Pemilihan mitra
dalam suatu rantai pasok terdiri dari pemilihan petani mitra sayuran (pemasok),
pemilihan mitra distributor (PT Bimandiri Agro Sedaya) dan pemilihan retailer
(supermarket). Menurut Pujawan (2005) pemilihan mitra yang baik dicirikan dari
kualitas barang yang ditawarkan, harga dan ketepatan waktu pengiriman.
Hasil penelitian dalam pemilihan mitra oleh PT Bimandiri di dasarkan dari
kualitas sayuran. penentuan harga jual ditentukan oleh pihak perusahaan dimana
harga yang ditawarkan diatas harga jual di pasar trandisional. Ketepatan waktu
pengiriman dan lokasi petani mitra juga diperhitungkan oleh perusahaan.
Perusahaan hanya menjalin kerjasama dengan petani mitra yang berada di sekitar
lokasi perusahaan. Sistem komunikasi dan kepercayaan yang baik antara petani dan
perusahaan juga menjadi dasar dalam pemilihan mitra. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Kurniawati et al. (2013) dengan adanya pemilihan mitra yang tepat akan
menjamin ketersediaan bahan baku sehinga proses produksi berjalan lancar. Hal
yang sama juga dilakukan dalam pemilihan terhadap ritel mitra.
Kualitas sayuran yang baik yang diciptakan oleh PT Bimandiri Agro Sedaya
membuat perusahaan tidak kesulitan dalam menjalin kerjasama dengan ritel
mitranya, hal ini terlihat dari kerjasama sejak tahun 1998 sampai sekarang dengan
Careffour untuk mendistribusikan sayurannya. Pihak ritel juga melakukan hal yang
sama dalam pemilihan pemasok sayurannya. Ritel memiliki kriteria tertentu yaitu
terkait dengan kemampuan pemasok dalam menghasilkan sayuran dari sisi kualitas
dan kuantitas yang baik, kemampuan pemasok dalam memenuhi sayuran secara
tepat baik waktu pengiriman dan jumlahnya, serta adanya komitmen dan kerjasama
yang baik sebagai distributor sayuran.
43
B. Kesepakatan Kontraktual
Kesepakatan kontraktual bertujuan untuk menjalin hubungan kerjasama
antara berbagai pihak dalam rantai pasok. Pembuatan kesepakatan kontraktual
dengan pihak lain pada dasarnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai bersama.
Kerjasama yang saling terintegrasi dan berkesinambungan diharapkan dapat
mencapai keuntungan yang maksimal dengan meminimalisasi resiko dan
memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga anggota rantai pasok dapat terus
berkembang dan mencapai tujuan bersama.
Rantai pasok sayuran pada PT Bimandiri Agro Sedaya sudah ada
kesepakatan kontraktual secara tertulis dengan pihak ritel. Kesepakatan tertulis
menerangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi. Secara
umum isi kontak mengenai jadwal pengiriman yang tepat, sistem transaksi,
penanggungan risiko, penentuan harga jual produk, kualitas dan kuantitas produk
yang dipesan. Sedangkan tidak ada kontrak tertulis antara PT Bimandiri Agro
Sedaya dengan petani mitra, dimana lebih menekankan kepada sistem kepercayan
yang terjalin dalam jangka waktu yang lama antara kedua pihak. Kesepakatan
tersebut mengenai kesepakatan dalam penentuan harga jual sayuran, waktu
pengiriman yang tepat dan kualitas sayuran yang dihasilkan.
C. Sistem Transaksi
Transaksi yang dilakukan PT Bimandiri Agro Sedaya kepada petani
mitranya merupakan sistem pembayaran kredit. Pembayaran yang dilakukan adalah
pembayaran atas produk bersih dari petani setelah ada proses penyortiran yang
dilakukan oleh pihak perusahaan dan petani. Mekanisme pembayaran dilakukan
setelah petani mitra mengantarkan sayurannya ke gudang, di sortir terlebih dahulu
di bagian receiving kemudian dilakukan penimbangan bobot sayuran, dibuat nota
penagihan yang berisikan jumlah sayuran dan waktu masuk sayuran. Nota
penagihan ini digunakan sebagai bukti keterangan dalam mengambil uang
pembayaran sayuran di perusahaan. Sistem pembayaran kepada petani mitra
dilakukan dua minggu sekali.
