Anda di halaman 1dari 8

Technical Paper

Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha


Produksi Keripik Pisang
Study of Engineering Process on Vacuum Frying and Business Feasibility of
Banana Chips Production

Ruri Wijayanti1, I Wayan Budiastra2 dan Rokhani Hasbullah3

Abstract

Vacuum frying is a new technology that can be used to improve quality attributes of fried food because
of low temperatures process. The objectives of this study is to assess the effects of oil temperatures and
exposure time of frying on physic-chemical and organoleptic properties of banana chips to get a better
guality products, to determine packaging material that can extend shelf life of banana chips, to predict shelf
life of banana chips using the method of acceleration and to calculate production costs and the business
feasibility of vacuum fried banana chips. The quality parameters tested include water content, fat content,
colour, thickness and organoleptic test. Banana chips were fried in oils with temperature of 60, 70, 80,
and 90OC and time of frying 30, 45, 60 and 75 minutes. The result showed that the temperature and frying
time is significantly influence the quality and characteristics of the products. The best quality of banana
chips obtained at frying temperature of 80OC for 60 minutes. Aluminum foil can maintain the shelf life of
banana chips for 115 days of storage, while the PP is only for 70.6 days of storage based on water content
parameter. Banana chips business eligible to run if production capacity is 4 kg or more.

Keywords: banana, vacuum fryer, self life, the feasibility

Abstrak

Penggorengan vakum adalah sebuah teknologi baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
makanan gorengan (keripik) dengan proses suhu rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
pengaruh suhu minyak dan waktu penggorengan terhadap sifat fisiko-kimia dan organoleptik keripik pisang
sehingga didapatkan produk dengan kualitas terbaik, menentukan jenis kemasan yang dapat memperpanjang
umur simpan keripik pisang, untuk menduga umur simpan keripik pisang dengan menggunakan metode
akselerasi dan menghitung biaya produksi dan kelayakan usaha keripik pisang dengan penggorengan
vakum. Parameter kualitas yang diuji meliputi kadar air, kadar lemak, warna, ketebalan dan uji organoleptik.
Keripik pisang digoreng dalam minyak dengan suhu 60, 70 80, dan 90OC dan waktu penggorengan 30, 45,
60 dan 75 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu penggorengan secara signifikan
mempengaruhi kualitas dan karakteristik produk. Kualitas terbaik dari keripik pisang diperoleh pada suhu
penggorengan 80OC selama 60 menit. Aluminium foil dapat mempertahankan umur simpan keripik pisang
selama 115 hari penyimpanan, sedangkan PP hanya 70,6 hari penyimpanan berdasarkan parameter kadar
air. Bisnis keripik pisang memenuhi syarat untuk dijalankan jika kapasitas produksinya 4 kg atau lebih.

Kata Kunci: Pisang, penggorengan vakum, umur simpan, kelayakan usaha


Diterima: 27 Mei 2011; Disetujui: 16 September 2011

Pendahuluan pemasaran buah-buahan ini bergantung kepada


masuk atau tidaknya kapal, sehingga pada saat
Tanaman pisang merupakan beberapa jenis musim panen raya ketika jumlah produksinya
buah-buahan asli Indonesia, yang salah satunya meningkat buah-buahan ini tidak terjual dan
banyak dihasilkan di daerah Kabupaten Kepulauan termanfaatkan secara optimal dan harga jualnya
Mentawai, Propinsi Sumatera Barat. Mengingat menurun secara tajam. Hal ini mengakibatkan buah
penduduk mentawai masih mengkonsumsi buah- dibiarkan membusuk yang pada akhirnya digunakan
buahan ini dalam bentuk segar, distribusi dan sebagai pakan ternak seperti babi dan sapi.

1
Alumni Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Email: uwye_wj@yahoo.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Email:Wbudiastra@yahoo.com
3
Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Email: rohasb@yahoo.com
133
Vol. 25, No. 2, Oktober 2011

Salah satu cara yang sudah dilakukan untuk Bahan dan Metode
menambah nilai jual pisang ini adalah dengan
mengolahnya menjadi produk baru seperti keripik. Bahan dan Alat
Penggorengan secara tradisional tentu tidak mampu Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
mengolah bahan matang ini menjadi keripik karena adalah 10 tandan pisang kapok matang dengan
akan dihasilkannya mutu keripik yang jelek seperti tingkat kematangan ¾ penuh, minyak goreng dan
penampakannya gosong, teksturnya lembek dan bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk analisis
liat akibat kandungan airnya yang sangat tinggi. kimia di laboratorium. Sedangkan peralatan yang
Salah satu cara untuk mengatasi masalah digunakan adalah pisau stainless steel, baskom,
ini adalah dengan menggunakan teknologi dan penggorengan hampa yang merupakan hasil
penggorengan vakum dengan memanfaatkan disain Lastriyanto (1997). Sedangkan untuk analisa
penggorengan pada suhu yang rendah. Salah digunakan RheometerModel CR 500DX untuk
satu keunggulan teknologi penggorengan secara mengukur kekerasan, Chromameter merk Minolta
vakum ini adalah dihasilkannya tekstur, warna dan untuk mengukur warna, Neraca analitik, oven
aroma yang khas seperti produk aslinya. Menurut pengering, cawan aluminium, dan perlengkapan
Lastriyanto (1997) penggorengan vakum dengan untuk uji organoleptik.
suhu rendah akan menghasilkan produk dengan
tekstur dan warna yang lebih bagus, penyerapan Metode Penelitian
minyak yang rendah, kerusakan vitamin rendah, Penelitian diawali dengan persiapan bahan
sehingga produk memiliki mutu dan tingkat mulai dari sortasi, pengupasan, pengirisan,
kesehatan yang baik. kemudian dilakukan penggorengan dengan
Penelitian pengaruh suhu dan waktu Vacuum frying. Penggorengan buah dilakukan
penggorengan hampa terhadap mutu keripik sudah pada suhu 60, 70, 80 dan 90OC dengan waktu
banyak dilakukan namun dengan komoditi yang penggorengan 30, 45, 60 dan 75 menit dan tekanan
berbeda dan ketebalan irisan ± 3 mm dan range -74 cmHg. Produk akhir kemudian di sentrifuse
suhu antara 85 sampai dengan 95OC. Mengingat dengan tujuan untuk memisahkan minyak yang
penggorengan pada suhu 95OC masih dapat masih tertinggal di permukaan produk. Kemudian
mempercepat reaksi pencoklatan non-enzimatis dilakukan analisis fisik dan kimia antara lain kadar
pada produk pangan dan meningkatkan kadar air (AOAC, 1984), kadar lemak (Metoda Soxhlet),
lemak dalam bahan pangan, maka diperlukan warna dan kekerasan.
penanganan atau penggorengan dengan suhu 1. Analisa terhadap mutu awal produk
yang lebih rendah yaitu pada suhu dibawah 90OC Analisa terhadap produk meliputi analisa kadar
dengan harapan dihasilkannya mutu atau kualitas air, kadar asam lemak bebas dan kekerasan.
produk yang lebih baik dari segi sifat fisiko-kimia dan 2. Penentuan Batas Kritis Parameter Mutu
organoleptik produk. Oleh karena itu perlu dilakukan Keripik disimpan pada suhu ruang tanpa
penelitian pengaruh suhu dan waktu penggorengan perlakuan kemasan, dan dilakukan pengujian
hampa terhadap sifat fisiko-kimia dan organoleptik setiap 30 menit berupa uji organoleptik terhadap
keripik pisang, kemudian penggunaan kemasan parameter kekerasan, dan ketengikan sampai
yang dapat mempertahankan atau memperlambat keripik ini tidak disukai lagi oleh panelis baik
penurunan mutu keripik buah pisang kepok. Selain dari segi kekerasan dan ketengikan. Analisia
itu perlu dilakukan pendugaan umur simpan untuk yang dilakukan antara lain kadar air, kekerasan
mengetahui lama umur simpan dari keripik pisang dan kadar asam lemak bebas.
yang dihasilkan. Terakhir dilakukan analisis biaya 3. Penyimpanan Pada Beberapa Kondisi
untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha Sampel keripik disimpan dalam kemasan PP,
produksi keripik pisang tersebut untuk dijalankan. dan Aluminium Foil dalam tiga inkubator dengan
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengkaji suhu yang berbeda-beda yaitu 40OC, 50OC dan
pengaruh suhu dan waktu penggorengan hampa 60OC. Analisa terhadap sampel dilakukan setiap
terhadap mutu produk akhir ditinjau dari segi tujuh hari. Analisa yang dilakukan meliputi kadar
sifat fisiko-kimoa dan organoleptik produk, air, kekerasan dan kadar asam lemak bebas.
(2) Menentukan jenis kemasan yang dapat 4. Penentuan Parameter Kritis
memperpanjang umur simpan keripik buah Penentuan parameter kritis ditentukan
pisang, (3) menduga umur simpan keripik pisang berdasarkan parameter mutu yang lebih
dengan menggunakan metoda akselerasi, dan (4) dahulu menyimpang dilihat dari umur simpan
menghitung biaya produksi keripik pisang vacuum keripik pisang paling pendek. Kemudian inilah
frying dan kelayakan usaha keripik pisang. yang dijadikan sebagai parameter kritis dari
pendugaan umur simpan keripik pisang.
5. Analisis Ekonomi Usaha Keripik Pisang
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder, yang diperoleh dari hasil observasi
terhadap proses penggorengan keripik dengan

134
Tabel 1. Hasil uji lanjut fisikokimia keripik pisang berdasarkan parameter nilai L, kadar air, kadar lemak
dan kekerasan

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada DNMRT α =5%

pemilik usaha keripik. Prosedur penelitian yang 60OC, 70OC, 80OC dan 90OC, faktor waktu juga
dilakukan adalah asumsi dan pendekatan memiliki 4 level, yaitu 30 menit, 45 menit, 60
sebagai dasar dalam melakukan perhitungan menit dan 75 menit. Data diolah dengan analisis
dan analisis. Asumsi dan pendekatan yang sidik ragam untuk melihat pengaruh perlakuan-
digunakan terdiri dari: (1) umur ekonomis perlakuan yang diberikan. Apabila berpengaruh
mesin vaccum fryer adalah 5 tahun (2) umur nyata, maka dilanjutkan dengan uji DNMRT.
ekonomis fasilitas bangunan adalah 10 tahun, Sedangkan untuk uji organoleptik, data diolah
(3) umur ekonomis peralatan seperti pisau dan dengan Kruskal Wallis dan jika berpengaruh
lain-lain diasumsikan sesuai kondisi lapangan nyata maka dilakukan uji lanjut Dunn.
yaitu 1 tahun, (4) harga yang digunakan dalam
perhitungan adalah harga yang berlaku sebelum
penelitian dan sebelum terjadi perubahan selama Hasil dan Pembahasan
penelitian, (5) pendapatan dan pengeluaran
dianggap tetap sepanjang umur ekonomis alat Kadar Air
sesuai dengan kapasitas produksi, (6) tingkat Nilai kadar air cenderung menurun dengan
suku bunga (dicount rate) adalah 15% didekati semakin tingginya suhu dan semakin lamanya
dari tingkat suku bunga kredit usaha non waktu penggorengan.
program Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan
2011 dan (7) PPN diabaikan karena usaha ini bahwa perlakuan suhu dan waktu penggorengan
belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib berpengaruh secara nyata (p<0.05) terhadap kadar
Pajak). air, tetapi untuk intraksi antara keduanya tidak
6. Analisis Data memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05). Uji
Rancangan percobaan yang digunakan pada Duncan untuk perlakuan suhu menunjukkan bahwa
penelitian tahap pertama adalah rancangan nilai kadar air keripik yang terendah terdapat pada
acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu suhu penggorengan 90OC namun tidak berbeda
suhu dan waktu penggorengan dengan tiga dengan suhu 80OC dan yang tertinggi terdapat pada
kali ulangan. Faktor suhu memiliki 4 level, yaitu suhu 60OC. Sedangkan uji Duncan untuk perlakuan

135
Vol. 25, No. 2, Oktober 2011

waktu penggorengan menunjukkan bahwa nilai 70OC selama 75 menit, serta suhu penggorengan
kadar air keripik yang terendah terdapat pada waktu 60OC selama 75 menit.
penggorengan 75 menit (Tabel 1). Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi
Hal ini menunjukkan bahwa penggorengan suhu penggorengan maka nilai kecerahan (L)
pada suhu 80OC dan 90OC, ternyata memberikan keripik pisang akan semakin menurun. Penurunan
hasil terbaik terhadap mutu keripik terbukti dengan nilai kecerahan keripik pisang ini kemungkinan
rendahnya nilai kadar air yang terkandung di disebabkan karena reaksi pencoklatan non
dalam bahan. Penurunan nilai kadar air dengan enzimatik yaitu reaksi Maillard.
semakin tinggi suhu dan semakin lamanya waktu Parameter warna selanjutnya adalah nilai a,
penggorengan disebabkan oleh panas yang nilai a keripik pisang ini berkisar antara 4.30 – 6.73,
semakin tinggi akan menyebabkan penguapan air dimana cenderung kemerahan, searah dengan
dari dalam bahan akan semakin besar. Ketaren munculnya reaksi pencoklatan. Namun demikian,
(1986) menunjukkan bahwa penurunan kadar analisis sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan
air pada produk penggorengan terjadi karena suhu dan waktu penggorengan serta interaksi antara
panas yang disalurkan melalui minyak goreng keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata
akan menguapkan air yang terdapat dalam bahan terhadap nilai a pada keripik pisang (p>0.05).
yang digoreng. Selain itu Irawan (1992) juga Parameter warna terakhir adalah nilai b yang
menyatakan bahwa kehilangan air paling banyak menunjukkan warna kekuningan atau kebiruan.
terjadi pada menit pertama dan jumlah air yang Dalam penelitian ini nilai b yang diperoleh
menguap bertambah dengan meningkatnya suhu berkisar antara 27.80 – 38.37 yang menunjukkan
penggorengan. intensitas warna kekuningan lebih dominan. Namun
berdasarkan analisis sidik ragam menyatakan
Kadar Lemak bahwa perlakuan suhu dan waktu penggorengan
Semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan serta interaksi antara keduanya tidak memberikan
maka kadar lemak dalam bahan semakin meningkat. pengaruh yang nyata terhadap nilai a pada keripik
Berdasarkan analisis sidik ragam, perlakuan suhu pisang (p>0.05).
dan waktu penggorengan memberikan pengaruh Berdasarkan nilai L, a dan b dapat disimpulkan
yang nyata (p<0.05) begitu juga dengan interaksi bahwa, penggorengan dengan menggunakan
antara keduanya juga memberikan pengaruh yang teknologi vacuum frying dapat mempertahankan
nyata (p<0.05). Hasil uji Duncan, menyatakan bahwa kualitas warna dari produk yang dihasilkan.
kadar lemak yang tertinggi terdapat pada interaksi
suhu 90OC selama 75 menit dan yang terendah Kekerasan
terdapat pada interaksi suhu penggorengan 60OC Kekerasan sangat berkaitan dengan tingkat
selama 30 menit (Tabel 1). kerenyahan sutu produk pangan. Gambar 4
Peningkatan nilai kadar lemak yang terkandung menunjukkan nilai kekerasan cenderung meningkat
dalam bahan sangat berkaitan dengan kandungan seiring dengan peningkatan suhu dan waktu
air didalam bahan dan ketebalan irisan produk, penggorengan.
hal ini didukung oleh Pinthus et. Al (1993), Berdasarkan analisis sidik ragam suhu dan
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang waktu penggorengan berpengaruh nyata (p<0.05)
mempengaruhi jumlah minyak yang diserap oleh terhadap nilai kekerasan, begitu juga dengan
produk adalah kadar air bahan, ketebalan irisan, dan interaksi antara suhu dan waktu penggorengan.
perlakuan prapenggorengan. Selain itu suhu juga Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa, kekerasan
sangat mempengaruhi kandungan lemak bahan terendah terdapat pada suhu penggorengan 60OC
seperti yang dikemukakan oleh Kita (2007), yang selama 30 menit namun tidak berbeda nyata dengan
menyatakan bahwa penyerapan lemak meningkat suhu penggorengan 60OC selama 45, 60 dan 75
seiring dengan peningkatan suhu penggorengan. menit, serta suhu penggorengan 70OC selama 30
dan 45 menit. Kekerasan tertinggi terdapat pada
Warna suhu penggorengan 90OC selama 75 menit namun
Nilai kecerahan (L) dari keripik pisang yang tidak berbeda nyata dengan suhu penggorengan
dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 50.38 90OC selama 60 menit (Tabel 1).
– 65.94. Berdasarkan analisis sidik ragam didapat Tinggi rendahnya nilai kekerasan sangat
bahwa perlakuan suhu dan waktu penggorengan berkaitan dengan kandungan kadar air bahan atau
berpengaruh terhadap nilai L produk secara nyata produk. Rendahnya nilai kekerasan pada suhu
(p<0.05), begitu juga dengan interaksi antara kedua penggorengan 60OC selama 30 menit terjadi akibat
perlakuan. belum terbentuknya renyahan pada permukaan
Menurut uji Duncan interaksi kedua perlakuan produk, terbukti dengan kandungan air bahan yang
menunjukkan bahwa nilai kecerahan yang tertinggi masih sangat tinggi yaitu sebesar 34.9%. Sehingga
terdapat pada suhu penggorengan 80OC selama ketika digoreng pada suhu yang lebih tinggi dan waktu
30 menit namun tidak berbeda dengan suhu 80OC penggorengan yang lebih lama, terjadi peningkatan
selama 45 dan 60 menit, 90OC selama 45 menit, nilai kekerasan akibat banyaknya kehilangan air dan

136
Tabel 2. Hasil uji lanjut organoleptik keripik pisang berdasarkan parameter rasa, aroma, kerenyahan dan
warna

Tabel 3. Nilai mutu awal dan batas mutu kritis keripik pisang berdasarkan analisis fisikokimia dan
analisis organoleptik

Tabel 4. Umur simpan keripik pisang berdasarkan beberapa parameter penurunan mutu pada suhu
ruang (25OC)

137
Vol. 25, No. 2, Oktober 2011

Tabel 5. Hasil Perhitungan Total Biaya Tetap (BT) dan Total Biaya Variabel (BV) serta Total Biaya
Produksi pada berbagai kapasitas

Tabel 6. Hasil perhitungan IRR dan B/C ratio dalam berbagai kapasitas produksi

sudah mulai terbentuknya renyahan (crust). Hal ini hampa memberikan hasil terbaik ketika digoreng
bertentangan dengan pernyataan Angulair (1997) pada suhu 80OC selama 60 menit.
yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu dan
waktu penggorengan maka terjadi penurunan nilai Pendugaan Umur Simpan
kekerasan, hal ini berkaitan dengan kandungan pati Untuk menentukan umur simpan keripik pisang,
pisang kapok yang cukup tinggi sehingga ketika hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui
adanya panas dan air maka granula pati yang nilai mutu awal (A0) dan batas mutu kritis (At) keripik
tersusun dari amilosa dan amilopektin mengalami pisang. Mutu awal merupakan nilai parameter mutu
pembembakan tinggi, amilosa berdifusi keluar dari di awal penyimpanan, dimana data yang diambil
granula. Granula yang mengandung amilopektin yaitu berdasarkan analisis fisikokimia dan uji
rusak dan terperangkap dalam matriks amilosa organoleptik. Berdasarkan analisis fisikokimia data
membentuk gel dan akhirnya jika dipanaskan secara yang diambil adalah berupa analisis kadar air, FFA
terus menerus akan menyebabkan terbentuknya dan kekerasan sebelum dilakukan pengemasan dan
Kristal di permukaan produk, sehingga produk penyimpanan, khusus untuk kadar air batas kritis
menjadi semakin keras. yang digunakan mengacu pada SNI keripik pisang.
Sedangkan berdasarkan analisis uji organoleptik,
Hasil Uji Organoleptik nilai diperoleh dengan melakukan uji penerimaan
Berdasarkan hasil uji organoleptik, untuk awal 25 panelis terhadap mutu sensori kekerasan,
parameter rasa dan kerenyahan ternyata suhu warna, aroma, dan rasa keripik pisang sebelum
penggorengan 80OC selama 60 menit lebih disukai diberi perlakuan pengemasan dan penyimpanan.
oleh panelis, sedangkan untuk parameter aroma di Skor sensori dirata-ratakan dan menjadi nilai mutu
sukai panelis pada suhu penggorengan 90 selama awal keripik pisang. Berikut disajikan mutu awal dan
75 menit, dan untuk parameter warna pada suhu batas mutu kritis dari setiap parameter penyimpanan
penggorengan 90OC selama 45 menit. mutu keripik pisang yang berbeda-beda (Tabel 3)
Dalam penelitian ini juga dilakukan uji Setelah dilakukan perhitungan dan dimasukkan
pembobotan untuk menentukan produk terbaik dalam persamaan Arrhenius yang diperoleh, maka
dengan menguji tingkat kepentingan parameter didapatkan umur simpan keripik pisang berdasarkan
(warna, rasa, kerenyahan, dan aroma) keripik beberapa parameter penurunan mutu pada suhu
dengan menggunakan 20 orang panelis. Hasil uji ruang (25OC) sebagai berikut.
pembobotan menunjukkan bahwa kerenyahan Tabel 4 menunjukkan bahwa umur simpan
mempunyai bobot sebesar 33.5%, rasa 27%, keripik pisang dengan parameter mutu kadar air
warna 24.5% dan aroma 15%. Berdasarkan uji merupakan umur simpan keripik pisang yang paling
pembobotan dapat disimpulkan bahwa keripik pendek dibandingkan dengan kadar asam lemak
pisang yang digoreng dengan penggorengan bebas dan kekerasan. Dengan demikian, parameter

138
kritis dari pendugaan umur simpan keripik pisang dengan kapasitas 3 kg yang belum layak dijalankan
adalah kadar air. Umur simpan keripik pisang karena penerimaan lebih kecil dari pengeluaran
berdasarkan parameter kritis tersebut adalah 70,6 yang ditandai dengan nilai Gross B/C<1.
hari untuk keripik yang dikemas dengan PP dan Nilai IRR untuk kapasitas 10 kg sampai dengan
115 hari untuk keripik pisang yang dikemas dalam 4 kg yang lebih besar dari tingkat suku bunga
kemasan Aluminium Foil. sekarang (15%) berarti bahwa usaha masih layak
Keripik pisang yang dikemas yang dikemas untuk dijalankan. Namun nilai IRR untuk kapasitas
dengan menggunakan Aluminium Foil memiliki 3 kg tidak ditemukan karena usaha tersebut tidak
umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan layak untuk dijalankan
menggunakan kemasan PP. hal ini disebabkan
karena Aluminium Foil lebih mampu meningkatkan
perlindungan, meningkatkan ketahanan terhadap Kesimpulan dan Saran
uap air dan gas, tidak meneruskan cahaya dan
menghambat masuknya oksigen. Kesimpulan
Peningkatan suhu dan waktu penggorengan,
Analisis Biaya Produksi dan Kelayakan Usaha akan menurunkan kadar air, meningkatkan nilai
Keripik Pisang kekerasan dan meningkatkan kadar lemak dalam
Investasi yang dibutuhkan untuk usaha keripik ini bahan. Mutu keripik pisang yang terbaik diperoleh
adalah sebesar Rp 104,600,000 dengan total biaya pada suhu penggorengan 80OC selama 60 menit.
tetap untuk kapasitas 10, 8, 6, 4 dan 3 kg sebesar Parameter mutu kritis dari pendugaan
Rp 26,989,500/tahun dan total biaya variabel umur simpan keripik pisang adalah kadar air,
berturut-turut sebesar Rp 306,880,629/tahun, dimana kemasan aluminium Foil lebih mampu
Rp 305,080,629/tahun, Rp 286,165,629/tahun, mempertahankan umur simpan keripik pisang
Rp 249,460,629/tahun dan Rp 216,640,629/tahun. hingga 115 hari pada suhu 25OC.
Sehingga didapatkan total biaya produksi selama Usaha keripik pisang baru layak untuk dijalankan
satu tahun untuk kapasitas 10 kg adalah sebesar jika minimal kapasitas produksi per prosesnya
Rp 333,870,129/tahun, kapasitas 8 kg sebesar adalah 4 kg.
Rp 332,070,129/tahun, kapasitas 6 kg sebesar
Rp 313,155,129/tahun, kapasitas 4 kg sebesar Saran
Rp 276,450,129/tahun dan kapasitas 3 kg sebesar Perlu dikaji mutu produk keripik yang dihasilkan
Rp 243,630,128.57/tahun. pada suhu dan waktu terbaik pada kapasitas penuh
(10 kg), kapasitas optimum (8 kg) dan kapasitas 6
Analisis Kelayakan kg.
Perhitungan analisis finansial dilakukan dengan
tiga macam analisa yaitu:
1. Net Present Value (NPV) Daftar Pustaka
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. B/C Angulair CN, A Anzaldua, Morales, R Tamalas dan
G Gastelum. 1997. Low Temperature Blanch
Dari hasil perhitungan untuk kelayakan finansial Improves Textural Quality of French Fries. J.
pada usaha keripik pisang, dengan kapasitas Food Science. 62(3): 568-569, 522.
produksi 10, 8, 6, 4 dan 3 kg berturut-turut diperoleh Brooker DB, Arkema FWB dan Hall CW. (1992).
NPV sebesar Rp 3,545,268,916; Rp 186,785,049; Drying and Storage of Grain and Oilseed, 2nd ed.
Rp 276,689,850.20; Rp 102,914,128.50 dan – Rp Wan Nostrand Reinhold, New York.
46,122,685.76. Hal ini menunjukkan bahwa usaha Djatmiko B, dan AB Enie. 1985. Proses
keripik ini layak untuk dijalankan minimal pada Penggorengan dan Pengaruhnya Terhadap Sifat
kapasitas produksi 4 kg, sedangkan untuk kapasitas Fisiko-Kimia Minyak dan Lemak. Agro Industri
3 kg karena nilai NPV<0 maka tidak layak untuk press. Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
dijalankan (Tabel 4). Fateta-IPB, Bogor.
Nilai net B/C untuk kapasitas 10 kg sampai Irawan RS. 1992. Kajian Sifat Fisik dan
dengan 4 kg yang lebih besar dari satu menunjukkan Thermal dalam Fenomena Transport Proses
bahwa penanaman investasi pada usaha ini masih Penggorengan Pangan. Skripsi FATETA IPB.
layak untuk dijalankan, namun untuk kapasitas 3 Bogor.
kg tidak layak untuk dijalankan karena nilai Net B/ Kita A, G Lisinska, dan G Gulobowska. 2007. The
C<1. effects of oils and frying temperatures on the
Nilai Gross B/C untuk kapasitas 10 kg sampai texture and fat content of potato crisps. Food
dengan 4 kg yang lebih besar dari satu menunjukkan chemistry, Volume 102, Issue 1 Pages 1-5.
bahwa usaha yang dilakukan menghasilkan Terhubung berkala] http:/www.sciencedirect.
penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran com.
sehingga masih layak untuk dijalankan dibandingkan

139
Vol. 25, No. 2, Oktober 2011

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pinthus EJ, P Weinberg dan IS saguy. 1993.
Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Creation for Oil Uptake During Deep Fat Frying.
Press. J. Food Sci. Vol 58 (1): 204-206.
Lastriyanto A. 1997. Penggorengan Buah secara Pramudya, B. Dan Nesia Dewi. 1992. Ekonomi
Vakum (Vaccum frying) dengan Menerapkan Teknik. Fakultas Teknologi dan Mekanisasi
Pemvakuman Water Jet. Temu Ilmiah serta Pertanian, IPB, Bogor.
Ekspos Alat dan Mesin Pertanian. Cisarua- Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Bogor, 27 Februari 1997 Gramedia, Jakarta.

140

Anda mungkin juga menyukai