PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki hasil pertanian yang cukup besar,
namun besarnya hasil pertanian yang diperolah tidak membuat Indonesia terlepas dari
ketergantungan impor bahan hasil pertanian, bahkan kegiatan impor relatif meningkat
di tiap tahunnya. Salah satu hasil pertanian yang kuantitas impornya meningkat yaitu
gandum yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu. Saat ini ada
banyak industri pangan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utama,
seperti pada industri mie basah maupun kering, industri roti, biskuit, dan industri
pangan lainnya. Maka dari itu, untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri
pangan yang semakin marak, Indonesia masih mengandalkan impor dari negara lain
antara lain Turki, Sri Lanka, dan India (Trademap 2018). Hal tersebut sangat
disayangkan mengingat potensi pertanian dalam negeri cukup besar. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengembangan produk pertanian dalam negeri pengganti gandum
sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu.
Produk hasil pertanian lain yang dapat dijadikan sebahai bahan baku pengganti
tepung terigu adalah tepung berbahan baku singkong. Beberapa pernyataan ahli yang
tertulis dalam jurnal Pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) Dengan Proses
Fermentasi Menggunakan Rhizopus Oryzae dan Saccharomyces Cerevisae (Nur Aida
2012). menyatakan bahwa singkong sering dianggap sebagai bahan pangan bermutu
rendah karena mengandung protein, mineral, dan vitamin yang rendah (Aletor, 1993 ;
Onwueme, 1978). Beberapa varietas singkong juga mengandung banyak Cyanogenic
Glicosida (linamarin dan latoustralin) yang dapat dihidrolisis menjadi asam sianida
(HCN) oleh enzim endogen (linamarase) ketika jaringan rusak selama pemanenan,
pengolahan, atau proses mekanik lainnya (Conn, 1973) Umumnya singkong diolah
menjadi tepung tapioka atau tepung singkong. Namun, nilai kandungan gizi tepung
tapioka tidak setinggi nilai gizi tepung terigu. Sehingga selama ini tepung tapioka
hanya digunakan secara terbatas untuk bahan pangan, seperti subtitusi terigu sebesar
5% pada mie instan yang menghasilkan produk dengan mutu rendah, atau pada
produk kue kering.
Maka dari itu, perlu dilakukan cara untuk meningkatkan mutu tepung berbahan
baku singkong, salah satunya dengan memodifikasi proses pengolahan tepung
I-1
BAB I – PENDAHULUAN I-2
Pra-rancangan Pabrik Pati Singkong Termodifikasi
Dengan Kapasitas Produksi 150.000 Ton/Tahun
singkong tersebut. Cara ini sering disebut dengan pembuatan Modified Cassava Flour
(MOCAF). Modifikasi dilakukan dengan menambahkan proses fermentasi dalam
pembuatan tepung untuk meningkatkan nilai gizinya, sehingga MOCAF memiliki
karakteristik yang mirip dengan terigu, dan bahkan dapat digunakan sebagai bahan
pengganti tepung terigu atau menjadi tepung pensubtitusi terigu sebanyak 30%-100%.
Fermentasi merupakan salah satu metode yang dapat mengurangi glukosida
sianorganik pada singkong. Fermentasi juga menghasilkan senyawa volatil yang
memberikan flavor unik pada produk. Proses fermentasi juga meningkatkan nilai gizi
pada singkong, khususnya kadar protein (Ilham M Z 2017). Proses Fermentasi juga
didefinisikan sebagai proses pembentukan alkohol atau asam laktat dari glukosa
(C6H12O6).
Pembentukan Asam Laktat
Glukosa Asam Piruvat
C6H12O6 2 C2H3COOH + 2 ATP + H2O
(Glukosa) (Asam Laktat) (Energi) (Air)
Fermentasi Alkohol
Glukosa Alkohol
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + ATP
(Glukosa) (Asam Laktat) (Energi) (Air)
Beberapa pernyataan yang dikutip dalam jurnal (Erismar Amri 2014) menyatakan
bahwa proses fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis
mikroorganisme, seperti Saccharomyces cerevisae (Aida, et.al., 2012), Rhizopus
oryzae dan Lactobacillus plantarum (Darmawan, Andreas, Jos, dan Sumardiono,
2013), dan juga Acetobacter xylinum (Salim, 2011). Dalam proses fermentasi,
mikroba maupun yang enzim dihasilkan, dapat menstimulir flavor yang spesifik,
meningkatkan nilai cerna bahan pangan, menurunkan kandungan antigizi atau bahan
lain yang tidak dikehendaki, dan dapat menghasilkan produk atau senyawa turunan
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Neech 1985). Dengan kata lain teknologi
fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai sosial ekonomi bahan pangan.
Dengan meningkatnya nilai gizi pada tepung berbahan baku singkong, diharapkan
MOCAF dapat dijadikan sebagai bahan baku subtitusi tepung terigu pada industri
pangan dan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan
terhadap impor tepung terigu, sehingga diharapkan biaya konsumsi tepung terigu
berkurang sekitar 20-30%.
Produksi Perkembangan
Tahun
(Ton/th) (%)
2012 4.662.000 0
2013 5.150.000 10,47
2014 5.431.000 5,46
2015 5.456.000 0,46
2016 5.910.000 8,32
Rata-rata 4,94
(Sumber : Aptindo.or.id)
1. 2. 2. Perkembangan Impor
Indonesia juga melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu
dalam negeri. Impor tepung terigu Indonesia cenderung fluktuatif (Trademap 2018)
seperti yang terdapat pada Tabel 1.2.
Impor Perkembangan
Tahun
(Ton/th) (%)
2012 479.682 0
2013 205.447 -57,17
2014 197.468 -3,88
2015 97.830 -50,46
2016 148.065 51,35
Rata-rata -12,06
(Sumber : Trademap.org)
Konsumsi Perkembangan
Tahun
(Ton/th) (%)
2012 5.047.000 0
2013 5.266.000 4,34
2014 5.544.000 5,28
2015 5.482.000 -1,12
2016 5.857.000 6,84
Rata-rata 3,07
(Sumber : Aptindo.or.id)
1. 2. 4. Perkembangan Ekspor
Tidak hanya mengimpor dan memproduksi tepung terigu untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga melakukan ekspor tepung terigu ke luar
negeri, walaupun kuantitasnya sedikit (Trademap 2018). Perkembangan ekspor
tepung terigu Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Jumlah Perkembangan
Tahun
(Ton/th) (%)
2012 45.937 0
2013 68.184 48,43
2014 79.968 17,28
2015 79.140 -1,04
2016 72.281 -8,67
Rata-rata 11,20
(Sumber : Trademap.org)
1. 2. 5. Penentuan Kapasitas
Untuk menentuan kapasitas pabrik MOCAF, diperlukan data proyeksi
perkembangan supply-demand dari tepung terigu di Indonesia. Data supply-demand
tersebut dapat diamati pada tabel 1.5.
Supply Demand
Peluang
Tahun Produksi Impor Konsumsi Ekspor
(Ton/th)
(Ton/th) (Ton/th) (Ton/th) (Ton/th)
2017 6.202.017 130.208 6.036.699 80.378 251.148
2018 6.508.463 114.505 6.221.913 89.382 311.674
2019 6.830.051 100.696 6.412.809 99.394 418.544
2020 7.167.529 88.552 6.609.562 110.528 535.991
2021 7.521.682 77.873 6.812.351 122.910 664.294
Untuk pabrik tepung MOCAF yang akan dibangun, ditetapkan kapasitas pabrik
sebesar 150.000 ton/tahun atau setara dengan produksi ± 416 ton/hari. Pertimbangan
dari penentuan kapasitas tersebut adalah untuk mengurangi kebutuhan tepung terigu
pada tahun 2021 yang semakin meningkat, diharapkan dengan dibangunnya pabrik ini
akan mengurangi kebutuhan impor tepung terigu sekitar 20%. Pembangunan pabrik
ini juga untuk memanfaatkan MOCAF sebagai tepung pensubtitusi sebanyak 30% -
100% (disesuaikan dengan kebutuhan produk yang akan diolah). Pensubtitusian
MOCAF juga akan semakin menekan kuantitas impor tepung terigu, sehingga
kebutuhan tepung dalam negeri akan lebih tercukupi. Sementara itu, kapasitas
produksi tepung MOCAF yang telah diterapkan di pabrik-pabrik berkisar antara 200 –
1000 ton/tahun. Rincian kapasitas produksi yang dimiliki pabrik-pabrik yang
memproduksi tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Lokasi Kapasitas
Nama Industri
Plant (Ton/Tahun)
PT. Bangkit Cassava Mandiri Trenggalek 200
PT. Bangkit Cassava Mandiri Karanganyar 1.000
(Sumber : www.tepungmocaf.com)
b. Transportasi
Dalam menunjang aktivitas industri, faktor transportasi menjadi salah satu
hal penting. Transportasi diperlukan untuk pengiriman dan mempermudah
kegiatan pemasaran produk jadi maupun untuk penerimaan bahan baku. Pabrik
nantiya akan didirikan di Kabupaten Garut di kawasan lintas selatan, dimana
jalur lintas selatan ini akan memudahkan dalam sistem distribusi bahan dan
produk
c. Letak Pasar
Mocaf digunakan sebagai substitusi bahan baku tepung terigu pada
industri pangan. Oleh karena itu, pasar yang dituju adalah industri dengan bahan
baku utama tepung terigu. Pemasaran Mocaf lebih diutamakan memenuhi
kebutuhan bahan baku substitusi tepung untuk industri lokal. Selain untuk
memenuhi subtitusi tepung di industri local, nantinya diharapkan produksi
Mocaf dapat menembus pasar ekspor.
provinsi Jawa Barat, baik institusi negeri maupun swasta sehingga kebutuhan
akan tenaga ahli dapat dipenuhi dengan mudah
Pada Penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2010) menunjukkan bahwa semakin
lama proses fermentasi mampu mempengaruhi karakteristik tepung mocaf yaitu
warna (derajat putih) semakin meningkat. Tepung MOCAF dengan kandungan nutrisi
terbaik dihasilkan pada waktu fermentasi 120 jam dengan menggunakan
Lactobacillus plantarum dengan kadar protein 8,557% dan kadar HCN 1,8% serta
karakteristik tepung yang dihasilkan hampir menyerupai tepung terigu.Peningkatan
kadar tepung terigu pada MOCAF disebabkan karena selama fermentasi, bakteric
Lactobacillus plantarum menghasilkan enzim protease. Protease menyebabkan protein
kompleks mengalami proteolisis, yaitu pecah menjadi fraksi-fraksi peptida yang lebih
pendek dan asam-asam amino yang tertera pada gambar 1.2, sehingga meningkatkan
kadar protein yang terlarut (Aini 2013 ).
Peningkatan jumlah protein ini juga disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah
mikroorganisme yang berperan sebagai single cell protein (SCP), yaitu protein
yang didapat dari mikroorganisme (Jeffry Tandrianto 2014). Sedangkan turunnya
kadar HCN yang alaminya terkandung dalam singkong disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya menurut Bradbury (2006) yang dikutip dalam (Haryadi 2011),
pada proses pemotongan atau desintegrasi memungkinkan terjadinya kontak
antara enzim linamarase dengan senyawa sianogenik, menghasilkan HCN yang
menguap pada suhu 30°C. Menurut Akindahunsi et.al (1999) dan Oke (1968)
yang dikutip dalam jurnal (Nur Aida 2012), disebutkan bahwa penurunan kadar
HCN pada MOCAF disebabkan karena mikroorganisme yang mampu memecah
sianogenik glikosida dan turunannya. Selain itu proses pencucian dengan air
panas, proses fermentasi, dan proses pengeringan dapat menurunkan kadar HCN
pada singkong.Penurunan kadar lemak juga terjadi pada tepung singkong hasil
fermentasi ini, menurut data yang diambil dalam jurnal (Jeffry Tandrianto 2014),
kadar lemak pada MOCAF yang difermentasi selama 120 jam atau 5 hari
meningkat menjadi 2,876 %. Peningkatan kadar lemak ini disebabkan oleh
hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak dan gliserol yang tertera pada gambar
1.3.
1. 4. 1. Lactobacillus Plantarum
Lactobacillus plantarum merupakan jenis bakteri yang bersifat proteolitik yang
dapat mengurai senyawa protein menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk
memperoleh nutrisi bagi pertumbuhan bakteri. Selama fermentasi, L. plantarum
tumbuh menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat menghancurkan
dinding sel bahan makanan sehingga terjadi liberasi granula pati. L. plantarum
tersebut akan menghasilkan enzim-enzim yang menghidrolisis pati menjadi gula dan
selanjutnya mengubah menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik yang dihasilkan selama proses
fermentasi. Pertumbuhan L. plantarum dapat menghambat kontaminasi dari
mikrooganisme patogen dan penghasil racun karena kemampuannya menghasilkan
asam laktat dan menurunkan pH substrat, selain itu BAL dapat menghasilkan
hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri (Suriawiria 1983). L.
Plantarum diketahui dapat tumbuh pada suhu 5-40°C dengan suhu optimum 30°C,
dan dapat hidup dalam range pH 4,5-7 (Authority 2013). Menurut Elida (2002) dalam
(Hanum 2010 ) mengatakan bahwa L. Plantarum tergolong bakteri asam laktat
homofermentatif yang tumbuh pada suhu 15 - 37 ºC, masih dapat tumbuh pada pH
3.0-4.6, dengan ciri-ciri sel berbentuk batang pendek, warna koloni putih susu sampai
abu-abu, serta mempunyai viabilitas tinggi untuk digunakan sebagai starter. Bakteri L.
plantarum adalah salah satu spesies bakteri dalam genus Lactobacillus, yang terdiri
1. 4. 2. Rhizopus Oryzae
Rhyzopus merupakan salah satu jenis jamur berfilamen atau disebut dengan
kapang. Anggota Rhyzopus yang biasa digunakan dalam proses fermentasi adalah
Rhyzopus Oligosporus dan Rhyzopus Oryzae. Karakteristik jamur Rhyzopus oryzae
antara lain memiliki miselia berwarna putih, dan ketika dewasa miselia putih tersebut
akan tertutup oleh sporangium berwarna abu kecoklatan (Schlegel 1994). Koloni
Rhizopus dapat tumbuh dengan cepat pada cawan petri dalam waktu 4 hari dengan
temperatur inkubasi 30-37°C. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko 2004 ). Jamur
Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino (Septiani 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan protease (Margiono 1992).
Dalam pembuatan MOCAF, Rhyzopus oryzae berperan sebagai mikroba yang
menghasilkan asam laktat dalam proses fermentasi ubi kayu. Rhyzopus Oryzae
memiliki aktivitas enzim amilolitik sehingga mampu mengubah pati menjadi asam
laktat (Schlegel 1994). Salah satu keunggulan penggunaan Rhyzopus Oryzae dalam
proses fermentasi yaitu mampu tumbuh dalam kondisi medium minim liquid maupun
medium padat (Naranong 2001). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Nur Aida
2012) menyatakan bahwa nutrisi pada MOCAF yang difermentasi menggunakan
Rhyzopus Oryzae didapati waktu optimum fermentasi selama 72 jam (3 hari), dengan
nilai kadar protein sebesar 4,722% dan kadar lemak sebesar 3,756%. Kadar HCN
sebagai senyawa cyanogenic yang umumnya terkandung pada beberapa varietas
singkong juga berkurang menjadi 2,775 mg/kg.
1. 5. Seleksi Proses
Berdasarkan dua proses komersial yang ada, maka proses dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis bakteri yang nantinya akan digunakan pada proses fermentasi.
Pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.7.
Lactobacillus Rhyzopus
Variabel
Plantarum Oryzae
Waktu Fermentasi 120 jam 72 jam
Suhu Optimum 15 - 37˚C 25 - 30˚C
pH Optimum 3 – 4,6 3,4 - 6
Peningkatan Kadar Protein 8,557% 4,722 %
Kandungan HCN yang dihasilkan 1,8 ppm 2,775 ppm
1. 6. Dasar Rancangan
Dengan melihat latar belakang dan analisa pasar, maka pabrik yang nantinya akan
didirikan di Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tahun 2018 dan mulai berproduksi
secara komersial pada tahun 2021 ini akan berkapasitas 150.000 ton/tahun, dengan
menggunakan Lactobacillus Plantarum sebagai bakteri yang berperan pada proses
fermentasi selama produksi berlangsung.
Contents
BAB I ........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1. 1. Latar Belakang.........................................................................................................................1
1. 2. Analisa Pasar dan Penentuan Kapasitas Produksi................................................................... 3
1. 2. 1. Produksi Dalam Negeri.................................................................................................... 3
1. 2. 2. Perkembangan Impor ..................................................................................................... 4
1. 2. 3. Konsumsi Dalam Negeri .................................................................................................. 4
1. 2. 4. Perkembangan Ekspor .................................................................................................... 5
1. 2. 5. Penentuan Kapasitas....................................................................................................... 5
1. 3. Penentuan Lokasi Pabrik......................................................................................................... 6
1. 3. 1. Faktor Primer Pemilihan Pabrik ......................................................................................8
1. 3. 2. Faktor Sekunder Pemilihan Pabrik ..................................................................................9
1. 4. Proses-Proses Komersial Produksi Pati Singkong Termodifikasi : MOCAF. ..........................10
1. 4. 1. Lactobacillus Plantarum................................................................................................14
1. 4. 2. Rhizopus Oryzae ............................................................................................................15
1. 5. Seleksi Proses ........................................................................................................................16
1. 6. Dasar Rancangan...................................................................................................................16
Aini, N. (2013 ). Teknologi Fermentasi pada Tepung Jagung. Yogyakarta, Graha Ilmu.
APTINDO. (2016). "Industri Tepung Terigu Nasional." Retrieved 18-03-2018, 2018, from
http://aptindo.or.id.
Authority, N. F. A. C. P. S. (2013). Material Safety Data Sheet Lactobacillus Plantarum.
Paterswoldseweg 1-Netherlands.