“Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Gula Kristal Putih (Studi
Kasus PT Muria Sumba Manis)”
Oleh
ADI UMBU HAPU
Nim : 19030200185
Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena
merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Sebagian besar gula dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber energi, pemberi cita rasa, dan
sebagian lagi digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman (Purwanto, 2006).
Gula yang sering digunakan masyarakat sebagai pemanis kebanyakan adalah gula pasir yang
terbuat dari sari tebu yang dikristalkan membentuk serbuk-serbuk seperti pasir.
PT Muria Sumba Manis (MSM) adalah salah satu anak perusahaan dari Hartono
Plantation Indonesia (HPI Agro – Djarum Group) yang bergerak dalam kegiatan perkebunan
tebu dan pabrik gula terintergrasi dengan kapasitas 6,000 ton cane per hari yang berlokasi di
Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan luas tertanam pada saat ini seluas 2,500 Ha.
Pada umumnya tujuan didirikan suatu perusahaan antara lain adalah untuk mendapatkan
keuntungan yang diinginkan. Pencapaian tujuan perusahaan itu sendiri dapat dilakukan melalui
kegiatan pemasaran untuk menjual hasil produknya.Kegiatan pemasaran mempunyai arti yang
sangat penting bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak perusahaan.
Tujuan lain dari perusahaan Muria Sumba Manis juga adalah untuk membantu
pemerintah dalam menyiapak lapangan perkerjaan. Dengan kehadiran PT MSM juga sudah
cukup membantu masyarakat sumba timur yang selama ini tidak punya pekerjaan, bagi pemda
sumba timur sendiri juga mendapat pemasukan dari perusahaan tersebut dengan pajak yang di
bayar kepada PEMDA Sumba Timur.
Harapan masyarakat terhadpan bukan saja pada persidaan lapangan pekerjaan tetapi
juga kehadiran pabrik gula disumba timur adalah harapan besar masyarakat untuk memperoleh
yang lebih dekat dan ekonomis. Terlpeas dari hal tersebut masyarakat juga pasti sangat
mengharapkan harga gula cukup terjangkau dengan alasan bahwa pabriknya dekat. Seperti yang
kita tau bahwa perilaku konsumen itu cukup beragam, misalnya ada yang mengharpkan produk
yang kualitasnya bagus tapi dengan harga yang murah karena menyesuaikan dengan
pendapatannya, tetapi juga konsumen yang mau membeli produk yang mahal intinya kualitas
produknya bagus.
Pasar yang kompleks, kompetisi yang gencar, dan konsumen yang banyak keinginan,
semuanya adalah gambaran tentang persaingan pasar saat ini. Menurut Kaplan dan Norton
(dalam Rangkuti, 2006:8), persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tak
terhindarkan dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubahanperubahan yang serba cepat
di bidang komunikasi, informasi dan teknologi.
Dalam era komunikasi, informasi dan teknologi ini, baik itu perusahaan manufaktur
maupun perusahaan jasa sangat membutuhkan kemampuan baru agar perusahaan dapat berhasil
secara kompetitif. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas barang atau jasa yang
dikehendaki pelanggan, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi setiap
perusahaan, yang pada saat ini di jadikan tolok ukur keunggulan daya saing perusahaan
(Supranto, 2001:224). Hasil penelitian Oliver dalam Balqiah (2002:10) menyatakan bahwa
pengalaman pembelian yang memuaskan menjadi salah satu alasan untuk tetap tertarik pada
produk tersebut, yang pada akhirnya mengarah pada pembelian ulang. Pelanggan yang puas
mungkin juga memberitahu pada yang lain tentang pengalaman yang 2 mnguntungkan mereka,
dengan demikian menghasilkan informasi dari mulut ke mulut yang positif. .
Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus
menempatkan orientasi pada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama (Fandy Tjiptono,
2000:24). Dengan semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa, maka
konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak untuk menentukan jadi tidaknya pembelian.
Perusahaan yang mampu memahami perilaku pembelian konsumen, mereka yang akan
memenangkan persaingan. Perusahaan yang memahami keinginan dan kebutuhan konsumen
akan lebih mengerti bagaimana melakukan strategi-strategi yang efektif agar melakukan
pembelian dan selanjutnya melakukan pembelian ulang. Menurut Kotler, dalam persaingan
perekonomian yang persaingannya maha hebat dengan banyaknya pembeli rasional, perusahaan
hanya dapat menang dengan menciptakan dan memberikan nilai yang unggul (Kotler, 2005:79).
Dengan demikian perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar
sasarannya.
Persoalannya, masyarakat sumba timur khususnya seabagi konsumen perusahaan PT
MSM mengininkan harga gula yang lebih di bandingkan harga gula yang selama ini digunakan
atau di kosumsi. Konsumen merasa bahwa harga gula yang ditetapkan perusahaan terlalu mahal
karena menganggap seharusnya lebih murah dari harga gula yang dari jawa karena
perusahaannya dekat.
Harga merupakan salah satu faktor penting dalam penjualan.. Banyak perusahaan yang
bangkrut dikarenakan mematok harga yang tidak cocok di pasar. Untuk mengetahui harga yang
cocok untuk konsumen, perusahaan harus melakukan riset yang mendalam agar dapat
menentukan harga yang cocok untuk konsumen Sehingga perusahaan dapat melakukan
transaksi jual beli secara lancar. Bagi perusahaan harga tersebut akan memberikan hasil dengan
menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih,. Swasta (2000:148).
Konsumen menggunakan harga sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pembelian produk-produk atau tidak, kapan sebaiknya pembelian dilakukan serta berapa besar
kebutuhan akan produk yang dibeli sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen. Suatu
produk harus tepat dalam penentuan dan penetapan harga jualnya sehingga dapat diterima oleh
konsumen dengan tidak mengabaikan kualitas produk tersebut
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut Tjiptono (2006)
kualitas produk adalah totalitas dari karakteristik produk yang meliputi kinerja produk, fungsi
produk, kehandalan produk, dan sebagainya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen yang diharapkan.
Berbicara tentang kualitas produk tentu ini adalah harapan dari semua konsumen yang
menggunakan barang. Keputusan konsuemn dalam membeli atau menggunakan barang adalah
tida terlepas dari pertimbangan akan kualitas produk. Begitu dengan produk gula kristas putih
di sumba timur pasti kualitas adalah salah yang menyebabkan konsumen ingin membelinya.
Begitupula dengang tanggung jawab perusahaan tidak semata-mata menyediakan barang
kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari tetatapi kepuasan dan loayalitas
konsumen terhadap produk yang di pasarkan sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk
produksi yang berkelanjutan. Secara khususnya PT MSM adalah perusahaan yang baru
didirikan kepuasan konsumen sangat penitng untuk meningkat hubungan yang luas dengan para
konsumen.
Berdasarkan gambaran yang telah di kemukan diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Gula
Kristal Putih (Studi Kasus PT Muria Sumba Manis)”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari gambaran yang telah dijelaskan diatas dapat dikemukan permaslahan yang penting
yaitu: Mengapa Harga Gula Kristal Putih PT Muria Sumba Manis lebih dari harga gula yang
berasal dari luar Sumba Timur? Dan Bagaimana dengan kualitas produk Gula Kristal Putih?
1.3 Tujuan Peneltian
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :
Untuk mengetahui dan menganalisis apa penyenbab Harga Gula Kristal Putih lebih
mahal dan kualitas produk Gula Kristasl Putih.
Gula adalah bentuk dari karbohidrat dengan rumus umum Cm(H2O)n, yang
karbohidrat yang paling sederhana di mana fruktosa merupakan salah satu pemanis
Salah satu bagian dari disacharida adalah sukrosa, bahan yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan gula pasir (Hafsah, 2002). Gula dapat dibuat dari tebu,
Gula ini dihasilkan dari tebu yang dihancurkan dan diperas, sarinya
dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat
dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses
kristalisasi.
2.1.2 Gula Bit
Gula ini dihasilkan dari bit. Bit dicuci terlebih dahulu, kemudian di potong
potong dan gulanya kemudian di ekstraksi dengan air panas pada sebuah diffuse.
hingga kandungan air yang tersisa hanya tinggal 30 persen saja. Gula kemudian
dengan mesin sentrifugal dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada
proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (dimana sudah tidak bisa lagi
diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu terbentuklah
gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas tertentu untuk
kemudian dijual.
Istilah gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang
dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga
palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan cairan ini
sebagai berikut.
2.1.3.1 Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan
dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga
2.1.3.3 Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali.
Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-
daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian dipakai sebagai
kira-kira seratus perkebunan gula di sekitar Batavia. Ketika VOC dibubarkan pada
hal-hal lain yang serupa, untuk meningkatkan penanaman tebu dan mengekspor gula
dalam rangka cultuur stelsel. Dengan stelsel ini para petani diharuskan untuk
menanam tebu atau tanaman perdagangan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah
gula dan dapat pula memerintahkan kerja paksa kepada pendudukan desa untuk
menjalankan pabrik.
menarik diri industri gula yang berarti terbukanya kesempatan bagi capital swasta
milik petani diganti dengan paksaan jenis lain dalam bentuk keharusan menyewakan
tanah kepada perusahaan-perusahaan perkebunan. Perusahaan-perusahaan tersebut
Walaupun sekitar tahun 1870 “tanah kosong” sudah sangat sedikit yang bisa
disewa untuk jangka panjang dari pemerintah dan ada undang-undang pemindahaan
milik tanah ke tangan asing yang ketat yang melarang penjualan tanah kepada pihak
memperoleh tanah yang cukup luas untuk menanam tebu melalui sistem sewa -
menyewa yang banyak lika likunya. Ketika kerja paksa telah dihapus, keharusan
menyewakan tanah untuk tebu masih diteruskan, kemudian diganti dengan sistem
tanam tebu bebas sejak tahun 1870 yaitu dengan dikeluarkannya undang-undang
agraria.
Antara tahun 1830 sampai 1870 produksi gula terus meningkat dari produksi
40.500 ton menjadi 405.000 ton setahun. Perkembangan terjadi dalam periode itu,
baik dalam areal penanaman ataupun yang lebih penting lagi dalam produktivitas per
hektar, yang menimbulkan peningkatan produksi yang optimal sehingga pada tahun
penanaman dan pemeliharaan tebu yang intensif dan oleh peralatan serta mesin-
mesin yang efisien. Untuk hal yang terakhir itu, karena membutuhkan modal yang
perkebunan kecil, sebagai akibat jatuhnya harga gula sekitar tahun 1880 terpaksa
menjual perusahaan besar seperti HVA dan CMV yang mengusai kapital-kapital
jaringan irigasi, jalan kereta api dan lembaga-lembaga penelitian yang memberikan
efisien karena ada sistem irigasi yang baik, penggunaan tanah paling subur di setiap
daerah dan last but not least dengan menggunakan stek tebu yang paling unggul
pabrik-pabrik gula.
dari keadaan sebelum perang. Jepang tidak mendorong penanaman tebu dan
makanan lainnya. Pada masa awal kemerdekaan, banyak pabrik gula yang dibumi
yang bersangkutan untuk merehabilitasi industri gula akan tetapi tidak begitu
memperoleh tanah untuk menanam tebu, kemudian tebu rakyat sebagai tanaman
Pada tahun 1928 terdapat 178 pabrik gula yang diusahakan perkebunan-
perkebunan di Jawa dengan luas areal tebu yang dipanen kira-kira 200.000 hektar
dan menghasilkan hampir tiga juta ton gula dimana hampir setengahnya diekspor.
Akan tetapi pada masa depresi sekitar awal tahun tiga puluhan, industri gula hampir
hancur. Luas areal penanaman merosot dari 200.000 hektar pada tahun 1931 menjadi
hanya 30.000 hektar pada tahun 1935 dengan total produksi yang anjlok dari ton
menjadi hanya 500.000 ton saja. Pada tahun 1936 pabrik gula menyusut menjadi 35
Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat pabrik-pabrik gula diambil alih oleh
Belanda sesuai dengan hasil persetujuan antara pemerintah Indonesia dan Belanda
pada tahun 1963. Tahun 1967 industri gula mengalami kerugian lebih dari lima
milyar rupiah dan pada tahun 1968 harus meminta bantuan tambahan sebesar empat
Sejak tahun 1975, pabrik gula telah dinyatakan secara resmi sebagai usaha
pemroses dan pengolah tebu sehingga menjadi gula pasir. Selain itu pabrik gula juga
mendapatkan tebu dengan jumlah dan kualitas yang diharapkan. Sebagai imbalan
atas pemrosesan tebu menjadi gula pasir, pihak pabrik mendapat “ongkos giling”
yang dinyatakan dalam persen dari hasil. Sistem pembagian ini ditetapkan oleh
pemerintah. Adanya prinsip dasar yang digunakan dalam proses pembagian adalah
semakin tinggi rendemen tebu yang digilingkan, semakin banyak bagian petani.
Meskipun beberapa kali telah dilakukan peninjauan, ketentuan bagi hasil ini tidak
2. Petani tebu akan mendapatkan bagian tetes sebanyak 4,5 kg untuk setiap
gula maka banyak pabrik gula yang ditutup. Sampai sekarang ini jumlah pabrik gula
di Jawa maupun di luar Jawa sekitar 12 pabrik gula. Pada umumnya pabrik-pabrik
kapasitas giling yang kecil (kurang dari 3000 TCD = Ton Cane Day) hal ini
disebabkan oleh mesin yang telah berumur lebih dari 75 tahun serta tidak mendapat
tinggi.
sekarang hanya didukung oleh 58 pabrik gula yang aktif. yaitu 42 PG yang dikelola
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan
lingkungan.
yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen dipengaruhi dan
dibentuk oleh pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,
pada Gambar 2.
Pengaruh
Lingkungan
-Budaya
-Kelas sosial
-Pengaruh pribadi
-Keluarga
-Situasi
Proses Psikologis
Perbedaan Individu Proses Keputusan -Pemrosesan
-Sumberdaya konsumen -Pengenalan kebutuhan informasi
-Motivasi dan -Pencarian informasi -Pembelajaran
keterlibatan -Evaluasi alternatif -Perubahan sikap dan
-Pengetahuan -Pembelian perilaku.
-Sikap -Hasil
-Kepribadian, gaya hidup
Strategi Pemasaran
-Produk
-Harga
-Promosi
-Distribusi
pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Paling tidak ada tiga ide penting
2.2.1.1 Perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa seorang konsumen, grup
waktu. Hal ini memiliki implikasi pada studi perilaku konsumen, demikian
2.2.1.2 Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang
mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka
lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang
dilakukan konsumen.
2.2.1.3 Perilaku konsumen melibatkan pertukaran diantara individu. Hal ini membuat
Nilai sebuah produk yang dirasakan konsumen merupakan trade off antara
Makin tinggi harga yang ditawarkan suatu produk, maka makin tinggi pula kualitas
Saat ini harga tidak lagi menjadi indikator tunggal dalam mempersepsikan
suatu produk. Persepsi konsumen terhadap kualitas dapat diperkuat dengan merek
yang sudah kokoh dibenak mereka. Kekuatan merek dapat membantu konsumen
kualitas dapat dikuatkan oleh persepsi konsumen terhadap merek suatu produk
Perceived Quality
umur, tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, pendapatan dan lain
pelayanannya.
lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting.
Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak
usianya adalah konsumen. Oleh sebab itu pemasar harus memahami distribusi usia
penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen
dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun
jasa. Seseorang yang berumur relatif muda, lebih cepat menerima sesuatu yang baru.
Preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang berusia muda, tetapi
berpikir yang lebih baik, semakin tinggi pendidikan formal maka seseorang akan
lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang gizi. Hal ini berdampak positif
produk, baik barang atau jasa dapat didefinisikan dengan menyebutkan atribut-
konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut
produk terdiri atas tiga tipe, (1) ciri-ciri atau rupa (features), dapat berupa ukuran,
tampilan, harga, servis atau jasa,komposisi, nilai estetika, warna, dan lain lain, (2)
dengan panca indera, dapat juga manfaat yang tak berwujud seperti kesehatan dan
penghematan waktu. (3) fungsi (function), atribut ini jarang digunakan dan lebih
pengukuran yang penting, yaitu ; (1) mengidentifikasi kriteria yang mencolok, (2)
1994). Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menentukan atribut yang
kriteria evaluasi.
suatu produk. Kepercayaan konsumen inilah yang merupakan kekuatan harapan dan
keyakinan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Selanjutnya
kekuatan kepercayaan ini akan tercermin pada pengetahuan konsumen dan manfaat
karakteristik/atribut barang atau jasa yang mewakili dimensi yang oleh pelanggan
dipergunakan sebagai dasar pendapat mereka mengenai jenis barang atau jasa.
Sangat penting untuk mengetahui dimensi mutu, sehingga akan diketahui bagaimana
atau jasa. Isu utama dalam menilai kinerja produk adalah dimensi apa yang
akurat.
produksi.
Konsumen biasanya menguraikan suatu produk berupa barang atau jasa dengan
barang atau jasa yang mewakili dimensi yang oleh pelanggan dipergunakan sebagai
dasar pendapat mereka mengenai jenis barang atau jasa. Sangat penting untuk
proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh (1) budaya; (2) kelas sosial; (3)
1. Budaya
keinginan dan perilaku yang paling mendasar (Kotler, 2005a). Menurut Engel et
al. (1994a) budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain
dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam
masyarakat.
Beberapa sikap dan perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh
budaya, yaitu : rasa diri dan ruang, komunikasi dan bahasa, pakaian dan
penampilam, makanan dan kebiasaan makan, waktu dan kesadaran akan waktu,
kepercayaan dan sikap, proses mental dan pembelajaran, dan kebiasaan kerja dan
praktek. Budaya menentukan konsumsi dari kegiatan penting seperti apa, kapan,
dimana dan dengan siapa. Oleh karena itu, budaya apa yang cocok dan efektif
untuk dikerjakan oleh pemasar dalam memberikan barang dan jasa. Ini adalah
individu dan berbagai nilai, minat dan perilaku yang sama, atau kelompok-
kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat lama yang tersusun
masing kelas dan juga estimasi sosial yang positif atau negatif mengenai
untuk diketahui karena mereka dapat mengusahakan pengaruh yang besar pada
apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh orang. Determinan apa yang dapat dibeli
oleh konsumen sangat ditentukan oleh kelas sosial, yaitu pendapatan atau
Pengaruh pribadi
keinginan untuk ditemani. Kedua, kelompok teman atau sahabat. Dalam hal ini
Keluarga
alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak
konsumen. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku
individu. Menurut Engel et al. (1994a) keluarga adalah kelompok yang terdiri
atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan atau
adopsi, dan yang tinggal bersama. Rumah tangga berbeda dengan keluarga
mencakup kelompok non-tradisional yang jauh tumbuh lebih cepat dari keluarga.
Situasi
dibagi menjadi tiga jenis utama. Tiga jenis utama tersebut adalah situasi
situasi dimana pemasar harus dapat menentukan dalam situasi seperti apa produk
atau jasa itu dapat dikonsumsi, sehingga dapat memberikan kesenangan bagi
konsumen.
suatu produk atau jasa. Misalnya, ketersediaan produk, perubahan harga, dan lain
saat berkomunikasi.
Perbedaan Individu
Engel et al. (1994a) menyatakan ada lima cara dimana konsumen akan
1. Sumberdaya
Sumberdaya yang dimiliki oleh konsumen atau apa yang tersedia di masa
konsumen terdiri atas waktu, uang, dan perhatian (penerimaan informasi dan
( Engel et al.,1994a).
Pengetahuan
ketersediaan dan karakteristik produk, dimana dan kapan untuk membeli serta
perilaku konsumen. Apa yang dibeli, dimana mereka membeli dan kapan mereka
dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi
Sikap
orang suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap sangat penting dalam
bertahan lama terhadap beberapa objek atau gagasan (Kotler, 2005 a).
Motivasi
kepribadian mereka.
Menurut Engel et al. (1994a) gaya hidup adalah pola yang digunakan
untuk hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Kotler (2005 a) mengartikan
gaya hidup adalah pola seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,
Engel et al. (1994 a) menyatakan terdapat tiga hal yang menjadi bagian dari
1. Pemrosesan Informasi
menjadi lima tahap dasar, didasarkan pada model proses informasi yang
dikembangkan oleh William McGuire. Tahapan ini terdiri atas tahap pemaparan,
sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indera
manusia. Tahap selanjutnya adalah perhatian yaitu alokasi kapasitas proses untuk
stimulus yang baru masuk. Kemudian masuk ke tahap pemahaman atau tafsiran
pengetahuan dan sikap orang bersangkutan. Tahap terakhir adalah retensi yaitu
2. Pembelajaran
dari belajar.
lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek
dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif (Engel et al., 1994 a).
tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu tahapan tertentu. Berdasarkan model
Engel et al. (1994 b), terdapat lima tahapan proses keputusan pembelian konsumen
keputusan konsumen terdiri atas lima tahap proses, yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Pada Gambar 4 dapat
Proses Keputusan
parasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya.
produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja
berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,
pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Menurut Engel et al, (1994 b), kepuasan konsumen merupakan evaluasi pasca
banyak manfaat bagi perusahaan dan tingkat kepuasan konsumen yang makin tinggi
akan menghasilkan kesetiaan yang lebih besar. Dalam jangka panjang, akan lebih
menarik dan membina konsumen baru untuk menggantikan konsumen yang pergi.
Konsumen yang sangat puas akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke mulut
sehingga juga dapat berfungsi sebagai iklan untuk menarik konsumen baru. Selain
Produk
Harapan konsumen
terhadap produk
Nilai produk
bagi konsumen
Mowen dan Minor (1998) dalam Suryana, loyalitas konsumen adalah tingkat
intensitas dimana konsumen akan tetap menggunakan suatu merek dari produk
berikut :
dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal,
semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang
kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah
mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek
ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah
merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan
Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) adalah kategori
pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat
seperti waktu, biaya, atau risiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek
tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi
biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai
Liking the Brand (menyukai merek) adalah kategori pembeli yang sungguh-
sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang
Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun
sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri yang tampak pada kategori
Committed buyer
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher
2. Meningkatkan perdagangan.
Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan dan
Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan
yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya
Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang loyal
memperbarui produknya.
Meningkatkan Perdagangan
Loyalitas
Merek
Menarik Konsumen Baru
pembelian ulang terhadap suatu produk karena merasa puas terhadap produk atau
merek yang dikonsumsi. Loyalitas terhadap merek menjadi suatu ukuran keterkaitan
konsumen kepada suatu merek (Durianto, et al., 2004). Dengan ukuran tersebut
jika suatu merek menghadapi adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun
Produk
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Nilai Produk
Pelanggan
METODE PENELITIAN
Peneltian ini akan dilakukan di PT Muria Sumba Manis Kabupaten Sumba Timur.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di
tarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, (Sugyono, 2007:90).
dengan pihak-pihak terkait, khususnya dengan bagian yang berhubungan dengan objek
penelitian.
langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas yang berhubungan dengan strategi
3. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data menggunakan alat perekam suara dan
foto.
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Swata. 2000. Manajemen Pemasran Modern. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ciptono, Fandy, 2000. Strtegi Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta.
Durianto, D dkk. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Engel, J.F., D.B. Roger, dan W.M. Paul.1994 a. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 1.
Binarupa Aksara. Jakarta
Engel, J.F., D.B. Roger, dan W.M. Paul.1994 b. Perilaku Konsumen. Edisi keenam.Jilid 2.
Binapura Aksara. Jakarta
Hendrayani, Imas Nunik. 2008. Analisis Tingkat Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen
Terhadap Produk Gula Pasir Merek Gulaku Di Kota Bogor(Studi Kasus Di Giant
Botani Square Dan Ramayana Btm ) Skripsi Mahasiswa Program Studi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Kaplan, R. And Norton, D. 2006 Aligment : Using The Balanced Scorecard To Create Corporate
Synergies, Harvard Bussines School Press, Boston. MA.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Dan 2. Jakarta : PT Indeks Kelompok
Gramedia
Kotler, P. 2005 a. Manajemen Pemasaran. Edisi kesebelas. Jilid 1. Indeks. Jakarta
Purwoto, 2006. Analisis Peramalan Konsumsi dan Produksi Gula Serta Implikasinya Terhadap
Pencapaian Swasembada Gula di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Faperta IPB. Bogor.
Schiffman, L G dan L.L Kanuk. 2004. Costumer Behavior. Eight Edition. Prentic Hall
Internasional Inc, Upper Saddle River. New Jersey.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar.
Jilid 1. Rneka Cipta Jakarta.
Suryana, 2007. Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Produk Minuman
Isotonik Merek Pocari Sweat. Skripsi. Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Faperta IPB. Bogor.
JURNAL
Selawat, Dewi. 2017. Analisis Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Jumlah Penjualan
Rumah Di Aitami Residence Jatiranggon. Vol. 1. No.2. November 2017.