TIM PENGUSUL
Dr. Anwar Hamdani, SH, SE, MM, M.Hum NIDN. 0604105901
Dr. Mulyanto, SH, MM NIDN. 0626045302
Dr. I Gusti Putu Diva Awatara, M.Si NIDN. 0625117402
i
ii
RINGKASAN
Salah satu tuntutan dan kebutuhan perusahaan adalah terkait pemenuhan perusahaan
dalam program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang biasa disebut dengan PROPER. Banyak perusahaan saat ini berupaya untuk
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dari program Proper karena penilaian program ini
menjadi rujukan setiap lembaga perbankan di Indonesia dalam memberikan pinjaman
kredit kepada perusahaan sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup apabila ingin memperoleh pinjaman
kredit sesuai kebutuhan perusahaan. Setiap bank dalam memberikan kredit kepada
korporasi atau perusahaan mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
meningkatkan juga kemampuan dalam mengelola risiko yang berdampak pada lingkungan
hidup, selain itu perusahaan yang telah memenuhi persyaratan program Proper dapat
memperluas pasar atau mengakses pasar baru, mengurangi gangguan sosial yang berasal
dari keberadaan industri itu sendiri dan meningkatkan citra (image) perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat mewujudkan kinerja perusahaan
agroindustri melebihi ketaatan (beyond compliance) dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup serta membantu pertumbuhan wirausaha baru (start up) melalui
program community development dan CSR.
Jenis penelitian ini adalah survei yang dilakukan pada manajemen perusahan
agroindustri berdasarkan laporan hasil penilaian program peringkat kinerja perusahaan
(PROPER) periode 2013 2015. Sampel penelitian berjumlah 200 responden dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel acak berstrata proporsional. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis yang digunakan menggunakan structural equation modelling (SEM) dan
analisis jaring laba-laba.
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dengan semakin banyak perusahaan
agroindustri yang mampu melebihi ketaatan dalam Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup serta meningkatkan pertumbuhan wirausaha baru (start up) melalui
program community development dan CSR.
Kata kunci: kinerja perusahaan, sistem manajemen lingkungan, start up, shareholders
.
iii
PRAKATA
iv
6. Pimpinan PT. Tirta Investama Pabrik Klaten yang telah membantu dalam pengumpulan
data
7. Direksi Sidomuncul Jawa Tengah dan seluruh staf yang telah membantu dalam
pengumpulan data.
8. Jarwanto selaku Kabag Personalia dan Umum PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)
yang telah membantu dalam proses ijin penelitian ini.
9. Istiyanto selaku Kepala Bagian Pengolahan Divisi Tanaman Semusim PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) yang telah berkenan memberikan memo penelitian.
10. Prasetyo Budi Santoso selaku Pimpinan PT. Kebon Agung Pabrik Gula Trangkil yang
telah memberikan ijin penelitian.
11. Istri dan anak-anak yang memotivasi dengan penuh kesabaran dalam penyelesaikan
penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu
kelancaran penyelesaian laporan kemajuan ini.
Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kemajuan
ini, untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti hargai. Akhirnya
peneliti berharap semoga laporan kemajuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan
bermanfaat untuk masyarakat.
Surakarta, 4 September 2017
Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
RINGKASAN................................................................................................................ iii
PRAKATA.................................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... ix
Bab 1. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1
B. Tujuan Khusus................................................................................................. 12
C. Urgensi Penelitian............................................................................................ 12
D. Keterkaitan dengan RIP dan Roadmap Kegiatan........................................... 12
E. Luaran Penelitian............................................................................................. 13
vi
4. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).................................. 58
5. Pengujian Hipotesis..................................................................................... 63
6. Pembahasan................................................................................................. 65
B. Luaran yang Dicapai........................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
mendasar yakni peta aktor, peta masalah dan peta potensi di wilayah program.
Dokumen ini dapat disusun secara internal oleh perusahaan atau bekerjasama
dengan pihak ketiga. Ada banyak definisi dan standardisasi social mapping
sehingga banyak social mapping yang hasilnya tidak sesuai dengan
kebutuhan. Untuk menghindari hal tersebut, perusahaan dapat menggunakan
indikator social mapping yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 tahun 2011 tentang Proper sebagai ruang lingkup kerja dengan
pihak ketiga, sedangkan dokumen RPJMD dapat diakses di masing-masing
situs pemerintah daerah atau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Dokumen ini wajib dipublikasikan kepada publik seperti tertuang dalam
Undang- undang nomor 14 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
tahun 2010 tentang pelaksanaan undang-undang keterbukaan informasi pubik.
Input dari agenda global dapat dilihat dari beberapa situs internsional.
Misalnya untuk agenda pembangunan sumberdaya manusia (human
development index) dapat dilihat di situs hdr.undp.org, sedangkan agenda
pembangunan milenium (millenium development goals) dapat dilihat secara
detail di situs www.un.org/millenniumgoals. MDGs menjadi kesepakatan
arah pembangunan di 191 negara. MDGs memuat 8 tujuan, 16 target dan 63
indikator. Dalam konteks ini, perusahaan melalui program CSR dapat
berkontribusi untuk meningkatkan capaian pada beberapa indikator MDGs di
wilayah produksi. Ekonomi hijau bermakna efisiensi pemakaian sumberdaya.
Ekonomi hijau juga bermakna pengurangan pencemaran dan kerusakan-
kerusakan lingkungan dan ekonomi hijau bermakna pemberdayaan
masyarakat. Hal-hal ini merupakan prinsip-prinsip dasar kriteria penilaian
PROPER
Banyak perusahaan saat ini berupaya untuk memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan dari program Proper karena penilaian program ini menjadi
rujukan setiap lembaga perbankan di Indonesia dalam memberikan pinjaman
kredit kepada perusahaan sesuai kesepkatan bersama antara Bank Indonesia
dengan Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 17 Desember 2010
untuk mendorong green banking sehingga perusahaan dituntut untuk
6
Yeo & Quazi (2005) menunjukkan hasil komitmen top manajemen untuk
manajemen lingkungan, keterlibatan total karyawan, pelatihan, produk hijau,
manajemen supplier dan manajemen informasi merupakan faktor-faktor kritis
dari manajemen lingkungan yang berpengaruh pada kinerja lingkungan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Montabon et al., (2000) menunjukkan
hasil terdapat pengaruh sistem manajemen lingkungan ISO 14001 terhadap
kinerja lingkungan dan ekonomi perusahaan. Penelitian Awatara et al (2013)
menunjukkan bahwa komitmen perusahaan, orientasi perusahaan, budaya
perusahaan dan implementasi biaya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
agroindustri serta manajemen lingkungan proaktif dapat memediasi pengaruh
komitmen perusahaan, orientasi perusahaan, budaya perusahaan dan
implementasi biaya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan agroindustri.
Tantangan yang dihadapi perusahaan agroindustri adalah dalam upaya
untuk mengembangkan usaha sebagai perusahaan milik Negara atau swasta,
juga tuntutan shareholders untuk memenuhi perundang-undangan atau
peraturan yang berlaku, khususnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
maupun Peraturan Bank Indonesia No 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum. Dalam Peraturan tersebut yang diikuti dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No 15/28/DPNP mengenai penilaian kualitas
aset bank umum. Bank Indonesia mendorong pihak perbankan untuk semakin
mempertimbangkan faktor kelayakan lingkungan dalam melakukan penilaian
suatu prospek usaha, maka dibutuhkan upaya perusahaan agroindustri dalam
meningkatkan peringkat kinerja lingkungan.
Beberapa hasil penelitian seperti Rowland Jones et al (2005) serta Yin &
Ma (2009) menunjukkan perusahaan yang menerapkan sistem manajemen
lingkungan memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam
mengelola lingkungan melebihi persyaratan yang telah ditentukan, sedangkan
penelitian Fortunski (2008) menunjukkan pelaksanaan sistem manajemen
lingkungan belum tentu akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
karyawan yang meningkat karena untuk meningkatkan kinerja karyawan tidak
semata-mata karena adanya sistem manajemen lingkungan yang baik, tetapi
10
juga perlu diperhatikan kondisi sosial, ukuran perusahaan dan kondisi geografi
dimana perusahaan itu berada. Penelitian Evangelos et al (2011) menunjukkan
hasil bahwa penerapan sistem manajemen lingkungan tidak berpengaruh pada
peningkatan kinerja karyawan.
