PENDAHULUAN
I-1
I-2
Bab I Pendahuluan
gula. Produk ini berwarna putih, manis dan telah dicoba di pabrik
jeli dan dapat bersaing dengan produk dari korea. Sehingga
sampai saat ini banyak sekali berbagai upaya dilakukan untuk
memproduksi sirup glukosa dari berbagai jenis pati salah satunya
dari pati singkong (Anonim,2006).
Salah satu langkah yang diambil dalam rangka
peningkatan produksi gula adalah dengan memproduksi sirup
glukosa dari tepung tapioka. Indonesia mampu menghasilkan
rata-rata 15 sampai 16 juta ton tapioka dari industri tapioka yang
berlokasi di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Tepung tapioka
mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung
jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi
tepung tapioka cukup baik.
Di Indonesia, industri glukosa mulai berkembang pada
tahun 1980-an. Beberapa perusahaan sirup glukosa yang memiliki
kapasitas produksi cukup besar adalah PT. Suba Indah, Cilegon
(82.500 ton/tahun), PT. BAJ, Jawa Timur (18.000 ton/tahun),
PT. Associated British, Jawa Barat (72.500 ton/tahun), dan PT.
Trebor Indonesia, Jakarta (17.500 ton/tahun). Namun kapasitas
produksi beberapa perusahaan glukosa tersebut masih relatif kecil
jika dibandingkan dengan impor glukosa ke Indonesia pada
beberapa tahun terakhir, dengan kata lain, kebutuhan glukosa
negeri ini masih belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam
negeri.
Kapasitas Pabrik
Kapasitas produksi glukosa dengan bahan dasar tepung
tapioka ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan glukosa yang
semakin melonjak dan mengimbangi produksi glukosa di pabrik
lain yang semakin berkurang karena penggunaan bahan baku
tepung tapioka yang semakin terbatas. Pabrik glukosa dengan
bahan baku tepung tapioka ini berusaha memenuhi kebutuhan
glukosa nasional. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini
akan membuat kesempatan terciptanya lapangan kerja baru dan
Bab I Pendahuluan
juga dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya pabrik-
pabrik lain yang menggunakan bahan dasar glukosa di Indonesia.
Pabrik sirup glukosa direncanakan didirikan tahun 2014.
Kapasitas perancangan pabrik direncanakan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Impor Sirup Glukosa
Impor sirup glukosa dari tahun ke tahun dapat diihat dalam
Tabel 1.1.
Tabel I.1. Data Impor Sirup Glukosa di Indonesia
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
3. Produksi Sirup Glukosa
Produksi sirup glukosa dari tahun ke tahun dapat dilihat
dalam Tabel I.3
Tabel I.3 Data Produksi Sirup Glukosa di Indonesia
2005 26.417.850 0
2006 14.856.686 -77,82
2007 42.393.860 64,96
2008 68.313.805 37,94
2009 56.480.000 -20,95
Perkembangan rata-rata (i) 0,83
Sumber: Badan Pusat Statistika
Pada Tabel 1.3 mengalami pertumbuhan dan penurunan
rata-rata produksi sirup tiap tahunnya sebesar 0,83 %. Tahun
2009 diperoleh kapasitas produksi sebesar 56.480.000 kg/tahun.
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Sumatra yang berpotensi memproduksi tepung tapioka adalah
Lampung.
2. Pemasaran
Sirup glukosa sebagian besar digunakan dalam industri
makanan seperti penyedap rasa, pembuatan Mono Sodium
Glutamat dan lain-lain. Lokasi tidak terlalu jauh dari kota-kota
besar seperti Bandar Lampung, dan Jabodetabek sehingga
pemasaran mudah dilakukan.
3. Penyediaan listrik
Penyediaan kebutuhan listrik direncanakan akan disuplai
secara eksternal dari PLN Lampung.
4. Penyediaan Air
Didalam perencanaan pabrik ini, air diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan selama berlangsungnya proses
produksi. Air tersebut dipergunakan sebagai air proses, air
sanitasi dan air umpan boiler. Kebutuhan akan air ini diperoleh
dari Sungai Wai Seputih .
5. Fasilitas transportasi
Di Kabupaten Lampung, sistem transportasi untuk
mengangkut bahan baku dan produk telah tersedia dengan baik.
Lampung merupakan wilayah yang strategis karena terletak di
Sumatera bagian paling selatan dan merupakan wilayah
pelabuhan (berbatasan dengan Selat Sunda). Lokasi pabrik
direncanakan pula dekat dengan jalan raya. Hal ini memudahkan
dalam proses distribusi bahan baku maupun produk.
6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagian besar akan diambil dari penduduk
sekitar. Karena lokasinya cukup dekat dengan pemukiman
penduduk, selain dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja juga
dapat membantu meningkatkan taraf hidup penduduk sekitarnya.
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
mengandung starch, antara lain singkong (cassava), jagung,
kentang, gandum, sorghum dan lain sebagainya.
Pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada
biji-bijian atau umbi-umbian. Dalam bentuk aslinya, secara alami
pati merupakan butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk
dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati.
Pati merupakan jenis karbohidrat yang terutama
dihasilkan oleh tanaman, pati tersusun dari 2 makromolekul
polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin, yang keduanya
tersimpan dalam bentuk butiran yang disebut granula pati.
Amilosa tersususn dari molekul-molekul glukosa yang
membentuk struktur linier, sedangkan amilopektin disamping
disusun oleh struktur utama linier juga memiliki struktur
bercabang-cabang, dimana titik-titik percabangannya diikat
dengan ikatan gliikosidik -1,6. Amilopektin memiliki struktur
molekul yang lebih besar dibandingkan amilosa dan umumnya
kandungannya di dalam granula pati lebih banyak dibandingkan
amilosa. Kandungan pati yang terdapat didalam tumbuhan
tersebut memiliki karakteristik yang berbedabeda satu sama lain.
Pada tepung tapioka terdapat amilosa sebanyak 17,41% dan
amilopektin 82,13%, Semakin banyak kandungan amilopektin
maka pati tersebut akan mudah larut dalam air (Bailey, 1986).
Dengan demikian akan mudah untuk memutus polisakarida
tersebut menjadi glukosa.
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
- Tepung tapioka berbentuk serbuk halus dengan warna
putih khas tepung
- Serbuk halus nya berbentuk granular oval dengan ukuran
5-35 m
- Baunya khas tepung
- Dapat larut dalam air
- Mempunyai kemampuan untuk merekatkan yang tinggi
karena tapioka sebagai bahan restrukturisasi yang
menentukan kemampuan saling mengikat
- Tidak mudah menggumpal
- Tidak mudah pecah atau rusak (mempunyai suhu
gelatinasi relative rendah 52-640C)
- Mudah mengembang dalam air panas
Sifat Kimia (berdasarkan 100 gram tepung tapioka) :
- Kadar air 7,8%
- karbohidrat 87,87%
- protein 1,6%
- lemak 0,51%
- Abu 2,22%
Salah satu jenis polisakarida yang terkandung di dalam
karbohidrat adalah pati. Pati merupakan butiran atau granula
yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa. Granula pati mempunyai bentuk dan ukuran
yang beranekaragam, tetapi pada umumnya berbentuk bola atau
elips. Perbandingan jumlah amilosa dan amilopektin berbeda-
beda dalam setiap jenis pati. Apabila kadar amilosa tinggi maka
akan bersifat kering, kurang lekat, dan cenderung menyerap air
lebih banyak (higroskopik). Sifat pati tidak larut dalam air,
namun bila suspensi pati dipanaskan akan terjadi gelatinasi
setelah mencapai suhu tertentu (90o 105o). Hal ini disebabkan
oleh pemanasan energi kinetik molekul-molekul air yang
menjadi lebih kuat daripada daya tarik menarik antara molekul
pati dalam granula, sehingga air dapat masuk ke dalam pati dan
akan mengembang, dan dapat pecah. Perubahan inilah yang
disebut dengan gelatinasi.
Bab I Pendahuluan
I.4.1.2. Air
Sifat fisika dan kimia :
Fase : cair
Rumus Molekul : H2O
Densitas : 1 kg/ liter
Titik Didih : 100 0C pada 1 atm
Titik Leleh : 0 0C pada 1 atm
Kapasitas Panas : 0,998 kkal/ kg 0C
Bab I Pendahuluan
I.4.3. Produk
1.4.3.1 Produk utama
1. Sirup glukosa
Rumus Molekul : C6H12O6
Berat Molekul : 180,16 g/ mol
Densitas : 1,694 g/cm3
Melting point : 146 oC
Fase : cair
Kadar glukosa : minimal 50%
(SII 0418-81)
Bab I Pendahuluan