Anda di halaman 1dari 105

EVALUASI KESEHATAN LINGKUNGAN INDUSTRI

PT. SANSAN SAUDARATEX JAYA


Jl. Cibaligo No. 33 Cimahi

Laporan Praktik Belajar Lapangan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Semester VIII (Delapan) Jurusan
Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh:

Haifannisa Mahran Noviyani


P17333113426

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim,
Puji dan syukur mari kita panjatkan ke-Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang dimana
Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester
VIII (delapan) di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung.
Dalam melaksanakan pembuatan Laporan ini, penulis telah mendapat banyak bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarief, MKM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung.
2. Bapak Pujiono, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
3. Ibu Yosephina Ardiani Septiati, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma
IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
4. Ibu Hj. Tati Ruhmawati, SKM., M.Ag. M.Kes, selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak H. Tatang Rony S., SH., M.H.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.
6. Ibu Sri Slamet Mulyati, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
7. Bapak Gunaras Danubrata, selaku Presiden Direktur PT. Sansan Saudaratex Jaya.
8. Ibu Dini Rahmayani, ST selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing
selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
9. Ibu Andini Sri Kusuma Wardhani, selaku pembimbing lahan yang telah membimbing
selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
10. Ibu Alis Suryani, selaku orang tua penulis, terima kasih atas doa dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis.
11. M. Ramiz Abdul Jabbar, M. Yazid Gufran dan M. Adla Abdul Faza, selaku saudara
penulis, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.
12. Hilyati Fairuza, selaku rekan PKL satu industri, terima kasih telah membantu penulis
dalam proses pembuatan Laporan PKL ini.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma IV Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Bandung Angkatan I, terima kasih atas semua masukan,
semangat dan dukungan yang kalian berikan. Sabuga menanti kita.
14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam pembuatan Laporan PKL ini, penulis ucapkan terima kasih.

Sebagai seorang manusia, penulis tentunya tidak luput dari kesalahan.. Oleh karena itu,
penulis mohon maaf kepada pembaca apabila ada kesalahan baik dari segi penulisan, sumber,
maupun isi yang sekiranya kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.

Cimahi, Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Data Perusahaan


PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak
dibidang garmen dan tekstil, berdiri pada bulan Agustus tahun 1987. Membuka pabrik
garment pertamanya yang berlokasi di Jl. Cibaligo No. 33 Leuwigajah, Cimahi, Jawa
Barat. PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model,
antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas
mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya,
keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten
terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. Selaras dengan visinya yaitu : "Diakui
sebagai perusahaan kelas dunia dan dipercaya atas komitmennya terhadap kepuasan
pelanggan." Juga misinya : "Kami merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-
produk apparel yang berkualitas tinggi untuk masyarakat dunia yang ingin meningkatkan
standar kehidupan mereka."

1.2 Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lapangan


Lama waktu dari kegiatan praktek belajar lapangan ini adalah selama kurang lebih 3
bulan, dimulai dari tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan 15 Juni 2017.

1.3 Materi Praktik Kerja Lapangan\


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dimulai dengan perkenalan terhadap
lingkungan di area industri dimulai dari komponen air bersih, air limbah, pengelolaan
sampah, pengendalian vektor, penyehatan udara da penyehatan makanan dan
minuman. Setelah dilakukan pengenalan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi
keenam komponen kesehatan lingkungan yang telah disebutkan diatas, identifikasi
dilakukan baik menganalisis data sekunder maupun dengan cara melakukan
pengukuran, pemeriksaan dan observasi. Setelah itu langkah selanjutnya adalah
menganalisis penyebab kondisi kesehatan lingkungan, hal-hal apa saja yang sekiranya
dapat menyebabkan kondisi kesehatan lingkungan menjadi begitu adanya. Kemudian
selanjutnya akan dilakukan prioritas alternatif penyelesaian masalah. Setelah alternatif
penyelesaian masalah diprioritaskan maka langkah selanjutnya yaitu membuat Plan
Of Action (POA).
1.4 Tinjauan Khusus
Industri menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 adalah seluruh bentuk
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya
industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih
timggi, termasuk jasa industri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014, Kesehatan Lingkungan adalah
upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi
maupun sosial.
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan kerja industri yang terdiri dari faktor
bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan sanitasi untuk mewujudkan kualitas
lingkungan kerja industri yang sehat.
Pengelolaan bahaya kesehatan di lingkungan kerja industri maupun pemenuhan
persyaratan kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
Lingkungan kerja industri yang sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang
meningkatnya kinerja dan produksi yang secara bersamaan dapat menurunkan risiko
gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja industri harus memenuhi standar dan persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi. Standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terdiri atas nilai ambang batas, indikator
pajanan biologi, dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri.
PT.Sansan Saidaratex Jaya merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang
tekstil dan garment. Jumlah karyawan yang bekerja di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah
2702 orang. PT. Sansan Saudaratex Jaya telah banyak menghasilkan produk-produk yang
berkualitas yang telah berhasil menembus pasar-pasar internasional. Melihat hal itu, perlu
dilakukannya evaluasi mengenai kesehatan lingkungan industri di PT. Sansan Saudaratex
Jaya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan untuk membuat
kondisi lingkungan kerja industri sesuai dengan regulasi-regulasi yang berlaku.
Evaluasi kondisi kesehatan lingkungan ini akan dilakukan pada kegiatan Praktik Kerja
Lapangan, yang akan dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan tanggal
15 Maret 2017.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak
dibidang garmen dan tekstil, berdiri pada bulan Agustus tahun 1987. Membuka pabrik
garment pertamanya yang berlokasi di Jl. Cibaligo No. 33 Leuwigajah, Cimahi, Jawa
Barat. PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model,
antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas
mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya,
keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten
terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. Selaras dengan visinya yaitu : "Diakui
sebagai perusahaan kelas dunia dan dipercaya atas komitmennya terhadap kepuasan
pelanggan." Juga misinya : "Kami merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-
produk apparel yang berkualitas tinggi untuk masyarakat dunia yang ingin meningkatkan
standar kehidupan mereka."

Dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi itu PT Sansan didukung oleh
teknologi yang canggih dan tentunya dibantu oleh tenaga kerja ahli yang kompeten di
bidangnya. Selain itu juga didukung oleh kantor yang berlokasi di Hongkong yang dapat
membantu dalam menyediakan semua kebutuhan perusahaan, seperti halnya mesin-
mesin, accessories, material, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam memproduksi produk
perusahaan. Dan untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan dan staff perusahaaan
menerapkan beberapa nilai yang harus diterapkan, yaitu:

1. Integritas
Bahwa dengan memegang komitment perusahaan dapat menghasilkan produk-produk
yang sesuai dengan keinginan buyer dan perusahaan dapat membuktikan dengan
hasil-hasil, bukan hanya dengan kata-kata.
2. Kerjasama
Dengan adanya kerjasama yang erat, baik secara internal maupun eksternal (dengan
para supplier dan buyer) akan membawa perusahaan menuju sukses.
3. Konsistensi
Konsisten dalam segala hal yangdikerjakan dan dihasilkan.
4. Kualitas
Produk-produk perusahaan merupakan produk-produk yang lain daripada yang lain,
dan bahwa kami dapat mempertahankan kualitas yang terbaik ini dengan komitmen
dan melalui inovasi dan kreatifitas yang berkesinambungan.
5. Sumber Daya Manusia
Memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten dan credible, perusahaan dapat
menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan tuntutan market.

Beberapa produk perusahaan telah menembus pasar ekspor, karena produk


perusahaan dapat memenuhi standard quality requirement dari buyer yang sangat ketat.
Beberapa Negara dan buyer yang telah menjadi tujuan ekspor perusahaan adalah USA
(GAP, Old Navy, Oshkosh Bgosh, Target Corp, Carters, Gymboree, Express/ Limited,
Disney, Walmart, K-Mart, Lollytogs, Frenchtoast, Express , Jones New York 15. The
Children's Place, Austin dan lain-lain) dan Eropa (C & A, H & M, TCHIBO, dan lain-
lain).

Setelah dua puluh tahun lebih PT Sansan Saudaratex Jaya sudah membuka beberapa
perusahaan dibeberapa kota, diantaranya : PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 2 (SS2)
(Cibeureum, Cimahi), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 3 (SS3) (Semarang), PT.
Sansan Saudaratex Jaya Garment 5 (SS5) (Cimahi), PT. Sansan Saudaratex Jaya
Garment 8 (SS8) (Cibaligo), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 9 (SS9)
(Tasikmalaya), dan beberapa pabrik didaerah lainnya termasuk salah satunya di luar
negeri, yaitu di Kamboja.
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Director

Garment HR & GA According & Finance Textile


Division Division Division

Marketing Factory & Production Quality Assurance Office Building HR Recruitment Compliance
Departemen Operational Manager Deputy Departement Maintanance & & Replacement IT Departement
Development HR Development
IT Strategy
Factory Unit 1 GA In Charge Material General According
Merchandising Logistic Service HR Personal & Painting
Factory Unit 2 Maintanance & Account
Tecnical Support GA In Charge Unit Security IT Application
Transportation Departement
Factory Unit 3 &
GA In Charge
Treasury
Shipping Factory Unit 5 Finishing Admin For Development
Intergrated Payroll and Benefit
Factory Unit 6 IT Network &
Warehouse Management
Factory Unit 8 Cost Operation Infrastructure
System &
IT Operational
Factory Unit 9 Environmental Budget Process
Pollution Control
Finishing
Facilities
Carton Box
Canteen, Mess,
Washing Cleaning
Service,
Embroidery
Stationary &
Sub Contract Expedition
Maintanance General Purchase
2.3 Produksi
PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model, antara
lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas mencapai
2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya, keseragaman
produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten terus melakukan
kerjasama dengan perusahaan.

2.3.1 Jenis Produksi


Produk yang di hasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak dan bayi
1) Denim 5 pockets
2) Denim Carpenter
3) School Uniform
4) Twill Pants
5) Dress
2. Untuk laki-laki
1) Shirts
2) Cargo Pants
3) Twill Pants
3. Untuk perempuan
1) Blazers
2) Dress Pants
3) Denim Pants
4) Knitted Garment
5) Polo Shirts & T-Shirts
2.3.2 Proses Produksi

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Produksi Divisi Garment


PT. Sansan Saudaratex Jaya

2.4 Ketenagakerjaan
1. Nama Perusahaan : PT. SANSAN SAUDARATEX JAYA (UNIT I)

2. Alamat Perusahaan : Jl. Cibaligo No. 33 Kota Cimahi


3. Jumlah Tenaga Kerja : 2702 Orang
4. Laki-laki : 1221 Orang
5. Perempuan : 1481 Orang
2.4.1 Jumlah dan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.1 Tenaga Kerja


Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
Klasifikasi
WNI WNA
Tenaga Jumlah Akademi/Perguruan
L P Komuter SD SLTP SLTA
Kerja Lokal Tinggi
harian
Manager 8 6 14 14 14
Administrasi 132 174 306 60 246 235 71
Operator 460 1146 1606 1606 1036 958 648
Lainnya 31 9 40 40 19 9 9 26
Total 631 1335 1966 651 1315 9 963 909 85

Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016


BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Metode Praktikum


3.1.1 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diamati dilingkungan industri.
Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh komponen kesehatan lingkungan yang
mencakup 6 komponen di PT. Sansan Saudaratex Jaya, meliputi :

1. Penyehatan Air
2. Penyehatan Udara
3. Penyehatan Makanan dan Minuman
4. Pengelolaan Limbah Cair
5. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah
6. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diamati atau diperiksa, pada
praktik ini penulis yang menentukan besarnya sampel yang akan diambil. Sampel yang
diambil yaitu :

1) Penyehatan Air
Sebanyak 2 liter air bersih (air keran) untuk pemeriksaan kualitas fisik dan kimia,
sedangkan untuk pemeriksaan kualitas mikrobiologi air bersih sebanyak 1 botol kaca
(250 ml 500 ml).
2) Penyehatan Udara
Udara ambient di kantor dan ruang produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya untuk
pemeriksaan kualitas fisik udara (suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan)
3) Penyehatan Makanan dan Minuman
Dua jenis makanan vurnarable untuk pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)
dan sampel usap alat makan. Sampel tersebut diambil di kantin PT. Sansan
Saudaratex Jaya.
4) Pengolahan Limbah Cair
Limbah Cair Domestik sebanyak 2 liter pada bak tempat mencuci piring di Kantin
PT. Sansan Saudaratex Jaya.
5) Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah
Timbulan sampah di TPS Sampah Produksi dan TPS Sampah Domestik.
6) Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Pengukuran kepadatan lalat dilakukan disekitar TPS dan dapur.

3.1.2 Teknik Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Sansan Saudaratex Jaya adalah sebagai berikut :

1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada setiap divisi/departemen yang ertujuan untuk
mendapatkan data tentang keadaan kesehatan lingkungan meliputi kualitas air bersih,
kualitas limbah cair, kualitas makanan dan minuman, kualitas uadara, kepadatan
vektor dan binatang pengganggu serta timbulan sampah yang ada di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Wawancara ini dilakukan secara terpimpin dimana telah
dipersiapkan sebelumnya kuesioner yang mencakup variabel-variabel yang berkaitan
dengan berbagai aspek yang ingin diketahui.
2. Observasi
Pengamatan langsung pada setiap objek mengenai komponen kesehatan
lingkungan meliputi kualitas air bersih, kualitas limbah cair, kualitas makanan dan
minuman, kualitas uadara, kepadatan vektor dan binatang pengganggu serta timbulan
sampah yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kesehatan
lingkungan yang ada di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
3. Pengukuran
Pengukuran dilakukan padas setiap objek yang akan diteliti seperti
pengukuran kualitas fisik udara meliputi suhu dan kelembaban, pencahayaan dan
kebisingan, kualitas kimia dan bakteriologi air bersih, bakteriologi makanan, total
kuman alat makan, BOD, COD, TSS serta minyak dan lemak pada limbah cair
domestik, timbulan sampah perhari serta kepadatan lalat yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan komponen-komponen tersebur, apakah memenuhi syarat atau
tidak memenuhi syarat.
3.1.3 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
diantaranya yaitu :
1. Lembar observasi untuk mengamati komponen-komponen kesehatan lingkungan yang
diamati.
2. Thermohygrometer, alat untuk mengukur suhu dan kelembaban.
3. Luxmeter, alat untuk mengukur pencahayaan.
4. Sound Level Meter (SLM), alat untuk mengukur tingkat kebisingan.
5. Fly grill, alat untuk mengukur kepadatan lalat.
6. Stopwatch, sebagai pengukur waktu saat melakukan pengukuran kepadatan lalat.
7. Dua jerigen plastik 2 liter untuk pemeriksaan Fe, Mn dan Kesadahan pada air bersih
(keran) dan pada air minum.
8. Botol sampel kaca coklay untuk pemeriksaan kualitas air bersih dan air minym secara
bakteriologis.
9. Kapas swab untuk mengusap alat makan.
10. Cool box untuk menyimpan sampel pemeriksaan bakteriologis.
11. Meteran untuk mendapatkan volume tempat sampah yang akan digunakan untuk
menghitung timbulan sampah.
12. Timbangan untuk menimbang timbulan sampah.

3.1.4 Jenis Data


Jenis data dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran, hasil
wawancara dan hasil observasi di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
2. Data sekunder adalah data mengenai gambaran umum PT. Sansan Saudaratex Jaya
dan dokumentasi atau laporan perusahaan yang berkaitan dengan komponen
kesehatan lingkungan (UKL UPL)

3.1.5 Lokasi dan Waktu


1. Lokasi
Lokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah PT. Sansan Saudaratex Jaya, Jl.
Cibaligo No. 33 Desa Cibeureum Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Telp.
6033788
2. Waktu
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 42 hari yaitu dari
tanggal 13 Maret 2017 29 April 2017.