Untuk merealisasikan peringkat kinerja lingkungan yang melebihi
ketaatan atau persyaratan (beyond compliance) yaitu menjadi peringkat hijau
atau bahkan emas, maka dibutuhkan kinerja karyawan yang memiliki
kompetensi dan professional dalam melaksanakan pekerjaan. Kinerja
karyawan yang berkompeten dan professional dapat diwujudkan apabila
adanya sistem manajemen lingkungan yang dijalankan dengan baik dan
melibatkan seluruh shareholders yang berperan penting dalam membantu
pertumbuhan wirausaha baru (start up) melalui program community
development dan CSR. Menurut Goh et al., (2006) sistem manajemen
lingkungan adalah integrasi dari komitmen, budaya, orientasi manajemen dan
implementasi biaya.
Perusahaan agroindustri saat ini dituntut untuk memiliki kebijakan
lingkungan berupa: Eco Management yaitu mengoptimalkan kekuatan
manajemen lingkungan melalui kolaborasi kelompok bisnis atau unit bisnis
dengan pendekatan perspektif global; Eco Product dan Eco Factory yaitu
aktivitas pengembangan, mendesain dan memproduksi yang menekankan
aspek lingkungan secara holistik pada siklus produk dari manufaktur kepada
pengguna pasar; Eco Friendly adalah aktivitas memberikan informasi dan
menkoordinasikan dengan seluruh stakeholders akan pentingnya produksi
ramah lingkungan.
Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung berdampak negatif
membuat tanggung jawab sosial perusahaan menjadi kebutuhan mendesak
untuk mengubah citra dunia usaha yang lebih ramah pada lingkungan. Dalam
dasawarsa terakhir secara perlahan tampak kecenderungan positif yang
berkembang dengan cukup baik, yaitu upaya nyata yang dilakukan perusahaan
didasari niat baik untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat, serta pelestarian lingkungan (Ambadar, 2008). Bisnis yang
11
Keterangan
Hukum, 1. Kajian tentang kebijakan pemerintah Model Uji coba model Implementasi model Jurnal
Kebijakan dan dalam pembangunan ekonomi dalam pengembangan pengembangan pengembangan International
kelembagaan upaya meningkatkan kesejahteraan kebijakan dalam kebijakan dalam kebijakan dalam Bereputasi index
shareholders
Peningkatan upaya upaya upaya peningkatan scopus
a. Kebijakan otonomi daerah
Ekonomi Hijau b. Kebijakan pemerintah pusat menyelaraskan menyelaraskan kesejahteraan (Academy of
dan Sustainable c. Sinkronisasi kebijakan pemerintah kelestarian kelestarian Strategic
Development dan daerah lingkungan dan lingkungan dan Management
Goal serta 2. Kajian tentang kinerja lembaga peningkatan peningkatan Journal)
Kesejahteraan pemerintah maupun non pemerintah kesejahteraan kesejahteraan
Shareholders dalam upaya meningkatkan shareholders shareholders
kesejahteraan
a. Pemerintah Pusat
b. Pemerintah Daerah
c. Non Pemerintah
Pemetaan potensi Pemetaan potensi sumber daya manusia Pengembangan Uji coba model Implementasi model Jurnal
kewirausahaan dalam usaha menciptakan wirausaha baru model penciptaan penciptaan penciptaan wirausaha International
masyarakat wirausaha baru wirausaha baru baru Bereputasi index
scopus
(Academy of
Strategic
Management
Journal))
Pengembangan Pemetaan potensi usaha mikro dan Model Uji coba model Implementasi model Buku ajar dan
usaha mikro dan koperasi pengembangan pengembangan pengembangan usaha rekayasa sosial
koperasi usaha mikro dan usaha mikro dan mikro dan koperasi
koperasi yang koperasi
meliputi aspek:
a. Produksi
b. Pemasaran
c. Pembiayaan
d. Manajemen
Pemberdayaan Kajian sikap dan perilaku ekonomi Model Ujicoba Implementasi Buku ajar dan
masyarakat masyarakat pengembangan pengembanagan pengembangan rekayasa sosial
pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan
a. Masyarakat kurang mampu perkotaan ekonomi pada ekonomi pada ekonomi pada
b.Masyarakat kurang mampu pedesaan masyarakat masyarakat kurang masyarakat kurang
c. Komunitas kurang mampu mampu mampu
d.Masyarakat rentan (perempuan, lansia,
difable)
Akses Informasi Akses informasi untuk masyarakat Identifikasi Pemanfaatan media Dampak media bagi Publikasi ilmiah,
informasi bagi masyarakat masyarakat kurang Model, Media
produktif untuk kurang mampu mampu komunikasi,
masyarakat Bahan ajar
E. Luaran Penelitian
Luaran penelitian ini diharapkan dapat dimuat dalam publikasi ilmiah Jurnal
International bereputasi terindex Scopus yaitu:
14
Adapun rencana target capaian tahunan dari luaran peneliti ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3. Rencana Target Capaian Tahunan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. State of Art
1. Kinerja Perusahaan Agroindustri
Menurut Watson et al (2004) pengertian kinerja adalah suatu hasil
kerja yang dicapai karena memberikan tujuan strategis perusahaan,
kepuasan pelanggan dan kontribusi ekonomi, sedangkan menurut
Lansiluoto dan Jarvenpaa (2008) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawabnya.
Menurut Heeseok dan Byounggu (2003) kinerja adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,
dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika, sedangkan
Stephanie & Vanstone (2005) mendefinisikan kinerja sebagai tindakan-
tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.
Kinerja perusahaan yang tinggi salah satunya bisa diperoleh dari
adanya keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif pada era
persaingan yang sangat ketat ini mudah ditiru oleh pesaing apalagi bila
bersifat tangibles, usaha meraih keunggulan kompetitif yang tidak mudah
ditiru adalah dengan mengembangkan aset yang bersifat intangibles yaitu
keunggulan yang bersumber dari sumber daya manusia.
Kinerja perusahaan Indonesia selama ini belum berbasis pada
pertanian, sehingga diharapkan perusahaan harus didorong untuk berbasis
pada sektor industri pertanian (agroindustri). Sektor agroindustri tidak saja
memberikan pendapatan para pelaku pertanian dari hulu sampai hilir,
tetapi dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifikan,
15
16
peringkat yang dapat dihasilkan adalah Biru, Merah, dan Hitam. Tahap ini
disebut juga tahap compliance to regulation.
PROPER juga bertujuan mendorong industri menerapkan prinsip
ekonomi hijau yaitu efisiensi energi, efisiensi air, pengurangan emisi,
perlindungan keanekaragaman hayati dan mengurangi kesenjangan
ekonomi dengan menerapkan program pemberdayaan masyarakat. Kriteria
penilaian untuk aspek lebih dari ketaatan yaitu: Sistem Manajemen
Lingkungan; efisiensi energi; penurunan emisi dan gas rumah kaca;
efisiensi air; penurunan dan pemanfaatan limbah B3; 3R sampah;
keanekaragaman hayati; dan pengembangan masyarakat. Tahap ini disebut
juga tahap beyond compliance dengan peringkat yang dapat diperoleh:
Hijau atau Emas.
Kriteria beyond compliance lebih bersifat dinamis karena
disesuaikan dengan perkembangan teknologi, penerapan praktik-praktik
pengelolaan lingkungan terbaik dan isu-isu lingkungan yang bersifat
global. Penyusunan kriteria yang terkait dengan pelaksanaan PROPER
dilakukan oleh tim teknis dengan mempertimbangkan masukan dari
berbagai pihak, antara lain: pemerintah Kabupaten/Kotamadya, asosiasi
industri, perusahaan, LSM, universitas, instansi terkait, dan Dewan
Pertimbangan PROPER.
Menurut Reliantoro (2012) aspek-aspek yang dinilai dalam kriteria
beyond compliance adalah:
a. Penerapan sistem manajemen lingkungan, termasuk di dalamnya
bagaimana perusahaan memiliki sistem yang dapat mempengaruhi
supplier dan konsumennya untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan dengan baik.
b. Upaya efisiensi energi dengan mencakup empat ruang lingkup efisiensi
energi, yaitu peningkatan efisiensi energi dari proses produksi dan
utilitas pendukung, penggantian mesin atau proses yang lebih ramah
lingkungan, efisiensi dari bangunan dan sistem transportasi.
28
Gambar 2.1
Penyusunan Kebijakan Corporate Social Responsibility
Prinsip perumusan kebijakan CSR menempatkan kondisi harmonis
bukanlah suatu tujuan melainkan implikasi dari hubungan fungsional yang
seimbang antara perusahaan dan masyarakat. Untuk menyusun kebijakan
yang kontekstual dan strategis, minimal ada 4 dokumen yang dapat
menjadi input yakni: visi dan misi perusahaan, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), social mapping dan agenda
Internasional. Di antara keempat dokumen tersebut, 2 dokumen mewakili
konteks lokal yakni social mapping dan RPJMD. Dokumen social
mapping memuat tiga hal mendasar yaitu peta aktor, peta masalah dan peta
potensi di wilayah program. Dokumen ini dapat disusun secara internal
oleh perusahaan atau bekerjasama dengan pihak ke-tiga. Ada banyak
definisi dan standardisasi social mapping sehingga banyak social mapping
yang hasilnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk menghindari hal
tersebut, perusahaan dapat menggunakan indikator social mapping yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2011
tentang Proper sebagai ruang lingkung kerja dengan pihak ketiga,
sedangkan dokumen RPJMD dapat diakses di masing-masing situs
pemerintah daerah atau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Dokumen ini wajib dipublikasikan kepada masyarakat seperti tertuang
dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah
32
Keterangan:
N adalah tahun berjalan. Contohnya penilaian Proper tahun 2013.
Data laporan keuangan CSR yang disajikan adalah tahun 2013 (sampai
bulan sebelum mengumpulkan dokumen ke KLH), Tahun 2012, Tahun
2011.
Khusus untuk perusahaan Migas. Informasi keuangan CSR disertai dengan
perbandingan dana cost recovery dengan non cost recovery.
d. Discrestionary Responsibility
Tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti berhubungan dengan
masyarakat, menjadi warga negara yang baik, dan sebagainya.
7. Pengembangan Masyarakat (Community Deevelopment)
a. Pemetaan Sosial (Social Mapping)
Hasil social mapping diharapkan akan menjadi salah satu
referensi utama dalam penyusunan renstra, atau minimal
perumusan program CSR yang akan dilaksanakan pada lokasi
tertentu. Oleh sebab itu social mapping harus memberikan
gambaran yang menyeluruh dari lokasi yang ingin dipetakan,
meliputi aktor-aktor yang berperan dalam proses relasi sosial,
jaringan sosial dari aktor tersebut, kekuatan dan kepentingan masing
masing aktor dalam kehidupan masyarakat terutama dalam upaya
peningkatan kondisi kehidupan masyarakat, masalah sosial yang ada
termasuk keberadaan kelompok rentan, serta potensi yang tersedia baik
potensi alam, manusia, finansial, infrastruktur maupun modal sosial.
Dari berbagai informasi tersebut akan lebih mudah digunakan
sebagai referensi dalam perumusan program CSR. Hal itu
disebabkan karena pada dasarnya program yang dirumuskan dan
kemudian dilaksanakan adalah upaya untuk memecahkan masalah dengan
memanfaatkan potensi dan peluang yang ada.
1) Pemetaan Jaringan Sosial
Wilayah atau lokasi yang menjadi sasaran social mapping
dapat dikatakan merupakan setting dari proses terjadinya interaksi antar
individu dan antar kelompok maupun institusi. Hasil interaksi
sosial yang terjadi secara berkesinambungan itulah yang kemudian
membentuk satuan kehidupan masyarakat di lokasi yang
bersangkutan. Dalam hal ini pihak-pihak yang menjadi pelaku
proses interaksi sosial tersebut dapat disebut sebagai aktor. Dengan
demikian, dalam kehidupan bermasyarakat aktornya dapat berupa
35
meminimalisasi resistensi.
4) Identifikasi Forum-Forum yang digunakan Masyarakat untuk
Membahas Kepentingan Publik
Informasi mengenai forum-forum yang digunakan
masyarakat untuk membahas kepentingan publik sangat berguna
bagi perusahaan untuk mensosialisasikan berbagai program
community development. Melalui forum-forum tersebut, perusahaan
tidak perlu mengadakan forum sendiri untuk sosialisasi program
ke masyarakat
5) Identifikasi Masalah Sosial
Secara umum masalah sosial dapat didefinisikan sebagai
kondisi yang tidak diharapkan atau tidak sesuai dengan ekspektasi
masyarakat, dengan demikian kondisi tersebut mendorong upaya
untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Kondisi yang tidak
diharapkan tersebut dapat disebabkan karena mengandung
unsur merugikan kehidupan bersama baik fisik maupun sosial, atau
merupakan pelanggaran terhadap nilai, norma atau standar sosial
yang ada. Sudah tentu agar dapat memberikan inspirasi atau dorongan
bagi upaya perubahan dan perbaikan, kondisi masalah sosial tersebut
harus teridentifikasi. Walaupun masalahnya sudah eksis sejak lama
namun apabila tidak atau belum teridentifikasi akan menjadi
masalah yang bersifat laten.
Dalam melakukan identifikasi masalah sosial dapat
dibedakan menjadi dua pendekatan. Pertama melihat masalah
sosial pada satuan individu atau person. Kedua melihat masalah
sosial yang terjadi pada level sistem dan struktur masyarakatnya.
Dalam pendekatan pertama fokus yang diamati adalah kondisi atau
perilaku dari orang perorang sebagai warga masyarakat. Masalah
sosial yang merupakan hasil identifikasi dengan pendekatan
individual ini misalnya dalam masyarakat tertentu dapat
40
9) Kebutuhan Program
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diharapkan
sehingga menyebabkan masyarakat membutuhkan upaya untuk
merubah atau memperbaikinya. Dengan demikian, program yang
dirumuskan dan kemudian dilaksanakan pada dasarnya merupakan
upaya menjawab kebutuhan pemecahan masalah ini. Oleh sebab itu
program yang direkomendasikan sebagai hasil dari social mapping
pada dasarnya merupakan hasil analisis untuk menjawab kebutuhan
pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang
ada. Urgensi dan prioritas program yang direkomendasikan
ditentukan oleh apakah program tersebut berdampak pada
pemecahan masalah yang ada, apakah program tersebut melibatkan
kelompok masyarakat yang paling membutuhkan peningkatan kondisi
kehidupan, apakah program tersebut didukung oleh potensi yang
ada dan apakah program tersebut mempunyai efek berantai yang
cukup luas baik
b. Rencana Strategi dan Rencana Kerja
Idealnya setiap perusahaan memiliki perencanaan CSR yang menjadi
pedoman tentang apa yang akan dikerjakan dalam rangka
melaksanakan tanggung jawab sosialnya, dalam durasi waktu tertentu.
Perencanaan ini lazim disebut dengan Perencanaan Strategis
(Renstra) CSR yang pada dasarnya merupakan langkah awal untuk
melakukan pengukuran kinerja perusahaan dalam melaksanakan
tanggung jawab sosialnya. Tetapi, masih banyak perusahaan sering
tidak mengindahkan Renstra, mereka hanya menjalankan aktivitas-
aktivitas CSR berdasarkan rutinitas yang biasa dikerjakan atau
sekedar merespon proposal yang diajukan masyarakat. Mereka belum
memiliki perencanaan yang terdokumentasikan dan menjadi
pedoman, baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
44
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BOBOT
TAAT TAAT
Kriteria Kerusakan Lingkungan
Pengendalian Pencemaran Laut
Pengelolaan Limbah B3 BELUM TAAT MERAH
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian Pencemaran Air
Penerapan Amdal TIDAK ADA UPAYA HITAM
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan jumlah perusahaan
agroindustri yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan wirausaha
baru (start up) dengan berbagai sumber daya yang di miliki perusahaan
agroindustri.
B. Manfaat Penelitian
1. Untuk perusahaan agroindustri, penelitian ini memberikan manfaat dalam
meningkatkan peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Proper) dari Biru ke Hijau atau Hijau ke Emas
sehingga diharapkan dapat memperluas pangsa pasar, jaringan pemasaran,
memudahkan akses kredit perbankan, dihasilkan zero waste pada
perusahaan serta mengurangi tekanan-tekanan dari masyarakat yang dapat
mengganggu kegiatan usaha.
2. Menciptakan wirausaha baru (start up) dengan memanfaatkan limbah atau
sisa-sisa hasil produksi perusahaan sehingga menjadi bernilai tambah atau
memiliki nilai ekonomis.
3. Menciptakan efisiensi pemanfaatan sumber daya sehingga mengurangi
pencemaran dan kerusakan-kerusakan lingkungan.
4. Menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat di sekitar tempat
usaha.
5. Menambah Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak Badan.
6. Meningkatkan sinergitas antara Academic (Perguruan Tinggi), Bussiness
(Swasta) dan Government (Pemerintah) dalam menerapkan hasil
penelitian yang dapat mempercepat mewujudkan kinerja perusahaan
agroindustri melebihi ketaatan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
45
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
46
47
Tahun Kedua
1. Membuat model peningkatan pertumbuhan wirausaha baru (start up)
dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dan tanggung jawab
sosial perusahaan.
2. Mengimplementasikan model peningkatan pertumbuhan wirausaha baru
(start up) sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap
tenaga kerja.
Penilaian kinerja penaatan perusahaan dalam PROPER dilakukan
berdasarkan atas kinerja perusahaan dalam memenuhi berbagai
persyaratan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kinerja perusahaan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang terkait
dengan kegiatan pengelolaan lingkungan yang belum menjadi persyaratan
penaatan (beyond compliance). Pada saat ini, penilaian kinerja penaatan
difokuskan kepada penilaian penaatan perusahaan dalam aspek
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan
pengelolaan limbah B3 serta berbagai kewajiban lainnya yang terkait
dengan AMDAL, sedangkan penilaian untuk aspek persyaratan penaatan
(beyond compliance) dilakukan terkait dengan penilaian terhadap upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan sistem
manajemen (environmental management system), konservasi dan
pemanfaatan sumber daya serta kegiatan corporate social responsibility
termasuk community development (Kementerian Lingkungan Hidup,
2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
18 Tahun 2010 tentang program penilaian peringkat kinerja perusahaan
49
PERINGKAT DEFINISI
WARNA
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah secara konsisten
menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency)
Emas dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang
beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan
lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan
(beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan
Hijau lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui
upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery) dan melakukan
upaya tanggung jawab sosial (CSR) dengan baik.
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya
Biru pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan dan / atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai
Merah dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi
administrasi
untuk usaha dan atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan
atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran
Hitam dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak
melaksanakan sanksi administrasi
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2010
50
BAB 5
A. Hasil
1. Pengelompokkan Perusahaan dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Adapun tren perkembangan tingkat ketaatan perusahaan dalam
program peringkat kinerja perusahaan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Tingkat Ketaatan Perusahaan dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2002 2015
Tahun Klasifikasi
Belum Persentase Taat Persentase Melebihi Persentase Jumlah Total
Taat (%) (%) Ketaatan (%)
2002 2003 22 26,83 52 63,41 8 9,76 82
2003 2004 86 44,33 99 51,03 9 4,64 194
2004 2005 157 43,61 182 50,56 21 5,83 360
2006 2007 82 18,98 305 70,60 45 10,42 432
2008 2009 150 26,04 385 66,84 41 7,12 576
2009 2010 201 29,13 433 62,75 56 8,12 690
2010 2011 281 28,24 603 60,60 111 11,16 995
2011 2012 374 28,55 805 61,45 131 10,00 1310
2012 2013 568 31,70 1099 61,33 125 6,98 1792
2013 2014 537 28,40 1224 64,73 130 6,87 1891
2014 2015 550 26,49 1406 67,73 120 5,78 2076
Sumber: Data Kementerian LHK diolah (2017)
Tabel 5.1. selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2015
menunjukkan adanya peningkatan tingkat ketaatan perusahaan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sejak periode tahun 2011
2012 sampai dengan periode 2014-2015 kenaikan perusahaan dari
tingkat belum taat menjadi taat sebesar 30%. Peningkatan tingkat ketaatan
dari perusahaan belum taat menjadi taat tidak diikuti dengan tingkat
perusahaan yang melebihi ketaatan hanya sekitar 6 7% pada periode
tahun 2012 2013 sampai dengan 2014 2015.
50
51
Gambar 5.2
Peringkat Proper Perusahaan Agroindustri di Jawa Tengah Periode 2014-2015
Gambar 5.3
Peringkat Proper Perusahaan Agroindustri di Jawa Tengah Periode 2015-2016
Tabel 5.3
Komponen Penilaian Kinerja Perusahaan Melebihi Ketaatan
Tabel 5.4
Percepatan Mewujudkan Kinerja Perusahaan Agroindustri Melebihi Ketaatan
No Komponen Persentase Proses
1 3 R Limbah Non B3
a) Komposting 28% Penunjang
b) Pengurangan sampah kemasan/botol 24% Penunjang
plastik
c) Penggunaan kertas bolak balik dan e 24% Penunjang
file
d) Pengembalian kemasan ke vendor 4% Penunjang
e) Daur ulang sampah 8% Penunjang
f) Pemanfaatan sisa catering untuk pakan 4% Penunjang
ternak
g) Lainnya 8% Penunjang
2 3 R Limbah B3
a) Pengembalian limbah ke perusahaan 40% Utama
b) Pemanfaatan limbah 20% Utama
c) Perbaikan SOP untuk minimalisir 20% Utama
limbah
d) Lainnya 20%
Sumber: data diolah (2017)
4. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Program tanggung jawab sosial perusahaan agroindustri dapat
dilakukan dengan cara mengimplementasikan siklus tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) yang dimulai dari:
a. Penentuan kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
perusahaan agroindustri.
b. Pemetaan sosial (social mapping) atau baseline study
c. Perencanaan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berupa
rencana strategis (Renstra) dan rencana operasional (renop) atau
rencana kerja (renja).
d. Implementasi program CSR (lahirnya institusi sosial dan ekonomi_
e. Monitoring program
f. Evaluasi program
g. Keberlanjutan Program
Adapun siklus implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dapat
dilihat pada gambar 5.6 di bawah ini:
59
Gambar 5.6
Siklus Implementasi CSR
f. Evaluasi program
Evaluasi kadang dianggap sebagai kegiatan yang tidak penting
dalam rangkaian akhir dari suatu kegiatan atau program. Ibarat
sebuah pesta, evaluasi hanya dianggap sebagai ritual cuci piring
yang dihadirkan di dapur yang kotor dan terletak di balik panggung.
Padahal apabila dipahami, hakekat dari evaluasi sangat penting
sekali. Dengan evaluasi akan dapat diketahui tujuan dari program
yang telah dilaksanakan telah berhasil sesuai dengan yang
diharapkan atau sebaliknya. Dengan evaluasi akan diketahui umpan
balik dari subyek penerima manfaat program sehingga dapat
memutuskan program yang perlu diterminasi dan program yang
perlu diperbaiki untuk dilanjutkan. Dalam evaluasi kita mengenal
dua jenis, yaitu evaluasi yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan
yang disebut dengan monitoring, selain itu evaluasi yang dilakukan
diakhir setiap pelaksanaan program yang lebih dikenal dengan istilah
evaluasi itu sendiri. Keduanya sering disingkat dengan istilah
Monev, ibarat dua sisi mata uang monitoring dan evaluasi tidak
dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi, pada kegiatan
monitoring akan segera dikontrol apabila pada tahap tertentu
kegiatan tersebut ditemukan permasalahan.
Evaluasi dalam program pengembangan masyarakat dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan yaitu, pendekatan kualitatif,
pendekatan kuantitatif atau dengan mengkombinasikan keduanya.
Pendekatan kualitatif bertujuan mengetahui fenomena sosial dengan
memahami makna dibalik peristiwa sehingga mampu mengungkap
informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dengan cara wawancara mendalam dan diskusi kelompok
terfokus antara Communty Development Officer bersama subyek
penerima manfaat. Hasil dari temuan evaluasi dapat
dimusyawarahkan bersama agar dapat mendapatkan umpan balik
untuk perbaikan program berikutnya. Pendekatan kuantitatif
62
Gambar 5.7
Roadmap Pemberdayaan Start Up
.
63
5. Pengujian Hipotesis
Hasil analisis strutural model secara lengkap dalam penelitian ini
dapat dijelaskan secara rinci pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.5
Hasil Analisis
Tabel 5.10
Undangan Sebagai Visiting Scientist
Nasional Internasional
- Bukti Undangan Ada
- Perguruan Tinggi Program Studi Ekonomi
Pengundang Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
- Lama Kegiatan 1 hari, Hari Senin, Tanggal 27 Maret
2017. Ruangan: 311 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta
- Kegiatan Penting Kuliah Umum dalam pengembangan
yang dilakukan kawasan untuk memperoleh manfaat
nilai tambah sebagai upaya melebihi
ketaatan (beyond compliance) dalam
pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup.
6. Buku Ajar
Tabel 5.11
Buku Ajar
78
79
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Periode tahun 2013 2014 dari sebanyak 48 perusahaan agroindustri di
Jawa Tengah yang memiliki peringkat Proper biru dan hijau sebanyak 30
perusahaan (62%) dan memiliki peringkat Proper hitam dan merah
sebanyak 18 perusahaan (38%). Periode tahun 2014 2015 peringkat
Proper biru dan hijau sebanyak 25 perusahaan (52%) dan memiliki
peringkat Proper hitam dan merah sebanyak 23 perusahaan (48%).
Periode tahun 2015 2016 peringkat Proper biru dan hijau sebanyak 36
perusahaan (75%) dan memiliki peringkat Proper hitam dan merah
sebanyak 12 perusahaan (25%).
2. Sebagian besar perusahaan agroindustri memiliki peringkat proper Biru
artinya perusahaan agroindustri sebagian besar baru dapat memenuhi
ketaatan dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Dari
hasil penelitian ini memperlihatkan juga bahwa perusahaan yang memiliki
potensi untuk melebihi ketaatan (beyond compliance) karena selama tiga
periode terakhir berturut-turut memiliki peringkat proper minimal biru
berjumlah 24 perusahaan. Untuk melebihi ketaatan dalam pengelolaan
dan perlindungan lingkungan hidup maka diperlukan pemanfaatan produk
turunan terutama limbah perusahaan untuk menjadi produk baru yang
lebih bermanfaat.
B. Saran
1. Perusahaan agroindustri dituntut untuk mengoptimalkan produk turunan
terutama limbah yang dihasilkan agar dapat dioptimalkan untuk menjadi
produk baru yang lebih bermanfaat (zero waste).
2. Perlu dilakukan sinergitas antara perusahaan peserta proper, wirausaha
baru (start up), masyarakat dan pemerintah dalam memanfaatkan limbah
79
80
Ambika. Z., Amrik S.S. and Carol A. 2008. Environmental Management System
Adoption by Government Department/Agencies. International Journal
of Public Sector., vol. 21, no. 5, pp. 525 539.
Amit, R. and Schoemaker, P.J. 1993. Strategic Assets and Organisational Rent.
Strategic Management Journal. Vol. 14 No. 1. pp. 33 46.
Awatara, I Gusti Putu Diva dan Isra Harley Wahjudin. 2010. Dampak Budaya
Organisasi Lingkungan dan Kepemimpinan Lingkungan Terhadap
Keuntungan Kompetitif Hijau dengan Identitas Organisasi Hijau Sebagai
Variabel Intervening. Jurnal Ekosains. Vol. 2. No. 3. hal. 1 13.
Awatara, I Gusti Putu Diva. 2011. Peran Etika Lingkungan Dalam Memoderasi
Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Berwawasan
Lingkungan Terhadap Kinerja Karyawan Berwawasan Lingkungan.
Jurnal Ekosain. Vol. 3. No. 2. hal. 105 120.
Awatara, I Gusti Putu Diva., Edi Purwanto, rernat Sajidan dan Prabang Setyono.
2013. Build in Eco Agro industry Park Based on Environmental
Management System to Indonesia Welfare. Journal of Environment and
Earth Science. Vol. 3, No. 10. pp. 55 61.
Boyer, K.K. and Lewis, M.W. 2002. Competitive Priorities: Investigating The
Need for Trade-offs in Operations Strategy. Production and Operations
Management. Vol. 11 No. 1, pp. 9-20.
Budiartha, Ketut. 2008. Cara Pandang Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007
dan Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2000 terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR). Buletin Studi Ekonomi. Volume 13 Nomor 2
Tahun 2008.
Chan, R.Y.K. 2005. Does The Natural Resource Based View of The Firm Apply
in an Emerging Economy? A Survey of Foreign Invested Enterprises in
China. Journal of Management Studies. Vol. 42 No. 3, pp. 625 672.
Collis, D.J. 1994. Research Note: How Valuable are Organizational Capabilities?.
Strategic Management Journal. Vol. 15 No. 8, pp. 143 152.
Dalem, A.A.G Raka. 2008. Sistem Manajemen Lingkungan, Tri Hita Karana dan
Implementasinya Pada Hotel. PPLH. Universitas Udayana. Denpasar.
Goh, E.A., Suhaiza Z and Nabsiah A.W. 2006. A Study on The Impact of
Environmental Management System (EMS) Certification Toward Firms
Performance in Malaysia. Management of Environmental Quality: An
International Journal., vol. 17, no. 1, pp. 73 93.
Hoy, W. K., Tarter, C. J., & Witkoskie, L. 1992. Faculty trust in colleagues:
Linking the principal with school effectiveness. Journal of Research and
Development in Education. 26. 38 45.
Hsu, C.C., Keah C.T., Suhaiza, H.M.Z., and Vaidyanathan, J., 2013. Supply
Chain Drivers That Foster The Development of Green Initiatives in
an Emerging Economy. International Journal of Operations &
Production Management. Vol. 33 Issue: 6. pp. 656 688.
Marcus, P., Willig and John T. 1997., Moving Ahead with ISO 14000: Improving
Environmental Management and Advancing Sustainable Development.,
John Wiley & Son, Inc. New York.
Montabon, F., Meinyk, S.A., Stroofe, R and Calantone, R.J. 2000. ISO 14000:
Assesing Its Perceived Impact on Corporate Performance. The Journal of
Supply Chain Management., vol. 36, no. 2, pp. 4 16.
Ortega, M.J.R. and Villaverde, P.M.G. 2008. Capabilities and Competitive Tactics
Influences on Performance: Implications of The Moment of Entry.
Journal of Business Research. Vol. 61. No. 4, pp. 332 345.
Sarkis, J., Gonzalez-Torre, P., Adenso-Diaz, B., 2010. Stakeholder Pressure and
The Adoption of Environmental Practices: The Mediating Effect of
Training. Journal Operations Management. 28 (2), 163 176.
Song, M., Benedetto, A.D. and Nason, R.W. 2007. Capabilities and Financial
Performance: The Moderating Effect of Strategic Type. Journal of The
Academy of Marketing Science. Vol. 35. No. 1, pp. 18-34.
Tan, K.C., Kannan, V.R. and Narasimhan, R. 2007. The Impact of Operations
Capability on Firm Performance. International Journal of Production
Research. Vol. 45 No. 21. pp. 5135 5156.
Terjesena, S., Patelb, P.C. and Covin, J.G. 2011. Alliance Diversity,
Environmental Context and The Value of Manufacturing Capabilities
among New High Technology Ventures. Journal of Operations
Management. Vol. 29. No. 1-2. pp. 105 115.
Watson, K., Beate K and Tom G.G. 2004. Impact of Environmental Management
System Implementation on Financial Performance: A Comparison of
Two Corporate Strategies. Management of Environmental Quality: An
International Journal., Vol. 15, No. 6, pp. 622 628.
Yeo, S.W and Quazi, H.A. 2005. Development and Validation of Critical Factors
of Environmental Management. Industrial Management & Data Systems.
Vol. 105, No. 1, pp. 96 114.
