Anda di halaman 1dari 74

SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI SAWIT DI


KECAMATAN SINUNUKAN KABUPATEN
MANDAILING NATAL

OLEH

IRPAN ROMADHON
130501145

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


3

Universitas Sumatera Utara


4

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI SAWIT DI KECAMATAN
SINUNUKAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan,


dan pendapatan dari usaha tani kelapa sawit, efisiensi usaha tani kelapa sawit dan
besarnya kontribusi pendapatan dari usaha tani kelapa sawit terhadap pendapatan
total rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten
Mandailing Natal.
Jenisdatayang dikumpulkandandigunakandalampenelitianiniadalahdata
kualitatif dan kuantitatif. Sumberdata dalampenelitianiniadalahdata sekunder dan
primer. Penelitian ini menggunakanmetodepenelitian deskriptif statistik, yaitu
membuat penyandaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai biaya,
pendapatan, penerimaan, efisiensi dan kontribusi usaha tani kelapa sawit di
Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal.Teknikpengumpulandatayang
digunakanadalahmelakukanpencatatan langsung dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata harga buah/Kg pada
tahun 2017 sebesar Rp. 1.450, rata-rata hasil produksi/Ha pada tahun 2017
sebesar 3.203 Kg, rata-rata pendapatan usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp.
3.413.560 dan rata-rata penerimaan usaha tani pada tahun 2017 berjumlah
sebesar Rp. 4.638.050 dengan biaya usaha sebesar Rp. 1.224.490 dapat
dipastikan bahwa usaha tani di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing
Natal sudah cukup baik dalam membantu perekonomian dan kebutuhan sehari-
hari warga yang menjalankan usaha tani.Rata-rata rasio efisiensi di tahun 2017
sebesar 3,79 46 > 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di
Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2017 sudah
efisien. Efisiensi tersebut membuktikan bahwa usaha tani kelapa sawit di
Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal sangat membantuk
masyarakat yang menjalankan usaha tani dalam perekonomian atau dalam
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.Rata-rata pendapatan usaha tani dari
Januari sampai dengan Desember pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.413.560, rata-
rata pendapatan diluar usaha tani dari Januari sampai dengan Desember pada
tahun 2017 sebesar Rp. 4.906.115, dan rata-rata kontribusi pendapatan dari
Januari sampai dengan Desember pada tahun 2017 sebesar 69,7%, maka dapat
disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada tahun 2017 cukup besar.
Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa usaha tani di
Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi masyarakat yang menjalankan usaha tani.

Kata Kunci : Pendapatan, Usaha Tani

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
PARTNER BUSINESS REVENUE ANALYSIS IN BUSINESS
DISTRICT SINUNUKAN OF MANDAILING NATAL

This study aims to determine the cost, income and income of oil palm
farming, efficiency of oil palm farming and the contribution of income from oil
palm farming to total income of oil palm farmers in Sinunukan District,
Mandailing Natal Regency.
The types of data collected and used in this study are qualitative and
quantitative data. Sources of data in this study are secondary and primary data.
This research uses statistical descriptive research method, which is making
systematic, factual, accurate rendering of cost, income, income, efficiency and
contribution of oil palm farming business in Sinunukan Sub-district, Mandailing
Natal Regency. Data collection techniques used are direct records and interviews.
The results of this study indicate that the average price of fruit / Kg in
2017 of Rp. 1,450, the average production / Ha in 2017 amounted to 3.203 kg, the
average farm revenues in 2017 amounted to Rp. 3,413,560 and average farm
revenues in years 2017 amounted to Rp. 4,638,050 with operating expenses of Rp.
1.224.490 can be ascertained that farming in Sinunukan District Mandailing
Natal Regency is good enough to help the economy and daily needs of the people
who run the farm. Average efficiency ratio in 2017 amounted to 3.79 46> 1, it can
be concluded that oil palm farming business in District Sinunukan Mandailing
Natal Regency in 2017 is efficient. This efficiency proves that the oil palm farming
business in Sinunukan Sub-district of Mandailing Natal Regency is very helpful
for the people who run the farm business in the economy or in fulfilling their daily
needs. Average farm revenues from Month January to December in 2017
amounted toRp. 3,413,560, average income outside the farming business from
January to December in 2017 of Rp. 4.906.115, and the average revenue
contribution from January to December in 2017 amounted to 69.7%, it can be
concluded that the contribution of income in 2017 is quite large. So from the
results of this study can be ascertained that farming in the District Sinunukan
Mandailing Natal district to contribute large enough for people who run the farm.

Keywords: Income, Farming

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

limpahan rahmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

Kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayah H. Riyadidan IbuHj. Elin

Rosliana terima kasih atas cinta kasih dan pengorbanan Ayah dan Ibu yang tidak

akan pernah dapat terbalas.

Skripsi ini berjudu l “Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawit Di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal”. Peneliti telah banyak

menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama proses

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua dan Ibu Inggrita

Gusti Sari Nasution, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Departemen

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec, selaku dosen Pembimbing

yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada

peneliti.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Dosen Pembanding I saya

yang telah memberikan bsaran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi

ini.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding II saya yang telah

memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkulihaan.

7. Kepada seluruh keluarga besar saya dan teruma kepada saudara kandung

penulis Rini Romini, SE, Dr. Ade Marlina, Dr. Siti Aminah, dan Endang

Riyadi yang sudah memberikan dukungan kepada saya dalam penyusunan

skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh teman-teman yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu

Rista Irene, Azrini, Deby, Poppy, Tiffani, Hilda, Riky, Ali, Anser, Satria,

Frans, Yopi, Dipa, Zainal, Edward, Irfan dan Danil.

9. Seluruh teman-teman yang turut membantu penyelesaian skripsi

ini,namun tidak dituliskan pada lembar ini,penulis mohon maaf dan tidak

mengurangi rasa terimakasih penulis.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti lainnya.

Medan, Juni 2018


Peneliti

Irpan Romadhon

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix

BABI PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BABII TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8


2.1.Pertanian............................................................................... 8
2.2.Sejarah Tanaman Kelapa Sawit di Indone sia .......................... 9
2.3.Morfologi Kelapa Sawit ........................................................ 12
2.3.1. Akar ......................................................................... 13
2.3.2. Batang ...................................................................... 14
2.3.3. Daun ........................................................................ 15
2.3.4. Bunga ....................................................................... 15
2.3.5. Buah Dan Biji ........................................................... 16
2.3.6. Kecambah................................................................. 17
2.4.Pupuk ................................................................................... 18
2.5.Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit . 18
2.6.Efesiensi Usaha Tani ............................................................. 24
2.7.Kontribusi Pendapatan .......................................................... 25
2.8.Penelitian Terdahulu ............................................................. 25
2.9.Kerangka Konseptual ............................................................ 29

BABIII METODE PENELITIAN ......................................................... 30


3.1. Jenis Penelitian .................................................................... 30
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 30
3.3. Populasi Dan Sampel............................................................ 31
3.4. Jenis Data ............................................................................ 31
3.5. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 32
3.6. Metode Analisis ................................................................... 32
3.6.1. Analisis Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit ........... 32
3.6.2. Efisiensi Usaha Tani Kelapa Sawit ............................ 33
3.6.3. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit ......... 33

Universitas Sumatera Utara


BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 35
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 35
4.1.1. Sejarah Singkat Kecamatan Sinunukan ...................... 35
4.1.2. Letak dan Kondisi Geografis .................................... 36
4.2. Hasil Penelitian .................................................................... 37
4.2.1. Karakteristik Responden ........................................... 37
4.2.2. Tahapan Produksi Hasil Kebun Kelapa Sawit di
KecamatanSinunukan Kabupaten Mandailing Natal ... 39
4.2.3. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit
DiKecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing
Natal ........................................................................ 42
4.2.4. Hasil Produksi dan Harga Buah ................................. 43
4.2.5. Efisiensi Rasio Usaha Tani ........................................ 45
4.2.6. Kontribusi Pendapatan Usaha Tani ............................ 46
4.2.7. Rata-Rata Pendapatan Usaha, Penerimaan Usaha,
Harga, HasilProduksi, Pendapatan Total Rumah
Tangga, Rasio Efisiensi danKontribusi Pendapatan
Selama Satu Tahun ................................................... 48
4.3. Pembahasan ......................................................................... 49
4.3.1. Besar Biaya Penerimaan dan Pendapatan dari Usaha
Tani KelapaSawit Di Kecamatan Sinunukan
Kabupaten Mandailing Natal ..................................... 49
4.3.2. Efisiensi Usaha Tani Kelapa Sawit di
Kecamatan SinunukanKabupaten Mandailing Natal ... 51
4.3.3. Penerimaan Dan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit
DiKecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing
Natal ........................................................................ 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 56


5.1.Kesimpulan........................................................................... 56
5.2.Saran .................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 59

LAMPIRAN

10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1.1. Sruktur Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017 . 3
4.1. Jenis Kelamin Responden ........................................................... 37
4.2. Usia Responden .......................................................................... 37
4.3. Pendidikan Terakhir Responden .................................................. 38
4.4. Pekerjaan Responden .................................................................. 38
4.5. Rata-Rata pendapatan dan Penerimaan Perbulan .......................... 42
4.6. Rata-Rata Hasil Produksi Perbulan .............................................. 44
4.7. Rata-Rata Efisiensi Rasio Perbulan .............................................. 45
4.8. Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Perbulan .................................. 46
4.9. Rata-Rata Pendapatan Usaha, Penerimaan Usaha, Harga, Hasil
Produksi, Pendapatan Total Rumah Tangga, Rasio Efisiensi dan
Kontribusi Pendapatan Selama Satu Tahun .................................. 48

11

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1. Kerangka Konseptual .................................................................. 29
4.1. Peta Kecamatan Sinunukan ......................................................... 36

12

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 Hasil Perhitungan Dengan Excell

13

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 1996, Pemerintahan Orde Baru merencanakan untuk

mengalahkan Malaysia sebagai eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan

cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dua kali lipat,

yaitu menjadi 5,5 juta hektar pada tahun 2000. Separuh dari luas perkebunan

kelapa sawit ini dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta asing.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit kebanyakan dibangun di Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi dan Irian Jaya. Pertambahan luas areal perkebunan kelapa

sawit ini, pada awalnya (sebelum krisis ekonomi) diharapkan produksi minyak

sawit Indonesia meningkat menjadi 7.2 juta ton pada tahun 2000 dan 10.6 juta ton

pada tahun 2005 (Casson, 2000).

Komoditi kelapa sawit dengan produk primer Minyak Sawit Kasar (Crude

Palm Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil/KPO) berperan

signifikan terhadap perekonomian nasional, kontribusi perolehan Produk

Domestik Bruto (PDRB) mencapai sekitar 20 triliun rupiah setiap tahun dan

cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu komoditi kelapa sawit

menyumbang lapangan kerja yang tidak sedikit, serta berperan penting dalam

mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah

pengembangan.

Industri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

cepat. Saat dikembangkan pada akhir tahun 60-an luas perkebunan sawit hanya

14

Universitas Sumatera Utara


sekitar 100 ribuan hektar, kemudian pada tahun 2013 telah melonjak menjadi

sekitar 9,2 juta hektar. Luas kebun sawit terus meningkat, tidak hanya akibat

pembukaan baru oleh perkebunan besar tetapi juga konversi lahan pangan yang

dilakukan oleh masyarakat petani menjadi kebun sawit. Perkembangan yang

spektakuler ini telah menjadikan Indonesia sebagai penghasil sawit nomor satu di

dunia dan mencatatkan nilai ekspor nomor dua setelah minyak bum i. Dari seluas

itu, sekitar 41 persen merupakan kebun yang dimiliki rakyat dan lebih dari

separuh sisanya merupakan perkebunan besar swasta milik asing.

Sejak dilakukan perdagangan bebas di suatu kawasan perdagangan bebas

diantara anggota ASEAN (ACFTA), aktivitas ekspor CPO Sumatera Utara

memang meningkat tajam pada kuartal I 2008, dari sekitar 566.580 ton menjadi

917.443 ton atau meningkat sebanyak 38,24 persen. Selama Januari 2010 volume

ekspor CPO bernilai sekitar US$ 232.924.134, sedangkan pada periode yang sama

tahun 2009 bernilai US$ 135.308.783, dengan kata lain mengalami peningkatan

sebanyak 13,33 persen (Disperindag Sumut, 2010). China memang masih

didominasi India dalam hal ekspor CPO, namun CPO Sumatera Utara juga rutin

menembus pasar Singapura, Malaysia, Rusia, dan Afrika.

Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina adalah

sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten Mandailing Natal

berbatasan dengan provinsiSumatera Utara. Sebelum Mandailing Natal menjadi

sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan.

Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan

Undang-undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri

15

Universitas Sumatera Utara


Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret1999. Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) tahun 2007 sebesar Rp. 2.260.838.780.000 dengan pendapatan perkapita

Rp. 5.464.263 dan tingkat pertumbuhan ekonomi 6,12 % per tahun.

Struktur perekonomian Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1.1.
Struktur Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No. Struktur Perekonomian Jumlah (%)


1. Pertanian 45,42 %
2. Pertambangan dan penggalian 1,54 %
3. Industri pengolahan 3,53 %
4. Listrik, gas dan air bersih 0,32 %
5. Bangunan 10,05 %
6. Perdagangan hotel dan restoran 17,79 %
7. Pengangkutan dan komunikasi 4,63 %
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,01 %
9. Jasa-jasa 14,67 %
Sumber: bps.go.id

Kecamatan Sinunukan merupakan salah satu kecamatan hasil pemekaran

wilayah berdasarkan Perda No. 10 tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di

Kabupaten Mandailing Natal. Wilayah Administrasi kecamatan Sinunukan dibagi

atas 14 desa yaitu: Desa Sinunukan IV, Sinunukan II, Sinunukan I, Sinunukan III,

Banjar Aur Utara, Kampung Kapas II(sebelumnya UPT Kampung Kapas II), Pasir

Putih, Suka Damai, Widodaren, Wonosari, Sinunukan I Central (sebelumnya

Karya Mulya), Sidomakmur, Air Apa. Luas wilayah kecamatan adalah 23.663 Ha

atau 3,57 persen dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal yang desa

terluasnya yaitu Desa Sinunukan IV dengan luas 4.770 Ha.

Di kecamatan ini terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dalam

bidang perkebunan, seperti PT. Sago Nauli, PT. Gruti, dsb. Pusat Pemerintahan

16

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Sinunukan terletak di Desa Sinunukan III yang merupakan Ibukota

Kecamatan ini, Kantor Kecamatanpun berada di Desa ini, sedangkan Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan berada di Desa Wonosari yang juga merupakan

Desa Pemekaran dari Desa Sinunukan III (BPS,2010).

Pada perkembangannya, perkebunan sawit rakyat terbagi menjadi dua

kelompok: perkebunan milik petani plasma dan perkebunan milik petani swadaya.

Skema plasma berangkat dari program pemerintah “Perkebunan Inti Rakyat”

(PIR) yang merupakan pola pembinaan dan kerjasama antara perusahaan dengan

masyarakat di sekitar lokasi perkebunan. Berbeda dengan petani plasma yang

memperoleh dukungan dari perusahaan, umumnya petani swadaya

membudidayakan sawitnya tanpa kerjasama dengan pihak lain. Pada petani non

PIR tidak ada Standard Good Agricultural Practice(Standar Praktik Pertanian

Yang Baik) yang diterapkan, hanya berdasarkan kebiasaan masing-masing petani

dan meniru dari petani yang maju tanpa didasari pengetahuan yang cukup.

Rendahnya produktivitas sering disiasati dengan perluasan lahan, bahkan ke

kawasan lindung yang bernilai konservasi tinggi. Kondisi ini sering menciptakan

anggapan bahwa petani swadaya tidak mampu melakukan praktik budidaya yang

lestari (Hariyadi, 2017).

Umumya kondisi perkebunan rakyat yang kurang terpelihara, tidak

mendapatkan dukungan memadai dalam hal fasilitas, infrastruktur dan institusi

pendukung. Tak mengherankan, tidak hanya produktivitas dan kualitas produknya

rendah tetapi juga memberikan pendapatan yang rendah terhadap pemiliknya.

Terlebih lagi mereka berada dalam tekanan pasar yang dikuasai tengkulak.

17

Universitas Sumatera Utara


Secara rata-rata petani sawit memperoleh pendapatan sekitar Rp 1-

2juta/Ha/bulan dan petani plasma bisa mencapai Rp 2-3 juta/Ha/bulan.

Dibandingkan dengan pertanian yang lebih intesif modal dan tenaga kerja

memang sedikit lebih rendah, tetapi karena luas usaha tani secara rata-rata jauh

lebih kecil (di Jawa 0.25 Ha), maka secara umum petani kebun lebih tinggi

pendapatannya. Dalam beberapa studi, pendapatan keluarga pekebun kelapa sawit

dalam pola PIR dengan luas usaha 2 Ha mencapai Rp 3-4 juta/bulan dan karet

dengan luasan yang sama mencapai Rp 1.5-2 juta/bulan.

Oleh karena itu peningkatan usaha kebun kelapa sawit akan berdampak

pada pengembangan industri sawit dan peningkatan pendapatan petani untuk

mengurangi kemiskinan dan secara tidak langsung memperbaiki pemerataan

pendapatan di Mandailing Natal terutama di Kecamatan Sinunukan.

Pemberdayaan perkebunan sawit rakyat di Kecamatan Sinunukan mendesak untuk

segera dilakukan, salah satu caranya adalah berupa pelatihan kepada petani sawit

dalam hal pengetahuan dan keterampilan teknologi budidaya tanaman sawit dan

manajemennya. Rendahnya produktivitas kelapa sawit rakyat salah satunya

diakibatkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan dalam teknologi budidaya tanaman kelapa sawit, mulai

dari persiapan modal, lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan dan

panen. Untuk itu diperlukan pelatihan kepada para petani kelapa sawit di

Indonesia agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat dan diharapkan

peremajaan kelapa sawit dan hasil yang diperoleh akan meningkat.Berdasarkan

uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan

18

Universitas Sumatera Utara


judul“Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawit Di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi pokok

permasalahan adalah:

1. Berapakah besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani

kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal?

2. Apakah usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal telah efisien?

3. Berapakah besarnya kontribusi pendapatan dari usahatani kelapa sawit

terhadap pendapatan total rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan

Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka dapat diketahui

bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari

usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing

Natal.

2. Untuk mengetahui usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal telah efisien.

19

Universitas Sumatera Utara


3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan dari usahatani kelapa

sawit terhadap pendapatan total rumah tangga petani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai masukan kepada para petani kelapa sawit yang ada di kecamatan

Sinunukan dalam usaha meningkatkan tingkat pendapatan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, instansi/lembaga yang terkait

dalam menentukan kebijaksanaan dan dalam usaha meningkatkan

pendapatan petani kelapa sawit di kecamatan Sinunukan.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian relevan yang telah ada dan

sebagai acuan kepada peneliti yang hendak meneliti penelitian yang

serupa.

20

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian

2.1.1. Definisi Pertanian

Menurut Mubyarto (1994) Ilmu Ekonomi Pertanian yaitu bagian dari ilmu

ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan

yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Pertanian adalah

termasuk dalam kelompok ilmu–ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang

mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antarmanusia. Dalam hal ini

perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya , dan mencakup juga persoalan

ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan

konsumsi petani atau kelompok petani.

Pertanian adalah kegiatan memelihara tanaman dan ternak pada bidang

tanah, tanpa menyebabkan tanah tersebut rusak untuk produksi selanjutnya.

Pertanian juga sebagai suatu perusahaan yang khusus mengkombinasikan sumber-

sumber alam dan sumberdaya manusia dalam menghasilkan hasil pertanian.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pertanian suatu

kegiatan produksi biologis yang berlangsung diatas yaitu sebidang tanah (lahan)

dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia tanpa merusak tanah (lahan) untuk kegiatan produksi.

Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang

besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk

Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian

21

Universitas Sumatera Utara


paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja

tidak terdidik, tidak memiliki keterampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak

merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani

kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh

terhadap kondisi ini.

2.2. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia

Kelapa sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak terbesar di

dunia dan secara luas dibudidayakan di daerah tropis seperti Malaysia, Nigeria,

Ivory Coast, Columbia dan Thailand (Cha-um et al, 2010). Kelapa sawit dapat

tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau

regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

atau pH yang optimum untuk sawit adalah 5,0 – 5,5. Kelapa sawit menghendaki

tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum

cukup dalam (80cm) tanda lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa

sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 0. Lama penyinaran matahari yang baik untuk

kelapa sawit 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1500-

4000mm, temperatur 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara

1-500 dpl. Kelembaban optimum sekitar 80-90% dan kecepatan angin berada pada

5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al, 2008)

Tanaman kelapa sawit (Elais Guineensis) berasal dari Afrika Barat,

merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai

produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati

22

Universitas Sumatera Utara


lainnya.Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di

Kebun Raya Bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon

(Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda).

Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan

pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911.

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang

Belgia), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang

menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan

Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan sawit maju pesat sampai bisa

menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa

pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan

perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada

sehingga produksi minyak sawit pun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton

pada tahun 1948-1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000

ton minyak sawit.

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia,

pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).

Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di

setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL

(Buruh Militer) yang merupakan kerjasama antara buruh perkebunan dan militer.

23

Universitas Sumatera Utara


Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta

keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit

dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan

mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan

perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan

rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program

Perusahaan Inti Rakyat (PIR).

Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di

Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk

olahannya. Ekpsor minyak sawit (CPO) indonesia antara lain ke Belanda, India,

Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO)

lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.

Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia

(2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3

juta ton dari kernel minyak kelapa sawit. Sebagai saingannya 35,3 juta ton adalah

minyak kedele (Glycine max (L)Merr pada posisi kedua (Chochard et al.,2009).

Industri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

cepat. Saat dikembangkan pada akhir tahun 60-an luas perkebunan sawit hanya

sekitar 100 ribuan hektar, kemudian pada tahun 2013 telah melonjak menjadi

24

Universitas Sumatera Utara


sekitar 9,2 juta hektar. Luas kebun sawit terus meningkat, tidak hanya akibat

pembukaan baru oleh perkebunan besar tetapi juga konversi lahan pangan yang

dilakukan oleh masyarakat petani menjadi kebun sawit. Perkembangan yang

spektakuler ini telah menjadikan Indonesia sebagai penghasil sawit nomor satu di

dunia dan mencatatkan nilai ekspor nomor dua setelah minyak bumi. Dari seluas

itu, sekitar 41 persen merupakan kebun yang dimiliki rakyat dan lebih dari

separuh sisanya merupakan perkebunan besar swasta milik asing.

Secara rata-rata petani sawit memperoleh pendapatan sekitar Rp 1-2

juta/Ha/bulan dan petani plasma bisa mencapai Rp 2-3 juta/Ha/bulan.

Dibandingkan dengan pertanian yang lebih intesif modal dan tenaga kerjamemang

sedikit lebih rendah, tetapi karena luas usaha tani secara rata-rata jauh lebih kecil

(di Jawa 0.25 Ha), maka secara umum petani kebun lebih tinggi pendapatannya.

Dalam beberapa studi, pendapatan keluarga pekebun kelapa sawit dalam pola PIR

dengan luas usaha 2 Ha mencapai Rp 3-4 juta/bulan dan karet dengan luasan yang

sama mencapai Rp 1.5-2juta/bulan. Sementara petani yang luas usahanya 0.25 Ha

hanya memperoleh Rp 1 juta/bulan.

2.3. Morfologi Kelapa Sawit

Pencapaian produksi tanaman untuk memenuhi permintaan minyak yang

tinggi sangat ditentukan oleh kondisi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hasil

perkebunan tidak hanya bergantung pada latar belakang genetik tetapi juga faktor

lingkungan seperti kelembaban relatif, ketersediaan air, struktur tanah, aplikasi

pupuk, manajemen perkebunan dan kondisi pencahayaan (Cha-um et al, 2010).

25

Universitas Sumatera Utara


Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang

cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di

prenursery. Pada kondisi langit cerah di daerah zona katulistiwa, intensitas cahaya
2
matahari bervariasi 1.410-1.540J/cm /hari. Intensitas cahaya matahari sebesar

1.410 terjadi pada bulan Juli dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan

Maret dan September. Dengan semakin menjauhnya suatu daerah dari


o
khatulistiwa misalnya pada daerah 10 LU – intensitas cahaya akan turun dan
2
berkisar 1.218-1.500 J/cm /hari. Intensitas 1.218 terjadi pada bulan Desember,

sedangkan 1.500 terjadi pada periode Maret-September (Pahan, 2013).

Evaluasi lahan bagi tanaman kelapa sawit merupakan aktivitas menilai

kecocokan potensi sumber daya lahan yang meliputi faktor iklim, tanah dan

bentuk wilayah dengan persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit. Karakteristik

lahan merupakan dasar dalam penentuan layak tidaknya suatu areal untuk

perkebunan kelapa sawit dan tinggi atau rendahnya intensitas faktor penentu suatu

areal. Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas

faktor pembatasnya.

2.3.1. Akar

Susunan akar terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam

tanah dan horisontal kesamping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar

sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang

lagi menjadi akar tersier, dan begitu seterusnya, sehingga pertumbuhan akar ke

samping lebih banyak dan lebih kuat.

26

Universitas Sumatera Utara


Akar primer umumnya berdiameter sekitar 6-10 mm, sedangkan akar

sekunder berdiameter sekitar 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar

tersier yang berdiameter 0.7-1.5 mm dan bercabang lagi membentuk akar kuartier.

Akar kuartier panjangnya hanya 1-4 mm dengan diameter 0,1-0,3 mm. Akar

kuartier ini diasumsikan sebagai akar absorpsi utama. Dari akar tersier juga ada

cabang akar yang panjangnya sampai 2 cm dengan diameter 0,2-0,8 mm.

Akar tersier dan kuartier memiliki jumlah yang sangat banyak dan

membentuk masa yang sangat lebat dekat permukaan tanah. Tanaman kelapa

sawit tidak memiliki rambut (bulu) akar, sehingga diperkirakan penyerapan unsur

hara dilakukan oleh akar-akar kuartier.

2.3.2. Batang

Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang

yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang tanaman kelapa sawit

berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian

fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan

makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal

sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur

ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun.

Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis

tanaman kelapa sawit.

2.3.3. Daun

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.

Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap

27

Universitas Sumatera Utara


sinar mantahari (Vidanarko,2011).Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh

pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap

pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun

muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada

batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk

spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah

daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun

mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai.

Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang

dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per

satuan luas tanaman.

2.3.4. Bunga

Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14

bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga

jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.

Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena

memiliki daun jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.

Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk).

Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal

perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun

tidak menghasilkan infloresen.

28

Universitas Sumatera Utara


Tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun sudah mulai dewasa dan

mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk

lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.

2.3.5. Buah Dan Biji

Proses pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah

matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah

(Risza, 1994). Biasanya buah ini yang digunakan untuk diolah menjadi minyak

nabati yang digunakan oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah

sumber dari kedua minyak sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti

sawit (diekstrak dari biji buah), (Mukherjee,2009).

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak

kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.

Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif

dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 550ºC selama kurang

lebih tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut

memenuhi Standar Industri Indonesia (SII), kecuali kadar abu. Tingkat keaktifan

arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap iodnya sebesar 28,9%

(Kurniati,2008).

Setiap jenis kelapa sawit biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang

berbeda. Jenis biji dura panjangnya sekitar 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4

gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13

gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji

29

Universitas Sumatera Utara


kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif).

Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan

sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat

keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.

2.3.6. Kecambah

Lembaga (embrio) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua

arah. Arah tegak lurus ke atas mengikuti cahaya (fototropi), disebut plumula yang

selanjutnya akan menjadi batang dan daun. Arah tegak lurus ke bawah mengikuti

arah gravitasi (geotropi) disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar.

Plumula tidak keluar sebelum radikula tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar

adventifpertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan

seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit

kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk memantapkan dirinya sebagai

organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari

dalam tanah.

Bahan tanaman atau bibit kelapa sawit dihasilkan oleh lembaga resmi yang

ditunjuk atau diizinkan oleh pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut menyediakan

bahan tanaman dalam bentuk benih kecambah dari biji. Setiap pembelian benih

harus hati-hati karena banyak beredar benih yang palsu. Pembelian benih dari

lemaga-lembaga tersebut disertai label di setiap kantong dan bersertifikat. Setiap

pengiriman kepada pembeli ditambah 2,5% dari jumlah pesanan. Pesanan

kecambah diajukan 3 bulan sebelum tanggal penerimaan yang dikehendaki.

30

Universitas Sumatera Utara


2.4. Pupuk

Pupuk adalah zat atau bahan makanan yang diberikan kepada tanaman

dengan maksud agar zat tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk merupakan

zat yang berisi satu atau lebih nutrisi yang digunakan untuk mengembalikan

unsur-unsur yang habis terhisap tanaman dari tanah. Dalam pemberian pupuk

harus dengan dosis yang tepat serta waktu yang tepat pula agar keseimbangan zat

mineral dapat dipertahankan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi

pertanian.

Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk

yang harus diaplikasikan. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara

mempunyai perbedaan sangat berbeda tergantung pada jumlah hara yang tersedia,

adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia (secara kimia)

untuk mencapai zona perakaran tanaman (Pahan, 2013).

2.5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani

Menurut Hadisapoetra (1973) untuk memperhitungkan penerimaan, biaya

dan pendapatan, pada umumnya dapat dibedakan tiga cara yaitu:

1. Cara memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu

waktu.

2. Cara memperhitungkan biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun.

3. Cara memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usahatani

pada akhir tahun.

31

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Biaya Usaha Tani

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh produsen atau

pengusaha untuk membiayai kegiatan produksi. Didalam produksi faktor-faktor

produksi dikombinasikan, diproses kemudian dapat menghasilkan suatu hasil

akhir yang biasa disebut dengan produksi atau output.

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya

yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya

yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga

kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk,

dan obat-obatan. Kadang-kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air

dan irigasi, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).

Ada empat kategori atau pengelompokan biaya yaitu:

1. Biaya tetap (fixed costs) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

dalam satu masa produksi seperti pajak tanah, pajak air,penyusutan alat

dan bangunan, Dumptruck, pemeliharaan, alat semprot hama dan

sebagainya.

2. Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable cost) adalah biaya yang

besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi seperti pupuk, bibit,

obat hama dan penyakit, benih, biaya panen dan sewa tanah.

3. Biaya tunai yaitu biaya yang secara langsung dikeluarkan dalam bentuk

uang, biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan air,

sedangkan untuk biaya variabel antara lain untuk biaya pemakaian benih,

pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar.

32

Universitas Sumatera Utara


4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi: biaya tetap, biaya untuk

tenaga keluarga, sedangkan termasuk biaya variabel antara lain biaya

panen, pengolahan tanah dan jumlah pupuk kandang yang dipakai.

Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang dipergunakan dalam usaha tani

meliputi:

1. Biaya alat-alat luar, adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam

usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh

aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha dan upah

tenaga kerja keluarga sendiri.

2. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan

upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah

yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

3. Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga

dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani. Biaya yang dikeluarkan

oleh petani terdiri dari biaya tetap (fixed Cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost).

Biaya tetap dalam usahatani ini meliputi biaya penyusutan peralatan, sewa

lahan, dan iuran KP3A. Adapun biaya variabel yang dibutuhkan selama

berusahatani dalam 1 (satu) kali musim tanam adalah biaya benih, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja (Sriyoto, 2007).

2.5.2. Penerimaan Usaha Tani

Penerimaan usahatani adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari

semua cabang usaha tani dan sumber dalam usahatani yang dapat diperhitungkan

33

Universitas Sumatera Utara


dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Menurut Hadisapoetra

(1973), yang termasuk penerimaan usahatani adalah:

1. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan

adanya penerimaan pada permulaan dan pada akhir tahun.

2. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada

rumah tangga dan keperluan pribadi dari petani dan kepada usaha-usaha

yang tidak termasuk usahatani.

3. Nilai bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga luar.

4. Nilai dari bahan-bahan yang dihasilkan dalam usahatani yang diperlukan

lagi dalam usahatani sendiri sebagai bangunan-bangunan tetap misalnya

kayu untuk perumahan dan alat-alat dan sebagainya.

5. Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak dan tanaman.

6. Hasil sewa alat-alat dan upah tenaga keluarga dari pihak-pihak lain.

Penerimaan usahatani dapat berwujud tiga hal yaitu:

1. Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya

selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran dan buah-

buahan.

2. Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil

pertanaman, ternak, ikan maupun produk lainnya.

3. Kenaikan nilai inventaris, nilai benda-benda inventaris yang dimiliki

petani akan berubah-ubah setiap tahunnya. Karena ada perbedaan nilai

pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan.

34

Universitas Sumatera Utara


2.5.3. Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan usahatani merupakan selisih penerimaan usahatani dengan

biaya usahatani. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari

pendapatan usahatani adalah merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana

untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya

pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam

mengelola usahataninya .

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani dapat diperhitungkan

dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya-biaya alat luar dan dengan

modal dari luar. Pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi

pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya

alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan

berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

Pendapatan rumah tangga juga termasuk pendapatan dari luar kegiatan

usaha tani. Hal ini dapat mencakup pendapatan dari kerajinan, pensiun,

penyediaan layanan, dan pemberian upah. Rata-rata persentase dari total nilai

produksi bersih dari berbagai pendapatan lebih dari 70 persen yang berasal dari

nilai produksi. (Anonim, 2008).

Menurut Makeham (1991), pendapatan usahatani yaitu pendapatan yang

berasal dari kegiatan usahatani setiap tahun. Ada lima sumber umum atau

kategori pendapatan usaha tani:

1. Penjualan produk tanaman, ternak dan hasil-hasil ternak (susu, kompos).

35

Universitas Sumatera Utara


2. Produk-produk usahatani yang dikonsumsikan oleh keluarga tani.

3. Sisa hasil usaha (SHU) dari koperasi, kelompok tani dimana petani yang

bersangkutan menjadi anggota.

4. Pendapatan non-uang yang berasal dari perubahan inventaris (stok ekstra

yang ada pada akhir tahun jual-beli).

5. Pekerjaan-pekerjaan di luar usahatani (seperti bagi hasil, kontrak, atau

bekerja sebagai buruh di kota), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pendapatan usahatani antara lain:

a. Luas usaha, meliputi:

1) Areal pertanaman

2) Luas pertanaman

3) Luas pertanaman rata-rata.

b. Tingkat produksi Ukuran-ukuran tingkat produksi yaitu:

1) Produktivitas per hektar

2) Indeks pertanaman

c. Pilihan dan kombinasi cabang usaha

d. Intensitas pengusahaan pertanaman. Ditunjukkan oleh jumlah tenaga

kerja, bahwa dari modal yang digunakan terhadap suatu usahatani

adalah:

1) Banyaknya hari kerja yang dipergunakan pada usahatani

2) Total modal kerja pada usahatani

3) Total biaya usahatani

4) Indeks intensitas

36

Universitas Sumatera Utara


e. Efisiensi tenaga kerja efisiensi tenaga kerja adalah pekerjaan produktif

yang dapat diselesaikan oleh seorang pekerja.

2.6. Efisiensi Usaha Tani

Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat

diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini

kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi.

Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari

nilai hasil biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien. Efisiensi

ekonomis merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan biaya yang

dikeluarkan. Dalam pengeluaran untuk tenaga kerja, harus dihitung beberapa

imbalan yang diterima dari setiap yang digunakan (Daniel, 2002).

Rasionalisasi dan efisiensi dalam arti ekonomis memiliki tujuan

memperkecil biaya produksi per kesatuan (berat atau volume) produk dengan

maksud untuk memperoleh keuntungan optimal. Ada dua jalan yang dapat

ditempuh untuk dapat mencapai tujuan itu, yakni:

1. Memperkecil biaya keseluruhannya dengan mempertahankan tinggi

produksi yang telah dicapai.

2. Memperbesar produksi tanpa menambah biaya keseluruhannya.

2.7. Kontribusi Pendapatan

Kontribusi pendapatan usahatani adalah besarnya sumbangan pendapatan

dari usahatani terhadap pendapatan total rumah tangga petani dan dinyatakan

37

Universitas Sumatera Utara


dalam persen (%).Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha

meningkatkanefisisensidan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara

menajamkanposisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis,

agar lebih tepatsesuai dengan kompetensi.Kontribusi dapat diberikan dalam

berbagai bidang yaitupemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan

lainnya.

Berdasarkan pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat

diartikan bahwakontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh

seseorang yangkemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga

sehinggamemberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek

ekonomi.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Irsyadi Siradjuddin (2016) dengan judul

“Analisis Serapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di

Kabupaten Pelawan”. Metode penelitian sampel diambil dari masyarakat di

daerah kecamatan penelitian yang terpilih. Pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling sehingga masing-masing daerah terpilih terdapat sampel yang

mewakili. Metode ini digunakan dengan pertimbangan bahwa letak lokasi

penelitian yang berpencaran dan karakteristik masyarakat sebagai objek penelitian

yang beragam. Pengambilan sampel tersebut dilakukan sebagai berikut:

1. Memilih secara sengaja (purposive) kecamatan di Kabupaten Pelalawan.

Kecamatan yang terpilih adalah Pangkalan Kuras, Ukui, Bandar Sei

38

Universitas Sumatera Utara


Kijang, dan Langgam. Kecamatan yang terpilih adalah kecamatan dengan

luas produksi pengembangan terluas dan jumlah produksi terbanyak di

Kabupaten Pelalawan.

2. Memilih petani secara acak sistematis (systematic random sampling)

dalam kecamatan sampel. Pada setiap kecamatan sampel, dipilih 30 petani

yang telah memenuhi kriteria tertentu, antara lain: 1) petani yang telah

melakukan konversi lahan kebun kelapa sawit; 2) petani yang telah

melakukan kegiatan usahatani kelapa sawit yang telah menghasilkan TBS;

dan 3) petani yang umur tanaman kelapa sawitnya pada usia produksi

optimum yaitu 5 sampai 15 tahun. Sehingga jumlah seluruh sampel adalah

120 petani.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan penelitian. Kuesioner

berperan sebagai pedoman umum untuk mengingatkan peneliti agar tidak

menyimpang dari tujuan penelitian.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer diperoleh dari petani melalui pengamatan langsung di

lapangan dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar

pertanyaan / kuesioner. Penentuan kecamatan dilakukan secara sengaja,

sedangkan penentuan responden di kecamatan dilakukan secara acak

sistematis.

2. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang menangani

komoditasperkebunan pada umumnya dan kelapa sawit pada khususnya

39

Universitas Sumatera Utara


(Dinas Perkebunan, Kantor Statistik, Kantor Kecamatan, Kantor Desa,

dll), baik ditingkat pusat, daerah/propinsi, kabupaten, dan desa sampai unit

pelaksana (unit manajemen lapangan, pelaksana lapangan, dan kelompok

tani).

Kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik umur petani termasuk kategori umur produktif. Sedangkan

karakteristik pendidikan petani termasuk tingkat menengah atas (SMA).

2. Pendapatan kelapa sawit tertinggi di Kecamatan Ukui (Rp 23.750.347,-

/Ha), diikuti oleh Pangkalan Kuras (Rp 22.193.508,-/Ha), Bandar

Seikijang (19.100.0916 /Ha), dan Langgam (Rp 14.099.540,- /Ha).

Berikutnya penelitian yang dilakukan Jesi Amelia (2014) dengan judul

“Analisa Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat Ilir,

Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”. Metode penelitian Pengumpulan data

merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan

langsung (observasi) dan wawancara diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan

hasil wawancara yang diperoleh dari responden. Kelapa sawit merupakan tanaman

yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari

seluruh tanaman penghasil minyak lainnya. Perkebunankelapa sawit membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan memberikan keuntungan bagi petani

kelapa sawit. Pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan usahatani yang didapatkan

dari hasil TBS yang dikalikan dengan harga jual. Hasil produksi dipengaruhi

40

Universitas Sumatera Utara


dengan luas lahan yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan pada bulan September

2013 sampai Oktober 2013 pada usahatani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.

Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan, R/C dan imbalan terhadap modal

usahatani luas lahan 2 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani dengan luas

lahan 4 hektar sedangkan untuk biaya usahatani dalam satuan hektar usahatani

luas lahan 4 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani luas lahan 2 hektar.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah usahatani luas lahan 4 hektar mengurangi

luas lahan menjadi 2 hektar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Berikutnya penelitian menurut Ranika Tiwi Wijayanti (2012), dengan

judul “Analisa Keuntungan dan Skala Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Gerbang

Serasan di Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim”. Penelitian ini

menggunakan data primer yang diperoleh dengan wawancara langsung kepada

responden. Responden yang diselidiki yaitu semua petani kelapa sawit Gerbang

Serasan di Kecamatan Gunung Megang (81 petani). Model analisis yang

digunakan yaitu model fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan metode OLS

(Method of Ordinary Least Squares) dan diolah dengan program SPSS versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pupuk NPK, biaya pupuk urea,

dan jumlah pohon produktif berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keuntungan usaha, biaya herbisida berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

keuntungan usaha, sedangkan biaya timbang dan angkutan secara statistik tidak

berpengaruh terhadap keuntungan usaha. Kondisi skala usaha (return to scale)

yang terbentuk yaitu Increasing Return to Scale (IRS).

41

Universitas Sumatera Utara


2.9. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Besarnya Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha

Efisiensi Kelapa Sawit

Kontribusi Pendapatan Terhadap Rumah Tangga

Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual

42

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif yang dimaksud yaitu

membuat penyandaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai biaya,

pendapatan, penerimaan, efisiensi dan kontribusi usahatani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini bersifat non

experimental sehingga metode yang digunakan adalah deskriptif dengan

pendekatan kualitatif kuantitatif. Deskripsi kualitatif akan menjawab pertanyaan

dari rumusan masalah penelitian sesuai dengan fakta yang akurat dan sistematis

dimana menjelaskan biaya, pendapatan, penerimaan, efisiensi dan kontribusi

usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal.

Deskripsi kuantitatif menjelaskan keadaan yang ada dengan menggunakan angka

yang menggambarkan karakteristik sebagaimana adanya seperti menjelaskan

biaya, pendapatan, penerimaan, efisiensi dan kontribusi usahatani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal.

3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan tersebut dipilih karena merupakan

Kecamatan yang berada di daerah perkebunan kelapa sawit. Adapun waktu

penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 sampai dengan Juni 2018.

35

Universitas Sumatera Utara


3.3. Populasi dan Sampel

Populasi keseluruhan petani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal adalah 1.578 petani yang terdiri dari beragam

kapasitas lahan mulai dari 1Ha hingga 20 Ha. Dalam penelitian ini hanya

mengambil petani yang memiliki lahan seluas >5Ha sebagai responden.Adapun

petani tersebut berjumlah sebanyak 220 petani. Namun dikarenakan keterbatasan

waktu dan jarak, maka penentuan responden pada penelitian ini menggunakan

metode sensus. Sehingga jumlah petani yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini berjumlah 98 orang, yaitu petani yang memiliki kapasaitas lahan seluas > 5

Ha.

3.4. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, namun dalam penelitian

ini digunakan sebagai salah satu data penunjang. Data sekunder penelitian ini

antara lain data geografis, data perkembangan produksi, dan data kependudukan.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari narasumber

tidak melaluiperantara, data primer yang digunakan seperti data yang berkaitan

dengan usaha tani, data pendapatan keluarga petani, jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah tangga petani.

36

Universitas Sumatera Utara


3.5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data primer berdasarkan daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan

mencatat data yang telah ada pada instansi atau lembaga terkait yang

diperlukan dalam penelitian ini.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Analisis Pendapatan dan Penerimaan Usaha Tani

Menurut Soekartawi (1995) adapaun rumus dalam menghitung pendapatan

dan penerimaan usaha tani adalah sebagai berikut:

Y =TR - TC

TR =P x Q

Keterangan:

Y : Pendapatan (Rp)

TR : Total penerimaan (Rp)

TC : Total biaya (Rp)

P : Harga produk (Rp/Kg)

37

Universitas Sumatera Utara


Q : Jumlah produksi (Kg)

3.6.2. Efisiensi Usaha Tani Kelapa Sawit

Menurut Soekartawi (2003) efisiensi ekonomis terjadi pada saat nilai

produkmarginal dari setiap unit tambahan masukan sama dengan harga dari

setiapunit masukan tersebut. Adapun rumus untuk melihat efisiensi ekonomi

menurut Soekartawi (2003) adalah sebagai berikut:

𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
𝑷𝑷
Keterangan:

NPMx : Nilai Produk Marginal dari masukan X (Penerimaan)

Px : Harga Masukan (Biaya usaha)

Berdasarkan rumusan tersebut, untuk melihat kriteria dalam penilaian

efisiensi adalah sebagai berikut:

1. Jika NPMx / Px> 1, maka dapat dinyatakan bahwa usaha tani efisien

dalam membantu perekonomian.

2. Jika NPMx / Px< 1, maka dapat dinyatakan bahwa usaha tani tidak efisien

dalam membantu perekonomian.

3.6.3. Kontribusi Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit

Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang diberikan oleh satu sumber

pendapatan terhadap keseluruhan pendapatan. Rumus untuk mengetahui besaran

kontribusi pendapatan usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga petani adalah

sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

38

Universitas Sumatera Utara


𝑩𝑩
𝑨𝑨 = 𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙%
𝑪𝑪
Keterangan:

A : Kontribusi pendapatan dari usaha(%)

B : Pendapatan dari usaha(Rp)

C : Pendapatan di luar usaha tani (Rp)

39

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Kecamatan Sinunukan

Pada tanggal 23 November 1998, Pemerintah Republik Indonesia

menetapkan Undang - Undang No. 12 Tahun 1998 yaitu Undang-Undang tentang

pembentukan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah otonom,

dan secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret

1999. Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing

Natal, yang dikenal dengan sebutan MADINA, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan

dan 273 desa.

Pada tanggal 29 Juli 2003, Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan

Perda No. 7 tentang pembentukan kecamatan dan Perda No. 8 tentang pemekaran

desa di Kabupaten Mandailing Natal. Dengan dikeluarkannya Perda No. 7 dan 8

tersebut maka Kabupaten Mandailing Natal memiliki 17 Kecamatan yang terdiri

dari 322 desa dan 7 kelurahan.

Pada Tanggal 15 Februari 2007 Kabupaten Mandailing Natal

mengeluarkan Perda Jo 10 Tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di

Kabupaten Mandailing Natal dan salah satunya adalah Kecamatan Sinunukan.

Kecamatan ini termasuk kawasan Pantai Barat Sumatera Utara yang komoditi

utama masyarakatnya adalah pertanian dan perkebunan kelapa sawit. Di

kecamatan ini terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang

perkebunan, seperti PT. Sago Nauli, PT. Gruti, dsb. Pusat Pemerintahan

41

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Sinunukan terletak di Desa Sinunukan III yang merupakan Ibukota

Kecamatan ini, Kantor Kecamatanpun berada di Desa ini, sedangkan Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan berada di Desa Wonosari yang juga merupakan

Desa Pemekaran dari Desa Sinunukan III.

4.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00-100

Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Terdapat dua musim yaitu musim hujan

dan kemarau.

Gambar 4.1.
Peta Kecamatan Sinunukan

Sinunukan adalah salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten

Mandailing Natal, secara administrasi berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natal;

2. Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Barat;

3. Sebelah Barat dengan Kecamatan Batahan;

4. Sebelah Timur dengan Kecamatan Lingga Bayu.

42

Universitas Sumatera Utara


4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

4.2.1.1.Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapaun karakterisitk responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1.
Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 76 77,6%

Perempuan 22 22,4%

Jumlah: 98 100,0%

Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

di dominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah

sebanyak 76 orang (77,6%) dan perempuan sebanyak 22 orang (22,4%).

4.2.1.2.Berdasarkan Usia

Adapun karakterisitk responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.2.
Usia Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

20 – 30 thn 18 18,4%

31 - 40 thn 45 45,9%

Sumber: Data Diolah, 2018

43

Universitas Sumatera Utara


41 – 50 thn 16 16,3%

>50 thn 19 19,4%

Jumlah: 98 100,0%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

di dominasi oleh responden yang berusia 31-40 tahun dengan jumlah sebanyak 45

orang (45,9%). Adapun yang berusia 20-30 tahun sebanyak 18 orang (18,4%),

usia 41-50 tahun sebanyak 16 orang (16,3%), dan usia >50 tahun sebanyak 19

orang (19,4%).

4.2.1.3.Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Adapun karakterisitk responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3.
Pendidikan Terakhir Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Tidak Tamat SD 0 0%

Tamat SD 0 0%

Tamat SLTP 6 6,1%

Tamat SLTA 66 67,3%

Tamat Akademi/ D3 12 12,2%

Tamat Perguruan Tinggi 14 14,3%

Jumlah: 98 100,0%

Sumber: Data Diolah, 2018

44

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

di dominasi oleh responden yang berpendidikan SLTA dengan jumlah sebanyak

66 orang (67,3%). Adapun yang berpendidikan D3 sebanyak 12 orang (12,2%),

dan yang tamat perguruan tinggi sebanyak 14 orang (14,3%). Sedangkan yang

tidak tamat SD dan tamat SD tidak ada sama sekali.

4.2.1.4.Berdasarkan Pekerjaan

Adapun karakterisitk responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4.
Pekerjaan Pokok Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

PNS 8 8,2%

Karyawan 9 9,2%

Pengusaha 4 4,1%

Pensiunan 14 14,3%

Buruh 6 6,1%

ABRI/Polisi 2 2,0%

Mocok – mocok 0 0%

Pedagang 3 3,1%

Petani 52 53,1%

Lainnya 0 0%

Jumlah: 98 100,0%

Sumber: Data Diolah, 2018

45

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

di dominasi oleh responden yang bekerja sebagai petani dengan jumlah sebanyak

52 orang (53,1%). Adapun yang bekerja sebagai PNS sebanyak 8 orang (8,2%),

karyawan sebanyak 9 orang (9,2%), pengusaha sebanyak 4 orang (4,1%),

pensiunan sebanyak 14 orang (14,3%), buruh sebanyak 6 orang (6,1%),

ABRI/Polisi sebanyak 2 orang (2,0%), pedagang sebanyak 3 orang (3,1%), dan

yang tidak bekerja tidak ada sama sekali.

4.2.2. Tahapan Produksi Hasil Kebun Kelapa Sawit di Kecamatan

Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal

Dalam memproduksi hasil kebun kelapa sawit harus memanen semua buah

pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS)

mengandung minyak dan kernel tertinggi, memanen hanya buah yang matang dan

mengutip brondolan, mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen,

hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam

minyak sawit mentah.