3.1.6 Tenaga Pelaksana


Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung yang terdiri dari 2
orang yaitu :

1. Haifannisa Mahran Noviyani P17333113426


2. Hilyati Fairuza P17333113416

3.1.7 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Berikut ini merupakan jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan
mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bandung di PT. Sansan Saudaratex Jaya.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan


No Tanggal Kegiatan
1 13 14 Maret 2017 Identifikasi data sekunder perusahaan dan
persiapan (alat, bahan, instrumen)
2 15 Maret 7 April 2017 Identifikasi kondisi kesehatan lingkungan di
PT. Sansan Saudaratex Jaya (kajian kondisi
kesehatan lingkungan) :
a. Penyehatan air
b. Pengendalian vektor dan Binatang
Pengganggu
c. Penyehatan Udara
d. Penyehatan Makanan Minuman
e. Penyehatan tanah dan Pengelolaan sampah
Padat.
f. Pengelolaan Limbah Cair
3 10 11 April 2017 Identifikasi penyebab kondisi Kesehatan
Lingkungan melalui pengukuran dan
observasi.
e. Penyehatan Udara
Pengukuran kualitas fisik (suhu,
kelembaban, pencahayaan, kebisingan)
udara indoor
f. Kualitas mikrobiologi udara di ruangan
kantor.
4 12 April 2017 b) Penyehatan Air
a) Melakukan sampling air bersih
b) Pemeriksaan kualitas kimia air bersih
(Fe, kesadahan dan Mn)
c) Pemeriksaan kualitas bakteriologis air
bersih (Total Koliform dan E. coli)
d) Pemeriksaan kualitas bakteriologi air
minum (Total Koliform dan E. coli)
5 13 April 2017 c) Penyehatan Makanan dan Minuman
a) Observasi tentang pengelolaan
makanan dan minuman di dapur.
b) Melakukan sampling makanan di
Kantin
c) Pemeriksaan kualitas bakteriologis
makanan (Angka Lempeng Total)
d) Pemeriksaan kualitas kimia makanan
(Formalin)
6 14 April 2017 d) Pengelolaan Limbah Cair
a) Observasi tentang pengelolaan limbah
cair (waste water treatment)
b) Melakukan sampling limbah cair
domestik
7 17 18 April 2017 e) Penyehatan Tanah dan Pengelolaan
Sampah Padat
a) Observasi tentang pengelolaan
sampah di TPS sampah domestik dan
TPS Limbah B3
b) Perhitungan timbulan sampah
domestik di TPS sampah domestik
8 19 20 April 2017 f) Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu
a) Observasi dan pengukuran kepadatan
lalat
9 21 24 April 2017 Menganalisis data primer dan sekunder
kondisi kesehatan lingkungan
10 25 29 April 2017 Tabulasi dan analisis data hasil pengumpulan
data kondisi kesehatan lingkungan
Perumusan masalah kesehatan lingkungan.
Pembahasan dan penentuan prioritas masalah
Mengidentifikasi penyebab masalah
kesehatan lingkungan
Alternatif Penyelesaian terhadap masalah dan
Penyebab masalah Kesehatan Lingkungan
Penyusunan Plan of Action (POA) untuk
intervensi kesehatan lingkungan
Tahap akhir: Penyusunan laporan PKL
3.1.8 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa meliputi :
1. Identifikasi keadaan kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya,
kegiatannya meliputi :
a. Observasi lingkungan industri dengan melakukan pengamatan secara fisik
terjadap keenam komponen kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air bersih,
pengolahan limbah cair, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan udara,
pengendalian vektor dan bintanag pengganggu serta pengelolaan sampah.
b. Melakukan pengukuran terhadap keenam komponen kesehatan lingkungan untuk
mengetahui besaran masalah kesehatan lingkungan :
a) Kualitas fisik udara yaitu suhu, kelembaban, pencahyaan dan kebisingan di
dalam ruang kerja industri dan ruangan kantor
b) Kualitas mikrobiologi udara diruangan kantor.
c) Kualitas fisik, kimia (Fe, Mn dan Kesadahan) dan bakteriologis air bersih.
d) Kualitas fisik, kimia (Fe, Mn dan Kesadahan) dan bakteriologis air minum.
e) Kualitas bakteriologis makanan (ALT), Kualitas Bakteriologis Makanan
(Formalin) dan Total Kuman pada Alat Makan.
f) Permeriksaan BOD, COD, TSS serta minyak dan lemak pada limbah cair
domestik.
g) Mengukur kepadatan lalat.
h) Mengukur timbulan sampah domestik per hari.
2. Analisis data kesehatan lingkungan meliputi :
a. Tabulasi dan pengolahan data
b. Interpretasi data
c. Perumusan masalah
d. Penetapan prioritas masalah
e. Penetapan dan perumusn penyebab masalah
f. Penetapan tujuan penyelesaian masalah
g. Penentuan alternatif penyelesaian pemecahan masalah
h. Penetapan prioritas penyelesaian masalah
3. Penyusunan rencana intervensi
Penyusunan rencana intervensi terhadap masalah atau penyebab masalah kesehatan
lingkungan yang ada di PT. Sansan Saudaratex Jaya dilakukan bersama-sama
dengan pihak industri dengan cara berdiskusi dengan divisi terkair dan melakukan
advokasi ke tingkat yang lebih tinggi.

3.1.9 Langkah Kerja Praktik


1. Prosedur Pengukuran Kualitas Fisik Udara (Ruang Kerja)
Pengukuran kualitas fisik udara terdiri dari pengukuran suhu, kelembaban,
pencahayaan dan kebisingan didalam ruang kerja (produks dan office). Prosedur
pengukurannya adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran suhu dan kelembaban
a. Lokasi pengukuran
Pengukuran dilakukan di ruang kerja (Kantor) di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
b. Titik Pengukuran
Satu ruangan/ lokasi dilakukan pengukuran pada 3 titik yaitu ditengan ruangan
atau di titik yang sering terdapat aktivitas kerja (meja kerja)
c. Waktu Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada satu waktu.
d. Cara Pengukuran
a) Nama alat : Thermohygrometer
b) Persiapan Alat :
Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat
dioperasikan.
c) Cara kerja :
i. Tentukan titik tengah dari ruangan
ii. Letakkan alat setinggi bahu atau 1.5 metter dari lantai.
iii. Perhatikan angka digital pada display.
iv. Tunggu hingga angka di display konstan.
v. Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran.
d) Lama Pengukuran
Pengukuran dilakukan sampai angka pada display stabil.
e. Cara Pembacaan
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung. Masing-masing titik
pengukuran diambil 3 data suhu dan 3 data kelembaban.
2) Pengukuran Intensitas Pencahayaan
a. Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan di area produksi (Cutting, Sewing, Embroidery,
Finishing dan Washing) di PT. Sansan Saudaratex Jaya
b. Titik Pengukuran

Tabel 3.2 Titik Pengukuran Intensitas Pencahayaan


Jenis
No. Luas Ruangan Titik Pengukuran
Pencahayaan
1. Umum <10 m2 Setiap jarak 1 meter
10 m2 100 m2 Setiap jarak 3 meter
>100 m2 Setiap jarak 6 meter
2. Setempat - Meja Kerja
Sumber : SNI 16-7062-2004
c. Waktu Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada satu waktu.
d. Cara Pengukuran
i. Nama alat : Luxmeter
ii. Persiapan Alat
Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat
diopersikan.
iii. Cara Kerja
a) Tentukan titik pengukuran
b) Perhatikan angka digital pada display
c) Tunggu hingga angka di display
d) Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran
iv. Lama Pengukuran
Pengukuran dilakukan sampai angka pada display stabil.
e. Cara Pembacaan
Pembacaan hasil pengulangan dlakukan secara langsung. Masing-masing titik
pengukuran diambil 3 data.
3) Pengukuran Tingkat Kebisingan
a. Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan di area produksi (Cutting, Sewing, Embroidery, Finishing,
Washing)
b. Titik Pengukuran
Pengukuran dilakukan dititik yang sering terdapat pekerja melakukan aktivitas
kerja.
c. Waktu Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada satu waktu.
d. Cara Pengukuran
i. Nama alat adalah Sound Level Meter
ii. Persiapan alat
Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.
iii. Cara kerja :
a) Tentukan titik pengukuran
b) Perhatikan angka digital pada display
c) Tunggu hingga angka di display konstan
d) Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran setiap 5 detik selama 10
menit.
iv. Lama Pengukuran
Pengukuran dilakukan selama 10 menit dan sampai angka pada display terlihat
stabil.
v. Cara Pembacaan
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung. Satu titik diambil
sebanyak 120 data.
2. Prosedur Pengambilan Sampel Air Bersih untuk Pemeriksaan Kualitas Fisik,
Kimia dan Bakteriologis
1. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan Kualitas Fisik dan Kimia (Fe, Mn
dan Kesadahan) Air Minum dan Ar Bersin
a) Siapkan tissue dan jerigen
b) Bersihkan mulut kran dengan tissue
c) Alirkan air keran dengan kecepatan aliran penuh kurang lebih 2-3 menit.
d) Sambil menunggu aliran keran, bersihkan permukaan dan mulut jerigen.
e) Setelah kurang lebih 2-3 menit masukan keran kedalam jerigen dengan
cara :
a. Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk menghomogenkan
yaitu membersihkan botol sampel untuk kemudian dibuang kembali
lalu diulang untuk beberapa kali. Isi dengan air setengah jerigen
untuk membilas.
b. Pengambilan selanjutnya merupakan sampel air yang akan diperiksa
kedalam botol sampel atau jerigen untuk kemudian ditutup.
c. Pengambilan sampel harus dilakukan hati-hati jangan sampai terjadi
aerasi.
d. Jika menggunakan selang, maka selang harus dalam keadaan bersih
dan ujung harus sampai kedasar dalam jerigen dengan debit ait kran
yang tidak terlalu besar, untuk menengah adanya gelombung udara.
Tunggu jerigen terisi penuh.
e. Jika tidak menggunaka selang, maka keran hendaknya menyentuh
bagian mulut/bibir jerigen dengan posisi sedikit dimiringkan dan
debit yang disesuaikan (sebaiknya tidak terlalu kuat) untuk mencegah
adanya aerasi. Tunggu sampai jerigen terisi penuh.
f) Tutup jerigen dengan rapat
g) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda
tangan)
h) Bawa sampel air kran ke laboratorium untuk diperiksa.
2. Pengambilan sampel untuk Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air Bersih dan
Air Minum
a) Sebelum pengambilan sampel, tangan diaseptik terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol 70%, hal ini mencegah pengambilan sampel air dari
tangan yang terkontaminasi.
b) Kran dibuka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2-3 menit atau dianggap
cukup untuk membersihkan mulut kran, kemudian tutup kembali.
c) Nyalakan bunsen dengan korek api.
d) Mulut kran dipanaskan/disterilkan sampai timbul uap air keluar.
e) Buka kertas pelindung pada tutup botol sampel (dibuka sampai setengah
saja untuk menghindari kontaminasi). Pengambilan dilakukan secara
aseptis.
f) Panaskan/sterilkan bibir botol sampel hingga cukup panas.
g) Isi botol sampai 2/3 botol bagian dari volume botol, agar sisa ruangan
botol masih ada udara untuk mikroorganisme (untuk pemeriksaan
mikrobiologi).
h) Bibir botol dipanaskan kembali hingga cukup panas lalu secepatnya
ditutup kembali.
i) Masukkan sampel kedalam cool box suhu 00C 40C.
j) Matikan api bunsen.
k) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda
tangan).
3. Prosedur Pengambil Sampel Makanan dan Usap Alat Makan
1. Prosedur Pengambilan Sampel Makanan
a) Makanan yang dipilih untuk sampel merupakan makanan yang berpotensi
tinggi dan mengandung air (vurnarable)
b) Alat yang digunakan untuk mengambil sampel makanan, seperti plastik
atau botol gelas harus dalam kondisi steril.
c) Sebelum pengambilan sampel, tangan diaseptik terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol 70% dan menggunakan masker hal ini mencegah
sampel terkontaminasi oleh petugas sampling.
d) Nyalakan bunsen dengan korek api.
e) Apabila sampel makanan berbentuk cair, maka diambil sampel sebanyak
100-200 ml. Apabila makanan berbentuk padat maka diambil sampel
sebanyak 100 gr atau 200 gr.
f) Masukkan sampel makanan dengan menggunakan alat sampling yang
sudah disterilkan. Ikat atau tutup rapat wadah sampel.
g) Masukkan sampel kedalam cool box suhu 00C 40C.
h) Matikan api bunsen.
i) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda
tangan).
2. Prosedur Pengambilan Sampel Usap Alat Makan
a) Membersihkan tangan dan meja kerja seluas 1m2 dengan kapas yang
sudah diberi alkohol 70%.
b) Nyalakan api bunsen
c) Ambil lidi kapas yang sudah steril, buka penutup tabung reaksi dan lidah
apikan.
d) Masukkan lidi kapas kedalam tabung yang bersisi larutan NaCl 0.85%
sebanyak 10ml.
e) Peras pada dinding tabung reaksi agar larutan tidak berceceran. Lidah
apikan kembali bibir tabung reaksi dan tutup.
f) Usapkan lidi kapas pada alat makan dan minum yang biasa digunakan
oleh karyawan PT. Nisshinbo Indonesia.
g) Lidi kapas yang sudah diusapkan ke alat makan, dimasukkan kembali ke
dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl 0,85%, homogenkan dan
peras kembali di dinding tabung reaksi.
h) Persyaratan pengambilan sampel alat makan seperti berikut: Usapkan lidi
kapas pada posisi menyilang dan pada 1 posisi lakukan 3 kali pengusapan
dengan searah.
i) Tabung reaksi yang telah berisi sampel diberi label dengan format : Jenis
pemeriksaan, lokasi pengambilan, tanggal pengambilan, waktu
pengambilan,tujuan pengambilan, nama petugas dan tanda tangan petugas.
j) Masukkan tabung reaksi kedalam coolbox yang sudah diberi es batu
supaya bersuhu 0-4C. Lalu bawa sampel ke laboratorium untuk diperiksa.
4. Prosedur Pengambilan Sampel Limbah Cair
a) Tentukan lokasi dan titik yang akan dilakukan sampling limbah cair
b) Siapkan gayung, timba dan jerigen untuk mengambil sampel
c) Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk menghomogenkan yaitu
membersihkan jerigen untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk
beberapa kali. Isi dengan limbah cair setengah jerigen untuk membilas.
d) Pengambilan selanjutnya merupakan sampel limbah cair yang akan diperiksa ke
dalam jerigen untuk kemudian ditutup.
e) Pengambilan sampel harus dilakukan hati-hati jangan sampai terjadi aerasi.
f) Tutup jerigen dengan rapat. Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil
sampel dan tanda tangan).
g) Bawa sampel air kran ke laboratorium untuk diperiksa.
5. Prosedur Pengukuran Vektor
Pada pengukuran vektor akan dilakuakan adalah perhitungan kepadatan lalat.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Kepadatan Lalat
a. Nama : Fly grill
b. Titk sampel : 0,. 10m, 20m dan 30m.
c. Cara pengukuran :
a) Letakkan Fly Grill di tempat datar dengan jarak titik pengukuran yang
telah ditentukan 0 m, 10 m, 20 m dan 30 m
b) Siapkan alat tulis dan alat hitung (counter) serta stopwatch
c) Amati lalat yang hinggap di fly grill selama 30 detik
d) Ulangi hingga 10 kali pengamatan di satu titik pengukuran
e) Beri tanda pada 5 angka terbesar pada masing-masing pengamatan
f) Rata-ratakan 5 angka terbesar dari setiap pengamatan. Jumlahkan nilai
rata-rata dari setiap titik pengamatan. Rata-ratakan kembali.
6. Prosedur Pengukuran Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan sampah dilakukan selama satu minggu. Prosedur
pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Mengobservasi TPS domestik (rumah tangga) dan tempat sampah yang
digunakan di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
2. Menyortir sampah domestik yang telah terkumpul di TPS. Memisahkan
anatara sampah domestik dan sampah produksi.
3. Menimbang sampah organik, anoganik dan sampah produksi secara terpisah di
TPS PT. Sansan Saudaratex Jaya yang dikumpulkan setiap harinya selama satu
minggu.
4. Mengukur volume mobil truk pengangkut sampah yang digunakan untuk
mengangkut sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya.

3.1.10 Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan dibagi dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Editing, yaitu melakukan pengecekan data.
2. Coding, melakukan pemberiaan kode agar mudah untuk menganalisis data.
3. Entry, yaitu memasukkan data dalam suatu tabel yang berisi aspek aspek yang
diamati.
4. Cleaning, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang sudah di entry, sehingga
tidak terjadi salah memasukan data
3.2 Penyehatan Air
Air yang berasal dari sumur-sumur diatas digunakan untuk 2 kegiatan, yaitu kegiatan
produksi dan kegiatan domestik. Sebelum digunakan sesuai dengan kegiatannya, air yang
berasal dari sumur akan di tampung kedalam bak sentral. Bak sentral disini memiliki
volume 9000m3. Setelah ditampung di dalam bak sentral, air untuk kegiatan produksi
akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang selanjutnya air tersebut disebut dengan
Softwater, dimana softwater ini adalah air yang memiliki kandungan mineral yang
rendah. Sementara air untuk kegiatan domestik tidak dilakukan pengolahan, air langsung
didistribusikan ke tempat-tempat sesuai dengan kebutuhannya seperti dapur, toilet dsb.

Tabel 3.3 Sumber Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Jenis
Kapasitas
Sumber Diolah/Tidak Keterangan
(m3/hari)
Air
Sumur I 107.9 Diolah
Sumur II 98 Diolah Menggunakan air sumur
Sumur III 135 Diolah dalam
Sumur IV 135 Diolah
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

3.2.1 Identifikasi Kondisi Penyehatan Air


.Dibawah ini merupakan kualitas air bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya :

Tabel 3.4 Kualitas Fisik Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017
Keran
No. Parameter Keran Terdekat Baku Mutu Keterangan
Terjauh
1 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau MS
2 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa MS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas fisik air bersih di beberapa
titik, yaitu di titik keran terdekat dan keran terjauh (dari bak sentral). Dari hasil
pemeriksaan didapatkan bahwa dari 2 sampel yang diperiksa 100% kualitas fisik air
bersih untuk parameter bau dan rasa masih memenuhi syarat

Tabel 3.5 Kualitas Kimia Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017
No. Parameter Titik Terdekat Titik Terjauh Baku Mutu Keterangan
1 Fe 0.091 mg/L 0.121 mg/L 1 mg/L MS
2 Mn 0.04 mg/L 0.003 mg/L 0.5 mg/L MS
3 Kesadahan 50 mg/L 30 mg/L 500/L MS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksan kualitas kimia air bersih di beberapa
titik yaitu di titik keran terdekat dan keran terjauh (dari bak sentral). Dari hasil pemeriksaan
didapatkan bahwa dari 2 sampel yang diperiksa kualitas kimia air bersih untuk parameter
Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kesadahan 100% masih memenuhi syarat.

Tabel 3.6 Kualitas Bakteriologi Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya|
Maret 2017
No. Parameter Terdekat Terjauh Kantin Baku Mutu Keterangan
4/100 ml 7/100 ml 29/100 ml 0/100ml
1 Koli Tinja TMS
sampel sampel sampel sampel
Total 4/100 ml 7/100 ml 29/100 ml 50/100 ml
2 MS
Koliform sampel sampel sampel sampel
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan air bersih secara bakteriologis. Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dari 3 sampel yang diperiksa
100% tidak memenuhi syarat untuk parameter Koli Tinja, sementara untuk parameter Total
Koliform dari 3 sampel yang diperiksa, hasilnya 100% masih memenuhi syarat.

Kaitannya dalam pemantauan kualitas air, tidak hanya air bersih yang dilakukan
pemantauan terhadap kualitas airnya namun air minum pun perlu dilakukan pemantauan
terhadap kualitasnya, baik itu secara fisik, kimia dan bakteriologis. Berikut merupakan hasil
pemeriksaan kualitas air minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya.

Tabel 3.7 Kualitas Fisik Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017
No. Parameter Sampel I Baku Mutu Keterangan
1 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau MS
2 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa MS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas fisik air minum di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Dari hasil pemeriksaan yang telah diakukan didapatkan hasil bahwa air
minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya 100% masih memenuhi syarat secara fisik untuk
parameter bau dan rasa.

Tabel 3.8 Kualitas Kimia Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017
No. Parameter Sampel 1 Baku Mutu Keterangan
1 Fe 0.138 mg/L 0.3 mg/L MS
2 Mn 0.005 mg/L 0.1 mg/L MS
3 Kesadahan 40 mg/L 500/L MS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas kimia pada air minum. Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kualitas air minum di PT.
Sansan Saudaratex Jaya untuk 100% memenuhi syarat untuk parameter Fe, Mn dan
Kesadahan.
Tabel 3.9 Kualitas Bakteriologi Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Maret 2017
No. Parameter Sampel 1 Baku Mutu Keterangan
0/100 ml 0/100 ml
1 Koli Tinja MS
sampel sampel
Total 0/100 ml 0/100 ml
2 MS
Koliform sampel sampel
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum. Dari
pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kualitas air minum utnuk
parameter Koli Tinja dan Total Koliform 100% masih memenuhi syarat.

PT. Sansan Saudaratex Jaya sendiri untuk pemantauan kualitas air bersih kerap
dilakukan. Pemeriksaan air bersih dilakukan pada sumur-sumur yang berada di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Berikut merupakan data hasil pemeriksaan kualitas air sumur di PT. Sansan
Saudaratex Jaya :
Tabel 3.10 Kualias Air Sumur di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Keterangan
No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Uji
1 Fisika Sumur I Sumur II Sumur III Sumur IV
Temperatur
1.1 Temperatur (Lab) C 24.9 24.9 24.9 25
Lingkungan
1.2 Residu Tersuspensi (TSS) mg/L 50 0 2 0 2 MS
1.3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1000 197 197 186 203 MS
2 Kimia (Kimia Anorganik)
2.1 p H (Lab) 6.0 - 9.0 8 7.2 7.2 7.7 MS
2.2 COD mg/L 10 8.91 <2.56 <2.56 9.59 MS
2.3 NO2 mg/L 0.06 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 MS
2.4 NO3 mg/L 10 <0.203 <0.203 <0.203 <0.203 MS
2.5 Besi mg/L 0.3 <0.18 <0.18 <0.18 <0.18 MS
2.6 Mangan mg/L 0.1 <0.09 0.58 0.44 <0.09 MS
2.7 Fosfat Total sebagai P mg/L 0.2 0.074 <0.014 0.094 0.046 MS
2.8 Klorida mg/L 600 <4.01 <4.61 <4.61 <4.01 MS
2.9 Krom (VI) mg/L 0.05 <0.004 <0.004 <0.004 <0.004 MS
2.10 Fluorida mg/L 0.5 <0.27 <0.27 <0.27 <0.27 MS
2.11 Sulfat mg/L 400 <2.20 3.19 <2.20 <2.20 MS
3 Daya Hantar Listrik uS/cm <1000 340 340 320 350 MS
4 Salinitas <1000 <1000 <1000 <1000 <1000 MS
Sumber : Data Sekunder PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2015
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas air sumur di PT. Sansan
Saudaratex Jaya/ dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa dari 4 sumur yang dilakukan
pemeriksaan, hasilnya 100% memenuhi syarat untuk semua parameter.

Agar kebutuhan air terpenuhi maka kebutuhan air harus diperhitungkan sesuai dengan
standar minimum kebutuhan air yang dikalikan dengan seluruh jumlah karyawan.

Tabel 3.11 Kebutuhan Air untuk Higiene dan Sanitasi di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Volume Keterangan
Standar Jumlah
No. Total Bak
Minimum Karyawan
Sentral
20 2702 54.040 9000000
1 Terpenuhi
Liter/Orang/Hari Orang Liter/Hari liter
Tabel diatas merupakan perhitungan untuk kebutuhan air bersih di PT. Sansan
Saudaratex Jaya untuk keperluan Higiene dan Sanitasi. Standar minimum kebutuhan air
bersih untuk kegiatan Higiene dan Sanitasi adalah 20Liter/orang/hari. Setelah dilakukan
perhitungan dengan jumlah karyawan 2702 orang maka total kebutuhan per harinya adalah
54.040 Liter. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000000 liter, maka
kebutuhan air untuk kebutuhan Higiene dan Sanitasi ini terpenuhi.

Tabel 3.12 Kebutuhan Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Standar Jumlah Volume Bak Keterangan
No Total
Minimum Karyawan Sentral
5 2702 13.510 9000000
1 Terpenuhi
liter/orang/hari Orang Liter/Hari liter
Tabel diatas merupakan hasil perhitungan untuk kebutuhan air minum di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Standar minimum kebutuhan air minum adalah 5Liter/orang/hari. Setelah
dilakukan perhitungan dengan jumlah karyawan 2702 orang maka total kebutuhan per
harinya adalah 13.510 Liter. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000000
liter, maka kebutuhan air minumi ini terpenuhi.
Bagan 3.1 Kebutuhan air untuk Kegiatan Produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya

Scour. Bleach
Q = 242 m3/hari

Mercerizing
Q = 123 m3/hari

Soft Water
Washing
Raw Water Q = 446 m3/hari

Dyieng
Bak Sentral Q = 189 m3/hari
Kapasitas = 9000 m3

Laundry
Q = 300 m3/hari
Air Sumur Dalam
Q = 475.90 m3/hari
Boiler
Q = 250 m3/hari

Utility dan
Penyiraman
Q = 12 m3/hari

MCK
Q = 150 m3/hari

Penduduk
Q = 450 m3/hari

Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Bagan diatas menunjukkan kebutuhannair untuk kegiatan produksi di PT. Sansan


Saudaratex Jaya. Jika dijumlahkan maka kebutuhan air untuk kegiatan produksi adalah 2.162
m3/hari. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000 m3 maka kebutuhan air
untuk kegiatan produksi sudah terpenuhi.
3.2.2 Penyebab Kondisi Penyehatan Air
1. Sumber air yang digunakan di PT. Sansan Saudaratex Jaya, baik untuk kebutuhan
kegiatan produksi maupun untuk kegiatan domestik berasal dari sumur artesis.
2. Jumlah sumur artesis di PT. Sansan Saudaratex Jaya yaitu sebanyak 4 sumur.
3. Sebelum didistribusikan ke masing-masing kegiatan, air akan ditampung terlebih
dahulu kedalam bak sentral, dimana bak sentral ini memiliki volume 9000m3.
4. Untuk kegiatan produksi, air akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar
kandungan mineralnya menjadi rendah, yang selanjutnya disebut dengan softwater.
5. Untuk kegiatan domestik, air yang telah ditampung kedalam bak sentral
akandidistribusikan langsung melalui pipa-pipa tanpa dilakukan pengolahan terlebih
dahulu (sedimentasi, koagulasi, maupun desinfeksi), yang selanjutnya disebut dengan
Rawwater.
6. Untuk air minum, pihak PT. Sansan Saudaraex Jaya melakukan pengolahan air
minum sendiri dengan menggunakan metode Reverse Osmosis (RO).

Gambar 3.1 Rangkaian Pengolahan Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya

7. Pemantauan kualitas air bersih dilakukan setiap satu tahun sekali.


8. Pemantauan kualitas air minum dilakukan setiap satu bulan sekali.
9. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan produksi adalah 2162 m3/ hari. Jika
dibandingkan dengan volume bak penampungan sementara yaitu 9000 m3maka
kebutuhan air untuk kegiatan produksi masih terpenuhi.
10. Kebutuhan air bersih untuk higiene dan sanitasi, setelah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan standar minimum yaitu 20liter/orang/hari didapatkan hasil
54.040 liter/hari. Hal ini juga masih bisa terpenuhi.
11. Pengetahuan Petugas mengawasi kualitas air termasuk kategori baik.
12. Belum pernah dilakukan pemeriksaan parameter bakteriologi untuk air bersih.
13. Kebutuhan air minum juga setelah dilakukan perhitungan menggunakan standar
minimum air minum yaitu 5liter/orang/hari, didapatkan hasil 13.510 liter/hari. Hal ini
juga masih bisa terpenuhi.
14. Terjadi kebocoran pada pipa pada saat pendistribusian.

3.2.3 Pembahasan
Kondisi penyehatan air di PT. Sansan Saudaratex Jaya setelah dilakukan
pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan bakteriologis, didapatkan hasil bahwa terdapat
hasil yang tidak memenuhi syarat, yaitu untuk kualitas bakteriologi air bersih
khususnya parameter koli tinja (Escherichia coli).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 tahun 2016 tentang
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, bahwa air
bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Tabel 3.13 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih


Kadar
No. Parameter Wajib Unit maksimum yang Keterangan
diperbolehkan
PMK
Parameter yang tidak 492/Menkes/Per/IV/2010
langsung berhubungan Tentang Persyaratan
dengan kesehatan Kualitas Air Minum
WHO
1. Bau Tidak Berbau
2. Rasa Tidak Berasa
0
3. Suhu C Suhu udara 3
4. Warna TCU 15 True Color Unit
Total zat padat terlarut
5. Mg/L 500
(total dissolved solid)
Nephelometric Turbidity
6. Kekeruhan NTU 5
Unit
Tabel 3.14 Persyatan Kualitas Bakteriologi Air Bersih
Kadar
maksimu
Parameter
No. Unit m yang Keterangan
Wajib
diperbole
hkan
0 setara dengan <1
CFU/100 pada MPN (Most
1. E.coli ml sampel 0 Probable Number)
index

0 setara dengan <1


CFU/100 pada MPN (Most
Total bakteri
2. ml sampel 0 Probable Number)
Koliform
index

Tabel 3.15 Persyatan Kualitas Kimia Air Bersih


Kadar
Parameter maksimum
No. Unit Keterangan
Wajib yang
diperbolehkan
Wajib
pH 6.5 8.5
Kimia an-organik (yang berhubungan langsung dengan kesehatan
1. Arsen mg/l 0.01
2. Fluorida mg/l 1.5
3. Total Kromium mg/l 0.05
4. kadmium mg/l 0.003
5. Nitrit mg/l 3
6. nitrat mg/l 50
7. sianida mg/l 0.07
8. Selenium mg/l 0.01
Kimia an-organik (yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan)
1. Alumunium mg/l 0.2
2. Besi mg/l 0.3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0.4
6. Seng mg/l 3
7. Sulfat mg/l 250
8. Tembaga mg/l 2
9. Amonia mg/l 1.5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kandungan bakteri koli tinja pada air
bersih adalah 0/100 ml. Sementara setelah dilakukan pemeriksaan air bersih didapatkan hasil
bahwa untuk sampel keran terdekat didapatkan hasil 4/100 ml, keran terjauh didapatkan hasil
7/100 ml dan untuk dikantin didapatkan hasil 29/100 ml.

Kondisi tidak memenuhi syarat tersebut diatas bisa dikarenakan karena beberapa
faktor, menurut Said (1999) penyebab dari kondisi tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Kontaminasi Air Baku


Air tanah adalah merupakan sumber air bersih yang paling banyak digunakan
di Indonesia, karena murah dan kualitasnya relatif baik. Akan tetapi dengan semakin
sempitnya lahan khusunya di daerah perkotaan, dan di lain pihak masyarakat
umumnya membuang limbah tinja dengan sistem tradisional dengan menggunakan
tangki septik sistem resapan tanah, maka telah menyebabkan terjadinya pencemaran
air tanah khususnya dilingkungan yang padat penduduk. Hal ini disebabkan karena
sistem pembuangan tinja dengan sistem resapan tidak mampu lagi mengatasi beban
polusi yang ada. Selain itu, di daerah disekitar lokasi pembuangan limbah baik limbah
cair maupun padat dengan rancangan yang kurang sesuai sering terjadi pencemaran
air tanah yang serius oleh adanya perpindahan senyawa kimia, dan yang sering kali
terjadi yakni pencemaran air tanah oleh senyawa pelarut organik terkhlorinasi
(chlorinated solvent) misalnya trikhlorethylene, tetrakhloroethylene, 1,1,1-
trikhloroethane, atau karbontetrakhlorida dan juga bahan produk minyak misalnya
benzene dan hidrokarbon aliphatic.
Kontaminan anorganik yang bersifat racun dengan konsentrasi yang sangat
kecil (trace toxic substances), misalnya senyawa logam berat merkuri, timbal,
kadmium dan lainnya juga sering ada di dalam air permukaan akibat limbah industri.
Senyawa nitrat adalah polutan yang anorganik yang sering dijumpai di daerah
pertanian akibat penggunaan pupuk anorganik. Pencemaran oleh senyawa anorganik
juga dapat terjadi secara alami misalnya pencemaran air permukaan atau air tanah di
daerah yang banyak mengandung deposit arsen dan selenium, serta radionukilda
radium.
Dari uraian tersebut diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa pencemaran
sumber air dapat terjadi akibat aktifitas kegiatan manusia maupun terjadi secara alami.
2. Kontaminasi Selama Proses Pengolahan
Teknologi dan prosedur operasi dapat digunakan untuk mencegah masuknya
senyawa polutan kedalam air minum. Akan tetapi dengan semakin buruknya kualitas
air bakunya, maka biaya produksinya menjadi semakin besar pula. Untuk
menghilangkan kotoran dalam air baku misalnya zat organik, padatan tersuspensi, bau
dan juga bakteri patogen, banyak menggunakan bahan koagulan misalnya alum,
garam besi atau koagulan dari bahan polimer, zat alkali dan juga senyawa untuk
membunuh bakteri patogen misalnya gas khlorine atau kaporit atau zat oksidant
lainya, dan semuanya itu meninggalkan zat sisa (residu) atau produk hasil samping di
dalam air olahannya (finished water).
Gas khlorine sering mengandung khloroform, karbon tetra khlorida, atau
residu lainnya, dan juga dapat bereaksi dengan senyawa organik yang ada dalam air
baku dengan menghasilkan senyawa-senyawa misalnya trihalomethane, khloramine,
haloacetonitril, asam halo acetat (haloacetic acid), halophenol dan zat produk hasil
reaksi samping lainnya. Senyawa hasil samping (by product) tersebut diatas, ternyata
dapat membahayakan kesehatan manusia. Trihalomethane misalnya, telah
diidentifikasikan dengan jelas yakni dapat merangsang timbulnya penyakit kanker.
3. Kontaminasi Pada Sistem Distribusi
Pencemaran air juga dapat terjadi setelah proses pengolahan, yakni selama
mengalir dari tempat pengolahan ke konsumen di dalam sistem perpipan distribusi.
Pipa yang digunakan pada distribusi air minum umumnya dari bahan besi galvanis,
tembaga, semen asbestos, atau dari bahan polimer misalnya PVC dan lainnya. Semua
bahan-bahan tersebut dapat memberikan kontribusi di dalam pencemaran air air
minum terutama apabila pH air agak rendah dan bersifat korosif. Logam timbal (Pb),
tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan hidrokarbon poli aromatis adalah senyawa polutan
yang umum yang terjadi selama air mengalir pada pipa distribusi.
Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air
tanah kedalam sistem distribusi terutama apabila tekanan airnya rendah dan lebih
kecil dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi
akan menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran
bakteriologis.
Menurut Kodoatie dan Sjarief, pengolahan (treatment) untuk memenuhi suatu
kualitas air tertentu dan atau dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari air, maka
air dari sumber pada umunya harus melalui proses lanjutan berupa :
a. Penjernihan air dari partikel lain (sedimentation, flocculation, filtration, dll)
b. Pengontrolan bakteria air (disinfection, ultra violet ray, ozone treatment, dll)
c. Komposisi kimia air (aeration, iron dan manganese removal, carbon activated, dll)

3.2.4 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, didapatkan hasil untuk
masalah air yaitu :
100% dari 3 titik sampel air bersih yang dilakukan pemeriksaan hasilnya tidak
memenuhi syarat untuk Kualitas Bakteriologi khususnya parameter Escherichia
coli
Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan :
12
K=
1 1 2 2
+ 2
1

Keterangan:
K = Koefisien Confidence Level
= 95% (Tabel: 1,96)
P1 = Besar masalah kesehatan lingkungan
Q1 = 100% - P1
= 100% - 100%
= 0%
P2 = Besarnya target yang ingin dicapai
Q2 = 100% - P2
N1 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program
= 24 sampel
N2 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program
= 24 sampel

Ditanyakan:
P2 = Besarnya target yang ingin dicapai

Perhitungan:
12
K =
1 1 2 2
+ 2
1
1002
1.96 =
(1002)
100 0+2
24 24

1002
1.962 = 0 2 (1002)
+
24 24

100222
3,8416 (0 + ) = (100 2)2
24
0 +384,162 3,841622
= ( 10.000 200 2 + 22 )
24
384,16 2 3,841622 = 24 ( 10.000 200 2 + 22 )
384,16 2 3,841622 = (240.000 4800 2 + 24 22 )
-240.000 + 5184,16 P2 27,8416 P22 = 0
240.000 5184,16 P2 27,8416 P22 = 0

2 4
P2 =
2

(5184,16) (5184,16)2 4(27,8416)(240.000)


P2 =
2 (27,8416)

5184,16 (26.875.514,9056)(26.727.936)
P2 =
55,6832

5184,16 147.578,9056
P2 =
55,6832
5.184.16 384,16
P2 =
55,6832
4.800
P2 (-) = = 86,20% = 13,80%.
55,6832
3.2.5 Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut ini merupakan beberapa alternatif pemecahan masalah dan penyebab masalah
kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya :

1. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Ozon.


2. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan metode Khlorinasi.
3. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Sinar UV.

Tabel 3.16 Alternatif Penyelesaian Masalah


Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Melakukan
proses
pengolahan
1. air bersih 3 4 3 2 18
dengan
menggunakan
Ozon.

Melakukan
proses
pengolahan
air bersih
2. dengan 3 3 3 5 5.4
metode
Khlorinasi.

Melakukan
proses
pengolahan
air bersih
3. dengan 3 3 3 4 6.75
metode
menggunakan
Sinar UV.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah


yang paling efisien adalah Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan
Ozon. Alternatif ini ditinjau dari tingkat kemampuan penyelesaian masalah, tingkat
kepentingan, tingkat sensitivitas serta biaya yang dibutuhkan dan diperoleh nilai tertinggu
sebesar 18.

3.2.6 Penyusunan Plan of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan
di PT. Sansan Saudaratex Jaya :

1. Plan Of Action Masalah Air


1) Judul Rencana Kerja
Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Air Bersih Menggunakan
Ozon.
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
100% dari 3 titik sampel air bersih yang dilakukan pemeriksaan
hasilnya tidak memenuhi syarat untuk Kualitas Bakteriologi khususnya
parameter Escherichia coli
3) Rumusan Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan
Menurunnya masalah kualitas bakteriologi air bersih di PT. Sansan
Saudaratex Jaya yang mengandung bakteri Escherichia coli dari 100%
menjadi 86.20%.
4) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.17 Plan Of Action (POA) Masalah Media Lingkungan Air

Waktu Metod
1 Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Evaluasi PJ
Pelaksanaan e
Meningkatkan Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
pengetahuan bagian pengetahuan Mahran Rapat
karyawan dapur di PT. karyawan Noviyani
tentang Sansan tentang dan
penyehatan Saudaratex penyehatan Hilyati
Penyuluhan air bersih, Jaya. air bersih. Fairuza
tentang dimulai dari
1.
penyehatan air pengertian air
bersih bersih sampai
ke cara-cara
pengolahan
air bersih
yang baik dan
benar.
2. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 475.000 24 Mei 2017 Karyawan Dapur Praktik
pembuatan mengolah air bagian kualitas air bagian
sarana bersih dan dapur di PT. bersih dapur di
pengolahan air menurunkan Sansan khususnya PT.
bersih dengan jumlah bakteri Saudaratex untuk Sansan
menggunakan Escherichia Jaya. parameter Sadaratex
Ozon coli pada air bakteriologi. Jaya.
bersih.
3.2.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Sumber air bersih yang digunkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sumur
artesis. Jumlah sumur artesis yang dimiliki adalah 4.
2) Air bersih digunakan untuk 2 kegiatan yaitu kegiatan produksi dan kegiatan non
produksi (domestik)
3) Air yang akan digunakan untuk kegiatan produksi akan dilakukan pengolahan
terlebih dahulu yang selanjutnya akan disebut Softwater.
4) Air yang digunkan untuk kegiatan non-produksi (domestik) belum dilakukan
pengolahan.
5) Air yang digunakan untuk minum dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
menggunakan metode Reserve Osmosis (RO).
6) Pemantauan air bersih dilakukan terakhir kali pada tahun 2015, sementara untuk
kualitas air bersih secara bakteriologi belum dilakukan pemantauan.
7) Setelah dilakukan pemeriksaan terjadap kualitas air bersih, didapatkan hasil
bahwa kualitas air bersih tidak memenuhi syarat secara bakteriologi, terutama
untuk parameter koli tinja (Escherichia coli).
8) Penyebab dari kondisi tersebut adalah air baku yang terkontaminasi, kontaminasi
pada saat pengolahan atau kontaminasi pada saat pendistribusian (Said, 1999)
9) Alternatif penyelesaian dari masalah ini adalah melakukan pengolaham air bersih
menggiinakan Ozon.
2. Saran
1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas air bersih secara rutin.
2) Pemeliharaan dan pemantauan terhadap kondisi pipa pendistribusian air bersih.

3.3 Pengolahan Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya dibagi menjadi 2,
yaitu limbah cair dari kegiatan produksi dan limbah cair dari kegiatan domestik
(toilet dan dapur). Untuk limbah cair produksi telah dilakukan pengolahan di Waste
Water Treatment Plant (WWTP), sementtara untuk limbah cair domestik belum
dilakukan pengolahan.
3.3.1 Identifikasi Kondisi Pengolahan Limbah Cair
Berikut merupakan kualitas limbah cair produksi dan kualitas limbah cair non-produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya:

Tabel 3.18 Kualitas Limbah Cair Domestik


Baku Hasil Pengujian
No. Parameter rata-rata
Mutu Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
1 BOD 5 60 mg/L 27,46 28,08 29 28.3 25.99 20 27.94
2 COD 150 mg/L 61,70 70.5149 47.65 76.6729 64.9971 66.8907 64.74
Padatan
3 Tersuspensi 50 mg/L 28 27,00 25 29 28 26.49 27.25
Total (TSS)
4 Fenol Total 0,5 mg/L <0,0001 0,0009 < 0.0001 0.0018 0.0019 0.0045 0.0015
Krom Total
5 1,0 mg/L 0,0732 <0,0196 0.0287 <0.0196 0.0308 <0.0196 0.0221
(Cr-T)
Amonia Total
6 8,0 mg/L 1,278 25,890 3 2 0 4 2
(NH3-N)
7 Sulfida (S2-) 0,3 mg/L 0,0322 0,0227 0.0523 0.0225 0.0073 <0.0051 0.0228
Minyak dan
8 3,0 mg/L <2,21 <2,21 < 2.21 < 2.21 < 2.21 < 2.21 < 2.21
Lemak
9 pH 6,0 - 9,0 7,38 7,34 7.62 7.62 7.47 7.54 7.5
Baku Hasil Pengujian
No. Parameter rata-rata
Mutu Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
10 Warna 150 PlCo 92 90 90 130 105 95 100.33
11 Suhu 37 C 26,4 26,6 25.8 26.1 27.5 26.8 265.3
12 TDS mg/L 1045,00 1.380.00 1212.5
13 TS mg/L 1110,00 1.456.00 1283
14 Debit IPAL m3/bulan 7337,00 13681,00 16280 18714 19998 17251 15543.5
Sumber : Ddokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair produksi di PT.
Sansan Saudaratex Jaya. Dari data hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa
parameter yang dilakukan pemeriksaan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan, jadi
dapat dinayatakan bahwa kualitas limbah cair produksi 100% masih memenuhi syarat.

Tabel 3.19 Kualitas Limbah Cair Domestik


Baku
No. Parameter Hasil Uji Keterangan
Mutu
1 Zat Padat Tersuspensi 30 mg/L 273 TMS
2 BOD 5 30 mg/L 2.115 MS
3 COD 100 mg/L 5.308 MS
4 Minyak dan Lemak 5 mg/L 86.52 TMS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair domestik di
PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa 100% kualitas
limbah cair domestik untuk parameter minyak dan lemak serta TSS tidak memenuhi syarat.

3.3.2 . Penyebab Kondisi Limbah Cair


1. Limbah Cair Domestik dari toilet ditampung kedalam Septic Tank.
2. Limbah Cair Domestik dari dapur tidak dilakukan pengolahan.
3. Limbah Cair Produksi dilakukan Pengolahan di Waste Water Treatment Plant
(WWTP).
4. Standar Operasional Prosedur Pengoalahan Limbah Cair Domestik di PT. Sansan
Saudaratex Jaya :
1) Persiapan : Perlengkapan Kerja (Alat Pelindung Diri) Laporan Operasional
Harian WWT
2) Bak Ekualisasi : Menampung dan aerasi air limbah
- Cek saluran dan bersihkan saringan inlet
- Cek aerasi/blower (n) dan level air limbah
- Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
3) Bak Netralisasi dan Tanki H2SO4 : Mengatur (adjust) p H air limbah
- Cek stock tangki bahan kimia (H2SO4)
- Operasikan mixer bak netralisasi
- Buka kran bahan kimia (asam sulfat)
- Atur besarnya aliran air limbah yang masuk
- Operasikan alat ukur p H meter
- Atur kran bahan kimia agar p H jadi 7.0 9.0
- Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
- Cek dan catat pemakaian bahan kimia/shift
4) Biofilter tower dan tangki nutrisi : menurunkan kadar BOD dan COD serta
menghomogenkan dan memberi kecukupan akan kebutuhan oksigen air limbah
- Cek stock bahan kimia organik (nutrisi)
- Isi-kan nutrisi cair dari jerigen ke tangki pengatur (supply ke bak aerasi)
- Jalankan mixer dan buka keran saluran nutrisi cair
- Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
- Catat pemakaian bahan nutrient/shift
5) Bak aerasi dan blower (O2) : Memperbesar gumpalan dan aktifitas lumpur aktif
- Jalankan Jet Mixer Aerator dan Blower O2
- Catat SV30, aktivitas mikroorganisme, kebutuhan oksigen (DO), p H aerasi,
pemakaian nutrisi per shift
- Cek Return Activated Sludge (RAS) dan excess
6) Bak Clarifier : bak clarifier atau bak sedimentasi akan memisahkan air limbah
dengan polutan (mengendap)
- Cek gumpalan dan warna air limbah olahan
- Jalankan, cek dan atur kecepatan motor scraper
- Jalankan pompa RAS dari bak sludge ke bak aerasi
- Cek dan catat p H effluent bak clarifier (per 2 jam)
7) Bak filtrasi : mengurangi kadar padatan tersuspensi (TSS)
- Cek warna air limbah olahan dengan cara visual
- Cek dan catat p H bak filtrasi (per 2 jam)
- Cek dan catat debit air limbah yang dibuang
8) Bak Drying Beds : mengurangi penumpukan lumpur (excess) pada bak aerasi
dan bak clarifier
- Buat kondisi recycle dari tiap unit pengolahan
- Bukan kran saluran lumpur di bak sedimentasi
- Operasikan pompa penyedot lumpur
- Pastikan lumpur mengalir masuk ke drying beds
3. Pemantauan Proses Pengolahan Limbah Cair Produksi di PT. Sansan Saudaratex
Jaya
Tabel 3.20 Pemantuan Kualitas Limbah Cair per Tanggal 15 Mei 2017
No. Proses pH Suhu
Pemantauan I
1 Inlet 12.56 39.7
2 Ekualisasi 11.69 35.4
3 Holding 7.46 31.4
4 Aerasi 7.19 29.6
5 Clarifier 7.22 30.6
6 Outlet 7.56 30.3
Pemantauan II
1 Inlet 8.79 32.8
2 Ekualisasi 11.93 33.8
3 Biofilter 10.23 30
4 Aerasi 7.12 27
5 Clarifier 7.18 29.3
6 Outlet 7.28 28
Pemantauan III
1 Inlet 7.18 30.8
2 Ekualisasi 9.83 30.7
3 Biofilter 7.57 27.8
4 Aerasi 7.02 28.9
5 Clarifier 7.07 29.7
6 Outlet 7.05 28.6
Bagan 3.2 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Produksi di
PT. Sansan Saudaratex Jaya

Air Limbah Masuk


(Dyieng, Laundry)

Waste Water Equalization Basin

H2SO4 Tank
Holding and Mixing
Tank

Recycle Overflow NETRALIZATION


Biofilter Tower

BLOWER MIXING Nutrient Tank

AERATION
Aeration Basin
RETURN
SLUDGE

EXCESS Clarifier Basin

Td = 3 Menit
Sludge Basin (MIX)
EFFLUENT
FLOCULANT Media Filtrasi Kolam Pantau
Sludge Drying
Beds
Collector + Stabilization
Sedimentation

Flowmeter outlet
SLUDGE
CAKE
TPS Limbah B3 Saluran Pembuangan

SLUDGE Badan Air Penerima


WWTP
Pihak Ketiga
Berizin
3.3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa kualitas limbah cair
domestik tidak memenuhi syarat terutama untuk parameter minyak dan lemak
serta TSS.
Kualitas limbah cair domestik menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan RI Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu air limbah domestik.
Tabel dibawah ini merupakan persyaratan kualitas limbah cair untuk kegiatan
domestik :

Tabel 3.21 Baku Mutu Limbah Domestik Tersendiri


Parameter Satuan Kadar maksimum*
pH - 69
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100ml 3000
Debit L/orang/hari 1000
Salah satu penyebab masalah limbah cair domestik ini adalah karena belum dilakukannya
pengolahan. Maka agar masalah ini dapat terselesaikan adalah dengan cara melakukan
pengolahan, salah satu pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
Greaser Trap.

3.3.4 Penentuan Prioritas Masalah


Rumusan masalah untuk limbah cair adalah :

1. 100% kualitas limbah cair untuk parameter minyak dan lemak tidak memenuhi
syarat.
2. 100% kualitas limbah cair untuk parameter TSS tidak memenuhi syarat.
Tabel 3.22 Penentuan Prioritas Masalah
Community Hasil
Masalah Kesling Prevalence Seriousness Manageability
Concern Penilaian
Media Limbah Cair Domestik
100% Kualitas fisik
limbah cair
parameter TSS 3 2 2 3 36
tidak memenuhi
syarat
100% Kualitas fisik
limbah cair
parameter minyak 3 2 3 3 54
dan lemak tidak
memenuhi syarat
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa
prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah 100% kualitas limbah cair untuk parameter
minyak dan lemak tidak memenuhi syarat, dengan skor penilaian 54.

3.3.5 Alternatif Penyelesaian Masalah


Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan :
1. Pengolahan dengan menggunakan Grease Trap
2. Pengolahan limbah bersamaan dengan IPAL produksi
3. Pengawasan dan Monitoring air limbah domestik (dapur)

Tabel 3.23 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik


Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Pengolahan
dengan
1. menggunakan 3 4 3 2 18
Grease Trap
Pengolahan
limbah
2. bersamaan 3 3 3 5 5.4
dengan IPAL
produksi
Pengawasan
dan
3. Monitoring air 3 3 3 4 6.75
limbah
domestik
(dapur)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa


alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah dengan melakukan pengolahan
menggunka Grease Trap dengan angka penilaian 18.

3.3.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan
Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya :

1. Plan Of Action Masalah Air


1) Judul Rencana Kerja
Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik
Menggunakan Grease Trap .
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk
parameter miyak dan lemak
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.24 Penyusunan Plan Of Action
Waktu Metod
1 Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Evaluasi PJ
Pelaksanaan e
Meningkatkan Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
pengetahuan bagian pengetahuan Mahran Rapat
karyawan dapur di PT. karyawan Noviyani
tentang Sansan tentang dan
pengolahan Saudaratex penyehatan Hilyati
Penyuluhan limbah cair, Jaya. air bersih. Fairuza
tentang dimulai dari
1. pengolahan pengertianlim
limbah cair bah cair
dapur sampai ke
cara-cara
pengolahan
limbah cair
yang baik dan
benar.
2. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 25 Mei 2017 Karyawan Dapur Praktik
pembuatan mengolah bagian kualitas 1.000.000 bagian
sarana limbah cair dapur di PT. limbah cair dapur di
pengolahan dan Sansan khususnya PT.
limbah cair menurunkan Saudaratex untuk Sansan
dengan kadar minyak Jaya. parameter Sadaratex
menggunkan dan lemak minyak dan Jaya.
Grease Trap pada air lemak.
limbah
3.3.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Limbah cair yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi
menjadi 2 yaitu limbah cair produksi dan limbah cair domestik (toilet
dan dapur)
2) Limbah cair produksi telah dilakukan pengolahan di WWTP, namun
untuk limbah cair domestik belum dilakukan pengolahan.
3) Limbah cair produksi rutin dilakukan pemantauan, pemantaun pada
setiap proses dilakukan setiap hari, namun untuk pemantauan
keseluruhan paramter dilakukan setiap satu bulan sekali.
4) Limbah cair domestik belum pernah dilakukan pemantauan maupun
pemeriksaan.
5) Berdasarkan hasil pemeriksaan limbah cair dapur tidak memenuhi
syarat khususnya untuk parameter minyak dan lemak serta TSS.
6) Kualitas limbah cair tidak memenuhi syarat untuk parameter minyak
dan lemak menjadi masalah yang diprioritaskan berdasarkan
perhitungan dengan metode Bryant dengan nilai 18.
7) Alternatif penyelesaian masalah yang akan dilakukan adalah dengan
melakukan pengolahan limbah cair domestik dengan menggunakan
Grease Trap.
2. Saran
1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap limbah cair dapur.
2) Melakukan pengolahan untuk limbah cair dapur
3.4 Penyehatan Makanan dan Minuman

3.4.1 Identifikasi Kondisi Penyehatan Makanan dan Minuman

Tabel 3.25 Kualitas Bakteriologis Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Ayam
No. Parameter Baku Mutu Sup Daging Keterangan
Goreng
Angka Lempeng 1x10 5 8
1 MS
Total (ALT) koloni/gram Koloni/gram Koloni/gram
Tabel diatas menunjukkan hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi makanan untuk
parameter Angka Lempeng Total (ALT). Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil untuk
sampel Sup Daging dan Ayam Goreng 100% masih memenuhi syarat untuk parameter
Angka Lempeng Total (ALT).

Tabel 3.26 Kualitas Bakteriologi Alat Makan di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Baku
No. Parameter Plato Keterangan
Mutu
8
1 ALT 0 TMS
Koloni/cm2
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi alat makan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa total kuman pada alat makan adalah 8
koloni/cm2. Hal ini berarti bahwa 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi
syarat, karena baku mutu untuk kualitas bakteriologi alat makan adalah 0.

Tabel 3.27 Kualitas Kimia pada Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Tahu Daging Ikan
No. Parameter Batagor
Bulat Ayam Asin
1 Formalin Positif Positif Negatif Positif
Tabel diatas data hasil pemeriksaan kualitas kimia (pengawet) pada makanan.
Pemeriksaan dilakukan dengan metode uji secara kualitatif yaitu melihat ada atau tidaknya
bahan pengawet pada sampel makanan. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahhwa sebesar 75% dari 4 sampel yang dilakukan pemeriksaan hasilnya
positif mengandung formalin, yaitu Batagor, Tahu Bulat dan Ikan Asin. Sementara sampel
makanan yang negatif mengandung formalin adalah daging ayam.

3.4.2 Penyebab Kondisi Makanan dan Minuman


1. Pengolahan makanan dilakukan langsung di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
2. Tidak dilakukan pemantauan kualitas makanan secara fsik, kimia dan biologi.
3. Makanan yang sudah jadi langsung disajikan di PT. Sansan Saudaratex Jaya
sesaat sebelum jam makan dimulai.
4. Tempat pencucian alat makan terdiri dari satu bak pencucian.
5. Sebelum dicuci, dilakukan scrapping terlebih dahulu untuk membuang sisa-sisa
makanan.
6. Lap digunakan sebagai alat untuk mengeringkan alat makan.
7. Pengetahuan petugas tentang pencucian alat makan termasuk kategori cukup.

Gambar 3.2 Tempat Pencucian Alat Makan di PT. Sansan Saudaratex Jaya

8. Proses Pengolahan Ayam Goreng


Bahan-bahan yang digunakan dalam mengolah ayam goreng :
- Ayam potong
- Bawang putih
- Bawang merah
- Laos
- Kunyit
- Jahe
- Serai
- Daun salam
- Minyak goreng
- Garam

Bagan 3.2 Diagram Alir Pengolahan Ayam Goreng

Ayam Bawang
Potong Merah
Bawang
Dicuci Putih
Dikupas
Laos kulitnya lalu
Kunyit dicuci
Diungkep Dihaluskan
Jahe
Serai
Ayam di Minyak
Daun
goreng Goreng
Salam

Disajikan

Deskripsi diagram alir :


Ayam goreng merupakan salah satu menu yang ada di kantin PT. Sansan Saudaratex Jaya.
Kompoisis dari ayam goreng ini adalah ayam potong, bawang merah, nawamg putih, daun
salam, laos, kunyit, jahe dan serai.
Ayam goreng diolah dengan cra digoreng. Ayam potong yang telah dicuci kemudian
ditiriskan lalu selanjutnya diungkep mengguakan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan.
Proses ayam diungkep ini memakan waktu 30 menit.

Setelah ayam ini diungkep maka ayam ini akan langsung digoreng hinggan matang. Proses
penggorengan ayam ini tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya membutuhkan waktu
kurang lebih 5 menit.
Konsumen dari ayam goreng ini adala Karyawan PT. Sansan Saudaratex Jaya. Jumlah
karyawan yang mengkonsumsi menu daging ayam ini adalah : 5556 karayawan.

Verifikasi diagram alir

Bagan 3.3 Verifikasi Diagram Alir menu Ayam Goreng

Ayam
Potong

Bawang Merah
Dicuci
CCP Bawang Putih
Sudah
Laos
air Diungkep dalam
Daun Salam
CCP keadaan
halus Kunyit
Minyak Ayam di
Jahe
goreng
Goreng CCP Serai
Air
Disajikan
Penerapan Prisnsip HACCP 2

Identifikasi Bahaya

Tabel 3.28 Identifikasi Bahaya Setiap Bahan pada Menu Ayam Goreng
Bahan
Bahaya
No. mentah/ingridien/ Jenis bahaya Cara pencegahan
B(M)/K/F
bahan tambahan
- Penyimpanan suhu
rendah :
Cooling : penyimpanan
- ALT
dengan suhu 40C
- Escherichia coli
sampai dengan -10C
- Koliform
Freezing :
Biologi - Salmonella sp.
penyimpanan dengan
- Staphylococcus
suhu -180C sampai
aureus
dengan -300C
- Campylobacter sp.
- Menggoreng dengan
1. Ayam Potong menggunakan suhu
>1000C .
- Dicuci dengan
menggunakan air
Fisik Kotoran mengalir
- Simpan di tempat yang
tertutup
- Tidak memilih ayam
potong berwarna putih
Kimia - Formalin
bersih, awet dan tidak
mudah busuk
- Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir hingga
Kimia - Residu pestisida
bersih
- Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
- Mengupas kulit bawang
2. Bawang merah sebelum digunakan
- Kotoran (tanah,
Fisik - Dilakukan sortasi saat
kerikil)
penerimaan dan
dibersihkan
- Achromobacter
micrococus - Disimpan dalam suhu
Biologi
- Bacillus cereus ruang 250C
- Jamur
- Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
Kimia
3. Bawang putih - Residu pestisida air mengalir hingga
bersih
- Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
- Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
- Kotoran (tanah,
Fisik - Dilakukan sortasi saat
kerikil)
penerimaan dan
dibersihkan
- Achromobacter
micrococus - Disimpan dalam suhu
Biologi
- Bacillus cereus ruang 250C
- Jamur
- Mencuci cabai dengan
Kimia - Residu pestisida menggunakan air
mengalir hingga bersih
- Dilakukan penyortiran
- Kotoran (tanah, - Bersihkan dengan
Fisik
4. Daun salam kerikil) menggunakan air
mengalir
- Dilakukan penyortiran
- Busuk, Parasit - Pencucian demgan
Biologi
- menggunakan air
garam
- Disimpan pada wadah
yang tertutup
Fisik - Terdapat kotoran - Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir
- Pencucian dengan air
5. Serai yang mengalir
Kimia - Residu pestisida Penyortiran dan
penerimaan sesuai
spesifikasi.
- Pencucian dengan
Biologi - Parasit menggunakan air
garam
- Pencucian dengan air
yang mengalir
Kimia - Residu pestisida Penyortiran dan
penerimaan sesuai
spesifikasi
- Disimpan pada wadah
yang tertutup
- Kotoran (debu)
6. Jahe Fisik - Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir
- APM Escherichia
coli
- Disimpan pada suhu
Biologi - Kapang dan khamir
ruang 250C
- Koliform
- Salmonella sp.
- Pencucian dengan air
yang mengalir
Kimia - Residu pestisida Penyortiran dan
penerimaan sesuai
spesifikasi
- Disimpan pada wadah
yang tertutup
7. Kunyit Fisik Kotoran - Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir
- APM Escherichia
coli
- Disimpan pada suhu
Biologi - Kapang dan khamir
ruang 250C
- Koliform
- Salmonella sp.
- Pencucian dengan air
yang mengalir
Kimia - Residu pestisida Penyortiran dan
penerimaan sesuai
spesifikasi
- Disimpan pada wadah
yang tertutup
. 8. Laos Fisik Kotoran - Dilakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir
- APM Escherichia
coli
- Disimpan pada suhu
Biologi - Kapang dan khamir
ruang 250C
- Koliform
- Salmonella sp.
- Cemaran - Penyortiran dan
limbah,Berbau penerimaan sesuai
Kimia
tengik spesifikasi.
- Warna minyak
9. Minyak Goreng tidak kuning - pemilihan produk
bening dengan kemasan utuh
Fisik
- Kemasan rusak, dan membaca label
- tanggal kemasan
kadaluarsa
E. colli, Salmonella,
Biologi Perebusan sampai mendidih
Koliform
Penggunaan air yang sesuai
baku mutu (sudah uji lab),
Fe tinggi, Kesadahan,
10. Air Kimia Treatment (Pemberian Karbon
Mn, Sisa klor
aktif, penambahan koagulan,
Sedimentasi dll)
Dilakukan Filtrasi atau
Fisik Kotoran (debu, kerikil)
penyaringan
Tabel 3.29 Identifikasi Bahaya Setiap Formulasi pada Menu Ayam Goreng

Bahaya
No. Formulasi Jenis bahaya Cara pencegahan
B(M)/K/F
- Mengupas kulit
rempah-rempah
Kandungan tersebut sebelum
K
pestisida digunakan
- Mencuci cabai merah
dengan air mengalir
- Disimpan pada
wadah yang tertutup
Bawang putih +
- Dilakukan pencucian
bawang merah Fisik Kotoran
dengan
1. + laos + daun
menggunakan air
salam +serai +
mengalir
kunyit + jahe
- APM
Escherichia
coli
- Kapang - Disimpan pada suhu
Biologi
dan khamir ruang 250C
- Koliform
- Salmonella
sp.

