Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

MADU DI KECAMATAN SONGGON


KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN PENELITAN

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Metode Penelitian Bisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu :
Diah Puspaningrum, S.P., M.Si

Oleh :
Kukuh Damai Prayoga
171510601051

LABORATORIUM EKONOMI PEMBANGUNAN


PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang berbasis agribisnis dalam proses


pengembangannya memerlukan unsur subsistem, mulai dari pengadaan input
sarana produksi, budidaya, sampai pengolahan hasil. Membangun pertanian
hendaknya tidak hanya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan
perkebunan saja, akan tetapi harus meliputi semua kegiatan usaha dalam
meningkatkan kesejahteraan, derajat, dan martabat kaum tani di Indonesia. Salah
satu kegiatan usaha yang juga perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah
pengembangan usaha madu yang dapat memberikan dampak yang positif dalam
penyerapan tenaga kerja (Wijaya, 2004).
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki
keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, diantara jenis fauna yang sangat
potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah lebah yang dapat memproduksi
madu. Usaha lebah madu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan
kelestarian alam. Manfaat bagi manusia, yaitu menghasilkan madu, pollen, royal
jelly, lilin lebah, propolis, dan bee venom. Sedangkan manfaat usaha madu bagi
kelestarian alam yaitu dapat meningkatkan hasil produksi pertanian, peternak
madu, dan menjaga kelestarian hutan melalui penyerbukan yang dibantu oleh
lebah (Pusat Perlebahan Nasional, 2013).
Total produksi madu Indonesia pada tahun 2014 mencapai 3841.5 ton dan
belum mampu memenuhi konsumsi yang mencapai 3902.4 ton. Jumlah madu
impor sebesar 1071.8 ton dan ekspor sebesar 1270.5 ton. Sedangkan, pada tahun
2015 terjadi penurunan produksi madu mencapai 1567.9 ton dengan tingkat
konsumsi sebesar 2372.6 ton. Penurunan produksi ini disebakan mulai maraknya
konversi lahan tanaman pakan lebah oleh masyarakat dan pengusaha, sedangkan
menurunnya jumlah konsumsi ini disebabkan berkurangnya penawaran (pasokan)
yang dilakukan oleh produsen, akibat adanya penurunan produksi (Tabel 1).
Tingginya tingkat konsumsi madu yang tidak dapat terpenuhi, menyebabkan madu
impor masuk ke Indonesia dan menjadi salah satu pilihan konsumen.
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Madu di Indonesia Tahun 2010-2015
Tahun Produksi Konsumsi Populasi Konsumsi Ekspor Impor
(Ton) (Ton) per kapita (Ton) (Ton)
2010 1862.5 2265.8 206.3 11.0 32.2 502.7
2011 4202.5 5294.3 209.0 25.3 47.0 1139.4
2012 1944.9 2701.3 211.6 12.8 13.3 1039.3
2013 1948.7 2572.8 214.4 12 208.4 1166.9
2014 3841.5 3902.4 217.8 18 1270.5 1071.8
2015 1567.9 2372.6 220.3 18.2 837.3 1120.7
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
Kecamatan Songgon mempunyai potensi alam yang khas, terutama dalam
keanekaragaman flora. Berdasarkan fakta yang ada di lapangan memperlihatkan
bahwa terdapat beberapa peternak lebah madu yang menjadikan lebah madu
menjadi sumber penghasil utama bagi kehidupan mereka. Adapun masalah dalam
pengembangan usaha madu di Kecamatan Songgon terdiri dari dua faktor yaitu
masalah yang dapat dikontrol dan masalah yang tidak dapat dikontrol. Manajemen
pemeliharaan, panen, dan pasca panen merupakan masalah yang dapat dikontrol
peternak dalam pengembangan usaha madu, sedangkan faktor iklim, musim, dan
suhu merupakan masalah yang tidak dapat dikontrol dalam pengembangan usaha
madu. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang tepat untuk mendorong
pemahaman terhadap situasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peternak madu
dapat memenangkan persaingan dalam merebut peluang usaha untuk produk
madu, pendayagunaan, dan alokasi sumberdaya sehingga dapat mencapai tujuan
sesuai dengan keinginan peternak dan konsumen.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui strategi pengembangan
usaha madu di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Hal ini menarik
untuk diteliti karena usaha peternak lebah di Kecamatan Songgon sudah lama
dilakukan secara tradisional. Kondisi tersebut disebabkan karena terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan masyarakat maupun peramu tentang berbagai hal
yang terkait dengan optimalisasi usaha perlebahan. Sehubungan dengan itu,
dibutuhkan upaya-upaya konseptual yang mendukung pengembangan usaha madu
di Indonesia pada umumnya. Upaya-upaya konseptual termaksud harus didasari
dengan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dan bersifat komprehensif
tentang berbagai faktor yang mempengaruhi usaha perlebahan yang meliputi
keanekaragaman flora habitat lebah, kondisi sosial, dan ekonomi dari peramu
madu. Sejalan dengan itu pula, diperlukan kebijakan-kebijakan pendukung dalam
rangka pengembangan kapasitas usaha lebah dari peternak lebah terhadap
perlebahan, pengembangan, dan pelestarian habitat lebah, serta pengembangan
teknologi dan pemasaran madu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi pengembangan usaha madu di Kecamatan Songgon,
Kabupaten Banyuwangi saat ini?
2. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat untuk usaha madu di
Kecamatan Songgon?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi usaha madu yang terdapat di Kecamatan Songgon,
Kabupaten Banyuwangi.
2. Mengetahui strategi pengembangan usaha madu yang sesuai di Kecamatan
Songgon, Kabupaten Banyuwangi.

1.3.2 Kegunaan Penelitian


1. Bahan masukan bagi pelaku usaha madu di Kecamatan Songgon dalam
melakukan pengembangan usahanya.
2. Menjadi pengetahuan bagi masyarakat di Kecamatan Songgon dalam
mempertimbangkan upaya peningkatan pendapatan masyarakat peternak
madu.
3. Bahan informasi bagi pihak lain yang berminat untuk usaha madu.
II. PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Pemikiran


Madu disukai oleh semua orang, dari balita sampai orang tua. Akan tetapi
banyak dari mereka yang kesulitan mendapatkan produk ini terutama yang terjamin
keasliannya. Jumlah produksinya yang masih di bawah jumlah permintaan adalah
sebuah peluang usaha di bidang pemasaran. Peluang untuk memasarkan produk
ini cukup tinggi mengingat jumlah produksi yang masih sedikit ditambah dengan
jumlah permintaan yang tinggi. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak
kendala untuk mencapai target tersebut.
Mengubah pola pikir peternak agar dapat menerima perubahan dan
teknologi untuk mendukung pengembangan usaha madu dibutuhkan beberapa
perbaikan dari berbagai aspek yang diperlukan sesuai keadaan dilapangan.
Perbaikan dimulai dari aspek pasca panen diperlukan dalam tahap kedua setelah
hasil panen. Dalam aspek pasca panen menjadi aspek penting karena dapat
menentukan seberapa besar nilai/ harga hasil panen dapat terjual dipasar. Pada
aspek pemasaran merupakan tahap akhir, karena dalam aspek ini dapat
menentukan seberapa besar permintaan hasil panen dipasaran dan dapat
menjadi daya dorong peramu untuk memperbaiki teknik pasca panen agar
hasil tersebut mendapatkan nilai tambah. Penelitian ini ditujukan untuk
menentukan strategi pengembangan usaha madu di Kecamatan Songgon,
Kabupaten Banyuwangi dengan metode Analisis Hirearki Proses (AHP).
Kriteria atau program tersebut berdasarkan aspek-aspek yang telah dijabarkan
sebelumnya yaitu aspek pasca panen dan aspek pemasaran. Dengan adanya
hasil dari AHP tersebut, maka dapat dirancang strategi dalam
mengembangkan usaha madu di Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi.
Adapun bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut : Potensi Usaha Madu
Kondisi sosial dan budaya usaha madu
jumlah pelaku usaha madu Potensi
luas dan produksi madu

Prospek Usaha Madu


- Prospek pasca panen dan pengolahan
hasil
- Prospek pemasaran

Strategi Pengembangan Pasca Strategi Pengembangan Pasca


Panen Pemasaran
-Teknik Pemanenan
-Diversifikasi Produk -Sarana Pemasaran
-Teknik Pengendalian Kadar Air -Rantai Pemasaran
Madu -Promosi
-Teknik Pengemasan

Strategi pengembangan usaha madu


yang sesuai di Kecamatan Songgon

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. 2004. Lebah Madu, Cara Beternak,
dan Pemanfaatan. Bogor

Wijaya. 2004. Usaha Lebah Madu. Bogor : Perum Perhutani

Anda mungkin juga menyukai