Sebelah Timur
Tani,
Weru,
Mundu,
Astanajapura,
Lemahabang,
Pangenan,
28
29
terdapat di bagian tengah dan selatan yaitu daerah perbukitan di kaki Gunung
Ciremai (Kecamatan Beber, Sumber, Palimanan dan Plumbon).
Gebang Mekar merupakan salah satu desa pantai yang berada di
Kecamatan Gebang dan merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Cirebon yang
berada di wilayah timur. Secara geografis Desa Gebang Mekar berada pada posisi
108435 BT dan 6 49 LS. Desa Gebang Mekar terletak di wilayah paling utara
Kecamatan Gebang dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Desa Gebang
Mekar menjadi dermaga bagi perahuperahu nelayan berlabuh. Pangkalan
Pendaratan Ikan Gebang Mekar lama berada di sisi timur sungai Ciberes dengan
luas 2.297 m. Perkembangan aktivitas penangkapan ikan telah menyebabkan
makin banyaknya usaha perikanan, fasilitas umum, maupun perumahan penduduk
sehingga mengakibatkan areal sekitar menjadi padat. Akibat berbagai kesulitan
PPI Gebang Mekar tersebut, akhirnya dilakukan pengembangan PPI Gebang
Mekar. Proyek pengembangan tersebut dilaksanakan pada tahun 2002.
Pengembangan PPI meliputi antara lain area PPI itu sendiri seluas 10 ha dan
ditambah area sekitar sebagai pendukung dari kegiatan perikanan tangkap yang
ada. Pada Gambar 8 dapat dilihat kapal ikan dimana tempat tambat labuh yang
sudah sangat padat.
30
31
mendapatkan hasil tangkapan kurang lebih 3 kg, sehingga dari 3 kg rajungan utuh
akan menghasilkan 1 kg rajungan kupas. Hasil tangkapan seperti rajungan,
langsung di jual ke bakul dalam keadaan utuh atau rajungan kupas dengan
melakukan proses perebusan dan pengupasan untuk menjaga agar daging rajungan
yang dihasilkan tetap bermutu dan berkualitas tinggi. Kualitas rajungan yang
rendah disebut juga rijek, biasanya daging rijek beraroma daging yang sedikit bau
dan warna daging sudah mulai berwarna kekuningan. Cara penentuan harga
dengan mengikuti informasi pasar. Harga rajungan utuh di jual oleh nelayan
dengan harga 40.000/kg, sedangkan rajungan kupas di jual dengan harga
140.000/kg. Nelayan biasanya menjual hasil tangkapan pada pedagang
pengumpul/ bakul.
Pedagang pengumpul memperoleh rajungan utuh dari nelayan sebanyak 50
kg/hari dari 20 nelayan dengan harga beli rajungan utuh 50.000/kg. Proses
pengupasan dilakukan pada siang hari, alat-alat yang digunakan pada proses
pengupasan
adalah
pisau,
nampan,
toples
dan
es.
Setiap
pedagang
32
ruangan pendingin, jika ada permintaan dari luar, pabrik langsung mengekspor
produk tersebut.
33
mengambil daging yang sulit di ambil dengan tangan dan untuk mematahkan capit
rajungan agar dapat diambil dengan mudah. Tenaga kerja dalam proses
pengupasan berjumlah 5 orang, dengan upah/kg Rp. 10.000 tergantung dengan
hasil kupasan. Transportasi dalam pengiriman rajungan kupas pada pengusaha
miniplant menggunakan beca dengan upah 5000 untuk sekali pengiriman.
34
keranjang sebanyak 10 buah dengan harga Rp. 75.000/buah . Tenaga kerja pada
pengupasan rajungan berjumlah 50 orang, uapah yang di berikan ada yang
menggunakan 10.000/kg, tetapi juga ada pabrik yang menggunakan UMR dalam
pemberian upah. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan rajungan adalah
toples sebanyak 50 buah dengan harga Rp. 6000/buah, nampan sebanyak 30 buah
dengan harga Rp. 10.000/buah, dan pisau sebanyak
5000/buah. Rajungan kupas yang sudah di kemas akan di simpan cold storage
agar kualitas dan mutu tetap terjaga, dan bila ada permintaan sudah siap untuk di
ekspor.
4.3.5 Restoran
Restoran mendapatkan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas dari
pedagang pengumpul/bakul dengan harga yang lebih tinggi di banding menjual ke
miniplant. Restoran menyimpan bahan baku pada freezer, agar kualitas daging
rajungan tetap segar. Dalam membuat rajungan olahan, restoran menggunakan
alat-alat untuk memasak dan bumbu-bumbu masak sebagai pelengkap, agar
konsumen semakin tertarik pada produk olahan tersebut. Pada restoran terdapat 10
karyawan dengan gaji setiap bulan Rp. 700.000/bulan. Harga per porsi rajungan
olahan sebesar 80.000/porsi.
35
ekonomis
penduduk
wilayah
tersebut
bersifat
positif
atau
terjamin
Presentasi
(%)
30
40
10
20
100
Presentasi
(%)
10
40
40
10
100
36
Jumlah
Presentasi
(Tahun)
(Orang)
(%)
29
20
38
20
41-50
60
100
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
Jumlah
(Orang)
1
3
1
Presentasi
(%)
20
60
20
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
100
orang
37
Umur pemilik restoran secara umum berada pada usia produktif yakni
pada kisaran 38 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan usaha lebih besar.
Secara keseluruhan tingkat umur (40-50) tahun merupakan tingkat umur yang
paling tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 60% dari keseluruhan pemilik
restoran responden. Tingkat umur yang terkecil pada kisaran 52 tahun berjumlah 1
orang dengan persentase 10% dari seluruh pedagang responden.
Presentase
(Orang)
(%)
SD
12
60
Tamat SD
40
20
100
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
38
Presentase
(Orang)
(%)
SD
40
Tamat SD
10
SLTA
20
SMA
30
10
100
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
Jumlah
(Orang)
Presentase
(%)
SMA
40
D3
60
100
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
39
Presentase
(Orang)
(%)
SMA
75
D3
25
100
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
40
Jumlah
(Orang)
1
14
3
2
20
Presentasi
(%)
5
70
15
10
100
Jumlah
Presentasi
Usaha
(Orang)
(%)
1-10
70
11-20
20
30
10
10
100
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
41
yaitu 30 tahun berjumlah 1 bakul atau 10%. Rata rata bakul memiliki pengalaman
kerja yang cukup lama sehingga dapat memberikan pengetahuan yang banyak
dalam mengelola usahanya.
Jumlah
Presentasi
Usaha
(Orang)
(%)
1-10
60
13
20
20
20
100
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
Jumlah
(Orang)
Presentasi
(%)
1-10
40
11-20
60
100
Jumlah
Sumber: Data Kuisioner
42
Pedagang
Pengumpul
Utuh Segar
Utuh Rebus
Konsumen
Utuh Rebus
Saluran Pemasaran II
Nelayan
Utuh Segar
Pedagang
pengumpul
- Rebus
Kupas
Kupas
Restoran
Konsumen
Kupas
Olahan
43
Pedagang
Pengumpul
Miniplant
Pabrik Besar
Segar
Di rebus
Kupas
Kupas
Kupas
44
besar. Jarak tempuh nelayan dengan bakul dekat sehingga tidak mengeluarkan
biaya transportasi dan jarak antara pengusaha miniplant pada pabrik jauh,
sehingga mengeluarkan biaya transportasi.
4.6
45
46
Efisiensi Pemasaran
9,44
10
8
6
BCR
4,72
4
2
3,06
1,4
5 4,72
4,47
4,72
2,72
1,4
BCR
Rata-rata BCR
2,04
1,4
0
I
II
IIII
1. Nelayan
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
40.000
(44)
140.000
(50)
40.000
(20)
140.000
(19)
40.000
(21)
140.000
(16)
47
2. Pedagang pengumpul
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
50.000
(55)
140.000
(50)
50.000
(25)
140.000
(19)
50.000
(26)
140.000
(16)
3. Miniplant
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
50.000
(26)
300.000
(34)
4. Pabrik besar
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
50.000
(26)
300.000
(34)
5. Restoran
Rajungan utuh
MS (%)
Rajungan kupas
MS (%)
Fisherman Share
(%)
Rajungan Utuh
Rajungan Kupas
60.000
(30)
150.000
(20)
57,143
66,667
80
70
93,333
46,667
48
saluran tiga dan empat pelaku pemasaran. Saluran pemasaran II dengan pelaku
pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul, restoran. Saluran III dengan
pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha
miniplant, dan pabrik besar.
Saluran I
40.000
50.000
70.000
30.000
1,75
Nelayan
40.000
49
Bakul
Minplant
Pabrik Besar
Margin
Share (%)
Sumber: Data Kuisioner
50.000
140.000
300.000
440.000
12 %
260.000
7,5 %
4.8
pemasaran
adalah
mengusahakan
agar
konsumen
memperoleh barang atau jasa yang diinginkan sesuai pada tempat, waktu dan
harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran.
Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang atau
jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi
fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Adapun pelaksanaan fungsifungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran di Desa Gebang Mekar sebagai
berikut:
Tabel 15. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Pemasaran Oleh Lembaga Pemasaran
Hasil Pengolahan Rajungan Di Desa Gebang Mekar.
Lembaga Pemasaran
Fungsi
Pemasaran
Nelayan Bakul Miniplant Pabrik besar
Restoran
Fungsi
Pertukaran
Pembelian
+
+
+
+
Penjualan
+
+
+
+
+
50
Fungsi Fisik
Penyimpanan
Pengemasan
+
Pengangkutan
+
Fungsi Fasilitas
Sortasi
Grading
Penaggulangan
resiko
+
Pembiayaan
+
Informasi pasar
+
Sumber: Data Kuisioner
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan :
+ : Melakukan fungsi pemasaran
- : Tidak melakukan fungsi pemasaran
1. Nelayan
Nelayan merupakan lembaga pemasaran yang merupakan produsen pada
proses pemasaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh nelayan adalah menjual
hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul.
Kegiatan pengangkutan rajungan dari perahu sampai ke pedagang
pengumpul/ bakul dengan di simpan dalam keranjang lalu diangkut dengan cara
dipanggul sampai tempat pedagang pengumpul yang letaknya tidak berjauhan,
sehingga tidak memerlukan biaya pengangkutan. Dalam hasil tangkapan nelayan
mendapatkan rajungan, rajungan yang di dapatkan hampir satu ukuran, sehingga
tidak di pisahkan antara ukuran kecil maupun besar. Fungsi penanggulangan
resiko yang di hadapi nelayan adalah mendapatkan hasil tangkapan yang tidak
sesuai dan memperoleh rajungan yang kropos (tidak ada daging). Pembiayaan
selama usaha penangkapan rajungan seluruhnya di tanggung oleh nelayan.
2.
Pedagang Pengumpul/Bakul
Pedagang pengumpul merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan
51
3. Pengusaha Miniplant
Pengusaha miniplant membeli rajungan dari pedagang pengumpul,
kemudian menjualnya kepada pabrik besar. Kegiatan tersebut merupakan fungsi
pertukaran berupa pembelian dan penjualan. Pengusaha miniplant mendapatkan
rajungan utuh dan rajungan kupas dari pedagang pengumpul kemudian rajungan
utuh tersebut di kupas di tempat pengupasan skala menengah dan hasil daging
keseluruhan di jual langsung ke pabrik besar dengan sudah di kemas secara rapih
menggunakan toples, di beri es dimasukan pada sebuah boks piber dan diangkut
menggunakan mobil bak terbuka. Kegiatan tersebut merupakan fungsi fisik
berupa fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan.
52
5. Restoran
Restoran merupakan suata usaha yang di miliki oleh perorangan maupun
sekelompok orang. Produk yang menjadi bahan utama pada restoran di peroleh
dari pedagang pengumpul atau bakul. Hasil rajungan kupas atau rajungan utuh
dari bakul, kemudian diolah menjadi makanan yang bergizi bagi konsumen.
Kegiatan tersebut merupakan fungsi penjualan dan pembelian.
Pengolahan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas disimpan pada
freezer agar bahan baku tidak mudah rusak dan kualitas tetap terjaga. Kegiatan
tersebut merupakan fungsi penyimpanan. Penangulangan resiko pada pengolahan,
memilih rajungan yang kualitas bagus dan kualitas buruk. Pembiayaan seluruhnya
53
54
55
56
Variabel
Nilai
1 (A)
3 (B)
1 (C)
0,33(D)
0,33(E)
140.000 (F)
57
40.000(H)
833(I)
10
46.200 (J)
11
5367 (K)
11,617 % (L)
12
13
61,487 % (N)
2067 (O)
4,474 %(P)
6200 (Q)
53,225 %(R)
13,435 % (S)
86,565 % (T)
58
/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi/kg
bahan baku adalah sebesar Rp. 833
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/output pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 46.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat nelayan Rp.
5367/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan
diperoleh nilai tambah sebesar 11,617 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 3300/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 61,487%.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 2067/kg dengan tigkat keuntungan 4,474 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 6200 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 53,225 %, sumbangan input lain 13,435 %,
dan keuntungan usaha 86,565 %.
Variabel
Nilai
10 (A)
35 (B)
59
5 (C)
0,28(D)
0,14 (E)
140.000 (F)
10.000 (G)
50.000(H)
6857(I)
10
39200 (J)
11
27.343 (K)
69,753 % (L)
1400 (M)
5,120 % (N)
25.943O)
66,181 %(P)
12
13
34.200 (Q)
4,093 %(R)
20,05% (S)
79,950% (T)
60
daging rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga
kerja dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.
Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,14. Nilai output rata-rata rajungan
kupas pada penelitian ini adalah Rp. 140.000/kg. Harga bahan baku input
50000/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi
/kg bahan baku adalah sebesar Rp. 6857
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk/ouput pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 39.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pedagang
pengumpul/bakul Rp. 27.353/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan
nilai produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 69,573 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 1400/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 5,120 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 25.943/kg dengan tigkat keuntungan 66,81 %, jumlah
ini cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan per kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 34.200 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 4,093 %, sumbangan input lain 20,05 %, dan
keuntungan usaha 79,950 %.
61
Variabel
Nilai
30 (A)
100(B)
20 (C)
0,3 (D)
0,2 (E)
300.000 (F)
50.000(H)
3800 (I)
10
90.000 (J)
11
36.200 (K)
40,222 % (L)
12
13
5,525 % (N)
34.200(O)
38 % (P)
40.000 (Q)
5 % (R)
9,5 % (S)
85,5 % (T)
62
Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 25 (Lampiran 19), bahwa
hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 30 kg dengan
penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 100 kg. Bahan baku yang
digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga
kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan
dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 20 orang.
Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan
jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di
atas adalah sebesar 0,3 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg daging
rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja
dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Besarnya
nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,2. Nilai output rata-rata rajungan kupas pada
penelitian ini adalah Rp. 300.000/kg. Harga bahan baku input 50000/kg.
Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per kg
bahan baku adalah sebesar Rp. 3800.
Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor
konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/ouput pada
perhitungan nilai tambah adalah Rp. 90.000/kg. Hasil dari nilai produk tersebut
dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat
diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pengusaha
miniplant Rp. 36.200/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai
produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 40,222 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 2000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 5,525 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 34.200/kg dengan tigkat keuntungan 38 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
63
Tabel 26. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Pabrik Besar
No
Variabel
Nilai
50 (A)
170 (B)
50 (C)
0,3 (D)
0,3 (E)
300.000 (F)
50.000(H)
5294 (I)
10
90.000 (J)
11
34.706 (K)
38,562 % (L)
12
13
8,644 % (N)
31,706 (O)
35,229 %(P)
64
14
40.000 (Q)
7,5 % (R)
13,235 % (S)
79,265% (T)
65
rajungan kupas adalah Rp. 3000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam
pengolahan rajungan kupas adalah 8,644%.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 31.706 dengan tigkat keuntungan 35,229%, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan per/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi
rajungan kupas adalah Rp. 40.000 yang didistribusikan kepada masing-masing
faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 7,5 %, sumbangan input lain 13,235 %, dan
keuntungan usaha 79,265 %. Marjin didistribusikan untuk keuntungan usaha
merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja dan
sumbangan input lain.
Variabel
Nilai
10 (A)
35 (B)
20 (C)
0,3 (D)
0,5 (E)
150.000 (F)
60000(H)
28.571 (I)
10
45.000 (J)
66
11
12
13
10.429 (K)
23,175 % (L)
10.000 (M)
95,886 % (N)
429(O)
0,953 %(P)
39.000 (Q)
25,614 %(R)
73,258 % (S)
1,1 % (T)
67
tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku
maka dapat diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat
restoran Rp. 10.429/produk. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai
produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 23,176 %.
Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang
diberikan dari setiap pengolahan produk adalah Rp. 10.000/kg dengan demikian
bagian tenaga kerja dalam pengolahan rajungan kupas adalah 95,886 %.
Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan
yang diperoleh adalah Rp. 429 dengan tigkat keuntungan 0,953 %, jumlah ini
cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga
menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga
bahan baku rajungan/produk adalah Rp. 39.000 yang didistribusikan kepada
masing-masing faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 25,641 %, sumbangan input
lain 73,259 %, dan keuntungan usaha 1,1 %. Marjin didistribusikan untuk
keuntungan usaha merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan
pendapatan tenaga kerja dan sumbangan input lain.