Tabel 3.30 Identifikasi Bahaya Setiap Proses pada Menu Ayam Goreng
Bahaya
No. Proses Jenis bahaya Cara pencegahan
B(M)/K/F
Terdapat kotoran, debu yang Penyortiran, spesifikasi, serta
F menempel tentukan supllier yang dapat
dipercaya
terdapat zat kimia dalam Penyortiran, spesifikasi, serta
Penerimaan
1. K bahan (Formalin, pemutih, tentukan supllier yang dapat
Bahan
pestisida dsb) dipercaya
terdapat bakteri pathogen Penyortiran, spesifikasi, serta
B tentukan supllier yang dapat
dipercaya

F Terdapat kotoran, debu yang


menempel Penyimpanan di tempat yang
terutup dan terhindar dari debu
Penyimpanan
bahan Penyimpanan yang benar, untuk
2.
bahan berprotein tinggi sebaiknya
makanan
B bakteri pathogen simpan di lemari pendingin,
sedangkan untuk bahan kering
sebaiknya disimpan ditempat yang
kering dan tertutup
3. Pencucian B Bakteri pathogen pada air Pencucian bahan dengan air hangat
bahan atau menggunakan larutan
pembasmi hama.
Pencucian bahan dengan air yang
bebas dari bakteri pathogen
Residu sisa klor air Air yang digunakan pada saat
menempel pada bahan pengolahan makanan dilakukan
makanan peneriksaan secara rutin di
laboratorium untuk memeriksa
kandungan chlornya, jika
kandungan chlornya melebihi
K ambang batas maka perlu
dilakukan pengolahan terhadap air
tersebut sebelum air tersebut
digunakan untuk mengolah
makanan yaitu dengan cara
merebusnya hingga benar-benar
mendidi
Bakteri dari udara sekitar Mengungkep dengan menggunakan
(dari droplet penjamah) suhu 1000C
B Staphylococcus aureus

4. Pengungkepan

Kotoran (debu) Simpan ikan dalam wadah yang


F
bersih dan tertutup
K
6. Penyimpanan F Terdapat kotoran (debu) Gunakan etalase yang tertutup
(etalase) Selalu membersihkan etalase secara
rutin
B Lalat hinggap di makanan Gunakan wadah yang tertutup
F Minyak berubah warna Gunakan minyak maksimal (?)
Wajan yang digunakan kotor, Menggunakan wajan yang baik dan
gompel dan rusak bersih
Bakteri dari udara sekitar Mengungkep dengan menggunakan
7 Penggorengan B (dari droplet penjamah) suhu 1000C
Staphylococcus aureus
K Lemak jahat Gunakan minyak yang terbuat dari
Kolestrol bahan-bahan yang aman seperti
minyak zaitun
8 Penyajian K Kontaminasi silang dari Gunakan kemasan yang aman
(dalam bahan kemasan yang digunakan untuk makanan
kemasan : digunakan
kertas nasi
warna coklat)
Analisis Risiko Bahaya

Tabel 3.31 Analisis Risiko Bahaya pada Menu Ayam Goreng


Masakan Kelompok bahaya
No. Kategori resiko
jadi A B C D E F
1. Ayam goreng III

Keterangan kelompok bahaya:


A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = didalam proses pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat membunuh
mikroorganisme berbahaya atau mencegah atau menghilangkan bahaya kimia
atau fisik
D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi/konsumsi
F = tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan /
menghilangkan bahaya biologis Atau tidak ada cara bagi konsumen untuk
mendeteksi menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik
Keterangan kategori resiko makanan:
Kategori Karaktersitik
Keterangan
resiko bahaya
0 0 (tidak ada Tidak mengandung bahaya A s.d.F
bahaya)
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d F
VI A+ (kategori Kategori resiko paling tinggi (semua
khusus) makanan yang mengandung bahaya A,
baik dengan/tanpa bahaya B s.d F)
Penerapan HACCP

Tabel 3.32 Penerapan HACCP pada Menu Ayam Goreng

Batas
Cara Parameter
CCP bahaya kritis Nilai target Pemantauan Tindakan koreksi
pengendalian CCP
(NAB)

Pastikan untuk selalu


mencuci bahan makanan
Mencuci dengan air Tekanan air (15 Air yang akan digunakan
Pencucian fisik Bersih observasi
yang mengalir psi) mengalir dengan menggunakan air
mengalir.

ALT = 1x105
koloni/g
Escherichia
coli =
Mengungkep 1x101koloni/g Pastikan ketika
dengan Suhu Koliform = Pengujian melakukan proses ungkep
Pengungkepan Biologi Suhu 0
menggunakan suhu 100 C 1x102koloni/g laboraturium untuk selalu
1000C Salmonella sp menggunakan suhu 1000C
= negatif/25g
Staphylococcus
aureus =
1x102koloni/g
Menggoreng ALT = 1x105
0
dengan Suhu 70 C koloni/g Pastikan pada saat
Pengujian
Penggorengan Biologi menggunakan suhu Suhu dan waktu waktu 2 Escherichia menggoreng gunakan
laboraturium
700C dalam waktu menit coli = waktu dan suhu yang tepat
2 menit 1x101koloni/g
Koliform =
1x102koloni/g
Salmonella sp
= negatif/25g
Staphylococcus
aureus =
1x102koloni/g

Lembar Pemantauan HACCP

Tabel 3.33 Lembar Pemantauan HACCP pada Menu Ayam Goreng


Bahan Cara Tindakan
Bahaya Ukuran Tkk (CCP) Batas kritis Target
makanan memantau perbaikan
Pastikan untuk
selalu menyimpan
bahan makanan
ALT = 1x105
dengan
koloni/g
menggunakan
Escherichia coli
- ALT suhu rendah.
= 1x101koloni/g - Menggoreng Menggoreng
- Escherichia coli Entah itu dengan
Koliform = dengan dengan
Ayam - Koliform Pengujian menggunakan
1x102koloni/g menggunakan menggunakan
potong - Salmonella sp. laboraturium metode cooling
Salmonella sp = suhu dan waktu suhu 700C
- Staphylococccus atau freezing.
negatif/25g yang tepat dalam waktu
aureus Pastikan juga
Staphylococcus 2 menit
apabila
aureus =
melakukan
1x102koloni/g
penggorengan
dengan
menggunakan
suhu 700C dalam
waktu 2 menit
Selalu
membiasakan
untuk selalu
mencuci bahan
makanan ketika
Pencucian dengan sebelum
Tidak terdapat Tekanan air
Kotoran (debu) menggunakan air bersih Observasi digunakan dengan
kotoran 15 Psi
mengalir menggunakan air
mengalir hingga
bersih dan selalu
menyimpannya di
temoat yang
tertutup.
Lakukan
penyortiran
dengan cara tidak
Tidak memilih ayam
memilih ayam
potong berwarna putih Bebas Pengujian
Formalin Bebas formalin potong yang
bersih, awet dan tidak formalin laboraturium
berwarna putih
mudah busuk
bersih, awet dan
tidak mudah
busuk.
Selalu mencuci
bawang dengan
Bawang
air yang mengalir
merah - Pencucian
Bebas Pengujian hingga bersih dan
dan Residu pestisida Bebas pestisida - Pengupasan kulit
pestisida laboraturium mengupas kulit
bawang bawang
bawang sebelum
putih
bawang tersebut
digunakan
Pastikan untuk
selalu melakukan
pensortiran saat
penerimaan bahan
makanan dan
Tidak terdapat - Pengupasan
Kotoran Bersih Observasi dibersihkan.
kotoran - Penyortiran
Kemudian jangan
lupa untuk selalu
mengupas kulit
bawang ketika
akan digunakan
- Tidak
mengandun
g jamur,
- Achromobacter Pastikan untuk
Achromoba Disimpan Observasi
micrococus selalu menyimpan
cter - Penyimpanan dalam suhu Bebas jamur Pengujian
- Bacillus cereus bawang di suhu
micrococcu ruang 250C laboratorium
- jamur ruang 250C
s, Bacillus
cereus

Selalu melakukan
pensortiran bahan
makanan dan
Pencucian
mencuci bahan
Daun Kotoran (tanah, Tidak terdapat dengan
- Pencucian bersih Observasi makanan tersebut
salam debu) kotoran menggunakan
dengan
air mengalir
menggunakan air
mengalir hingga
bersih
Pencucian Selalu melakukan
Kotoran (tanah, Tidak terdapat
Serai - Pencucian dengan bersih Observasi pensortiran bahan
debu) kotoran
menggunakan makanan dan
air mengalir mencuci bahan
makanan tersebut
dengan
menggunakan air
mengalir hingga
bersih
Selalu melakukan
pensortiran bahan
makanan dan
Pencucian
mencuci bahan
Kotoran (tanah, Tidak terdapat dengan
Jahe - Pencucian bersih Observasi makanan tersebut
debu) kotoran menggunakan
dengan
air mengalir
menggunakan air
mengalir hingga
bersih
Selalu melakukan
pensortiran bahan
makanan dan
Pencucian
mencuci bahan
Kotoran (tanah, Tidak terdapat dengan
Kunyit - Pencucian bersih Observasi makanan tersebut
debu) kotoran menggunakan
dengan
air mengalir
menggunakan air
mengalir hingga
bersih
Selalu melakukan
pensortiran bahan
Pencucian makanan dan
Kotoran (tanah, Tidak terdapat dengan mencuci bahan
Laos - Pencucian bersih Observasi
debu) kotoran menggunakan makanan tersebut
air mengalir dengan
menggunakan air
mengalir hingga
bersih
Pemilihan produk
Penyimpanan Penyimpanan
Tengik, berbau, dengan kemasan
Penyimpanan dan pada suhu pada suhu
Minyak Berubah fisik kemasan sudah Observasi utuh dan
pemilihan produk kamar tidak kamar tidak
expire membaca label
lembab lembab
kemasan
Terdapat
buih atau Merebus dengan
E. colli, Salmonella, 0/100 mL >1000C
Air Suhu gelembung Observasi memperhatikan
Koliform sampel
di air suhu yaitu 1000C
perebusan
9. Kondisi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) di PT. Sansan Saudaratex Jaya

Tabel 3.34 Kondisi Tempat Pengolahan Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Kategori
No Item yang diperiksa Keterangan
Ya Tidak
a. Tidak berada pada
arah angin dan jarak
<100 meter dari
TMS
sumber pencemar
debu, asap, bau, dan
cemaran lainnya
b. Kokoh/kuat/permanen TMS
c. Rapat serangga TMS
d. Rapat Tikus MS
e. Lantai tidak ada noda TMS
f. kedap air MS
g. Tidak licin TMS
h. Rata MS
i. Kering TMS
j. Konus TMS
k. Dinding kedap air TMS
l. Rata MS
m. Bersih TMS
Lokasi n. Tersedia ventilasi
1 dan yang berfungsi baik,
Bangunan menghilangkan bau
MS
tak enak, dan
menjamin rasa
nyaman
o. Langit langit tinggi
minimal 2,4 meter,
rata, bersih, dan tidak TMS
terdapat lubang
lubang
p. Pintu rapat serangga
TMS
dan tikus
q. Pintu menutup dengan
baik dan membuka TMS
arah luar
r. Pintu terbuat dari
bahan yang kuat dan MS
mudah dibersihkan
s. Ukuran dapur cukup
MS
memadai
a. Air Bersih tidak
Fasilitas berbau, tidak berasa MS
2
Sanitasi dan tidak berwarna
b. Tersedia air cuci TMS
tangan yang
mencukupi, tersedia
sabun/detergent dan
alat pengering/lap.
c. Air limbah mengalir
dengan lancar,
terdapat grase trap, TMS
saluran kedap air dan
saluran tertutup
d. Sampah diangkut tiap
MS
24 jam
e. Tempat sampah
dibuat dari bahan TMS
kedap air
f. Tempat sampah
TMS
mempunyai tutup
g. Tungku dapur
Tidak terdapat
dilengkapi dengan
tungku
hood
h. Adanya cungkup atau
TMS
cerobong asap
i. Memiliki
pencahayaan alami
maupun buatan 100 fc
a. Cara Pencucian,
pengeringan dan
Penyimpanan
penyimpanan
perlatan makanan
peralatan memenuhi
disimpan di
persyaratan agar
tempat yang
selalu dalam keadaan
terbuka.
bersih sebelum
digunakan
b. Peralatan dalam
TMS
keadaan baik dan utuh
c. Permukaan alat yang
kontak langsung
3 Peralatan
dengan makanan tidak TMS
ada sudut mati dan
halus
d. Ada fasilitas
penyimpanan
MS
makanan (kulkas,
freezer)
e. Tersedia fasilitas
penyimpanan
makanan panas MS
(thermos panas,
kompor panas, heater)
Personal a. Setiap
4 MS
Hygiene karyawan/penjamah
makanan berperilaku
bersih dan berpakaian
rapi
b. Setiap mau kerja cuci
TMS
tangan
c. Menutup mulut
dengan sapu tangan
TMS
bila batuk batuk dan
bersin
d. Menggunakan alat
yang sesuai dan
MS
bersih bila mnegambil
makanan
e. Terpasang tulisan
pesan-pesan hygiene
TMS
bagi
penjamah/karyawan
Berdasarkan hasil observasi ditempat pengolahan makanan (TPM) dari 38 item yang
diobservasi, sebesar 57.89% kondisinya tidak memenuhi syarat.

3.4.3 Pembahasan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga menyatakan bahwa Angka Lempeng Total pada alat makan harus 0, setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap alat makan yang digunakan di PT. Sansan
Saudaratex Jaya hasilnya adalah 8 koloni/cm2. Hal ini bisa disebabkan karena teknik
pencucian yang belum benar, penyimpanan alat makan yang belum benar, dsb.
Berdasarkan hasil observasi, alat makan yang telah dicuci disimpan di dalam box
yang terbuka. Pada saat alat makan itu akan digunakan oleh karyawan, alat makan
akan dikeringkan dengan menggunkan lap, dimana kondisi lapnya sendiri kotor dan
bau. Sementara untuk persyaratan bahan tambahan pangan (BTP) telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 3.35 Bahan yang dilarang digunakan untuk BTP

No. Jenis bahan


1. Asam borat dan senyawanya
2. Asam salisiat dan garamnya
3. Dietilpirokarbonat
4. Dulsin
5. Formalin
6. Kalium bromat
7. Kalium klorat
8. Kloramfenikol
9. Minyak nabanti yang dIbrominasi
10. Nitrofurazon
11. Dulkamara
12. Kokain
13. Nitrobenzen
14. Sinamil antranilat
15. Dihidrosafrol
16. Biji tonka
17. Minyak kalamus
18. Minyak tansi
19. Minyak sasafras

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan BTP pada makanan, didapatkan


hasil dari 4 sampel makanan yang diperiksa 3 diantaranya positif mengandung formalin. Hal
tersebut bisa disebabkan karena beberapa hal yaitu karena belum pernah dilakukan
pemantauan dan pemeriksaan terhadap setiap bahan makanan atau makanan yang akan
diberikan kepada karyawan.

3.4.4 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, maka rumusan masalah untuk
penyehatan makanan dan minuman adalah sebagai berikut :
1. 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat.
2. 75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya positif mengandung
formalin.
Tabel 3.36 Penentuan Prioritas Masalah
Community Hasil
Masalah Kesling Prevalence Seriousness Manageability
Concern Penilaian
Penyehatan Makanan dan Minuman
100% kualitas
bakteriologu alat
4 2 3 3 72
makan tidak
memenuhi syarat
75% dari 4 sampel
makanan yang
diperiksa, hasilnya
3 2 3 3 54
positif
mengandung
formalin
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa prioritas
masalah yang akan diselesaikan 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi
syarat, dengan skor penilaian 54.

3.4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah


Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan :
1. Membuat lemari tempat penyimpanan alat makan disertai desinfektan (sinar
UV) untuk proses desinfeksi.
2. Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas alat makan.

Tabel 3.37 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik


Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Membuat
lemari tempat
penyimpanan
alat makan
1. disertai 3 4 3 2 18
desinfektan
(sinar UV)
untuk proses
desinfeksi.
Melakukan
pemantauan
dan
2. 2 3 2 5 2.4
pemeriksaan
terhadap
kualitas alat
makan.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa
alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah Membuat lemari tempat penyimpanan
alat makan disertai desinfektan (sinar UV) untuk proses desinfeksi.dengan angka penilaian
18.

3.4.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan
Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya :
1. Plan Of Action Masalah Air
1) Judul Rencana Kerja
Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik
Menggunakan Grease Trap .
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk
parameter miyak dan lemak
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.38 Penyusunan Plan Of Action
Waktu Metod
1 Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Evaluasi PJ
Pelaksanaan e
Meningkatkan Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
pengetahuan bagian pengetahuan Mahran Rapat
karyawan dapur di PT. karyawan Noviyani
tentang Sansan tentang cara dan
menangai alat Saudaratex menangani Hilyati
Penyuluhan makan yang Jaya. alat makan. Fairuza
tentang cara baik dan
menangani benar, dimulai
1.
alat makan dari teknik
yang baik dan pencucian
benar. yang benar,
cara
penyimpanan
alat makan
yang benar
dsb.
2. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 26 Mei 2017 Karyawan Dapur Praktik
pembuatan menyimpan bagian kualitas alat 1.500.000 bagian
sarana alat makan dapur di PT. makan dapur di
penyimpanan dan Sansan khususnya PT.
alat makan menurunkan Saudaratex untuk Sansan
(lemari yang angka Jaya. parameter Sadaratex
dilengkapi lempeng total Angka Jaya.
lampu sinar pada alat Lempeng
UV untuk makan. Total (ALT)
desinfeksi alat
makan)
3.4.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Beradsarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, rumusan masalah untuk
penyehatan makanan dan minuman adalah 100% kualitas bakteriologi alat makan
tidak memenuhi syarat dan 75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya
mengandung positif formalin.
2) Penyebab dari masalah diatas beberapa diantaranya adalah belum pernah
dilakukan pemantauan terhadap kualitas makanan dan kualitas alat makan, serta
tempat penyimpanan alat makan yang tidak memenuhi syarat.
3) 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat merupakan
masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan setelah dihitung dengan metode
Bryant.
4) Alternatif penyelesaian masalah yang terpilih untuk menyelesaikan masalah alat
makan ini adalah dengan membuat lemari penyimpanan alat makan yang
dilengkapi dengan lampu sinar UV sebagai desinfektan.
2. Saran
1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas makanan dan alat
makan baik secara fisik, kimia dan biologi.
2) Menyimpan alat makan ditempat yang bersih serta tertutup serta mengeringkan
alat makan dengan lap yang bersih dan sekali pakai.
3.5 Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah
Sampah yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi kedalam
beberapa jenis, ada sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa produksi dan
sampah B3.

3.5.1 Identifikasi Kondisi Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah

Tabel 3.39 Timbulan Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Berat per hari (Kg) Rata-
Jenis
No rata
Sampah 1 2 3 4 5 6 7 8 (Kg)
1 organik 12 12.5 10 8 12 6.5 10 12 10.37
2 anorganik 3 3 8 6 3 8 4 3 4.75
potongan
3 4 4.5 3 3 4.5 3 3 4 3.62
kain
4 dus 4 3 3 4.5 3 4 3 3 3.43

Tabel 3.40 Timbulan Sampah B3 di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Jenis
No Sampah Timbulan/Bulan %
B3
1 Fly Ash 500 kg 0.37
Bottom
2 135000 kg 99.63
Ash
Total 135500 100
Sumber : Dokumen UKL-UPL, 2016

3.5.2 Penyebab Kondisi Timbulan Sampah


1. Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya terdiri dari 4 jenis, yaitu sampah organik,
sampah anorganik, sampah sisa produksi dan sampah B3.
2. Sampah organik dan sampah anorganik setelah di tampung didalam masing
masing tempat sampah, selanjutnya akan di masukan kedalam karung/plastik
untuk selanjutnya di angkut ke TPS.
3. Setelah di tampung di TPS, selanjutnya sampah akan di angkut ke TPA
menggunakan mobil truk pengangkut sampah, dimana mobil truk pengangkut
sampah tersebut memiliki volume 5.3m3.
4. Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan sebanyak 2 kali sehari, yaitu setiap pagi
dan sore.
5. Untuk sampah sisa produksi langsung diserahkan ke pihak ke tiga.
6. Untuk sampah B3, akan di simpan ditempat khusus penyimpanan sampah B3.
7. Diruang produksi, setap menja kerja disediakan satu temoat sampah.
8. 100% Kondisi tempat sampah terbuka dan tidak kedap air.
9. Diluar ruangan, tempat sampah telah dibedakanberdasarkan jenis sampah yaitu
sampah organik dan sampah anorganik.
10. Terdapat sumber daya manusia (SDM) yang bertanggung jawab dalam rangka
pengelolaan sampah.

Bagan 3.4 Diagram Alir Pengelolaan Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya

SAMPAH
ORGANIK

KLASIFIKASI
KAN
BARANG

KARDUS SISA KAIN KERTA STYROFOA -BESI


ACCESO S M -BOTOL
RIES KACA
-BOTOL
PLASTIK
-KALENG
CAT
-KALENG
MINUMAN
KARBONAS
KARDUS KARUNG

PACKING SETIAP JENIS DAN DIBERI IDENTITAS

DISERAHKAN
KEPADA
BAGIAN
UMUM
PIC:
JUKARSA

3R
3.5.3 Pembahasan
Komposisi sampah terdiri dari 46.77% sampah organik (sisa makanan, sayuran,
ranting) 21.42% sampah anorganik (plastik, kertas, kaleng, botol minuman), 16.32%
potongan kain dan 15.49% adalah dus. Sementara untuk sampah B3 komposisinya
terdiri 0.37% jenis sampah Fly ash dan 99.63% jenis sampah Bottom ash.
Sampah organik dan anorganik belum dilakukan pengolahan, sampah sisa
produksi biasanya dijual kepada pihak-pihak yang membutuhkan sementara untuk
sampah B3 setelah di tampung di tempat penyimpanan khusus sampah B3, sampah
tersebut akan diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah lebih lanjut. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pada pasal 12 menyatakan bahwa Setiap
orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan.
Berdasarkan pernyataan diatas jika melihat kondisi yang berada di PT. Sansan
Saudaratex Jaya memang tidak sesuai, karena memang untuk pengelolaan sampah,
khususnya untuk sampah organik dan sampah anorganik pihak dari PT. Sansan
Saudaratex Jaya belum melakukan kegiatan untuk mengurangi sampah-sampah
tersebut. Hal ini tentunya akan semakin menjadi masalah, mengingat timbulan
sampah akan semakin meningkat setiap harinya.

3.5.4 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi, rumusan masalah untuk komponen
sampah ini adalah :
100% sampah organik dan sampah anorganik belum dilakukan pengolahan

3.5.5 Alternatif Penyelesaian Masalah


Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan :
1. Penerapan regulasi tentang pengelolaan sampah
2. Pembentukan tim pengawas dalam pengelolaan sampah
Tabel 3.41 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik
Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Penerapan
regulasi
1. tentang 3 4 3 2 18
pengelolaan
sampah
Pembentukan
tim pengawas
2. dalam 3 3 2 3 6
pengelolaan
sampah

Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa


alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah Penerapan regulasi tentang pengelolaan
sampah .dengan angka penilaian 18.

3.5.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di
PT. Sansan Saudaratex Jaya :
1. Plan Of Action Masalah Air
1) Judul Rencana Kerja
Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan
Grease Trap .
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk parameter
miyak dan lemak
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.42 Penyusunan Plan Of Action
Waktu Metod
1 Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Evaluasi PJ
Pelaksanaan e
Meningkatkan Seluruh Meningkatnya 18 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
pengetahuan karyawan pengetahuan Mahran Rapat
Penyuluhan karyawan di PT. karyawan Noviyani
tentang cara tentang Sansan tentang cara dan
mengolah mengolah Saudaratex mengolah Hilyati
1. sampah sampah Jaya. sampah Fairuza
organik dan organik dan organik dan
sampah sampah sampah
anorganik anorganik anorganik
yang baik dan dengan baik
benar dan benar.
2. Penerapan Sebagai acuan Seluruh Meningkatkan 29 Mei 2017 Seliuruh Ruang Tanya
regulasi dalam karyawan di kemampuan karyawan Rapat Jawab,
tentang mengelola PT. Sansan karyawan di PT. diskusi
pengeolaan sampah Saudaratex dalam Sansan
sampah organik dan Jaya. mengolah Sadaratex
organik dan sampah sampah dan Jaya.
sampah anorganik menurunnya
anorganik timbulan
sampah yang
dihasilkan.
3.5.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Sampah yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi kedalam
beberapa jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa
produksi dan sampah B3.
2) Untuk sampah sisa produksi akan langsung dijual kepada pihak ketiga.
3) Untuk sampah B3 setelah disimpan ditempat khusus penampungan sampah
B3, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak ketiga.
4) Untuk sampah organik dan anorganik belum dilakukan kegiatan
pengurangan sampah, padahal sudah ada prosedur untuk melakukan
kegiatan 3R, namun belum berjalan.
5) Maka dari itu prioritas masalah untuk pengelolaan samph yaitu 100%
sampah organik dan sampah anorganik belum dilakukan pengolahan
6) Alternatif penyelesaian dari masalah ini adalah penerapan regulasi
tentang pengelolaan sampahditerapkannya alternatif masalah ini adalah
sebagai acuan dalam mengelola sampah organik dan sampah anorganik
dengan baik dan benar.
2. Saran
1) Melakukan pengolahan terhadap sampah organik dan sampah anorganik.
2) Membuat tim pengawas dalam kaitannya mengelola sampah.
3) Menerapkan regulasi mengenai pengelolaan sampah.
3.6 Penyehatan Udara
Standar Baku Mutu (SBM) media udara meliputi standar baku mutu udara dalam ruang
(indoor air quality) dan udara ambien (ambient air quality).

3.6.1 Identifikasi Kondisi Penyehatan Udara

Tabel 3.43 Kualitas Udara Ambient di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Baku Hasil Pengujian
No. Parameter Satuan
Mutu L001 L002 L003
1 Cuaca
1.1 Temperatur C 30.2 32 29
1.2 Kelembaban %RH 69.8 67.8 68.1
1.3 Kebisingan dB(A) 85 45.5 68 54
1.4 Getaran mm/s 40 4.1 3.6 4.1
1.5 Pencahayaan lux 182.2 69 121
2 Polutan
2.1 NO2 g/m 400 12.3 11.2 13.3
2.2 SO2 g/m 900 67 94 75
2.3 CO g/m 30,000 202 157 144
2.4 Debu g/m 260 175 89 80
2.5 PM 2.5 g/m 65 55 46 49
2.6 PM 10 g/m 150 120 43 31
2.7 H2S ppm 0.02 0.01 0 0
2.8 NH3 ppm 2 0 0 0
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Tabel 3.44 Kualitas Udara Emisi PT. Sansan Saudaratex Jaya


Baku Hasil
No. Parameter Satuan
Mutu Pengujian
0
1 Temperatur Udara C 27
2 Opasitas % 20 6
3
3 Total Partikulat mg/m 230 203.97
4 O2 % 12.7
5 CO ppm 891
6 CO2 % 5.7
3
7 NO2 mg/m 825 5.39
3
8 SO2 mg/m 750 413.64
9 Efisiensi Pembakaran % 83.7
10 Flow Rate m/s 0.4
Sumber : Data UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel 3.45 Kualitas Kimia Udara di dalam Ruangan Produksi di PT. Sansan
Saudaratex Jaya
Baku Hasil
No. Parameter Satuan Keterangan
Mutu Pengujian
1. NOx g/m3 5600 11,2 MS
3
2. SO2 g/m 5200 94 MS
3. CO g/m3 29000 157 MS
Sumber : Data UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kima udara didalam ruangan produksi.
Parameter yang diukur adalah NOX, SO2 dan CO. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
hasil bahwa 100% kualitas kimia udara diruang produksi masih memenuhi syarat.

Tabel 3.46 Kualitas Kimia Udara di luar Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex
Jaya
Baku Hasil
No. Parameter Satuan Keterangan
Mutu Pengujian
1. NOx g/m3 400 12,3 MS
3
2. SO2 g/m 900 67 MS
3. CO g/m3 30000 202 MS

Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kima udara diluar ruangan produksi.
Parameter yang diukur adalah NOX, SO2 dan CO. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
hasil bahwa 100% kualitas kimia udara diluar ruangan produksi masih memenuhi syarat.

Tabel 3.47 Kualitas Fisik Udara (Kebisingan) di Ruangan Produksi


PT. Sansan Saudaratex Jaya
Baku Hasil
No. Ruangan/Bagian Satuan Keterangan
Mutu Pengukuran
1 Sewing dB(A) 85 81.3 MS
2 Finishing dB(A) 85 81.7 MS
3 Cutiing dB(A) 85 80.9 MS
4 Embroidery dB(A) 85 86.1 TMS
5 Washing dB(A) 85 89.1 TMS
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran kebisingan di ruangan produksi PT.
Sansan Saudaatex Jaya. Pengukuran dilakukan pada setiap bagian produksi, yaitu cutting,
sewing, finishing, embroidery dan washing. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa
40% kebisingan di ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Ruangan tersebut yaitu ruang
embroidery dan washing. Hal ini disebabkan karena suara bising yang dihasilkan dari mesin
bordir yang digunakan dan mesin cuci yang digunakan. Hasil pengukuran di bagian
embroidery adalah 86.1 sementara di bagian washing yaitu 89.1, sementara nilai ambang
batas kebisingan adalah 85 d B.
Tabel 3.48 Kualitas Fisik Udara (Pencahayaan) di Ruangan Produksi
PT. Sansan Saudaratex Jaya
Hasil Pengukuran Rata-rata NAB
Ruang Keterangan
Titik I Titik II Titik III (Lux) (Lux)
Sewing 755.3 332.67 408 498.65 750 TMS
Cutting 114.3 95.67 1058.33 422.76 300 MS
Embroidery 136.67 102 66 101.56 300 MS
Finishing 309.67 613.67 368.67 430.67 300 MS
Washing 219.33 403.33 92.33 238.33 300 TMS
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran pencahayaan di setiap ruangan produksi di
PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pengukuran yang didapatkan hasil bahwa sebesar
40% pencahayaan di ruangan produksi tidak memenuhi syarat, ruangan yang tidak memenuhi
syarat tersebut adalah ruangan sewing dan ruangan washing.

Tabel 3.49 Kualitas Fisik Udara (Suhu) di Ruangan Produksi


PT. Sansan Saudaratex Jaya
Parameter
No Keterangan
Suhu NAB
1 27.8 18-28 MS
2 27.9 18-28 MS
3 27.6 18-28 MS
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran suhu di Ruang Office PT. Sansan
Saudaratex Jaya, dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa suhu diruangan Office 100%
masih memenuhi syarat.

Tabel 3.50 Kualitas Fisik Udara (Kelembaban) di Ruangan Produksi


PT. Sansan Saudaratex Jaya
Parameter
No Keterangan
Kelembaban NAB
1 59 40-60 MS
2 60 40-60 MS
3 60 40-60 MS
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kelembaban di Ruang Office PT. Sansan
Saudaratex Jaya, dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa kelembaban diruangan Office
100% masih memenuhi syarat.

Tabel 3.51 Kualitas Bakteriologi Udara di Ruangan Office


PT. Sansan Saudaratex Jaya
Baku Hasil
No. Parameter Ketarangan
Mutu Uji
500 41
1 Bakteri MS
CFU/m3 CFU/m3
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran mikrobiologi uadara di ruangan Office
PT. Sansan Saudaratex Jaya. Hasil pengukuran didapatkan bahwa kualitas mikrobiologi udara
diruangan office PT. Sansan Saudaratex Jaya 100% masih memenuhi syarat.

Tabel 3.52 Kualitas Emisi Gas dari Cerobong Boiler Batu Bara
Baku Hasil
No. Parameter Satuan Keterangan
Mutu Pengujian
Total
1. mg/m3 230 203,7 MS
Partikel
2. SO2 mg/m3 750 413.64 MS
3
3. Nox mg/m 825 5.39 MS
4. Opasitas % 20 6 MS
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran emisi gas dari cerobong boiler batu
bara, dari hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa untuk parameter
Total partikel, SO2, NOX, dan Opasitas 100% masih memenuhi syarat.

Tabel 3.53 Kualitas Partikel Debu di dalam Ruangan Produksi


Baku Hasil
No. Parameter Satuan Keterangan
Mutu Pengujian
Total
1. Suspended g/m3 10 89 TMS
Particulate
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran partikel debu di dalam ruangan
produksi. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa 100% kualitas partikel debu didalam
ruangan produksi tidak memenuhi syarat.

Tabel 3.54 Kualitas Partikel Debu di luar Ruangan Produksi


Baku Hasil
No. Parameter Satuan Keterangan
Mutu Pengujian
Total
1. Suspended g/m3 10 175 TMS
Particulate
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016

Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran partikel debu di luar ruangan produksi.
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa 100% kualitas partikel debu diluar ruangan
produksi tidak memenuhi syarat.
3.6.2 Penyebab Kondisi Kesehatan Lingkungan
1. Sumber bising diruang produksi berasal dari mesin-mesin bordir di bagian
Embroidery dan mesin cuci yang berada di bagian washing.
2. Pencahayaan diruang produksi dianggap tidak memenuhi syarat dikarenakan
kurangnya pencahayaan alami.
3. Penyehatan udara diruangan Office menggunakan AC (air conditioner).
4. Penyehatan udara duruangan produksi menggunakan AC dan blower.
5. Jumlah AC diruang Produksi (sewing) sebanyak 20 buah.
6. Jumlah AC diruang produksi (embroidey) sebanyak 6 buah.
7. Jumlah blower diruang produksi (finisihing) sebanyak 8 buah.
8. Jumlah blower diruang produksi (washing) sebanyak 6 buah.
9. Jumlah blower diruang produksi (cutting) sebanyak 5 blower.
10. Belum ada media filter penyaring debu.
11. Tidak ada petugas yang bertanggung jawab yang melakukan pemantauan terhadap
kualitas udara emisi dan ambient.

3.6.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi, terdapat beberapa masalah kualitas
udara yaitu kualitas fisik udara untuk parameter kebisingan dari 5 ruangan yang
dilakukan pengukuran 2 diantaranya hasilnya tidak memenuhi syarat yaitu untuk
rungan embroidery dan washing. salah satu penyebab kebisingan tidak memenuhi
syarat di 2 ruangan tersebut karena tingginya intensitas bising dari mesin. Namun
kondisi kebisingan yang tinggi tersebut sudah coba diminimalisir oleh pihak PT.
Sansan Saudaratex Jaya dengan memberikan APD berupa Earplug kepada para
karyawan.

Selain kebisingan, kualitas udara fisik yang menjadi masalah adalah pencahayaan,
dimana dari 5 ruangan yang dilakukan pengukuran, terdapat 2 ruangan yang tidak
memenui syarat, yaitu ruangan sewing dan washing. Beberapa penyebab pencahayaan
diruangan produksi tidak memenuhi syarat adalah kurangnya pencahayaan alami dan
penyimpanan lampu yang kurang merata.

Masalah kualitass fisik udara yang terakhir adalah kualitas debu didalam dan
ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan Belum adanya media
penyaring debu pada alat penghisap debu.
3.6.4 Penentuan Prioritas Masalah
Rumusan masalah untuk komponen udara adalah sebagai berikut :
1. 40% dari 5 ruangan di ruangan produksi kebisingan tidak memenuhi syarat.
2. 40% dari 5 ruangan diruangan produksi pencahayaan tidak memenuhi syarat.
3. 100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan produksi
tidak memenuhi syarat.

Tabel 3.55 Penentuan Prioritas Masalah


Community Hasil
Masalah Kesling Prevalence Seriousness Manageability
Concern Penilaian
Penyehatan Udara
40% dari 5
ruangan di ruangan
produksi 3 2 3 3 54
kebisingan tidak
memenuhi syarat.

40% dari 5 ruangan


diruangan produksi
pencahayaan tidak 2 2 3 3 36
memenuhi syarat.

100% kualitas debu


didalam ruangan
produksi dan diluar
ruangan produksi 4 3 3 3 108
tidak memenuhi
syarat.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa


prioritas masalah yang akan diselesaikan 100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan
diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat., dengan skor penilaian 108.

3.6.5 Alternatif Penyelesaian Masalah


Berikut ini merupakan beberapa alternatif pemecahan masalah dan penyebab
masalah kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya :

1. Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan


menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain.
2. Memasang bag house filter pada alat penghisap debu.
3. Memasang wet scrubber.
Tabel 3.56 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Memasang
media
penyaring
debu pada alat
penghisap
1. debu dengan 3 4 3 2 18
menggunakan
proses
intersepsi dan
menggunkan
media kain

Memasang
bag house
2. filter pada alat 3 3 3 4 6.75
penghisap
debu.

Memasang
3. wet scrubber. 3 3 3 5 5.4

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah


yang paling efisien adalah Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu
dengan menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain. Alternatif ini ditinjau
dari tingkat kemampuan penyelesaian masalah, tingkat kepentingan, tingkat sensitivitas serta
biaya yang dibutuhkan dan diperoleh nilai tertinggu sebesar 18.

3.6.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di
PT. Sansan Saudaratex Jaya :
1. Plan Of Action Masalah Air
1) Judul Rencana Kerja
Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan
menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain.
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan
produksi tidak memenuhi syarat
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.57 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Waktu
No Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
Pelaksanaan
1. Penyuluhan Memahami Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
tentang tentang bagian pengetahuan Mahran Rapat
penyehatan penyehatan gudang karyawan Noviyani
udara udara dan export di tentang dan
kriteria dari PT. Sansan penyehatan Hilyati
udara bersih Saudaratex udara. Fairuza
Jaya.
2. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 625.000 30 Mei 2017 Karyawan Depan Praktik
pembuatan menurukan bagian kualitas udara bagian gudang
media filter kadar debu di gudang khususnya gudang export
untuk blower udara. export di untuk export di
penghisap PT. Sansan parameter PT.
debu Saudaratex fisik Sansan
Jaya. Sadaratex
Jaya.
3.6.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Kualitas udara yang rutin dilakukan pemantauan adalah kualitas udara ambient
dan kualitas udara emisi. Pemantauan dan pemeriksaan dilakukan setiap 6
bulan sekali.
2) Setelah dilakukan pengukuran diruangan produksi, untuk kebisingan dan
pencahayaan tidak memenuhi syarat.
3) Penyebab dari kebisingan tidak memenuhi syarat adalah karena tingginya
intensitas bising dari mesin yang digunakan.
4) Sementara itu untuk penyebab dari pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah
kurangnya pencahayaan alami.
5) Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, untuk kualitas debu tidak
memenuhi syarat baik didalam ruangan produksi maupun di luar ruangan
produksi.
6) Penyebab dari kualitas debu tidak memenuhi syarat karena belum terdapat
media penyaring yang berguna untuk menyaring debu dari dalam keluar.
7) 100% kualitas debu didalam ruang produksi dan diluar ruangan produksi tidak
memenuhi syarat merupakan masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan
berdasarkan perhitungan dengan metode Bryant.
8) Alternatif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah Memasang
media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan menggunakan proses
intersepsi dan menggunkan media kain.
2. Saran
1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan untuk kualitas udara fisik khususnya
untuk pencahayaan, kebisingan dan debu.
2) Pengawasan dalam penggunaan APD lebih diperketat lagi.
3.7 Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

3.7.1 Identifikasi Kondisi Keberadaan Vektor dan Binatang Pengganggu

Tabel 3.58 Kepadatan Lalat di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Kepadatan
No. Tempat Kategori
Lalat
1 Sumber 2.4 Tinggi
2 10 meter dari Sumber 0.6 Rendah
3 Depan Dapur 10.2 Tinggi
4 5 meter dari Dapur 3.8 Tinggi
5 Kantin 1.4 Rendah
6 Titik I Dapur 1.6 Rendah
7 Titik II Dapur 1 Rendah
8 Titik III Dapur 8.6 Tinggi
Tempat Pencucian Alat
9 4.4 Tinggi
Makan
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kepadatan lalat di PT. Sansan Saudaratex
Jaya. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa sebesar 55.56% dari 9 titik yang diukur
kepadatan lalatnya dikategorikan tinggi, yaitu di titik sumber (TPS), Depan dapur, 5 meter
dari Dapur, didalam Dapur dan di tempat pencucian alat makan.

Tabel 3.59 Kepadatan Kecoa di PT. Sansan Saudaratex Jaya


Jumlah
No. Tempat Kategori
Kecoa
1 Office 1 Rendah
2 Office 1 Rendah
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran kepadatan kecoa di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Dari hasil pengamatan terhadap kepadatan kecoa didapatkan hasil bahwa
100 % kepadatan kecoa di ruangan Office PT. Sansan Saudaratex Jaya masih dalam kategori
rendah.

3.7.2 Penyebab Kondisi Kesehatan Lingkungan


1. Belum ada pengawasan dan pemantauan terkait vektor dan binatang pembawa
penyakit.
2. Belum terdapat sumber daya khusus yang melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap kepadatan vektor dan binatang penggangu.
3. Terdapat Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tergenang sehingga
menimbulkan bau yang mengganggu.
4. Pengetahuan petugas kebersihan mengenai vektor dan binatang pengganggu
termasuk kategori baik.
5. Di area perusahaan, penyimpanan barang tidak teratur.
6. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak tertutup.
7. Tenpat sampah tidak tertutup.

3.7.3 Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri persyaratan tentang keberadaan vektor
khususnya lalat adalah jika kepadatan lalat >2 maka kepadatan lalat diarea tersebut
dinyatakan tinggi. Sementara setalah dilakukan pengukuran, terdapat 5 titik dari 9 titik
yang diukur kepadatannya dikategorikan tinggi. Beberapa penyebab keberadaan lalat
dikategorikan tinggi karena kondisi tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL) yang terbuka.

3.7.4 Penentuan Prioritas Masalah


Rumusan masalah untuk komponen vektor dan binatang pengganggu :
55.56% dari 9 tempat yang diukur kepadatan lalat, hasil pengukurannya
dikategorikan tinggi.

3.7.5 Alternatif Pemecahan Masalah


Beberapa alternatif penyelesaian masalah untuk komponen vektor adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah
cair domestik.
2. Membentuk tim pengawas yang bertujuan untuk mengawasi dan
mengendalikan keberadaan vektor dan binatang pengganggu di area industri.

Tabel 3.60 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai
cara
No M I V C MxIxV
penyelesaian
(magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C
masalah
Melakukan
pemantauan
terhadap
1. 3 3 3 2 13.5
pengelolaan
sampah dan
pengolahan
limbah cair
domestik.

Membentuk
tim pengawas
yang bertujuan
untuk
mengawasi
dan
2. mengendalikan 3 3 3 4 6.75
keberadaan
vektor dan
binatang
pengganggu di
area industri.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah


yang paling efisien adalah Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan
pengolahan limbah cair domestik. Alternatif ini ditinjau dari tingkat kemampuan
penyelesaian masalah, tingkat kepentingan, tingkat sensitivitas serta biaya yang dibutuhkan
dan diperoleh nilai tertinggu sebesar 13.5.

3.7.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di
PT. Sansan Saudaratex Jaya :
1. Plan Of Action Masalah Air
1) Judul Rencana Kerja
Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair
domestik.
2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
55.56% dari 9 tempat yang diukur kepadatan lalat, hasil pengukurannya
dikategorikan tinggi
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah
Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.61 Penyusunan Plan Of Action (POA)


Waktu
No Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
Pelaksanaan
1. Penyuluhan Memahami Karyawan Meningkatnya Rp. 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang Diskusi
tentang tentang bagian pengetahuan Mahran Rapat
pengendalian pengendalian dapur di PT. karyawan Noviyani
vektor vektor Sansan tentang dan
khususnya Saudaratex pengendalia Hilyati
lalat. Jaya. vektor. Fairuza
2. Melakukan Untuk Karyawan Menghilangka Rp. 31 Mei 2017 Karyawan Dapur Praktik
pemantauan mengendalika bagian n atau bagian
terhadap n faktor- dapur di menurunkan dapur di
pengelolaan faktor PT. Sansan kepadatan PT.
sampah dan penyebab Saudaratex vektor dari Sansan
pengolahan kepadatan Jaya. kategori Sadaratex
limbah cair lalat, seperti tinggi ke Jaya.
menutup kategori
tempat rendah
penampungan
sampah dan
menutup
SPAL
3.7.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Setlah dilakukan pengukuran, dari 9 tempat yang telah diukur 5
diantaranya kepadatan lalat berkategori tinggi.
2) Beberapa penyebab kepadatan lalat berkategori tinggi adalah kondisi
tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
yang terbuka.
3) Berdasarkan penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah melakukan
pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair
domestikmerupakan alternatif yang paling efektif dan efisien untuk
menyelesaikan masalah komponen vektor dan bintang pengganggu.
2. Saran
1) Melakukan pemantauan (monitoring) terhadap keberadaan vektor dan
binatang pengganggu lainnya.
2) Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian keberadan vektor dan binatang pengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen UKL UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya tahun 2016

Kodoatie Robert J.dan Sjarief Roestam. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
ANDI : Yogyakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesi Nomor 68 tahun
2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan

Said, Nusa Idaman. 1999. Kesehatan Masyarakat Dan Teknologi Peningkatan Kualitas
Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi : Jakarta
Standar Nasional Indonesia 7388 Tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba

Standar Nasional Indonesia 16-7602-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di


Tenpat Kerja

Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


Lampiran I Dokumentasi

No. Dokumentasi Keterangan


1. Ruang Produksi Cutting

2. Ruang Produksi Sewing

3. Ruang Produksi Embroidery

4. Dapur

5. Bak Central

6. Truk Pengangkut Sampah


7. Kondisi TPS

8. Saluran Pembuangan Air Limbah


(SPAL) Dapur

9. Kondisi IPAL

10. Penyehatan Udara di Ruang


Produksi

Anda mungkin juga menyukai