Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRO INDUSTRI GULA TUMBU

DI KABUPATEN KUDUS

STRATEGY OF DEVELOPMENT TUMBU SUGAR AGROINDUSTRY


IN KUDUS REGENCY

Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, Bambang W.H.E. Prasetiyono


Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
email: Karmiat.atik@gmail.com
Diterima: 29 Pebruari 2016, Direvisi: 5 April 2016, Disetujui: 7 April 2016

ABSTRAK

Gula tumbu sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir. Hal tersebut
yang menyebabkan potensi dan usaha pengolahan gula tumbu perlu untuk dianalisis
dan upaya perumusan strategi dalam pengembangannya. Tujuan penelitian ini adalah:
1) menganalisis kondisi usaha pengolahan gula tumbu meliputi aspek produksi, aspek
finansial dan aspek pemasaran; 2) merumuskan strategi alternatif yang layak
diterapkan; dan 3) menentukan strategi prioritas dalam pengembangan pengolahan
agroindustri gula tumbu di Kabupaten Kudus.Metode penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif melalui metode pendekatan survai. Lokasi penelitian di Kabupaten
Kudus meliputi 3 kecamatan (Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae dan Kecamatan
Gebog). Subjek dalam penelitian ini mencakup pelaku utama pengrajin gula tumbu,
pedagang, instansi pemerintah dan akademisi. Pengumpulan data melalui pengamatan
langsung, wawancara, pengisian kuesioner dan FGD (Forum Group Discussion).
Analisa data menggunakan analisis deskriptif, analisis finansial dan analisis
pemasaran, analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, Threat) untuk
merumuskan langkah-langkah strategi dan analisis AHP (Analytical Hierarchy
Process) untuk penentuan prioritas strategi dalam pengembangan agroindustri gula
tumbu dengan alat bantu program Expert Choice.Hasil penelitian menunjukkan
analisis aspek finansial diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,88; B/C ratio sebesar 0,88
dan IRR sebesar 36%. Analisis aspek pemasaran diperoleh nilai farmer’s share
terendah sebesar 75,8% dan nilai efisiensi pemasaran tertinggi sebesar 17,49%.
Analisis SWOT diperoleh posisi agroindustri gula tumbu berada pada kuadran I.
Analisis AHP diperoleh strategi alternatif pengembangan produk inovasi dan
diversifikasi produk.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa usaha
agroindustri gula tumbu di Kabupaten Kudus masih berskala rumah tangga dengan
pengelolaan oleh tenaga kerja keluarga melalui proses yang masih sederhana, namun
tetap terbuka peluang investasi dengan saluran pemasaran yang sudah berjalan efisien.
Strategi alternatif yang layak diterapkan adalah strategi S-O yaitu mendukung
pertumbuhan agresif dengan memprioritaskan pengembangan produk inovasi dan
diversifikasi produk.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan dan Agroindustri Gula Tumbu

ABSTRACT
Tumbu sugar has been known by Indonesian people as one of sweetening for
foods and beverages that can be substitute of sugar. That is what a potential of tumbu

Strategi Pengembangan Agro Industri Gula Tumbu di Kabupaten Kudus–Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, 25
Bambang WHEP
sugar processing business need to be analyzed and the formulation of strategies in its
development efforts. The purpose of this study were: 1) to analyze the condition of
tumbu sugar processing business, covering aspects of production, financial aspects and
marketing aspects; 2) formulate a viable alternative strategy applied; 3) determine the
priority strategies in the development of agro-industrial processing of tumbu sugar in
District Kudus. This research was descriptive quantitative survey approach. The
research location is in district of Kudus covers three sub-districts (Sub-District Dawe,
Sub-District Bae, and Sub-District Gebog). Subjects in this study include the main
actors of tumbi sugar producers, traders, government agencies and academia. The
collection of data through observation, interviews, questionnaires and FGD (Focus
Group Discussion). Data analysis using using descriptive analysis, financial analysis
and marketing analysis, SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) to
formulate the steps of strategy and analysis AHP (Analytical Hierarchy Process) for the
determination of strategic priorities in the development of tumbi sugar agroindustrial,
with tools Expert Choice program.The results showed that the value analysis of the
financial aspects of the R/C ratio is 1.88 ; B / C ratio is 0.88 and an IRR is 36 %.
Analysis of the marketing aspects of the farmer's share values obtained low of 75.8 %
and the highest value of marketing efficiency of 17.49 % . SWOT analysis obtained
tumbu sugar agro-industry position is in quadrant I. AHP analysis obtained by the
alternative strategy of product development innovation and product
diversification.Based on the Results of the research concluded that the production
aspects of the tumbu sugar agro-industry businesses in Kudus regency still scale
households by family labor management through a process that is still simple, but
remains open investment opportunities with marketing channels already running
efficiently. The alternative strategy that is feasible in the tumbu sugar agro-industry
development in District Jepara is a S-O strategy that supports the aggressive growth by
prioritizing the development of innovative products or product diversification.

Keywords: Strategy, Development and Agro-Industry of Tumbu Sugar

PENDAHULUAN Potensi produksi gula tumbu di


Agroindustri pengolahan hasil dan Kabupaten Kudus cukup besar dan
tanaman tebu merupakan salah satu prospek kedepannya juga cukup men-
agroindustri potensial untuk dikembang- janjikan, karena selain untuk bahan
kan. Kerajinan Gula tumbu di Kabupaten pemanis makanan, tambahan masakan
Kudus, Propinsi Jawa Tengah mampu juga sebagai bahan baku kecap serta
memberikan nilai tambah 70 persen. Gula dijadikan gula semut. Pada prinsipnya
tumbu (Tebu) berpotensi menjadi agroindustri gula tumbu yang ada
komoditas substitusi gula pasir dalam berskala kecil dan dikelola secara
negeri selain dapat berperan untuk individu dengan teknologi yang diwaris-
menekan ketergantungan terhadap impor kan secara turun temurun (konvensional).
gula. Produktivitas produksi gula tumbu Namun sementara ini pengrajin gula
di Kabupaten Kudus adalah 3.988,19 tumbu di Kabupaten Kudus masih hanya
kg/ha, dengan 189 unit pengrajin gula memanfaatkan nira (Tebu) untuk diolah
tumbu. Kecamatan Dawe merupakan menjadi gula tumbu cetak (berbentuk
penghasil gula tumbu terbesar di padat). Pengolahan gula tumbu cetak ini
Kabupaten Kudus dengan kapasitas berjalan dan tumbuh menggunakan dan
produksi 577,11 kg/tahun, menyerap memanfaatkan sumber daya lokal yang
tenaga kerja lebih dari 2.079 orang dan tersedia secara alamiah baik dari segi
jumlah pengrajin 189 unit. bahan baku, tenaga kerja, maupun bahan

26 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 14 Nomor 1 – Juni 2016


pendukung lainnya. Kalau ditinjau dari tan Bae dan Kecamatan Gebog). Subjek
segi proses perubahannya, pengrajin atau dalam penelitian ini mencakup pelaku
pengusaha gula tumbu masih mengguna- utama pengrajin gula tumbu, pedagang,
kan cara-cara yang tradisional baik cara instansi pemerintah dan akademisi.
pengelolaan maupun peralatannya. Pengumpulan data melalui pengamatan
Menurut Lay dan Heliyanto (2011), langsung, wawancara, pengisian kuesi-
agroindustri gula tumbu pada skala kecil oner dan FGD (Forum Group Discussi-
menengah dihadapkan pada beberapa on). Analisa data menggunakan analisis
masalah, keadaan pertanaman tebu deskripsi, analisis finansial dan analisis
tersebar dalam wilayah yang luas dengan pemasaran, analisis SWOT (Strength,
produktivitas rendah, teknologi pengolah- Weakness, Opportunity, Threat) untuk
an, modal kerja dan terbatasnya jaringan merumuskan langkah-langkah strategi
pemasaran. Sopiannur et al. (2011) dan menemukan strategi alternatif.
menambahkan bahwa kendala pada Analisis AHP (Analytical Hierarchy
pengrajin gula tumbu saat ini adalah Process) untuk penentuan strategi
sulitnya pemasaran. Jadi sebagian besar prioritas dalam pengembangan agro-
petani tebu lebih banyak menjual industri gula tumbu dengan alat bantu
sebagian besar tebunya ke pabrik gula di program Expert Choice.
sekitar Kabupaten Kudus, yaitu PG.
Rendeng, PG. Trangkil untuk menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
bahan baku gula pasir atau gula kristal Aspek Teknis Produksi
putih. Strategi pengolahan yang tepat Tanaman Tebu di Kabupaten
akan mampu menjaga daya saing dan Kudus merupakan tanaman yang dibudi-
eksistensi usaha sehingga mampu dayakan. Petani Tebu membudidayakan
memberikan kontribusi bagi peningkatan secara intensif dari bibit tebu 1 (tahun)
perekonomian. Berdasarkan latar sebelumnya. Petani tebu mengolah nira
belakang yang telah disajikan sebelum- tebu menjadi gula tumbu, belum ada
nya maka penelitian ini bertujuan untuk: diversifikasi produk olahan lainnya.
1. Menganalisis kondisi usaha pengolah- Lokasi sentra tanaman tebu sebagian
an gula tumbu meliputi aspek teknis besar berada pada sawah yang lahannya
produksi, aspek finansial dan aspek tidak terlalu basah. Wilayah terbesar
pemasaran yang berkaitan dengan berada di Kecamatan Dawe, Kecamatan
pengembangan pengolahan usaha Gebog dan Kecamatan Bae menjadi
gula tumbu di Kabupaten Kudus. potensi tanaman tebu sebagai penghasil
2. Merumuskan strategi alternatif yang bahan baku gula tumbu.
layak diterapkan dalam pengembang-
an agroindustri gula tumbu di Aspek Finansial
Kabupaten Kudus. Penerimaan yang diperoleh
3. Menentukan strategi prioritas pe- pengrajin gula tumbu yaitu dari jumlah
ngembangan pengolahan agroindustri produksi yang dihasilkan dengan harga
gula tumbu di Kabupaten Kudus jual dan produk tersebut. Pendapatan
pengrajin gula tumbu merupakan
METODE PENELITIAN penerimaan yang berasal dari hasil
Penelitian termasuk penelitian penjualan produk (rupiah) setelah
deskriptif kuantitatif dengan metode dikurangi biaya total yang dikeluarkan
pendekatan survai. Lokasi penelitian oleh pengrajin. Analisis pendapatan di
berada di Kabupaten Kudus meliputi 3 tiga kecamatan lokasi penelitian disajikan
kecamatan (Kecamatan Dawe, Kecama- pada Tabel 1.

Strategi Pengembangan Agro Industri Gula Tumbu di Kabupaten Kudus–Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, 27
Bambang WHEP
Tabel 1. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Gula tumbu dalam Satu Kali Proses
Produksi per Hari di Kabupaten Kudus
Lokasi Penelitian Biaya Produksi Produksi Penerimaan Pendapatan
--- Rp --- --- kg --- --- Rp --- --- Rp ---
Kec. Dawe 2.512.918 707 5.028.667 2.515.749
Kec. Gebog 2.404.248 673 4.656.250 2.252.002
Kec. Bae 2.628.245 658 4.505.250 1.877.005
Rata-rata 2.515.137 679 4.730.056 2.214.919

Berdasarkan Tabel 1 dapat ketika musim kemarau dan puncak harga


diketahui bahwa rata-rata produksi gula biasanya ketika menjelang dan selama
tumbu setiap hari adalah 679 kg. bulan Ramadhan.
Penerimaan dari usaha pengolahan gula Analisis kelayakan usaha digu-
tumbu adalah Rp 4.730.056,- dan penda- nakan untuk mengetahui apakah usaha
patan pengolahan gula tumbu adalah Rp. yang dilakukan layak atau tidak untuk
2.214.919,-. Pendapatan pengrajin di dijalankan. Kelayakan usaha pengolahan
Kecamatan Dawe menujukkan pendapat- gula tumbu dengan meng-analisis R/C
an yang lebih besar dengan jumlah rata- ratio (Revenue Cost Ratio), B/C ratio
rata produksi lebih besar dari kecamatan (Benefit Cost Ratio) dan IRR ratio
lainnya. Kecamatan Bae dan Gebog (InternalRate of Return). R/C ratio
mayoritas produk yang dihasilkan dengan merupakan nilai rupiah yang diterima
mutu sedang dengan harga jual lebih pengrajin dalam penerimaan total untuk
rendah yaitu rata-rata Rp 6900/kg dan setiap rupiah yang dikeluarkan sebagai
6800/kg, sehingga mempengaruhi biaya produksi, sedangkan B/C ratio
pendapatan yang diterima pengrajin. merupakan pendapatan yang diterima
Harga gula tumbu ini merupakan harga pengrajin untuk setiap rupiah yang
pada saat penelitian dilakukan yaitu pada dikeluarkan sebagai biaya produksi. Hasil
bulan Desember 2015 sampai dengan analisis R/C ratio dan B/C ratio
bulan Februari 2016 yaitu pada saat pengolahan gula tumbu di Kabupaten
musim hujan, harga akan semakin naik Kudus disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula tumbu di Kabupaten Kudus


Komponen Biaya Total (Rp) Biaya Tunai (Rp)
Biaya produksi (Rp/hari) 2.515.137 75.108
Penerimaan(Rp/hari) 4.730.056 4.730.056
Pendapatan (Rp/hari) 2.214.919 2.214.919
R/C ratio 1,88 62,8
B/C ratio 0,88 29,49

Pada Tabel 2 dapat diketahui tumbu ini layak untuk diusahakan. Nilai
nilai R/C ratio usaha pengolahan gula B/C ratio 0,88 menunjukkan bahwa Rp 1
tumbu ini sebesar 1,88 yang menunjuk- biaya yang dikeluarkan akan memberikan
kan bahwa setiap Rp 1 biaya yang pendapatan sebesar 0,88. Nilai B/C ratio
dikeluarkan akan menambahkan pe- > 0 menunjukkan usaha ini menguntung-
nerimaan sebesar Rp 1,88. Nilai R/C kan. Nilai IRR sebesar 36% lebih besar
ratio > 1 sehingga usaha pengolahan gula dari 20%, investasi layak dilakukan.

28 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 14 Nomor 1 – Juni 2016


Hasil Komponen biaya tunai itulah yang semua saluran sudah efisien. Posisi
menjadi pertimbangan pengrajin sehingga pengrajin apabila dilihat dari besarnya
usaha pengolahan gula tumbu di Kabu- Farmer‘s share sangat kuat.
paten Kudus berjalan sudah berpuluh Efisiensi saluran pemasaran yang
tahun dan usaha tersebut ditekuni secara paling efisien yaitu yang menunjukkan
turun-temurun. Berdasarkan hasil analisis nilai efisiensi pemasaran yang paling
kelayakan usaha, pengolahan gula tumbu kecil. Efisiensi pemasaran yang paling
mempunyai peluang untuk dikembangkan kecil baik pada produk mutu baik
dalam skala usaha yang lebih besar tidak maupun mutu sedang yaitu pada saluran
hanya dalam skala home industry yang I, kemudian saluran II, III dan yang
terbatas dengan tenaga kerja keluarga. paling besar yaitu saluran IV. Hal ini
dikarenakan biaya pemasaran menjadi
Aspek Pemasaran semakin besar dengan bertambahnya
Pemasaran barang dan jasa me- lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya
libatkan berbagai pihak baik perorangan pemasaran adalah semua komponen
maupun kelompok yang bertindak biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
sebagai produsen. pedagang dan konsu- pemasaran dalam kegiatan untuk
men. Sebagian besar pengrajin gula mengalirkan barang dari pengrajin hingga
tumbu di Kabupaten Kudus tidak menjual konsumen. Komponen biaya pemasaran
sendiri produknya langsung ke konsumen gula tumbu dalam penelitian ini terdiri
akhir. Pengrajin membutuhkan perantara dari transportasi, pengemasan, penyor-
agar produknya sampai ke konsumen. tiran, penyimpanan, penjualan dan
Perantara tersebut antara lain, pedagang penyusutan berat. Nilai efisiensi
pengumpul,pedagang besar dan pengecer. pemasaran ditentukan oleh besar biaya
Ada beberapa lembaga pe-masaran yang pemasaran yang dikeluarkan dan nilai
terlibat dalam pemasaran gula tumbu dan dari produk.
produsen atau pengrajin hingga ke Menurut Soekartawi (2005),
konsumen. Pada umumnya pedagang efisiensi pemasaran yang efisien jika
pengumpul desa sudah mempunyai biaya pemasaran lebih rendah daripada
pengrajin langganan. Pedagang pengum- nilai produk yang dipasarkan, semakin
pul desa datang ke rumah pengrajin rendah biaya pemasaran dan nilai produk
secara berkala dua atau tiga hari sekali. yang dipasarkan semakin efisien melak-
Pada gula mutu baik diperoleh sanakan pemasaran. Berdasarkan penda-
nilai farmer’s share pada saluran I pat Rosmawati (2011) bahwa kaidah
(85,7%), saluran II (86,4%), saluran III efisiensi pemasaran 0-33% termasuk
(75,8%) dan saluran IV (77.5%). Pada dalam kategori efisien. Hasil penelitian
gula mutu sedang diperoleh nilai farmer’s pada gula mutu baik menunjukkan bahwa
share pada saluran I (87,5%), saluran II efisiensi pemasaran pada saluran I
(88,2%), saluran III (83,3%) dan saluran (8,28%), pada saluran II (12,20%),
IV (80,0%). Menurut Downey dan saluran III (14,94%) dan saluran IV
Erickson (1992) bahwa pemasaran hasil (16,11%). Hasil penelitian pada gula
pertanian ditinjau dari bagian harga yang mutu sedang menunjukkan bahwa
diterima oleh petani produsen, dikatakan efisiensi pemasaran saluran I (9,20%),
efisien apabila harga jual petani lebih dari pada saluran II (15,00%), saluran III
40% dan harga tingkat konsumen. (15,87%) dan saluran IV (17,49%). Hasil
Mengacu pada pendapat tersebut hasil analisis efisiensi pe-masaran pada semua
penelitian nilai farmer’s share menunjuk- saluran pemasaran gula tumbu termasuk
kan bahwa pemasaran gula tumbu di dalam kategori efisien. Berdasarkan

Strategi Pengembangan Agro Industri Gula Tumbu di Kabupaten Kudus–Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, 29
Bambang WHEP
analisis penampilan pasar secara kese- Menurut Rangkuti (2006), per-
luruhan di Kabupaten Kudus sudah usahaan akan berada pada posisi strategis
berjalan efisien. Hal ini dapat diketahui dan empat alternatif strategi yang ada,
dari share harga yang diterima petani yaitu pada kuadran I pilihan strateginya
tinggi dan nilai efisiensi pemasaran yang adalah aggresive strategy atau strategi
termasuk dalam kategori efisien SO (strenghts – opportunities), kuadran
II pilihan strateginya adalah diver-
Perumusan Langkah Strategi sIfication strategy atau strategi ST
Pengembangan dengan Analisis (strength-sthreats), kuadran III pilihan
SWOT strateginya adalah improvement strategy
Analisis SWOT digunakan dalam atau strategi WO (weaknesses-opportuni-
merumuskan alternatif strategi pengem- ties), dan kuadran IV pilihan strateginya
bangan agroindustri gula tumbu di adalah defense dan survival strategy atau
Kabupaten Kudus. Faktor-faktor yang strategi WT (weaknesses-threats). Ber-
mempengaruhi pengembangan usaha dasarkan hasil analisis SWOT menunjuk-
diidentifikasi dengan menyusun matriks kan agroindustri gula tumbu berada pada
internal dan eksternal. Matriks internal situasi yang sangat menguntungkan
merupakan suatu metode untuk meng- karena memiliki kekuatan dan peluang
identifikasi serta mengevaluasi kondisi yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
internal suatu perusahaan yang terdiri Strategi yang sebaiknya digunakan
dari kekuatan (strenght) dan kelemahan adalah strategi yang mendukung
(weakness). Matriks eksternal digunakan pertumbuhan agresif dengan memanfaat-
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kan peluang yang ada (Rangkuti, 2006).
kondisi eksternal perusahaan yang terdiri Hasil analisis matrik SWOT selengkap-
dari peluang (opportunity) dan ancaman nya tersaji pada Tabel 3.
(threat) yang dihadapi.

Tabel 3. Formulasi Analisis Matrik SWOT


IFAS Kekuatan (Strenght)
(Internal Factor 1. Ketersediaan bahan baku mudah
Analisis Strategy) 2. Usaha menguntungkan
3. Produksi kontinyu
4. Usaha sudah ditekuni cukup lama
EFAS 5. Ketersediaan tenaga kerja
(Eksternal Factor 6. Proses pengolahan mudah
Analisis Strategy) 7. Keunggulan karakteristik gula
Peluang (Opportunity) Strategi S-O
1. Diversifikasi produk 1. Pengembangan diversifikasi produk
2. Ketersediaan jaringan pemasaran 2. Penguatan pengembangan pasar, membuka
3. Permintaan tinggi jaringan pemasaran dan orientasi ekspor
4. Dukungan promosi pemerintah 3. Peningkatan kapasitas produksi
5. Adanya SNI gula tumbu 4. Peningkatan promosi melalui kegiatan pameran
6. Produk subsitusi gula pasir 5. Penerapan standar mutu produk
7. Program produk unggulan one product one 6. Penguatan sebagai produk unggulan khas daerah
village 7. Mengoptimalkan kegiatan riset spesifik Iokasi
8. Dukungan riset teknologi pengolahan dan
budidaya tanaman tebu

Alternatif strategi yang digunakan peluang (strategi S-O). Strategi ini dibuat
untuk pengembangan agroindustri gula berdasarkan jalan pikiran perusahaan
tumbu yaitu strategi kekuatan dan yaitu dengan menggunakan seluruh

30 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 14 Nomor 1 – Juni 2016


kekuatan untuk memanfaatkan peluang Hasil FGD strategi untuk mengem-
sebesar-besarnya (Rangkuti, 2000). bangkan agroindustri gula tumbu di
Strategi S-O meliputi: pengembangan Kabupaten Kudus secara lebih detail
diversifikasi produk, penguatan disajikan dalam Gambar 1.
pengembangan pasar, membuka jaringan Pada Gambar 1 hasil FGD yang
pemasaran dan orientasi ekspor, direkomendasikan meliputi kriteria yaitu:
peningkatan kapasitas produksi, 1) penguatan dan pengembangan pasar,
peningkatan promosi melalui kegiatan 2) pengembangan produk, 3) pembinaan
pameran, penerapan standar mutu dan pendampingan usaha, 4) aspek
produk, penguatan sebagai produk kelestarian sumber daya alam. Masing-
unggulan khas daerah dan mengop- masing kriteria mencakup berbagai
timalkan kegiatan riset spesifik lokasi. alternatif strategi dan langkah yang dapat
ditempuh. Kriteria penguatan dan
Penentuan Strategi Prioritas pengembangan pasar meliputi 2 alternatif
Pengembangan dengan Analisis AHP yaitu dengan promosi sebagai produk
(Analytical Hierarchy Process) unggulan khas daerah dan membangun
Analisis AHP (Analytical jaringan/kemitraan usaha. Kriteria
Hierarchy Process) digunakan untuk pengembangan produk meliputi 3
menentukan strategi prioritas dalam alternatif yaitu pengembangan produk
pengembangan agroindustri gula tumbu inovasi atau diversifikasi produk,
di Kabupaten Kudus. Pelaksanaan FGD standardisasi produk (penyeragaman
(Focus Group Discussion) dilakukan mutu,) dan teknologi pengemasan dan
untuk penentuan kriteria dan alternatif- pelabelan. Kriteria pembinaan dan
alternatif strategi yang dapat dilakukan pendampingan usaha meliputi 2 alternatif
untuk mengambil kebijakan pengem- strategi yaitu pembinaan kelembagaan/
bangan agroindustri gula tumbu di kelompok usaha dan pembinaan dalam
Kabupaten Kudus dengan manajemen usaha (penanganan bahan
mempertimbangkan hasil analisis SWOT. baku, pengolahan, manajemen keuangan
Susilowati (2008) menyatakan bahwa dan pemasaran). Kriteria aspek
dalam menguasai permasalahan yang kelestarian sumber daya alam meliputi 2
komplek dan saling terkait dapat alternatif yaitu pembinaan teknik
dilakukan FGD yang melibatkan 4 unsur pembibitan dan budidaya tebu secara
yaitu unsur akademisi, pelaku bisnis, intensif dan introduksi alternatif bahan
pemerintah dan masyarakat terkait. Hasil bakar selain kayu, misalnya gergaji kayu,
dan FGD diperoleh kesimpulan bahwa sekam dan ampas tebu. Hasil kuesioner
dalam pengembangan agroindustri gula dan FGD dianalisis menggunakan
tumbu perlu dilakukan kebijakan secara program Ekspert Choice versi 9.0 untuk
terintegrasi karena unsur satu dan lainnya mengetahui tingkat skala prioritas
saling terkait dan saling mempengaruhi. alternatif yang ada.

Strategi Pengembangan Agro Industri Gula Tumbu di Kabupaten Kudus–Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, 31
Bambang WHEP
Strategi Pengembangan Agroindustri
Gula Tumbu di Kabupaten Kudus

Penguatan dan Pengembangan Pembinaan dan Aspek Kelestarian


pengembangan pasar produk pendampingan Usaha SDA
1. Promosi sebagai 1. Pengembangan 1. Pembinaan 1. Pembibitan dan
produk unggulan produk inovasi / kelembagaan/ budidaya tanaman
khas daerah. diversif ikas kelompok usaha tebu secara
2. Membangun produk. 2. Pembinaan dalam intensif
jaringan/ 2. Teknologi manajemen 2. Introduksi bahan
kemitraan usaha pengemasan dan (bahan baku, bakar selain kayu
pelabelan pengolahan, bakar
3. Standarisasi keuangan,
produk pemasaran
(penyeragaman
mutu, bentuk dan
ukuran gula)

Gambar 1. Kriteria dan Alternatif Strategi Hasil FGD

Analisis seluruh alternatif strategi keuangan dan pemasaran) dengan bobot


pengembangan gula tumbu di Kabupaten nilai 0,032; 9) introduksi bahan bakar
Kudus menunjukkan bahwa hasil analisis selain kayu dengan bobot nilai 0,026.
dapat diterima dengan Overall Alternatif pengembangan produk
Inconsistency Ratio sebesar 0,09. inovasi dan diversifikasi produk
Prioritas alternatif kriteria pengembangan merupakan alternatif paling prioritas
agroindustri gula tumbu di Kabupaten diantara semua alternatif strategi
Kudus diperoleh hasil sebagai berikut: pengembangan agroindustri gula tumbu
alternatif yang menjadi prioritas utama di Kabupaten Kudus. Diharapkan strategi
adalah 1) pengembangan produk inovasi ini mampu menjawab tantangan untuk
atau diversifikasi produk dengan bobot mengembangkan inovasi produk atau
nilai yaitu 0,284; 2) promosi sebagai diversifikasi produk tidak hanya gula
produk unggulan khas daerah dengan tumbu cetak, dapat dikembangkan
bobot nilai 0,254; 3) pembinaan dan menjadi gula semut atau gula tumbu cair
pendampingan dalam kelembagaan/ dengan produk yang memenuhi standar
membentuk kelompok usaha dengan mutu, sentuhan teknologi pada sistem
bobot nilai 0,108; 4) standardisasi produk produksi, pengemasan dan media
(penyeragaman mutu) dengan bobot nilai promosi yang efektif dan efisien, maka
0,103; 5) penguatan dan pengembangan diharapkan dampak ekonomis dapat
pasar dengan membangun jaringan/ dirasakan oleh pengrajin gula tumbu dan
kemitraan usaha dengan bobot nilai secara umum berdampak pada
0,077; 6) pembibitan dan budidaya peningkatan pendapatan serta
tanaman tebu secara intensif dengan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
bobot nilai 0,067; 7) teknologi Kudus.
pengemasan dan pelabelan produk
dengan bobot nilai 0,48; 8) pembinaan
manajemen usaha (penanganan bahan
baku, teknologi pengolahan, manajemen

32 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 14 Nomor 1 – Juni 2016


KESIMPULAN pemegang kebijakan dapat meningkatkan
1. Usaha agroindustri gula tumbu di pengembangan agroindustri gula tumbu
Kabupaten Kudus masih berskala dengan lebih meningkatkan peran serta
rumah tangga dengan pengelolaan stakeholder terkait dan peluang-peluang
oleh tenaga kerja keluarga. Proses kerjasama dengan pihak swasta. Oleh
pembuatan gula tumbu masih bersifat karena itu saran yang peneliti ajukan
sederhana yaitu mengolah nira tebu adalah:
menjadi gula tumbu. Usaha gula 1. Diperlukan pilot project yang
tumbu layak untuk diteruskan dan terpadu yang berorientasi agribisnis.
terbuka peluang investasi. Semua 2. Diperlukan kebijakan pemerintah
saluran pemasaran gula tumbu di yang komprehensif dan aplikasi
Kabupaten Kudus sudah berjalan teknologi inovatif, sarana promosi
efisien. yang efektif dan efisien.
2. Strategi alternatif yang digunakan 3. Diperlukan kerjasama dengan civitas
Srategi S-O yaitu mendukung akademik atau Balai Penelitian
pertumbuhan agresif yang terdiri dari Teknologi Pertanian guna penelitian
tujuh langkah: pengembangan mengenai teknologi spesifik lokasi
diversifikasi produk, penguatan pengolahan berbahan baku nira tebu
pengembangan pasar, membuka guna penyusunan Standar
jaringan pemasaran dan orientasi Operasional Produksi (SOP)
ekspor, peningkatan kapasitas sehingga dihasilkan produk yang
produksi, peningkatan promosi seragam dan memenuhi standar
melalui kegiatan pameran, penerapan mutu.
standar mutu produk, penguatan 4. Mengingat hasil IRR pengembangan
sebagai produk unggulan khas daerah usaha agroindustri gula tumbu di
dan mengoptimalkan kegiatan riset Kabupaten Kudus mencapai 36%,
spesifik lokasi. maka pihak Pemerintah melalui
3. Strategi prioritas pengembangan Bank agar menambah modal usaha
agroindustri gula tumbu di Kabupaten kepada pengrajin gula tumbu di
Kudus diperoleh prioritas utama Kabupaten Kudus.
adalah pengembangan produk inovasi 5. Agar hasil gula tumbu layak
dan diversifikasi produk. memenuhi standar ekspor, maka
pengrajin harap melakukan
SARAN diversifikasi produk, melakukan
Tersedianya potensi tanaman tebu perbaikan mutu dan melakukan
di Kabupaten Kudus, pemerintah selaku inovasi produk.

Strategi Pengembangan Agro Industri Gula Tumbu di Kabupaten Kudus–Karmiati, Vitus Dwi Yunianto, 33
Bambang WHEP
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Disertasi. Program
Pasca Sarjana. Fakultas
Aliudin, S., Sariyoga dan D. Anggraini. Pertanian Universitas Gadjah
2011. Efisiensi dan pendapatan Mada. Yogyakarta.
usaha gula tumbu cetak. Jurnal Dinas Perkebunan.2012. Statistik Dinas
Agro Ekonomi. 28 (1): 73-85. Perkebunan Propinsi Jawa
Arheman, Y.,D. Pramono dan Wiryastuti. Tengah Tahun 2012 – 2014.
2001. Strategi Peningkatan Daya Dinas Perkebunan. 2014. Profil Pelaku
Saing Industri Gula Jawa. Jurnal Usaha Bisnis di Jawa Tengah.
Teknologi Industri Pertanian Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah.
IPB. 11(1):27-34. 2014, Buku Laporan Tahunan.
Badan Standaridisasi Nasional. 1995. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah.
SNI 01.3743.1995: Standar 2014, Buku Laporan Bulanan.
Nasional Gula BSN. Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan
Badan Pusat Statistika. 2012a, dan Kehutanan. 2014. Statistika
Kabupaten Kudus dalam Pertanian Peternakan,
Angka. BPS Kabupaten Kudus. Perkebunan dan Kehutanan
Badan Pusat Statistika. 2012b. Kabupaten Kudus Tahun 2014.
Kecamatan Dawe dalam Angka Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Tahun 2011- 2012. BPS Pemasaran Hasil Pertanian
Kabupaten Kudus. Kementerian Pertanian. 2014,
Badan Pusat Statistika. 2012c. Pedoman Umum Kegiatan
Kecamatan Bae dalam Angka Pembangunan Pengolahan dan
Tahun 2011-2012. BPS Pemasaran Hasil Pertanian
Kabupaten Kudus. Tahun Anggaran 2015.
Badan Pusat Statistika. 2013d. Lay A. dan B. Heliyanto. 2011. Prospek
Kecamatan Gebog dalam Angka Agroindustri Tebu. Jurnal
Tahun 2011- 2012. BPS Perspektif 10(1): 1-10.
Kabupaten Kudus. Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT
BPTP Ungaran. 2015. Kajian Sosial Teknik Membedah Kasus
Ekonomi Gula Tumbu di Bisnis. Gramedia Pustaka
Ungaran. Balai Pengkajian Utama, Jakarta.
Teknologi Pertanian Sopiannur, D., R. Mariati dan Juraemi.
Ungaran. Semarang. 2011. Studi pendapatan usaha
Burhanuddin, R. 2005. Prospek gula aren ditinjau dan jenis
Pengembangan Usaha Koperasi bahan bakar di Dusun Girirejo
dalam Produksi Gula Tumbu. Keluruhan Lempake Kecamatan
Jakarta. Samarinda Utara. Jurnal EPP. 8
Dachlan, 1984. Proses Pembuatan Gula (2) 34-40.
Merah. Balai Penelitian dan Susilowati, I. 2008. Pengambilan
Pengembangan Industri, BBHIP, Keputusan melalui Analytical
Bogor. Hierarchy Process (AHP)
David, F. 2006. Manajemen Strategis dengan Paket Program Expert
Edisi ke 10. Salemba. Jakarta. Choice 9. Fakultas Ekonomi
Dermoredjo, K. 2012. Analisis Dampak Universitas Diponegoro
Perdagangan Bebas ASEAN Semarang
Terhadap Pengembangan
Komoditas Pangan Utama

34 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 14 Nomor 1 – Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai