Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu kebutuhan pokok masyarakat dunia adalah
gula. Peningkatan kebutuhan gula di dunia pada umumnya dan di
Indonesia pada khususnya dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah
penduduk dan berkembangnya industri makanan dan minuman
yang membutuhkan gula sebagai bahan pemanis. Selain itu gula
juga digunakan sebagai bahan baku di industri farmasi.
Berdasarkan bahan baku, salah satu gula yang banyak diproduksi
adalah gula tebu.
Sirup glukosa (Glucose syrup) adalah sejenis gula
termasuk monosakarida dengan rumus molekul C6H12O6. Di
Indonesia sampai saat ini sudah banyak yang memproduksi sirup
glukosa. Namun demikian seiring berjalannya waktu,
perkembangan industri makanan dan farmasi begitu pesat.
Kebutuhan akan sirup glukosa juga semakin meningkat. Hingga
saat ini untuk menutupi kebutuhan dalam negeri Indonesia masih
mengimpor dari beberapa negara tetangga seperti, Jepang,
Singapura, Zimbabwe, Amerika Serikat, Belanda, Perancis,
Jerman dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut sangat
tepat jika pemerintah mengambil kebijaksanaan yang pada
hakekatnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap
negara lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan
membangun industri-industri yang dapat mengganti peranan
bahan import.
Industri banyak menggunakan sirup glukosa antara lain
adalah industri permen, minuman, biskuit dan es krim. Pada
pembuatan es krim, glukosa dapat meningkatkan kehalusan
tekstur dan menekan titik beku, sementara untuk kue dapat
menjaga kue tetap segar dalam waktu lama dan dapat mengurangi
keretakan. Untuk permen sirup glukosa lebih disenangi karena
mencegah kerusakan mikrobiologis dan memperbaiki tekstur.
Pada perkembangannya produk glukosa, dihasilkan
glukosa dalam bentuk tepung atau yang disebut sebagai tepung

I-1
I-2

Bab I Pendahuluan

gula. Produk ini berwarna putih, manis dan telah dicoba di pabrik
jeli dan dapat bersaing dengan produk dari korea. Sehingga
sampai saat ini banyak sekali berbagai upaya dilakukan untuk
memproduksi sirup glukosa dari berbagai jenis pati salah satunya
dari pati singkong (Anonim,2006).
Salah satu langkah yang diambil dalam rangka
peningkatan produksi gula adalah dengan memproduksi sirup
glukosa dari tepung tapioka. Indonesia mampu menghasilkan
rata-rata 15 sampai 16 juta ton tapioka dari industri tapioka yang
berlokasi di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Tepung tapioka
mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung
jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi
tepung tapioka cukup baik.
Di Indonesia, industri glukosa mulai berkembang pada
tahun 1980-an. Beberapa perusahaan sirup glukosa yang memiliki
kapasitas produksi cukup besar adalah PT. Suba Indah, Cilegon
(82.500 ton/tahun), PT. BAJ, Jawa Timur (18.000 ton/tahun),
PT. Associated British, Jawa Barat (72.500 ton/tahun), dan PT.
Trebor Indonesia, Jakarta (17.500 ton/tahun). Namun kapasitas
produksi beberapa perusahaan glukosa tersebut masih relatif kecil
jika dibandingkan dengan impor glukosa ke Indonesia pada
beberapa tahun terakhir, dengan kata lain, kebutuhan glukosa
negeri ini masih belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam
negeri.

Kapasitas Pabrik
Kapasitas produksi glukosa dengan bahan dasar tepung
tapioka ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan glukosa yang
semakin melonjak dan mengimbangi produksi glukosa di pabrik
lain yang semakin berkurang karena penggunaan bahan baku
tepung tapioka yang semakin terbatas. Pabrik glukosa dengan
bahan baku tepung tapioka ini berusaha memenuhi kebutuhan
glukosa nasional. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini
akan membuat kesempatan terciptanya lapangan kerja baru dan

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-3

Bab I Pendahuluan
juga dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya pabrik-
pabrik lain yang menggunakan bahan dasar glukosa di Indonesia.
Pabrik sirup glukosa direncanakan didirikan tahun 2014.
Kapasitas perancangan pabrik direncanakan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Impor Sirup Glukosa
Impor sirup glukosa dari tahun ke tahun dapat diihat dalam
Tabel 1.1.
Tabel I.1. Data Impor Sirup Glukosa di Indonesia

Tahun Impor (kg/tahun) Perkembangan (%)


2005 3.345.471 0
2006 16.560.707 79,8
2007 15.431.943 -7,31
2008 21.572.474 28,46
2009 21.743.106 0,78
Sumber: Badan Pusat Statistika
Pertumbuhan impor sirup rata-rata pertahun sebesar 20,34
% dengan volume impor tahun 2009 sebesar 21.743.106 kg.

Grafik I.1 Impor Sirup Glukosa di Indonesia

Pada grafik I.1 diperoleh impor sirup glukosa dari tahun


2005 sampai tahun 2009 cenderung mengalami kenaikan,
meskipun pada tahun 2007 sedikit mengalami penurunan. Dari

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-4

Bab I Pendahuluan

grafik tersebut dapat diperkirakan impor sirup glukosa pada tahun


selanjutnya akan mengalami kenaikan. Impor sirup pada tahun
2014 diperkirakan sebesar 36.321,63 ton/tahun.

2. Ekspor Sirup Glukosa


Ekpor sirup glukosa dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam
Tabel I.2
Tabel I.2 Data Ekspor Sirup Glukosa di Indonesia
Tahun Ekspor ( kg/ tahun) Pertumbuhan (%)
2005 35.817 0
2006 74.604 51,99
2007 1.249.806 94,03
2008 3.504.883 64,34
2009 7.994.173 56,16
Sumber: Badan Pusat Statistika
Pertumbuhan ekspor sirup rata-rata per-tahun adalah 53,30
% dengan volume ekspor tahun 2009 sebesar 7.994.173 kg/tahun

Grafik I.2 Ekspor Sirup Glukosa di Indonesia

Pada grafik I.2 diperoleh ekspor sirup dari tahun 2005


sampai tahun 2009 terus mengalami kenaikan. Dari grafik
tersebut dapat diperkirakan ekspor sirup pada tahun
selanjutnya akan mengalami kenaikan. Ekspor sirup pada
tahun 2014 diperkirakan sebesar 16.114,75 ton/tahun.

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-5

Bab I Pendahuluan
3. Produksi Sirup Glukosa
Produksi sirup glukosa dari tahun ke tahun dapat dilihat
dalam Tabel I.3
Tabel I.3 Data Produksi Sirup Glukosa di Indonesia

Tahun Berat Bersih (kg/tahun) Perkembangan (%)

2005 26.417.850 0
2006 14.856.686 -77,82
2007 42.393.860 64,96
2008 68.313.805 37,94
2009 56.480.000 -20,95
Perkembangan rata-rata (i) 0,83
Sumber: Badan Pusat Statistika
Pada Tabel 1.3 mengalami pertumbuhan dan penurunan
rata-rata produksi sirup tiap tahunnya sebesar 0,83 %. Tahun
2009 diperoleh kapasitas produksi sebesar 56.480.000 kg/tahun.

Grafik 1.3 Produksi Sirup Glukosa di Indonesia

Dari grafik I.3 terlihat bahwa produksi sirup dari tahun


2005 sampai tahun 2009 mengalami pertumbuhan dan penurunan.
Berdasarkan grafik diatas dapat diperkirakan bahwa produksi
sirup glukosa pada tahun 2014 sebesar 121.199,43 ton/tahun.

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-6

Bab I Pendahuluan

Dari data-data yang telah ada diatas dapat dihitung berapa


kebutuhan sirup glukosa dalam negeri pada tahun 2014 dengan
cara :
Kebutuhan sirup dalam negeri
= Produksi sirup + Impor sirup glukosa Ekspor sirup glukosa
= 121.199,43 + 36.321,63 - 16.114,75
= 141.406,31 ton/tahun
Dapat diketahui bahwa perkiraan pada tahun 2014 jumlah
produksi sirup nasional lebih besar dari kebutuhan sirup nasional.
Sehingga pabrik sirup yang akan didirikan ini sebagian besar
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sirup impor dan sebagian
kecil untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kapasitas produksi dari pabrik baru yang akan didirikan
ini hanya berkemampuan memenuhi 20% dari produksi sirup
dalam negeri pada tahun 2014. Maka didapatkan kapasitas
produksi pabrik baru sebesar :
Kapasitas produksi pabrik baru = 20% x 141.406,31
= 28.000 ton/tahun
= 85000 kg/hari
Lokasi Pabrik
Lokasi perusahaan merupakan hal yang penting dalam
menentukan kelancaran usaha. Halhal yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan lokasi suatu pabrik meliputi biaya
operasional, ketersediaan bahan baku dan penunjang, sarana dan
prasarana, dampak sosial, dan studi lingkungan.
Lokasi yang dipilih untuk pendirian Pabrik Sirup Glukosa
adalah wilayah Sumatra, tepatnya yaitu Provinsi Lampung.
Pertimbangan alasan pemilihan lokasi ini antara lain :
1. Sumber bahan baku
Sebagian besar produksi tepung tapioka terdapat di
beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Surabaya, Bogor,
Indramayu dan Tasikmalaya. Tetapi 70% produksi tepung tapioka
dihasilkan dari Pulau Sumatra, sedangkan 30% merupakan
produksi Pulau Jawa dan Sulawesi. Salah satunya wilayah di

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-7

Bab I Pendahuluan
Sumatra yang berpotensi memproduksi tepung tapioka adalah
Lampung.
2. Pemasaran
Sirup glukosa sebagian besar digunakan dalam industri
makanan seperti penyedap rasa, pembuatan Mono Sodium
Glutamat dan lain-lain. Lokasi tidak terlalu jauh dari kota-kota
besar seperti Bandar Lampung, dan Jabodetabek sehingga
pemasaran mudah dilakukan.
3. Penyediaan listrik
Penyediaan kebutuhan listrik direncanakan akan disuplai
secara eksternal dari PLN Lampung.
4. Penyediaan Air
Didalam perencanaan pabrik ini, air diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan selama berlangsungnya proses
produksi. Air tersebut dipergunakan sebagai air proses, air
sanitasi dan air umpan boiler. Kebutuhan akan air ini diperoleh
dari Sungai Wai Seputih .
5. Fasilitas transportasi
Di Kabupaten Lampung, sistem transportasi untuk
mengangkut bahan baku dan produk telah tersedia dengan baik.
Lampung merupakan wilayah yang strategis karena terletak di
Sumatera bagian paling selatan dan merupakan wilayah
pelabuhan (berbatasan dengan Selat Sunda). Lokasi pabrik
direncanakan pula dekat dengan jalan raya. Hal ini memudahkan
dalam proses distribusi bahan baku maupun produk.
6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagian besar akan diambil dari penduduk
sekitar. Karena lokasinya cukup dekat dengan pemukiman
penduduk, selain dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja juga
dapat membantu meningkatkan taraf hidup penduduk sekitarnya.

I.2. Dasar Teori


I.2.1. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah salah satu hasil olahan dari ubi
kayu. Dalam bentuk umbi, tepung tapioka lazim juga disebut
tepung aci. Tepung aci ini umumnya berbentuk butiran pati yang

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-8

Bab I Pendahuluan

banyak terdapat dalam sel umbi ubi kayu. Dengan cara


memisahkan komponen sel pati inti dengan komponen lainnya
maka akan diperoleh tepung tapioka
Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pembuatan tepung tapioka yaitu : 1) Tahap pemecahan sel dan
pemisahan butiran pati dari unsur lain yang tidak larut, melalui
kegiatan pengupasan, pencucian, pemarutan dan penyaringan; 2)
Tahap pengambilan pati dengan penambahan air, termasuk juga
perlakuan ini adalah proses pengendapan dan pencucian; 3) Tahap
pembuangan atau penghilangan air. Untuk membantu kegiatan ini
bisa dilakukan dengan pengeringan melalui panas dan
pemusingan; 4) Tahap terakhir adalah melakukan penepungan
agar diperoleh tepung yang dikehendaki.
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pembuatan-tepung-tapioka

Tabel I.4 Perbandingan komposisi Aneka Tepung umbi-umbian


dan buah-buahan per 100 gram
Kadar (%)
Komoditas
Air Abu Protein Lemak Karbohidrat
Tepung pisang 10,11 2,66 3,05 0,28 84,01
Tepung sukun 9,09 2,83 3,64 0,41 84,03
Tepung labu
11,14 5,89 5,04 0,08 77,65
kuning
Tepung ubi
7,8 2,22 1,6 0,51 87,87
kayu (tapioka)
Tepung ubi
7,8 2.16 2,16 0,83 86,95
jalar
Sumber : Widowati, dkk., (2001).

I.2.2. Pati (starch)


Bahan utama dalam proses pembuatan gula atau pemanis
yang aman bagi kesehatan adalah pati (starch). Pati merupakan
salah satu bentuk dari polisakarida yang merupakan suatu polimer
yang tersusun dari monomermonomer monosakarida, seperti
glukosa, fruktosa dan galaktosa. Rumus molekul dari pati (starch)
dapat dituliskan sebagai -[C6H10O5]n-. Beberapa jenis tumbuhan

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-9

Bab I Pendahuluan
mengandung starch, antara lain singkong (cassava), jagung,
kentang, gandum, sorghum dan lain sebagainya.
Pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada
biji-bijian atau umbi-umbian. Dalam bentuk aslinya, secara alami
pati merupakan butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk
dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati.
Pati merupakan jenis karbohidrat yang terutama
dihasilkan oleh tanaman, pati tersusun dari 2 makromolekul
polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin, yang keduanya
tersimpan dalam bentuk butiran yang disebut granula pati.
Amilosa tersususn dari molekul-molekul glukosa yang
membentuk struktur linier, sedangkan amilopektin disamping
disusun oleh struktur utama linier juga memiliki struktur
bercabang-cabang, dimana titik-titik percabangannya diikat
dengan ikatan gliikosidik -1,6. Amilopektin memiliki struktur
molekul yang lebih besar dibandingkan amilosa dan umumnya
kandungannya di dalam granula pati lebih banyak dibandingkan
amilosa. Kandungan pati yang terdapat didalam tumbuhan
tersebut memiliki karakteristik yang berbedabeda satu sama lain.
Pada tepung tapioka terdapat amilosa sebanyak 17,41% dan
amilopektin 82,13%, Semakin banyak kandungan amilopektin
maka pati tersebut akan mudah larut dalam air (Bailey, 1986).
Dengan demikian akan mudah untuk memutus polisakarida
tersebut menjadi glukosa.

1.2.3. Sirup Glukosa


Sirup glukosa yang mempunyai nama lain dectrose
adalah salahsatu produk bahan pemanis makanan dan minuman
yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak berwarna tetapi
memiliki rasa manis yang tinggi. Sirup glukosa atau sering juga
disebut gula cair dibuat melalui proses hidrolisis pati.
Perbedaannya dengan gula pasir yaitu, gula pasir (sukrosa)
merupakan gula disakarida, sedang kan sirup glukosa
adalah monosakarida, terdiri atas satu monomer yaitu glukosa.
Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam atau
dengan cara enzimatis. Dari kedua cara tersebut, pembuatan sirup

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-10

Bab I Pendahuluan

glukosa secara enzimatis dapat dikembangkan di pedesaan karena


tidak banyak menggunakan bahan kimia sehingga aman dan tidak
mencemari lingkungan Bahan lain yang diperlukan adalah enzim
amilase.

I.3. Kegunaan Sirup Glukosa


Pemanfaatan glukosa di dalam industri (khususnya dalam
bentuk sirup) sangat diperlukan dalam proses produksi bahan
makanan, misalnya dalam pembuatan permen, biskuit, es krim,
bumbu masak, sirup, kecap dan sebagainya. Dalam industri
permen, glukosa selain digunakan sebagai pelindung agar
kembang gula yang dihasilkan tidak mudah meleleh sehingga
dapat dibentuk, juga sebagai bahan pengawet dan untuk
memberikan rasa manis. Begitu juga dalam industri selai, fondan
dan produk fermentasi lainnya, glukosa dimanfaatkan sebagai
bahan pengawet dan pemanis. Glukosa juga digunakan sebagai
substituen, karena produk ini mengandung karbohidrat atau gula
pereduksi, misalnya dalam industri fermentasi (alkohol). Dalam
industri farmasi, glukosa juga sangat dibutuhkan, khususnya
dalam pembuatan larutan infus. Selain itu hidrogenasi dekstrosa
di bawah pengaruh katalisator tertentu dapat menghasilkan
sorbitol yang diperlukan sebagai formulasi makanan penderita
kencing manis dan digunakan juga sebagai bahan campuran pasta
gigi.

I.4. Sifat Fisika dan Kimia


1.4.1. Bahan Baku Utama
I.4.1.1. Tepung tapioka
Bahan pangan ini merupakan pati yang diekstrak dengan
air dari umbi singkong (ketela pohon). Setelah disaring, bagian
cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan dari hasil saringan
kemudian diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut
selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh butiran-
butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka.
http://www.scribd.com/doc/24470702/Tepung-Tapioka
Sifat Fisika :

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-11

Bab I Pendahuluan
- Tepung tapioka berbentuk serbuk halus dengan warna
putih khas tepung
- Serbuk halus nya berbentuk granular oval dengan ukuran
5-35 m
- Baunya khas tepung
- Dapat larut dalam air
- Mempunyai kemampuan untuk merekatkan yang tinggi
karena tapioka sebagai bahan restrukturisasi yang
menentukan kemampuan saling mengikat
- Tidak mudah menggumpal
- Tidak mudah pecah atau rusak (mempunyai suhu
gelatinasi relative rendah 52-640C)
- Mudah mengembang dalam air panas
Sifat Kimia (berdasarkan 100 gram tepung tapioka) :
- Kadar air 7,8%
- karbohidrat 87,87%
- protein 1,6%
- lemak 0,51%
- Abu 2,22%
Salah satu jenis polisakarida yang terkandung di dalam
karbohidrat adalah pati. Pati merupakan butiran atau granula
yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa. Granula pati mempunyai bentuk dan ukuran
yang beranekaragam, tetapi pada umumnya berbentuk bola atau
elips. Perbandingan jumlah amilosa dan amilopektin berbeda-
beda dalam setiap jenis pati. Apabila kadar amilosa tinggi maka
akan bersifat kering, kurang lekat, dan cenderung menyerap air
lebih banyak (higroskopik). Sifat pati tidak larut dalam air,
namun bila suspensi pati dipanaskan akan terjadi gelatinasi
setelah mencapai suhu tertentu (90o 105o). Hal ini disebabkan
oleh pemanasan energi kinetik molekul-molekul air yang
menjadi lebih kuat daripada daya tarik menarik antara molekul
pati dalam granula, sehingga air dapat masuk ke dalam pati dan
akan mengembang, dan dapat pecah. Perubahan inilah yang
disebut dengan gelatinasi.

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-12

Bab I Pendahuluan

I.4.1.2. Air
Sifat fisika dan kimia :
Fase : cair
Rumus Molekul : H2O
Densitas : 1 kg/ liter
Titik Didih : 100 0C pada 1 atm
Titik Leleh : 0 0C pada 1 atm
Kapasitas Panas : 0,998 kkal/ kg 0C

I.4.2. Bahan Baku Pendukung


I.4.2.1. Enzim liquifikasi
Jenis : -amylase
Suhu optimal : 90-95 oC
Lama operasi : 2-3 jam
pH operasi : 6
I.4.2.2 Enzim sakarifikasi
Jenis : glukoamylase
Suhu optimal : 60 oC
Lama operasi : 48-72 jam
pH operasi : 4 - 4,5
I.4.2.3 CaCl2
Sifat Fisika :
Berwarna putih atau putih keabu-abuan
Tidak berbau
Titik leleh : 772 0 C
Berat molekul : 110,98
Densitas larutan bergantung pada suhu
Sifat Kimia :
Larut dalam air
Fungsi :
Digunakan sebagai kofaktor
I.4.2.4 HCl
Sifat Fisika :
Tidak berwarna
Tidak berbau

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS
I-13

Bab I Pendahuluan

Titik leleh : -74 0C


Titik didih : 53 0C
Berat molekul : 36,46
Specific gravity : 1,18
Sifat Kimia :
Larut dalam air, alkohol, dan benzene
Fungsi :
Digunakan untuk menurunkan pH
I.4.2.5 Karbon aktif
Memiliki daya adsorptivitas yang tinggi
Internal surface area rata rata sebesar 10000 ft2
per gram
Densitas berkisar antara 0,08 0,5

I.4.3. Produk
1.4.3.1 Produk utama
1. Sirup glukosa
Rumus Molekul : C6H12O6
Berat Molekul : 180,16 g/ mol
Densitas : 1,694 g/cm3
Melting point : 146 oC
Fase : cair
Kadar glukosa : minimal 50%
(SII 0418-81)

I.4.3.2 Produk Samping


1. Pati tergelatinasi (hasil dari RVF)
Rumus Molekul : (C6H11O5)n . n H2O
Densitas : 1,1 g/ ml
Fase : padat

Program Studi Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka


DIII Teknik Kimia FTI-ITS dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-14

Bab I Pendahuluan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka Program Studi


Dengan Proses Hidrolisa Enzim DIII Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai