Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian


4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis
Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang
terletak pada lintang 06 30 LS07 00 LS dan 108 40 BT. Wilayah tersebut
mempunyai ketinggian 0130 m di atas permukaan laut. Kedalaman perairan
berkisar antara 020 m dengan dasar perairan lumpur dan lumpur berpasir. Secara
keseluruhan wilayah ini mempunyai luas 981.029 km dengan pantai sepanjang
54 km (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon 2006).
Kabupaten Cirebon merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang
antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan batas administratif sebagai
berikut:
Sebelah Utara

: Kota Cirebon dan Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah

Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan


Sebelah Barat

: Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu

Secara Topografi Kabupaten Cirebon mempunyai ketinggian antara 0130


meter di atas permukaan laut dan dibedakan menjadi dua bagian yaitu daerah
dataran rendah yang terletak di sepanjang Pantai Utara Jawa antara lain:
Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara,
Tengah

Tani,

Weru,

Mundu,

Astanajapura,

Lemahabang,

Pangenan,

Karangsembung, Waled, Babakan, Ciledug, dan Losari, sedangkan lainnya


termasuk pada daerah dataran sedang dan tinggi.
Iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan
alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai, terutama bagian Utara,
Timur dan Barat, sedangkan di sebelah Selatan adalah daerah perbukitan.
Kabupaten Cirebon termasuk kategori iklim type C dan D dengan jumlah curah
hujan rata-rata berkisar antara 10003000 mm/tahun. Jumlah curah hujan tertinggi

28

29

terdapat di bagian tengah dan selatan yaitu daerah perbukitan di kaki Gunung
Ciremai (Kecamatan Beber, Sumber, Palimanan dan Plumbon).
Gebang Mekar merupakan salah satu desa pantai yang berada di
Kecamatan Gebang dan merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Cirebon yang
berada di wilayah timur. Secara geografis Desa Gebang Mekar berada pada posisi
108435 BT dan 6 49 LS. Desa Gebang Mekar terletak di wilayah paling utara
Kecamatan Gebang dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Desa Gebang
Mekar menjadi dermaga bagi perahuperahu nelayan berlabuh. Pangkalan
Pendaratan Ikan Gebang Mekar lama berada di sisi timur sungai Ciberes dengan
luas 2.297 m. Perkembangan aktivitas penangkapan ikan telah menyebabkan
makin banyaknya usaha perikanan, fasilitas umum, maupun perumahan penduduk
sehingga mengakibatkan areal sekitar menjadi padat. Akibat berbagai kesulitan
PPI Gebang Mekar tersebut, akhirnya dilakukan pengembangan PPI Gebang
Mekar. Proyek pengembangan tersebut dilaksanakan pada tahun 2002.
Pengembangan PPI meliputi antara lain area PPI itu sendiri seluas 10 ha dan
ditambah area sekitar sebagai pendukung dari kegiatan perikanan tangkap yang
ada. Pada Gambar 8 dapat dilihat kapal ikan dimana tempat tambat labuh yang
sudah sangat padat.

Gambar 8. Tempat Tambat Labuh Perahu di Gebang Mekar

30

4.1.2 Sejarah Singkat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon


Dinas Kelautan dan Perikanan dibentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang pelaksanaannya
dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Cirebon Tahun 2008 Nomor 5 Seri D.4). Dalam PERDA tersebut menyatakan
bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon adalah Lembaga Teknis
Daerah berbentuk dinas, merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di
Bidang Kelautan dan Perikanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris
Daerah. Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan daerah di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan azas
otonomi daerah dan pembantuan.

4.2 Gambaran Usaha Pengolahan Rajungan


Usaha pengolahan rajungan di Desa Gebang Mekar cukup banyak
dilakukan oleh masyarakat setempat khususnya nelayan. Nelayan di Desa Gebang
Mekar biasanya melakukan penangkapan rajungan pada pukul 19.00 wib dengan
mengunakan perahu dan alat tangkap yang disebut jaring kejer. Jaring Kejer
merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan terdiri dari satu lapis
jaring dan memiliki bagian-bagian yaitu tali ris atas, tali ris pelampung,
pelampung, badan jaring, tali ris bawah, pemberat, tali selambar dan perlengkapan
tambahan berupa pelampung tanda dan pemberat tambahan. Jaring kejer yang
digunakan oleh nelayan Gebang Mekar untuk menangkap rajungan termasuk ke
dalam golongan jaring puntal (tagled net) karena rajungan merupakan sasaran
utama penangkapannya tertangkap dengan cara terpuntal pada bagian tubuhnya
pada bagian jaring.
Selain membawa jaring untuk menangkap rajungan, nelayan juga
membawa perlengkapan lainnya, seperti bahan bakar perahu yang biasa
digunakan yaitu solar sebanyak 15 liter dan membawa perlengkapan pribadi.
Biasanya nelayan kembali ke darat pada pukul 09.00 wib. Nelayan biasanya

31

mendapatkan hasil tangkapan kurang lebih 3 kg, sehingga dari 3 kg rajungan utuh
akan menghasilkan 1 kg rajungan kupas. Hasil tangkapan seperti rajungan,
langsung di jual ke bakul dalam keadaan utuh atau rajungan kupas dengan
melakukan proses perebusan dan pengupasan untuk menjaga agar daging rajungan
yang dihasilkan tetap bermutu dan berkualitas tinggi. Kualitas rajungan yang
rendah disebut juga rijek, biasanya daging rijek beraroma daging yang sedikit bau
dan warna daging sudah mulai berwarna kekuningan. Cara penentuan harga
dengan mengikuti informasi pasar. Harga rajungan utuh di jual oleh nelayan
dengan harga 40.000/kg, sedangkan rajungan kupas di jual dengan harga
140.000/kg. Nelayan biasanya menjual hasil tangkapan pada pedagang
pengumpul/ bakul.
Pedagang pengumpul memperoleh rajungan utuh dari nelayan sebanyak 50
kg/hari dari 20 nelayan dengan harga beli rajungan utuh 50.000/kg. Proses
pengupasan dilakukan pada siang hari, alat-alat yang digunakan pada proses
pengupasan

adalah

pisau,

nampan,

toples

dan

es.

Setiap

pedagang

pengumpul/bakul memiliki 20 langgan nelayan. Langgan nelayan adalah nelayan


yang menjual hasil tangkapan karena memiliki utang-piutang pada pedagang
pengumpul atau bakul sehingga nelayan tersebut menjual seluruh hasil
tangkapannya kepada pedagang pengumpul tersebut. Kupasan rajungan yang
dihasilkan oleh bakul setiap harinya mencapai 20 kg/hari. Jenis rajungan kupas
bermacam-macam yaitu Jumbo, Backfin, Spesial, Claw meat dan Claw finger.
Rajungan kupasan tersebut di timbang dan diberi es, kemudian di jual ke
pengusaha miniplant, selain di jual ke pengusaha miniplant rajungan utuh dan
rajungan kupas di jual ke restoran, bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar.
Pengusaha miniplant memperoleh rajungan kupas pada waktu sore hari,
tetapi pada pagi hari miniplant melakukan proses pengupasan sendiri. Pengusaha
Minplant memperoleh rajungan kupas 50 kg/hari. Transaksi yang dilakukan oleh
miniplant ke bakul dengan cara tunai. Pengusaha Miniplant menjual produk
kupasan tersebut ke pabrik besar. Pabrik besar merupakan sebuah usaha skala
besar. Pabrik memperoleh kupas rajungan pada malam hari, lalu di simpan pada

32

ruangan pendingin, jika ada permintaan dari luar, pabrik langsung mengekspor
produk tersebut.

4.3 Keragaan Usaha


4.3.1 Nelayan
Nelayan menjual hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul. Perahu
yang beroperasi di Gebang Mekar umumnya terbuat dari kayu jati, perahu dibuat
di daerah asal nelayan. Perahu yang digunakan pada penangkapan rajungan
dengan menggunakan perahu berukuran 30 GT. Harga jual perahu rata-rata
berkisar antara 20.000.000 - 40.000.000. Mesin yang digunakan pada nelayan
adalah mesin diesel dengan harga berkisar 5.000.000/unit. Jaring yang digunakan
pada penangkapan rajungan adalah jaring kejer dengan harga berkisar 150.000 250.000/pis. Alat untuk menyimpan ikan pada nelayan adalah basket/keranjang
dengan harga 50.000 - 75.000/buah. Bahan bakar yang digunakan pada
penangkapan adalah solar dengan jumlah 15 Liter dalam satu kali penangkapan,
solar dengan harga 5.500/liter. Makanan atau ransum yang dibawa seperti nasi,
rokok, air minum. Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari hasil tangkapan.

4.3.2 Pedagang Pengumpul/Bakul


Pedagang pengumpul atau bakul menerima rajungan segar dan rajungan
yang sudah di rebus dari nelayan. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi
rajungan kupas adalah keranjang, fiber, kursi, meja, dan timbangan. Keranjang
digunakan untuk menyimpan bahan baku rajungan yang telah di pisahkan dari
cangkangnya, fiber digunakan untuk menyimpan hasil kupasan rajungan yang
sudah di kemas dalam toples, meja digunakan untuk tempat memproses rajungan
kupas, kursi digunakan sebagai tempat duduk para pekerja rajungan kupas,
timbangan digunakan sebagai alat untuk mengetahui hasil kupasan. Alat-alat yang
digunakan pada proses pengolahan rajungan adalah toples, nampan, pisau dan es
giling. Toples yang digunakan pada proses pengolahan rajungan sebanyak 20
buah toples setiap kali produksi, nampan yang digunakan pada proses pengolahan
sebanyak 6 buah, pisau digunakan dalam proses pengolahan rajungan untuk

33

mengambil daging yang sulit di ambil dengan tangan dan untuk mematahkan capit
rajungan agar dapat diambil dengan mudah. Tenaga kerja dalam proses
pengupasan berjumlah 5 orang, dengan upah/kg Rp. 10.000 tergantung dengan
hasil kupasan. Transportasi dalam pengiriman rajungan kupas pada pengusaha
miniplant menggunakan beca dengan upah 5000 untuk sekali pengiriman.

4.3.3 Pengusaha Miniplant


Miniplant mendapatkan rajungan yang sudah direbus dan kupas dari
pedagang pengumpul/bakul. Alat-alat yang digunakan dalam produksi rajungan
adalah keranjang sebanyak 10 dengan harga Rp. 75.000/buah, fiber yang
digunakan sebanyak 5 buah dengan harga Rp. 500.000/buah, kursi yang
digunakan sebanyak harga Rp. 40.000/buah, timbangan yang digunakan sebanyak
1 buah dengan harga Rp. 1.000.000/buah, blong yang digunakan dalam sebanyak
10 buah dengan harga 125.000/buah. Tenaga kerja pada proses pengupasan
berjumlah 20 orang dengan upah per/kg rajungan kupas Rp. 10.000/kg tergantung
dengan jumlah kupasan yang dihasilkan. Nampan yang digunakan sebanyak 25
buah dengan harga Rp. 10.000/buah, toples yang digunakan sebanyak 50 buah
untuk satu kali proses pengolahan tergantung dengan bahan baku yang di kupas,
toples yag digunakan dengan harga Rp. 6000 untuk kualitas baik, pisau yang
digunakan sebanyak 7 buah dengan harga per/buah Rp. 5000/buah,es giling yang
digunakan sebanyak 10 balok, kemudian es di giling agar mudah dalam proses
pengepakan rajungan kupas.
4.3.4 Pabrik Besar
Proses pengolahan rajungan kupas di pabrik besar dengan menggunakan
rajungan utuh yang sudah direbus dan yang sudah dalam bentuk kupasan di
hasilkan dari pengusaha miniplant. Alat-alat yang digunakan dalam proses
produksi rajungan adalah kursi sebanyak 50 buah dengan harga Rp. 40.000/buah,
meja sebanyak 10 buah dengan harga Rp. 2.000.000/buah, fiber sebanyak 5 buah
dengan harga Rp. 500.000/buah, blong sebanyak 10 buah dengan harga Rp.
125.000/buah, timbangan sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 2.500.000/buah,

34

keranjang sebanyak 10 buah dengan harga Rp. 75.000/buah . Tenaga kerja pada
pengupasan rajungan berjumlah 50 orang, uapah yang di berikan ada yang
menggunakan 10.000/kg, tetapi juga ada pabrik yang menggunakan UMR dalam
pemberian upah. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan rajungan adalah
toples sebanyak 50 buah dengan harga Rp. 6000/buah, nampan sebanyak 30 buah
dengan harga Rp. 10.000/buah, dan pisau sebanyak

20 buah dengan harga

5000/buah. Rajungan kupas yang sudah di kemas akan di simpan cold storage
agar kualitas dan mutu tetap terjaga, dan bila ada permintaan sudah siap untuk di
ekspor.

4.3.5 Restoran
Restoran mendapatkan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas dari
pedagang pengumpul/bakul dengan harga yang lebih tinggi di banding menjual ke
miniplant. Restoran menyimpan bahan baku pada freezer, agar kualitas daging
rajungan tetap segar. Dalam membuat rajungan olahan, restoran menggunakan
alat-alat untuk memasak dan bumbu-bumbu masak sebagai pelengkap, agar
konsumen semakin tertarik pada produk olahan tersebut. Pada restoran terdapat 10
karyawan dengan gaji setiap bulan Rp. 700.000/bulan. Harga per porsi rajungan
olahan sebesar 80.000/porsi.

4.4 Karakteristik Responden


4.4.1 Usia Responden
Responden terdiri dari nelayan, bakul/pedagang pengumpul, miniplant,
pabrik besar/ plant, dan pemilik restoran. Nelayan yang di wawancara sebanyak
20 orang. Umur responden secara keseluruhan bervariasi mulai dari tahun. Badan
pusat statistik menetapkan usia produktif berkisar antara 15-50 tahun dan usia non
produktif berada dibawah dan diatasnya. Masa-masa pada usia produktif adalah
kemampuan mausia secara optimal untuk mengeluarkan energi dalam produksi.
Pandangan ini merumuskan bahwa sekelompok masyarakat atau negara perlu
membandingkan jumlah usia produktif dan usia non produktif penduduk. Apabila
usia produktif lebih besar daripada usia non produktif penduduk maka secara

35

ekonomis

penduduk

wilayah

tersebut

bersifat

positif

atau

terjamin

kesejahteraannya, Sebaliknya, jika jumlah penduduk berusia produktif lebih kecil


daripada penduduk berusia non produktif, maka secara ekonomis kesejahteraan
masyarakat tersebut bersifat negatif.
Tabel 2. Tingkat Usia Nelayan
Usia
Jumlah
(Tahun)
(Orang)
21-30
6
31-40
8
41-50
2
51-60
4
Jumlah
20
Sumber: Data Kuisioner

Presentasi
(%)
30
40
10
20
100

Responden yang masih berusia antara 21-50 tahun adalah responden


yang masih produktif dan optimal kinerjanya dibandingkan dengan responden
yang sudah berusia 50 tahun ke atas yang tergolong usia non produktif sehingga
kinerjanya tidak optimal dan menurun. Adapun perincian kelompok usia (21-30)
tahun sebanyak 30 %, (31-40) tahun sebanyak 40 %, (41-50) tahun sebanyak 10
%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa nelayan di Gebang Mekar masih
berusia produktif untuk kegiatan penangkapan rajungan, karena memiliki
kemampuan fisik dan berfikir yang sangat baik dalam melakukan usahanaya
sebagai nelayan. Tingkat umur juga mempengaruhi perkembangan usaha yang
dimiliki oleh Pedagang pengumpul/ Bakul yang terdapat di Desa Gebang Mekar
Kabupaten Cirebon.

Tabel 3. Tingkat Usia Pedagang Pengumpul/ Bakul


Usia
Jumlah
(Tahun)
(Orang)
29
1
31-40
4
41-50
4
51
1
Jumlah
10
Sumber: Data Kuisioner

Presentasi
(%)
10
40
40
10
100

36

Umur pedagang pengumpul/bakul secara umum berada pada usia


produktif adalah pada kisaran 29 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan
usaha lebih besar. Secara keseluruhan tingkat umur (31-40) dan umur (41-50)
tahun merupakan tingkat umur yang paling tinggi berjumlah 8 orang dengan
persentase 80% dari keseluruhan pedagang pengumpul. Tingkat umur yang
terkecil pada kisaran 51 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 10% dari
seluruh pedagang pengumpul/bakul.

Tabel 4. Tingkat Usia Pengusaha Miniplant


Usia

Jumlah

Presentasi

(Tahun)

(Orang)

(%)

29

20

38

20

41-50

60

100

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Umur pengusaha miniplant secara umum berada pada usia produktif


adalah pada kisaran 29 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan usaha
lebih besar. Secara keseluruhan tingkat umur 38 dengan presentasi 20 % dan usia
(41-50) tahun merupakan tingkat umur yang paling tinggi berjumlah
dengan persentase 60% dari keseluruhan pengusaha miniplant.

Tabel 5. Tingkat Usia Pemilik Restoran


Usia
( Tahun)
38
40-50
52

Jumlah
(Orang)
1
3
1

Presentasi
(%)
20
60
20

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

100

orang

37

Umur pemilik restoran secara umum berada pada usia produktif yakni
pada kisaran 38 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan usaha lebih besar.
Secara keseluruhan tingkat umur (40-50) tahun merupakan tingkat umur yang
paling tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 60% dari keseluruhan pemilik
restoran responden. Tingkat umur yang terkecil pada kisaran 52 tahun berjumlah 1
orang dengan persentase 10% dari seluruh pedagang responden.

4.4.2. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan yang dicapai nelayan responden merupakan faktor
utama yang mempengaruhi cara berpikir, melihat permasalahan serta mengambil
keputusan terhadap usaha yang dikelolanya, khususnya berkaitan dengan
teknologi dan keterampilan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal
yang telah ditempuh oleh nelayan.
Tabel 6. Identitas Nelayan Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Gebang
Mekar
Jumlah

Presentase

(Orang)

(%)

SD

12

60

Tamat SD

40

20

100

Tingkat Pendidikan

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan


secara umum berkisar antara tingkat pendidikan SD. Namun mayoritas tingkat
pendidikan mereka masih rendah, sehingga hal ini akan memberikan pengaruh
dalam hal inovasi teknologi dan keterampilan. Tingkat pendidikan SD sebanyak
12 orang dengan persentase 60% menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan
responden tergolong rendah. Tingkat pendidikan Tamat SD sebanyak 8 orang
dengan presentasi 40 %.

38

Tabel 7. Identitas Pedagang Pengumpul/Bakul Menurut Tingkat Pendidikan


Di Desa Gebang Mekar
Jumlah

Presentase

(Orang)

(%)

SD

40

Tamat SD

10

SLTA

20

SMA

30

10

100

Tingkat Pendidikan

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Tingkat pendidikan pedagang pengumpul/bakul secara umum masih


rendah, karena tingkat pendidikan yang terendah adalah Tamat SD sejumlah 1
orang pedagang pengumpul atau hanya 10 %. Tingkat pendidikan tertinggi adalah
SD sebanyak 4 orang pedagang pengumpul/bakul atau 40%. Tingkat pendidikan
SLTA sejumlah 2 orang pedagang pengumpul atau 20%. Tingkat pendidikan yang
cukup tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan para responden sehingga
lebih memudahkan dalam penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang
baik.

Tabel 8. Identitas Pengusaha Miniplant Menurut Tingkat Pendidikan Di


Desa Gebang Mekar
Tingkat Pendidikan

Jumlah
(Orang)

Presentase
(%)

SMA

40

D3

60

100

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

39

Tingkat pendidikan pengusaha miniplant secara umum cukup tinggi,


karena tingkat pendidikan yang terendah adalah SMA sejumlah 2 orang responden
atau hanya 40%. Tingkat pendidikan tertinggi adalah D3 sebanyak 3 orang
miniplant atau 60%. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan para responden sehingga lebih memudahkan dalam
penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang baik.
Tabel 9. Identitas Pemilik Restoran Di Desa Gebang Mekar
Jumlah

Presentase

(Orang)

(%)

SMA

75

D3

25
100

Tingkat Pendidikan

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Tingkat pendidikan pemilik restoran secara umum cukup tinggi, karena


tingkat pendidikan yang terendah adalah D3 sejumlah 1 orang pemilik restoran
atau hanya 25%. Tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA sebanyak 3 orang
pemilik restoran atau 75%. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan para responden sehingga lebih memudahkan
dalam penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang baik.
4.4.3. Lama Pengalaman Kerja
Lama pengalaman kerja menyangkut berapa lama nelayan menggeluti
pekerjaan mereka sebagai seorang nelayan, semakin lama nelayan menggeluti
pekerjaan tersebut maka semakin banyak pula pengalaman yang mereka dapatkan
dalam menjalankan usaha mereka. Hal ini dapat membantu dalam hal
keterampilan terlebih lagi kebanyakan nelayan memiliki tingkat pendidikan yang
masih rendah.

40

Tabel 10. Identitas Nelayan Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Desa


Gebang Mekar
Pengalaman
Usaha
7
11-20
21-30
31-40
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Jumlah
(Orang)
1
14
3
2
20

Presentasi
(%)
5
70
15
10
100

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja


responden sebagai nelayan secara umum menggambarkan bahwa mereka telah
menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja 7 tahun
sebanyak 1 nelayan atau 5%. Lama pengalaman kerja 11-20 tahun sebanyak 14
nelayan atau 70%. Pengalaman kerja dalam waktu paling lama yaitu 21-30 tahun
berjumlah 3 nelayan atau 15%. Rata rata nelayan memiliki pengalaman kerja
yang cukup lama sehingga dapat memberikan pengetahuan yang banyak dalam
mengelola usahanya.

Tabel 11. Identitas Pedagang pengumpul/Bakul Berdasarkan Lama


Pengalaman Kerja di Desa Gebang Mekar
Pengalaman

Jumlah

Presentasi

Usaha

(Orang)

(%)

1-10

70

11-20

20

30

10

10

100

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja


responden sebagai pedagang pengumpul secara umum menggambarkan bahwa
mereka telah menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja
1-10 tahun sebanyak 7 orang bakul atau 70%. Lama pengalaman kerja 11-20
tahun sebanyak 2 bakul atau 20%. pengalaman kerja dalam waktu paling lama

41

yaitu 30 tahun berjumlah 1 bakul atau 10%. Rata rata bakul memiliki pengalaman
kerja yang cukup lama sehingga dapat memberikan pengetahuan yang banyak
dalam mengelola usahanya.

Tabel 12. Identitas Pengusaha Miniplant Berdasarkan Lama Pengalaman


Kerja di Desa Gebang Mekar
Pengalaman

Jumlah

Presentasi

Usaha

(Orang)

(%)

1-10

60

13

20

20

20

100

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja


responden sebagai pengusaha miniplant secara umum menggambarkan bahwa
mereka telah menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja
1-10 tahun sebanyak 3 pengusaha miniplant atau 60%. Lama pengalaman kerja 13
tahun sebanyak 1 miniplant atau 20%. Pengalaman kerja dalam waktu paling lama
yaitu 20 tahun berjumlah 1 miniplant atau 20%. Rata rata pengusaha miniplant
memiliki pengalaman kerja yang cukup lama sehingga dapat memberikan
pengetahuan yang banyak dalam mengelola usahanya.

Tabel 13. Identitas Pemilik Restoran Berdasarkan Pengalaman Kerja di


Desa Gebang Mekar
Pengalaman
Usaha

Jumlah
(Orang)

Presentasi
(%)

1-10

40

11-20

60

100

Jumlah
Sumber: Data Kuisioner

42

Dari Tabel data di atas disebutkan bahwa lama pengalaman kerja


mayoritas pemilik restoran adalah 1-10 tahun sebanyak 2 orang pemilik restoran
secara keseluruhan atau 40%. Lama Pengalaman kerja 11-20 tahun sebanyak 3
orang responden atau 60%. Semakin lama pengalaman kerja pemilik restoran
dalam pengolahan makanan maka semakin banyak pula pengetahuan tentang
strategi cara berdagang yang baik dan memiliki informasi yang lebih banyak
dalam menjual olahan produk tersebut.

4.5 Analisis Saluran Pemasaran


Saluran pemasaran hasil perikanan di Gebang Mekar adalah jalur-jalur
pergerakan yang terjadi pada proses pemasaran hasil perikanan dari nelayan yang
menangkap rajungan hingga sampai hingga sampai ke tangan konsumen.
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan produk rajungan dari
nelayan rajungan sampai ke tangan konsumen adalah nelayan, pedagang
pengumpul/bakul, pengusaha miniplant, pabrik besar dan restoran.
Saluran pemasaran di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon terdiri dari
3 saluran pemasaran, diantaranya sebagai berikut :
Saluran Pemasaran I
Nelayan

Pedagang
Pengumpul

Utuh Segar

Utuh Rebus

Konsumen
Utuh Rebus

Saluran Pemasaran II
Nelayan
Utuh Segar

Pedagang
pengumpul

- Rebus
Kupas

Kupas

Restoran

Konsumen

Kupas

Olahan

43

Saluran Pemasaran III


Nelayan

Pedagang
Pengumpul

Miniplant

Pabrik Besar

Segar

Di rebus
Kupas

Kupas

Kupas

Saluran pemasaran I merupakan saluran yang melibatkan nelayan,


pedagang pengumpul/bakul, dan konsumen. Saluran ini merupakan saluran
pemasaran yang memiliki saluran pemasaran paling pendek. Pada saluran I tidak
ada ikatan piutang antara nelayan dan bakul, sehingga nelayan bebas menjual
langsung pada konsumen. Harga mempengaruhi karena membeli pada nelayan
jauh lebih murah dibandingkan membeli pada pedagang pengumpul. Jarak waktu
tempuh juga lebih dekat jadi tidak mengeluarkan biaya transportasi.
Saluran Pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang melibatkan
nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen. Pada saluran II
tidak ada ikatan piutang antara nelayan dan pedagang pengumpul/bakul, tetapi
pada pedagang pengumpul dan restoran sudah ada kerjasama dalam penjualan
produk rajungan. Harga dari nelayan pada pedagang pengumpul lebih rendah, di
bandingkan harga pedagang pengumpul/bakul pada restoran. Jarak tempuh antara
nelayan dan bakul lebih dekat, di baandingkan dengan jarak tempuh pada restoran.
Saluran Pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang melibatkan
nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha miniplant dan pabrik besar.
Saluran III banyak digunakan pada proses pemasaran rajungan. Pada saluran III
lebih menguntungkan dibandingkan dengan saluran I dan saluran II. Nelayan
terdapat ikatan piutang pada pedagang pengumpul/bakul, sehingga hasil
tangkapannya tidak bebas di jual pada pedagang pengumpul/bakul lainnya. Jika
nelayan memilik piutang pada pedagang pengumpul/bakul maka harga jual
rajungan lebih rendah. Pengusaha miniplant terdapat ikatan kontrak dengan pabrik
besar, sehingga pengusaha miniplant harus menjual rajungan kupas pada pabrik

44

besar. Jarak tempuh nelayan dengan bakul dekat sehingga tidak mengeluarkan
biaya transportasi dan jarak antara pengusaha miniplant pada pabrik jauh,
sehingga mengeluarkan biaya transportasi.

4.6

Analisis Struktur Pasar dan Efisiensi Pemasaran

4.6.1 Analisis Struktur Pasar


Struktur pasar pada pengolahan rajungan di definisikan dengan melibatkan
keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan informasi
pasar.

4.6.1.1 Keadaan Produk


Pengolahan produk rajungan dari mulai nelayan sampai dengan restoran
melaui sortasi dan grading. Sortasi adalah memilih dan memisahkan bagianbagian dari rajungan utuh berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
untuk memilih (menyortir) rajungan mencakup ukuran, bobot, kondisi daging
rajungan, kelengkapan morfologi tubuh. Tujuan sortasi untuk memenuhi kualitas
daging yang berkualitas dan meningkatkan keseragaman mutu produk, serta
meningkatkan harga produk dan penerimaan (Effendi dan Oktariza 2006).
4.6.1.2 Kondisi Keluar Masuk Pasar
Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga
pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar yang disebabkan oleh beberapa
hal antara lain, tinggi rendahnya modal atau biaya yang dimiliki untuk bertindak
sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar. Nelayan menjual hasil
tangkapannya pada saluran I dan dan Saluran II tidak bebas keluar masuk
berkaitan dengan utang piutang pada pedagang pengumpul/Bakul, tetapi pada
saluran III bebas keluar masuk. Pengusaha miniplant terikat kontrak dengan
pabrik berkaitan dengan pemasaran rajungan kupas untuk ekspor.

45

4.6.1.3 Informasi Pasar


Pengumpulan informasi pasar dilakukan terutama untuk mengetahui
ukuran, jumlah, harga, waktu dan mekanisme distribusi dan pelayanan yang
dikehendaki oleh konsumen terhadap produk (Effendi dan Oktariza 2006).
Lembaga-lembaga pemasaran sangat memerlukan informasi pasar untuk mencapai
terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Nelayan memerlukan informasi
tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga produk sebagai dasar untuk
membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan.
Nelayan memperoleh informasi harga secara langsung dari pedagang yang
diatasnya. Sumber informasi ini diperoleh dari harga yang dibayar oleh pasar
ekspor. Harga yang berlaku sesuai harga pasar pada saat permintaan akan produk
rajungan naik, maka harga produk rajungan pun meningkat dan sebaliknya, pada
saat permintaan produk rajungan turun maka harga produk rajungan pun turun.
Struktur pasar pada pelaku pemasaran mengarah pada pasar oligopoli. Hal
ini ditunjukan dengan terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual atau
pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Interaksi seluruh penjual
hanya menerima harga yang sudah ditentukan. Berapa banyak produk yang dijual
oleh penjual tidak dapat mengubah harga yang sudah ditentukan pasar karena
jumlah yang diproduksikan hanya sebagian kecil dari jumlah yang diperjual
belikan.

4.6.2 Analisis Efisiensi Pemasaran


Efisiensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu efisiensi operasional dan
efisiensi harga. Efisiensi operasional diukur dari biaya pemasaran dan margin
pemasaran. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh
konsumen terakhir dengan harga yang diterima oleh lembaga pemasaran
sebelumnya, yang meliputi biaya dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran
adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan barang dari satu lembaga
ke lembaga pemasaran lainnya diluar keuntungan yang diperoleh lembaga
pemasaran tersebut (Hanafiah dan Saefuddin 1983).

46

Gambar 8. Pengukuran Efisiensi Pada Pelaku Pemasaran

Efisiensi Pemasaran
9,44

10
8
6

BCR

4,72

4
2

3,06
1,4

5 4,72
4,47

4,72
2,72
1,4

BCR
Rata-rata BCR

2,04

1,4

0
I

II

IIII

Sumber: Data Kuisioner


Berdasarkan Gambar 8 dapat disimpulkan bahwa dari ke lima pelaku
pemasaran, memiliki nilai BCR di atas 3, artinya seluruh pelaku pemasaran yaitu
nelayan, pedagang pengumpul, pengusaha miniplant, pabrik besar dan restoran
memiliki status efisiensi pemasaran yang efisien. Tiap saluran memiliki BCR di
atas 3, artinya dari seluruh saluran pemasaran yang ada di Gebang Mekar
statusnya efisien. Analisis margin yang menekan pada keuntungan dan biaya pada
masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran menggunakan perhitungan kita
dapat mengetahui apakah suatu usaha tersebut dapat dikatakan mengutungkan dan
sebaliknya. Berikut perhitungan market share pada pemasaran rajungan di Desa
Gebang Mekar dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Market Share Rajungan Di Desa Gebang Mekar


Pelaku Pasar
Saluran I

1. Nelayan
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)

40.000
(44)
140.000
(50)

Harga Jual (Rp) / Market Share (%)


Saluran II
Saluran III

40.000
(20)
140.000
(19)

40.000
(21)
140.000
(16)

47

2. Pedagang pengumpul
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)

50.000
(55)
140.000
(50)

50.000
(25)
140.000
(19)

50.000
(26)
140.000
(16)

3. Miniplant
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)

50.000
(26)
300.000
(34)

4. Pabrik besar
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)

50.000
(26)
300.000
(34)

5. Restoran
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
Fisherman Share
(%)
Rajungan Utuh
Rajungan Kupas

60.000
(30)
150.000
(20)

57,143

66,667

80

70

93,333

46,667

Sumber: Data Kuisioner


Pada Tabel diketahui dari setiap saluran memiliki nilai market share yang
berbeda. Market share dengan nilai cukup tinggi ada pada saluran I untuk
rajungan utuh maupun rajungan kupas. Pada saluran II dan III nilai market terkecil
hampir mendekati sama. Nilai market share tertinggi untuk semua produk
rajungan ada pada saluran I. Hal ini disebabkan pada saluran I terdapat saluran
pemasaran yang pendek dengan pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang
pengumpul/bakul, Sedangkan pada saluran II dan III masing-masing memiliki

48

saluran tiga dan empat pelaku pemasaran. Saluran pemasaran II dengan pelaku
pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul, restoran. Saluran III dengan
pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha
miniplant, dan pabrik besar.

4.7 Analisis Margin Pemasaran


Margin pemasaran menunjukan perbedaan harga diantara tingkat lembaga
dalam sistem pemasaran. Hal tersebut dapat didefinisikan sebagai perbedaan
antara yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk
produk yang dihasilkan.

Tabel 21. Margin Pemasaran Rajungan Utuh Di Desa Gebang Mekar


Margin Pemasaran
Nelayan
Pedagang Pengumpul
Konsumen
Margin
Share (%)
Sumber: Data Kuisioner

Saluran I
40.000
50.000
70.000
30.000
1,75

Saluran I terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul dan konsumen.


Margin pemasaran pada saluran I adalah 30.000, dan share pada saluran I sebesar
1,75. Hal ini menunjukan harga jual konsumen lebih tinggi dibandingkan dengan
harga jual nelayan/produsen.
Tabel 22. Margin Pemasaran dan Share Rajungan Kupas Di Desa Gebang
Mekar
Margin Pemasaran
Saluran II
Saluran III
Nelayan
40.000
Bakul
140.000
Restoran
150.000
Konsumen
480.000

Nelayan

40.000

49

Bakul
Minplant
Pabrik Besar
Margin
Share (%)
Sumber: Data Kuisioner

50.000
140.000
300.000
440.000
12 %

260.000
7,5 %

Saluran II terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan


konsumen. Margin pemasaran pada saluran II adalah 440.000 dan share adalah 12
%. Hal ini menunjukan bahwa harga jual rajungan pada restoran lebih tinggi
dibandingkan dengan harga jual nelayan/produsen.
Saluran III terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha
miniplant dan pabrik besar. Margin pemasaran pada saluran III adalah 260.000
dan share adalah 7,5 %. Hal ini menunjukan harga jual pada pabrik besar lebih
tinggi dibandingkan harga nelayan/produsen.

4.8

Analisis Fungsi Pemasaran


Fungsi-fungsi

pemasaran

adalah

mengusahakan

agar

konsumen

memperoleh barang atau jasa yang diinginkan sesuai pada tempat, waktu dan
harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran.
Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang atau
jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi
fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Adapun pelaksanaan fungsifungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran di Desa Gebang Mekar sebagai
berikut:
Tabel 15. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Pemasaran Oleh Lembaga Pemasaran
Hasil Pengolahan Rajungan Di Desa Gebang Mekar.
Lembaga Pemasaran
Fungsi
Pemasaran
Nelayan Bakul Miniplant Pabrik besar
Restoran
Fungsi
Pertukaran
Pembelian
+
+
+
+
Penjualan
+
+
+
+
+

50

Fungsi Fisik
Penyimpanan
Pengemasan
+
Pengangkutan
+
Fungsi Fasilitas
Sortasi
Grading
Penaggulangan
resiko
+
Pembiayaan
+
Informasi pasar
+
Sumber: Data Kuisioner

+
+

+
+
+

+
+
+

+
-

+
+

+
+

+
+

+
+
+

+
+
+

+
+
+

+
+
+

Keterangan :
+ : Melakukan fungsi pemasaran
- : Tidak melakukan fungsi pemasaran
1. Nelayan
Nelayan merupakan lembaga pemasaran yang merupakan produsen pada
proses pemasaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh nelayan adalah menjual
hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul.
Kegiatan pengangkutan rajungan dari perahu sampai ke pedagang
pengumpul/ bakul dengan di simpan dalam keranjang lalu diangkut dengan cara
dipanggul sampai tempat pedagang pengumpul yang letaknya tidak berjauhan,
sehingga tidak memerlukan biaya pengangkutan. Dalam hasil tangkapan nelayan
mendapatkan rajungan, rajungan yang di dapatkan hampir satu ukuran, sehingga
tidak di pisahkan antara ukuran kecil maupun besar. Fungsi penanggulangan
resiko yang di hadapi nelayan adalah mendapatkan hasil tangkapan yang tidak
sesuai dan memperoleh rajungan yang kropos (tidak ada daging). Pembiayaan
selama usaha penangkapan rajungan seluruhnya di tanggung oleh nelayan.

2.

Pedagang Pengumpul/Bakul
Pedagang pengumpul merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan

langsung dengan nelayan. Pedagang pengumpul membeli rajungan dari nelayan


yang telah menjadi nelayan langanannya. Rajungan yang telah di beli dari nelayan

51

kemudian di jual kembali kepada pengusaha miniplant dan restoran. Kegiatan


tersebut merupakan fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan.
Dalam menyalurkan rajungan utuh dan rajungan kupas pada pengusaha
miniplant, pedagang pengumpul melakukan aktifitas pengangkutan. Pedagang
pengumpul

mengangkut rajungan yang telah di beli dari nelayan ke tempat

gudang pengupasan. Rajungan tersebut di simpan dan di jual langsung kepada


pengusaha miniplant. Kegiatan pengangkutan dan pengemasan ini merupakan
fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul/bakul setelah membeli rajungan dari nelayan akan
langsung melakukan proses pengupasan, sebelum melakukan proses pengupasan
dilakuakan sortasi memisahkan antara karapas dengan badan rajungan lalu daging
hasil kupasan di jual pada pengusaha miniplant tetapi ada juga pedagang
pengumpul/ bakul yang langsung menjual rajungan utuh langsung ke pengusaha
miniplant. Fungsi penanggulangan resiko yang dihadapi pedagang pengumpul
adalah kerusakan daging pada saat pengupasan, sehingga menghasilkan mutu dan
kualitas menurun. Pembiayaan selama usaha penjualan rajungan seluruhnya
ditanggung oleh pedagang pengumpul. Fungsi Informasi pasar yang dilakukan
oleh pedagang pengumpul adalah dengan mencari informasi harga yang sedang
berlaku di pasar.

3. Pengusaha Miniplant
Pengusaha miniplant membeli rajungan dari pedagang pengumpul,
kemudian menjualnya kepada pabrik besar. Kegiatan tersebut merupakan fungsi
pertukaran berupa pembelian dan penjualan. Pengusaha miniplant mendapatkan
rajungan utuh dan rajungan kupas dari pedagang pengumpul kemudian rajungan
utuh tersebut di kupas di tempat pengupasan skala menengah dan hasil daging
keseluruhan di jual langsung ke pabrik besar dengan sudah di kemas secara rapih
menggunakan toples, di beri es dimasukan pada sebuah boks piber dan diangkut
menggunakan mobil bak terbuka. Kegiatan tersebut merupakan fungsi fisik
berupa fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan.

52

Fungsi penanggulangan resiko yang dihadapi pengusaha miniplant adalah


HACCP karena kurangnya kebersihan pada saat proses pengupasan. Hal ini
berkaitan dengan mutu produk ekspor yang memenuhi standar HACCP. Fungsi
informasi pasar yang dilakukan pengusaha miniplant adalah untuk mengetahui
naik turunya harga rajungan utuh maupun rajungan kupas.
4. Pabrik Besar
Pabrik besar merupakan pedagang yang berhubungan langsung dengan
ekportir. Pabrik besar membeli rajungan utuh maupun kupas dari pengusaha
miniplant, kemudian produk yang sudah di kalengkan di ekspor ke negara lain.
Kegiatan tersebut merupakan fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan.
Fungsi pengangkutan yang dilakukan pabrik besar adalah dengan cara
mengangkut rajungan kupas dalam kaleng ke dalam cold storage sebelum di
ekspor kegiatan tersebut merupakan fungsi penyimpanan. Fungsi penanggulangan
resiko yang dihadapi pabrik besar adalah rijeck pada daging rajungan kurang nya
es pada saat pengangkutan. Pembiayaan selama usaha penjualan rajungan
seluruhnya di tanggung oleh pemilik pabrik. Fungsi informasi pasar yang
dilakukan oleh pabrik besar adalah dengan mencari tahu tentang keadaan pasar,
harga pasar, dan permintaan ekspor.

5. Restoran
Restoran merupakan suata usaha yang di miliki oleh perorangan maupun
sekelompok orang. Produk yang menjadi bahan utama pada restoran di peroleh
dari pedagang pengumpul atau bakul. Hasil rajungan kupas atau rajungan utuh
dari bakul, kemudian diolah menjadi makanan yang bergizi bagi konsumen.
Kegiatan tersebut merupakan fungsi penjualan dan pembelian.
Pengolahan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas disimpan pada
freezer agar bahan baku tidak mudah rusak dan kualitas tetap terjaga. Kegiatan
tersebut merupakan fungsi penyimpanan. Penangulangan resiko pada pengolahan,
memilih rajungan yang kualitas bagus dan kualitas buruk. Pembiayaan seluruhnya

53

di tanggung oleh pemilik restorant. Informasi pasar yang dilakukan untuk


mengetahaui harga rajungan yang dibutuhkan.

4.9 Analisis Biaya Manfaat


Usaha pengolahan rajungan baik untuk produksi maupun dalam proses
pemasarannya, bahwa kedua tahap tersebut membutuhkan biaya yang terdiri atas
biaya produksi dan biaya pemasaran ( Hanafiah dan Saefudin 1983). Biaya
produksi atas dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
Biaya tetap yaitu sejumlah biaya yang harus dikeluarkan pada saat nelayan
berproduksi atau tidak, misalnya biaya penyusutan perahu, penyusutan mesin dan
penyusutan alat tangkap.
Biaya tidak tetap (biaya variabel) yaitu biaya yang digunakan untuk
memproduksi rajungan dan jumlahnya sangat bergantung pada kapasitas dan masa
produksi yang bersangkutan. Beberapa biaya variabel yang ke dalam biaya tetap
adalah bahan bakar, es balok, biaya makanan.
Tahap selanjutnya setelah produksi adalah pemasaran yang merupakan
proses penyaluran produk dari nelayan ke konsumen atau pasar. Biaya pemasaran
merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung, mulai
dari nelayan hingga diterima oleh konsumen. Besarnya biaya pemasaran sangat
bergantung dari panjang pendeknya saluran pemasaran. Selain semakin mahal
harga, saluran pemasaran yang juga memiliki resiko yang tinggi. Penurunan mutu
dan kualitas adalah resiko yang sering terjadi. Biaya yang dikeluarkan adalah
biaya transportasi, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan.
Keragaan biaya manfaat merupakan kajian keuangan untuk mengetahui
keuntungan yang telah dicapai selama usaha pengolahan rajungan tersebut
berlangsung. Pelaku pemasaran dapat menganalisis perhitungan serta menentukan
tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya.

54

Tabel 16. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar


Pada Tingkat Nelayan Dalam Waktu 1 Bulan.
Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya Investasi
45.485.000
Biaya Tetap (1 bulan)
294.359
Biaya Variabel (1 bulan)
7.050.000
Biaya Total
7.344.359
Jumlah Penerimaan
13.410.000
Keuntungan
2.786.282
BCR
1,4
Sumber: Data Kuisioner
Pada Tabel 16 diketahui nilai B/C adalah sebesar 1,4 sehingga
keuntungan bersih yang diperoleh perbulan rata-rata mencapai Rp. 2.786.282
untuk pemilik perahu. Untuk nelayan memperoleh uang bagi hasil perorang ratarata sekitar Rp. 928.760/bulan (Lampiran 12). Bagi hasil yang diperoleh masing
masing nelayan tersebut adalah hasil pembagian dari jumlah bagi hasil di bagi 3
jumlah nelayan.
Tabel 17. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar
Pada Tingkat Pedagang Pengumpul/bakul Dalam Waktu 1
Bulan.
Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya Investasi
4.425.000
Biaya Tetap (1 bulan)
368.873
Biaya Variabel ( 1 bulan)
8.885.000
Biaya Total
8.886.873
Jumlah penerimaan
42.000.000
Keuntungan
33.113.127
BCR
4,72
Sumber: Data Kuisioner
Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul/bakul dapat terlihat pada
Tabel 17 yaitu sebesar Rp. 33.113.127/bulan, maka besarnya keuntungan untuk
satu kali produksi yaitu Rp. 1.103.770 (Lampiran 13). Nilai B/C lebih dari satu
menunjukan bahwa usaha tersebut menguntungkan.

55

Tabel 18. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar


Pada Tingkat Pengusaha Miniplant Dalam Waktu 1 Bulan.
Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya Investasi
12.300.000
Biaya Tetap (1 bulan)
102.498
Biaya Variabel ( 1 bulan)
28.050.000
Total biaya
28.152.498
Jumlah penerimaan
126.000.000
Keuntungan
97.847.502
BCR
4,47
Sumber: Data Olahan (2013)
Kentungan yang diperoleh pengusaha miniplant dapat terlihat pada Tabel
18 yaitu sebesar Rp. 97.847.502/bulan, maka dalam satu kali produksi
memperoleh Rp. 3.261.583 (Lampiran 14) . Nilai B/C lebih dari 1 menunjukan
bahwa usaha tersebut menguntungkan.
Tabel 19. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar
Pada Tingkat Pabrik Besar Dalam Waktu 1 Bulan.
Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya Investasi
333.250.000
Biaya Tetap (1 bulan)
2.631.248
Biaya Variabel ( 1 bulan)
45.000.000
Total biaya
47.631.248
Jumlah penerimaan
450.000.000
Keuntungan
402.368.752
BCR
9,44
Sumber: Data Kuisioner
Keuntungan yang diperoleh pabrik besar dapat terlihat pada Tabel 19 yaitu
sebesar Rp. 402.368.752/bulan, maka besarnya keuntungan untuk satu kali
produksi yaitu Rp. 13.412.291 (Lampiran 15). Nilai B/C lebih dari satu
menunjukan bahwa usaha tersebut menguntungkan.

56

Tabel 20. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar


Pada Tingkat Restoran Dalam Waktu 1 Bulan.
Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya Investasi
14.875.000
Biaya Tetap (1 bulan)
247.916
Biaya Variabel (1 bulan)
220.000.000
Total biaya
220.123.958
Jumlah penerimaan
450.000.000
229.876.042
Keuntungan
2,04
BCR
Sumber: Data Kuisioner
Keuntungan yang diperoleh pemilik restoran dapat terlihat pada Tabel 20
yaitu sebesar Rp. 229.876.042/bulan, maka besarnya keuntungan untuk satu kali
produksi yaitu Rp.7.662.534. Nilai B/C lebih dari satu menunjukan bahwa usaha
tersebut menguntungkan.
4.10 Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah
yang terdapat pada pengolahan rajungan utuh yang diolah menjadi rajungan
kupas. Besarnya analisis nilai tambah satu kali produksi pada nelayan dapat di
lihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Nelayan
No

Variabel

Nilai

Output, Input, Harga


1

Output / total produksi (Kg / trip)

1 (A)

Input bahan baku (Kg / trip)

3 (B)

Input tenaga kerja ( HOK / trip)

1 (C)

Faktor konversi (1) / (2)

0,33(D)

Koefisien tenaga kerja (3) / (2)

0,33(E)

Harga produk ( Rp / Kg)

140.000 (F)

Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/ 10.000 (G)


kg)

57

Pendapatan dan Keuntungan


8

Harga input bahan baku ( Rp / Kg)

40.000(H)

Sumbangan input lain (Rp)

833(I)

10

Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg)

46.200 (J)

11

a. Nilai tambah (10) (8) (9) (Rp/ Kg)

5367 (K)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

11,617 % (L)

12

a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp / 3300 (M)


Kg)

13

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

61,487 % (N)

a. Keuntungan (11a) (12a) (Rp / Kg)

2067 (O)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

4,474 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi


14

Marjin (10) (8) (Rp / kg)

6200 (Q)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

53,225 %(R)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

13,435 % (S)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

86,565 % (T)

Sumber: Data Kuisioner


Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 23 (Lampiran 17) , bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 1 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 3 kg. Bahan baku yang digunakan
di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga kerja yang
dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan dalam
proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 1 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,33 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg
daging rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga
kerja dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.
Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,33. Nilai output rata-rata rajungan
kupas pada penelitian ini adalah Rp. 140.000/kg. Harga bahan baku input 40.000

58

/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi/kg
bahan baku adalah sebesar Rp. 833
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/output pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 46.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat nelayan Rp.
5367/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan
diperoleh nilai tambah sebesar 11,617 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 3300/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 61,487%.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 2067/kg dengan tigkat keuntungan 4,474 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 6200 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 53,225 %, sumbangan input lain 13,435 %,
dan keuntungan usaha 86,565 %.

Tabel 24. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Bakul


No

Variabel

Nilai

Output, Input, Harga


1

Output / total produksi (kg/hari)

10 (A)

Input bahan baku (Kg/hari)

35 (B)

59

Input tenaga kerja ( HOK/hari)

5 (C)

Faktor konversi (1) / (2)

0,28(D)

Koefisien tenaga kerja (3) / (2)

0,14 (E)

Harga produk ( Rp / Kg)

140.000 (F)

Upah rata-rata tenaga kerja HOK (Rp/ kg)

10.000 (G)

Pendapatan dan Keuntungan


8

Harga input bahan baku ( Rp / Kg)

50.000(H)

Sumbangan input lain (Rp)

6857(I)

10

Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg)

39200 (J)

11

a. Nilai tambah (10) (8) (9) (Rp/ Kg)

27.343 (K)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

69,753 % (L)

a. Pendapatan Tenaga Kerja ( Rp / Kg)

1400 (M)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

5,120 % (N)

a. Keuntungan (11a) (12a) (Rp / Kg)

25.943O)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

66,181 %(P)

12

13

Balas Jasa untuk Faktor Produksi


14

Marjin (10) (8) (Rp / kg)

34.200 (Q)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

4,093 %(R)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

20,05% (S)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

79,950% (T)

Sumber: Data Kuisioner


Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 24 (Lampiran 18), bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 10 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 35 kg. Bahan baku yang
digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga
kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan
dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 5 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,28 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg

60

daging rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga
kerja dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.
Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,14. Nilai output rata-rata rajungan
kupas pada penelitian ini adalah Rp. 140.000/kg. Harga bahan baku input
50000/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi
/kg bahan baku adalah sebesar Rp. 6857
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk/ouput pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 39.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pedagang
pengumpul/bakul Rp. 27.353/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan
nilai produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 69,573 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 1400/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 5,120 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 25.943/kg dengan tigkat keuntungan 66,81 %, jumlah
ini cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan per kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 34.200 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 4,093 %, sumbangan input lain 20,05 %, dan
keuntungan usaha 79,950 %.

61

Tabel 25. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Pengusaha


Miniplant
No

Variabel

Nilai

Output, Input, Harga


1

Output / total produksi (kg)

30 (A)

Input bahan baku (Kg)

100(B)

Input tenaga kerja ( HOK)

20 (C)

Faktor konversi (1) / (2)

0,3 (D)

Koefisien tenaga kerja (3) / (2)

0,2 (E)

Harga produk ( Rp / Kg)

300.000 (F)

Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/ 10.000 (G)


kg)
Pendapatan dan Keuntungan

Harga input bahan baku ( Rp / Kg)

50.000(H)

Sumbangan input lain (Rp)

3800 (I)

10

Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg)

90.000 (J)

11

a. Nilai tambah (10) (8) (9) (Rp/ Kg)

36.200 (K)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

40,222 % (L)

12

a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp / 2000(M)


Kg)

13

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

5,525 % (N)

a. Keuntungan (11a) (12a) (Rp / Kg)

34.200(O)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

38 % (P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi


14

Marjin (10) (8) (Rp / kg)

40.000 (Q)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

5 % (R)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

9,5 % (S)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

85,5 % (T)

Sumber: Data Kuisioner

62

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 25 (Lampiran 19), bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 30 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 100 kg. Bahan baku yang
digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga
kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan
dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 20 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,3 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg daging
rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja
dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Besarnya
nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,2. Nilai output rata-rata rajungan kupas pada
penelitian ini adalah Rp. 300.000/kg. Harga bahan baku input 50000/kg.
Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per kg
bahan baku adalah sebesar Rp. 3800.
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/ouput pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 90.000/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pengusaha
miniplant Rp. 36.200/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai
produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 40,222 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 2000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 5,525 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 34.200/kg dengan tigkat keuntungan 38 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

63

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan


keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan per kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 40.000/kg yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 5 %, sumbangan input lain 9,5 %, dan
keuntungan usaha 85,5%.

Tabel 26. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Pabrik Besar
No

Variabel

Nilai

Output, Input, Harga


1

Output / total produksi (kg)

50 (A)

Input bahan baku (Kg)

170 (B)

Input tenaga kerja ( HOK)

50 (C)

Faktor konversi (1) / (2)

0,3 (D)

Koefisien tenaga kerja (3) / (2)

0,3 (E)

Harga produk ( Rp / Kg)

300.000 (F)

Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/ 10.000 (G)


kg)
Pendapatan dan Keuntungan

Harga input bahan baku ( Rp / Kg)

50.000(H)

Sumbangan input lain (Rp)

5294 (I)

10

Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg)

90.000 (J)

11

a. Nilai tambah (10) (8) (9) (Rp/ Kg)

34.706 (K)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

38,562 % (L)

12

a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp / 3000 (M)


Kg)

13

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

8,644 % (N)

a. Keuntungan (11a) (12a) (Rp / Kg)

31,706 (O)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

35,229 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

64

14

Marjin (10) (8) (Rp / kg)

40.000 (Q)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

7,5 % (R)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

13,235 % (S)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

79,265% (T)

Sumber: Data Kuisioner


Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 26 (Lampiran 20), bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 50 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 170 kg. Bahan baku yang
digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga
kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan
dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 50 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,3 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg daging
rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja
dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Besarnya
nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,3. Nilai output rata-rata rajungan kupas pada
penelitian ini adalah Rp. 300.000 per/kg. Harga bahan baku input 50000 per/kg.
Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per/kg
bahan baku adalah sebesar Rp. 5294.
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai prduk/output pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 90.000/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pabrik Rp.
34.706/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan
diperoleh nilai tambah sebesar 38,562 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi

65

rajungan kupas adalah Rp. 3000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 8,644%.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 31.706 dengan tigkat keuntungan 35,229%, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan per/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 40.000 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 7,5 %, sumbangan input lain 13,235 %, dan
keuntungan usaha 79,265 %. Marjin didistribusikan untuk keuntungan usaha
merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja dan
sumbangan input lain.

Tabel 27. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Restoran


No

Variabel

Nilai

Output, Input, Harga


1

Output / total produksi (Kg)

10 (A)

Input bahan baku (Kg)

35 (B)

Input tenaga kerja ( HOK)

20 (C)

Faktor konversi(1) / (2)

0,3 (D)

Koefisien tenaga kerja (3) / (2)

0,5 (E)

Harga produk ( Rp / Kg)

150.000 (F)

Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/ 20.000 (G)


kg)
Pendapatan dan Keuntungan

Harga input bahan baku ( Rp / Kg)

60000(H)

Sumbangan input lain (Rp)

28.571 (I)

10

Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg)

45.000 (J)

66

11

12

13

a. Nilai tambah (10) (8) (9) (Rp/ Kg)

10.429 (K)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

23,175 % (L)

a. Pendapatan Tenaga Kerja ( Rp / Kg)

10.000 (M)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

95,886 % (N)

a. Keuntungan (11a) (12a) (Rp / Kg)

429(O)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

0,953 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi


14

Marjin (10) (8) (Rp / kg)

39.000 (Q)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

25,614 %(R)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

73,258 % (S)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

1,1 % (T)

Sumber: Data Kuisioner


Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 27 (Lampiran 21), bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 10 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 35 kg. Bahan baku yang
digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga
kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua karyawan yang berperan
dalam penjualan produk tersebut yang berjumlah 20 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,3. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga
kerja dengan produk yang di jual. Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,3
yang berari 1 kg bahan baku/input dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,5. Nilai
output rata-rata rajungan kupas pada penelitian ini adalah Rp. 150.000/produk.
Harga bahan baku input 60000/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam
satu kali penjualan adalah sebesar Rp. 28.571. Sumbangan input lain meliputi
bahan penolong, bahan pengemas.
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk/output pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 45.000/produk. Hasil dari nilai produk

67

tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku
maka dapat diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat
restoran Rp. 10.429/produk. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai
produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 23,176 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap pengolahan produk adalah Rp. 10.000/kg dengan demikian
bagian tenaga kerja dalam pengolahan rajungan kupas adalah 95,886 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 429 dengan tigkat keuntungan 0,953 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan/produk adalah Rp. 39.000 yang didistribusikan kepada
masing-masing faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 25,641 %, sumbangan input
lain 73,259 %, dan keuntungan usaha 1,1 %. Marjin didistribusikan untuk
keuntungan usaha merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan
pendapatan tenaga kerja dan sumbangan input lain.

Anda mungkin juga menyukai