&
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK
Diterbitkan oleh:
Lambung Mangkurat University Press, 2016
d/a Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam
Jl. H. Hasan Basry, Kayu Tangi, Banjarmasin 70123
Gedung Rektorat Unlam Lt 2
Telp/Faks. 0511-3305195
ISBN : 978-602-6483-05-8
ii
PRAKATA
Nira aren segar merupakan bahan baku utama pengolahan gula aren,
sedangkan nira aren yang mengalami fermentasi akan diolah menjadi nata
pinnata, cuka, dan alkohol. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat proses
pengolahan gula aren yaitu warna gula merah, kekerasan gula merah, rasa gula
merah dan adsopsi air.
Gula aren di pasaran ada dalam berbagai bentuk. Ada berupa gula cetak,
gula semut, gula cair dan lainnya yang memiliki kandungan gizi, kandungan
nutrisi mikronutrient, antioksidan, indeks glikemik, serat dan manfaat yang baik
untuk kesehatan.
Untuk meningkatan nilai tambah dan komersialisasi produk nira aren dapat
dilakukan dengan pendinginan, pemanasan, fermentasi, membuat produk dalam
berbagai kemasan serta melakukan teknik penyimpanan yang baik untuk
pengembangan di usaha kecil menengah (UKM).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
nilai tambah dapat diupayakan dengan melakukan rekayasa proses. Rekayasa
proses yang dihasilkan dari penelitian hingga diperoleh standar operasional
prosedur (SOP) dalam proses produksi dengan output berupa produk yang lolos
uji Standar Nasional Indonesia akan mampu memberikan nilai tambah di
masyarakat.
Selain hal tersebut, strategi pengembangan produk gula aren perlu dilakukan
untuk meningkatkan market share serta menciptakan Pelanggan yang loyal. Pada
studi kasus yang dibahas didalam buku ini dan merupakan hasil penelitian
dilakukan strategi pengembangan produk gula aren dengan menerapkan standar
proses produksi sesuai hasil rekayasa proses, uji kualitas produk sesuai
SNI.013743.1995 kemudian dilakukan start up produk dan system layanan baru
yang inovatif untuk pengembangan industri inti di daerah.
Salah satu dari strategi pengembangan produk yaitu menghindari kehilangan
atau pengurangan pelanggan serta menambah calon pelanggan baru sehingga
menjadi pelanggan yang loyal dan fanatik.
Penulis
PRAKATA ............................................................................................................... i
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Pohon aren dapat disadap 2 kali dalam sehari dengan menghasilkan nira
sebanyak 3 – 10 liter dan sebanyak 300 – 400 liter per musim atau 900 – 1600
liter nira per tahun. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain
Umbi bit kaya akan berbagai kandungan vitamin B yaitu vitamin B1,
B2, B3 dan B6. Kandungan gizi utama bit merah adalah asam folat, serat dan
gula, namun nilai kalori bit merah masih tergolong sedang. Kandungan gizi
yang terdapat pada bit merah dapat dilihat pada Tabel 8.
Gula mapel memiliki kemanisan dua kali lipat dari gula pasir standar,
dan gula mapel ini tidak mengandung gula yang sesungguhnya (sukrosa,
sakarosa), tetapi penyusun utamanya adalah fruktosa. Komponen yang
terkandung didalam nira maple murni disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Alami Sirup dari Nira Maple Murni
No Zat Tipe Komposisi
1 Carbohydrates Sucroce 88 – 89%
Hexose-fructose 0 – 11%
Other(s) Trace amount
2 Organic Acids Malic 0,141%
Citric 0,015%
Succinic 0,012%
Fumaric 0,006%
3 Amino Acids Amino nitrogens < 280 ppm
Phenols < 1.440 ppm
4 Minerals Potassium < 3.900 ppm
Calcium < 2.100
Magnesium < 360 ppm
Manganese < 220 ppm
Sodium < 6 ppm
Other(s) < 500 ppm
5 Vitamins Niacin 276 micrograms/litre
B5 600 micrograms/litre
B2 60 micrograms/litre
Sumber : Maple Syrup Japan, 2012.
k. Stevia (Stevia rebaudiana B.)
Stevia (Stevia rebaudiana B.) merupakan tanaman yang berasal dari
Paraguay. Daun stevia mengandung steviosida (5 – 10%) dan rebaudiosida A
Batang
Industri Makanan
Sagu
Industri Lem
Industri Rokok
Aren Daun
Industri Botol
Industri
Bunga Nira Gula Aren Makanan dan
Minuman
Total
Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
Padatan
Tanaman Air Gula Protein Lemak Abu
Terlarut
(%) (%) (%) (%) (%)
(%)
Aren 87,66* 12,04* 0,36* 0,02* 0,21* 15-19**
Siwalan 87,78* 10,96* 0,28* 0,02* 0,10* 13-19**
Nipah 86,30* 12,23* 0,21* 0,02* 0,43* 15-19**
Kelapa 87,78* 10,88* 0,21* 0,17* 0,37* 15,2-19,7**
Tebu 73,03* 10-18* 0,47* 0,09* 0,4-0,7* 12-19**
Sumber : * = Direktorat Jendral Perkebunan, 1996
** = Hieronymus, 1993
Oksidasi
Gula Aren
Gula aren merupakan salah satu olahan makanan bersumber dari hasil
pengolahan air nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon aren. Pengolahan
nira hingga menjadi gula aren melalui proses perebusan hingga nira berubah
menjadi cairan kental dan berwarna pekat. Bentuk, tekstur, warna dan rasanya
mirip dengan gula merah/gula jawa, yang membedakan hanya bahan bakunya.
Proses pembuatan gula aren umumnya lebih alami, sehinggan zat-zat tertentu
yang terkandung di dalamnya tidak mengalami kerusakan dan tetap utuh. Gula
aren banyak dikonsumsi sebagai salah satu bahan pemanis alami yang cukup
aman bagi tubuh. Selain itu, kandungan dalam gula aren tersebut cukup penting
peranannya untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi tertentu
(Santoso et al., 1988).
Ciri-ciri gula aren asli dan yang dicampur bahan lain dapat dibedakan secara
fisik (Lutony, 1993) yaitu :
a) Gula aren asli lebih halus dibandingkan gula aren dengan campuran bahan lain.
b) Gula aren asli rasa manisnya seperti rasa legit dan tidak membuat batuk,
sedangkan gula aren yang dicampur bahan lain memiliki rasa yang sangat
manis (karena menggunakan pemanis sintetis) dan agak pahit jika dimakan.
c) Gula aren asli jika dipotong/diiris/diserut kemudian dibiarkan akan lembut dan
akan lengket, sedangkan gula aren yang telah dicampur bahan lain jika
dipotong/diiris/diserut kemudian dibiarkan tidak akan terlalu lengket.
d) Dilihat dari warnanya gula aren yang asli lebih menyatu sedangkan yang telah
dicampur bahan lain warnanya agak kusam.
e) Gula aren asli memiliki aroma yang khas dan wanginya sangat menggugah
selera. Namun gula yang telah menggunakan campuran aromanya tidak terlalu
wangi.
Mutu gula merah ditentukan terutama dari rasa dan penampilannya, yaitu
bentuk, warna, kekeringan, dan kekerasannya (Santoso, 1993). Gula palma yang
Nira aren yang diolah menjadi gula aren harus memenuhi persyaratan pH 6 -
7,5 dan kadar brix diatas 17%, sehigga mutu gula aren yang dihasilkan baik (Ho et
al., 2008; Phaichamnan et al, 2010). Bentuk produk gula aren ini berupa gula
cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga
menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk
setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu
hingga gula aren mengkristal, kemudian dikeringkan hingga kadar airnya di
bawah 3% (Irawan et al., 2009).
Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
lemak, bagian yang tidak larut air, total padatan terlarut, kadar gula pereduksi dan
kadar sukrosa yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Kadar Air
Kandungan air di dalam suatu bahan sangatlah penting karena
berpengaruh terhadap daya tahan suatu produk selama masa penyimpanan.
Kadar air yang cukup tinggi pada suatu produk akan mengakibatkan aktifitas
air yang ada sangat cocok sebagai media pertumbuhan mikroorganisme.
Menurut Winarno (1980) sebagai water activity (Aw), yaitu jumlah air bebas
yang dapat digunakan oleh mikrooganisme untuk pertumbuhannya.
Menurut Imanda (2007) hasil analisa kadar air untuk masing-masing
gula cetak disajikan pada Tabel 13 menunjukkan kadar air gula cetak berkisar
8,3-10,3%. Dari ketiga gula cetak yang dianalisa, gula palma aren melebihi
kadar air yang disyaratkan didalam SNI tentang gula palma cetak yaitu
maksimum 10% (bb). Kadar air yang tinggi ini menandakan bahwa telah
terjadi penyerapan uap air dari lingkungan, pada dasarnya produk gula palma
cetak merupakan produk yang higroskopis (mudah menyerap air dari
lingkungan). Kondisi penyimpanan dan penanganan yang tidak sesuai selama
penyimpanan dapat berpengaruh terhadap perubahan kadar air. Selain itu
kandungan gula pereduksi yang semakin tinggi juga dapat meningkatkan sifat
Gula Semut
Gula semut adalah gula aren berbentuk serbuk dan berwarna kuning
kecokelatan yang dikenal dengan nama Palm Sugar. Gula semut merupakan
bentuk diversifikasi produk gula merah yang berbentuk butiran kecil (granulasi)
berdiameter antara 0,8 – 1,2 mm. Gula semut memiliki beberapa kelebihan yaitu
lebih mudah larut, daya simpan lebih lama karena kadar air kurang dari 3%,
bentuknya lebih menarik, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa dan
aroma lebih khas, serta harga yang lebih tinggi dan dapat diperkaya dengan bahan
lain seperti rempah -rempah, iodium dan vitamin A atau mineral (Mustaufik dan
Karseno, 2004; Mustaufik dan Dwianti, 2007).
Nira aren yang diolah menjadi gula semut memiliki pH 5,8-6,8 dan kadar
sukrosa 12-15 persen (Lay dan Bambang 2011). Pengolahan gula semut hampir
Pemanfaatan gula semut sama dengan gula pasir (tebu) yakni dapat
digunakan sebagai bumbu masak, pemanis minuman (sirup, susu, soft drink) dan
untuk keperluan pemanis untuk industri makanan seperti adonan roti, kue, kolak,
dan lain-lain (Mustaufik dan Karseno, 2004).
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa kandungan gula pereduksi dari berbagai
gula yang di analisa bervariasi dari 2-8%. Gula pereduksi pada gula semut relatif
rendah yaitu dari 2,0-2,4%. Menurut Sardjono et al. (1985) kadar gula pereduksi
mempengaruhi kekerasan, warna dan rasa gula di mana makin rendah kadar gula
pereduksi makin coklat kekuningan (terang) warna gulanya. Sebaliknya makin
tinggi kadar gula pereduksi makin gelap warna gula, disebabkan karena terjadi
reaksi maillard (browning) yang menghasilkan senyawa berwarna coklat pada
gula (Winarno, 1984). Kandungan gula pereduksi yang terendah terdapat dari
sampel gula semut dari pabrik masarang kota Tomohon. Hal ini dapat disebabkan
oleh ketelitian dalam penanganan nira mulai dari penyadapan di kebun sampai di
pabrik Masarang kota Tomohon lebih baik dibandingkan dengan tempat-tempat
lain di Indonesia.
Gula pereduksi dapat mempengaruhi proses pengkristalan gula. Semakin
tinggi kandungan gula pereduksi dalam suatu bahan gula, maka akan menghambat
proses pengkristalan gula (Rumayar et al., 2012). Demikianpun sebaliknya jika
kandungan gula preduksinya rendah maka akan mempercepat proses
pengkristalan gula tersebut sehingga memungkinkan untuk diproses menjadi gula
semut.
Selanjutnya untuk hasil analisa menurut Pontoh (2013) kandungan sukrosa
dalam gula aren dapat dilihat dalam Tabel 19. kandungan sukrosa diperoleh
dengan metode hidrolisa enzim. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa total
100
90
Sukrosa (%)
y = -4.0855x + 96.798
R² = 0.8152
80
70
60
0 2 4 6 8 10
Gula Pereduksi (%)
Gambar 15. Hubungan antara kandungan gula pereduksi dengan kandungan sukrosa
dalam gula aren.
Gula aren banyak dikonsumsi sebagai salah satu bahan pemanis alami yang
cukup aman bagi tubuh, selain itu kandungan dalam gula aren tersebut cukup
penting peranannya untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi
tertentu. Beberapa kandungan mikronutrien dalam gula aren adaah thiamine,
nicotinic acid, riboflavin, niacin, ascorbatic acid, vitamin C, vitamin B12,
Kerusakan nira dapat terjadi ketika nira mulai menetes dari tandan dan
masuk ke dalam tabung bambung (Susanto dan Saneto, 1994). Nira yang keluar
dari penyadapan harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90
menit setelah dikeluarkan dari bumbung (Sunanto, 1993).
Untuk mempertahankan kualitas nira yang telah disadap dan akan diolah
menjadi produk gula dan bahan industri, ada beberapa langkah usaha yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Pendinginan
Perlakuan pendinginan dapat memperlambat aktivitas metabolisme
mikroba yang ditandai dengan menurunnya kecepatan pertumbuhan. Kecuali
mikroba psikhrofil (Winarno, 1980).
Pengaruh pendinginan terhadap mikroba dalam bahan pangan tergantung
pada sifat mikroba dan suhu penyimpanannya. Semakin besar perbedaan suhu
penyimpanan dengan suhu pertumbuhan optimum mikroba, maka kecepatan
pertumbuhannya menjadi lambat dan akhirnya terhenti sama sekali. Mendekati
suhu minimum untuk pertumbuhan mikroba, maka fase adaptasinya (fase lag)
bertambah lama (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
b. Pemanasan
Pada umumnya proses pembuatan gula merah adalah sangat sederhana
dengan cara memanaskan nira yang telah terkumpul sampai airnya menguap
dan setelah mencapai kekentalan tertentu nira kental dimasukkan ke dalam
cetakan berupa tempurung kelapa atau bambu pendek-pendek (Suhardiyono,
1995). Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari
bahan tembaga, kemudian ditaruh di atas tungku perapian untuk segera
dipanasi atau direbus. Pemanasan ini berlangsung selama 1 - 3 jam, tergantung
banyaknya volume nira. Pemanasan tersebut sambil mengaduk-aduk nira
sampai mendidih. Buih-buih yang muncul dipermukaan nira dibuang, agar
Gambar 16. (a) Tanaman Aren Genjah produktif; (b) Tanaman Aren Dalam produktif
Tandan bungan
jantan
Dibersihkan
Dipukul-pukul Digoyang
Dipotong
Dibungkus
Diiris
Ditampung
Air nira
Nira
Disaring
2. Gula Semut
Gula semut adalah gula merah berbentuk serbuk, beraroma khas, dan
berwarna kuning kecokelatan. Proses pengolahan gula semut sama dengan
pengolahan gula cetak, yaitu tahap pemanasan nira hingga menjadi kental.
Pada pengolahan gula cetak, setelah diperoleh nira kental, wajan diangkat dari
tungku, dilakukan pencetakan, sedangkan pada pengolahan gula semut setelah
diperoleh nira kental dilanjutkan dengan pendinginan dan pengkristalan.
Pengkristalan dilakukan dengan cara pengadukan menggunakan garpu kayu.
Pengadukan dilakukan secara perlahan-lahan, dan makin lama makin cepat
hingga terbentuk serbuk gula (gula semut).
Langkah selanjutnya adalah pengeringan gula semut. Pengeringan
dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pengeringan dengan sinar matahari
selama 3-4 jam dan (2) pengeringan dengan oven pada suhu 45oC-50oC selama
1,5-2,0 jam. Untuk keseragaman ukuran butiran, dilakukan pengayakan I
menggunakan ayakan stainless steel ukuran 18-20 mesh. Butiran gula yang
tidak lolos ayakan akan dikeringkan ulang dan dilanjutkan dengan penghalusan
butiran. Penghalusan ukuran butiran dengan grinder mekanis, diikuti dengan
pengayakan II.
Gula semut aren merupakan salah satu produk turunan aren yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki prospek yang sangat bagus
untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena permintaan akan gula semut
Hasil saringan
Pemasakan
Pencetakan Pengadukan
(Kristalisasi)
Pengemasan Pengemasan
Gambar 21. Skema pembuatan gula aren dan gula semut secara tradisional.
3. Gula Kristal
Gula kristal adalah gula aren dalam bentuk butiran menyerupai gula
semut, dengan ukuran butiran mengikuti gula pasir dari nira tebu. Gula kristal
dibedakan dari gula semut dari ukuran kristalnya, yaitu gula kristal tidak dapat
melewati ayakan berukuran 20 mesh, sedangkan gula semut dapat melewati
ayakan tersebut. Sebagai gambaran pengolahan gula kristal yang dilakukan di
unit pengolahan gula kristal di Masarang-Tomohon Sulawesi Utara dilakukan
secara mekanis. Pengolahan gula kristal dari nira aren terdiri atas beberapa
tahap: (a) persiapan dan pemekatan nira, (b) pemekatan lanjutan, (c)
sentrifugasi masakan gula, d) pengeringan dan pengepakan gula yang dapat
dilihat pada Gambar 23.
Persiapan dan pemekatan nira
Pemekatan lanjutan
Pengeringan gula
Pengepakan gula
Bahan baku nira aren berasal dari petani aren di wilayah Tomohon dan
sekitarnya. Nira aren mudah mengalami fermentasi secara alami, sehingga untuk
keawetan nira agar tidak menjadi masam sebelum pengolahan, petani melakukan
pemanasan hingga nira mendidih,kemudian didinginkan. Proses penguapan nira
menjadi gula membutuhkan energi panas yang cukup besar, yang berasal dari
energi panas bumi dalam bentuk uap panas dari Pertamina Lahendong, yang
letaknya sekitar unit pengolahan. Uap panas yang dibutuhkan yaitu saturated
stream sekitar 0,5 ton/jam dengan suhu kurang lebih 107oC pada tekanan 1
kg/cm².
Nira aren yang berasal dari petani dilakukan pemekatan awal (pH nira 6-8)
dengan menggunakan open pan hingga diperoleh larutan nira agak kental
berkadar gula 50-60%. Pemekatan lanjutan menggunakan close open, diperoleh
gula yang kering namun saling lengket antar butiran gula. Proses selanjutnya yaitu
butiran gula disentrifus pada unit sentrifugal, dengan kecepatan 1200 rpm agar
terbentuk kristal gula yang agak kering dan tidak lengket antar butiran.
Selanjutnya butiran gula dikeringkan sehingga diperoleh gula kristal yang
memenuhi standar SNI. Pengolahan gula kristal di Masarang Tomohon memiliki
kapasitas produksi sekitar 1 ton/hari, membutuhkan niraaren segar sebanyak
10.000-15.000 l/hari, dengan gula kristal yang diperoleh dikategorikan cukup
baik.
Studi Kasus “Potensi Start-Up Produk Gula Aren Inovatif Berkhasiat Obat”
Indonesia, memiliki lahan suboptimal yang terbagi atas 123,1 juta Ha lahan
kering dan 33,4 juta Ha lahan basah (rawa) (Haryono, 2013). Khusus untuk lahan
sub optimal dengan karakteristik tanah masam, di Kalimantan Selatan terdapat
seluas 2.189.535 Ha dari total keseluruhan 2.238.606 Ha (Mulyani dan Syarwani,
2013). Komoditas yang dapat tumbuh dan berkembang pada karakteristik lahan
yang demikian salah satunya adalah tanaman aren (Arrenga pinnata Merr).
Untuk perluasan tanaman aren di Kalimantan Selatan mencapai 10.911.452 Ha.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penyusunan peta pengembangan industri agro
Kalimantan Selatan Tahun 2015, aren menempati urutan ke enam dalam target
pengembangan untuk hilirisasi dan komersialisasi (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kalsel, 2015).
Karakteristik Responden
Responden yang mengisi matriks USP sebanyak 60 orang. Mereka adalah
Calon Pelanggan Produk GSH tetapi juga sering membeli produk kompetitor, baik
produk X maupun produk Y.
Pada bagian lain untuk analisis SWOT responden berasal dari kelompok
pengambil kebijakan seperti kepala dinas SKPD relevan, BAPPEDA, Dewan
I II III
TINGGI Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
3,0
Total V
IV Pertumbuhan VI
Skor EFE MENENGAH Stabilitas Penciutan
2,936 Stabilitas
(2,740)
2,0
VII VII IX
RENDAH Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi
1,0
Sumber : Data primer, 2016 (Hesty H et al., 2016).
Gambar 25. Matrik IE Startup Produk GSH.
Keterangan :
I : Strategi konsentrasi melalui intergasi vertikal.
II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.
III : Strategi turn around.
IV : Strategi stabilitas.
V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas
(tidak ada perubahan terhadap laba).
VI : Strategi divestasi.
VII : Strategi diversifikasi konsentrik.
VIII : Strategi diversifikasi konglomerat.
IX : Strategi likuidasi atau bangkrut.
Kesimpulan Analisis
Berdasarkan data dan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian yang
telah dilakukan oleh Hesty H et al., (2016). dapat disimpulkan bahwa Produk
GSH sangat potensial dikembangkan. Terbukti dari penerimaan prospective
customers pada saat uji coba produk kepasar sebagai bentuk Minimum Viable
Product (MVP) saat Lean Startup. Produk GSH secara signifikan mampu
menyaingi produk competitors. Keunggulan yang terukur sebagai feedback loop
dari innovative accounting terhadap MVP untuk terus melakukan perbaikan
secara berkelanjutan dapat terlihat dari sisi harga jual mencapai rasio value added
19% dibanding competitors.
Perbaikan secara berkelanjutan di follow up dengan melakukan evaluasi
internal dan eksternal. Total nilai dari EFE lebih besar dari IFE, sehingga peluang
startup sangat besar. Untuk posisi sel berada di sel V berarti pertumbuhan yang
berpotensi pada stabilitas. Strategi konsolidasi secara horizontal dan vertikal
perlu lebih dikonsentrasikan. Tujuannya untuk defensif yaitu menghindari
kehilangan atau pengurangan customer serta menambah calon pelanggan baru
sehingga menjadi customer yang loyal dan fanatik. Dengan demikian
pengurangan profit dapat dihindari sedini mungkin dan bahkan dengan proses
evaluasi startup dapat menentukan keputusan untuk pivot atau persevere. Analisis
SWOT memberikan alternatif strategi untuk persevere startup yaitu meningkatkan
kuantitas Produk GSH, melakukan evaluasi serta peningkatan pelayanan secara
berkelanjutan.
20 13 6 5 4 9
10 10 9 13 9 6
10 15 7 11 4 10
3 12 17 9 12 4
8 4 9 8 17 11
7 6 9 10 11 14
Perubahan
Peringkat Peringkat Peringkat Perubahan
Peringkat
Kode Kabupaten/Kota IPKM IPKM Pengembangan Peringkat
Pengembangan
2007 2013 IPKM 2013 IPKM 2013
IPKM 2013
6301 Kab. Tanah Laut 213 208 349 Naik Turun
6302 Kab. Kotabaru 217 368 383 Turun Turun
6303 Kab. Banjar 388 421 437 Turun Turun
6304 Kab. Barito Kuala 353 406 427 Turun Turun
6305 Kab. Tapin 281 287 291 Turun Turun
6306 Kab. Hulu Sungai Selatan 273 356 324 Turun Turun
6307 Kab. Hulu Sungai Tengah 158 335 339 Turun Turun
6308 Kab. Hulu Sungai Utara 277 275 371 Naik Turun
6309 Kab. Tabalong 163 244 268 Turun Turun
6310 Kab. Tanah Bumbu 266 345 368 Turun Turun
6311 Kab. Balangan 354 370 395 Turun Turun
6371 Kota Banjarmasin 124 119 71 Naik Naik
6372 Kota Banjarbaru 39 45 125 Turun Turun
Sumber : Tim Penyusun IPKM Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2014.
7 Peralatan/listrik 250.000
8 Bahan bakar 100.000
Jumlah 1.525.000
Sumber : Data primer diolah, 2015.
Dari harga pokok Rp 81,33 dengan total penjualan selama 1 kali produksi (10
HK), maka keuntungan yang diperoleh setiap kali produksi sebesar 28,5%. Apabila
jumlah 1 kg briket limbah aren sejumlah 77 butir maka harga jual briket limbah aren
per kilogramnya sebesar Rp. 8.768,- harga jual ini lebih murah dibandingkan dengan
minyak tanah. Perbandingan harga beberapa jenis bahan bakar dapat dilihat pada
Tabel 28.
Sumber bahan baku briket berasal dari limbah organik yang mudah diperoleh,
tersedia dalam jumlah yang banyak dan harga yang murah bahkan bisa diperoleh
secara gratis. Berdasarkan perbandingan nilai kalor pada Tabel 28, diperoleh knversi
yang didasarkan pada perhitungan berikut :
Nilai kalor arang kayu
X harga briket arang
Nilai kalor briket aren
5.000
X 8.768 = Rp 9.671
4.533,08
Produk turunan dari nira aren yang sering dibuat adalah gula merah yang
merupakan hasil pengentalan nira, berbentuk cetakan dan berwarna kuning sampai
coklat tua (Santoso et al., 1988). Gula merah memiliki tekstur yang tidak terlalu
keras dan struktur kompak karena itu mudah dipatahkan dan berkesan empuk.
Menurut Dachlan (1984) gula merah mempunyai rasa alami yang khas yang tidak
dapat digantikan oleh gula lain. Banyak digunakan sebagai penyedap/bumbu
masakan, membuat kecap manis dan juga dipakai dalam pengobatan. Nira nira aren
mengandung lebih banyak asam malat, dimana dengan komponen menguap lainnya
berperan memberi rasa asam dan aroma spesifik pada gula merah yang dihasilkan
(Santoso et a.l, 1988). Kandungan nutrisi gula aren yang dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Kandungan Nutrisi Gula Aren
No Jenis Kandungan Dalam 100 g gula Aren
1 Kalori 268 kkal
2 Karbohidrat 95 g
3 Kalsium 75 mg
4 Fosfor 35 mg
5 Besi 3 mg
6 Air 4 mg
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (dalam Hatta, 1993).
Kerusakan pun dapat terjadi pada nira saat penyadapan, karena untuk
memperoleh nira diperlukan waktu yang lama (10-12 jam), sehingga nira menjadi
Hal yang membuat tanaman aren banyak dilirik pabrik gula dan biofuel
untuk saat ini adalah tanaman aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam
menghasilkan kristal gula dan biofuel per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali
dibandingkan tebu dan rendemen gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7%.
Gula aren dinilai baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Dari segi
kelestarian lingkungan, tanaman aren dapat tumbuh subur pada lahan marginal di
lereng gunung atau berbukit-bukit bersama tanaman lain. Oleh karena itu aren
mampu menciptakan ekologi yang baik sehingga tercipta keseimbangan biologi. Di
(I)
(VI)
(II)
(V)
(III)
(IV)
Sumber : Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
133/Permentan/OT.140/12/2013 Tentang Pedoman Budidaya Aren
(Arenga pinnata MERR) yang Baik.
Gambar 28. (i) Ijuk yang belum diolah, (ii) Pengolahan ijuk menjadi sapu, (iii) Sapu ijuk,
(iv)Tali ijuk, (v) Atap dari ijuk, dan (vi) Serat ijuk untuk ekspor.
II VIII
VII
III
VI
IV
Keterangan :
(i) Gelondongan batang aren yag akan diambil tempungnya,
(ii) Gelondongan batang aren yang telah dibelah,
(iii) Gelondongan batang aren yang telah dikeluarkan kulitnya dan siap diolah (empulur),
(iv) Pemarutan empulur aren,
(v) Pemisahan serat dari serbuk aren,
(vi) Perendaman serbuk aren untuk mendapatkan endapan tepung,
(vii) Tepung aren basah ditiriskan dalam karung plastik, dan
(viii) Tepung aren kering siap diolah menjadi berbagai produk.
PRODUKSI BERSIH
Dampak :
- Perbaikan efisiensi
- Performasi lingkungan lebih baik
- Peningkatan keuntungan kompetitif
Pengolahan Pencegahan
Media
tunggal Pendorong
peraturan
Minimisasi Pengurangan
Pengendalian limbah B3
pencemaran
Reuse
Recycle Desain Ramah
Recovery
Lingkungan
Multi Pendorong
Eco-efficiency bisnis
media
Gambar 31. Hubungan antara produksi bersih dengan konsep pengelolaan lingkungan lainnya
Perolehan peluang
produksi bersih
Evaluasi pelaksanaan
Penyusunan rencana
pelaksanaan tindakan
produksi bersih
Pelaksanaan tindakan
Penerimaan
produksi bersih
Evaluasi peluang
Kebutuhan energi bagi manusia adalah hal yang sangat penting. Seiring
dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia terhadap energi semakin
meningkat. Saat ini sumber energi terbesar yang masih digunakan adalah sumber
energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil ini tidak dapat
diharapkan untuk jangka waktu yang panjang karena sifat energi dari bahan bakar
fosil yang tidak dapat diperbaharui. Di Indonesia, pada tahun 2010 yang lalu
cadangan minyak bumi sekitar 7,99 miliar barrel dan gas bumi sekitar 159,64
TSCF (Trillion Standard Cubic Feet). Apabila tidak ditemukan cadangan baru,
maka minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 23 tahun dan gas bumi
55 tahun. Selama kurun waktu 40 tahun ke depan (2010-2050), kebutuhan
energi nasional diprediksikan meningkat rata-rata 3% per tahun (Heyko, 2012).
Energi merupakan salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh dunia
pada abad 21. Sampai saat ini menjadi konsumsi utama Negara-negara di dunia. Saat
terjadi lonjakan harga minyak dunia hingga mencapai US$ 0/barel perekonomian
dunia sangat terganggu. Ketergantungan masyarakat terhadap BBM akan semakin
tinggi, padahal BBM merupakan sumber daya yang tak terbarukan. Bioetanol
merupakan bahan bakar alternatif yang berpotensi menggantikan BBM. Bahan baku
pembuatan bioetanol adalah bahan bergula, berpati, dan berserat (Anggraini, 2011).
Nira
Ekstraksi
Fermentasi
Destilasi
Dehidrasi
Penghancuran
Pencetakan briket
Pengeringan
Gambar 34. Diagram Alir Proses Pembuatan Briket Kulit Aren
Uji yang dimaksud meliputi uji karakteristik yang terdiri dari uji kadar air,
kadar abu, kadar volatil, dan nilai kalor, uji kualitas pembakaran yang meliputi waktu
nyala awal, durasi pembakaran dan kecepatan pembakaran.
1. Uji Kadar Air
Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui banyaknya kandungan air
pada briket. Pada penelitian ini, prosuder pengujian kadar air mengikuti prosedur
pada SNI No. 06-3730-1995. Prinsipnya adalah bahwa air akan menguap pada
pemanasan di atas 100° C. Kadar air pada briket perlu diketahui karena kadar air
sangat mempengaruhi kualitas briket arang yang dihasilkan. Semakin rendah nilai
kadar air maka nilai kalor dan daya pembakaran akan semakin tinggi dan
sebaliknya semakin tinggi kadar air maka nilai kalor dan daya pembakaran akan
semakin rendah.
Hasil uji nilai kadar air briket limbah kulit aren berkisar pada 4,66% - 6,95%
yang menunjukkan nilai masuk dalam baku mutu SN1 01-6235-2000 tentang mutu
briket arang kayu yang tidak meleobihi 8%. Hal ini dikarenakan apabila briket
dengan kandungan kadar air yang tinggi akan mudah hancur dan mudah ditumbuhi
jamur (Rina dan Hesty, 2015). Menurut Maryono et al., 2013 kadar air briket
dipengaruhi oleh jenis bahan baku, jenis perekat, dan rnetode pengujian yang
Dalam rekayasa proses produksi gula aren agar khasiat sebagai pangan
fungsional tetap terjaga diperlukan standar operasional prosedur (SOP) dimulai dari
penyiapan bahan campuran nira yang ditempatkan di dalam jerigen penampung nira
hingga proses pengolahan, penambahan ekstrak terstandar hingga menjadi gula aren
yang berukuran mini dengan nilai angka kecukupan gizi (AKG) tertentu.
Pada diskusi yang bersifat learning by doing, dinyatakan dalam bentuk
training/praktek. Dalam hal ini Penulis bertindak sebagai seorang Trainer kepada
Mahasiswa/i serta Peserta training lainnya. Dalam kasus ini juga dikembangkan
peluang pelatihan bisnis produksi gula aren secara online.
Materi yang diberikan dalam training mencakup beberapa hal antara lain :
1. Pemahaman SOP mulai dari standarisasi bahan baku (nira aren) sampai dengan
siap olah.
2. Teknik rekayasa, untuk memperoleh gula aren dengan sukrosa rendah, serat
tinggi serta kaya antioksidan.
3. Variasi produk sesuai target nutrisi padasetiap kali penggunaan sehingga
mencukupi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
4. Standarisasi, untuk proses produksi mengacu pada Standar Pelayanan Makanan
dan Minuman ASEAN yang secara empiris dikelompokkan dalam 9 kriteria
utama, sedangkan untuk output/produk sesuai SNI 01-3743-1995.
5. Produk berdaya saing, dalam training dipraktekan untuk semua target
mengetahui bagaimana memunculkan USP (unique selling proposition).
6. Peserta dalam diskusi dibekali oleh Trainer tentang pemahaman Product
stewardship hingga strategi pengembangan produk secara berkelanjutan.
7. Dalam upaya pengembangan bisnis online, Peserta berdiskusi bersama untuk
membuat jejaring pemasaran melalui Social media marketing, pembuatan
website, artikel marketing serta branding.
Tujuan training untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan paraPeserta/target/sasaran (selain Mahasiswa juga Karyawan, Direktur,
Hal-hal menarik yang dihasilkan dari penelitian serta kajian referensi lainnya
dan standarisasi relevan, dapat diberikan beberapa informasi penting berikut yang
diketahui bahwa aren memiliki fungsi produksi menghasilkan berbagai komoditi
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tangkai bunga jantan bila dipotong akan
menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi
gula aren atau produk olahan lainnya, sementara bunga betina berkembang menjadi
buah yang dikenal dengan sebutan kolang-kaling.
Hasil penelitian memberikan satu teknik penyadapan nira aren yang sangat uniq
berbasis kearifan lokal yaitu diawali dengan membersihkan pelepah yang menutupi
tandan bunga jantan, mengikat tandan di batasan tara lengan bersih dengan lengan
bermayang menggunakan ijuk kebatang sebelah atas, selanjutnya mengayun-ayunkan
tandan ke arah kiri dan kanan pohon sebanyak 50 kali dengan simpang ayunan
berjarak sekitar 30 cm, sambil dipukul-pukul tandan dengan pangkal parang
pemotong sebanyak 200 kali dari bagian bawah tandan melingkar ke arah atas dengan
arah berputar dari kanan ke kiri dan terus ke kanan, tandandiayunlagisebanyak 50
ayunansambil dipukul-pukul pada batangtepat di bawah pangkal beberapa kali tetapi
lebih kuat tetapi tidak sampai melukai tandan.
Proses ini dilakukan setiap 4 hari, bersamaan dengan tujuan penjarangan butir
bunga jantan, sehingga nutrisi lebih terfokus pada produksi nira. Pemotongan
(bahasa lokal Banjar disebut „penyasapan‟) tandan aren tepat di antara batas lengan
bersih dan dilakukan pada pagi hari menggunakan pisau sadap yang sangat tajam dan
bersih agar tidak menjadi busuk. Selanjutnya air nira dibiarkan menetes jatuh ke
perakaran pohon aren untuk merangsang pohon memproduksi nira lebih banyak
karena nutrisinya yang dapat menyuburkan tanah sampai air tersebut berhenti
menetes. Selanjutnya disadap dengan cara dipotong setebal 1-2 mm merata pada di
bidang sadap dan ditampung air nira pada bumbung/jerigen yang sudah bersi ekstrak
terstandar pada volume 5.000 mL, volume ekstrak sekitar 200 mL.
Adli MZ. 2010. Pemanfaatan Gula Bubuk Aren Sebagai Bahan Pembuatan Permen Anti Diabetes.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Akuba, R.H. 2004. Profil Aren. Pengembangan Tanaman Aren. Prosiding seminar nasional aren.
Tondano. Balai penelitian tanaman kelapa dan palma lain., 9 juni. Hal 1-9.
Alam N., Salim Saleh M., Haryadi, Umar S. 2007. Pengaruh Cara Pengolahan Instant Starch
Noodle dari Pati Aren terhadap Sifat Fisikokomia dan Sensoris. Jurnal Agroland, 14 (3) :
12 – 18.
Allorerung D. 2007. Tanaman Aren Serba Guna. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian-
Workshop Budidaya dan Pemanfaatan Aren untuk Bahan Pangan dan Energi.
http://kebunaren.blogspot.co m/ tanaman-aren-serba-guna.
Anggraini S. P. A. 2011. Kajian Potensi Sumber Biotehanol dari Pemanfaatan Limbah Biomassa
sebagai Sumber Energy Alternatif. Posiding Seminar Nasioanl Manajemen Teknologi XIII.
Surabaya.
Anilakumai B, Rajyalakshmi P. 2000. Qualitative Aspects, Product Suitability and in Vitro Starch
Digestibility of Caryota Palm Sago. An Uncommon Food of Tribals. J Food Sci Technol ; 37 (1) :
75-78.
Anoraga, Pandji, Djoko S. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Antaatmadja, S. 1989. Aspek Sosial Ekonomi Tanaman Aren. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 6
No. 1. 1989:63-69.
Arinasa IBK, Sumantera IW. 2000. Pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan dalam pembuatan gula bali
tradisional di Kabupaten Buleleng dan Tabanan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Etnobotani 111, 101-105. Puslitbang Biologi-LIPI, Universitas Udayana, Universitas
Mahasaraswati. Denpasar-Bali, 5-6 Mei 2000.
Assael, H. 2002. Consumer Behavior and Marketing Action. DW Kent Publishing Company.
Boston. Ed 4th :167-170.
Assirey EA. 2014. Nutritional Composition of ten date Palm (Phoenix ductylifera L.) Cultival Fruits
Grown in Saudi Arabia by High Performance Liquid Chromatography. Journal of Taibah
University for Science, July 2014.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Info Tek Perkebunan Media Bahan Bakar
Nabati dan Perkebunan. Vol. 1 Nomor 5. ISSN 2085-319X. Bogor.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3743-1995. Syarat Mutu Gula Palma : Badan Standarisasi
Nasional Indonesia. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI Valuasi . Majalah Standarisasi Nasional. ISSN 1978-6174.
Volume 7/N0.2/2013.
Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Gula Aren (Gula Semut dan Cetak).
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM BI. Jakarta.
[BI] Bank Indonesia. 2009. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah Gula Aren (Gula Cetak dan Gula
Semut). Jakarta. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.
BALITKA. 1989. Potensi Nira Tanaman Palma Sebagai Pemasok Gula Non Tebu. Laporan Bulanan
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 7:1.
Barh D, Mazumdar BC. 2008. Comparative nutritive values of palm saps before and after their partial
fermentation and effective use of wild date (Phoenix sylvestris Roxb.) Sap in Treatment of
Anemia. Research Journal of Medicine and Medical Sciences ; 3 (2) : 173-176.
Barlina R, Lay A. 1994. Pengolahan Nira Kelapa untuk Produk Fermentasi Nata de coco, Alkohol dan
Asam Cuka. Jurnal Penelitian Kelapa ; 7 No.2-1994. Balai Penelitian Kelapa. Manado.
Beber S. 2004. Diabetes and Nutrition : The Role of Carbohydrates and Glicemic Index. Diabetes
Care News : 18.11-3.
BIP. 1981. Kegunaan Pohon Aren. Br. Balai Informasi Pertanian Gedong Johor. Medan, 009:1.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleer dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan : Adiono dan
Hari Purnomo. UI Press. Jakarta.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet H, Wootton M. 1987. Ilmu Pangan (terjemahan). Universitas
Hasanuddin Press. Jakarta.
Burger, D.H 1970. Sejarah Ekonomi Sosiologis Indonesia Jilid I. Pradjapramita. Djakarta.
Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Penerbit Bunga Aksara.
Jakarta.
Carsono N. 2008. Peran Pemulian Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia.
Seminar Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan dalam Kajian Terbatas Bidang Produksi Tanaman Pangan pada Januari
2008. Tokyo.
Cenadi CS. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Universitas Kristen Petra :
NIRMANA Vol. 2, No. 1, Januari 200
Daulay, D dan Rahman A. 1992. Teknologi Fermentasi sayur-sayuran dan buah-buahan. IPB. Bogor.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI). 2001. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI: Gula Kelapa Kristal SII 0268-85. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
DeMan, J.M. 1997. Kimia Makanan. Terjemahan: Kosasih Patmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo. UI-Press. Jakarta.
Dinas Kehutanan Jawa Tengah. 2013. Potensi & Budidaya Tanaman Aren.
http://dinhut.blogspot.co.id/2013/09/potensi-budidaya-tanaman-aren.html (diakses pada : 23
Agustus 2016).
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalsel. 2015. Peta Pengembangan Industri Agro Kalimantan
Selatan Tahun 2015. Kalimantan Selatan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum Manis Komoditi Harapan di Provinsi Kawasan Timur
Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri ;
17-18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
No.4-1996 : 6-12.
Ditjen Perkebunan. 2004. Pengembangan tanaman aren di Indonesia. Prosiding seminar Nasional
Aren. Tondano 9 Juni 2004. Balai Penelitian tanaman kelapa dan palma lain. Hal. 138-144.
Disperindag & PM Kabupaten Semarang. 2008. Kebijakan Keterkaitan Industri Hulu Hilir. Ungaran.
Duryat dan Indriyanto. 2012. Produksi Nira Aren (Arenga Pinnata) Sebagai Bahan Baku Gula Merah
Dari Kawasan Taman Hutan Raya Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012.
Effendi, D.S. 2009. Aren, Sumber Energy Alternative. Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tahun 2009. 31 (2):1-3.
Effendi, D. S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga Pinnata MERR) Mendukung
Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Jurnal Perspektif (9)1: 36-46.
Eric Ries. 2011. The Lean Startup : How Today‟s Entrrepreneurs use continuous Innovation to Create
Radically Successfull Businesses.
Firdayati M, Marissa H. 2005. Studi Karakteristik Dasar Imbah Industri Tepung Aren. Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan Vol 1 no 2. http://arenindonesia.wordpresscom/makalah-
aren/Firdayati-firdayati-dan marissa-Handajani/. Diakses tanggal 7 Februari 2015.
Firmansyah MW.1992. Mempelajari Pengaruh Penambahn Bahan Pengawet Terhadap Umur Simpan
Nira Siwalan (Borassus flaberina Linn.) Serta Mutu Gula Merah, Gula Semut dan Sirup yang
Dihasilkan [Skripsi Penelitian]. 102.
Forouzan S, Rahimirad A, Banafshechin E. 2012. Survey of Iranian date palm concentrate chemical
characteristics. Middle East Journal of Scientific Research ; 12 (7) : 1009-1011.
Foster, A. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran 7e. Jilid 2 (diterjemahkan oleh Alexander Sindoro).
Penerbit Prenhallindo. Jakarta.
Freeman HM. 1995. Industrial Pullution, Prevention Handbook. McGraw-Hill. Inc. New York.
Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Terjemahan Murdjijati. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 305 hal.
Getzner M. 2002. The Quantitative and Qualitative Impacts of Clean Technologies on Employment.
Journal of Cleaner Production ; 10 : 305-319.
Goutara dan S. Wijanti. 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Agro Industri Press, Jurusan TIN, FATETA
IPB, Bogor.
Hadiwiardjo, Bambang H. 1997. ISO 14001 : Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.
Gramedia. Jakarta.
Haryono, 2013. Strategi Kebijakan Kementerian Pertanian dalam Optimalisasi Lahan Suboptimal
Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal
“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan
Nasional”, Palembang 20-21 September 2013. ISBN 979-587-501-9.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Padang. Dewan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat.
Hesty H. 2002. Kajian Fraksi Aktif dan Formulasi Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack) sebagai Anti
Mikroorganisme Klinis [Disertasi]. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hesty H, Moehansyah, Nazari YA, 2014. Inovasi Untuk Pembangunan Inklusif Berbgasis Komoditas
Unggulan Lahan Basah Menuju Pengembangan Industri Inti di Daerah. Laporan Akhir
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian, Universitas lambung mangkurat.
Hesty H, Nugroho A, Legowo A C, Thresye. 2016. The Start-up Potential of Medicinal Innovative
Palm Sugar Products. International Conference on Food, Agricultural, and Natural Resources
2016. Brawijaya University, Malang.
Hesty H, Nugroho A, Thresye. 2015. Rekayasa Proses Produksi Gula Aren Fungsional Bernilai
Tambah Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian
Indonesia 2015. 29-30 September 2015. ISBN: 978-602-14546-1-9.
Hesty H, Nugroho A, Thresye. 2015. Strategi Pengembangan Standarisasi pada UMKM Gula Aren di
Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI.
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015. ISBN : 78-602-7998-92-6.
Hesty H, Nugroho A, Thresye. 2016. Inovasi untuk Pembangunan Inklusif Berbasis Komoditas
Unggulan Lahan Basah Menuju Pengembangan Industri Inti di Daerah. Riset Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi (RUPT Tahun I 2014, PUPT Tahun II 2015, RUPT Tahun III
2016). Fakultas Pertanian. Universitas Lambang Mangkurat.
Heyko, E. 2012. Strategi Pengembangan Energi Terbarukan : Studi Pada Biodiesel, Bioethanol,
Biomassa, dan Biogas di Indonesia [Skripsi]. Universitas Brawijaya. Malang.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid. 1. Sarana Wana Jaya: Jakarta.
Ho CW. Aida WM, Maskat MY, Osman H. 2008. Effect of Thermal Processing of Palm Sap on
Physico-Chemical Composition of Traditional Palm Sugar. Pakistan Journal of Biological
Sciences. 11 (7) : 989-995.
Imanda MR. 2007. Kajian Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Karakteristik Mutu
Produk Sirup Gula Invert dari Gula Palma [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan B, Rahmayani E, Iskandar J. 2009. Studi Variasi, Pemanfaatan, Pengolahan, dan Pengelolaan
Aren di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Prosiding. Seminar Nasional Etnobotani IV ; Cibinong 18 Mei 2009 : 14-16.
Ismanto, A. 1995. Pohon kehidupan : Aren (Arenga pinnata MERR). Badan pengelola gedung
manggala wanabakti dan prosea Indonesia,k Jakarta. Hal 7-13.
Ismayana, andes, Moh Rizal A. 2011. Pengaruh Jenis Dan Kadar Bahan Perekat Pada Pembuatan
Briket Btng Sebagai Bahan Bakar Aternatif. Jurnal Teknologi Industri Vol 21 No. 3; 186-13.
Asosiasi Agro Industri Indonesia Departemen Tekolongi Industri Pertanian IPB. Bogor.
Itoh, T, Widjaja CH, Matsumaya A, Nasution MZ, Kumendong J. 1985. Compositional characteristics
of Nira palm juice of High sugar Content from palm tree. Proceeding of the IPB-JICA
international Symposium on agricultural product, proceesing and technology. IPB and Japan
Jay.J.M. 1978. Modern Food Microbiology. Van Nostrand Reinhold Company. New York.
Joseph, G.H., Rumokoi dan Kembuan. 1994. Perbaikan Teknik Pengolahan dan
Penganekaragaman Produk Aren, Lontar, Pinang dan Sagu.
Junk, W.R. dan H.M. Pancoast. 1980. Handbook of Sugars. Avi Publishing Company. Inc. Westport,
Connecticut.
[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2002. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
Jakarta.
Kotler, P. 2007. Manajemen Pemasaran. Cetakan ke-2. Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang,
Jakarta.
Kultsum U. 2009. Pengaruh Variasi Nira Tebu (Saccharum officinarum) dari beberapa Varietas Tebu
dengan Penambahan Sumber Nitrogen (N) dari Tepung Kedelai Hitam (Glycine soja) sebagai
Substrat terhadap Efisiensi Fermentasi Etanol [Skripsi]. Malang. Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.
Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami: Penangkal Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara
Penyediaan dan Pengolahan. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Lahiya, A.A., 1983. Beberapa Tanaman Yang Berguna Untuk Tanah-Tanah Yang Kesuburannya
Terbatas ( Jilid II Bagian Pertama : Tanaman Aren dan Proses Menghasilkan Gula Aren di
Daerah Palembang. Terjemahan dari buku asli dengan judul : Onderzoekingen Betreffende Het
Winnen Van Arensuiker In De Residensi Palembang En Ranau oleh A.E. Zeilinga ). Seri
Himpunan Peninggalan Penulisan yang Berserakan. Bandung.
Laksamahardja MP. 1993. Pembuatan Gula Merah. Makalah Temu Tugas. Aplikasi Teknologi
Perkebunan B.P. Kalbar.
Lay A, Bambang H. 2011. Prospek Agro-Industri Aren (Arenga pinnata). Perspektif Vol. 10 No. 1 :
01-10. ISSN : 1412-8004.
Lay, A. 2009. Rekayasa Teknologi Alat Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren. Buletin Palma;
(37):100-114.
Lay A. Hutapea, R T P, Tuyuwale J, Sondakh JO, Polakitan AL. 2004. Pengembangan Komoditas
Aren di Daerah Minahasa Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Tanaman
Aren. Tondano, Juni 2004.
Lempang, M., 2000. Rendemen Produksi Gula Aren (Arenga pinnata Merr.). Buletin Penelitian
Kehutanan ; 6 No.1-2000 : 17-28. Balai Penelitian Kehutanan. Ujung Pandang.
Lempang, M., 2006. Rendemen dan Kandungan Nutrisi Nata Pinnata Yang Diolah dari Nira Aren.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan ; 24 No.2-2006 : 133-144. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.
Lempang M. 2007. Ragam kegunaan Fisik dan produksi aren. Prosiding ekspose hasil-hasil penelitian
litbang kehutanan untuk mendukung pembangunan kehutanan regional (makasar 12-13
november 2007:145-160). Pusat penelitian dan pengembangan hutan dan konservasi kelapa,
manado.
Litbang Pertanian. 2004. Pelestarian Plasma Nutfah sudah mendesak. Badan Litbang Pertanian.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Loto CA, Olofinjana A, Popoola API. 2012. Technical Report. Effect of Saccharum officinarum Juice
Extract Additive on the Electrodeposition of Zinc on Mild Steel in Acid Chloride Solution.
International Journal of Electrochemical Science. 9795-9811.
Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Moehansyah, Hesty H, Nazari YA, 2014. Inovasi Untuk Pembangunan Inklusif Berbgasis Komoditas
Unggulan Lahan Basah Menuju Pengembangan Industri Inti di Daerah. Laporan Akhir
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian, Universitas lambung mangkurat.
Maemonah S. 2015. Strategi Pengembangan Industri Kecil Gula Aren di Kecamatan Limbangan
Kabupaten Kendal [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Majalahwk. 2007. Palm sugar, gula organik pasarnya kian besar. http://www.majalahwk.com [4 Maret
2008].
Maliangkay, R.B. 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Buletin Palma No. 33.
Balitka, Manado.
Marion J F. 2008. Diabetes Mellitus and Hypoglicemica of Nondiabetic Origin. In : Mahan LK,
Escott-stump S, Karuse’s Food, Nutrition and Diet Therapy 13 th Edition. Philadelphia : WB
Saunders Company : 676-710.
Ma‟ruf M, Komasanah S, Elly P, Erwan S 2013. Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Pengolahan
Terasi Skala Rumah Tangga di Dusun Selangan Laut Pesisir Bontang. Jurnal Ilmu Perikanan
Tropis ; 18 (2). ISSN : 1402-2006. Samarinda.
Maryono, Sudding dan Rahmawati. 2013. Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang Tempurung
Kelapa ditinjau dari Kadar Kanji. Junal Chemica Vol. 14 No. 1.
Mogea J, Seibert B, Smits W. 1991. Multipurpose palms: the sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb)
Merr.). Agroforestry Systems 13:111-129.
Muchtadi TR, Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyani A., dan Syarwani M. 2013. Karakteristik dan Potensi Lahan Sub Optimal untuk
Pengembangan Pertanian di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Lahan Sub-Optimal
“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Sub-optimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan
Nasional”, Palembang 20-21 September 2013. ISBN 979-587-501-9.
Murdiyarso. 2003. CDM : Mekanisme Pembangunan Bersih. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Murniati, E. dan Rofik. A. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media perkecambahan
untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata Merr.). Bogor. Bul. Agron. 36(1):33-
40.
Mustaufik, Dwianti H. 2007. Rekayasa Pembuatan Gula Kelapa Kristal yang Diperkaya dengan
Vitamin A dan Uji Preferensinya kepada Konsumen. Laporan Penelitian. Peneliti Dosen Muda
Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Mustaufik dan Karseno. 2004. Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Produksi Gula kelapa kristal
Berstandar Mutu SNI untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Kabupaten
Banyumas. Laporan Pengabdian Masyarakat. Program Pengembangan Teknologi Tepat Guna.
Jurusan Teknologi Pertanian Unsoed, Purwokerto.
Naknean P, Meenune M, Roudaut G. 2009. Changes in physical and chemical properties during the
production of palm sugar syrup by open pan and vacuum evaporator. Asian Journal Of Food And
Agro-Industry ; 2 (04) : 449.
Narulita RR. 2008. Peningkatan Mutu Gula Merah Tebu melalui Penerapan Teknologi Pemasakan
Sistem Uap (Studi Kasus di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nengah, I. K. P. 1990. Kajian Reaksi Pencoklatan Termal pada Proses Pembuatan Gula Merah dari
Aren [Tesis]. Program Studi Ilmu Pangan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Nurlela, E. 2002. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula Merah
[Skripsi]. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Paisal, Karyani SM. 2014. Analisis Kualitas Briket Arang Kulit Durian dengan Campuran Kulit Pisang
Pada Berbagai Kompsisi sebagai Bahan Bakar Alternatif. Proceeding Seminar Nasional Teknik
Mesin Universitas Trisakti. Jakarta.
Pambudy, Adhy AK. 2001. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat
Madani. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.
Patabang D 2009. Karakteristik Termal Briket Arang Serbuk Gergaji Kayu Meranti. Jurnal Mekanika
Vol 4 No 2; Juli 2013; 410-415
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Permentan RI. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
133/Permentan/OT.140/12/2013 Tentang Pedoman Budidaya Aren (Arenga pinnata MERR)
yang Baik.
Phaichamnan M. Posri W, Meenune M. 2010. Quality profile of palm sugar concentrate produced in
Songkhla province, Thailand. International Food Research Journal ; 17 : 425-432
Pontoh, J. 2013. Metode Analisa dan Komponen Kimia dalam Nira Aren dan Gula Aren. Prosiding
Seminar Nasional Aren. Univeritas Sam Ratulangi. Manado.
Pontoh, J. 2013. Penentuan Kandungan Sukrosa Pada Gula Aren Dengan Metode Enzimatik. Manado.
Pulungan, Sutan. 2013. Analisis Usaha Gula Merah dan Kelayakan Usaha Pabrik Mini Gula Semut di
Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara.( Tesis). Ilmu Ekonomi Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.
Pupitaningrum, D.A. 2012. Aplikasi Teknologi Zero Waste dalam Pembuatan Briket Tempurung
Kelapa dan Peranannya sebagai Energi Alternatif pada Masyarakat Pedesaan. Seminar Nasional
Kedaulatan Pangan dan Energi; pp. 1 – 8.
Putra H, Yuriandala, Angraini. 2013. Studi Kualitas Briket Dari Tandan Kosong Keapa Sawit dengan
Perekat Limbah Nasi. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan, Vol 5
No 1. FTSP Universitas Islam Indonesia.
Purwanto. 2003c. Strategi Pencegahan Pencemaran Melalui Penerapan Produksi Bersih. Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia. Semarang.
Purwanto. 2009. Penerapan Teknologi Produksi Bersih Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Mencegah
Pencemaran Industri. Badan Penerbit Universitas Diponorogo. ISBN : 978.979.704.690.3.
Semarang.
Rahayu M dan K Harada. 2004. Peran tumbuhan dalam kehidupan masyarakat lokal di Taman
Nasional Gunung Halimun. Berita Biologi 7(1), 17-23. Jawa Barat
Rahim, Haryadi. 2008. Pengaruh Cara Bubur pada Pengolahan Instant Starch Noodle dari Pati Aren
terhadap Sifat Fisikokimia. Jurnal Agroland 15 (1) : 18-21.
Rajyalakshim P, Greervani P. 1994. Nutritive Value of the Foods Cultivated and Consumed by the
Tribals of South India. Plant Foods Human Nutr ; 46 : 53-61.
Ramadani P. I. Khaeruddin, A. Tjoa dan I. F. Baharuddin. 2008. Pengenalan Jenis- Jenis Pohon
Yang Umum di Sulaweasi. UNTAD Press, Palu.
Rangkuti. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Rezkisari I. 2015. Gula Kelapa lebih sehat dari Gula Pasir. republika.co.id [7 maret 2015].
Rina E, Hesty H. 2015. Formulasi dan Analisis Kualitas Briket limbah Aren (Arenga pinnata Merr)
[Tesis]. Program Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat.
Rohdiana D. 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun Teh. Majalah Jurnal
Indonesia ; 12 (1) : 53-58.
Rumayar, H., J. Pontoh & L. Kowel. 2012. Kristalisasi sukrosa pada pembuatan gula kristal dari nira
aren. Diterima untuk publikasi di Buletin Palma.
Rumokoi MMM. 1990. Manfaat tanaman aren (Arenga pinnata Merr). Buletin Balitka ; No.10-1990 :
21-28. Balai Penelitian Kelapa. Manado.
Santoso H, Soekarto ST, Hermanianto J. 1988. Mempelajari sifat keempukan gula merah. Prosiding.
Seminar Penelitian Pasca Panen ; (I), 1-2 Januari 1988. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso L. 2005. Antioksidan Ekstrak Pollard Gandum Sistem Model Asam Linloeat Beta Karoten
[Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Surabaya.
Saragih, B. 2007. Potensi Besar Agribisnis Aren, Agrina Tabloid Agribisnis Dwimingguan.
Sardjono A, Basrah E, Oyok S. 1987. Penelitian Pengemasan Gula Merah Cetak. J. of Agro-based
Industry ; 4, No. 1 ; 13-16.
Sardjono, EA, Basrah, Sukardi O. 1985. Penelitian dan Pengembangan Diversifikasi Produk dan
Pengepakan Gula Merah Cetak. Bogor.
Sardjono dan M.A. Dachlan, 1988. Penelitian Pencegahan Fermentasi pada Penyadapan Nira Aren
sebagai Bahan Baku Pembuatan Gula Merah. Warta IHP. Vol. 5 (2) pp. 55-58.
Sari DI. 2013. Pentingnya Plasma Nutfah dan Upaya Pelestariannya. Pengawas Benih Tanaman
Ahli Pertama BBPPTP Surabaya.
Sasono A. 1999. Ekonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan. Makalah Konferensi Internasional
Ekonomi Jaringan. Hotel Sangri-La, Jakarta 5-7 Desember.
Sastrodihardjo, R.S. 1963. Gula dan Tebu Rakjat. Djawatan Petanian, Djakarta.
Setia K. 1993. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). Edisi 196 tahun XV Desember 1993. Balai
Industri Ujung Padang.
Siagian MH, Rahayu M, Fanani Z. 1995. Beberapa jenis tumbuhan yang berperan dalam proses
pembuatan gula aren di Kalimantan Timur: suatu telaah etnobotani. Prosiding Seminar dan
Lokakarya Nasional Etnobotani II, 493-498. Puslitbang Biologi- LIPI, Fakultas Biologi UGM
dan Ikatan Pustakawan Indonesia, Yogyakarta, 24-25 Januari 1995.
Sintia AI. 2011. Gula Pasir Versus Gula Aren. Radar Bandung. Bandung.
Suheri E. 2016. Gula aren atau gula merah sangat manjur untuk mengobati beragam penyakit. Dan
untuk daya tahan tubuh. http://www.erwinsuheri.com/2016/06/gula-aren-atau-gula-merah-
sangat manjur.html [06 Juni 2016]. kesehatan.blogekstra.com/supangkat/khasiat-dan-manfaat-
gula-aren.html
Sumarni, G., Ismanto, A., Muslich, M. 2003. Keawetan batang aren (Arenga pinnata Merr). Buletin
Penelitian Hasil Hutan 21(2):167-173.
Sunantyo, Utami S. 2000. Peran pemakaian bahan pengawet alami dalam proses penyadapan dan
pengolahan guma merah non tebu. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III,
386-394. Pusltbang Biologi-LIPI, Universitas Udayana, Universitas Mahasaeaswati. Denpasar-
Bali, 5-6 Mei 2000.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Supriyadi, Masturi, Mahardika P.A., Pratiwi D.J., Susilo. 2014. Pembuatan Briket Berbahan Limbah
Kulit Kolang-Kaling Di Desa Jatirejo Gungpati Semarang. Jurnal Rekayasa Vol. 12 No. 1, Juli
2014.
Susanto T, Saneto B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu. Surabaya.
Suyatno, Suyono. 2013. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas
Keindonesiaan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2016.
Swarsi SL. 1990. Perkembangan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri Di Daerah Bali (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Syarief, R. dan Irawati, A. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta.
Tim Penyusun IPKM Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2014. Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Tjiptadi, Gh. B. 1984. Peranan Peralatan Proses dalam pengembangan Industri Gula Kelapa. Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri, BBIHP, Bogor.
Tjokroadikoesoemo PS. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Thoha, M. Yusuf dan Fajrin, Diana E. 2010. Pembuatan Briket Arang dari Daun Jati dengan Sagu
Aren sebagai Pengikat. Jurusan Teknik Kimia. UNSRI. Palembang.
Tobing, Febrina, Brades AC. 2007. Pembuatan Briket Arang Dari Eceng Gondok (Eichornia
Crasipess Solm) dengan Sagu sebagai Pengikat. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Trinidad, Trinidad P. 2003. Gliceamic Index of Different Coconut (Cocoos nucifera)-Flour Product in
Normal and Diabetic Subjects. British Journal of Nutrition ; (90), 551-556.
UNEP Working Group for Cleaner Production. 1999. Cleaner Production Guidelines-Cleaner
Production in The Queensland Foundry Industry.
UNEP. 2005. Buku Panduan Mengupayakan Penerapan Konsumsi Berkelanjutan di Asia. Terjemahan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia.
USDA. 2013. Nutrition Fact Raw Beet. http://ndb.nal.usda.gov [21 Maret 2015]
Utami, S dan Sumarno. 1996. Peranan Bahan Baku untuk Menghasilkan Gula Mutu Tinggi. Gula
Indonesia Vol. XXI (2) : 22-25.
Van Berkel R .2000. Cleaner for Process Industries : Verview Of The Cleaner Prduction Concept with
Other Envirnmental Management Strategis. Plenary Lecture-CHEMECA. Perth.
Van Berkel R. 2001. Cleaner Production for Achieving Eco-efficiency in Australian Industry. Curtin
University of Technology. Perth.
Wahyu. MS, Drs. 1995. Pengantar Ilmu Sosial. Lambung Mangkurat Universty Press. Banjarmasin.
Wilasita DC. 2011. Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa menjadi Briket
sebagai Sumber Energi Aternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi [Skripsi].
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Wibowo, S, Sasmuko SA.. 2005. Kajian Pengolahan dan Sistem Pemasaran Gula Merah Aren di Desa
Kuta Raja, Tiga Binanga-Tanah Karo, Sumatera Utara. Info Hasil Hutan. Vol. 11 No.1, April
2005. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor, Indonesia. Hal: 41-
49.
Widyastuti C.,1999. Diktat Kuliah Teknologi Gula. UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya.
Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wirioadmodjo, B. 1984. Pergulaan di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Balai Penelitian
Perusahaan Perkebunan Gula, Pasuruan.
Wolever TM, Mehling C, Chiasson. 2008. Low Glicaemic index diet and disposition index in type 2
diabetes (the canadian Trial og Carbohydrates in Diabetes) : a randomised controled trial.
Diabetologia ; (51) : 1607-1615.
A G
Alkohol, i, 15, 18, 22, 40, 59, 95, 96, 136, Good Housekeeping, 120
153 Green product, ii, 120
Antioksidan, i, 38, 40, 41, 137 Gula aren, i, viii, 13, 20, 21, 24, 30, 31,
32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43,
B 44, 46, 49, 50, 53, 54, 55, 56, 57, 60,
Batang, ii, 3, 9, 13, 42, 52, 96, 98, 100, 61, 65, 68, 71, 73, 75, 86, 98, 102, 103,
104, 106, 107, 109, 111, 112, 113, 114, 107, 108, 127, 133, 137, 138, 140, 150
127, 150 Gula cair, 20, 21
Biobriket, 129, 153 Gula kerekan, 20
Bioetanol, ii, 49, 126, 127, 128, 129 Gula pasir, 20, 34, 37
Briket, ii, 130, 131 Gula semut, 20, 31, 54
Brix, 21, 24, 73
I
Bunga jantan, ii, 1, 16, 42, 50, 51, 52, 58,
59, 93, 96, 97, 98, 100, 101, 107, 113, Ijuk, ii, viii, 17, 86, 92, 97, 99, 100, 101,
127 104, 106, 109, 110, 111, 114, 127
Indeks glikemik, i, 42, 43, 138
C IPKM, 78, 79, 80, 81, 82, 151
Cuka, i, 18, 19, 22, 23, 59, 93, 95, 107, ISO 14001, 117, 144
127
K
D Kolang-kaling, ii, 14, 51, 86, 107, 108,
Daun aren, ii, 13, 108 129, 130, 131
DM, 41
L
E Lidi, ii, 86, 109, 110, 127
Efisiensi, 73, 82, 114, 115, 117, 118, 121, Limbah biomassa, ii
123, 124
N
Ekologis, 13, 104, 114
Emisi, 114, 119, 124, 127 Nata pinnata, i, 22
Energi alternatif, ii, 129, 130 Nira aren segar, i, 19, 20
Nutrisi mikronutrient, i
F
O
Fermentasi, i, ii, 17, 18, 19, 20, 22, 35, 42,
57, 59, 95, 98, 103, 126, 127, 128, 129 Opportunities, 65, 71
Fruktosa, 1, 5, 11, 15, 21, 31, 37, 96, 126,
137, 153
R U