Anda di halaman 1dari 25

3.3.

Komponen Sosial dan Kesehatan Masyarakat


Operasional PT ABS secara ekologis akan berdampak langsung terhadap kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat di lokasi studi, baik positif maupun negatif.
Dampak positif perlu ditumbuh kembangkan dalam rangka percepatan pembangunan dan
pengembangan daerah yang bersangkutan. Sedangkan dampak negatif sedapat mungkin
diminimalisir agar tidak merugikan berbagai pihak, terutama lingkungan sebagai media. Dengan
kata lain agar kedua dampak tersebut dapat berimplikasi positif bagi semua pihak terkait serta
semua aspek kehidupan maka kegiatan perkebunan kelapa sawit ini harus direncanakan
sedemikian rupa, sehingga fungsi dan daya dukung lingkungan setelahnya dapat tetap
difungsikan sesuai dengan peruntukan selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan dampak-dampak terhadap komponen sosekbudkesmas yang akan
terjadi, maka dalam studi ini akan dikaji rona awal komponen sosial, ekonomi, budaya serta
kesehatan masyarakat dalam rangka memudahkan dalam menganalisis perubahan sosial,
ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. Adapun uraian mengenai
kondisi tersebut dapat dilihat berikut ini.
3.3.1. Demografi/Kependudukan
Jumlah penduduk di suatu daerah merupakan faktor penting dan menjadi patokan dalam
memprediksi ketersediaan tenaga kerja. Diketahui jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa
Bumi Rapak (1556 jiwa), sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Desa
Kholeq (967 jiwa). Berdasarkan tingkat kepadatannya dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan masing-masing desa termasuk dalam kategori tidak padat karena tiap Km
2
nya
hanya dihuni 4,5 63,7 jiwa/Km
2
. Gambaran keadaan penduduk dapat dilihat pada uraian tabel
berikut.
Tabel 3.29. Keadaan Penduduk di Lokasi Studi
No. Lokasi
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Total
(Jiwa)
Luas
(Km
2
)
Kepadatan
(Jiwa/Km
2
)
Kriteria
Lk Pr
1. Bumi Rapak 818 738 1556 299.8 5,19 Tidak padat
2. Bumi Etam 752 621 1373 305,1 4,5 Tidak padat
3. Cipta Graha 568 515 1083 170 63,7 Tidak padat
4. Kholeq 547 420 967 149,9 6,45 Tidak padat
Sumber : Profil masing-masing desa, 2010
Keterangan : Lk (laki-laki) Pr (perempuan)
Kriteria kepadatan penduduk menurut BPS tahun 1999 :
1. Jumlah penduduk < 200 jiwa/Km
2
: tidak padat
2. Jumlah penduduk 200-400jiwa/Km
2
: sedang
3. Jumlah penduduk > 400 jiwa/Km
2
: padat
Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui dominansi penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan dan sebaliknya. Hasil perhitungan dari data yang diperoleh dari masing-masing desa
diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan.
Umumnya penduduk laki-laki merupakan pekerja. Oleh karena itu semakin banyak penduduk
laki-laki (telah bekerja), diasumsikan tingkat pendapatan juga akan semakin meningkat.
Selengkapnya sex ratio masing-masing desa disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.30. Sex Ratio Penduduk
No. Lokasi Sex Rasio Keterangan
1. Bumi Rapak 111 Di Desa Bumi Rapak terdapat 110 laki-laki dalam setiap
100 orang perempuan
2. Bumi Etam 121 Di Desa Bumi Etam terdapat 121 laki-laki dalam setiap
100 orang perempuan
3. Cipta Graha 110 Di Desa Cipta Graha terdapat 110 laki-laki dalam setiap
100 orang perempuan
4. Kholeq 130 Di Desa Kholeq terdapat 130 laki-laki dalam setiap 100
orang perempuan
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
1. A. Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan usianya penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia
produktif dan penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia produktif merupakan penduduk
yang berada pada interval usia 15 64 tahun sedangkan penduduk usia tidak produktif adalah
penduduk yang berusia 0 14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 64 tahun. Penduduk
produktif disini diartikan sebagai kelompok manusia yang secara fisik telah mampu bekerja dan
menghasilkan uang. Menurut data monografi dari masing-masing desa yang diperoleh
disimpulkan bahwa sebagian penduduk di lokasi studi merupakan penduduk usia produktif (15
64 tahun). Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di
lokasi studi relatif banyak. Masih berdasarkan sumber yang sama, diketahui bahwa kelompok
penduduk yang tidak produktif yang terbanyak merupakan kelompok penduduk muda (anak-
anak). Berikut disajikan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia.
Tabel 3.31. Penduduk Berdasarkan Usia
Kelompok Umur
(tahun)
Jumlah (orang)
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
0 14 431 483 309 326
15 64 1055 843 690 578
> 65 70 47 84 63
Jumlah 1556 1373 1083 967
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Dominasi penduduk usia produktif pada suatu daerah menjadikan beban ketergantungan antara
penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif menjadi semakin kecil. Hal tersebut
tentunya akan berimplikasi terhadap akumulasi pendapatan keluarga dan meningkatnya taraf
hidup. Berdasarkan analisis data primer diketahui bahwa beban angka ketergantungan penduduk
pada masing-masing desa berkisar antara 0,57 hingga 2,11. Hal tersebut berarti bahwa tiap saru
orang produktif harus menangung 1-2 orang tidak produktif. Selengkapnya beban
ketergantungan penduduk di lokasi studi disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.32. Beban Ketergantungan
Kategori Penduduk
Desa
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Penduduk Produktif 1055 843 690 578
Penduduk Tidak Produktif 501 530 393 389
Angka Ketergantungan 2,11 0,63 0,57 1,49
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010.
1. B. Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Aspek kependudukan khususnya kualitas SDM memiliki peran yang sangat penting dalam
progesifitas suatu daerah. Hal ini terkait erat dengan keberhasilan pembangunan di bidang
pendidikan. SDM yang berkualitas merupakan modal utama bangsa dalam menjalankan
pembangunan. Salah satu faktor penunjang terbentuknya SDM yang berkualitas adalah tingkat
pendidikan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan SDM
orang yang bersangkutan akan semakin berkualitas. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui
bahwa tingkat pendidikan penduduk di lokasi studi hingga saat ini masih didominasi oleh SD,
namun ada pula yang belum sekolah, tidak pernah bersekolah maupun tidak tamat SD. Penduduk
yang masuk dalam kelompok ini umumnya adalah balita, orang tua dan lansia, sedangkan pada
kelompok penduduk muda saat ini tidak ada lagi yang tidak bersekolah maupun putus sekolah.
Hal tersebut dapat diketahui dari makin meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah dan
melanjutkan pendidikan dari tahun ke tahun. Data tingkat pendidikan penduduk di lokasi studi
dapat dilihat pada table 3.33.
Tabel 3.33. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat Pendidikan
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
Belum Sekolah 87 211 44 46
Tidak Pernah Sekolah 62 76 105 102
Tidak Tamat SD 274 139 72 68
SD 232 267 235 134
Tidak Tamat SLTP 42 141 160 98
Tingkat Pendidikan
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
SLTP 91 100 75 60
Tidak Tamat SLTA 26 35 52 47
SLTA 144 61 116 113
Sarjana/Diploma 54 14 49 37
Jumlah 1.012 924 908 705
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden pada masing-masing desa diketahui bahwa
20,20% responden berpendidikan SD, sekitar 23,23% responden berpendidikan SLTP, sekitar
39,39% berpendidikan SLTA dan 6,06% responden berpendidikan Sarjana/Diploma. Berikut ini
disajikan data responden berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 3.34. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
Tidak Sekolah 2 0 3 4
Tidak Tamat SD 0 0 2 0
SD 3 7 5 5
SLTP 1 8 7 7
SLTA 5 13 11 10
Sarjana/diploma 1 2 2 1
Jumlah 12 30 30 27
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Selain tingkat pendidikan faktor lain yang juga menentukan kualitas pendidikan adalah
tersedianya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, buku serta tenaga pengajar.
Dari data yang diperoleh disimpulkan sarana pendidikan yang tersedia kurang memadai. Hal
tersebut tidak membatasi penduduknya untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hal tersebut diketahui dari makin banyaknya jumlah penduduk yang bersekolah dan melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Penduduk di Desa Cipta Graha, Bumi Etam dan Kholeq
lebih banyak menempuh pendidikan lanjutan (SLTP dan SMU) dan pada umumnya mereka lebih
banyak pergi ke desa Bumi Rapak atau ke luar daerah seperti Sangatta, Bontang atau ke
Samarinda, hal ini disebabkan di tiga desa tersebut tidak memiliki sarana pendidikan untuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sedangkan untuk menempuh jenjang pendidikan
sarjana/diploma penduduk di empat desa yakni Bumi Rapak, Bumi Etam, Cipta Graha dan
Kholeq pergi ke luar daerahnya yakni ke Sangatta atau ke Samarinda karena sarana pendidikan
pada jenjang ini tidak tersedia di lokasi studi.
Tabel 3.35. Sarana Pendidikan
Fasilitas Pendidikan
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (unit)
TK 1 1 1 1
SD 1 1 1 1
SLTP 1 0 0 0
SMU 1 0 0 0
Ponpes 0 0 2 0
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
1. C. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Kehidupan beragama di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 29 serta sila pertama pada
Pancasila. Kehidupan beragama harus senantiasa dibina dalam rangka menciptakan kehidupan
masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang, sehingga diharapkan dapat mengatasi berbagai
permasalahan sosial sebagai dampak globalisasi dewasa ini. Dari data monografi masing-masing
desa diketahui bahwa dari keempat desa di lokasi studi tiga desa diantaranya Desa Bumi Rapak,
Cipta Graha dan Kholeq didominasi oleh pemeluk agama Islam sedangkan untuk desa Bumi
Etam didominasi oleh pemeluk agama Kristen Katolik. Data mengenai jumlah penduduk
berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.36. Penduduk Berdasarkan Agama
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Total
Bumi Rapak 973 7 0 576 0 1556
Bumi Etam 621 1 751 0 0 1373
Cipta Graha 897 0 186 0 0 1083
Kholeq 908 0 59 0 0 967
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Sarana ibadah perlu dibangun dalam rangka mendukung aktivitas peribadatan dan merupakan
eksistensi dari pemeluknya. Jenis sarana ibadah yang ada yakni berupa masjid, musholla, gereja
dan pura. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di lokasi studi diantaranya 10 unit masjid, 7 unit
musholla, 3 unit gereja dan 3 unit pura. Berikut data lengkap sarana ibadah di lokasi studi.
Tabel 3.37. Sarana Ibadah
Desa
Masjid Musholla Gereja Pura
Jumlah (unit)
Bumi Rapak 2 2 0 3
Bumi Etam 4 1 2 0
Cipta Graha 2 3 1 0
Kholeq 2 1 0 0
Sumber : Monografi masing-masing Desa, 2010
1. D. Aksesabilitas
Akses transportasi menuju lokasi studi dapat ditempuh baik melalui darat menggunakan
kendaraan roda dua dan roda empat, Kondisi badan jalan menuju lokasi studi adalah berupa
tanah pengerasan yang apabila hujan keadaan jalan menjadi susah untuk dilalui karena licin.
3.3.2. Perekonomian
Secara umum lokasi studi merupakan daerah perdesaan yang termasuk jarang penduduknya
dengan bidang usaha yang ada dan berkembang bersifat homogen dan masih didominasi oleh
pertanian. Sebagai daerah yang sedang berkembang, keberadaan PT Agronusa Bumi Sejahtera
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam bidang lainnya, khususnya
perdagangan dan jasa.
1. A. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di lokasi pada umumnya adalah petani. Perkembangan sektor
perdagangan di lokasi studi secara umum berjalan lambat. Berdasarkan pengamatan lapangan hal
ini lebih banyak disebabkan oleh sulitnya aksesabilitas menuju lokasi studi. Berikut disajikan
mata pencaharian penduduk di lokasi studi.
Tabel 3.38. Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
Wiraswasta 2 21 0 0
Petani 695 200 121 214
Karyawan swasta 59 90 75 80
Peternak 6 15 30 15
Nelayan 32 9 0 0
PNS 38 34 11 10
Pedagang 2 14 5 4
Buruh 49 350 22 25
Jasa 7 18 7 2
Jumlah 890 751 271 731
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Mata pencaharian responden yang berada di lokasi sebagian besar berada di sektor pertanian
yakni sebagai petani padi, sayur-sayuran dan kelapa sawit, adapun di sektor perikanan sebagai
nelayan. Hasil pertanian padi umumnya dikonsumsi sendiri (subsisten) kecuali jika padi dan
sayur-sayuran yang dihasilkan jumlahnya melebihi jumlah yang dikonsumsi.
Tabel 3.39. Mata Pencaharian Responden
Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Petani 4 16 13 19
Nelayan 2 0 0 0
Karyawan /swasta 1 6 8 6
Pedagang 4 4 3 1
PNS 1 2 1 0
ABRI 0 0 0 0
Jasa 0 2 5 1
Jumlah 12 30 30 27
Sumber : Data Primer, 2010
1. B. Tingkat Pendapatan
Salah satu indikator tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari seberapa besar kemampuan
penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar tingkat pendapatan, secara
umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk tersebut semakin meningkat.
Berikut hasil rekapitulasi tingkat pendapatan responden.
Tabel 3.40. Tingkat Pendapatan Responden di Lokasi Studi
Pendapatan
(Rp)
Bumi
Rapak
Bumi
Etam
Cipta
Graha
Kholeq
Total
(orang)
%
< Rp 500.000,- 6 16 14 11 47 49,47
Rp 500.000,- s/d Rp
1.000.000,-
4 4 6 8 22 23,16
> Rp 1.000.000,- s/d
Rp 2.000.000,-
2 6 5 6 19 20
> Rp 2.000.000,- 0 2 3 2 7 7,37
Sumber : Data Primer, 2010
Dari data di atas diketahui bahwa responden dengan tingkat pendapatan < Rp 500.000,-
merupakan yang terbanyak yakni mencapai 49,47% dari keseluruhan responden. Kelompok ini
pada umumnya adalah petani, alasan mengapa pendapatan dari kelompok ini adalah karena
sebagian besar hasil pertanian yang dihasilkan digunakan untuk dikonsumsi sendiri sedangkan
apabila terdapat hasil yang lebih batu di jual ke pasar. Kelompok responden dengan tingkat
pendapatan > Rp 500.000,- s/d Rp 1.000.000,- merupakan yang terbanyak setelah responden
yang bermata pencaharian sebagai Petani. Kelompok dengan pendapatan Rp 500.000,- s/d Rp
1.000.000,-adalah penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani padi, nelayan dan bidang
jasa dengan persentase sebesar 23,16%. Kelompok responden dengan tingkat pendapatan > Rp
1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,- adalah responden dengan mata pencaharian sebagai pedagang dan
swasta, sedangkan Kelompok responden dengan tingkat pendapatan > Rp 2.000.000,- adalah
responden dengan mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil.
1. C. Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian penting keberadaannya bagi perkembangan suatu daerah. Semakin tinggi
mobilitas disertai oleh aksesabilitinya terhadap pusat-pusat perekonomian menjadikan
perkembangan suatu daerah semakin cepat. Saat ini transaksi ekonomi di pasar tradisional
(lokal) umumnya hanya dilakukan pada hari dimana pasar diselanggarakan. Kebutuhan pokok
seperti beras dan ikan biasanya dipenuhi sendiri, sedangkan untuk kebutuhan sayur mayur
penuhi dengan membelinya di pasar. Kebutuhan bahan pokok lainnya seperti gula, minyak
goreng dll secara keseluruhan dipenuhi dengan membelinya di warung kelontong yang tersebar
di wilayah desa. Keberadaan koperasi sebagai penunjang perekomian saat ini berupa koperasi
simpan pinjam, namun dalam hal ini hanya dimiliki oleh desa Cipta Graha sedangkan ketiga desa
lainnya belum memiliki koperasi.
Tabel 3.41. Sarana Perekonomian yang Terdapat di Lokasi Studi
Jenis Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Pasar Ada Tidak ada Ada Ada
Toko/Kios/Warung Ada Ada Ada Ada
Koperasi Simpan Pinjam Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada
KUD Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada
Sumber : Profil masing-masing desa, 2010
3.3.3. Sarana Transportasi
Keberadaan sarana transportasi bila dikaitkan dengan aksesabiliti suatu daerah mempunyai
hubungan yang sangat erat. Semakin beragam jenis dan jumlahnya pada suatu daerah, dapat
disimpulkan aksesabilitasnya semakin baik. Penduduk lebih banyak menggunakan transportasi
darat seperti motor untuk beraktivitas sehari-hari maupun aktivitas ekonomi. Hal tersebut
tentunya juga sesuai dengan kondisi geografis lokasi studi yang sebagian besar berupa daratan.
Tabel 3.42. Sarana Transportasi di Lokasi Studi
No. Jenis Kendaran Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
1 Mobil pribadi * * * 0
2 Truk 0 0 0 0
3 Sepeda motor 217 85 151 97
4 Sepeda 0 0 0 0
5 Perahu Motor 0 4 0 0
6 Perahu Dayung 0 0 0 0
7 Ojek 0 30 0 0
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
* : Data tidak diketahui
3.3.4. Sarana Komunikasi
Keberadaan sarana komunikasi sebagai penunjang perekonomian juga sangat penting dalam
kaitannya dengan keterbukaan dan percepatan arus informasi. Selain itu sarana komunikasi juga
merupakan dasar dalam menilai kemajuan daerah yang bersangkutan. Jenis sarana komunikasi
satu arah yang paling banyak dimiliki penduduk adalah televisi yang sebagian besar
menggunakan Parabola sedangkan sarana komunikasi dua arah yang paling banyak dimiliki
adalah Hand Phone (HP). Jenis sarana komunikasi lainnya adalah radio dan telepon umum.
Sarana komunikasi yang terdapat di lokasi studi selengkapnya disajikan berikut ini.
Tabel 3.43. Sarana Komunikasi di Lokasi Studi
Jenis
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (unit)
TV 135 177 160 44
Radio 4 3 6 2
Parabola 112 161 143 37
Wartel 0 0 0 0
Kantor Pos 0 0 0 0
HP 210 81 75 37
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Kecepatan informasi yang diterima oleh suatu daerah dipengaruhi oleh jenis sarana komunikasi
yang tersedia. Semakin cepat informasi diterima akan semakin cepat pola pikir masyarakat
berubah. Inilah yang merubah perkembangan suatu desa. Saat informasi yang efektif. Adanya
telepon seluler memungkinkan realisasi terhadap informasi yang diterima berlangsung lebih
cepat sehingga perkembangan desa terlihat secara nyata.
3.3.5. Sarana Umum
Sarana umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh setiap penduduk. Dengan sarana ini
penduduk dapat berolah raga, rapat dan menggelar acara kesenian sehingga kedekatan antar
warga terjalin harmonis. Saat ini sarana umum yang tersedia di lokasi studi dapat dikatakan
cukup memadai. Berikut ini data sarana umum yang terdapat di lokasi studi.
Tabel 3.44. Sarana umum di Lokasi Studi
Jenis Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (unit)
Kantor BPD 0 1 0 0
Kantor Desa 1 1 1 1
Balai Desa 0 1 1 0
Lapangan Sepak Bola 1 1 1 1
Lapangan Bola Volly 1 1 1 1
Lapangan Bulu Tangkis 1 0 1 1
Lapangan Tenis Meja 0 0 1 1
KUD 0 0 0 0
Gedung PKK 1 1 1 0
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
3.3.6. Sarana Penerangan
Sarana penerangan merupakan aspek penting dalam pembangunan suatu daerah, adanya
penerangan akan membantu penduduk dalam aktifitas keseharian mereka, terutama malam hari.
Sarana penerangan yang biasanya digunakan oleh penduduk di lokasi studi adalah genset dan
lampu templok karena listrik PLN belum masuk di lokasi studi.
3.3.7. Sosial Budaya
1. A. Adat Istiadat
Data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat setempat perlu diketahui. Hal tersebut
terkait dengan penyelesaian konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap responden diketahui bahwa suku yang terdapat di lokasi studi adalah Suku
Flores, Jawa, Madura, Sasak, Dayak, Batak, Banjar, Bugis dan Bali.
Tabel 3.45. Suku yang ada di lokasi Studi
No Suku
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
1. Batak 4 - - -
2. Jawa 270 217 175 256
3. Bugis 47 70 130 87
4. Banjar 12 - 135 113
5. Dayak Bahau 6 - - -
6. Sasak - 203 - -
7. Madura 48 71 - -
8. Flores - 756 205 90
9. Bali 643 - - -
10. dll 532 56 643 421
Sumber : Monografi masing-masing desa, 2010
Dari data di atas diketahui bahwa suku yang paling dominan pada Desa Bumi Rapak adalah
Suku Bali sedangkan Bumi Etam Dan Cipta Graha adalah Suku Flores, dan di Desa Kholeq
adalah suku Jawa. Oleh karena itu adat istiadat yang berkembang umumnya sesuai dengan
golongan mayoritas suku yang ada di desa tersebut.
Bahasa yang digunakan penduduk dalam kesehariannya adalah bahasa Indonesia, namun apabila
berkomunikasi dengan penduduk satu suku umumnya mereka akan menggunakan bahasa daerah
masing-masing.
Dengan melihat kondisi sosial budaya dan adat istiadat yang demikian, sebenarnya dapat
dikatakan bahwa masyarakat di wilayah studi tidak sulit menerima inovasi dan pembaharuan
dalam pembangunan, terutama yang menyangkut kesejahteraan dan kepentingan masyarakat
banyak. Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan remaja/pemuda dan
perubahan terhadap orientasi jenis pekerjaan yang diminati.
1. B. Proses Sosial
1. 1. Proses Asosiatif
Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok, berdasarkan potensi
dan kekuasaan masing-masing. Proses sosial atau hubungan timbal balik dapat terjadi dalam
berbagai bentuk, yaitu kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian atau
pertentangan (conflict) dan akomodasi (acomodation).
Lokasi studi dihuni oleh penduduk yang terdiri dari suku dan agama yang berbeda-beda namun
diantara mereka telah terjalin interaksi yang harmonis. Sesuai dengan hasil analisis studi
lapangan dimana sebagian besar penduduk menyatakan telah tinggal di lokasi studi lebih dari 5
tahun dengan lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan karena selain dekat dengan tempat
kerja, hubungan antar tetangga juga terjalin dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa proses sosial tersebut sudah berlangsung cukup lama sehingga proses kerjasama dan
tolong menolong mewarnai hubungan sosial penduduk.
Kondisi tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan kegiatan bersama-sama seperti
kerja bakti membersihkan lingkungan, membangun dan memperbaiki fasilitas Desa, upacara
adat, arisan, yasinan dan rapat RT.
1. 2. Proses Disosiatif
Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological problem) akibat kurangnya komunikasi antara
penduduk setempat dengan pendatang atau adanya permasalahan yang mendasar perlu
diwaspadai karena dapat menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut responden cara penyelesaian yang terbaik
bila terjadi konflik antara masyarakat dengan pemrakarsa, masyarakat memilih musyawarah
secara kekeluargaan dan damai untuk mencapai mufakat atau melibatkan pemerintah desa dan
atau kecamatan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Gangguan keamanan di lokasi studi selama kurun waktu satu tahun terakhir relatif sangat kecil.
Apabila terjadi perselisihan, pada umumnya dapat diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan.
Namun tidak demikian dengan rencana beroperasinya perusahaan. Dari hasil wawancara
terungkap adanya kekhawatiran masyarakat tentang kemungkinan terjadinya gangguan
keamanan karena semakin banyaknya pendatang yang masuk untuk mencari kerja. Selain itu
kekhawatiran lainnya konflik masalah kepemilikan lahan.
1. 3. Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh mendukung kegiatan
pemerintahan adalah BPD, sedangkan di bidang ekonomi kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh
untuk mendukung kegiatan ekonomi adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang saat ini hanya
dimiliki oleh desa Cipta Graha. Saat ini penduduk masih sulit memasarkan hasil pertanian
terutama perkebunan karena belum terbentuknya suatu lembaga untuk tujuan tersebut seperti
adanya Koperasi Unit Desa (KUD).
C. Persepsi Masyarakat Atas Rencana Perkebunan Kelapa Sawit oleh PT ABS
Menurut hasil wawancara terhadap responden di lokasi studi diketahui bahwa sebagian
responden (23,7%) tahu dan sebagian responden (76,3%) tidak mengetahui rencana perkebunan
yang akan dilakukan oleh PT. ABS, mereka baru mengetahui hal itu pada saat pengisian
kuisioner. Sebagian besar responden (84,6 %) setuju dengan rencana kegiatan tersebut. Namun
ada beberapa responden (15,4%) yang tidak setuju dengan alasan sebagai berikut:
1. Menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
2. Kehilangan lahan masyarakat sebagai mata pencaharian mereka.
3. Kegiatan tersebut akan mengganggu kenyamanan tinggal karena debu, bising dan
mencemari air.
4. Terjadi konflik sosial antar penduduk akibat status kepemilikan lahan.
3.3.8. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok sekaligus modal bagi setiap individu. Kesehatan
merupakan kebutuhan yang dalam waktu segera harus dipenuhi. Selain itu sehat sebagai modal
mempunyai arti dengan kesehatan individu dapat melakukan aktifitas sehingga individu dapat
hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial. Tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal harus didukung beberapa aspek diantaranya adalah tersedianya sarana dan
prasarana kesehatan, kondisi lingkungan tempat tinggal dan pola makan.
Menurut teori H.L. Blum, faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat
diantaranya adalah lingkungan fisik yang meliputi sumber air bersih, tempat berhajat besar,
kondisi rumah, lokasi pembuangan dan pengolahan sampah.
1. A. Sumber Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap penduduk. Air yang dimanfaatkan oleh
penduduk hendaknya yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat mendukung tercapainya
derajat kesehatan yang optimal. Keadaan rumah tangga menurut sumber air bersih masyarakat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.46. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan Memasak dan Minum
Sumber Air
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (KK)
Sumur gali/ Sumur Bor 10 25 21 27
Sungai 2 0 0 0
Mata air terlindung 0 0 0 0
Air Tadah Hujan 0 5 9 0
PDAM/Ledeng 0 0 0 0
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sumber air untuk kebutuhan memasak dan minum di
empat desa berbeda-beda namun pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa sumber air bersih yang
digunakan untuk kebutuhan tersebut berstatus masih layak konsumsi. Dari ciri fisiknya kondisi
air pada keempat sumber tersebut masih jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Untuk kebutuhan lainnya yakni mandi, cuci dan kakus responden dari keempat desa
menggunakan sumber yang berbeda yakni air sungai, sumur gali/bor dan air tadah hujan.
Tabel 3.47. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan MCK
Sumber Air
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (KK)
Sumur gali/ Sumur Bor 10 25 30 27
Sungai 2 0 0 0
Air Tadah Hujan 0 5 0 0
PDAM/Ledeng 0 0 0 0
Lainnya 0 0 0 0
Sumber : Data Primer, 2010
1. B. Tempat Buang Air
Salah satu kebutuhan sehari-hari manusia adalah membuang hajat/buang air. Oleh karena itu,
sarana tempat buang air juga menjadi kebutuhan pokok. Sekret manusia merupakan limbah yang
banyak mengandung mikro-organisme patogen sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak
menyebarkan penyakit. Gambaran tentang sarana buang air responden dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.48. Tempat Buang Hajat di Lokasi Studi Responden
Jenis
Bumi
Rapak
Bumi Etam
Cipta
Graha
Kholeq
jumlah (KK)
Jamban di atas kali/ sungai 2 0 0 0
WC keluarga yang dilengkapi
dengan septictank
10 30 30 27
WC Leher angsa disalurkan
kesptictank
0 0 0 0
Sembarang tempat 0 0 0 0
Sumber : Data Primer, 2010
Secara keseluruhan sebagian besar responden yang telah memiliki WC keluarga dengan
septictank sebagai sarana untuk membuang sekaligus menampung tinja. Tinja manusia banyak
mengandung patogen sehingga harus dikelola dengan baik. Jika tidak dikelola apalagi dibuang
ke sungai akan menyebabkan penyebaran mikroorganisme patogen semakin cepat. Dengan
demikian semakin besar pula kemungkinan untuk menimbulkan penyakit.
1. C. Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah
Aktifitas rumah tangga sehari-hari menghasilkan sisa buangan berupa limbah domestik
(sampah). Sampah hendaknya dikelola dengan baik dan di kelompokkan menurut jenisnya.
Sampah rumah tangga dikelompokkan menjadi organik dan anorganik karena sampah organik
lebih mudah terurai sedangkan sampah anorganik tidak mudah terurai namun dapat
dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Sampah harus dikelola dengan baik agar
sampah tidak menjadi agent penularan penyakit, selain itu juga tidak menjadi tempat
bersarangnya insekta dan rodensia. Karena kelompok tersebut bisa menjadi agent penyakit.
Apabila sampah telah dikelola dengan baik, maka akan mendukung tercapainya kondisi
lingkungan yang sehat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa seluruh
responden sudah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini terlihat dari kebiasaan
responden membuang sampah di lubang sampah ataupun bak sampah. Berikut ini disajikan data
lokasi pembuangan sampah responden.
Tabel 3.49. Tempat Membuang Sampah di Lokasi Studi Responden
Tempat Buang
Sampah
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (KK)
Tong/Bak sampah 3 4 2 0
Lubang sampah 4 19 23 19
Sembarang tempat 3 7 5 11
Sungai/kali 2 0 0 0
Sumber : Data Primer, 2010
D. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu derajat kesehatan
masyarakat. Sarana dan prasarana kesehatan disediakan oleh stakeholder. Ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan yang memadai akan berdampak positif terhadap tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal karena semakin banyak sarana dan prasarana, berarti
semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih
murah. Sarana dan prasarana kesehatan yang mudah dijangkau memungkinkan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dapat lebih cepat teratasi. Saat ini prasarana pelayanan
kesehatan yang sering digunakan oleh warga di desa Bumi Rapak, Desa Bumi Etam dan Desa
Cipta Graha adalah Puskesmas Induk Kecamatan Kaubun sedangkan untuk warga yang tinggal
di Desa Koleq biasanya berobat di Puskesmas Induk Kecamatan Sangkulirang. Berikut disajikan
jenis sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di lokasi studi.
Tabel 3.50. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kaubun Kecamatan Sangkulirang
Puskesmas 1 1
Puskesmas Pembantu 8 5
Posyandu 8 15
Praktek Dokter 1 3
Klinik 0 0
Ambulance 1 1
Sumber : Puskesmas Induk Kec. Kaubun dan Puskesmas Induk Kec. Sangkulirang, 2010
Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan di tengah-tengah masyarakat harus didukung dengan
ketersediaan tenaga kesehatan. Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dengan tenaga
kesehatan yang ada di Kecamatan Kaubun adalah 1 : 184 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Kaubun masih kurang. Sedangkan untuk tenaga
kesehatan yang ada di Kecamatan Sangkulirang adalah 1 : 57 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Sangkulirang dirasa cukup untuk melayani kesehatan
warga desa Koleq. Data tenaga kesehatan yang tersedia di lokasi studi selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 3.51.
Tabel 3.51. Tenaga Kesehatan di Lokasi Studi
Tenaga Kesehatan
Puskesmas Induk
Kecamatan Kaubun
Puskesmas Induk
Kecamatan Sangkulirang
Dokter Umum 1 2
Dokter Gigi 0 1
Bidan 2 4
Perawat 8 10
Sumber : Puskesmas Induk Kec. Kaubun dan Puskesmas Induk Kec. Sangkulirang, 2010
E. Status Gizi Masyarakat
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang
terjadi pada masa emas atau balita, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Kurang gizi pada
balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek,
kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah
tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur dapat diketahui bahwa status gizi balita
di Kecamatan Kaubun dan Kecamatan Sangkulirang adalah sebagai berikut :
Tabel 3.52. Status Gizi Balita di Lokasi Studi
No
Status Gizi
(BB/U)
Kecamatan
Kaubun
Kecamatan
Sangkulirang
Jumlah (orang)
1 Jumlah Balita 457 290
2 Balita yang di Timbang 223 278
3 Balita yang Timbangannya
Naik
201 225
4 Balita dibawah Garis Merah
(BGM)
2 1
5 Gizi Kurang 8 1
6 Gizi Buruk 0 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, 2010
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur dapat diketahui
status gizi masyarakat di Kecamatan Kaubun terdapat 2 Balita di Bawah Garis Merah (BGM)
dan 8 orang mengalami gizi kurang, sedangkan di Kecamatan Sangkulirang terdapat 1 Balita di
Bawah Garis Merah (BGM), 1 orang yang mengalami gizi kurang dan 1 orang yang mengalami
gizi buruk, dimana berdasarkan keterangan yang ada bahwa balita yang mengalami gizi buruk
tersebut berasal dari Desa Kolek yang merupakan salah satu desa yang dikaji dalam AMDAL ini.
Untuk mengatasi kasus kurang gizi maupun gizi buruk memerlukan peranan dari keluarga,
praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu,
jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal
penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.
Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan
lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Anak-anak harus terhindar dari
penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan harus terus diperhatikan oleh setiap
orang tua dengan cara selalu memperhatikan asupan sayur dan pangan hewani (lauk pauk),
konsumsi susu tetap dipertahankan, jangan terlalu banyak makanan cemilan (junk food) yang
akan menyebabkan anak kurang nafsu makan. Perhatikan juga asupan empat sehat lima
sempurna dengan kuantitas yang cukup.
F. Penyakit yang Diderita Masyarakat
Status kesehatan masyarakat diantaranya dapat dinilai dari penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat. Penyakit yang diderita dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada di sekitar
masyarakat. Dari data Puskesmas Kecamatan Kaubun 2009 diketahui bahwa penduduk lebih
sering menderita penyakit influensa, Malaria Klinis dan Diare. Berikut data lengkapnya.
Tabel 3.52. Data 10 Besar Penyakit di Lokasi Studi
No
Puskesmas Induk Kec. Kaubun Puskesmas Induk Kec. Sangkulirang
Jenis Penyakit Jlh % Jenis Penyakit Jlh %
1 Influensa 571 43,75 ISPA 371 37,06
2 Malaria Klinis 341 26,13 Gastritis 107 10,69
3 Diare 217 16,63 Malaria 96 9,59
4 Thypus Klinis 124 9,50 Gastroentritis 86 8,59
5 Diare Berdarah 27 2,07 Penyakit kulit (alergi) 75 7,49
6 TBC 7 0,54 Chikungunya 68 6,79
7 Gonorhoe 5 0,38 Reumatik 68 6,79
8 Kusta 5 0,38 Penyakit kulit (jamur) 53 5,29
9 Penyakit gusi 4 0,31 Penyakit kulit (infeksi) 44 4,40
10
Kencing Manis
(DM)
4 0,31 Penyakit gigi 33 3,30
TOTAL 1305 100 TOTAL 1001 100
Sumber : Puskesmas Induk Kec. Kaubun dan Puskesmas Induk Kec. Sangkulirang, 2010
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat
adalah penyakit influensa, Malaria Klinis dan Diare.
1. 1. Penyakit Influensa
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah <a title=Penyakit
menular href=http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular>penyakit menular burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa).
Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia,
gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk,
influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
Gejala yang timbul sebelum terserang penyakit influenza adalah demam mendadak, asma, pilek,
sakit kerongkongan, batuk, sakit otot dan <a title=Sakit
kepala href=http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit_kepala>sakit kepala, bersin-bersin.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terserang penyakit influenza adalah:
1. Sebagian besar virus influensa disebarkan melalui kontak langsung. Seseorang yang
menutup bersin dengan tangan akan menyebarkan virus ke orang lain. Virus ini dapat
hidup selama berjam-jam dan oleh karena itu cucilah tangan sesering mungkin dengan
sabun
2. Minumlah yang banyak karena air berfungsi untuk membersihkan racun
3. Hiruplah udara segar secara teratur terutama ketika dalam cuaca sejuk
4. Cobalah bersantai agar anda dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh karena dengan
bersantai dapat membantu sistem kekebalan tubuh merespon terhadap virus influensa
5. Kaum lanjut usia atau mereka yang mengidap penyakit kronis dianjurkan diimunisasi.
Namun perlu adanya alternatif lain dalam mengembangkan imunitas dalam tubuh sendiri,
melalui makanan yang bergizi dan menjahui potensi-potensi yang menyebabkan
influensa
6. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa dengan mengkonsumi 200 ml yoghurt rendah
lemak per hari mampu mencegah 25% peluang terkena influensa dikarenakan yoghurt
mengandung banyak laktobasilus.
7. 2. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan
golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika,Asiadan
Afrika.
Adaempat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali
ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
Tanda dan Gejala Penyakit malaria adalah Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari
sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh
penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak
pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh/pekat karena mengandung
Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan
yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah
4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin
penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat
menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai
akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak.
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus
pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita.
Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin
untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan. Sedangkan obat
antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai
saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa
penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan
anti malaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine,
Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine dan Dihidroartemisinin-piperquine.
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN),
berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian
obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.
1. 3. Penyakit Diare
Penyakit Diare adalah suatu penyakit dengan adanya tanda-tanda perubahan pada tinja, yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi BAB (buang air besar) 3 kali atau lebih
dalam satu hari.
Faktor yang mempengaruhi diare adalah lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat.
Diare disebabkan oleh peradangan usus oleh agen penyebab:
1. bakteri,virus,parasit (jamur,cacing,protozoa)
2. keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun maupun bahan
kimia kurang gizi.
3. alergi terhadap susu.
4. immuno defesiensi
Cara penularan diare yaitu Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan /air minum
yang terkontaminasi tinja/muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
Tatalaksana penderita diare dirumah ialah meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (kuah
sayur,larutan gula garam,oralit), meneruskan pemberian makanan lunak dan tidak merangsang
serta makanan ekstra stelah diare, membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam tiga
hari tidak membaik atau buang air besar makin sering dan banyak sekali, muntah terus menerus,
rasa haus yang nyata, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, terdapat darah pada tinja.
1. 4. ISPA
Penyakit ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Penyakit ISPA di kelompokkan menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis
oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
1. Penyebab
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah,
asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko
terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
1. Pengobatan
- Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
- Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
- Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening
dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
1. 5. Gastritis
Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
1. Penyebab
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yana kuat. Tetapi lapisan
lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab. Gastritis bakterialis
biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam
sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal
tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam,
berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau
gastritis sementara.
Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh
penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin
tidak mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas, operasi besar, gagal
ginjal, gagal nafas, penyakit hari yang berat, septicemia atau cedera yang menyebabkan
perdarahan hebat. Gambaran yang sama tentang gasstritis ini disebut gastritis akut erosif. Kira-
kira 90% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosif ini. Gastritis erosif
kronis bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti
peradangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn, serta infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini
terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau
pembentukan ulkus (borok, luka terbuka). Gastritis ini paling sering terjadi pada alkoholis.
Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita
yang mengalami gangguan sistem kekebalan. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari
reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding
lambung. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan
asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut. Gastritis ini juga cenderung
terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani pembedahan
gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena
mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan. Pada gastritis atrofik, infiltrat
menginflamasi lamina propria dengan menghilangnya kelenjar-kelenjar. Jika atrofi gaster
menjadi komplit, elemen kelenjar berkurang atau hampir tidak ada, tetapi tidak terdapat sel
radang, anemia pernisiosa dapat timbul pada gastritis jenis ini.
1. Pengobatan
Pengobatan umum terhadap gastritis adalah menghentikan atau menghindari faktor penyebab
iritasi, pemberian antasid dan simptomatik lain, dan pada gastritis atrofik dengan anemia
pernisiosa diobati dengan B12 intramuskuler (hydroxycobalamin atau cyanocobalamin). Jika
penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik
(misalnya amoksisilin dan klaritromisin) dan obat anti-tukak (omeprazol). Penderita gastritis
karena stres akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah penyebabnya (penyakit berat,
cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita gastritis karena stres akut
mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis
akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi. Jika
perdarahan berlanjut, mungkin seluruh lambung harus diangkat. Eradikasi Helicobacter pylori
merupakan cara pengobatan yang dianjurkan untuk gastritis kronis yang ada hubungannya
dengan infeksi oleh kuman tersebut. eradikasi dapat mengembalikan gambaran histopatologi
menjadi normal kembali. Eradikasi dapat dicapai dengan pemberian kombinasi penghambat
pompa proton dan antibiotik. Antibiotik dapat berupa tetrasiklin, metronidasol, klaritromisin, dan
amoksisilin. Kadang-kadang diperlukan lebih dari satu macam antibiotik untuk mendapatkan
hasil pengobatan yang baik. Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid. Penderita
sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-steroid
lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa
mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non-steroid. Untuk
meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan
kortikosteroid atau dilakukan pembedahan. Gastritis atrofik tidak dapat disembuhkan. Sebagian
besar penderita harus mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12. Gastiritis karena penyakit
Mntrier bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung. Sedangkan
gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
Tabel 3.53. Penyakit yang Sering diderita Responden
No Jenis Penyakit
Bumi Rapak Bumi Etam Cipta Graha Kholeq
Jumlah (orang)
1. Influensa 7 18 14 13
2. Diare (sakit perut) 1 0 5 2
3.
Penyakit kulit (gatal-
gatal)
0 3 1 1
4. Magh 4 9 10 11
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan wawancara penyakit yang biasa diderita oleh responden adalah influenza, gatal-
gatal (penyakit kulit), demam dan diare. Penyakit tersebut muncul diperkirakan akibat kondisi
lingkungan dan kebiasaan masyarakat yang tidak sehat dan kondisi cuaca.




KUESIONER
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN KESEHATAN MASYARAKATSTUDI
AMDAL PENINGKATAN PRODUKSI AMDK PT WISATA JOGJA BARATKABUPATEN
KULONPROGO, DIY
Numerator : ............................ Desa : ............................. Kec : ......................... Kab :
...............................
IDENTITAS RESPONDEN
1.

Nama 1 Inisial : .......................................2.

Umur : ............... tahun3.

Pendidikan terakhir : a. tidak tamat SD e. tamat D3 1 Akademib. tamat SD f. tamat S1 / Sarjanac.
tamat SLTP g. tamat S2 1 Pasca Sadanad. tamat SLTA h. Lainnya ................4.

Pekerjaan Utama Pokok : a. PNS f. buruh pabrik (KK) b. pegawai swasta g. Petanic. wiraswasta
h. buruh Tanid. guru i. Lainnya ................e. pedagang5.

Kalau Anda memiliki pekerjaan sampingan, pekerjaan apa yang menjadi penopang ekonomi
keluarga :a. pegawai swasta e. buruh pabrik b. wiraswasta f. Petanic. guru g. buruh tanid.
pedagang h. lainnya ............6.

Penghasilan sebulan : a. Utarna Rp ......................b. sampingan Rp ......................c. penghasilan
lainnya dari rata-rata Rp ..................... / blnd. total penghasilan Rp .....................7.

Anggota keluarga yang tinggal serumah : jumlah ........... orang (termasuk KK)a.

Umur 0

4 tahun = ........... orangb.

umur 15

64 = ........... orang, bekerja .......... orangc.

umur > 65 = ........... orangd.

anggota keluarga yang bekerja = ........... orang8.

Daerah asal Bapak/ ibu : a. dusun ini e. kabupaten lain di Jawa Tengahb. desa ini f. Dari luar
Jawa Tengahc. kecamatan ini g. luar Jawad. kabupaten ini h. lainnya ............9.

Seandainya bukan berasal dari dusun ini, sudah berapa lama Anda tinggal disini bulan/tahun10.

Alasan pindah ke sini (dusun ini) ?
OQ....................................................................................................

KONDISI SOSIAL EKONOMI
11.

Rumah dan atau lahan yang dimiliki beserta status hukumnya (sertifikat hak milik, sertifikat
HGB, leterC, leter D, tanah bengkok dan sebagainya:a. rumah : ................... m2
status ...........................................b.

halaman/Pekarangan : ................... m
2
status ...........................................c.

sawah : ................... m
2
status ...........................................d.

ladang/ tegalan/ kebun : ................... m
2
status ...........................................e.

kolam ikan : ................... m
2
status ...........................................12.

Kepemilikan lainnya, sepertia.

ternak, yaitu : ................... luas / kandang : ................. m
2
atau ......... ekorb.

perikanan, yaitu : ................... luas / kandang : ................. m
2
atau ......... ekor13.

Bangunan rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)a.

Gedhegb.

Tembok c.

setengah tembok d.

lainnya sebutkan ....................14.

Lantai rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)a.

Tanahb.

Ubinc.

Tegeld.

lainnya sebutkan ....................15.

Atap rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)a.

Gentengb.

Asbesc.

Rumbaid.

lainnya sebutkan ...................16.

Berapakah uang yang dikeluarkan / dialokasikan untuk kebutuhan dalam sebulana.

konsumsi : ........................................b.

pendidikan : ........................................c.

transportasi rutin : ........................................d.

kesehatan : ........................................e.

sumbangan/Sosial : ........................................f.

komunikasi : ........................................g.

sandang/Pakaian : ........................................h.

lainnya sebutkan : ........................................17.

Rasio pendapatan dan pengeluaran per bulan = ( + ) / ( - ) ..................................(diisi oleh
petugas)18.

Kepemilikan benda berharga (pengamatan)a. televisi e. Sepedab. radio f. sepeda motorc. tape g.
mobil 1 colt 1 truk d. kulkas h. lainnya, yaitu ...................

Anda mungkin juga menyukai