ABSTRACT
DWI RIZKI JULISTIA. Income Analysis of Rice-fish farming in Margoluwih
Village, Seyegan Subdistrict, Sleman Regency. Supervised by YUSMAN
SYAUKAT.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani
Minapadi di Desa Margoluwih Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman berhasil
diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Kedua orangtuaku tercinta bapa M.Sianipar dan mama Farida serta kakak
Natalia yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktu, ilmu, arahan, saran, serta kesabaran kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. A. Faroby Falatehan, S.P, M.E selaku dosen penguji utama dan
Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari komisi
pendidikan departemen yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen serta staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
atas ilmu, kesabaran, dan bimbingan yang telah diberikan.
5. Bapak Sigit dan Mas Timbul selaku ketua dan sekretaris kelompok tani Mina
Murakabi, serta Bapak Sarjuni dan Bapak Tri selaku ketua dan bendahara
kelompok tani Sarana Makmur di Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan,
Kabupaten Sleman yang telah memberikan waktu, informasi, pelajaran, dan
dukungan selama penelitian.
6. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman serta
penyuluh lapang pertanian dan perikanan Kecamatan Seyegan yaitu Bapak
Satriyo, Bapak Irfan, dan Bapak Warsono, yang telah memberikan waktu,
kesempatan, informasi, pelajaran, dan dukungan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Luas panen,produksi, dan produktivitas tanaman padi di Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2004-2014 ........................................................................... 2
2 Luas area dan produksi ikan konsumsi menurut jenis usaha di Kabupaten
Sleman Tahun 2015 .......................................................................................... 4
3 Matriks metode analisi data ............................................................................ 24
4 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Desa Margoluwih ............... 33
5 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Margoluwih .................................... 34
6 Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Margoluwih ........................................... 35
7 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan sebaran usia ............... 37
8 Jumlah minapadi dan monokultur berdasarkan tingkat pendidikan ............... 37
9 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga........................................................................................................... 38
10 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan status penguasaan
lahan ................................................................................................................ 39
11 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan luas lahan sawah ....... 39
12 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkanstatus usahatani .......... 40
13 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan pengalaman
budidaya padi .................................................................................................. 41
14 Jumlah petani minapadi berdasarkan pengalaman budidaya ikan .................. 42
15 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan motivasi melakukan
usahatani ......................................................................................................... 42
16 Penggunaan input dan biaya usahatani minapadi dan monokultur................. 44
17 Output usahatani minapadi dan usahatani monokultur................................... 52
18 Penerimaan usahatani minapadi dan usahatani monokultur ........................... 54
19 Analisis pendapatan usahatani minapadi dan usahatani monokultur ............. 55
20 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
melakukan usahatani minapadi ....................................................................... 58
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Skema kerangka pemikiran operasional penelitian ........................................ 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Karakteristik petani minapadi..................................................................... ....74
2 Karakteristik petani monokultur............................................. ........................ 75
3 Jumlah produksi hasil usahatani minapadi dan usahatani
monokultur............................................................ ....................................... ..76
4 Hasil olah data analisis regresi logistik program Minitab 15.0 for
windows .............................................................................................. ...........77
5 Dokumentasi penelitian............................... ............................................... ....78
1
I PENDAHULUAN
Kondisi alih fungsi lahan memberi dampak bagi penurunan produksi hasil
pertanian. Hal ini mendorong diperlukannya upaya untuk mengembangkan
teknologi budidaya padi yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap
kesejahteraan dan pendapatan petani serta ketahanan pangan dalam situasi
penurunan luas lahan dan produktivitas hasil pertanian.
Abuasir et al. (2004) dan Berg et al. (2012) mengatakan bahwa salah satu
cara mengatasi permasalahan penuruan jumlah produksi hasil pertanian akibat
penurunan luas lahan adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan sistem
intensifikasi. Intensifikasi lahan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
dengan penganekaragaman komoditas bahan makanan dalam satu lahan usahatani
secara terpadu, seperti sistem usahatani minapadi yaitu pembudidayaan padi di
sawah bersamaan dengan pembudidayaan ikan secara terintegrasi. Hal serupa juga
dikatakan oleh Pengseng (2013) dalam penelitiannya di Selatan Thailand bahwa
kegiatan usahatani minapadi memberikan dampak positif bagi petani dalam
memaksimalkan sumberdaya lahan sawah yang dimilikinya.
Sudirman dan lrawan (1994) mengemukakan berbagai macam keuntungan
yang dapat diperoleh dari sistem usahatani minapadi. Pertama, usahatani minapadi
menambah sumber pendapatan bagi petani dengan hasil produksi ikan dan padi.
Kedua, penerapan usahatani minapadi meningkatkan produksi tanaman padi
kerena kesuburan tanah dapat ditingkatkan, pertumbuhan gulma dapat ditekan
3
sehingga kompetisi untuk memperebutkan unsur hara antara padi dan gulma dapat
berkurang, serta perkembangan populasi hama dan penyakit tanaman dapat
dikurangi. Ketiga, usahatani minapadi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dan produktifitas lahan.
Sektor pertanian yang menjadi sektor penunjang kebutuhan pangan
masyarakat membuat sektor pertanian memiliki peranan yang penting, sehingga
jika terjadi adanya penurunan produksi hasil pertanian maka akan mempengaruhi
jumlah konsumsi masyarakat akan kebutuhan pangan. Usahatani minapadi
menjadi diperlukan dalam menjaga ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan
pangan rumah tangga khususnya masyarakat di pedesaan (Kunda et al. 2014).
Rabbani et al. (2004a) dalam penelitian produksi usahatani minapadi di
Mymensingh, Bangladesh mengungkapkan usahatani minapadi dalam proses
produksinya menghasilkan padi dan ikan yangmenjadi sumber utama kebutuhan
karbohidrat dan protein bagi keluarga petani.
Penurunan jumlah produksi hasil pertanian tentunya akan mengurangi
jumlah pendapatan petani, namun Lantarsih (2016) juga Fausayana dan
Rosmarlinasiah (2008) mengatakan bahwa usahatani dengan sistem minapadi
sebagai bentuk tumpang sari pemeliharaan ikan di sawah yang bersamaan dengan
pemeliharaan padi merupakan teknologi budidaya yang mampu memberikan
kontribusi positif terhadap petani padi yaitu dalam peningkatan produktivitas
lahan dan produksi padi serta dapat meningkatkan pendapatan petani.
Usahatani minapadi memang memerlukan biaya input yang lebih besar
dibandingkan dengan usahatani monokultur karena output usahatani minapadi
ialah padi dan ikan, namun petani minapadi akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan keuntungan petani monokultur. Petani minapadi
juga tetap mendapatkan penerimaan walaupun dihadapi oleh kondisi gagal panen
tanaman padi. Hal ini tentu menjadikan usahatani minapadi lebih menguntungkan
jika dibandingkan dengan usahatani monokultur (Nnaji et al. 2013).
Dalam pelaksanaan usahatani minapadi di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Kabupaten Sleman menjadi wilayah pilihan karena potensi sektor pertaniannya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2015), pada tahun 2014 Kabupaten Sleman
memiliki luas lahan sawah dan lahan sawah teririgasi terluas diantara kabupaten
4
lainnya, yakni seluas 22.233 ha untuk lahan sawah dan 21.650 ha untuk lahan
sawah teririgasi. Hal ini menjadikan Kabupaten Sleman wilayah yang potensial
untuk dilakukan budidaya minapadi.
Kecamatan Seyegan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman
yang menerapkan sistem budidaya padi bersama dengan ikan atau Dinas bidang
Perikanan Kabupaten Sleman menyebutnya sebagai minapadi kolam dalam.
Lahan minapadi kolam dalam adalah lahan persawahan untuk kegiatan tanaman
padi yang juga secara bersamaandibuat kolam ikan dengan perbandingan bagian
untuk kolam maksimal 20% dari lahan sawah dengan kedalaman kolam minimal
80cm (Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman 2016).
Tabel 2 Luas area dan produksi ikan air tawar menurut jenis usaha di Kabupaten
Sleman tahun 2015
Kolam Minapadi Perairan Umum
Kecamatan Produksi Luas Produksi Produksi
Luas (Ha) (Kg) (Ha) (Kg) Luas (Ha) (Kg)
Gamping 33,61 994.260 1,21 1.450 11,2 8.000
Godean 63,36 1.996.050 2,91 4.910 11,4 10.980
Moyudan 100,67 4.170.760 2,01 4.650 23,4 9.760
Minggir 66,14 1.940.510 3,93 3.690 16,5 15.970
Seyegan 104,37 3.962.730 26,09 95.350 18,4 10.640
Mlati 88,71 3.143.220 5,49 9.300 19,0 9.240
Depok 60,86 3.080.690 2,76 4.150 9,7 6.840
Berbah 55,01 2.363.190 4,36 11.790 20,0 18.200
Prambanan 18,99 487.580 0,93 2.040 9,7 4.650
Kalasan 99,49 3.720.910 5,66 13.080 34,0 15.100
Ngemplak 119,50 5.604.480 8,40 22.450 44,6 28.350
Ngaglik 10,04 249.010 4,98 2.850 14,9 9.240
Sleman 13,06 365.880 1,30 1.530 9,7 5.260
Tempel 26,20 610.170 2,36 3.130 9,9 5.890
Turi 35,26 1.205.200 4,81 6.460 17,2 10.650
Pakem 19,22 429.060 2,23 7.470 11,5 10.170
Cangkringan 45,30 1.856.700 9,57 25.700 27,9 11.260
Total 959,85 36.180.400 89 220.000 312 190.200
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2016)
II TINJAUAN PUSTAKA
karena tidak menggunakan bahan kimia untuk mengurangi hama dan gulma
(Dwiyana dan Mendoza 2006).
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2016)
mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan usahatani minapadi ialah:
a) Usahatani minapadi yang menghasilkan ikan konsumsi dan tanaman padi
secara bersamaan dilahan sawah guna memenuhi kebutuhan konsumsi
pangan masyarakat
b) Usahatani minapadi dilakukan untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakat
c) Usahatani minapadi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan
sawah
d) Usahatani minapadi dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani
Keuntungan bagi petani yang melakukan usahatani minapadi ialah:
a) Dalam memproduksi padi tidak menggunakan pestisida dan herbisida
b) Petani tetap diuntungkan dengan hasil produksi ikan walaupun dihadapi
oleh kondisi gagal panen padi
c) Usahatani minapadi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit pada
tanaman padi
d) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani
pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Biaya tidak tetap atau biaya variabel
didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, seperti biaya untuk sarana produksi. Jika menginginkan produksi yang
tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah begitu juga dengan pupuk dan
sebagainya, sehingga biaya tidak tetap sifatnya berubah-ubah tergantung dari
jumlah produksi yang diinginkan.
Biaya produksi dalam pelaksanaan usahatani juga dibedakan menjadi
biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang
dibayar secara tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman,
sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tidak tunai adalah biaya tenaga kerja dalam
keluarga (Hernanto 1989).
Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk penggunaan input dalam
melakukan usahatani akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan
diterima oleh petani. Soekartawi (1995) mengatakan bahwa pendapatan
merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dalam melakukan usahatani, sehingga besarnya pendapatan seorang
petani akan bergantung pada komponen penerimaan dan pengeluaran dalam
proses produksi. Tingkat pendapatan oleh petani juga akan menggambarkan
berhasil atau tidaknya kegiatan usahatani yang dilakukan petani.
Menurut Suratiyah (2006) besarnya biaya dan pendapatan yang diperoleh
petani tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi produksi usahatani tetapi juga
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi biaya dan
pendapatan usahatanimeliputi faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
manajemen. Faktor internal meliputi umur petani, pendidikan, pengalaman,
jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal. Faktor eksternal yaitu input
meliputi ketersediaan dan harga serta output meliputi permintaan dan harga.
dibagi menjadi enam plot masing-masing 144m2, tiga plot untuk usahatani dengan
sistem monokultur dan tiga plot lainnya untuk usahatani dengan sistem minapadi.
Analisis pendapatan dilakukan dengan mengurangi penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan dari setiap usahatani yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi pada usahatani
monokultur lebih besar dibandingkan dengan produksi padi pada usahatani
minapadi, yaitu sebesar 78 kg untuk monokultur dan 60,5 kg untuk minapadi.
Pada usahatani minapadi juga menghasilkan produksi ikan sebanyak 68,14 kg.
Penerimaan serta biaya pada usahatani minapadi lebih besar dibandingkan dengan
usahatani monokultur. Pada usahatani minapadi, penerimaan yang didapat sebesar
₦27.576 dari hasil penjualan padi dan ikan, serta biaya total yang dikeluarkan
sebesar ₦19.980 (₦ adalah Naira mata uang negara Nigeria). Pada usahatani
monokultur, penerimaan yang didapat sebesar ₦7.800 yang hanya didapat dari
hasil penjualan padi, dan biaya total yang dikeluarkan sebesar ₦5.050. Total
pendapatan usahatani minapadi lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan
usahatani monokultur, yaitu sebesar ₦7.596 untuk minapadi dan ₦2.750 untuk
monokultur.
Pengseng (2013) melakukan penelitian mengenai On Farm Trial with Rice
Fish Cultivation in Nakhon Si Thammarat Southern Thailand. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk menganalisis secara ekonomi dan ekologi budidaya
integrasi antara budidaya padi dengan budidaya ikan dan dibandingkan dengan
budidaya padi monokultur. Percobaan dilakukan pada lahan atau plot yang dibagi
masing-masing seluas 5.600m2, tiga plot untuk usahatani dengan sistem
monokultur dan tiga plot lainnya untuk usahatani dengan sistem minapadi.
Analisis pendapatan dengan selisih anatara penerimaan dan biaya menjadi alat
analisis yang digunakan untuk menganalisis usahatani minaadi secara ekonomi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa produksi padi yang dihasilkan pada
lahan minapadi lebih besar daripada produksi padi yang dihasilkan pada lahan
monokultur. Usahatani minapadi dapat menghasilkan padi sebanyak 1.122 kg dan
ikan sebanyak 216 kg.Biaya total yang dikeluarkan usahatani minapadi lebih
besar dibandingkan dengan usahatani monokultur, namun keuntungan yang
didapat pada usahatani minapadi juga lebih besar jika dibandingkan dengan
15
usahatani monokultur yaitu sebesar 7.338 baht untuk usahatani minapadi dan
1.719 baht untuk usahatani monokultur.
Bosma et al. (2012) melakukan penelitian mengenai Factors Affecting
Farmers Adoption Of Integrated Rice-Fish Farming Systems in The Mekong
Delta, Vietnam. Penelitian ini dilakukan terhadap 48 petani minapadi dan 46
petani monokultur. Alat analisis yang digunakan adalah analisis komponen
prinsipal dan regresi biner logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi usahatani
minapadi adalah luas lahan, kondisi lahan yang teririgasi, akses terhadap bantuan
modal, dan pengetahuan serta pengalaman budidaya padi dan ikan. Penelitian juga
menunjukkan pendapatan usahatani dengan sistem minapadi lebih besar
dibandingkan usahatani dengan sistem monokultur.
Penelitian lainnya adalah mengenai Comparative Productivity,
Profitability and Efficiency of Rice Monoculture and Rice-Fish Culture Systems in
Magelang District, Central Java, Indonesia oleh Dwiyana dan Mendoza (2006).
Tujuan dari penelitian ini ialah membandingkan produktifitas, pendapatan, dan
efisiensi dari usahatani monokultur dan usahatani minapadi. Penelitian ini
dilakukan terhadap 74 petani monokultur dan 144 petani minapadi dengan metode
analisis produktivitas berdasarkan perbandingan jumlah produksi terhadap lahan,
analisis pendapatan dengan menghitung selisih antara total penerimaan dengan
biaya total tunai dan non tunai, serta analisis efisiensi yang terbagi menjadi dua,
yaitu efisiensi alokatif meliputi efisiensi penggunaan lahan, tenaga kerja, dan
modal serta efisiensi teknis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas padi pada usahatani
monokultur sebesar 4,86 ton/ha dan lebih besar dibandingkan dengan
produktivitas padi pada usahatani minapadi sebesar 4,49 ton/ha. Pendapatan rata-
rata yang diperoleh dari usahatani minapadi dalam satu kali musim tanam lebih
besar dibandingkan dengan usahatani monokultur yaitu sebesar Rp 4.719.400
untuk usahatani minapadi dan Rp 2.858.000 untuk usahatani minapadi. Hal ini
terjadi karena pada usahatani minapadi petani mendapatakan tambahan
penerimaan dari hasil penjualan ikan. Analisis pada efisiensi alokatif menunjukan
bahwa usahatani minapadi lebih efisien pada penggunaan lahan, namun pada
16
penggunaan tenaga kerja dan modal usahatani monokultur lebih efisien, dan untuk
efisiensi teknis hasil penelitian menunjukan bahwa nilai efisiensi teknis usahatani
minapadi lebih kecil dibandingkan dengan usahatani monokultur, hal ini
dikarenakan adanya kompetisi antara padi dan ikan dalam relasi penggunaan
lahan dan air pada usahatani minapadi.
Rabbani et al. (2004b) melakukan penelitian mengenai An Economic Study
on Alternate Rice-Fish Culture in Selected Areas of Mymensingh District in
Bangladesh. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan tingkat pendapatan pada
usahatani minapadi. Penelitian ini dilakukan terhadap 80 petani yang dipilih
secara sengaja dan dibagi menjadi tiga klasifikasi usahatani minapadi berdasarkan
luas lahan kepemilikan, yaitu 24 petani minapadi skala kecil dengan luas
kepemilihan lahan 0,02 ha sampai 1,01 ha, lalu 44 petani minapadi skala
menengah dengan luas kepemilikan lahan 1,02 ha sampai 3,03 ha, dan 12 petani
skala besar dengan luas kepemilikan lahan diatas 3,03 ha.
Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani minapadi merupakan
usahatani yang menguntungkan karena dalam pelaksanaan usahatani, petani tidak
hanya memproduksi padi tetapi juga memproduksi ikan. Biaya yang dikeluarkan
dalam usahatani minapadi sebesar ₮46656.25/ha, 47079.26/ha, dan 54268.74/ha
untuk usahatani minapadi skala kecil, menengah, dan besar secara berurutan.
Pendapatan rata-rata yang diperoleh dari usahatani minapadi ialah sebesar
₮27463.50, 28226.33, dan 31018.61 untuk usahatani minapadi skala kecil,
menengah, dan besar secara berurutan (₮ adalah Taka mata uang negara
Bangladesh).
Penelitian lainnya terkait usahatani minapadi ialah mengenai Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Minapadi di Desa Pujo
Rahayu, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
oleh Abuasir et al. (2004). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengadopsi sistem usahatani minapadi
dan menghitung besarnya pendapatan petani yang mengadopsi sistem usahatani
minapadi dan yang tidak mengadopsi sistem usahatani minapadi. Penelitian
dilakukan terhadap 30 petani, 10 petani yang melakukan usahatani minapadi dan
20 petani yang tidak mengadopsi usahatani minapadi dengan metode
17
dalam keluarga sebesar 172,97 HKSP per hektar dan dari luar keluarga sebesar
30,85 HKSP per hektar. Pendapatan usahatani per hektar meningkat dengan
adanya usahatani minapadi yaitu sebesar Rp 10.266.987,40. Pendapatan menjadi
faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani
minapadi, karena terdapat hubungan positifantaravariabel pendapatandengan
motivasi utama petani melakukan usahatani minapadi.
Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, yakni menganalisis penggunaan input dan biaya produksi pada
usahatani minapadi maupun usahatani monokultur, melakukan perbandingan
pendapatan usahatani minapadi dengan usahatani monokultur,mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani
minapadi, serta lokasi penelitian dilakukan di Desa Margoluwih, Kecamatan
Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
19
Analisis pendapatan
IV METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung
menggunakan kuisioner kepada responden yang menjadi objek penelitian, yaitu
petani yang melakukan usahatani minapadi maupun petani yang melakukan
usahatani monokultur di Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten
Sleman. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistk, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman,
serta intansi lainnya yang terkait dengan penelitian.
Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan program Minitab 15.0 for windows dan Microsoft Office Excel
2007. Matriks metode analisis data dapat dilihat dalam Tabel 3.
Π = TR - TC .............................................................................................(4.1)
25
𝑇𝐶 = ∑13 9
𝑖=1 𝑉𝑖 . 𝑋𝑖 + ∑𝑗=1 𝐵𝑗 .......................................................................(4.2)
keterangan:
Π = pendapatan usahatani (Rp)
TR = total penerimaan usahatani (Rp)
TC = biaya total (Rp)
Vi = harga untuk input i (Rp/unit)
Xi = jumlah input i yang digunakan (unit)
Bj = biaya tetap untuk j (Rp/unit)
dimana:
i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 {yaitu 1 = benih padi (Rp/kg); 2 = benih ikan
(Rp/kg); 3 = pakan ikan (Rp/kg); 4 = prebiotik (Rp/liter); 5 = tetes tebu (Rp/liter);
6 = pupuk urea (Rp/kg); 7 = pupuk NPK (Rp/kg); 8 = pupuk SP-36 (Rp/kg); 9 =
pupuk phonska (Rp/kg); 10 = pupuk organik (Rp/kg); 11 = pupuk kandang
(Rp/kg); 12 = pestisida (Rp/lt); 13 = herbisida (Rp/lt)}
keterangan:
NB = nilai pembelian (Rp)
NS = nilai sisa (Rp)
n = umur ekonomis (tahun)
i1 = padi
i2 = ikan
keterangan:
Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan
Xi = variabel bebas
α = intersep
β = koefisien regresi
e = bilangan dasar logaritma natural (e+2,718)
Zi = α + βXi
Kedua sisi dari persamaan (4.8) dikalikan dengan 1+𝑒 −𝑍𝑖 sehingga
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
(1+𝑒 −𝑍𝑖 ) Pi = 1 .......................................................................................(4.9)
Dibagi dengan Pi dimana 1 disubsitusikan dengan Pi/Pi,
1 1−𝑃𝑖 1
𝑒 −𝑍𝑖 = − 1= karena 𝑒 −𝑍𝑖 = maka menjadi,
𝑃𝑖 𝑃𝑖 𝑒 𝑍𝑖
𝑒 𝑍𝑖 = 𝑃𝑖
1−𝑃𝑖
.............................................................................................(4.10)
Persamaan (4.10) ditransformasikan ke dalam persamaan logaritma natural (ln)
yaitu :
𝑃𝑖
Zi = ln 1 −𝑃𝑖 ...........................................................................................(4.11)
Persamaan (4.12) merupakan model persamaan logit atau model regresi logistik.
Berdasarkan fakor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model
logit dapat dirumuskan sebagai berikut :
29
𝑃𝑖
ln(1−𝑃𝑖 ) = Zi = α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+εi...................(4.13)
keterangan:
Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan usahatani minapadi
(1 – Pi) = peluang individu dalam mengambil keputusan non usahatani minapadi
(usahatani monokultur)
Zi = keputusan petani
α = intersep
βi = parameter koefisisen regresi untuk Xi
X1 = tingkat pendidikan formal (tahun)
X2 = luas lahan usahatani (m2)
X3 = umur petani (tahun)
X4 = jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X5 = pengalaman budidaya padi (tahun)
X6 = jarak lahan sawah dengan sumber air (meter)
εi = error term
3)Umur Petani
Umur petani diharapkan bernilai negatif. Umur menunjukkan tingkat
produktivitas seseorang dalam bekerja. Semakin tinggi umur seseorang maka
produktivitas dalam bekerja akan semakin menurun. Dalam penelitian ini, petani
dengan golongan usia muda (produktif) akan memiliki semangat yang tinggi serta
memiliki inovasi untuk mengembangkan cabang usahatani melalui minapadi.
4)Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga diharapkan bernilai positif. Semakin banyak
jumlah anggota keluarga petani akan menyebabkan semakin banyak biaya yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga terdapat
dorongan untuk meningkatkan pendapatan petani dengan mengembangkan cabang
usahatani milikinya. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah anggota keluarga
akan mendorong petani untuk mengadopsi usahatani minapadi.
5)Pengalaman Budidaya Padi
Pengalaman budidaya padi diharapkan bernilai positif. Semakin lama
pengalaman yang dimiliki petani dalam budidaya padi, maka akan mendorong
petani untuk melakukan pengembangan akan usahatani miliknya dalam
memanfaatkan lahan sawah agar meningkatkan hasil produksi dan pendapatannya
sehingga petani akan melakukan usahatani minapadi sebagai bentuk
pengembangan usahatani.
6)Jarak Lahan Sawah dengan Sumber Air
Jarak lahan sawah dengan sumber air diharapkan bernilai negatif, karena
jarak lahan sawah dengan sumber air akan mempengaruhi ketersediaan air yang
menjadi faktor penting dalam pelaksanaan usahatani minapadi. Semakin jauh
jarak lahan sawah dengan sumber air maka ketersediaan air akan semakin
terbatas, sedangkan semakin dekat lahan sawah dengan sumber air maka
ketersediaan air akan lebih banyak sehingga akan mendorong petani untuk
melakukan usahatani minapadi. Budidaya padi bersamaan dengan budidaya ikan
pada lahan sawah yang sama dapat dilaksanakan jika ketersediaan air mencukupi
untuk pengairian sawah dan juga pengisian air pada kolam dalam tempat budidaya
ikan.
