PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sirop glukosa (Glucose syrup) merupakan salah satu bahan pemanis yang
berbentuk cairan, tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat dibuat dari bahan
berpati seperti tapioka, pati umbi-umbian, sagu, dan pati jagung. Sirop glukosa
adalah salah satu jenis gula yang termasuk ke dalam kelompok monosakarida
dengan rumus molekul C6H12O6.
Glukosa merupakan pemanis alternatif yang dapat menggantikan gula
pasir/tebu. Glukosa juga digunakan dalam industri kembang gula, minuman,
biskuit, es krim, jamu, campuran madu, dan farmasi. Selain itu, glukosa juga
diperlukan sebagai bahan baku monosodium glutamate dan etanol. Glukosa
memiliki beberapa kelebihan ketika digunakan pada beberapa produk makanan,
antara lain:
Pada kembang gula/permen dapat mencegah kerusakan mikrobiologis
karena adanya pencampuran sukrosa dengan glukosa, maltosa, dan
fruktosa.
Pada es krim, penambahan glukosa atau maltosa dengan kadar 25-30%
dapat membuat tekstur menjadi lebih halus dan lembut. Hal ini
disebabkan karena glukosa menahan titik beku es krim.
Pada kue, glukosa dapat menjaga kualitas kue dalam kurun waktu yang
lebih panjang, mencegah kristalisasi sukrosa, serta meminimalisasi
keretakan pada permukaan kue.
Tapioka merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan glukosa.
Tapioka adalah salah satu jenis pati yang berasal dari ubi kayu. Di Indonesia, ubi
kayu menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam hampir di seluruh wilayah
Indonesia dan menjadi sumber karbohidrat utama setelah beras dan jagung.
Daerah dengan penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia adalah Lampung, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Pabrik tapioka tersebar di beberapa daerah di Indonesia
seperti Jawa Timur, Jambi, Lampung, dan Sumatera Barat. Pada Tabel 1.1
ditunjukkan beberapa pabrik tapioka yang ada di Indonesia.
Tabel 1. 1 Pabrik Tapioka di Indonesia
Pabrik sirop glukosa terletak tidak jauh dari pabrik tapioka, seperti di
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Beberapa pabrik
glukosa di Indonesia beserta lokasi dan kapasitas produksi per tahun ditunjukkan
pada Tabel 1.2.
Tabel 1. 2 Pabrik Sirop Glukosa di Indonesia
Dari data impor sirop glukosa, dapat dilihat setiap tahunnya dapat terjadi
peningkatan kebutuhan impor. Apabila dicari nilai regresi liniernya seperti pada
Gambar 1.1, kita dapat menentukan perkiraan kebutuhan impor di dalam
beberapa tahun yang akan datang.
70000
f(x) = 2890.27612903226 x − 5766193.33935484
60000
40000
30000
20000
10000
0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun
2.2.3 Air
Air digunakan sebagai larutan untuk pencampuran agar didapatkan
kekentalan yang diharapkan. Spesifikasi air yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 2.2.
2) Proses Likuifaksi
Proses likuifaksi adalah proses hidrolisis starch slurry untuk memutuskan
ikatan 1-4 alpha glukosidase dengan bantuan enzim α – amilase sehingga
terbentuk dekstrin. Enzim α - amilase ditambahkan ke dalam feed tank dan diaduk
hingga homogen. Setelah slurry starch dan enzim amilase sudah tercampur
dengan homogen kemudian ditransferkan ke dalam tahapan selanjutnya.
Proses liquifikasi berlangsung di dalam reaktor CSTR dengan kondisi
operasi pada suhu 95 – 115°C, rentang pH 5,5 – 6,5, waktu tinggal 60 menit.
Pemanasan dilakukan dengan mengkontakan starch slurry dengan steam secara
direct yang dilakukan di jet cooker. Agar kondisi operasi tetap berada dalam
keadaan yang aman, maka perlu ditambahkan flash drum untuk menghilangkan
sebagian tekanan dan temperatur yang berlebih pada saat kontak steam dengan
starch slurry. Starch slurry yang sudah sesuai dengan kondisi optimal kemudian
dihidrolisis di dalam reaktor tangki berpengaduk (continuous stirred tank
reactor). Konversi hidrolisis pada proses ini adalah sebesar 97,7 % (Patent. US
2012/0171731A1).
Hasil dari hidrolisa starch slurry ini akan membentuk dekstrin yang
selanjutnya akan didinginkan terlebih dahulu sebelum lanjut ke proses
sakarifikasi. Persamaan reaksi pada proses likuifaksi ditunjukkan pada Gambar
2.2. Keluaran dari reaktor likuifaksi selanjutnya didinginkan dengan melewatkan
aliran melalui heat exchanger.
…(2.1)
glukoamilase
→
……(2.2)
Air
2. Pertukaran Ion
Pertukaran ion adalah proses dimana satu bentuk ion dalam senyawa
dipertukarkan untuk beberapa bentuk, yaitu kation ditukar dengan kation dan
anion ditukar dengan anion. Penukar ion berfungsi untuk mengambil pengotor
yang tidak dikehendaki dengan cara reaksi pertukaran ion yang mempunyai
muatan sama antara bahan baku dengan resin penukar ion yang dilaluinya. Kation
resin akan mengambil kation pengotor bahan dan anion resin akan mengambil
anion pengotor bahan (Diyah, Erlina. 2007). Dalam pembuatan sirop glukosa,
proses pertukaran ion ini bertujuan untuk mengikat ion-ion logam berbahaya,
warna dan kotoran lain dalam sirop glukosa. Resin digunakan sebagai penukar ion
karena bahan tersebut memiliki daya aktif menukar ion dalam sirop glukosa,
sehingga bahan selain glukosa menjadi tak larut dan dapat dihilangkan. Resin
penukar ion merupakan bahan organik dengan berat molekul yang sangat besar,
tidak larut dalam air dan Sebagian pelarut, serta memiliki gugus aktif penukar
kation atau anion.
Limbah Cair
bahan baku berupa pati dan air, untuk produk berupa sirop glukosa;
kapasitas produksi sirop glukosa 35.000 ton/tahun;
perbandingan massa pati dan air pada mixing tank sebelum unit jet
cooker yaitu 45:55 (Patent. US 2012/0171731A1);
perbandingan massa pati dan air sebelum unit reaktor likuifaksi
mendekati 35:65 (Patent. US 2012/0171731A1);
konversi reaksi likuifaksi dalam reaktor tangki berpengaduk sebesar
97,7%, (Patent. US 2012/0171731A1);
konversi reaksi sakarifikasi dalam reaktor tangki berpengaduk sebesar
97%, (Patent. US 2012/0171731A1);
perhitungan menggunakan satuan laju alir massa (F) dalam kg/jam dan
laju alir molar dalam kmol/jam;
kondisi operasi: temperatur menggunakan satuan °C dan K, dan
tekanan menggunakan bar;
proses produksi sirop glukosa dilakukan secara kontinyu;
proses produksi berlangsung selama 333 hari dengan waktu operasi
yang ditetapkan meliputi 1 hari operasi selama 24 jam, sehingga
diperoleh waktu operasinya 8.000 jam/tahun;
Persamaan 3.1 berlaku untuk sistem yang tidak ada perubahan fasa.
Sedangkan untuk campuran komponen yang terdapat perubahan fasa pada suatu
sistem disajikan pada persamaa 3.2
i
Q=N ¿………………………..(3.2)
Keterangan :
Q = Energi kalor (kJ/jam)
N = Laju alir molar (kmol/jam)
Hfo
= Entalpi pembentukan standar pada 25oC (kJ/mol)
T = Suhu aliran (K)
Tref = Suhu referensi (25oC = 298 K)
Cp = Kapasitas Panas (kJ/kmol-K)
Hvl = Entalpi penguapan (kJ/kmol)
Nilai Cp sangat dipengaruhi oleh suhu, persamaan Cp pada fungsi suhu
disajikan pada persamaan 3.2.3 untuk fasa gas dan 3.2.4 untuk fasa cair
Cp gas :
2 3 4
Cp= A+ BT + CT + DT + ET …………………………………………..(3.3)
Cp cair :
Cp= A+ BT + CT 2+ DT 3…………………………………………………..(3.4)
Input
Natrium Hidroksida 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,41E-04 0,01
Asam Klorida 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 0,00 0,00 0,00 0,00 3,60E-05 1,99 0,00 0,00
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total Tiap Aliran 32,85 3915,04 243,96 4391,25 3,60E-05 1,99 8,51E-02 3,40
Output
Komponen 5
kmol/jam kg/jam
Glukosa 0,00 0,00
Pati 0,01 3323,87
Dekstrin 0,00 0,00
Air 276,99 4985,81
Natrium Hidroksida 3,41E-04 0,01
Asam Klorida 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 3,60E-05 1,99
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00
Total Tiap Aliran 276,90 8311,68
Total Massa (kg/jam) 8311,68
Total mol (kmol/jam) 276,90
Tabel 3. 3 Neraca Energi Mixing Tank 1
Input Output
Komponen 1 Pati 2 Air 3 Enzim 4 NaOH 5
ΔH ΔH ΔH ΔH ΔH
(kJ/jam) (kJ/jam) (kJ/jam) (kJ/jam) (kJ/jam)
Glukosa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pati 13,09 0,00 0,00 0,00 13,09
Dekstrin 0,00 0,00 0,00 0,00 00.00
Air 0,00 104559,7 0,00 0,00 104559,69
Natrium Hidroksida 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15
Asam Klorida 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 0,00 0,00 14,16 0,00 14,16
Enzim Gluko- 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
amilase
Sub Total 13,09 104559,7 14,16 0,15 104587,1
Entalpi, H ( kJ/jam) 104587,1 104587,1
Total Entalpi
104587,1
(kJ/jam)
Steam
6
5 7
JC - 101
Input Output
Komponen 5 6 7
kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam
Glukosa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pati 0,01 3323,87 0,00 0,00 0,01 3323,87
Dekstrin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Air 276,99 4985,81 0,00 0,00 276,99 4985,81
Natrium Hidroksida 3,41E-04 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01
Asam Klorida 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 3,60E-05 1,99 0,00 0,00 3,41E-04 1,99
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Steam 0,00 0,00 47,40 853,20 47,40 853,20
Total Tiap Aliran 276,90 8311,68 47,40 853,20 324,49 9164,89
Total Massa (kg/jam) 9164,89 9164,89
Total mol (kmol/jam) 324,49 324,49
Input Output
Komponen 5 6 7
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Glukosa 0,00 0,00 0,00
Pati 13,09 0,00 209,42
Dekstrin 0,00 0,00 0,00
Air 104559,69 0,00 1927848,73
Natrium Hidroksida 0,15 0,00 2,38
Asam Klorida 0,00 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 14,16 0,00 226,56
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00 0,00
Steam 0,00 2309024,26 485324,26
Sub Total 104587,09 2309024,26 1928287,09
Entalpi, H ( kJ/jam) 104587,09 2309024,26 2413611,35
Total Entalpi (kJ/jam) 2413611,35
3.2.3 Heat Exchanger (E-101)
Heat Exchanger adalah alat penukar panas, salah satu jenis heat exchanger yang
biasa digunakan di industri adalah shell and tube. Heat exchanger (E-101) digunakan
untuk menurukan temperatur campuran pati keluaran dari Jet Cooker (JC–101). Proses
penurunan suhu diperlukan untuk mencapai kondisi operasi pada saat proses likuifaksi.
Input Output
Komponen 7 8
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Glukosa 0,00 0,00
Pati 209,61 183.41.00
Dekstrin 0,00 0,00
Air 1953177,49 1708117.29
Natrium Hidroksida 2,38 2,08
Asam Klorida 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 226,56 198,24
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00
Sub Total 1.953.616,04 1.708.501,02
Entalpi, H ( kJ/jam) 1.953.616,04 1.708.501,02
Q yang harus dilepas (kJ/jam) -245.115,01
Q yang diserap cooler (kJ/jam) 245.115,01
Input Output
Komponen 11 12
kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam
Glukosa 0,00 0,00 0,00 0,00
Pati 0,01 3323,87 0,00 76,45
Dekstrin 0,00 0,00 2,00 3247,42
Air 324,39 5839,01 324,39 5839,01
Natrium Hidroksida 3,41E-04 0,01 7,59E-04 0,01
Asam Klorida 0,00 0,00 0,00 0,00
Enzim Alfa-amilase 3,60E-05 1,99 3,41E-04 1,99
Enzim Gluko-amilase 0,00 0,00 0,00 0,00
Air Pendingin 0,00 0,00 0,00 0,00
Total Tiap Aliran 324,40 9164,88 326,39 9164,89
Total massa (kg/jam) 9164,89 9164,89
Total mol (kmol/jam) 326,39 326,39
Input Output
Komponen 11 12
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Glukosa 0,000 0,000
Pati -7494,285 -172,369
Dekstrin 0,000 -4.407.946,813
Air -91.012.134,120 -90.449.719,875
Natrium Hidroksida 2,079 2,079
Asam Klorida 0,000 0,000
Enzim Alfa-amilase 198,236 198.236
Enzim Gluko-amilase 0,000 0,000
Air Pendingin 0,000 0,000
Sub Total -91.019.428,090 -94.857.638,743
Entalpi, H ( kJ/jam) -91.019.428, 09 -94.857.638,74
Q yang harus dilepas (kJ/am) -3.838.210,65
Q Cooling Water (kJ/jam) 3.838.210,65
Media pendingin yang digunakan adalah air pendingin dengan suhu masuk
sebesar 30℃ (303K). Berdasarkan perhitungan neraca energi, diperoleh kebutuhan laju
massa air pendingin sebesar 12.011,87 kg/jam. Skema alat Heat exchanger (E-102)
disajikan pada Gambar 3.6 dan perhitungan neraca energi disajikan pada Tabel 3.9.
Gambar 3. 6 Skema Heat Exchanger (E-102)
Tabel 3. 9 Neraca Energi Heat Exchanger (E - 102)
Input Output
Komponen 12 15
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Glukosa 0,000 0,000
Pati 4,218 2,109
Dekstrin 489,613 233,019
Air 1.697.561,895 849.215,517
Natrium Hidroksida 2,079 1,040
Asam Klorida 0,000 0,000
Enzim Alfa-amilase 198,236 99,118
Enzim Gluko-amilase 0,000 0,000
Sub Total 1.698.256,040 849.550,804
Entalpi, H ( kJ/jam) 1.698.256,040 849.550,804
Q yang harus dilepas (kJ/jam) -848.705,237
Q yang diserap cooler (kJ/jam) 848.705,237
Berikut merupakan perhitungan jumlah kebutuhan air pendingin.
Input
Komponen 15 19 20
kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam
Output
Komponen 21
kmol/
kg/jam
jam
3500,000
Glukosa 19,4444 0
Pati 0,0002 76,4490
Dekstrin 0,0601 98,5052
5498,904
Air 305,4947 1
Natrium Hidroksida 0,0003 0,0137
Asam Klorida 0,0011 0,0403
Enzim Alfa-amilase 0,0000 1,9943
Enzim Gluko-amilase 0,0000 2,4544
9178,361
Total Tiap Aliran
325,0009 1
Total Massa (kg/jam) 9178,3607
Total mol (kmol/jam) 325,0009
Input Output
Komponen 15 19 20 21
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Glukosa 0,00 0,00 0,00 -1189736,11
Pati 2,11 0,00 0,00 2,11
Dekstrin -4409847,16 0,00 0,00 -132295,41
Air -77249290,55 0,00 0,00 -73079259,1
Natrium Hidroksida 1,04 0,00 0,00 1,04
Asam Klorida 0,00 0,00 3,78 3,78
Enzim Alfa-amilase 99,12 0,00 0,00 99,12
Enzim Gluko-amilase 0,00 181,84 0,00 179,84
Sub Total -81.659.035,44 181,84 3,78 -74.401.004,73
Entalpi, H ( kJ/jam) -81.658.849,82 -74.401.004,73
Q yang harus dilepas
-16,114,337.83
(kJ/jam)
Q yang diserap cooler
16,114,337.83
(kJ/jam)
Reaksi sakarifikasi dekstrin menjadi dekstrose atau glukosa pada reaktor
berlangsung secara eksotermis, ditunjukan dengan nilai kalor (Q) sebesar -16,114,337.83
kJ/jam. Reaktor sakarifikasi (R-202) menggunakan air sebagai pendingin dengan suhu air
pendingin masuk 30°C, suhu air pendingin keluar 45°C dengan laju alir massa pendingin
sebesar 302.075,19 kg/jam.
Media pendingin yang digunakan adalah air pendingin dengan suhu masuk
sebesar 30°C (303K) dan suhu keluar 45°C (318K). Berdasarkan perhitungan neraca
energi, diperoleh kebutuhan laju massa air pendingin sebesar 9.449,77 kg/jam. Skema
alat Heat exchanger (E-203) disajikan pada gambar 3.8 dan perhitungan neraca energi
disajikan pada Tabel 3.13.
Input Output
21 23
Komponen
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
Input Output
Komponen 23 26 56 27
kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam kmol/jam kg/jam
3500,0000
Glukosa 19,44444 0 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 19,4444 3500,00000
Pati 0,00021 76,44905 0,00000 0,00000 0,00020 72,62660 0,00001 3,82245
Dekstrin 0,06014 98,50515 0,00000 0,00000 0,05713 93,57990 0,00301 4,92526
5498,9041
Air 305,49467 4 4,73424 85,21640 9,46849 170,43280 300,76043 5413,68774
Natrium Hidroksida 0,00034 0,01366 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00034 0,01366
Asam Klorida 0,00110 0,04033 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00110 0,04033
Enzim Alfa-amilase 0,00000 1,99432 0,00000 0,00000 0,00000 1,89461 0,00000 0,09972
Enzim Gluko-
amilase 0,00000 2,45442 0,00000 0,00000 0,00000 2,33170 0,00000 0,12272
9178,3610
Sub Total
325,00092 7 4,73424 85,21640 9,52582 340,86560 320,20934 8922,71187
Total Massa 9263,57747 9263,57747
Total Mol 329,73516 329,73516
27
C-301 C-302 28
27.a
Perhitungan neraca energi pada unit Heat exchanger (E-304) bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan pemanas untuk meningkatkan suhu glukosa dengan memanfaatkan
kondensat yang dihasilkan dari evaporator efek 3. Kondensat yang dihasilkan dari
evaporator efek 3 dapat meningkatkan suhu larutan dari 40°C hingga 48,16°C. Skema alat
Heat exchanger (E-304) disajikan pada Gambar 3.11 dan perhitungan neraca energi
disajikan pada Tabel 3.16
Perhitungan neraca energi pada unit Heat exchanger (E-305) bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan pemanas untuk meningkatkan temperatur glukosa dengan
memanfaatkan kondensat yang dihasilkan dari evaporator efek 2. Kondensat yang
dihasilkan dari evaporator efek 2 dapat meningkatkan suhu larutan dari 48,16°C hingga
60,83°C. Skema alat Heat exchanger (E-305) disajikan pada Gambar 3.12 dan
perhitungan neraca energi disajikan pada Tabel 3.17
Perhitungan neraca energi pada unit Heat exchanger (E-306) bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan pemanas untuk meningkatkan temperatur glukosa dengan
menggunakan kondensat yang dihasilkan dari evaporator efek 1. Kondensat yang
dihasilkan dari evaporator efek 1 dapat meningkatkan suhu larutan dari 60,83°C hingga
81,63°C. Skema alat Heat exchanger (E-306) disajikan pada Gambar 3.13 dan
perhitungan neraca energi disajikan pada Tabel 3.18
Pada evaporator efek 2, pemanas yang digunakan yaitu uap yang terpisah pada
efek 1 yang memmiliki suhu 123,47°C sebanyak 1649,18 kg/jam dan ke luar sebagai
saturated liquid yang masih bisa dimanfaatkan di HE-305. Suhu operasi evaporator efek
2berdasarkan hitungan ditetapkan 97,586°C dan dapat menguapkan air sebanyak
1520,436kg/jam.
Pada evaporator efek 3, pemanas yang digunakan yaitu uap yang terpisah pada
efek 2 yang memiliki suhu 97,586°C sebanyak 1520,436 kg/jam dan ke luar sebagai
saturated liquid yang masih bisa dimanfaatkan di HE-304. Suhu operasi evaporator efek
3 berdasarkan hitungan ditetapkan 61,367°C dan tekanan 21,332 kPa sehingga dapat
menguapkan air sebanyak 1370,752 kg/jam. Uap air tersebut akan dialirkan ke
barometrik kondensor untuk diproses lebih lanjut. Produk dari evaporator ini berupa
glukosa 85% dengan suhu 61,367°C yang akan didinginkan terlebih dahulu hingga suhu
kamar sebelum dialirkan ke storage tank. Berikut merupakan data perhitungan neraca
massa dan energi pada multiple effect evaporator yang disajikan pada tabel 3.19 – 3.20
dan 3.21 – 3.23.
Input Output
Komponen 30 33 55
ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam) ΔH (kJ/jam)
4.1.1Reaktor
Reaktor Merupakan unit untuk mereaksikan bahan baku dengan air untuk
menghasilkan glukosa. Reaktor likuifaksi (R-101) dioperasikan secara kontinyu
dengan jenis reaktor continuous stirred tank reactor. Reaksi berlangsung pada
suhu 95°C dan bersifat eksotermis sehingga reaktor dilengkapi dengan pendingin
untuk menjaga reaksi tetap pada suhu yang dikehendaki.
Dimana:
P = tekanan desain (psig)
Rc = crown radius (in)
F = maxium allowable stress (psi) =15.820 psi untuk SS Gr. 316L
(Walas 1990)
E = Efisiensi sambungan =0,85
C = Corrosion allowance (in) =0,11 in
Keterangan :
WELH = Water Equivalent Liquid High
ID = Diameter dalam tangki (m)
Sg = Specific gravity
Hc X sg
Jumlah Pengaduk =
ID
Da = Diameter impeller
10) Penentuan Daya Motor
Mengitung Nre
2
D Nρ
Nre =
μ
Dari nilai Nre diplot pada grafik power correlaction jenis pengaduk propeller
dengan perbandingan diameter impeller dan diameter tangki.
Daya Motor
Penentuan daya motor menggunakan persamaan berikut:
Dimana: D = Diameter
impeller (m)
N = Kecepatan pengaduk (rps)
Np = power number = 0,3
Menetapkan Uo Trial
Nilai Uo untuk perpindahan panas vessel melalui koil untuk aqueous
solution dengan media pendingin air adalah 400-700 W/m2.oC
Menghitung Luas Perpindahan Panas Trial
4.1.2Evaporator
Evaporator pada pabrik sirop glukosa ini berfungsi untuk memekatkan
kandungan glukosa hingga mencapai konsentrasi 80%. Unit evaporator yang
digunakan berjenis Multi Effect Evaporator. Perancangan evaporator
menggunakan pendekatan rumus dari perancangan Shell and Tube Heat
Exchanger dengan mengacu pada literatur Coulson & Richardson (2005) dan
Kern (1950). Tahapan perancangan evaporator adalah sebagai berikut:
( )
0,14
hi × di μ
kf
= jh × Pr0,33 (Kern, 1950)
μW
( )
0,14
ho . de μ
= jh × Pr0,33 (Kern, 1950)
kf μW
Keterangan:
t = Tebal Tangki (in)
Pd = Tekanan Desain (psia)
D = Diameter Tangki (in)
f = Maximum Allowable Stress (psia)
E = Efisiensi Sambungan
C = Corrosion Allowance (in)
12) Menghitung tebal head tangki menggunakan persamaan berikut:
p.d
t= (Brownell, 1959)
2cos ɑ(f . E−0,6 p)
D
min sin θ = (Brownell,
430. t
1959)
Keterangan :
D : diameter tangki
t: tebal konis
Tebal diasumsikan dan hasilnya berupa f allowable yang dapat diterima sebagai
berikut:
f allowable = 1,5 ×106 t/r ≤ 1/3 yield point (Brownell and Young, 1959)
Gambar 4. 9 Kurva Penentuan Nilai Ft Shell and Tube Heat Exchanger 2-4
(Sumber : Coulson, 2005)
Penentuan nilai ∆Tm menggunakan persamaan berikut.
∆Tm = ∆TLMTD . Ft (Coulson, 2005)
6) Menghitung Area Luar (A)
Menentukan luas perpindahan panas dengan trial koefisien perpindahan panas
(U). Jika harga U nyata lebih besar dari Utrial, maka hasil perhitungan dapat
diterima.
Q
A=
U trial . ∆T m
(Coulson, 2005)
7) Menghitung Dimensi Heat Exchanger
Menghitung dimensi heat exchanger yaitu diameter, panjang, dan jumlah pass
yang diperlukan. Perhitungan dimensi diawali dengan memilih ukuran tube
yang akan digunakan.
8) Menentukan Tube-Side dan Shell-Side Koefisien
a. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Tube (hi)
( )
0,14
hi . di μ
b. = jh . Re . Pr0,33 (Coulson, 2005)
kf μW
c. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Shell (hs)
( )
0,14
hs . de μ
= jh . Re . Pr0,33 (Coulson, 2005)
kf μW
do ln
( )
Do
Di
( )
1 1 1 Do 1 1 (Coulson, 2005)
= + + + +
U o hs h s d 2 k w Di h id h i
[ ( )( ) ]
-m 2
L μ
∆ Pt = Np 8 . jf . . + 2,5 ρ tube . u t
D i μw 2
(Coulson, 2005)
11) Menghitung Shell-side Pressure Drop (∆P)
( )( )( )
- 0,14
∆ Ps = 8 . jf .
Ds
.
L
.
μ ρ shell . u 2s
De lB μw 2
(Coulson, 2005)
4.2.3Sistem Perpipaan
Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk memperoleh dimensi pipa pada
sistem pengaliran fluida pada proses pembuatan sirop glukosa. Perhitungan pada
sistem perpipaan mengacu pada standar desain perpipaan dari American Society
of Mechanical Engineering (ASME) B31.3. Panjang pipa dihitung berdasarkan
jarak antar tiap alat yang diatur didalam buku Process Plant Layout and Piping
Design (Bausbacher dan Hunt, 1993).
4.2.4 Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida cair dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida tersebut.
Pompa yang digunakan pada perancangan berjenis sentrifugal. Pompa sentrifugal
merupakan pompa yang paling banyak digunakan dan harga relatif murah.
Tahapan perancangan pompa sentrifugal adalah sebagai berikut.
( ( ))
2 2
Dpipe v
HF kontraksi = 0,55 1−
D2 2. g
( ( ))
2
Dpipe v2
HF ekspansi = 1−
D1 2. g
e. Head Total
Penentuan Nilai Head Total menggunakan persamaan berikut.
HTotal = Pressure Head + Static Head + Velocity Head + Friction Head
f. Seleksi Pompa
Seleksi Tipe Pompa dilakukan dengan hasil plotting dari Kurva Katalog
Vendor Pompa.
g. Efisiensi, Daya, dan RPM Pompa
Efisiensi, Daya, dan RPM Pompa ditentukan menggunakan melalui kurva
karakteristik pompa.
h. Jenis Impeller
Jenis Impeller harus ditentukan dengan mencari nilai kecepatan spesifik
terlebih dahulu. Kecepatan spesifik dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
N √Q
Ns = 3/4
H
Keterangan :
- NS = Kecepatan spesifik (tidak berdimensi)
- N = Rotasi impeller (RPM)
- Q = Kapasitas pada BEP (USGPM)
- H = Head pada BEP (ft)
Jenis Impeller didapatkan dari hasil plotting pada Gambar 4.23. sebagai
berikut.
[ ]
0,5
V 2 f (−∆ P )
=
A .tc tc . µ . α . C s
1. Pemilihan Material
Material mixer dipilih berdasarkan Material Safety Data Sheet bakan baku
yang akan digunakan. Dikarenakan sirop glukosa ini adalah bahan pangan yang
akan dikomsumsi maka digunakan material stainless steel 316L.
a. Jenis Agitator
Jenis agitator ditentukan berdasarkan volume tangki dan viskositas dari
fluida. Penentuan dilakukan dengan plot pada figure 10.57. Agitator selection
guide pada buku Coulson & Richardson (2005). Berdasarkan pemilihan pada
agitator dapat digunakan propeller untuk MX-101.
b. Jumlah Pengaduk
c. Kecepatan putar agitator
d. Daya motor
6. Menentukan Volume Reaktor
Menentukan Laju Volumetrik (Qv)
Qv = Laju alir massa / ρ campuran
Keterangan :
H = Tinggi cairan
Dt = Diameter tangki
d = Diameter impeller
W = Lebar baffle
C = Jarak impeller ke dasar tangki
Dt = H = ID reaktor
Dt=
√
3 4 Vc
π
Rasio 1:1 maka,
H = Dt
Diameter Impeller (d)
Diameter Impeller antara 0,3-0,6 (Walas 1990)
d
=0,40
Dt
d
d= × ID Koreksi
Dt
Jarak Cairan ke Lower Radian Impeller
Peletakkan impeller berada ditengah cairan, maka jarak ini sama dengan
jarak impeller ke dasar tangki
H
C=
2
Tebal Lower Radial Impeller (i)
d
i=
8
Baffle Width (W)
Dt
W =
12
Offset Upper (Ou)
W
Ou =
6
Offset Lower (Oi)
d
Oi =
2
Panjang Baffle
LB = H – Ou – Oi
8. Penentuan Ketebalan Dinding Reaktor
Tekanan Desain (Pd)
Tekanan Operasi (Pop) = 101,325 kPa
Tekanan hidrostatik (Ph) = ρ.g.H
Tekanan operasi maksimum (Pop x 110%)
Pw = Pop x 110%
Tekanan desain [(Pw+Ph) x 133%]
Pd = (Pw+Ph) x 133%
Suhu Desain (Td)
Suhu operasi (Top)
Suhu desain (Tmaks + 25℃ )
Tebal dinding
R = D/2
E (ERW)
S = 16490 psi untuk SS Gr. 316L (Walas 1990)
PR
t=
SE−0,6 P
Tebal dinding vessel standar yang tersedia dapat dilihat dalam literatur
(Brownell & Young, 1959).
9. Penentuan Diameter Luar Shell dan Diamater Dalam (Standar)
Menghitung Diameter Luar Shell Standar (OD)
Outside Diameter (OD) = Internal Diameter (ID) + (2 x ts)
pada Brownell dan Young, 1959, halaman 90 dapat dipilih nilai OD
standar.
Menghitung Diameter Dalam Shell Standar (ID)
Inlet Diameter Standar (ID) = OD standar – (2 x ts)
10. Penentuan Ketebalan Head dan Bottom
Head yang dipilih yaitu jenis torispherical dished head (tekanan 15-200
psig). Persamaan intensifikasi stress sebagai berikut:
p . r c .W
t h= +C (Brownell and Young 1959)
2. f . E−0,2 P
Dimana :
P = tekanan desain (psig)
Rc = crown radius (in)
F = maximum allowable stress (psi) =16.490psi untuk SS Gr. 316L
(Walas 1990)
E = Efisiensi sambungan
C = corrosion allowance (in)
11. Penentuan Tinggi Head
Depth of dish (b)
√
b=rc− (rc−icr)2−(
ID
2
−icr) (Brownell and Young 1959)
N=
600
π × Da
×
√
WELH
2 × Da
Da = Diameter Impeller
15. Penentuan Daya Motor
Menghitung Nre
2
D Nρ
Nre =
μ
Dari nilai nre diplot pada grafik power correlaction jenis pengaduk
propeller dengan perbandingan diameter impeller dan diameter tangki .
Dari grafik tersebut didapat Np (power number) untuk menghitung daya
motor.
Daya Motor
Penentuan daya motor menggunakan persamaan berikut:
P
Np = 5 3 (Coulson and Richardson 2005)
D N ρ
5 3
D N ρ
P =
N
Dimana : D = diameter impeller (m)
N = kecepatan pengaduk (rps)
Np= power number =0,3
P = daya (watt)
4.2.5Ion Exchange
Ion Exchange (C-301 dan C-302) menyerap kandungan NaOH dan HCl pada
produk. Kolom ion exchange dioperasikan pada suhu 50°C. Hal-hal penting dalam
perancangan kolom ion exchange adalah menentukan diameter dan tinggi kolom,
jumlah massa resin yang dibutuhkan, tebal shell, dan tebal head. Perancangan
kolom ion exchange mengacu pada literatur Brownell (1959) dan Walas (1988).
Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran C. Tahapan perhitungan
perancangan kolom ion exchange adalah sebagai berikut:
ID =
√ π
4. A
W=
1
4 ( √ )
3+
rc
icr
(Brownell & Young,
1959)
Setelah penentuan faktor intensifikasi stress, kemudian dilakukan perhitungan
tebal head dan bottom menggunakan persamaan berikut.
P. rc . W
th = +C (Brownell & Young, 1959)
2. f . E - 0,2 . P
5) Menghitung tinggi deionizer
a. Menentukan depth of dish (b)
Penentuan diameter luar shell reaktor menggunakan persamaan berikut.
√ ( )
2
Di
b = rc - ( r c - icr )2 - - icr (Brownell & Young, 1959)
2
b. Menentukan tinggi head (OA)
Penentuan tinggi head reaktor menggunakan persamaan berikut.
Tinggi Head = th + b + sf (Brownell & Young, 1959)
c. Menentukan tinggi freeboard
Tinggi Freeboard = 0,75 . Tinggi Resin (Walas, 1988)
d. Menghitung tinggi total absorber
Penentuan tinggi total reaktor menggunakan persamaan berikut.
Tinggi reaktor = Tinggi Resin + Tinggi Freeboard + (2 . Tinggi Head)
4.3. Hasil Perhitungan dan Spesifikasi
4.3.1. Reaktor Liquifikasi (R–101)
Suhu : 85 oC
Kondisi operasi Tekanan : 101,325 kPa
320
Suhu : 60 oC
Material Stainless Steel (SA-167
Grade 3 Type 304) 460
DIMENSI
Tinggi Resin (mm) 610
Tinggi Head (mm) 320
Tinggi Free Board (mm) 460 1720
Suhu : 85 oC
Kondisi operasi Tekanan : 101,325 kPa
320
Suhu : 60 oC
Material Stainless Steel (SA-167
Grade 3 Type 304) 460
DIMENSI
Tinggi Resin (mm) 610
Tinggi Head (mm) 320
Tinggi Free Board (mm) 460 1720
STORAGE
Kode Alat : B-101
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Air Yang Akan Digunakan Sebagai Pelarut Pati
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 4,4
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 1 hari
Volume (m³) 105,60
Tinggi (mm) 6055
Diameter (mm) 6055
Tebal tangki (mm) 22,2
Tebal head (mm) 6,3
Tinggi head (mm) 569
Tinggi total (mm) 6624
Sudut Roof (˚) 100,64˚
4.3.6. Tangki Penyimpanan (B– 102)
STORAGE
Kode Alat : B-102
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Enzim Alfa Amilase Yang Akan Digunakan Sebagai Katalis
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 4,4
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 7 hari
Volume (m³) 0,44
Tinggi (mm) 826
Diameter (mm) 826
Tebal tangki (mm) 6,3
Tebal head (mm) 6,3
Tinggi head (mm) 10,41
Tinggi total (mm) 836
Sudut Roof (˚) 91,44
4.3.7. Tangki Penyimpanan (B– 103)
STORAGE
Kode Alat : B-103
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Produk Larutan NaOH 0,1 M
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 4,4
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 1 hari
Volume (m³) 0,16
Tinggi (mm) 589
Diameter (mm) 589
Tebal tangki (mm) 6,3
Tebal head (mm) 6,3
Tinggi head (mm) 5,0
Tinggi total (mm) 594
Sudut Roof (˚) 91,03
589 mm
4.3.8. Tangki Penyimpanan (B– 204)
STORAGE
Kode Alat : B-204
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Produk Larutan HCl 0,1 M
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 4,4
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Stainless Steel SA-167 Grade C
Lama penyimpanan 1 hari
Volume (m³) 0,37
Tinggi (mm) 780
Diameter (mm) 780
Tebal tangki (mm) 6,3
Tebal head (mm) 6,3
Tinggi head (mm) 10,0
Tinggi total (mm) 789
Sudut Roof (˚) 91,36
780 mm
4.3.9. Tangki Penyimpanan (B– 205)
STORAGE
Kode Alat : B-205
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Enzim Glukoamilase
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 3.5
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 7 hari
Volume (m³) 0,59
Tinggi (mm) 910
Diameter (mm) 910
Tebal tangki (mm) 6,35
Tebal head (mm) 6,35
Tinggi head (mm) 12,64
Tinggi total (mm) 923
Sudut Roof (˚) 1,59˚
STORAGE
Kode Alat : B-306
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat Penyimpanan Produk
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 4,04
Temperatur (°C) 55
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 1
Temperatur (°C) 30
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 1 hari
Volume (m³) 129,22
Tinggi (mm) 5480
Diameter (mm) 5480
Tebal tangki (mm) 22,22
Tebal head (mm) 6,35
Tinggi head (mm) 465
Tinggi total (mm) 5945
Sudut Roof (˚) 9,63˚
4.3.20.
4.3.20. Flash Drum (D-101)
STORAGE
Kode Alat : D-101
Jenis Alat : Tangki Silinder Vertikal dengan Dasar Datar (Flat Bottom)
Tipe Atap: Conical
Fungsi : Tempat penyimpanan intermediate sebelum dilewatkan pada expansion valve sebelum
masuk ke reaktor R-101
KONDISI DESAIN
Tekanan (atm) 5,4
Temperatur (°C) 120
KONDISI OPERASI
Tekanan (atm) 2
Temperatur (°C) 95
SPESIFIKASI
Material Carbon Steel SA-283 Grade C
Lama penyimpanan 1 jam
Volume (m³) 7,91
Tinggi (mm) 2552
Diameter (mm) 2552
Tebal tangki (mm) 22,2
Tebal head (mm) 6,3
Tinggi head (mm) 100
Tinggi total (mm) 2652
Sudut Roof (˚) 94,5˚
4.3.21. Expansion Valve (EV-101)
EXPANSION VALVE
NAMA ALAT Expansion Valve
KODE ALAT EV-101
JENIS ALAT Pressure Reducing Control Valve
FUNGSI ALAT Menurunkan tekanan aliran
KONDISI OPERASI
Temperatur masuk (°C) 105
Temperatur keluar (°C) 95
Tekanan masuk (atm) 2
Tekanan keluar (atm) 1
Fasa Cair
MODEL
Model DM 462
Nominal size (DN) 40
MATERIAL
Body, spring cap, internals SST 316L
Valve Seal EPDM
Spring CrNi-Steel
Diaphragm EPDM
AE 115
C 230
D 200
Berat (kg) 6,5
4.3.22. Rotary Drum Vacuum Filter (F-101)
560 mm
1186,2 mm