Transaksi yang dilakukan PT Bimandiri Agro Sedaya dengan pihak ritel
menggunakan faktur penjualan. Sayuran yang telah sampai di ritel terlebih dahulu
di proses pada saat loading dock dan disortir pada gudang penyimpanan ritel,
kemudian sayuran yang telah lolos proses sortir dicatat jumlahnya. PT Bimandiri
mendapatkan faktur penjualan yang berisikan jenis sayuran dan nominal harga yang
harus dibayar oleh ritel. Faktur penjualan baru bisa ditunaikan setelah dua minggu
setelah faktur penjualan tersebut diterima perusahaan.
petani sesuai dengan kualitas yang diinginkan perusahaan dan tetap terjaga kualitas
sayurannya.
Untuk menjaga kolaborasi yang baik antara anggota rantai pasok juga
diperlukan perencanaan kolaborasi yang baik. PT Bimandiri Agro Sedaya
melakukan perencanaan kolaborasi dengan petani mitranya, yaitu memberikan
informasi mengenai berapa dan jumlah sayuran yang diminta berdasarkan order
yang datang. Perusahaan melakukan perkiraan penjualan dengan meningkatkan
perencanaan produksi sebesar 10 persen melebihi pesanan valid dari ritel untuk
mengantisipasi order pada waktu yang tidak terduga dari ritel.
dilakukan pada pagi hari atau sore hari, kemudian ditaruh di tempat teduh agar
sayuran tidak layu selama menunggu proses pengiriman.
Teknologi yang diterapkan di PT Bimandiri Agro Sedaya masih tergolong
sederhana. Hal ini dikarenakan sayuran yang diterima dari petani langsung dikemas
dan dikirimkan kepada ritel tanpa ada penyimpanan. Perusahaan menggunakan
cooler storage untuk menjaga kesegaran sayuran selama proses distribusi.
Perusahaan juga menggunakan teknologi power reduction untuk menunjang proses
produksinya. Proses pengemasan sayuran, PT Bimandiri Agro Sedaya telah
menggunakan teknologi modern, yaitu plastik wrapping film. Plastik tersebut
termasuk dalam kategori teknologi modern karena mempermudah tenaga kerja
dalam mengemas sayuran. Selain itu, penggunaan plastik roll film dapat menjaga
kualitas sayuran lebih tahan lama namun masih menggunakan tenaga manusia
selama proses produksi. Penggunaan teknologi modern telah diterapkan oleh pihak
ritel yaitu adanya gudang penyimpanan dan rak display dengan pendingin.
B. Pola Distribusi
Pola distribusi dalam rantai pasokan sayuran menjabarkan tiga komponen
utama, yakni aliran produk (sayuran), aliran uang, dan aliran informasi. Sayuran
yang didistribusikan oleh PT Bimandiri Agro Sedaya merupakan sayuran dengan
kualitas baik dan grade A. Pengiriman sayuran dilakukan dari petani mitra ke lokasi
PT Bimandiri Agro Sedaya. Petani menggunakan motor atau mobil pick up, sesuai
47
dengan jumlah sayuran yang diminta. Sayuran yang telah sampai di bagian
receiving, dibersihkan lalu dilakukan sortasi. Sayuran yang telah di bersihkan dan
di sortasi kemudian ditimbang beratnya dan dilakukan pencatatan dan kemudian
disimpan ke dalam kontainer. Selanjutnya sayuran dikemas menggunakan kantong
plastik bening atau menggunakan plastik wrapping, untuk setiap jenis sayuran
kadang berbeda kemasannya yang bergantung tujuan ritelnya dan diberi label.
Pengiriman sayuran dilakukan pada pukul 02.00-03.00 Wib dan langsung ke ritel
yang berlokasi di Jakarta dan sekitarnya yang menjadi tujuan, alasan langsung
dikirimkan sayurannya adalah untuk menjaga kesegaran sayuran. Pengiriman
sayuran menggunakan mobil box tertutup dengan surat jalan operasiona dar
perusahaan, kapasitas satu unit kendaraan mencapai 100 kilogram. Sayuran yang
sampai di ritel akan disortasi ulang, ditimbang dan dicatat beratnya sebelum di
simpan di gudang pendingin ritel.
PT Bimandiri Agro Sedaya menggunakan modal pribadi dalam melakukan
kegiatan produksinya, hingga saat ini usahanya berkembang tetap dengan modal
sendiri dari pemiliknya. Sistem transaksi yang dilakukan ritel kepada PT Bimandiri
Agro Sedaya berupa sistem faktur, dimana pada saat pengiriman sayuran oleh PT
Bimandiri Agro Sedaya, sayuran yang diterima akan ditukarkan dengan faktur
penjualan oleh ritel. Faktur penjualan berisi tentang sayuran yang dibeli oleh ritel
dan jumlah yang harus dibayarkan, setelah dua minggu, faktur penjualan tersebut
dapat ditukarkan dengan uang tunai yang jumlahnya sesuai dengan faktur
penjualan. Aliran uang yang terjadi dalam rantai pasokan ini dimulai dari konsumen
sampai kepada petani mitra PT Bimandiri Agro Sedaya.
Aliran informasi dalam rantai pasokan sayuran pada PT Bimandiri Agro
Sedaya berupa informasi teknis budidaya, informasi penanganan pasca panen dan
informasi pasar. PT Bimandiri Agro Sedaya memberikan informasi mengenai
kegiatan budidaya sayuran sesuai standar yang mereka tetapkan dan pelatihan
teknik penanganan pasca panen yang baik kepada petani mitra sayuran PT
Bimandiri Agro Sedaya. Informasi pasar diperoleh dari pihak ritel yang kemudian
disampaikan kepada perwakilan pihak PT Bimandiri Agro Sedaya, pada saat
pengiriman sayuran. Informasi pasar di dapat dari prilaku, preferensi bahkan
keluhan konsumen terhadap produk (sayuran) yang mereka jual, berupa standar
kualitas, tampilan sayuran yang digemari dan keamanan produk sayuran. Pihak ritel
mengkomunikasikan informasi pasar dengan jelas kepada para pemasoknya,
termasuk PT Bimandiri Agro Sedaya.
ritel kepada pihak perusahaan. Pemberian merek ini dianggap penting bagi
konsumen, karena konsumen akan mengetahui sayuran yang akan dikonsumsi
berasal dari perusahaan mana.
komoditas tomat, kol/kubis, sawi, selada dan kembang kol yang ada di dalam
rantai pasok ini. TSCMC yang dihitung adalah TSCMC musiman dalam dua
semester, dimana dalam satu semester terdapat dua sampai tiga kali musim
tanam tergantung komoditasnya. Semakin rendah nilai TSCMC, semakin baik
kinerja rantai pasoknya (Sari 2015).
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa petani mitra memiliki biaya
rantai pasok yang berbeda-beda, hal ini dilihat dari adanya perbedaan biaya
kemasan dan biaya pengiriman. Kemasan yang dipakai tiap petani mitra
berbeda-beda jenis dan jumlahnya. Petani mitra tomat menggunakan kemasan
dari bakul keranjang, sedangkan petani mitra kol/kubis, sawi, selada dan
kembang kol menggunakan kemasan kontiner plastik besar untuk mengemas
sayurannya. Untuk biaya pengiriman juga berbeda tergantung dari jarak tempuh
dan angkutan transportasi masing-masing petani. Biaya pengadaan atau biaya
usahatani dari setiap petani terlampau sama hanya berbeda di setiap musim
tanamnya di sesuaikan dengan komoditas masing-masing petani. Dari hasil
perhitungan Total Supply Chain Management Cost dalam dua semester
dikatakan cukup menalami penurunan nilai walaupun tidak begitu signifikan.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Sari 2015) bahwa semakin rendah nilai
TSCMC, semakin baik kinerja rantai pasoknya, artinya kinerja rantai pasok
sayuran pada petani mitra tergolong baik.
Pengukuran kinerja eksternal petani mitra mencakup beberapa aspek, antara lain:
1. Perfect Order Fulfillment
Perfect Order Fulfillment merupakan persentase pengiriman pesanan
tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal
yang diinginkan konsumen, yang dinyatakan dalam persen. Sebagian besar
51
2. Pemenuhan Pesanan
Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan konsumen
yang dapat dipenuhi tanpa menunggu, yang dinyatakan dalam persen. Semakin
mendekati 100 persen artinya kinerja suatu rantai pasok akan semakin baik, dan
jika mencapai 100 persen artinya kinerja rantai pasok tersebut dapat dikatakan
baik (Sari 2015).
Tabel 14 diketahui bahwa kinerja petani mitra dalam kesesuaian standar
dapat dikatakan baik. Kinerja kesesuaian standar pada petani kol/kubis, sawi,
selada dan kembang kol mengalami peningkatan dari semester sebelumnya.
Sedangkan pada komoditas tomat mengalami penurunan sebesar 5 persen. Hal
ini dikarenakan adanya penurunan produktivitas oleh beberapa petani sehingga
hasil panen sayuran tomat tidak dapat memenuhi pesanan yang diinginkan oleh
pihak perusahaan.
pertama dimulai dari Februari 2016 hingga Juli 2016. Sedangkan periode kedua
dimulai dari Agustus 2016 hingga Januari 2017. Pengukuran kinerja rantai pasok
pada perusahaan di nilai berdasarkan dua kinerja yaitu internal dan eksternal.
Pengukuran kinerja internal PT Bimandiri Agro Sedaya juga mencakup beberapa
aspek, antara lain :
1. Lead Time Pemenuhan Pesanan
Lead time pemenuhan pesanan menerangkan waktu yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan ritel, yang dinyatakan dalam
satuan jam. Perhitungan ini merupakan nilai rata-rata dari waktu tunggu yang
dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan setiap waktu
pengiriman pasokan. Semakin kecil nilai lead time nya, maka semakin baik
kinerja rantai pasoknya. Pada Tabel 15 lead time perusahaan pada semester
pertama sebesar 6.20 jam (0.26 hari) menurun menjadi 5.00 jam (0.21 hari).
Jika dilihat penurunan lead time ini menunjukkan nilai lead time yang didapat
semakin kecil dan berada pada posisi superior, artinya perusahaan semakin baik
dalam waktu tunggu dalam penilaian kinerja rantai pasokknya. Hal ini juga
sesuai dengan kriteria penilaian kinerja menurut Bolstroff dan Rosenbaum
(2011), pada indikator lead time untuk mencapai kriteria baik pada kinerja suatu
perusahaan ≤ 3 hari.
2. Pemenuhan Pesanan
Pemenuhan pesanan diukur dari sejauh mana PT Bimandiri Agro
Sedaya mampu memenuhi pesanan dari ritel mitranya secara baik. Hasil
pembahasan menunjukkan bahwa perusahaan cukup beberapa kali merasa
kesulitan dalam memenuhi jumlah pasokan yang diinginkan ritel mitra.
Perusahaan selalu berusaha memenuhi permintaan ritel sesuai dengan
perjanjian yang berlaku dalam kontrak antara perusahaan dan ritel mitranya.
Pada Tabel 15, PT Bimandiri mampu memenuhi pesanan ritel sebesar
78.9 persen pada semester pertama, sedangkan pada semester kedua perusahaan
mampu memenuhi pesanan menjadi 82 persen. Jika dilihat dari nilai
pertumbuhan pemenuhan pesanan, perusahaan dikatakan memiliki
pertumbuhan yang baik, yaitu naik sebesar 3.93 persen. Nilai pemenuhan
pesanan yang dicapai oleh perusahaan sebesar 80.4 persen. Jika dibandingkan
dengan standar penilaian kinerja menurut Bolstroff dan Rosenbaum (2011) nilai
pemenuhan pesanan belum mampu mencapai posisi parity, advantage maupun
superior. Artinya pemenuhan pesanan oleh PT Bimandiri Agro Sedaya belum
dapat memenuhi kriteria baik bagi penilaian kinerja rantai pasok sayuran.
Pada penelitian Aramyan et al. (2007) menyatakan bahwa belum ada sistem
pengukuran terpadu mengenai Agri-Food Supply Chain dikarenakan sayuran dan
buah-buahan memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lainnya.
Pengukuran kinerja Agri-Food Supply Chain didasarkan pada 4 atribut kinerja yaitu
reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas dan kualitas makanan. Atribut kinerja yang
digunakan disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Menurut
Luning et al. (2002) pada atribut kinerja kualitas makanan disesuaikan dengan
kondisi perusahaan dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan, sehingga tidak semua
pengukuran Agri-Food Supply Chain di dasarkan pada atribut kualitas makanan.
Tabel 15 menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok sayuran di PT Bimandiri
Agro Sedaya sepenuhnya belum berjalan dengan baik. Pengukuran kinerja pada
rantai pasok sayuran sejalan dengan penelitian Moazzam et al. (2012) yaitu di
dasarkan pada atribut kinerja reliabilitas, responsivitas dan fleksibilitas. Atribut
reliabilitas rantai pasok sayuran pada PT Bimandiri Agro Sedaya dalam indikator
pemenuhan pesanan belum dapat mencapai pesanan dengan baik. Menurut
Bolstorff dan Rosenbaum (2011) target penenuhan pesanan yang dinginkan lebih
sebesar 98 persen sedangkan pemenuhan pesanan dari PT Bimandiri Agro Sedaya
hanya mencapai 80.4 persen. Target kesesuaian dengan standar menurut Bolstorff
dan Rosenbaum (2011) mencapai 99.0 persen sedangkan kesesuaian standar yang
dihasilkan oleh PT Bimandiri Agro Sedaya baru mencapai 95.8 persen. Hal ini
berarti pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar pada PT Bimandiri Agro
Sedaya harus terus ditingkatkan.
Peningkatan terhadap beberapa indikator kinerja ini akan memberikan hasil
kinerja yang baik bagi rantai pasok sayuran. Upaya peningkatan terhadap indikator
pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar dilakukan dengan adanya
kerjasama yang baik dengan pihak pemasok. Perusahaan harus terlibat lebih dalam
dalam penanganan kualitas dan kuantitas sayuran. Sehingga pemasok dapat
memenuhi keinginan perusahaan secara baik. Hal ini sejalan pada penelitian
55
Sutawijaya dan Marlapa (2016) bahwa peningkatan kinerja rantai pasok dapat
dicapai dengan salah satu cara yaitu adanya kolaborasi dengan pihak pemasok.
Kolaborasi atau kerjasama dengan pihak pemasok sayuran (petani) dibutuhkan
untuk menjamin kualitas, kuantitas dan kemanan produk. Adanya hubungan
kerjasama yang baik mempermudah proses bisnis suatu rantai pasok. Hubungan
kerjasama ini harus terjalin secara terintegrasi sesama anggota rantai pasok.
Menjalin hubungan kerjasama yang terintegrasi dalam jangka panjang dibutuhkan
contract farming yang jelas. Sejalan pada penelitian Tsolakis et al. (2013),
hubungan kerjasama ini dibutuhkan contract farming sebagai komponen penting
bagi pengembangan Agri-food supply chain dan strategi pengelolaan rantai pasok.
dengan anggota rantai pasok lainnya harus terintegrasi dengan baik. Untuk menjalin
kerjasama tersebut perusahaan menjalin sistem kemitraan. Hasil penelitian
mengenai kinerja rantai pasok menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok sayuran
belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan supply chain partner relationship. Adanya kemitraan ini memberikan
keuntungan bagi dua pihak.
Penelitian Wang et al (2011) menyatakan bahwa kontrak pertanian
dibutuhkan untuk meminimalisir risiko yang dihadapi petani. Sedangkan dari sisi
petani adanya kontrak pertanian dapat menjamin ketersediaan sayuran yang terjaga
kualitas dan kuantitasnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu
model contract farming yang paling dominan, yaitu centralized model yang dapat
dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran 2.
kontinu. Hubungan kemitraan yang baik dimana dua belah pihak saling bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada penelitian ini dengan adanya kemitraan
secara kontrak antara petani dan perusahaan membantu petani dalam penyediaan
input dan meminimalisir risiko harga yang diterima petani karena ditentukan di
awal kontrak. Adanya kontrak pertanian dapat membuka peluang pasar bagi petani
dan memperkenalkan teknologi baru bagi petani. Sejalan pada penelitian
Chakrabarti (2015) menerapkan centralized model sebagai model pertanian kontrak
pada penelitian di India. Pertanian kontrak terintegrasi secara vertikal terhadap
rantai komoditas pertanian sehingga perusahaan memiliki kontrol lebih besar
terhadap proses produksi dan produk akhir.
Kontrak pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kualitas
produksi, kuantitas produksi petani. Sejalan pada penelitian Hafsah (2000), dalam
menjalankan kontrak kemitraan pertanian memungkinkan kedua pihak untuk
bersikap jujur, saling mempercayai dan saling menguntungkan dalam jangka
panjang. Harga komoditas pertanian sangat berisiko tinggi terutama untuk
komoditas sayuran yang mudah rusak sehingga diperlukan kontrak pertanian
sebagai institusi pemasaran bagi petani. Pertanian kontrak baik di terapkan di
tingkat petani untuk membantu petani dalam mendapatkan harga yang lebih
menguntungkan. Petani sebagai penerima harga tidak memiliki kekuatan dalam
menentukan harga jual, oleh itu dibutuhkan kontrak kemitraan untuk membantu
petani mendapatkan harga jual yang lebih menguntungkan. Sejalan pada penelitian
Bijman (2008) bahwa komoditas dengan siklus produksi yang relatif cepat
membutuhkan kontrak pertanian. Kontrak pertanian digunakan untuk membantu
petani dalam mengurangi biaya transaksi dalam memasarkan produknya.
Kerugian mengenai kontrak pertanian juga dapat dirasakan oleh petani
apabila petani bekerjasama dengan sponsor yang tidak dapat dipercaya, terjadi
masalah dalam manajemen dan pemasaran yang berarti bahwa kuota dimanipulasi
sehingga tidak semua produksi dalam kontrak dibeli perusahaan. Oleh karena itu
dalam rantai pasok yang baik aliran informasi, aliran barang dan aliran uang harus
bersifat transparan dan dikelola dengan baik (Pujawan 2005). Keuntungan yang
didapatkan pihak sponsor (perusahaan) antara lain (Eaton et al. 2001):
1. Kontrak pertanian dengan petani kecil lebih dapat diterima secara politis
daripada produksi di perkebunan karena merupakan tanaman musiman yang
memberikan resiko lebih besar
2. Bekerja dengan petani kecil dapat mengatasi kendala lahan
3. Produksi lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan pembelian di pasar
terbuka
4. Kualitas dan kuantitas yang lebih konsisten dapat diperoleh oleh perusahaan
dibandingkan melakukan pembelian dipasar terbuka.
Sedangkan kerugian yang dapat dialami oleh pihak perusahaan antara lain:
1. Petani kontrak mungkin menghadapi kendala lahan karena kurangnya
keamanan kepemilikan lahan sehingga membahayakan dalam kegiatan
produksi dalam jangka panjang
2. Kendala sosial dan budaya dapat mempengaruhi kemampuan petani untuk
menghasilkan spesifikasi produk yang diinginkan perusahaan
3. Petani dapat menjual sayuran di luar kontrak sehingga dapat mengurangi
kapasitas gudang. Petani dapat mengalihkan input yang diberikan secara kredit
ke tujuan lain, sehingga mengurangi hasil panen.
60
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kondisi rantai pasok sayuran yang di analisis menggunakan kerangka Food
Supply Chain Network (FSCN) belum berjalan dengan baik karena masih terdapat
beberapa kendala dalam rantai pasok. Dalam manajemen rantai pasok, sistem
transaksi yang diterapkan belum lancar dan belum ada kesepakatan kontraktual
antara pihak petani dan perusahaan. Hasil kinerja rantai pasok menunjukkan bahwa
dari atrbut reliabilitas hanya mencapai posisi advantage sehingga kinerja rantai
pasok sayuran harus lebih ditingkatkan. Atribut responsivitas dan fleksibilities
perusahaan sudah mencapai posisi superior.
Hasil analisis kontrak kemitraan pertanian yang cocok ditetapkan untuk
menunjang kinerja rantai pasok adalah Centralized Model. Centralized model dapat
terkoordinasi secara vertikal antara tiap anggota rantai pasok. Pada model ini pihak
perusahaan membeli sayuran dari para petani kemudian memproses atau mengemas
sayuran tersebut hingga mendistribusikan sayuran ke ritel modern.
Upaya strategis yang dapat dilakukan untuk peningkatan kinerja rantai
pasok dengan membangun kerjasama dengan pihak pemasok. Perusahaan harus
terlibat lebih dalam dalam penanganan kualitas dan kuantitas sayuran. Sehingga
pemasok dapat memenuhi keinginan perusahaan secara baik.
Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat diberikan adalah:
1. Upaya pengembangan kinerja rantai pasok sayuran pada ditingkat petani adalah
dengan adanya hubungan kerjasama antara petani dan perusahaan dengan
menerapkan sistem pertanian kontrak antara petani dan perusahaan. Dengan
adanya pertanian kontak maka membantu petani dalam penyediaan input dan
meminimalisir risiko harga yang diterima petani karena harga beli ditentukan
pada awal kontrak.
2. Upaya pengembangan kinerja rantai pasok sayuran ditingkat perusahaan untuk
pemenuhan pesanan maka dapat dilakukan dengan membina petani mitra yang
61
ada dengan cara membuat kelompok tani sehingga pemenuhan pesanan dan
kualitas yang diinginkan oleh ritel dapat terpenuhi.
3. Adanya penelitian lanjutan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan
perusahaan lainnya yang sejenis sehingga dapat membandingkan bagaimana
kinerja antara dua perusahaan pemasaran sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Levi DS, Kaminsky P, Levi ES. 2004. Managing The Supply Chain : The Definitive
Guide for The Business Professional. New York (US): McGraw-Hill.
Luning PA, Marcelis WJ, Jongen WMF. 2002. Food Quality Management: A
Techno Managerial Approach. Wageningen Academic Publishers.
Wageningen.
Maliki A, Ismono RH dan Yanfika H. 2013. Pola kemitraan contract farming antara
petani cluster dan PT Mitratani Agro Unggul di Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Agribisnis. Vol 1(3).
Martinus E. 2008. Kemitraan agribisnis untuk memberdayakan ekonomi rakyat.
Jurnal Agribisnis Kerakyatan. 1(1):1-11.
Moazzam M, Garnevska E, Marr NE. 2012. Benchmarking Agri-food Supply Chain
Networks: A Conceptual Framework. World Business Capability Congress.
New Zealand.
Morgan W, Iwantoro S, Lestari AS. 2004. Improving Indonesian Vegetable Supply
Chains. Agri-product Supply Chain Management in Developing Countries.
Proceeding of a workshop. Bali (ID): ACIAR.
Muhammad, Amri, Yuslindar CE. 2012. Evaluasi pengelolaan kinerja rantai pasok
dengan pendekatan scor model pada swalayan Asiamart Lhokseumawe.
Malikussaleh Industrial Engineering Journal. 1(1):44-51.
Mustikawati D. 2010. Program Kreativitas Mahasiswa Rebult Contract Farming:
Solusi tepat akses petani kecil ke pasar modern.. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Mutakin A, Hubeis M. 2011. Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan. Jurnal
Manajemen dan Organisasi. 2(3).
Paul J. 2014. Panduan penerapan tranformasi rantai suplai dengan metode SCOR.
Jakarta (ID): Penerbit PPM.
Purba YO. 2015. Analisis Rantai Pasok Kubis di Kabupaten Simalungun Sumatera
Utara [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pujawan IN. 2005. Supply Chain Management Edisi Pertama. Surabaya (ID): Guna
Widya.
Qhoirunisa AS. 2014. Rantai Pasok Padi di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
[tesis]. Surakarta(ID): Universitas Sebelas Maret.
Rachman T. 2013. Pengukuran kinerja SCM. Jakarta (ID): Universitas Esa Unggul.
Rizqiah F, Setiawan A. 2014. Analisis Nilai Tambah Dan Penentuan Metrik
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu
Segar Nusantara). Jurnal Manajemen dan Organisasi. 5(1):72-89
Ruslim TS. 2013. Analisis Pengaruh SCM terhadap Loyalitas Konsumen. Journal
of Industrial Engineering and Management System. 6(1):33-45.
Sambuo D. 2014. Tobacco Contract Farming Participation and Income in Urambo:
Heckma’s Selection Model. Journal of Economics and Sustainable
Development. Vol 5(28).
Saptana, Daryanto A, Daryanto HK dan Kuntjoro. 2010. Strategi kemitraan usaha
dalam rangka peningkatan daya saing agribisnis cabai merah di Jawa
Tengah. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Saptana dan Daryanto A. 2013. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis
Berdayasaing dan Berkelanjutan. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
64
LAMPIRAN
66
No Petani Indikator
Input/Credit Modus Extension Services Modus Use of contract Modus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 4 3 3 2 3 5 2 2 4 2 1 4 5 4 1 1
2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 5 3 2
3 3 1 2 2 2 4 3 4 2 4 1 3 5 5 1 1
4 3 3 1 2 3 4 1 3 4 4 1 2 5 3 3 3
5 4 2 2 1 2 5 3 2 2 2 2 4 3 4 2 2
6 3 1 3 2 3 3 3 1 2 3 1 2 4 4 3 4
7 4 2 1 1 1 4 3 3 5 3 1 3 3 4 1 1
8 3 1 3 3 3 2 2 5 1 2 2 2 5 3 3 2
9 2 1 2 2 2 4 1 3 3 3 1 4 3 4 2 4
10 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 3 4 4 1 4
11 1 1 4 2 1 5 4 4 4 4 1 2 3 5 3 3
12 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 2 3 5 3 4 3
13 1 2 3 1 1 3 2 5 2 2 1 3 5 5 3 3
14 3 2 1 2 2 4 1 1 2 1 1 4 5 4 3 4
15 1 1 1 3 1 2 3 3 5 3 2 2 3 4 1 2
16 2 3 4 2 2 5 5 4 3 5 1 3 5 4 1 1
17 3 2 1 3 3 3 5 2 3 3 1 3 4 4 2 4
18 2 3 3 2 2 4 2 5 4 4 2 2 4 4 1 2
19 4 2 2 1 2 3 1 4 4 4 1 4 5 3 1 1
20 3 1 2 2 2 5 5 4 3 5 1 4 4 3 2 4
Rata-rata 2,1 2,95 2,55
69
70
No Petani Indikator
Farmer Grouping Modus Gower Management Modus Centralized Modus
Production/processing
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 4 3 3 3 4 3 3 1 5 5 4 5 5 5 5 5 2 5
2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 5 4 2 5 5 5 4 1 5
3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 5 3 2 5 5 5 4 1 5
4 3 2 2 4 3 3 3 1 5 4 4 4 5 4 5 4 2 5
5 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 5 1 4
6 1 1 2 3 2 1 2 1 4 4 3 4 5 5 5 4 1 5
7 2 3 4 3 3 3 2 1 4 4 3 4 5 4 5 4 2 5
8 3 3 3 4 4 3 3 1 4 3 4 3 4 4 5 5 1 4
9 2 4 4 2 3 2 2 2 3 4 4 2 4 4 5 4 1 4
10 4 2 3 2 3 2 3 2 5 4 3 3 5 5 5 5 2 5
11 2 2 3 4 3 2 2 2 4 5 4 2 5 4 5 5 1 5
12 3 4 1 1 4 4 3 1 5 4 4 4 4 4 5 5 1 4
13 4 4 4 2 2 4 2 1 4 5 4 4 5 5 5 5 2 5
14 4 1 1 3 2 1 3 2 4 3 4 3 4 4 3 5 1 4
15 4 3 2 1 3 3 2 1 5 5 4 5 5 4 3 5 1 5
16 3 4 3 4 2 3 2 2 4 4 3 2 4 5 5 5 2 5
17 3 4 2 4 4 4 3 2 5 5 4 5 5 5 5 5 1 5
18 3 4 4 2 2 4 3 1 5 5 4 5 4 4 4 5 2 4
19 4 3 2 3 3 3 2 2 5 5 3 2 4 5 5 4 1 4
20 4 4 3 4 2 4 3 1 4 4 3 3 5 5 4 4 1 5
Rata-rata 3 3,35 4,65
Lampiran 2 Perhitungan contract farming di tingkat petani (lanjutan)
No Petani Indikator
Post Harvest Logistic Modus Buyer investment Modus Risk of inconsistent Supply Modus
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 4 3 4 5 4 4 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2
2 4 2 4 5 4 4 2 2 2 3 2 1 1 4 3 1
3 4 2 3 5 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 3
4 4 3 4 5 3 4 2 2 3 4 2 2 1 4 4 4
5 3 2 3 5 3 3 3 2 2 3 3 1 1 4 4 1
6 3 2 3 5 3 3 4 2 2 3 2 1 2 4 4 4
7 3 3 4 5 4 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2
8 4 2 3 5 4 4 2 3 3 2 2 2 2 4 4 2
9 3 2 3 5 4 3 4 2 2 3 2 3 1 3 4 3
10 3 2 4 4 3 3 3 2 2 4 2 3 2 4 3 3
11 4 2 3 4 3 4 4 2 2 3 2 2 1 4 4 4
12 3 2 3 4 4 3 3 2 2 4 2 2 2 4 4 2
13 3 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 1 3 3 4 3
14 4 2 3 5 4 4 2 2 2 4 2 3 3 4 3 3
15 3 3 4 4 4 4 2 4 4 2 2 1 3 3 3 3
16 3 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 3 4 4 4
17 4 3 4 5 4 4 3 2 2 4 2 1 2 4 4 4
18 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 2 1 2 4 4 4
19 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 1 4 4 4
20 4 2 3 5 3 3 4 2 2 3 2 2 1 4 4 4
Rata-rata 3,5 2,15 3
Keterangan :
1 = tidak pernah 4 = sering
2 = jarang 5 = selalu
3 = kadang-kadang
71
72
RIWAYAT HIDUP