31
a. Uji G
Setelah dugaan model linear logistik diperoleh, selanjutnya menguji apakah model
logit tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan kualitatif (Y)
(Juanda 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah:
H0 : β1 = β2 = β3 =...= βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan)
H1 : minimal ada βi≠ 0, untuk i = 1,2,3,....k (model dapat menjelaskan)
Keterangan:
Model A adalah model yang terdiri dari seluruh variabel
Model B adalah model yang hanya terdiri dari konstanta saja
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan)
apabila statistik -G > X2a, (k-1) maka dapat disimpulkan bahwa minimal ada βi ≠ 0
dan model dapat menjelaskan pilihan individu pengamatan.
b. Uji Wald
Untuk menguji faktor mana (βi ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap
pilihannya, diperlukan satistik uji Wald. Uji Wald dapat menguji signifikansi dari
parameter koefisien secara parsial yang serupa dengan uji-t dalam regresi linear
biasa (Juanda 2009). Hipotesis statistik yang diuji adalah:
H0 : βi = 0 untuk 1,2,3,...,k (peubah Xi tidak berpengaruh nyata)
H1 : βi ≠ 0 (peubah Xi berpengaruh nyata)
Statistik uji yang digunakan adalah:
𝛽𝑖
W = 𝑠𝑒 ................................................................................................(4.15)
𝛽𝑖
dimana:
βi = koefisien regresi
seβi = standard error of β (galat kesalahan dari β)
32
dimana:
Pi = peluang petani melakukan usahatani minapadi
1 – Pi = peluang petani tidak melakukan usahatani minapadi
33
V GAMBARAN UMUM
pertanian bersumber dari selokan air buatan yang bernama Selokan Mataram dan
aliran Sungai Krusuk yang melintasi wilayah Desa Margoluwih.
Karakteristik umum pada penelitian ini terdiri dari usia, pendidikan formal
responden, dan jumlah tanggungan keluarga.
5.2.1.1 Usia
Tingkat usia menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi petani dalam
mengambil suatu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan
usahataninya. Usia petani yang masih produktif tentu memiliki kondisi fisik yang
baik untuk menjalankan aktivitas dalam berusahatani.
Tabel 7 menyajikan data yang menunjukkan sebaran usia responden petani
pada usia produktif, yaitu usia 35-44 tahun sebesar 32% dan usia 45-54 tahun
sebesar 24% untuk petani minapadi, dan untuk petani monokultur sebagian besar
ada pada usia 45-54 tahun dan usia 55-64 tahun yang masing-masing sebesar
48%. Responden yang memilki usia paling muda berumur 22 tahun dan responden
yang memiliki usia paling tua berumur 65 tahun. Tabel 7 juga menunjukkan
bahwa usahatani minapadi banyak dilakukan oleh petani usia kurang dari 35 tahun
sebesar 16%. Kegiatan usahatani menjadi sumber mata pencaharian dalam
memenugi kebutuhan sehari-hari di Desa Margoluwih.
37
Tidak Sekolah 0 0 0 0
Tamat SD 0 0 0 0
Tamat SMP 7 28 10 40
Tamat SMA 16 64 14 56
Tamat Akademi (D1-D3) 0 0 1 4
Sarjana S1 2 8 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Sumber: Data Primer, diolah (2017)
atau milik saudaranya untuk diusahakan kegiatan budidaya minapadi dan 9 orang
petani lainnya (36%) mengelola lahan sawah yang merupakan miliknya sendiri.
Berbeda halnya dengan petani monokuktur ada 12 orang petani (48%) yang
mengelola lahan sawah miliknya sendiri dan sebanyak 13 orang petani (52%)
menyewa lahan sawah untuk melakukan kegiatan budidaya padi monokultur.
Status penguasaan lahan petani dapat diihat dari Tabel 10.
Milik 9 36 12 48
Sewa 16 64 13 52
Jumlah 25 100 25 100
Sumber: Data Primer, diolah (2017)
Luas lahan sawah petani responden mulai dari 0,05 ha sampai 0,2 ha.
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani minapadi dan
petani monokultur mengelola lahan sawah seluas 0,1 ha sampai dengan 0,15 ha
dengan jumlah responden sebanyak 14 orang (56%) untuk petani minapadi dan
sebanyak 17 orang (68%) untuk petani monokultur. Sementara itu, luas lahan
sawah terbesar ialah 0,2 ha atau seluas 2000 m2 lebih banyak diusahakan oleh
petani minapadi sebanyak 36% dibandingkan dengan petani monokultur yang
hanya sebesar 24%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan lahan sawah
yang luasannya paling besar lebih banyak dikelola oleh petani minapadi
dibandingkan dengan petani monokultur.Luas lahan sawah petani minapadi dan
monokultur Desa Margoluwih dapat dilihat dari Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah petani minapadi dan monokultur berdasarkan luas lahan sawah
Petani Minapadi Petani Monokultur
menghasilkan produksi yang lebih berkualitas dan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa pengalaman budidaya padi di
Desa Margoluwih beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 3 tahun dan
paling tinggi yaitu 50 tahun. Sebagian besar petani responden minapadi memiliki
pengalam budidaya padi kurang dari 10 tahun sebanyak 8 orang (32%) hal ini
sejalan dengan usahatani minapadi yang baru mulai diusahakan sejak tahun 2012
sehinggga banyak petani yang mencoba melakukan usahatani minapadi dengan
pengalaman budidaya padi yang kurang dari 10 tahun, namun rata-rata petani
minapadi sudah memiliki pengalaman budidaya padi berkisar 10 sampai 30 tahun.
Hal serupa juga terjadi pada responden petani monokultur yang sebagian
besar memiliki pengalaman budidaya padi 10 sampai 20 tahun sebanyak 8 orang
(32%) dan pengalaman budidaya padi 21 sampai 30 tahun sebanyak 7 orang
(28%). Kegiatan usahatani padi merupakan salah satu bentuk usaha yang
diperoleh secara turun temurun sehingga para petani sudah memperoleh
pengalaman budidaya padi sejak kecil.
sebanyak 13 orang petani minapadi (52%) dan sebanyak 8 orang petani minapadi
(32%) memiliki pengalaman budidaya ikan kurang dari 5 tahun.
6.1 Penggunaan Input dan Biaya Produksi Pada Usahatani Minapadi dan
Usahatani Monkultur
Perbedaan rata-rata penggunaan input produksi dan biaya yang dikeluarkan pada
usahatani minapadi dan monokultur terlihat dalam Tabel 16.
Biaya Tunai
Benih Padi (kg/ha) 54,4 553.600 41,6 427.600 10.220
Benih Ikan (kg/ha) 706 19.688.000 0 - 27.840
Pakan Ikan (kg/ha) 2190 20.373.600 0 - 9.307
Prebiotik (liter/ha) 7,6 509.200 0 - 67.120
Tetes Tebu (liter/ha) 10 68.800 0 - 4.960
Pupuk Urea (kg/ha) 84 186.000 282 727.000 1.910
Pupuk NPK (kg/ha) 74 246.000 198 710.000 2.120
Pupuk SP-36 (kg/ha) 0 - 48,4 151.000 1.570
Pupuk Phonska (kg/ha) 68 187.000 0 - 980
Pupuk Organik (kg/ha) 912 684.000 658 493.500 540
Pupuk Kandang (kg/ha) 0 - 102 129.000 460
Pestisida (liter/ha) 0 - 4,2 345.200 69.040
Herbisida (liter/ha) 0 - 3 286.000 57.200
Biaya Pengairan
420.000 264.000 342.000
(Rp/ha/musim tanam)
Biaya Sewa Traktor
708.000 644.000 676.000
(Rp/ha/musim tanam)
Biaya Sewa Lahan
3.360.000 2.333.333 2.846.667
(Rp/ha/musim tanam)
Pajak Lahan
186.667 198.667 192.667
(Rp/ha/musim tanam)
Iuran Anggota
20.000 12.000 16.000
(Rp/musim tanam)
Simpanan Wajib
Anggota Koperasi - 20.000 20.000
(Rp/musim tanam)
Tenaga Kerja Luar
24 9.520.760 18 6.411.350 376.442
Keluarga (HOK)
Sub Total 56.711.627 13.152.650 4.723.042
Biaya yang
Diperhitungkan
Tenaga Kerja Dalam
62,8 4.972.000 23 4.108.000 128.890
Keluarga (HOK)
Penyusutan Alat
1.785.467 293.600 1.039.533
(Rp/musim tanam)
Sub Total 6.757.467 4.401.600 1.168.424
Total Biaya
63.469.093 17.554.250 5.891.466
(Rp/ha/musim tanam)
Sumber: Data Primer, diolah (2017)
monokultur yang hanya menggunakan 41,6 kg/ha dengan rata-rata harga benih
padi Rp 10.220/kg. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pola tanam padi yang
berbeda pada usahatani minapadi dan monokultur. Jenis benih padi yang
digunakan pada usahatani minapadi dan monokultur tidaklah berbeda, petani
responden minapadi dan monokultur menggunakan jenis benih padi Ciherang atau
IR 64. Pada usahatani monokultur dilakukan pola tanam tegel atau pola segi
empat seperti ubin pada lahan sawah, sedangkan pada usahatani minapadi dari
total luas lahan sawah keseluruhan 20% digunakan sebagai kolam dalam untuk
ikan, dan sisa lahan 80% digunakan untuk menanam padi dengan pola tanam jajar
legowo 2:1. Pola tanam jajar legowo 2:1 dipakai oleh petani minapadi untuk
memaksimalkan penanaman padi pada sisa luas lahannya, sehingga dengan pola
tanam jajar legowo 2:1 petani minapadi menggunakan benih padi dengan jumlah
yang lebih banyak dibandingkan dengan petani monokultur yang menggunakan
pola tanam tegel. Pada usahatani minapadi, ikan menjadi salah satu produk
usahatani, dan ikan nila merah menjadi produk hasil usahatani minapadi di Desa
Margoluwih, sehingga benih ikan nila merah, pakan ikan, prebiotik dan tetes tebu
menjadi input dalam usahatani minapadi dan input tersebut tidak terdapat dalam
usahatani monokultur. Pengisian air dan penebaran benih ikan nila pada usahatani
minapadi dilakukan setelah 14 hari penanaman padi. Rata-rata benih ikan nila
yang digunakan oleh petani minapadi ialah sebanyak 706 kg/haatau tebaran 2
sampai 3 ekor benih setiap m2 dengan berat benih ikan 25 gr/ekor dengan rata-rata
harga benih ikan nila merah Rp 27.840/kg.
Jenis pupuk yang digunakan pada usahatani minapadi tidak jauh berbeda
dengan penggunaan pupuk usahatani minapadi. Pupuk urea, NPK, dan organik
menjadi pupuk yang sama-sama digunakan oleh usahatani minapadi maupun
usahatani monokultur, namun pada usahatani minapadi juga digunakan pupuk
phonska dan pada usahatani monokultur juga digunakan pupuk SP-36 dan pupuk
kandang. Jumlah pupuk yang digunakan juga berbeda antara usahatani minapadi
dan monokultur. Pada usahatani monokultur lebih banyak menggunakan pupuk
daripadi usahatani minapadi, usahatani monokultur per hektar lahan sawah
menggunakan pupuk urea sebanyak 282 kg, pupuk NPK 198 kg, pupuk SP-36
48,4 kg, pupuk organik 658 kg, dan pupuk kandang 102 kg, sedangkan usahatani
46
minapadi per hektar lahan sawah hanya menggunakan pupuk urea sebanyak 84
kg, pupuk NPK 74 kg, pupuk phonska 68 kg dan pupuk oganik 912 kg. Perbedaan
jenis pupuk dan jumlah pupuk dikarenakan pada usahatani monokultur terdapat
tiga kali pemupukan sedangkan dalam usahatani minapadi cukup satu kali
pemupukan dan selanjutnya pemupukan dilakukan secara alami dari kotoran ikan
dan pakan ikan, sehingga pada usahatani minapadi juga tidak menggunakan
pupuk kandang seperti yang dilakukan pada usahatani monokultur.
Input lainnya yang berbeda dalam usahatani minapadi dan monokultur
adalah penggunaan pestisida dan herbisida. Pada usahatani minapadi tentu tidak
digunakan pestisda dan herbisida untuk mengatasi hama dan gulma, karena
penggunaan tersebut dapat mempengaruhi ikan yang juga dibudidayakan pada
usahatani minapadi, dan pada usahatani minapadi gulma tidak dapat bertumbuh
karena ikan dapat memakan akar akar rumput yang dapat tumbuh menghalangi
pertumbuhan padi dan untuk hama tikus pada usahatani minapadi juga tidak
sebanyak pada usahatani monokultur karena adanya kolam dalam dan saluran
yang dibangun pada lahan usahatani minapadi. Tidak seperti pada usahatani
monokultur yang masih sering di serang hama tikus dan gulma, sehingga petani
monokultur menggunakan pestisida dan herbisida cair yang disemprotkan untuk
mengatasi serangan hama dan gulma.
Pada usahatani minapadi, dibutuhkan waktu tenaga kerja yang lebih
banyak dibandingkan pada usahatani monokultur. Waktu tenaga kerja yang
dicurahkan dalam usahatani minapadi sebanyak 62 HOK untuk tenaga kerja
dalam keluarga dan 24 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pada
usahatani monokultur hanya 23 HOK untuk tenaga kerja dalam keluarga dan 18
HOK untuk tenaga kerja luar keluarga. Waktu yang dicurahkan oleh tenaga kerja
dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK) lima jam per hari. Waktu tenaga
kerja dalam keluarga lebih banyak dicurahkan dibandingkan dengan tenaga kerja
luar keluarga baik dalam usahatani minapadi maupun monokultur. Hal ini terjadi
karena besarnya biaya atau upah yang dibayarkan untuk menyewa tenaga kerja
luar keluarga, sehingga petani minapadi dan petani monokultur memutuskan
untuk lebih banyak menggunakan waktu dan tenaganya sendiri dibandingkan
menyewa tenaga kerja untuk melakukan kegiatan usahataninya. Pada usahatani
47
minapadi, tenaga kerja mencurahkan waktu yang lebih banyak dalam persiapan
lahan membuat kolam dalam dan saluran atau ceren, serta adanya pemasangan
mulsa dan jaring kolam, juga tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memeberi
pakan ikan sehari dua kali yaitu pagi dan sore yang dimulai sejak benih ikan
ditebar 14 hari setelah padi ditanam dan sampai ikan dapat dipanen 10 sampai 14
hari sebelum padi dipanen, sedangkan pada usahatani monokultur tenaga kerja
tidak mencurhakan waktunya untuk melakukan kegiatan tersebut, sehingga waktu
tenaga kerja lebih banyak dicurahkan jika melakukan usahatani minapadi
dibandingkan dengan melakukan usahatani monokultur.
organik, pupuk kandang, pestisida, herbisida, biaya pengairan, sewa traktor, sewa
lahan, pajak lahan, iuran anggota, simpanan wajib anggota koperasi, dan tenaga
kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan untuk usahatani minapadi maupun
usahatani monokultur meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan penyusustan alat
pertanian. Data mengenai perbandinganbiaya usahatani minapadi dan usahatani
monokultur dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan pada
usahatani minapadi lebih besar dibandingkan dengan usahatani monokultur. Biaya
total yang dikeluarkan petani minapadi sebesar Rp 63.469.093 per hektar per
musim tanam sedangkan untuk petani monokultur sebesar Rp17.554.250 per
hektar per musim tanam. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perhitungan
biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan pada usahatani minapadi lebih besar
yaitu Rp 56.711.627 untuk biaya tunai dan Rp 6.757.467 untuk biaya yang
diperhitungkan, sedangkan usahatani monokultur biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan masing-masing hanya sebesar Rp 13.152.650 dan Rp 4.401.600.
Biaya yang lebih besar dikeluarkan oleh usahtani minapadi dikarenakan adanya
biaya benih ikan, pakan ikan, biaya untuk tenaga kerja yang membutuhkan waktu
lebih banyak pada usahatani minapadi dan biaya tersebut tidak dikeluarkan dalam
usahatani monokultur.
Penggunaan benih padi yang lebih banyak pada usahatani minapadi terjadi
karena pola tanam yang berbeda pada usahatani minapadi dan monokultur,
sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani minapadi untuk benih padi juga lebih
besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh petani monokultur untuk benih
padi. Biaya untuk benih padi pada usahatani minapadi sebesar Rp 553.600
sedangkan pada usahatani monokultur sebesar Rp 427.600. Biaya lainnya yang
dikeluarkan oleh petani minapadi namun tidak dikeluarkan oleh petani
monokultur ialah biaya benih ikan sebesar Rp 19.688.000 dan biaya pakan ikan
sebesar Rp 20.373.600, termasuk juga biaya untuk prebiotik Rp 509.200 dan
biaya untuk tetes tebu sebesar Rp 68.800.
Penggunaan pupuk yang berbeda pada usahatani minapadi dan monokultur
juga mempengaruhi biaya pupuk yang dikeluarkan. Pada usahatani minapadi
petani hanya mengeluarkan biaya untuk pupuk urea, pupuk NPK, pupuk phonska,
49
Output usahatani minapadi terdiri atas padi dan ikan, sedangkan output
usahatani monokultur hanya padi saja. Jenis benih padi yang digunakan oleh
petani di Desa Margoluwih pada usahatani minapadi maupun monokultur ialah
benih padi Ciherang dan IR 64. Usahatani minapadi tidak menggunakan benih
padi khusus, namun syarat utama benih padi yang cocok untuk dibudidayakan
pada usahatani minapadi ialah benih padi yang memeliki masa tanam 90 sampai
110 hari, tahan air, dan berukuran sedang. Dalam satu tahun terdapat tiga kali
musim tanam pada usahatani minapadi dan monokultur. Rata-rata petani minapadi
dan monokultur memanen padi setelah berusia 95 hari dan pada petani minapadi
pemanenan ikan dilakukan lebih dulu 10 sampai 14 hari sebelum padi dipanen.
Rata-rata output usahatani minapadi dan monokultur disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17 menunjukkan bahwa dilihat dari hasil panen padi, usahatani
minapadi mengahsilkan output padi yang lebih banyak yaitu 7.612 kg/ha atau
7,612 ton/ha dalam satu musim tanam dibandingkan dengan usahatani monokultur
yang hanya menghasilkan output padi sebanyak 5.652 kg/ha atau 5,652 ton/ha
dalam satu musim tanam. Berdasarkan hasil penelitian dilapang, rata-rata
kepemilikan lahan petani minapadi seluas 0,14 ha dengan luas lahan terbesar 0,2
ha dan luas lahan terkecil 0,05 ha menghasilkan rata-rata produksi padi 761,2
kgdengan produksi padi terbesar 1300 kg dan produksi padi terkecil 300 kg dan
52
juga menghasilkan rata-rata produksi ikan 254,8 kg dengan produksi ikan terbesar
370 kg dan produksi ikan terkecil 90 kg. Rata-rata kepemilikan lahan petani
monokultur seluas 0,13 hektar dengan luas lahan terbesar 0,2 ha dan luas lahan
terkecil 0,08 ha menghasilkan rata-rata produksi padi 565,2 kg dengan produksi
padi terbesar 1200 kg dan produksi padi terkecil 200 kg hal ini terjadi pada petani
monokultur yang mengalami gagal panen akibat serangan hama tikus dan padi
yang roboh akibat angin kencang.
Perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan antara usahatani minapadi dan
monokuktur juga terjadi karena benih yang ditanam pada usahatani minapadi
lebih banyak dibandingkan dengan usahatani monokultur, walaupun luas lahan
yang dipakai untuk menanam padi pada usahatani minapadi lebih sedikit karena
20% dari lahan digunakan untuk kolam dalam dan saluran air, namun sistem pola
tanam jajar legowo 2:1 yang membuat usahatani minapadi tetap membutuhkan
benih padi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan usahatani monokultur
yang memiliki sistem pola tanam tegel atau segi empat seperti ubin. Pola tanam
jajar legowo 2:1 juga membuat padi tumbuh lebih baik dikarenakan pencahayaan
sinar matahari yang tepat dan menyeluruh bagi tanaman padi, dibandingkan
dengan sistem pola tanam tegel yang hanya bagian pinggir tanaman padi yang
mendapat sinar matahari secara menyeluruh. Sistem pola tanam yang berbeda ini
juga mempengaruhi hasil produksi padi yang berbeda.
minapadi dengan kotoran ikan dan pakan ikan memberi kontibusi postif pada
kesuburan lahan sawah dan selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan padi
pada usahatani minapadi, sehingga hasil produksi padi pada usahatani minapadi
lebih banyak dibandingkan dengan hasil produksi padi usahatani monokultur.
Komposisi pupuk kimia yang digunakan usahatani minapadi juga lebih sedikit
dibandingkan pupuk kimia yang digunakan pada usahatani monokultur. Benih
ikan yang ditebar dan hidup di lahan sawah bersamaan dengan padi memberikan
pengaruh positif bagi pertumbuhan tanaman padi. Ikan yang hidup di lahan sawah
memakan akar-akar rumput sebelum tumbuh menjadi gulma bagi padi. Pakan ikan
dan kotoran ikan menjadi pupuk alami bagi tanaman padi, serta dengan adanya
kolam dalam untuk budidaya ikan di lahan sawah dapat mengurangi serangan
hama tikus bagi tanaman padi, sehingga hal ini menyebabkan hasil padi yang
dibudidayakan pada usahatani minapadi lebih banyak dibandingkan pada hasil
padi yang dibudidayakan pada usahatani monokultur.
Jenis ikan yang menjadi output dari usahatani minapadi ialah ikan nila
merah. Rata-rata output ikan nila merah yang dihasilkan pada kegiatan usahatani
minapadi sebanyak 2.548 kg/ha, dengan rata-rata benih yang ditebar sebanyak 706
kg/ha atau tebaran 2 sampai 3 ekor benih setiap m2dengan berat benih ikan
pembesaran 25 gr/ekor. Ikan yang dibudidayakan di lahan sawah bersama dengan
budidaya padi juga memberikan keuntungan bagi pertumbuhan ikan, akar-akar
rumput sebelum tumbuh menjadi gulma dan menggangu pertumbuhan tanaman
padi dapat dimakan oleh ikan dan menjadi makanan alami bagi ikan selain tetap
adanya pemberikan pakan ikan berupa pelet. Pemberian pakan ikan harus
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore selama 60 sampai 70 hari masa
pemeliharaan ikan di lahan sawah sampai ikan siap dipanen 10 sampai 14 hari
sebelum padi dipanen. Ikan yang siap dipanen adalah ikan yang memiliki berat
200 sampai 250 gr/ekor. Prebiotik dan tetes tebu yang ada pada usahatani
minapadi dicampurkan pada pelet agar kandungan pakan ikan dapat membantu
pertumbuhan ikan yang hidup di lahan sawah secara optimal. Ikan nila merah
sebagai output yang juga dihasilkan pada usahatani minapadi menambah
keuntungan bagi petani dalam memaksimalkan pemanfaatan lahan sawah serta
54
ikan nila merah menjadi output yang dapat memberikan penerimaan bagi petani
ketika petani dihadapkan pada kondisi gagal panen padi.
jual yang diterima berbeda antara petani minapadi dan petani monokultur. Harga
rata-rata untuk gabah padi pada usahatani minapadi Rp 3.896 per kg, sedangkan
harga rata-rata gabah padi pada usahatani monokultur Rp 3.668 per kg. Harga
didapat dari hasil negosiasi petani dengan pedagang yang datang pada saat panen
padi di lahan sawah. Harga rata-rata penjualan ikan nila merah hasil usahatani
minapadi sebesar Rp 24.480 per kg. Harga jual ikan nila merah juga didapat dari
hasil negosiasi petani dengan pedagang yang datang pada saat panen ikan nila
merah dilakukan di lahan sawah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 19, total penerimaan usahatani
minapadi sebesar Rp 91.919.200 per hektar per musim tanam dan total
penerimaan usahatani monokultur sebesar Rp 20.750.800 per hektar per musim
tanam. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan hasil produksi dari
56
yang diperoleh, Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai rata-rata R/C atas biaya tunai
usahatani minapadi per hektar dalam satu musim tanam ialah 1,6 dan nilai rata-
rata R/C atas biaya tunai untuk usahatani monokultur senilai 1,5 sedangkan nilai
rata-rata R/C atas biaya total usahatani minapadi per hektar dalam satu musim
tanam ialah 1,4 dan nilai rata-rata R/C atas biaya total untuk usahatani monokultur
senilai 1,1. R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total usahatani minapadi dan
monokultur bernilai lebih dari 1yang artinya kedua usahatani tersebut
menguntungkan secara ekonomi, namun R/C atas biaya tunai maupun atas biaya
total pada usahatani minapadi lebih besar dibandingkan dengan usahatani
monokultur, sehingga dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari tingkat keuntungan
berdasarkan R/C rasio, usahatani minapadi lebih menguntungkan secara ekonomi
dibandingkan dengan usahatani monokultur.
pendidikan formal (X1), luas lahan sawah (X2), umur petani (X3), jumlah
tanggungan keluarga (X4), pengalaman budidaya padi (X5), dan jarak lahan sawah
dengan sumber air (X6). Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan
petani untuk melakukan usahatani minapadi yang bernilai “satu” dan keputusan
petani untuk tidak melakukan usahatani minapadi atau melakukan usahatani
monokultur bernilai “nol”. Pengolahan model regresi logistik menggunakan
program Minitab 15.0 for windows. Hasil olah data untuk mengestimasi faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan petani dapat dilihat pada Tabel 20.
Pengujian keseluruhan model logit dapat dilakukan dengan melakukan uji
G yang menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat. Pengujian dapat dilakukan
dengan membandingkan antara nilai G dan nilai Khi kuadrat pada α tertentu
dengan derajat bebas k-1, namun apabila menggunakan program Minitab 15.0 for
windows dapat melihat dari nilai P yang menunjukkan model regresi logistik
secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan petani untuk melakukan
usahatani minapadi apabila nilai P yang dihasilkan kurang dari taraf nyata yang
digunakan yaitu 5% (α = 5%).
taraf nyata 5% (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan model tersebut layak untuk
digunakan dalam prediksi.
Pada penelitian Abuasir et al. (2004) salah satu variabel yang digunakan
untuk melihat faktor yang mempengaruhi petani adopsi usahatani minapadi di
Desa Pujo Rahayu, Belitang, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan yaitu
variabel keuntungan relatif, sehingga pada penelitian ini juga pada awal model
regresi logistik memakai variabel keuntungan, namun setelah data hasil penelitian
diolah dalam Minitab 15.0 for windows terdapat masalah dalam pengolahan data
model regresi logistik yaitu model tidak mencapai konvergen atau kegagalan
konvergensi untuk variabel keuntungan selama diiterasi oleh program Minitab
15.0 for windows. Dalam statistik masalah tersebut dikenal sebagai convergance
failure pada model regresi logistik, suatu keadaan saat terjadi kegagalan
konvergensi pada model akibat adanya complete separate yaitu nilai maksimum
pada variabel dependen “nol” tidak mencapai nilai minimum pada variabel
dependen “satu” karena variabel dependen pada regresi logistik merupakan
variabel dikotomi yaitu “satu” dan “nol” sehingga hasil yang didapat oleh model
tidak dapat dipercaya dan tidak signifikan, untuk itu variabel yang diduga memicu
adanya kegagalan konvergensi tidak diikutsertakan dalam model regresi logistik
(Allison 2008).
Hal tersebut terjadi pada penelitian ini,variabel dependen “satu” untuk
keputusan melakukan usahatani minapadi dan variabel dependen “nol” untuk
keputusan tidak melakukan usahatani minapadi atau melakukan usahatani
monokultur. Saat variabel keuntungan responden minapadi dan monokultur
diikutsertakan dalam model maka terdapat kegagalan konvergensi karena
keuntungan maksimum pada petani monokultur tidak mencapai keuntungan
minimum petani minapadi, sehingga terjadi complete separate pada model regresi
logistik. Berdasarkan hasil penelitian, keuntungan maksimum petani monokultur
memang tidak mencapai keuntungan minimum petani minapadi, sehingga untuk
mengatasi masalah complete separate tersebut keuntungan tidak lagi menjadi
variabel yang diikutsertakan untuk melihat faktor yang mempengaruhi keputusan
petani melakukan usahatani minapadi dan hanya tingkat pendidikan formal, luas
lahan sawah, umur petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman budidaya
60
padi, dan jarak lahan sawah dengan sumber air menjadi variabel yang digunakan
dalam model regresi logistik.
Hasil olah data menunjukkan terdapat dua variabel yang signifikan dalam
model regresi logistik ini, yaitu variabel umur petani (X3) dan pengalaman
budidaya padi (X5). Variabel umur petani (X3) memiliki nilai signifikan secara
statistik pada taraf nyata 5% (α = 5%) dengan nilai P sebesar 0,003. Nilai
koefisien bertanda negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi umur petani
maka keinginan untuk melakukan usahatani minapadi semakin berkurang. Nilai
odd ratio sebesar 0,81 yang berarti bahwa setiap kenaikan umur petani satu tahun
maka peluang untuk melakukan usahatani minapadi 0,81 kali lebih kecil
dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan usahatani minapadi, cateris
paribus. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan umur petani akan
mengurangi peluang untuk melakukan usahatani minapadi, dengan demikian
petani yang tergolong dalam usia muda memiliki peluang lebih besar untuk
melakukan usahatani minapadi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, rata-rata umur
petani minapadi berada pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan umu
petani monokultur. Mengacu pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa umur petani
minapadi kurang dari 35 tahun sebesar 16% dan petani minapadi dengan umur 35
sampai 44 tahun sebesar 32%, sedangkan pada petani monokultur tidak terdapat
petani yang memiliki umur kurang dari 44 tahun, kebanyakan petani monokultur
berada pada kisaran umur 45 sampai 54 tahun sebesar 48% dan umur 55 sampai
64 tahun sebesar 48%. Umur petani minapadi cenderung lebih muda
dibandingkan dengan umur petani monokultur menunjukkan bahwa umur petani
responden yang lebih muda memiliki keinginan dan kemampuan untuk
mengembangkan usahataniagar mendapatkan keuntungan maksimal dalam
pemanfaatan lahan dengan mengintegrasikan budidaya padi bersamaan dengan
budidaya ikan di lahan sawah yang sama. Umur petani akan berpengaruh terhadap
kinerja dan tenaga dalam mengelola usahataninya. Semakin tua umur petani maka
tingkat produktivitas petani dalam bekerja akan lebih rendah dibandingkan petani
61
yang memiliki umur lebih muda. Oleh karena itu, penerapan usahatani minapadi
ini membutuhkan petani yang tergolong dalam umur produktif karena usahatani
minapadi cenderung memerlukan curahan waktu dan tenaga yang lebih banyak
dibandingkan usahatani monokultur.
Variabel pengalaman budidaya padi (X5) memiliki nilai signifikan secara
statistik pada taraf nyata 5% (α = 5%) dengan nilai P sebesar 0,029. Nilai
koefisien bertanda positif yang menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman
budidaya padi yang dimiliki petani maka akan meningkatkan peluang untuk
melakukan usahatani minapadi. Nilai odd ratio sebesar 1,11 artinya setiap
kenaikan pengalaman budidaya padi satu tahun maka peluang petani untuk
melakukan usahatani minapadi 1,11 kali lebih besar dibandingkan peluangnya
untuk tidak melakukan usahatani minapadi, cateris paribus. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kecendrungan untuk melakukan usahatani minapadi adalah
petani yang memiliki pengalaman budidaya padi lebih lama, karena semakin lama
pengalaman yang dimiliki dalam budidaya padi, maka akan mendorong petani
untuk melakukan pengembangan usahataninya dalam memanfaatkan lahan sawah
agar meningkatkan hasil produksi dan pendapatannya. Berdasarkan kondisi di
lapangan, pengalaman budidaya padi lebih lama dimiliki oleh petani responden
yang melakukan usahatani monokultur. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar
28% petani monokultur memiliki pengalaman budidaya padi 21 sampai 30 tahun
sedangkan petani minapadi hanya sebesar 24%, walaupun sebesar 20% petani
minapadi dan petani monokultur memiliki pengalaman budidaya padi lebih dari
30 tahun namun kebanyakan petani minapadi memiliki pengalaman budidaya padi
kurang dari 10 tahun yaitu sebesar 32%.
Hal ini menunjukkan bahwa `kebanyakan petani responden yang
melakukan usahtani minapadi belum cukup lama memiliki pengalaman budidaya
padi, walaupun seharusnya petani yang memiliki pengalaman budidaya padi lebih
lama memiliki dorongan untuk mengembangkan usahataninya agar mendapatakan
keuntungan maksimal dalam pemanfataan lahan sawah, namun yang terjadi
dilapang petani yang memiliki pengalaman budidaya padi yang lebih lama sudah
terbiasa dengan pemanfaatan lahan untuk budidaya padi saja atau monokultur dan
enggan untuk melakukan usahatani minapadi. Sebesar 32% petani minapadi yang
62
memiliki pengalaman budidaya padi kurang dari 10 tahun memang tergolong baru
dalam menjalankan usahatani padi, namun memiliki dorongan untuk
mengembangkan usahatani padi miliknya menjadi usahatani minapadi guna
meningkatkan keuntungan. Oleh karena itu, semakin lama pengalaman budidaya
padi yang dimiliki petani responden seharusnya akan mendorong petani untuk
melakukan usahatani minapadi untuk meningkatkan pendapatan petani dalam
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan yang dimilikinya, walaupun hasil
penelitian dilapang menunjukkan kebanyakan petani responden yang melakukan
usahatani minapadi tergolong belum lama memiliki pengalaman budidaya padi.
Variabel yang tidak signifikan berdasarkan hasil olah data adalah variabel
pendidikan (X1), luas lahan sawah (X2), jumlah tanggungan keluarga (X4), dan
jarak lahan sawah dengan sumber air (X6). Variabel pendidikan (X1) tidak
signifikan secara statistik dengan nilai P sebesar 0,361 yang lebih besar dari taraf
nyata 5% (α = 5%) sehingga pengaruh pendidikan dapat diabaikan secara statistik.
Berdasarkan hasil penelitian dilapang, tingkat pendidikan petani responden
minapadi maupun monokultur rata-rata sudah tamat SMP dan tamat SMA.
Mengacu pada Tabel 8 sebesar 28% petani minapadi tamat SMP dan sebesar 64%
petani minapadi sudah tamat SMA bahkan terdapat 8% petani minapadi yang
merupakan seorang sarjana, sedangkan sebesar 40% petani monokultur sudah
tamat SMP dan jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan petani minapadi,
namun sebesar 56% petani monokultur juga sudah tamat SMA dan terdapat 4%
petani monokultur yang lulus akademi D2. Semakin tinggi tingkat pendidikan
formal seorang petani, maka seharusnya akan semakin mudah bagi petani untuk
memahami dan melakukan adopsi sitem usahatani minapadi dibandingkan dengan
petani berpendidikan rendah, namun berdasarkan kondisi lapang tingkat
pendidikan kebanyakan petani minapadi dan petani monokultur cenderung sama,
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pendidikan antara
petani minapadi dengan petani monokultur. Oleh karena itu, tingkat pendidikan
tidak memiliki kecendrungan dalam pengambilan keputusan petani untuk
melakukan usahatani minapadi.
63
Variabel luas lahan sawah (X2) tidak signifikan karena memilik nilai P
sebesar 0,896 yang lebih besar dari taraf nyata 5% (α = 5%) sehingga pengaruh
luas lahan sawah dapat diabaikan secara statistik. Berdasarkan kondisi lapangan,
luas lahan sawah tidak menentukan keputusan petani untuk melakukan usahatani
minapadi karena luas lahan yang dimiliki atau yang dikelola oleh petani minapadi
dan petani monokultur memiliki luas lahan sawah yang sama. Mengacu pada
Tabel 11 sebesar 8% petani minapadi dan petani monokultur mengelola lahan
sawah seluas kurang dari 0,1 hektar, 56% petani minapadi dan 68% petani
monokultur mengelola lahan sawah seluas 0,1 sampai 0,15 hektar, dan 36% petani
minapadi serta 24% petani monokulutr mengelola lahan seluas 0,16 sampai 0,2
hektar.Petani yang memiliki luas lahan yang terbatas seharusnya akan cenderung
untuk mengembangkan usahataninya dan memanfaatkan secara optimal lahan
sawah miliknya agar dapat memperoleh tambahan penghasilan sehingga terdorong
untuk melakukan usahatani minapadi, namun berdasarkan kondisi lapang rata-rata
responden petani minapadi dan monokultur sama-sama mengelola lahan yang
tidak lebih dari 0,2 hektar, sehingga luas lahan sawah yang dikelola oleh petani
minapadi tidak berbeda dengan luas lahan sawah pada usahatani monokultur.
Oleh karena itu, luas lahan sawah tidak menjadi faktor dalam pengambilan
keputusan petani untuk melakukan usahatani minapadi.
Variabel jumlah tanggungan keluarga (X4) tidak signifikan secara statistik
dengan nila P sebesar 0,559 yang lebih besar dari taraf nyata 5% (α = 5%)
sehingga pengaruh jumlah tanggungan keluarga dapat diabaikan secara statistik.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga petani seharusnya akan menyebabkan
semakin banyak biaya yang diperlukan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari sehingga terdapat dorongan bagi petani untuk
meningkatkan pendapatannya dengan melakukan usahatani minapadi, namun
kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
petani minapadi maupun petani monokultur tidak berpengaruh signifikan karena
petani minapadi maupun petani monokultur rata-rata memiliki 3 orang
tanggungan dalam keluarganya, mengacu pada Tabel 9 sebesar 52% petani
minapadi dan 36% petani monokultur memiliki 3 orang tanggungan keluarga dan
tidak ada responden petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari
64
7.1 Simpulan
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur. 2016
Juni 10]. Tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1199
Bambang. 2003. Sistem usahatani mina padi ikan mas studi kasus di Desa Totap
Majawa Tanah Jawa Kabupaten Simalungun [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Bosma RH, Nhan DK, Udo HMJ, Kaymak U. 2012. Factors affecting farmers’
adoption of integrated rice - fish farming systems in the Mekong delta,
Vietnam. Reviews in Aquaculture. 4:178-190.doi: 10.1111.
Desa Margoluwih. 2015. Data Dasar Profil Desa Margoluwih Tahun 2014.
Kecamatan Seyegan. Kabupaten Sleman. Yogyakarta.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.
Nnaji JC, Madu CT, Raji A. 2013. Profitability of rice-fish farming in Bida, North
Central Nigeria. Journal of Fisheries and Aquatic Science. 8(1):148-153.
Rabbani MG, Hossain MI, Islam MS, Hossain TMB, Mannan MA. 2004a.
Factorsaffecting alternate rice-fish production of Mymensingh District in
Bangladesh. Pakistan Journal of Biological Sciences. 7(5):667-669.
Rabbani MG, Islam MS, Hossain MI, Hossain TMB, Begum MEA. 2004b. An
economic study on alternate rice-fish culture in selected areas of
Mymensingh District in Bangladesh. Pakistan Journal of Biological
Sciences. 7(5):685-688
Siregar AZ. 2015. Sistem mina padi di Desa Manik Rembung mendukung
ketahanan pangan Sumatera Utara. Jurnal Pertanian Tropik. 2(21):165-177.
Sudirman, lrawan, 1994. Mina Padi; Budidaya lkan Bersama Padi. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
74
Lampiran 4 Hasil olah data regresi logistik program Minitab 15.0 for windows
Welcome to Minitab, press F1 for help.
Response Information
Odds 95% CI
Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper
Constant 8,48080 4,61813 1,84 0,066
Pendidikan 0,211695 0,231850 0,91 0,361 1,24 0,78 1,95
LLS -0,0001182 0,0009000 -0,13 0,896 1,00 1,00 1,00
Umur -0,211064 0,0698243 -3,02 0,003 0,81 0,71 0,93
JTK -0,223802 0,382972 -0,58 0,559 0,80 0,38 1,69
PBP 0,102956 0,0470943 2,19 0,029 1,11 1,01 1,22
JLS -0,0009743 0,0009834 -0,99 0,322 1,00 1,00 1,00
Log-Likelihood = -23,759
Test that all slopes are zero: G = 21,797, DF = 6, P-Value = 0,001
Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P
Pearson 46,2328 43 0,340
Deviance 47,5181 43 0,294
Hosmer-Lemeshow 7,7299 8 0,460
Group
Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1
Obs 0 1 2 2 1 1 4 5 4 5 25
Exp 0,2 0,6 1,2 1,8 2,2 2,8 3,2 3,8 4,5 4,8
0
Obs 5 4 3 3 4 4 1 0 1 0 25
Exp 4,8 4,4 3,8 3,2 2,8 2,2 1,8 1,2 0,5 0,2
Total 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
Measures of Association:
(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)
Kolam dalam dan saluran lahan minapadi Pola tanam jajar legowo 2:1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 31 Juli 1995. Penulis adalah anak kedua dari
dua bersaudara dari pasangan Bapak Manahan Sianiapr dan Ibu Farida.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Swasta Tirta Buaran pada
tahun 2007. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 9 Tangerang Selatan hingga tahun 2010. Pada
tahun 2013, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa Program Sarjana Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun 2013.
Selama menempuh pendidikan, penulis juga aktif dalam berbagai
organisasi. Penulis aktif dalam organisasi seperti anggota IPB Debating
Community (2013-2014), wakil koordinator komisi UKM PMK (2014-2015), staf
CSR dari Resource and Environmental Econommic Student Association (2015-
2016) dan juga menjadi anggota badan peneliti dan pengembangan UKM PMK
(2015-2016). Penulis juga mencapai beberapa prestasi selama menjadi mahasiswa,
diantaranya Juara 2 Java Overland Varsities English Debate Competition Tingkat
Perguruan Tinggi Se-Pulau Jawa pada tahun 2014, penerima beasiswa Tanoto
Foundation tahun 2014, Juara I Mahasiswa Berprestasi Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan tahun 2015, dan menjadi delegasi Institut Pertanian
Bogor dalam program World Study Abroad, Seoul-South Korea pada bulan Maret
2017.