Yin, H. and Ma, C. 2009. International Integration: a Hope for a Greener China?.
International Marketing Review. Vol. 26 No. 3, pp. 348-67.
Yu, W., Ramanathan, R. and Nath, P. 2014. The Impacts of Marketing and
Operations Capabilities on Financial Performance in The UK Retail
Sector: a Resource-Based Perspective. Industrial Marketing
Management. Vol. 43 No. 1, pp. 25-31.
Zhang, B., Bi, J., Yuan, Z., Ge, J., Liu, B. and Bu M. 2008. Why do Firms Engage
in Environmental management? an Empirical Study in China. Journal
Cleaner Production. 16 (10). 1036 1045.
FORMULIR CAPAIAN PROGRESS LUARAN KEGIATAN PENELITIAN
Nama Ketua Pelaksana : Dr. Anwar Hamdani, SH, SE, MM, M.Hum
Unit Kerja : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Adi Unggul Bhirawa
Skema P2M : Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
Judul Usulan : Percepatan Mewujudkan Kinerja Perusahaan Agroindustri
Melebihi Ketaatan Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Usulan Tahun ke : 1 dari rencana 2 tahun
Luaran Yang Direncanakan Dan Capaian Yang Tertulis Dalam Proposal Awal
No Luaran yang direncanakan Progress capaian luaran
1. Publikasi Ilmiah Jurnal Internasional Tahun
ke 1 Target: Submitted Submitted
2. Pemakalah dalam Pertemuan Ilmiah
Nasional, Tahun ke 1 Target: Terdaftar Telah dilaksanakan
3. Pemakalah dalam Pertemuan Ilmiah
Internasional Telah dilaksanakan pada tahun ke 1
Tahun ke 1 Target: belum/tidak ada
Tahun ke 2 Target: terdaftar
4. Buku Ajar (ISBN),
Tahun ke 1 Target: draft Draft
Tahun ke 2 Target: editing/sudah terbit
5. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT),
Tahun ke 1 Target: skala 3 Skala 3
Tahun ke 2 Target: skala 3
A. JURNAL
Keterangan
Artikel Jurnal Ke-1
Nama jurnal yang dituju Asian Journal of Business and Accounting
Klasifikasi jurnal Jurnal Nasional Terkareditasi/Jurnal Internasional
Impact factor jurnal 0,160
Judul artikel Redesign of Environmental Performance Caused The
Operation Ability, Marketing Ability and Environmental
Management Practice
Status Naskah
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal
- Sedang ditelaah
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
B. PEMAKALAH PADA PERTEMUAN ILMIAH NASIONAL
Nasional
Judul Makalah Kemampuan Operasi, Pemasaran dan Praktek Manajemen
Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan Hidup
Nama Pertemuan Ilmiah 6th UNS SMES Summit and Awards 2017
Tempat Pelaksanaan Gedung UNS Inn LPPM UNS
Waktu Pelaksanaan
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan
Internasional
Judul Makalah The Agroindustry Coprporate Performance of Beyond Compliance
on The Environmental Protection and Management
Nama Temu ilmiah International Conference on Educational Sciences for Challenges
21st Century Learning
Tempat Pelaksanaan Grand Tjokro Hotel Bandung
Waktu Pelaksanaan 2-3 November 2017
- Draf makalah
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan Sudah ada Letter of Acepptance (LoA) dan Letter of Invitation (LoI)
terlampir
BUKTI LUARAN 1
SUBMITTED
PUBLIKASI JURNAL
INTERNASIONAL
REDESIGN OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE CAUSED THE
OPERATION ABILITY, MARKETING ABILITY AND
ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PRACTICE
Anwar Hamdani
STIE Adi Unggul Bhirawa
email: anwar_aub@yahoo.co.id
Mulyanto
STIE Adi Unggul Bhirawa
email: mulya_center@ymail.com
Abstract
The purpose of this study is to analyze the role of operating and marketing
capabilities that impact on the improvement of environmental management practices and
environmental performance of the company.
This research is conducted by survey on agroindustry management company
which has performance rating program of company in environmental management
(PROPER) in Central Java and Yogyakarta which amounts to 100 respondents. The
sampling technique is using proportional stratified random sampling that is taken based
on the level or level of management of Agroindustry sector company in Central Java that
follow PROPER program of Ministry of Environment and Forestry in each level from top
management, middle management and line management. Data collection using
interviews, documentation and questionnaires. The analytical method used path analysis.
The results of this study indicate that the ability of operations and marketing
ability have a positive impact on improving the environmental performance of agro-
industry companies. Improvement of environmental performance of agroindustry
companies can be done by improving operational capability and marketing ability through
environmental management practices.
A. Introduction
Every company in Indonesia is currently in demand to meet the
requirements or exceed the provisions of requirements on environmental
protection and management in accordance with Law No. 32 of 2009. Many
companies increasingly raising awareness in the protection and management of
the environment due to the demands and needs of the company for the
importance of protection and Environmental management for the sustainability
of the company's current and future business activities. According to Delmas &
Toffel (2008) pressure from stakeholders such as customers, suppliers and
competitors in the implementation of environmental management practices is
getting stronger.
Company pressure to improve environmental performance is an
important priority in order to achieve sustainable development by raising
awareness of the community, the company, the role of mass media and
organizations that have environmental concerns and regulatory improvements
that can realize the company beyond compliance in environmental
management (Than & Kevin, 2015).
Montabon et al (2007) environmental management practices as technical,
corporate policies and procedures are used for monitoring and controlling
purposes that affect the natural environment. Ulubeyli (2013) states that the
application of environmental management practices can improve the
company's environmental performance measured by the company's efforts to
reduce negative environmental impacts.
Previous research studies of Yu & Ramanathan (2015) show that
environmental management practices have an impact on corporate
performance. Yu et al (2014) states that operational and marketing capabilities
have an influence on environmental performance. Rowland et al (2005) and
Yin & Ma (2009) show that companies implementing environmental
management systems have a goal to improve employee performance in
managing the environment beyond predetermined requirements, while
Fortunski (2008) study shows that the implementation of environmental
management systems will not necessarily provide the influence on the
performance of employees is increasing because to improve employee
performance is not solely due to the existence of a good environmental
management system, but also need to note social conditions, company size and
geography conditions where the company is located. Evangelos et al (2011)
study showed that the implementation of environmental management system
has no effect on the improvement of employee performance
This study aims to analyze the role of operating and marketing capabilities that
impact on improving environmental management practices and corporate
environmental performance.
B. Literature Review
According to Watson et al (2004) the definition of performance is a
result of work achieved because it provides corporate strategic goals, customer
satisfaction and economic contribution, so that according to Lansiluoto and
Jarvenpaa (2008) performance is the work of quality and quantity achieved by
an employee in performing the task according to his responsibilities. According
to Heeseok and Byounggu (2003) performance is the work that can be achieved
by a person or group of people in an organization in accordance with the
authority and responsibility of each, in an effort to achieve the objectives of the
organization concerned legally, not violating the law and in accordance with
the moral and ethics, While Stephanie & Vanstone (2005) define performance
as measurable actions or activities.
Capability is defined as the company's ability to use resources in
achieving the desired goals (Amit & Schoemaker, 1993). Ability in the
broadest sense can be explained as the ability to perform basic functionalities.
The corporate activities in the improvement and renewal that exist (Collis,
1994). The Terjesena et al (2011) study using the concept of resources based
view (RBV) found a significant relationship between functional capabilities
such as operations and marketing on performance.
The ever increasing environmental pressures from various stakeholders
both academics and practitioners require every agroindustry company to
optimize its resources and capabilities to generate competitive advantage (Hart,
1995). The Judge & Douglas (1998) study demonstrates the results of the key
resources and capabilities affecting the company to maintain its future
competitive advantage inevitably. Strategy and competitive advantage will be
rooted in capabilities that facilitate environmentally friendly economic activity.
The corporate ability to deal with the natural environment can be developed
into an organizational capability. Companies that seek to incorporate the
natural environment better into their organizations will achieve superior
performance. Lee's (2012) study shows there is growing empirical evidence
that successfully integrates environmental issues into the company's strategic
processes that can achieve overall competitive advantage.
The marketing ability is defined as an integrative process, whereby firms
use tangible resources and intangibles to understand the complexity of
consumers' specific needs, achieve product differentiation relative to
competition, and achieve superior brand equity (Dutta et al., 1999). According
to Song et al (2007) marketing capabilities include knowledge of competition
and customers, as well as skills in segmenting and targeting markets, in
advertising and pricing, as well as integrating marketing activities.
Companies can develop their marketing skills if they can combine
employee knowledge and skills with available resources. The ability to convert
resources into outputs based on the marketing mix is a strategy and marketing
capability associated with business performance (Vorhies & Morgan, 2005).
According to Ortega & Villaverde (2008) that marketing capabilities help
companies build and maintain long-term relationships with customers and
channel members will create a strong brand image that enables the company to
achieve superior corporate performance (Ortega & Villaverde, 2008).
Operating capability is defined as the integration of a complex set of tasks
performed by a company to increase its output at most. The efficient use of
production capabilities, technology, and material flow (Dutta et al., 1999).
Superior operating capabilities improve efficiency in the delivery process,
reduce operating costs and achieve competitive advantage (Day, 1994).
According to Boyer and Lewis (2002) operational capability is a fundamental
skill in operations that enable the company to achieve it. Related production
objectives that involve such as consistent product quality according to
specifications, cost control, time speed, volume and product flexibility as well
as delivery dependence, while Tan et al (2007) suggest superior operating
capability has long been recognized as a source of competitive advantage in
achieving performance The company is maximized because the company can
achieve competitive advantage by handling efficient material flow process,
asset and acquisition utilization as well as dissemination of superior process
knowledge.
Companies must develop, establish and maintain specific capabilities to
address environmental concerns (De Bakker & Nijhof, 2002). Proactive
environmental strategies require the accumulation of skills and resources such
as physical assets, organizational, technological, and human contexts. Proactive
environmental strategies depend on specific and identifiable processes
(Aragon-Correa and Sharma, 2003). Chan (2005) found that firms operating in
a dynamic environment would be more proactive to invest resources to produce
highly competitive organizational skills, which in turn would be conducive to
adopting environmental strategies.
De Bakker and Nijhof (2002) stated that an organization's ability
required the company to handle responsible supply chain organizing processes.
Functional capabilities such as marketing ability are the key drivers for
sustainable development. Companies that seek to build an organization's ability
to incorporate the natural environment into corporate strategy will gain a
competitive edge in the marketplace.
Hart (1995) stated integrating sustainability into the business, the
company will be better able to provide long-term growth and financial security
for its stakeholders and maintain and improve its market position.
Environmental management practices provide greater benefits than costs. Yu
and Ramanathan research (2015) states that there are significant impacts of
environmental management practices on environmental performance, while
Klassen and McLaughlin (1996) conclude that environmental management
practices in the form of product and operation technologies and environmental
management systems are among the key determinants of improved
environmental performance. Theyel (2000) found that environmental
management practices such as total quality management, pollution prevention
and employee pollution prevention training are significantly and positively
related to environmental performance ie chemical waste reduction.
Capability can reflect activity for the firm's basic functions and as a guideline
for improvement and actual activity (Collis, 1994). Several previous research
results such as Nath et al (2010), Terjesena et al (2011) and Yu et al (2014)
show a significant relationship between functional capabilities including
operations and marketing and performance.
C. Research Method
This type of research is survey. This research was conducted at
Agroindustry Company in Central Java and Yogyakarta. The sampling
technique used in this research is proportional stratified random sampling, that
is, the sampling is done based on the level or level of management of
Agroindustry sector company in Central Java who follow PROPER program of
Ministry of Environment and Forestry in each level of top management,
Middle management and low management. Each level is taken proportionally
as much as 80% of each level so that from the total target population of 250
people then the sample used as many as 100 people. Methods of data collection
using questionnaires, interviews, observation and documentation. Analysis
method using path analysis technique.
D. Result and Discussion
The results of research and discussion in this study can be explained as
follows:
1. Grouping of Companies in the Protection and Management of the
Environment
The development trend of corporate compliance level in corporate
performance rating program in environmental protection and management
is as follows:
Table 1
Corporate Compliance Level in Protection and Management
Environment 2002 - 2015
Years Klasifikasi
No Percentage Comply Percentage Beyound Percentage Total
comply (%) (%) compliance (%)
2002 2003 22 26,83 52 63,41 8 9,76 82
2003 2004 86 44,33 99 51,03 9 4,64 194
2004 2005 157 43,61 182 50,56 21 5,83 360
2006 2007 82 18,98 305 70,60 45 10,42 432
2008 2009 150 26,04 385 66,84 41 7,12 576
2009 2010 201 29,13 433 62,75 56 8,12 690
2010 2011 281 28,24 603 60,60 111 11,16 995
2011 2012 374 28,55 805 61,45 131 10,00 1310
2012 2013 568 31,70 1099 61,33 125 6,98 1792
2013 2014 537 28,40 1224 64,73 130 6,87 1891
2014 2015 550 26,49 1406 67,73 120 5,78 2076
Source: data Ministry of LHK (2017)
During the period 2002 to 2015 showed an increase in the level of
corporate compliance in the protection and management of the
environment. Since the period 2011 - 2012 until the period 2014-2015 the
increase of the company from the level of not obedient to be obedient by
30%. Increased levels of obedience from companies not obedient to
obedience are not followed by the level of companies that exceed the
adherence of only about 6 - 7% in the period 2012 - 2013 to 2014 - 2015.
2. Hypothesis Testing
The results of the complete path analysis in this study can be
explained in detail in the path diagram below:
Table 1. Path Analysis Results
Variable Direct Indirect effect Total effect
effect
Operation ability Environmental performance .290*** .290 + .252 =
Operation ability Environmental management .501*** x .542
practice Environmental performance .503*** = .252
Marketing ability Environmental performance .222** .222 + .252 =
Marketing ability Environmental management .501*** x .474
practice Environmental performance .503*** = .252
Source: data analysis, (2017)
Note:
* = significant level 10%
** = significant level 5%
*** = significant level 1%
The results of path analysis show that: the direct impact of
operational capability on environmental performance is more dominant
than the impact of operational capability on environmental performance
through environmental management practices, while the impact of
marketing ability on environmental performance through environmental
management practices is more dominant than the direct impact of
marketing ability on environmental performance. The total impact of
operating capability on environmental performance is more dominant than
the total effect of marketing ability on environmental performance.
3. Discussion
The operating capability in improving environmental performance
can be done by adding additional tools or systems to reduce negative
impacts on the environment, contributing to improved performance of sub-
systems to reduce negative impacts on the environment and system
changes ie overall system redesign to reduce or eliminate negative impacts
To the environment as well as the results of the activities provide added
value to consumers or users and provide a competitive advantage over
alternative activities, in addition to reducing the impact on the
environment and changes in the value chain that are changes that cause
changes in the overall value chain of production, consumption, consumer
service and product disposal.
Than & Kevin (2015) stated that the company's attention and
concentration on environmental aspects is the company's focus in order to
minimize the risks posed by climate change impacts and pressure to pay
more attention to the environment. Company pressure to improve
environmental performance is an important priority in order to realize
sustainable development by raising awareness of the community, the
company, the role of mass media and organizations that have
environmental concerns and regulatory improvements that can realize the
company beyond compliance in environmental management. Marketing
ability can be done by companies following the level of compliance in
environmental protection and management with the normative pressure
from various Government policies and regulations that can encourage
companies to apply environmental practices in the company's business
activities. Normative pressure will give the company internally stronger
and committed to exceed compliance in environmental protection and
management. Employees will be familiar and play an important role in
resolving environmental issues at the company (Sarkis et al., 2010).
Customers or users play an important role in encouraging organizations to
increase compliance with environmental protection and management so
they are expected to increase the number of new customers and loyal
customers (Zhang et al, 2008).
E. Conclusion
The operating capability in improving environmental performance can
be done by adding additional tools or systems to reduce negative impacts on
the environment, contributing to improved performance of sub-systems to
reduce negative impacts on the environment and system changes ie overall
system redesign to reduce or eliminate negative impacts To the environment
as well as the results of the activities provide added value for consumers or
users and provide competitive advantages to alternative activities.
The ability of marketing can be done by the company following the
level of compliance in environmental protection and management with the
normative pressure from various regulations and Government policies that
can encourage companies to apply environmental practices in the company's
business activities.
Acknowledgment
We would like to thank Kemenristekdikti, who has provided funds for PTUPT
Scheme
Reference
Amit, R. and Schoemaker, P.J. 1993. Strategic Assets and Organisational Rent.
Strategic Management Journal. Vol. 14 No. 1. pp. 33 46.
Aragon-Correa, J.A. and Sharma, S. 2003. A Contingent Resource-Based View of
Proactive Corporate Environmental Strategy. Academy of Management
Review, Vol. 29 No. 1, pp. 71-88
Boyer, K.K. and Lewis, M.W. 2002. Competitive Priorities: Investigating The
Need for Trade-offs in Operations Strategy. Production and Operations
Management. Vol. 11 No. 1, pp. 9-20.
Chan, R.Y.K. 2005. Does The Natural Resource Based View of The Firm Apply
in an Emerging Economy? A Survey of Foreign Invested Enterprises in
China. Journal of Management Studies. Vol. 42 No. 3, pp. 625 672.
Collis, D.J. 1994. Research Note: How Valuable are Organizational Capabilities?.
Strategic Management Journal. Vol. 15 No. 8, pp. 143-152.
Day, G.S. 1994. The Capabilities of Market-Driven Organizations. Journal of
Marketing, Vol. 58. No. 1. pp. 37 52.
De Bakker, F. and Nijhof, A. 2002. Responsible Chain Management: a Capability
Assessment Framework. Business Strategy and the Environment, Vol. 11
No. 1, pp. 63-75.
Delmas, M.A. and Toffel, M.W. 2008. Organisational Responses to
Environmental Demands: Opening The Black Box. Strategic
Management Journal. Vol. 29 No. 10, pp. 1027-1055.
Dutta, S., Narasimhan, O. and Rajiv, S. 1999. Success in High-Technology
Markets: is Marketing Capability Critical?. Marketing Science. Vol. 18
No. 4. pp. 547-568
Evangelos L. Psomas, Christos V. Fotopoulos and Dimitrios P. Kafetzopoulos.
Motives, Difficulties and Benefits in Implementing The ISO 14001
Environmental Management System. Management of Environmental
Quality: an International Journal. Vol. 22. No. 1. pp. 502 521.
Fortunski, B. 2008. Does The Environmental Management Standard ISO 14001
Stimulate Sustainable Development? an Example From The Energy
Sector in Poland. Management of Environmental Quality: an
International Journal. Vol. 19 No. 2, pp. 204-12.
Hart, S.L. 1995. a Natural-Resource-Based View of The Firm. Academy of
Management Review. Vol. 20 No. 4. pp. 874-907.
Heeseok. L and Byounggu C. 2003. Knowledge Management Enablers, Processes
and Organizational Performance: An Integrative View and Empirical
Examination. Journal of Management Information Systems. vol. 20, no.
1, pp. 179 228.
Judge, W.Q. and Douglas, T.J. 1998. Performance Implications of Incorporating
Natural Environmental Issues into The Strategic Planning Process: an
Empirical Assessment. Journal of Management Studies. Vol. 35 No. 2,
pp. 241-262.
Klassen, R.D. and McLaughlin, C.P. 1996. The Impact of Environmental
Management on Firm Performance. Management Science. Vol. 42 No. 8,
pp. 1199-1214.
Lansiluoto,A and Jarvenpaa, M. 2008. Environmental and Performance
Management Forces: Integrating greenness into Balanced Scorecard.
Qualitative Research in Accounting & Management Journal., vol. 5, no.
3, pp. 184-206.
Lee, L.T.-S. 2012. The Pivotal Roles of Corporate Environment Responsibility.
Industrial Management & Data Systems. Vol. 112 No. 3, pp. 466 483.
Montabon, F., Sroufe, R.P. and Narasimhan, R. 2007. an Examination of
Corporate Reporting, Environmental Management Practices and Firm
Performance. Journal of Operations Management. Vol. 25 No. 5, pp.
998-1014.
Ortega, M.J.R. and Villaverde, P.M.G. 2008. Capabilities and Competitive Tactics
Influences on Performance: Implications of The Moment of Entry.
Journal of Business Research. Vol. 61. No. 4, pp. 332 345.
Rowland-Jones, R., Pryde, M. and Cresser, M. 2005. An Evaluation of Current
Environmental Management Systems as Indicators of Environmental
Performance. Management of Environmental Quality: An International
Journal, Vol. 16 No. 3, pp. 211-19.
Sarkis, J., Gonzalez-Torre, P., Adenso-Diaz, B., 2010. Stakeholder Pressure and
The Adoption of Environmental Practices: The Mediating Effect of
Training. Journal Operations Management. 28 (2), 163 176.
Song, M., Benedetto, A.D. and Nason, R.W. 2007. Capabilities and Financial
Performance: The Moderating Effect of Strategic Type. Journal of The
Academy of Marketing Science. Vol. 35. No. 1, pp. 18-34.
Stephanie, M. and Vanstone. 2005. Do Good Environmental Management System
Lead to Good Environmental Performance?. Research Briefing. Ethical
Investment Research Service. New York.
Tan, K.C., Kannan, V.R. and Narasimhan, R. (2007), The Impact of Operations
Capability on Firm Performance, International Journal of Production
Research, Vol. 45 No. 21. pp. 5135 5156.
Terjesena, S., Patelb, P.C. and Covin, J.G. 2011. Alliance Diversity,
Environmental Context and The Value of Manufacturing Capabilities
among New High Technology Ventures. Journal of Operations
Management. Vol. 29. No. 1-2. pp. 105 115.
Thanh, N.P and Kevin B. 2015. The comprehensiveness of environmental
management systems: The Influence of Institutional Pressures and The
Impact on Environmental Performance. Journal of Environmental
Management. 160. Pp. 45 56.
Theyel, G. 2000. Management Practices for Environmental Innovation and
Performance. International Journal of Operations & Production
Management. Vol. 20 No. 2. pp. 249-266
Ulubeyli, S. 2013. Drivers of Environmental Performance of Cement Plants.
Industrial Management & Data Systems. Vol. 113. No. 8. pp. 1222-1244.
Vorhies, D.W. and Morgan, N.A. 2005. Benchmarking Marketing Capabilities for
Sustained Competitive Advantage. Journal of Marketing. Vol. 69 No. 1,
pp. 80 94.
Watson, K., Beate K and Tom G.G. 2004. Impact of Environmental Management
System Implementation on Financial Performance: A Comparison of
Two Corporate Strategies. Management of Environmental Quality: An
International Journal., Vol. 15, No. 6. pp. 622 628.
Yin, H. and Ma, C. 2009. International Integration: a Hope for a Greener China?.
International Marketing Review. Vol. 26 No. 3, pp. 348 67.
Yu, W. and Ramanathan, R. 2015. an Empirical Examination of Stakeholder
Pressures, Green Operations Practices and Environmental Performance.
International Journal of Production Research. Vol. 53 No. 21. pp. 6390-
6407.
Yu, W., Ramanathan, R. and Nath, P. 2014. The Impacts of Marketing and
Operations Capabilities on Financial Performance in The UK Retail
Sector: a Resource-Based Perspective. Industrial Marketing
Management. Vol. 43 No. 1, pp. 25-31.
Zhang, B., Bi, J., Yuan, Z., Ge, J., Liu, B. and Bu M. 2008. Why do Firms Engage
in Environmental management? an Empirical Study in China. Journal
Cleaner Production. 16 (10). 1036 1045.
BUKTI LUARAN 2
PEMAKALAH
PERTEMUAN ILMIAH
NASIONAL
BUKTI LUARAN 3
PEMAKALAH PADA
PERTEMUAN
INTERNASIONAL
1. Congress HIPIIS and International Conference Program The 4th
Sebelas Maret International Conference on Business and
Economics (SMICBES)
2. International Conference on Educational Sciences (Universitas
Pendidikan Indonesia(UPI) Bandung, 2 3 November 2017
BUKTI LUARAN 4
BUKU AJAR (ISBN)
BUKTI LUARAN 5
Visiting Scientist Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Sebelas Maret