Selain itu hal yang perlu diketahui dalam memamnen hasil kebun kelapa

sawit haruslah pada saat kelapa sawit berumur 3 tahun : 0.6 ton/hk, 4 tahun : 0.8

ton/hk, 5 tahun : 1.2 ton/hk atau 1.5 ton/hk. Sistem produksi hasil kebun kelapa

sawit di Kecamatan Sinunukan, yaitu tandan buah matang harus mempuyai

sedikitnya 1 brondolan di piringan sebgai tanda buah tersebt siap di panen,

pelepah yang di tunas di potong dan di susun rapi pada gawangan, rotasi panen di

pertahankan pada interval 7-10 hari, TBS di brondolan di susun rapi di tempat

pemungutan hasil untuk diangkut ke pabrik, tangkai buah di potong dan seluruh

46

Universitas Sumatera Utara


kotoran tandan di bersihkan sblm pengangkutan, tingkat ekstasi minyak >22% dan

kandungan ABL <2%.

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi kebun kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan adalah:

1. Untuk pohon yang berusia <7 tahun:

a. Dodos dg lebar 10-12,5 cm

b. Kantong/ piringan untk pengutipan brondolan

c. Kapak kecil untuk memotong tangkai tbs dan batu asah

d. Kereta dorong (lori)/ alat pikul

e. Jaring panen

2. Untuk pohon yang berusia >7 tahun

a. Egrek

b. Kapak kecil dan batu asah

c. Kereta dorong (lori)/ alat pikul

d. Jaring panen

Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas

panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari

2-4 baris tanaman yang berdekatan tergantung pada perapatan buah masak. Area

panen harus di bagi menjadi 5-6 bagian tergantung dari berapa hari kerja selama

semigancakan sistem pengancakan trdari dari 3 sistem yaitu:

1. Ancak giring murni

2. ancak giring tetap

3. ancak tetap

47

Universitas Sumatera Utara


4. sistem ancak giring

Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak

panen yang ditetapkan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen

sllu berubah di sesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja

pemanen. Pada sistem ini apabla suatu ancak telah selesai di panen pemanen

pindah ke ancak berikutnya ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tdk tetap

sehingga di kenal dengan sistem ancak giring murni (tidak tetap) dan sistem giring

tetap.

Dalam proses panen atau produksi kebun kelapa sawit di Kecamatan

Sinunukan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti:

1. memotong tandan

2. mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen

3. mengutip brondolan hasil dari rontokan panen

4. mengangkut hasih panen ke TPH ( tempat pemungutan hasil)

4.2.3. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit diKecamatan

Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal

Dari hasil data yang diperoleh dari 98 responden dalam penelitian ini, nilai

pendapatan dan penerimaan usaha tani diambil d-ari rata-rata keseluruhan

responden perbulan, sehingga dalam penelitian ini hasil tersebut diklasifikasikan

menjadi 1 Tahun/12 Bulan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

48

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5.
Rata-Rata Pendapatan dan Penerimaan Usaha Tani di Kecamatan
Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal Perbulan di Tahun 2017

Pendapatan Usaha/Ha Penerimaan Usaha/Ha


Bulan/Tahun
(Rp) (Rp)
Jan. 2017 2.871.510 4.096.000
Feb. 2017 2.259.265 4.096.000
Mar. 2017 3.093.061 4.440.000
Apr. 2017 3.562.612 5.032.000
Mei. 2017 2.760.163 4.352.000
Jun. 2017 2.542.714 4.257.000
Jul. 2017 3.012.865 4.249.600
Agst. 2017 2.591.020 3.840.000
Sep. 2017 3.819.041 5.117.000
Okt. 2017 3.957.551 5.280.000
Nov. 2017 3.480.816 5.440.000
Des. 2017 4.122.306 5.457.000
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dan dijelaskan bahwa pendapatan

usaha pada bulan Januari 2017 sebesar Rp. 2.871.510, dan penerimaan usaha

sebesar Rp. 4.096.000. Pada bulan Februari 2017 pendapatan usaha sebesar Rp.

2.259.265, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 4.096.000. Pada bulan Maret 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 3.093.061, dan penerimaan usaha sebesar Rp.

4.440.000. Pada bulan April 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.562.612, dan

penerimaan usaha sebesar Rp. 5.032.000. Pada bulan Mei 2017 pendapatan usaha

sebesar Rp. 2.760.163, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 4.352.000. Pada bulan

Juni 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.542.714, dan penerimaan usaha sebesar

Rp. 4.257.000. Pada bulan Juli 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.012.865, dan

penerimaan usaha sebesar Rp. 4.249.600. Pada bulan Agustus 2017 pendapatan

sebesar Rp. 2.591.020, dan penerimaan sebesar Rp. 3.840.000. Pada bulan

49

Universitas Sumatera Utara


September 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.819.041, dan penerimaan sebesar

Rp. 5.117.000. Pada bulan Oktober 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.957.551,

dan penerimaan usaha sebesar Rp. 5.280.000. Pada bulan November 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 3.480.816, dan penerimaan usaha sebesar Rp.

5.440.000. Pada bulan Desember 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 4.122.306,

dan penerimaan usaha sebesar Rp. 5.457.000.

4.2.4. Hasil Produksi dan Harga Buah

Jumlah pendapatan dan penerimaan tersebut juga tidak mungkin terlepas

dari hasil produksi dan harga/Kg buah sawit. Adapun hasil produksi usaha tani

dan harga/Kg buah sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6.
Rata-Rata Hasil Produksi dan Harga Buah Sawit di Kecamatan Sinunukan
Kabupaten Mandailing Natal Perbulan di Tahun 2017

Harga Buah Sawit Hasil Produksi/Ha


Bulan/Tahun
(Rp) (Kg)
Jan. 2017 1.280 3.200
Feb. 2017 1.280 3.200
Mar. 2017 1.480 3.000
Apr. 2017 1.480 3.400
Mei. 2017 1.280 3.400
Jun. 2017 1.290 3.300
Jul. 2017 1.280 3.320
Agst. 2017 1.280 3.000
Sep. 2017 1.700 3.010
Okt. 2017 1.650 3.200
Nov. 2017 1.700 3.200
Des. 2017 1.700 3.210
Sumber: Data Diolah, 2018

50

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dan dijelaskan bahwa harga buah

pada bulan Januari 2017 sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak3.200 Kg.

Pada bulan Februari 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi

sebanyak3.200 Kg. Pada bulan Maret 2017 harga buah sebesar Rp. 1.480, dan

hasil produksisebanyak 3.000 Kg. Pada bulan April 2017 harga buah sebesar Rp.

1.480, dan hasil produksi sebanyak 3.400 Kg. Pada bulan Mei 2017 harga buah

sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak 3.400 Kg. Pada bulan Juni 2017

harga buah sebesar Rp. 1.290, dan hasil produksi sebanyak 3.300 Kg. Pada bulan

Juli 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak 3.320 Kg.

Pada bulan Agustus 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi

sebanyak 3.000 Kg. Pada bulan September 2017 harga buah sebesar Rp. 1.700,

dan hasil produksi sebanyak 3.010 Kg. Pada bulan Oktober 2017 harga buah

sebesar Rp. 1.650, dan hasil produksi sebanyak 3.200 Kg. Pada bulan November

2017 harga buah sebesar Rp. 1.700, dan hasil produksi sebanyak 3.200 Kg. Pada

bulan Desember 2017 harga buah sebesar Rp. 1.700, dan hasil produksi sebanyak

3.210 Kg.

4.2.5. Efisiensi Rasio Usaha Tani

Berdasarkan hasil penelitian efisiensi usaha tani di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel berikut:

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7.
Rata-Rata Efisiensi Rasio Usaha Tani di Kecamatan Sinunukan Kabupaten
Mandailing Natal Perbulan di Tahun 2017

Bulan/Tahun Efisiensi
Jan. 2017 3,35
Feb. 2017 2,23
Mar. 2017 3,30
Apr. 2017 3,42
Mei. 2017 2,73
Jun. 2017 2,48
Jul. 2017 3,44
Agst. 2017 3,07
Sep. 2017 3,94
Okt. 2017 3,99
Nov. 2017 2,78
Des. 2017 4,09
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan dan diuraikan bahwa pada bulan

Januari 2017 rasio efisiensi sebesar 3,35, pada bulan Februari 2017 rasio efisiensi

sebesar 2,23, pada bulan Maret 2017 rasio efisiensi sebesar 3,30, pada bulan April

2017 rasio efisiensi sebesar 3,42, pada bulan Mei 2017 rasio efisiensi sebesar

2,73, pada bulan Juni 2017 rasio efisiensi sebesar 2,48, pada bulan Juli 2017 rasio

efisiensi sebesar 3,44, pada bulan Agustus 2017 rasio efisiensi sebesar 3,07, pada

bulan September 2017 rasio efisiensi sebesar 3,94, pada bulan Oktober 2017 rasio

efisiensi sebesar 3,99, pada bulan November 2017 rasio efisiensi sebesar 2,78, dan

pada bulan Desember 2017 rasio efisiensi sebesar 4,09.

4.2.6. Kontribusi Pendapatan Usaha Tani

Kontribusi pendapatan usaha tani adalah besarnya sumbangan pendapatan

dari usaha tani terhadap pendapatan diluar usaha tani petani. Semakin besar

kontribusi pendapatan usaha tani terhadap pendapatan diluar usaha tani maka akan

52

Universitas Sumatera Utara


semakin baik perekonomian keluarga tersebut. Adapun kontribusi pendapatan

usaha tani dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8.
Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Usaha Tani di Kecamatan Sinunukan
KabupatenMandailing Natal Perbulan di Tahun 2017

Pendapatan Pendapatan Di Kontribusi


Bulan/Tahun
Usaha/Ha (Rp) Luar UT (Rp) Pendapatan (%)
Jan. 2017 2.871.510 4.307.265 66,7%
Feb. 2017 2.259.265 3.732.963 60,5%
Mar. 2017 3.093.061 4.501.714 68,7%
Apr. 2017 3.562.612 5.330.514 66,8%
Mei. 2017 2.760.163 4.065.763 67,9%
Jun. 2017 2.542.714 4.548.765 55,9%
Jul. 2017 3.012.865 4.840.176 62,2%
Agst. 2017 2.591.020 4.184.816 61,9%
Sep. 2017 3.819.041 5.838.765 65,4%
Okt. 2017 3.957.551 5.272.163 75,1%
Nov. 2017 3.480.816 5.901.714 59,0%
Des. 2017 4.122.306 6.348.765 64,9%
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan dan diuraikan bahwa pada bulan

Januari 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.871.510, pendapatan diluar usaha

tani sebesar Rp. 4.307.265 dengan kontribusi pendapatan sebesar 66,7%. Pada

bulan Februari 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.259.265, pendapatan diluar

usaha tani sebesar Rp. 3.732.963 dengan kontribusi pendapatan sebesar 60,5%.

Pada bulan Maret 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.093.061, pendapatan

diluar usaha tani sebesar Rp. 4.501.714 dengan kontribusi pendapatan sebesar

68,7%. Pada bulan April 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.562.612,

pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 5.330.514 dengan kontribusi sebesar

66,8%. Pada bulan Mei 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.760.163,

53

Universitas Sumatera Utara


pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 4.065.763 dengan kontribusi pendapatan

sebesar 67,9%. Pada bulan Juni 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.542.714,

pendaparan total rumah tangga sebesar Rp. 4.548.765 dengan kontribusi

pendapatan sebesar 55,9%. Pada bulan Juli 2017 pendapatan usaha sebesar Rp.

3.012.865, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 4.840.176 dengan kontribusi

pendapatan sebesar 62,2%. Pada bulan Agustus 2017 pendapatan usaha sebesar

Rp. 2.591.020, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 4.184.816 dengan

kontribusi pendapatan sebesar 61,9%. Pada bulan September 2017 pendapatan

usaha sebesar Rp. 3.819.041, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 5.838.765

dengan kontribusi pendapatan sebesar 65,4%. Pada bulan Oktober 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 3.957.551, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp.

5.272.163 dengan kontribusi pendapatan sebesar 75,1%. Pada bulan November

2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.480.816, pendapatan diluar usaha tani

sebesar Rp. 5.901.714 dengan kontribusi pendapatan sebesar 59,0%. Pada bulan

Desember 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 4.122.306, pendapatan diluar usaha

tani sebesar Rp. 6.348.765 dengan kontribusi pendapatan sebesar 64,9%.

4.2.7. Rata-Rata Pendapatan Usaha, Penerimaan Usaha, Harga, Hasil

Produksi, Pendapatan diluar usaha tani, Rasio Efisiensi dan

Kontribusi Pendapatan Selama Satu Tahun

Adapaun rata-rata pendapatan usaha, penerimaan usaha, harga, hasil

produksi, pendapatan diluar usaha tani, rasio efisiensi dan kontribusi pendapatan

selama satu tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

54

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9.
Rata-Rata Pendapatan Usaha, Penerimaan Usaha, Harga, Hasil Produksi,
Pendapatan diluar usaha tani, Rasio Efisiensi dan Kontribusi
Pendapatan Selama Satu Tahun

Pendapatan Penerimaan Hasil Pendapatan Kontribusi


Harga/Kg Rasio
Usaha/Ha Usaha/Ha Produksi/Ha Di Luar UT Pendapatan
(Rp) Efisiensi
(Rp) (Rp) (Kg) (Rp) (%)
3.172.744 4.638.050 1.450 3.203 4.906.115 3,24 64,6%
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat jelaskan dan diuraikan bahwa rata-rata

pendapatan usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.172.744, rata-rata

penerimaan usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 4.638.050, rata-rata harga

buah/Kg pada tahun 2017 sebesar Rp. 1.450, rata-rata hasil produksi/Ha pada

tahun 2017 sebesar 3.203 Kg, rata-rata pendapatan diluar usaha tani pada tahun

2017 sebesar Rp. 4.906.115, rata-rata rasio efisiensi di tahun 2017 sebesar 3,79,

dan rata-rata kontribusi pendapatan pada tahun 2017 sebesar 69,7%.

4.3. Pembahasan

4.3.1. BesarBiayaPenerimaandan Pendapatan dari Usaha Tani Kelapa

Sawit Di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal

Berdasarkan hasil wawancara diketahui, bahwa masyarakat yang

menjalankan usaha tani di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal

memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri (Hak Milik). Walaupun harga buah

sawit sering tidak stabil yang terkadang naik dan turun, namun tidak menjadi

resiko yang berdampak besar terhadap hasil pendapatan usaha yang diterima. Jika

harga buah sawit naik terkadang hasil produksi yang menurun dan jika harga buah

sawit menurun yang terjadi sebaliknya, yaitu hasil produksi yang meningkat.

55

Universitas Sumatera Utara


Dalam sebulan kebun dapat memproduksi sebanyak 2 kali panen dengan hasil

produksi dalam kisaran 1-4 Ton/Ha dan hasil produksi langsung dijual ke agen

atau langsung ke pabrik terdekat.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa harga buah pada bulan

Januari 2017 sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak 3.200 Kg. Pada

bulan Februari 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak

3.200 Kg. Pada bulan Maret 2017 harga buah sebesar Rp. 1.480, dan hasil

produksi sebanyak 3.000 Kg. Pada bulan April 2017 harga buah sebesar Rp.

1.480, dan hasil produksi sebanyak 3.400 Kg. Pada bulan Mei 2017 harga buah

sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak 3.400 Kg. Pada bulan Juni 2017

harga buah sebesar Rp. 1.290, dan hasil produksi sebanyak 3.300 Kg. Pada bulan

Juli 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi sebanyak 3.320 Kg.

Pada bulan Agustus 2017 harga buah sebesar Rp. 1.280, dan hasil produksi

sebanyak 3.000 Kg. Pada bulan September 2017 harga buah sebesar Rp. 1.700,

dan hasil produksi sebanyak 3.010 Kg. Pada bulan Oktober 2017 harga buah

sebesar Rp. 1.650, dan hasil produksi sebanyak 3.200 Kg. Pada bulan November

2017 harga buah sebesar Rp. 1.700, dan hasil produksi sebanyak 3.200 Kg. Pada

bulan Desember 2017 harga buah sebesar Rp. 1.700, dan hasil produksi sebanyak

3.210 Kg.

Dari hasil produksi tersebut maka diketahui pendapatan usaha pada bulan

Januari 2017 sebesar Rp. 2.871.510, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 4.096.000.

Pada bulan Februari 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.259.265, dan

penerimaan usaha sebesar Rp. 4.096.000. Pada bulan Maret 2017 pendapatan

56

Universitas Sumatera Utara


usaha sebesar Rp. 3.093.061, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 4.440.000. Pada

bulan April 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.562.612, dan penerimaan usaha

sebesar Rp. 5.032.000. Pada bulan Mei 2017 pendapatan usaha sebesar Rp.

2.760.163, dan penerimaan usaha sebesar Rp. 4.352.000. Pada bulan Juni 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 2.542.714, dan penerimaan usaha sebesar Rp.

4.257.000. Pada bulan Juli 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.012.865, dan

penerimaan usaha sebesar Rp. 4.249.600. Pada bulan Agustus 2017 pendapatan

sebesar Rp. 2.591.020, dan penerimaan sebesar Rp. 3.840.000. Pada bulan

September 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.819.041, dan penerimaan sebesar

Rp. 5.117.000. Pada bulan Oktober 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.957.551,

dan penerimaan usaha sebesar Rp. 5.280.000. Pada bulan November 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 3.480.816, dan penerimaan usaha sebesar Rp.

5.440.000. Pada bulan Desember 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 4.122.306,

dan penerimaan usaha sebesar Rp. 5.457.000.

Dengan rata-rata harga buah/Kg pada tahun 2017 sebesar Rp. 1.450, rata-

rata hasil produksi/Ha pada tahun 2017 sebesar 3.203 Kg, rata-rata pendapatan

usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.172.744 dan rata-rata penerimaan usaha

tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 4.638.050, maka dapat dipastikan bahwa usaha

tani di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal sudah cukup baik.

Melalui hasil wawancara juga diketahui, bahwa sebagian besar responden

menyatakan bahwa pendapatan dari usaha tani ini sangat baik, dan hasilnya sangat

lumayan. Selain itu biaya usaha yang dikeluarkan untuk perkebunan yang usia

57

Universitas Sumatera Utara


pohon kelapa sawitnya lebih dari 5 tahun juga tidak terlalu banyak, yaitu antara 1-

2 juta per hektar setiap bulannya atau tergantung kebutuhan.

4.3.2. Efisiensi Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan

SinunukanKabupaten Mandailing Natal

Dari hasil analisis penelitian ini diketahui bahwa pada bulan Januari 2017

rasio efisiensi sebesar 3,35> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa

sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah

efisien, pada bulan Februari 2017 rasio efisiensi sebesar 2,23> 1, maka dapat di

simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien, pada bulan Maret 2017 rasio

efisiensi sebesar 3,30> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit

di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah

efisien, pada bulan April 2017 rasio efisiensi sebesar 3,42> 1, maka dapat di

simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien, pada bulan Mei 2017 rasio

efisiensi sebesar 2,73> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit

di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah

efisien, pada bulan Juni 2017 rasio efisiensi sebesar 2,48> 1, maka dapat di

simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien, pada bulan Juli 2017 rasio efisiensi

sebesar 3,44> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien,

pada bulan Agustus 2017 rasio efisiensi sebesar 3,07> 1, maka dapat di simpulkan

58

Universitas Sumatera Utara


bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing

Natal pada bulan ini sudah efisien, pada bulan September 2017 rasio efisiensi

sebesar 3,94> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien,

pada bulan Oktober 2017 rasio efisiensi sebesar 3,99> 1, maka dapat di simpulkan

bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing

Natal pada bulan ini sudah efisien, pada bulan November 2017 rasio efisiensi

sebesar 2,78> 1, maka dapat di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien,

dan pada bulan Desember 2017 rasio efisiensi sebesar 4,09> 1, maka dapat di

simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal pada bulan ini sudah efisien.

Dengan rata-rata rasio efisiensi di tahun 2017 sebesar 3,24> 1, maka dapat

di simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal pada tahun 2017 sudah efisien. Efisiensi tersebut membuktikan

bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing

Natal sangat membantuk masyarakat yang menjalankan usaha tani dalam

perekonomian atau dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui, bahwa usaha tani kelapa

sawit yang dijalankan oleh warga di Kecamatan Sinunukan Kabupaten

Mandailing Natal ini sudah sangat efisien dan terbukti dari kondisi perekonomian

warga yang menjalankan usaha tani kelapa sawit yang sudah cukup baik atau

tidak kekurangan.

59

Universitas Sumatera Utara


4.3.3. Besar Kontribusi Pendapatan dari Usaha Tani Kelapa Sawit terhadap

Pendapatan diluar usaha tani Petani Kelapa Sawit Di

KecamatanSinunukan Kabupaten Mandailing Natal

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 2.871.510, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp.

4.307.265 dengan kontribusi pendapatan sebesar 66,7%, maka dapat disimpulkan

bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini cukup besar.Pada bulan Februari

2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.259.265, pendapatan diluar usaha tani

sebesar Rp. 3.732.963 dengan kontribusi pendapatan sebesar 60,5%, maka dapat

disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini besar.Pada bulan Maret

2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.093.061, pendapatan diluar usaha tani

sebesar Rp. 4.501.714 dengan kontribusi pendapatan sebesar 68,7%, maka dapat

disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini besar. Pada bulan April

2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.562.612, pendapatan diluar usaha tani

sebesar Rp. 5.330.514 dengan kontribusi sebesar 66,8%, maka dapat disimpulkan

bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini besar. Pada bulan Mei 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 2.760.163, pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp.

4.065.763 dengan kontribusi pendapatan sebesar 67,9%, maka dapat disimpulkan

bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini besar. Pada bulan Juni 2017

pendapatan usaha sebesar Rp. 2.542.714, pendaparan total rumah tangga sebesar

Rp. 4.548.765 dengan kontribusi pendapatan sebesar 55,9%, maka dapat

disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini cukup besar. Pada bulan

Juli 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.012.865, pendapatan diluar usaha

60

Universitas Sumatera Utara


tanisebesar Rp. 4.840.176 dengan kontribusi pendapatan sebesar 62,2%, maka

dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini cukup besar. Pada

bulan Agustus 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 2.591.020, pendapatan diluar

usaha tani sebesar Rp. 4.184.816 dengan kontribusi pendapatan sebesar 61,9%,

maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini cukup besar.

Pada bulan September 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.819.041, pendapatan

diluar usaha tani sebesar Rp. 5.838.765 dengan kontribusi pendapatan sebesar

65,4%, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan ini

cukup besar. Pada bulan Oktober 2017 pendapatanusaha sebesar Rp. 3.957.551,

pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 5.272.163 dengan kontribusi pendapatan

sebesar 75,1%, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan

ini besar. Pada bulan November 2017 pendapatan usaha sebesar Rp. 3.480.816,

pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 5.901.714 dengan kontribusi pendapatan

sebesar 59,0%, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan

ini besar. Pada bulan Desember 2017 pendapatan usaha sebesar Rp 4.122.306,

pendapatan diluar usaha tani sebesar Rp. 6.348.765 dengan kontribusi pendapatan

sebesar 64,9%, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pendapatan pada bulan

ini cukup besar.

Dengan rata-rata pendapatan usaha tani dari Januari sampai dengan

Desember pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.172.744, rata-rata pendapatan diluar

usaha tanidari Januari sampai dengan Desember pada tahun 2017 sebesar Rp.

4.906.115, dan rata-rata kontribusi pendapatan dari Januari sampai dengan

Desember pada tahun 2017 sebesar 64,6%, maka dapat disimpulkan bahwa

61

Universitas Sumatera Utara


kontribusi pendapatan pada tahun 2017 cukup besar. Sehingga dari hasil analisis

penelitian ini dapat dipastikan bahwa usaha tani di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

masyarakat yang menjalankan usaha tani.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui, bahwa sangat banyak

responden yang menyatakan bahwa usaha tani sawit di Kecamatan Sinunukan

Kabuapten Mandailing Natal ini sangat memiliki kontribusi yang cukup besar

terhadap pendapatan warga yang menjalan usaha tani kelapa sawit.

62

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat

diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat yang menjalankan usaha tani di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri

(Hak Milik). Walaupun harga buah sawit sering tidak stabil yang

terkadang naik dan turun, namun tidak menjadi resiko yang berdampak

besar terhadap hasil pendapatan usaha yang diterima. Jika harga buah

sawit naik terkadang hasil produksi yang menurun dan jika harga buah

sawit menurun yang terjadi sebaliknya, yaitu hasil produksi yang

meningkat. Dalam sebulan kebun dapat memproduksi sebanyak 2 kali

panen dengan hasil produksi dalam kisaran 1-4 Ton/Ha dan hasil produksi

langsung dijual ke agen atau pabrik terdekat.

2. Rata-rata harga buah/Kg pada tahun 2017 sebesar Rp. 1.450, rata-rata hasil

produksi/Ha pada tahun 2017 sebesar 3.203 Kg, rata-rata pendapatan

usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.413.560 dan rata-rata

penerimaan usaha tani pada tahun 2017 sebesar Rp. 4.638.050 dengan

biaya usaha sebesar Rp. 1.224.490 dapat dipastikan bahwa usaha tani di

Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal sudah cukup baik

dalam membantu perekonomian dan kebutuhan sehari-hari warga yang

menjalankan usaha tani.

63

Universitas Sumatera Utara


3. Rata-rata rasio efisiensi di tahun 2017 sebesar 3,79 46 > 1, maka dapat di

simpulkan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2017 sudah efisien. Efisiensi

tersebut membuktikan bahwa usaha tani kelapa sawit di Kecamatan

Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal sangat membantuk masyarakat

yang menjalankan usaha tani dalam perekonomian atau dalam memenuhi

kebutuhan sehari-harinya.

4. Rata-rata pendapatan usaha tani dari Januari sampai dengan Desember

pada tahun 2017 sebesar Rp. 3.413.560, rata-rata pendapatan diluar usaha

tani dari Januari sampai dengan Desember pada tahun 2017 sebesar Rp.

4.906.115, dan rata-rata kontribusi pendapatan dari Januari sampai dengan

Desember pada tahun 2017 sebesar 69,7%, maka dapat disimpulkan bahwa

kontribusi pendapatan pada tahun 2017 cukup besar. Sehingga dari hasil

penelitian ini dapat dipastikan bahwa usaha tani di Kecamatan Sinunukan

Kabupaten Mandailing Natal memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi masyarakat yang menjalankan usaha tani.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dapat diberikan saran

kepada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini, yaitu:

1. Walaupun harga buah sawit sering tidak stabil yang terkadang naik dan

turun, masyarakat harus mampu mengimbangi hasil produksi dengan

harga buah sawit sehingga pendapatan usaha tani tidak anjlok dan bisa

lebih meningkat lagi.

64

Universitas Sumatera Utara


2. Walaupun rasio efisiensi di tahun 2017 cukup besar bukan berarti

masyarakat harus lengah dalam memanajemen usaha tani tersebut, dan

sebaliknya masyarakat yang menjalankan usaha tani harus lebih aktif agar

dapat meningkatkan efisiensi usaha tani kelapa sawit di Kecamatan

Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal.

3. Dengan kontribusi pendapatan yang cukup besar masyarakat yang

menjalankan usaha tani harus dapat menjaga hal tersebut, karena

kurangnya kontribusi pendapatan akan berdampak pada kondisi

perekonomian keluarga dan rumah tangga.

65

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amelian J,(2014). Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan


Pelepat Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, Bogor: Fakultas
ekonomi dan manajemen, Institusi Pertanian Bogor.

Anonim, (2008). “UK Farm Incomes Weather The Storms in 2007”, Journal
Agra Europe, 2295 Feb 1, 2008: p,N1.

Badan Pusat Statistika Daerah Kabupaten Mandailing Natal, (2010).


https://mandailingnatalkab.bps.go.id (15 Nov. 2017)

Cha-um, Takabe T, Kirdmane C,(2010).“Ion Contents, Relative Electrolyte


Leakage, Proline Accumulaion, Photosynthetic Abilities and Growth
Character of Oil Palm Seedlings in Responses to Salt Stress”, Pak, J,
Bot, 42 (3)-291-2020.

Chochard,B,, Benjamin A,, Norbeck B,Roch Desmier de C, Anatole K, Bruno N,


Alphonse O, Abdul RP, Jem-Christhope G, Jean-Louis
N,(2009).Geograpic and Genetic Structure of Africa Oil Palm
Diversity Suggest New Aproaches to Breeding, Tree
Genetics&Genomes.

Daniel, M,S Moehar, (2002).Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara,


Jakarta.

Hariyadi, (2017).Pelatihan Petani Kelapa Sawit Dalam Rangka Peningkatan


Produktivitas dan Kualitas TBS Perkebunan Sawit
RakyatKabupaten Mandailing Natal, Asosiasi Petani Kelapa Sawit
Indonesia, Bogor.

Hadisapoetra,(1973).Biaya dan Pendapatan di Dalam Usahatani, UGM,


Yogyakarta.

Irsyadi Siradjudd in,(2016).“Analisis Serapan Tenaga Kerja dan Pendapatan


Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Pelawan”, Skripsi.

Kiswanto, Purwanta, J,M & Wijayanto, (2008).Teknologi Budidaya Kelapa


Sawit, Balai Besar Pengkajian Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan,

Kurniati, E,(2008).Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang


Aktif, Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri-UPN Veteran Jawa Timur.

66

Universitas Sumatera Utara


Kusumosuwidho, Sisdjiatmo, (2003).Dasar-Dasar Demografi, Erlangga,
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Makeham, J,P dan Malcolm, R,L,(1991).Manajemen Usahatani Daerah Tropis,


LP3ES, Jakarta.

Mubyarto, (1994).Pengantar Ekomoni Pertanian, LP3ES, Jakarta.


2nd
Mukherjee,(2009).Principles of Management and Organization Behaviour,
Edition, Tata McGraw-Hill Education Private Limited,

Pahan, I,(2013).Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari


Hulu Hingga Hilir, Penebar Swadaya, Jakarta.

Risza, S,(1994).Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas, Kanisius,


Yogyakarta.

Soekartawi, (1995).Analisis Usahatani,UI Press,Jakarta.

Soekartawi, (2003).Prinsip Ekonomi Pertanian, Rajawali Press, Jakarta.

Soekartawi,(2006).Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta.

Sriyoto, Winda H & Ketut S, (2007). Economic Effiency of Paddy Farming at


Two Different land Typologies in Bengkulu Province and Their
Determinant Factors, Jurnal Akta Agrosia Aedisi Khusus, No, 2 hlm,
155-163.

Sukirno, S,(2013).Makro Ekonomi : Teori Pengantar, Edisi Ketiga, PT, Rasa


Grafindo Persada, Jakarta.

Syamsuddin dan Damayanti, (2011).Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,


Remaja Rosdakarya, Bandung.

Umar, Husein, (2003).Metodologi Penelitian : Aplikasi Dalam Pemasaran,


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Vidanarko,(2011).Buku Pintar Kelapa Sawit, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Winardi,(1998).Ilmu Ekonomi Aspek-Aspek Metodologinya, Rineka Cipta,


Jakarta.

67

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai