Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

E ISSN : 2549 - 8347


Volume 1 No. 1 Maret 2017

PELATIHAN GMP DAN HACCP BAGI PENGRAJIN GULA KELAPA


KRISTAL

GMP AND HACCP TRAINING FOR CRAFTSMEN COCONUT SUGAR CRYSTAL

Watemin1), Agus Mulyadi Purnawanto2), dan Anwar Ma’ruf3)


1 2 3
Program Studi Agribisnis, Program Studi Agroteknologi, Program Studi Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182
1)
email: watemyn@ump.ac.id

ABSTRAK

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pembuatan
gula kelapa kristal yang memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analysis
and Critical Control Points (HACCP). Metode kegiatan yang digunakan adalah ceramah dan praktek.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa : 1). Pemahaman pengrajin mengenai pentingnya usaha bersama
dalam satu kelompok sudah baik, 2). Pengetahuan pengrajin mengenai aspek GMP dan HACCP sudah
baik, 3). Penerapan GMP dan HACCP dalam industri gula kelapa kristal yang dilakukan oleh
pengrajin pada KUB Rengganis Desa Karangjengkol belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena
adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh para pengrajin.
Kata kunci: kewirausahaan, Good Manufacturing Practice, Hazard Analysis and Critical Control
Points

ABSTRACT

This activity aims to increase knowledge and farmers' skill about the making of coconut sugar crystals
that meet the standards of Good Manufacturing Practice (GMP) and Hazard Analysis and Critical
Control Points (HACCP). Activity methods used are lectures and practical. The results showed that the
activity: 1). Craftsmen understanding of the importance of joint ventures in the group is good, 2).
Knowledge of craftsmen GMP and HACCP are good, 3). Implementation of GMP and HACCP at the
industry of palm sugar crystals made by craftsmen on the Village Karangjengkol can not be fully
implemented because of various limitations that are owned by the craftsmen.
Keywords : entrepreneurship, Good Manufacturing Practice, Hazard Analysis and Critical Control
Points

Submited : 28 Oktober 2016 Revisied : 15 Nopember 2016 Accepted : 21 Januari 2017

PENDAHULUAN mencapai 5,700 juta ton, yang terdiri dari


2,96 juta ton untuk konsumsi rumah tangga
Gula merupakan produk yang
dan 2,74 juta ton untuk konsumsi industri.
sangat dibutuhkan dalam kehidupan
Sementara itu pada tahun 2013 produksi
manusia. Penggunaan gula sebagai bahan
gula nasional hanya mencapai 2,55 juta
pemanis hampir setiap hari digunakan
ton. Berdasar data tersebut maka
dalam kehidupan manusia. Gula sebagai
kebutuhan akan gula nasional untuk tahun
bahan pemanis digunakan langsung oleh
2014 sangat kekurangan banyak.
rumah tangga maupun oleh industri.
Penggunaan gula tersebut umumnya
digunakan untuk pembuatan makanan dan Untuk memenuhi akan kekurangan
minuman. Pada tahun 2014 kebutuhan gula maka dapat dilakukan upaya
akan gula untuk dikonsumsi diperkirakan peningkatan

14
Watemin, Agus Mulyadi Purnawanto & Anwar Ma’ruf,
Pelatihan GMP dan HACCP Bagi Pengrajin Gula Kelapa Kristal

Bagian-bagian tak larut Maks. 1,0


dalam air (%)
Zat warna Yang diizinkan
Logam berbahaya (Cu, Negatif
Hg, Pb, As)
Pati Negatif
Bentuk Kristal atau
serbuk
Sumber: Dewan SNI, 1995.
Grafik. Perkembangan Produksi, Oleh karena itu gula kelapa, baik
Konsumsi, dan Impor Gula (Sumber : yang berbentuk kristal atau bukan dapat
Yusuf, dkk., 2010). dijadikan sebagai alternatif untuk
kekurangan gula nasional. Selain itu gula
produksi gula secara nasional. Akan tetapi kelapa merupakan produk yang baik
untuk meningkatkan produksi gula secara dikonsumsi untuk menjaga kesehatan bagi
nasional biaya produksi yang harus manusia karena memiliki keunggulan. Hal
dikeluarkan sebesar Rp.11.000/kg. ini disebabkan karena kandungan akan
Sementara itu harga jual gula di pasaran sukrosa yang terdapat dalam gula pasir
hanya sebesar Rp.9.000/kg. Dengan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
demikian untuk meningkatkan produksi kandungan sukrosa pada gula kelapa
gula secara nasional maka harus sehingga baik dikonsumsi untuk penderita
mengorbankan biaya produksi yang lebih diabetes. Selain itu kondisi saat ini
besar dari harga jual produk yang akan masyarakat saat ini mulai menyadari akan
dicapai. pentingnya pola hidup yang sehat yang
Gula kelapa sebagai produk ditandai dengan mengkonsumsi produk-
pemanis yang dibuat dari bahan alami, produk yang alami. Oleh karena itu gula
khususnya nira kepala kelapa biasanya kelapa yang merupakan salah satu produk
diproduksi oleh pengrajin rumah tangga yang diolah secara alami mempunyai
yang belum memenuhi standar minimal peluang yang sangat tinggi untuk mengisi
yang telah ditetapkan. Penerapan Good kekurangan akan gula secara nasional.
Manufacturing Practices (GMP), dan Kelompok pengrajin gula kelapa di
Hazard Analysis and Critical Control Desa Karangjengkol Kecamatan
Points (HACCP) dalam proses produksi Kesugihan sudah tergabung dalam
sangat diperlukan untuk tetap menjaga agar kelompok usaha Rengganis dengan ketua
kualitas produk yang dihasilkan memenuhi Pak Sardiman. Para pengrajin yang
standar minimal tersebut. Adapun tergabung dalam kelompok usaha
persyaratan minimal kualitas gula kelapa Rengganis sudah memproduksi gula kelapa
kristal menurut SNI (SII 0268-85) tertera dalam bentuk gula kelapa kristal, atau yang
pada tabel 1. sering dikenal dengan gula semut. Pohon
Tabel 1. Persyaratan Minimal Gula Kelapa kelapa yang dideres umumnya sudah
Kristal Sesuai SNI (SII 0268-85) berumur lebih dari 50 tahun sehingga
produksi nira yang dihasilkan tidak
Komponen Kadar maksimal. Produksi gula kelapa kristal
Gula (jumlah sakarosa Min. 80,0 yang dihasilkan pengrajin di Desa
dan gula reduksi) (%) Karangjengkol rata-rata 1 – 3 ons per
Sakarosa (%) Min, 75,0 pohon/hari. Para pengrajin gula kelapa di
Gula reduksi (%) Maks. 6,0 Desa Karangjengkol mengelola pohon
Air (%) Maks. 3,0 kelapa untuk di deres berkisar antara 30
Abu (%) Maks. 2,0

15
JPPM, e ISSN 2549 - 8347
Vo. 1 No. 1 Maret 2017
Watemin, Agus Mulyadi Purnawanto & Anwar Ma’ruf,
Pelatihan GMP dan HACCP Bagi Pengrajin Gula Kelapa Kristal

sampai 55 pohon kelapa. Pohon kelapa para pengurus KUB Rengganis (sebanyak
yang ada umumnya dibudidayakan di 10 orang) dengan harapan nantinya dapat
kebun sekitar rumah. Namun sayangnya menyampaikan hasil kegiatan kepada para
pohon kelapa yang dideres oleh para anggota lainnya. Pekerjaan utama para
pengrajin bukanlah pohon kelapa milik pengrajin gula kelapa kristal tersebut
pengrajin gula kelapa. Pohon kelapa adalah sebagai petani, sedangkan kegiatan
tersebut umumnya milik orang lain yang pembuatan gula kelapa kristal merupakan
tingkat kesejahteraannya biasanya lebih pekerjaan sampingan. Umur rata-rata
baik dari para pengrajin gula kelapa petani pengrajin 52,5 tahun dengan latar
sehingga tidak mau menderes. Sistem belakang pendidikan sebagian besar 42,1%
pengelolaan hasil gula kelapa yang terjadi hanya tamat sekolah dasar.
umumnya dengan sistem sewa dan kontrak.
Sistem sewa yang dimaksud adalah hasil Untuk meningkatkan pengetahuan
dari produksi gula kelapa dalam 4 (empat) petani tentang peluang, mutu, dan standar
hari untuk si pengrajin gula kelapa dan 1 gula kelapa kristal, maka metode kegiatan
(satu) hari berikutnya hasil gula kelapa yang digunakan adalah ceramah. Materi-
tersebut untuk si pemilik pohon kelapa. materi penyuluhan yang diberikan
Sedangkan sistem kontrak adalah pengrajin mengenai peluang usaha gula kelapa
gula kelapa melakukan kontrak perjanjian kristal, pentingnya usaha secara
dengan pemilik pohon kelapa untuk jangka berkelompok, standar produk gula kelapa
waktu dan harga kontrak tertentu. Jangka yang sesuai dengan Good Manufacturing
waktu kontrak umumnya adalah 1 (satu) Practices (GMP), dan Hazard Analysis and
tahun dengan harga kontrak berkisar antara Critical Control Points (HACCP). Sedang
Rp.75.000 – Rp.100.000 per pohon. Harga untuk meningkatkan ketrampilan petani
kontrak umumnya ditentukan oleh kualitas terutama mengenai pembuatan gula kelapa
pohon kelapa yang akan dideres. Semakin kristal yang sesuai dengan standar maka
berkualitas pohon kelapa yang akan kegiatan dilakukan dengan praktek secara
dideres semakin mahal harga kontrak yang bersama-sama. Praktek pembuatan gula
disepakati, dikarenakan kualitas pohon kelapa kristal dilakukan di rumah ketua
kelapa yang dideres akan menentukan kelompok selama 3 hari, dimulai dari
banyak sedikitnya jumlah nira yang proses pemasakan nira sampai dengan
dihasilkan sehingga pada akhirnya menjadi gula kelapa kristal.
berpengaruh terhadap jumlah gula kelapa
yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasar uraian tersebut di atas Pekerjaan membuat gula kelapa
maka kegiatan ini bertujuan untuk adalah pekerjaan yang penuh dengan
meningkatkan pengetahuan dan risiko, terutama pada tahapan menderes
ketrampilan petani tentang pembuatan gula nira. Tahapan menderes nira adalah proses
kelapa kristal yang memenuhi standar pengambilan nira di pohon kelapa.
Good Manufacturing Practice (GMP) dan Pengambilan nira di atas pohon kelapa
Hazard Analysis and Critical Control dilakukan dengan memanjat pohon yang
Points (HACCP). ketinggiannya berkisar antara 5 – 10 meter.
Pada saat musim hujan kondisi pohon
METODE KEGIATAN kelapa yang licin menyebabkan risiko
untuk jatuh dari pohon kelapa. Selain itu
Kelompok Usaha Bersama (KUB)
untuk dapat memanjat pohon kelapa dalam
Rengganis yang berada di Desa
jumlah yang banyak (seorang penderes
Karangjengkol berjumlah kurang lebih
biasanya harus memanjat pohon kelapa
sebanyak 150 pengrajin. Khalayak sasaran
sebanyak 20-30 batang) diperlukan kondisi
yang diikutkan dalam kegiatan ini adalah

16
JPPM, e ISSN 2549 - 8347
Vo. 1 No. 1 Maret 2017
Watemin, Agus Mulyadi Purnawanto & Anwar Ma’ruf,
Pelatihan GMP dan HACCP Bagi Pengrajin Gula Kelapa Kristal

badan yang betul-betul sehat. Risiko Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
pekerjaan inilah yang oleh para penderes dilakukan oleh Marsigit (2005) yang
sangat diharapkan untuk mendapatkan menyimpulkan bahwa pemberian bahan
perhatian. tambahan pada nira akan menyebabkan
kualitas gula kelapa yang dihasilkan tidak
Peningkatan pengetahuan
akan memenuhi syarat SNI. Pemberian
pengrajin gula kelapa kristal mengenai
bahan tambahan sebaiknya menggunakan
GMP dan HACCP dalam pembuatan gula
bahan alami, seperti kulit buah manggis,
kelapa kristal ditunjukkan dengan
daun cengkeh, dan daun jambu biji,
kemampuan pengrajin menjelaskan
(Naufalin, et al, 2013).
mengenai tahapan pembuatan gula kelapa
kristal yang sesuai dengan standar. Proses Pengaturan lingkungan yang bersih
pembuatan gula kelapa kristal melalui di sekitar lokasi produksi masih perlu
beberapa tahap, pertama proses ditingkatkan agar terhindar dari cemaran
penyadapan nira. Nira disadap dengan yang dapat merusak nilai kesehatan
menggunakan pongkor, sebelum dipasang, produksi gula semut, meskipun hal ini
pongkor diberi laru organik yang terdiri sedikit menemui kendala karena lokasi
dari air kapur dan tatal nangka. Sebelum produksi berada di tengah-tengah
dimasak nira terlebih dahulu disaring untuk permukiman warga dan perpohonan yang
menghilangkan kotoran. Tahap kedua relatif banyak menghasilkan sampah.
adalah pemasakan nira di atas tugku Sehingga perlu diberi alternatif pengadaan
sampai diperoleh nira yang kental. Pada lokasi pembuangan sampah yang cukup
saat pemanasan untuk mengurangi jauh dari lokasi produksi. Tata letak untuk
timbulnya buih, maka ditambahkan sedikit proses produksi sudah memenuhi standar.
minyak kelapa atau santan. Tahap ketiga
Sebagian besar konstruksi
adalah pendinginan, nira kental diangkat
bangunan tempat produksi gula semut
dari atas tungku, kemudian didinginkan
masih berupa bangunan tanpa dinding,
perlahan dengan udara terbuka. Selama
lantai tanah dan tanpa cerobong asap.
proses pendinginan nira kental diratakan ke
Bangunan tanpa dinding dibuat agar asap
seluruh permukaan wajan sambil dibolak
yang terbentuk pada proses pembakaran
balik. Tahap keempat adalah pengkristalan.
bisa segera tertiup angin, namun proses
Setalah dingin akan terbentuk kristal gula,
pembakaran kayu yang tidak sempurna
agar kristal gula tidak tumbuh, maka
dapat menghasilkan jelaga yang menempel
gumpalan-gumpalan gula di haluskan
di langit-langit bangunan dan sangat
dengan dengan menggunakan tempurung
mengotori bangunan tempat produksi gula
kelapa. Selanjutnya kristal gula diayak
semut. Pengalihan dari bahan bakar kayu
untuk mendapatkan ukuran yang
ke gas akan dapat mengurangi dampak
diinginkan. Tahap Kelima adalah
negatif dari pencemaran jelaga di lokasi
pengeringan, setelah diayak, gula Kristal
produksi tetapi hal ini perlu dilakukan
kemudian dikeringkan pada panas matahari
pengkajian mengenai tingkat efisiensinya
sampai diperoleh gula kelapa kristal yang
mengingat harga gas yang cukup mahal.
kering.
Sebagian besar peralatan yang
Dalam proses pembuatan gula
digunakan sudah mengarah pada standard
kelapa kristal, para pengrajin di
GMP kecuali wadah nira yang masih
Karangjengkol sudah tidak lagi
menggunakan ember PVC atau kaleng
menggunakan larutan Na2SO4 sebagai
plastik bekas cat. Penggunaan pongkor
bahan pencampur nira, ini menunjukkan
bambu sebagai wadah nira lebih aman dari
bahwa sudah mulai ada kesadaran bahwa
proses pencemaran, namun pongkor bambu
penggunaan bahan kimia sangat
sangat tidak tahan lama terutama pada
bertentangan dengan kaidah dalam GMP.

17
JPPM, e ISSN 2549 - 8347
Vo. 1 No. 1 Maret 2017
Watemin, Agus Mulyadi Purnawanto & Anwar Ma’ruf,
Pelatihan GMP dan HACCP Bagi Pengrajin Gula Kelapa Kristal

kondisi cuaca yang terik akan mudah pecah c. Penggunaan dapur yang kurang sehat
sehingga nira yang tertampung akan yang akan memungkinkan asap yang
tumpah. Oleh karena itu perlu dicari solusi terbentuk dari bahan bakar akan
teknologi penggunaan pongkor yang kuat mencampuri nira selama proses
dan higienis. Namun demikian walaupun pemasakan.
sudah menggunakan peralatan yang sesuai
2. Bahaya Mikrobiologis
namun kebersihan dari alat tersebut harus
a. Proses pendinginan dan pengkristalan
tetap dijaga agar populasi mikroba dalam
gula yang dilakukan secara manual
pongkor dapat dikurangi sehingga inversi
yang akan menyebabkan keringat akan
sukrosa menjadi gula reduksi dapat
jatuh ke gula kelapa kristal
ditekan, (Sudewo et al., 2000).
b. Proses pengeringan yang hanya
Sanitasi petugas merupakan aspek dipanaskan dengan menggunakan panas
yang masih perlu diperbaiki karena rata- matahari secara terbuka yang akan
rata petani yang memproses gula semut menyebabkan masuknya jamur atau
merupakan penduduk dengan tingkat mikroorganisme lain dalama gula
perekonomian yang rendah sehingga kelapa kristal yang diperoleh.
kurang memperhatikan performance dan
sanitasi pada saat melakukan pemanasan SIMPULAN
nira, penggerusan, penyaringan dan
Simpulan
penjemuran gula semut. Sebagian besar
Berdasarkan pada hasil kegiatan
anggota KUB Rengganis sudah melakukan
yang dilaksanakan terhadap pengrajin gula
pengemasan produk yang sesuai dengan
kelapa kristal pada KUB Rengganis Desa
standar. Kemasan gula kelapa sebaiknya
Karangjengkol, maka dapat disimpulkan
menggunakan bahan yang higroskopis atau
bahwa pengetahuan pengrajin mengenai
dapat menggunakan kemasan plastik
aspek Good Manufacturing Practice
(Naufalin, et al., 2013).
(GMP) dan Hazard Analysis and Critical
Control Points (HACCP) mengalami
Penerapan HACCP dalam industri
peningkatan yang ditunjukkan dengan
gula kelapa kristal pada KUB Rengganis
kemampuan pengrajin untuk menjelaskan
masih harus lebih ditingkatkan lagi. Hal ini
tahapan pembuatan gula kelapa kristal
mengingat kemungkinan-kemungkinan
yang sesuai standar.
adanya bahaya cemaran pada produk yang
Peningkatan ketrampilan pengrajin
dihasilkan. Penerapan HACCP dapat
dalam penerapan GMP dan HACCP
dialkukan dengan penyusunan Standard
mengalami peningkatan yang ditunjukkan
Operating Procedure (SOP) dalam
dengan kemampuan para pengrajin pada
pembuatan gula kelapa (Muchaymien et
saat praktek pembuatan gula kelapa kristal.
al., 2014). Bahaya/cemaran yang
Namun demikian penerapan GMP dan
berpotensi muncul pada proses pembuatan
HACCP dalam industri gula kelapa kristal
gula kelapa kristal dapat dikategorikan
di KUB Rengganis Desa Karangjengkol
sebagai berikut:
belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
1. Bahaya Kimia karena adanya berbagai keterbatasan yang
a. Penggunaan pongkor dari plastic non dimiliki oleh para pengrajin.
food grade yang akan menyebabkan
terlarutnya polymer pongkor yang UCAPAN TERIMA KASIH
digunakan.
Tim pelaksana kegiatan mengucapkan
b. Penggunaan wajan yang kurang
terima kasih kepada PT. Adhi Pratama dan
baik/karatan yang akan menyebabkan
LPPM Universitas Muhammadiyah
gula kelapa Kristal tercemar oleh logam
Purwokerto atas pembiayaan kegiatan ini.
dari wajan yang terkikis.

18
JPPM, e ISSN 2549 - 8347
Vo. 1 No. 1 Maret 2017
Watemin, Agus Mulyadi Purnawanto & Anwar Ma’ruf,
Pelatihan GMP dan HACCP Bagi Pengrajin Gula Kelapa Kristal

Perhimpunan Ahli Teknologi


DAFTAR PUSTAKA Pangan Indonesia, Surabaya.

Dewan Standarisasi Nasional. (1995). SNI: Yusuf, Y., Martadi, S., & Aulia, A. (2010).
Gula Kelapa Kristal SII 0268-85. Permintaa Gula Pasir Indonesia.
Dewan Standarisasi Nasional, Pekanbaru: Jurusan Ilmu Ekonomi,
Jakarta. Fakultas Ekonomi, Universitas
Riau .
Marsigit, W. (2005). Penggunaan Bahan
Tambahan pada Nira dan Mutu
Gula Aren yang Dihasilkan di
Beberapa Sentra Produksi di .
Bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB,
XI(1), 42 – 48.

Muchaymien, Y., Rangga, A. dan Nuraini,


F. (2014). Penyusunan Draft
Standard Operating Procedure
(SOP) Pembuatan Gula Merah
Kelapa (Studi Kasus di Pengrajin
Gula Merah Kelapa Desa
Purworejo Kecamatan Negeri
Katon Kabupaten Pesawaran.
Jurnal Teknologi Industri dan
Hasil Pertanian, 19(2), 205 – 217.

Naufalin, R., Yanto, T., dan


Sulistyaningrum, A. (2013).
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi
Pengawet Alami terhadap Mutu
Gula Kelapa. Jurnal Teknlogi
Pertanian 14(3): 165 – 174.

Naufalin, R., Sustriawan, B., Sakhidin,


Sularso, K.E., dan Yanto, T.
(2013). Desain Bentuk dan
Kemasan untuk Mempertahankan
Mutu Gula Kelapa. Jurnal
Pembangunan Pedesaan, 13(1),
57 – 66.

Sudewo, A., Y. Praptiningsih, dan


Tamtarini. (2000). Pengaruh
Pengaturan pH, Penambahan
Sukrosa, Bentuk Cetakan dan
Pengemas Klaras terhadap Kualitas
dan Umur Simpan Gula Kelapa.
Seminar Nasional Industri Pangan.

19
JPPM, e ISSN 2549 - 8347
Vo. 1 No. 1 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai