Anda di halaman 1dari 119

STEAM BOILER SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

DAN PRODUKSI GULA DI PT SENTRA


USAHATAMA JAYA

LAPORAN
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Rangka Menempuh Ujian Akhir
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Semarang
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
Tahun Pelajaran 2019 / 2020

Disusun Oleh :
Hafizh Fikri Nur Amanda
N I S : 1614570

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK PEMESINAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7


SEMARANG
2019 / 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

Laporan dengan judul “STEAM BOILER SEBAGAI PEMBANGKIT


LISTRIK DAN PRODUKSI GULA DI PT SENTRA USAHATAMA JAYA”
yang ditulis oleh HAFIZH FIKRI NUR AMANDA ini telah diperiksa oleh
Pembimbing Lapangan dan telah disahkan oleh PT SENTRA USAHATAMA
JAYA.

Pada Tanggal : 10 Oktober 2019


Di : Cilegon

Pembimbing Industri / Lapangan

BUDI SANTOSO PUJI NUGROHO


ASS. DEPT. HEAD PPU TECH. SUPPORT

KAMLESH KUMAR AGRAWAL


DEPT. HEAD PPU TECH. SUPPORT

PT SENTRA USAHATAMA JAYA

ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Laporan dengan judul “STEAM BOILER SEBAGAI PEMBANGKIT
LISTRIK DAN PRODUKSI GULA DI PT SENTRA USAHATAMA JAYA”
yang ditulis oleh HAFIZH FIKRI NUR AMANDA ini telah diperiksa oleh pihak
Sekolah dan Pembimbing Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

Pada Tanggal : 2019


Di : Semarang

Ketua Kompetensi Keahlian Guru Pembimbing

M. Arozi, S.Pd. ST. M.Pd. MT. Komariyanto, S.Pd


NIP. 197611062008011010 NIP. 197512132005011006

Kepala SMK Negeri 7 Semarang,

Samiran, MT
NIP.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah “Subhanahu Wa Ta’ala”


karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan praktik kerja
industri dan penyusunan laporan di PT Sentra Usahatama Jaya dengan baik tanpa
halangan suatu apapun.

Siswa diwajibkan untuk melaksanakan praktik kerja industri guna


mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan lebih yang tidak didapatkan di
sekolah. Selain itu praktik kerja industri menjadi salah satu syarat untuk
menempuh Uji Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dan melatih siswa untuk
dapat mengetahui bagaimana bekerja di bidang industri seperti misi Sekolah
Menengah Kejuruan untuk memiliki lulusan yang siap untuk bekerja.

Penulis menyadari tanpa doa dan bantun pembimbing dari industri dan
pihak sekolah, penulis akan mengalami kesulitan dalam proses menyusun laporan
ini. Dengan telah selesainya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan laporan.

Pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Bapak Drs. M. Sudarmanto, M. Pd selaku Kepala SMK Negeri 7 Semarang.


2. Bapak Kamlesh , selaku PPU Technichal Support Department Head PT
Sentra Usahatama Jaya yang telah memberikan izin melaksanakan Praktik
Kerja Industri.
3. Bapak Budi Santoso PN,Selaku Assistant Manager PPU Technical Support
PT Sentra Usahatama Jaya yang telah memberi banyak ilmu kepada saya
selama melaksanakan Praktik Kerja Industri.
4. Bapak Arozi S.Pd selaku Ketua Kompetensi Keahlian serta Guru
Pembimbing Teknik Pemesinan SMK Negeri 7 Semarang yang telah
menyetujui Praktik Kerja Industri.
5. Bapak/Ibu karyawan PT Sentra Usahatama Jaya yang telah memberikan
semangat serta perhatian selama pelaksanaan Praktik Kerja Industri.

iv
6. Teman-teman dan kakak-kakak di PT Sentra Usahatama Jaya yang telah
membantu proses pembuatan laporan dan Praktik Kerja Industri.
7. Bapak/Ibu guru dan karyawan SMK Negeri 7 Semarang, serta semua pihak
yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu terlaksananya
Praktek Kerja Industri dan penyusunan laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah “Subhanahu Wa Ta’ala” melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
dalam laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap mendapat kritik dan saran
yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga laporan ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 10 Oktober 2019

Penulis

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya.
2. Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu.
3. Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal hari ini.
4. Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal luar biasa akan terjadi.
5. Kesuksekan tak pernah dimiliki. Semua itu disewakan dan dibayar setiap
hari.
6. Ketika kamu merasa sendiiran, ingatkan dirimu bahwa Tuhan sedang
menjauhkan mereka agar hanya ada kau dan Tuhan.
7. Kebiasaan adalah kualitas jiwa.
8. Balas dendam terbaik adalah dengan memperbaiki dirimu.
9. Saat di mana kita harus fokus pada cahaya adalah pada masa tergelap kita.
10. Tuhan tidak mengharuskan kita sukses, Tuhan hanya mengharapkan kita
mencoba.

PERSEMBAHAN

Laporan ini penulis persembahkan untuk :

1) Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW
2) Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan
3) Kepala Sekolah SMK Negeri 7 Semarang
4) Ketua kompetensi keahlian SMK Negeri 7 Semarang
5) Keluarga Besar PT Sentra Usahatama Jaya
6) Pembimbing Industri
7) Guru pembimbing sekolah
8) Teman-teman seperjuangan
9) Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan.

vi
ABSTRAKSI

Pada dasarnya laporan ini adalah bentuk nyata dari program Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang khususnya SMK
4 tahun.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian
Kompetensi Keahlian kejuruan Teknik Pemesinan dan sebagai alat ukur sampai
mana siswa mendapatkan ilmu selama Praktik Kerja Industri. Dalam laporan ini
penulis menjelaskan apa saya yang telah didapatkan selama Praktik Kerja Industri
di PT Sentra Usahatama Jaya, Cilegon. PT Sentra Usahatama Jaya adalah
perusahaan yang bergerak dibidang gula rafinasi kristal dan gula cair.

Laporan ini membahas tentang proses pembuatan drawing dan mendesain


sistem perpipaan bertujuan untuk sistem pendinginan pompa. Mengalirkan air dari
bak penampungan air menuju ke pompa untuk pendinginan dan kemudian
mengembalikan air panas hasil dari pompa ke bak penampungan untuk
didinginkan kembali.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI.......................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................vi
ABSTRAKSI ....................................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................xii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ......................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan .................................................................................... 3
1.4 Alasan Pemilihan Judul.......................................................................................... 3
1.5 Pembatasan Masalah .............................................................................................. 4
1.6 Metode Pengumpulan Data.................................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................ 8
TINJAUAN PERUSAHAAN ........................................................................................... 8
2.1 Profil Perusahaan.................................................................................................... 8
2.2 Ketenagakerjaan ..................................................................................................... 9
2.3 Lokasi Perusahaan................................................................................................ 10
2.4 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................................... 11
2.5 Program dan Produk Perusahaan....................................................................... 13
2.6 Kebijakan Mutu Dan Keamanan Pangan Perusahaan. ................................... 17
2.7 Struktur Organisasi .............................................................................................. 18
2.8 Pemasaran ............................................................................................................. 19
BAB III............................................................................................................................. 20
LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 20
3.1 Sejarah Perkembangan Boiler............................................................................. 20

viii
3.2 Jenis-Jenis Boiler. ................................................................................................. 23
3.2.1 Jenis Boiler Berdasarkan Type Tube (Pipa)................................................ 23
3.2.2 Jenis Boiler Berdasarkan Bahan Bakar....................................................... 25
3.3 Bagian Bagian Boiler. ........................................................................................... 28
3.4 Perkembangan Listrik dan Pembangkitnya...................................................... 35
3.4.1 Sejarah Perkembangan Listrik di Indonesia............................................... 35
3.4.2 Sejarah Perkembangan Generator............................................................... 37
3.5 Sejarah Perkembangan Turbin Uap. .................................................................. 41
3.6 Klasifikasi Turbin Uap. ........................................................................................ 43
3.6.1 Klasifikasi Turbin Uap Berdasarkan Prinsip Kerjanya. ........................... 43
3.6.2 Klasifikasi Turbin Uap Berdasarkan Penurunan Tekanan....................... 44
3.6.3 Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap............. 44
3.7 Bagian-Bagian Turbin Uap. ................................................................................. 45
3.8 Komponen Utama Pemipaan. .............................................................................. 52
3.8.1 Jenis-Jenis Pipa Besi. ..................................................................................... 52
3.8.2 Jenis-Jenis Valve. ........................................................................................... 62
BAB IV............................................................................................................................. 75
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 75
4.1 Alasan Industri Menggunakan Boiler................................................................. 75
4.2 Prinsip Kerja Boiler.............................................................................................. 77
4.2.1 Siklus Batubara Sampai Ke Boiler............................................................... 78
4.2.2 Siklus Air Menjadi Steam. ............................................................................ 80
4.2.3 Sistem Pembakaran Boiler ............................................................................ 81
4.3 Prinsip Kerja Turbin Uap Sebagai Pembangki Listrik..................................... 82
4.4 Proses Produksi Gula Rafinasi. ........................................................................... 84
4.4.1 Skema Pengolahan Gula Rafinasi................................................................. 84
BAB V ............................................................................................................................ 104
PENUTUP...................................................................................................................... 104
Kesimpulan................................................................................................................ 104
Saran. ......................................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 105
LAMPIRAN 1................................................................................................................ 106
LAMPIRAN 2................................................................................................................ 107

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Logo Perusahaan. ............................................................................... 8
Gambar 2. 2 Lokasi Perusahaan............................................................................ 10
Gambar 2. 3 ISO 9001:2008 ................................................................................. 12
Gambar 2. 4 FSSC 22000:2012. ........................................................................... 12
Gambar 2. 5 Logo SNI. ......................................................................................... 13
Gambar 2. 6 Logo MUI......................................................................................... 13

Gambar 3. 1 Thomas Savery................................................................................. 20


Gambar 3. 2 Thomas Newcomen.......................................................................... 21
Gambar 3. 3 James Watt ....................................................................................... 21
Gambar 3. 4 Mesin Uap Newcomen ..................................................................... 22
Gambar 3. 5 Fire Tube Boiler ............................................................................... 24
Gambar 3. 6 Water Tube Boiler............................................................................ 25
Gambar 3. 7 Boiler Bahan Bakar Padat ................................................................ 26
Gambar 3. 8 Boiler Bahan Bakar Oli .................................................................... 26
Gambar 3. 9 Boiler Bahan Bakar Gas.................................................................. 27
Gambar 3. 10 Boiler Bahan Bakar Listrik. ........................................................... 28
Gambar 3. 11 Furnace. .......................................................................................... 28
Gambar 3. 12 Steam Drum. .................................................................................. 30
Gambar 3. 13 Super Heater................................................................................... 30
Gambar 3. 14 Air Heater....................................................................................... 31
Gambar 3. 15 Economizer..................................................................................... 31
Gambar 3. 16 Dust Collector. ............................................................................... 32
Gambar 3. 17 Pengatur Pembuangan Gas Bekas. ................................................. 33
Gambar 3. 18 Safety Valve. .................................................................................. 33
Gambar 3. 19 Sight Glass. .................................................................................... 34
Gambar 3. 20 Presentase Penangkapan Debu Oleh ESP. ..................................... 35
Gambar 3. 21 Michael Faraday............................................................................. 36
Gambar 3. 22 Generator Listrik. ........................................................................... 37
Gambar 3. 23 Cakram Faraday. ............................................................................ 38
Gambar 3. 24 Dinamo. .......................................................................................... 39
Gambar 3. 25 Dinamo Gramme. ........................................................................... 40
Gambar 3. 26 Toroidal. ......................................................................................... 40
Gambar 3. 27 Turbin Uap. .................................................................................... 41
Gambar 3. 28 Turbin Uap Pertama. ...................................................................... 41
Gambar 3. 29 Turbin Impuls dan Turbin Reaksi. ................................................. 44
Gambar 3. 30 Cassing. .......................................................................................... 45
Gambar 3. 31 Rotor............................................................................................... 45
Gambar 3. 32 Bearing Pendestal........................................................................... 46

x
Gambar 3. 33 Journal Bearing. ............................................................................. 46
Gambar 3. 34 Thrust Bearing................................................................................ 47
Gambar 3. 35 Main Oil Pump. .............................................................................. 47
Gambar 3. 36 Gland Packing. ............................................................................... 48
Gambar 3. 37 Labirinth Ring. ............................................................................... 48
Gambar 3. 38 Impuls Stage................................................................................... 49
Gambar 3. 39 Stasionary Blade............................................................................. 49
Gambar 3. 40 Moving Blade................................................................................. 50
Gambar 3. 41 Control Valve. ................................................................................ 50
Gambar 3. 42 Stop Valve. ..................................................................................... 51
Gambar 3. 43 Reducing Gear................................................................................ 51
Gambar 3. 44 Pipa................................................................................................. 52
Gambar 3. 45 Pipa Besi Ductile............................................................................ 54
Gambar 3. 46 Pipa Hollow.................................................................................... 55
Gambar 3. 47 Pipa Besi Welded. .......................................................................... 56
Gambar 3. 48 Pipa Besi Seamless......................................................................... 57
Gambar 3. 49 Pipa Besi Ulet................................................................................. 58
Gambar 3. 50 Pipa ERW....................................................................................... 59
Gambar 3. 51 Pipa Besi Galvanis. ........................................................................ 60
Gambar 3. 52 Pipa Besi Oval................................................................................ 61
Gambar 3. 53 Gate Valve...................................................................................... 62
Gambar 3. 54 Rising Stem Gate Valve. ................................................................ 63
Gambar 3. 55 Non Rising Stem Valve.................................................................. 64
Gambar 3. 56 Globe Valve.................................................................................... 65
Gambar 3. 57 Ball Valve....................................................................................... 67
Gambar 3. 58 Full Bore Ball Valve. ..................................................................... 68
Gambar 3. 59 Butterfly Valve............................................................................... 69
Gambar 3. 60 Swing Check Valve........................................................................ 70
Gambar 3. 61 Lift Check Valve. ........................................................................... 71
Gambar 3. 62 Swing Type Wafer Check Valve.................................................... 72
Gambar 3. 63 Disk Check Valve. ......................................................................... 72
Gambar 3. 64 Split Disk Check Valve. ................................................................. 73
Gambar 3. 65 Safety Valve. .................................................................................. 74

Gambar 4. 1 P & ID Boiler CFB........................................................................... 77


Gambar 4. 2 Flow Chart Boiler............................................................................. 78
Gambar 4. 3 Skema Carbonatasi........................................................................... 89
Gambar 4. 4 Skema Filtrasi................................................................................... 91
Gambar 4. 5 Skema Decolarisasi. ......................................................................... 93
Gambar 4. 6 Skema Evaporasi. ............................................................................. 95
Gambar 4. 7 Skema Kristalisasi. ........................................................................... 96
Gambar 4. 8 Skema Dryer dan Cooling. ............................................................. 102

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jam Kerja Karyawan SUJ. ..................................................................... 9


Tabel 2. 2 Gula Grade A. ...................................................................................... 15
Tabel 2. 3 Gula Grade B. ...................................................................................... 16

Tabel 4. 1 Perbandingan Boiler PF & CFB. ......................................................... 76


Tabel 4. 2 Syarat Mutu Raw Sugar. ...................................................................... 86
Tabel 4. 3 Spesifikasi Rotary Pressure Filter. ....................................................... 91
Tabel 4. 4 Parameter Operasional Filtrasi............................................................. 91
Tabel 4. 5 Control Parameter Decolarisasi. .......................................................... 93

xii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini


berkembang dengan pesat terutama dalam bidang industri. Oleh karena itu lulusan
dari SMK Negeri 7 Semarang diharapkan dapat mengimbangi perkembangan
ilmu dan teknologi di industri. Sehingga dalam memasuki sebuah industri siswa
dapat beradaptasi terhadap teknologi di industri. Salah satu cara yang ditempuh
SMK Negeri 7 Semarang yaitu dengan cara mewajibkan kelas IV untuk Praktik
Kerja Industri serta membuat hasilnya dalam bentuk laporan .

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

Seiring berjalannya waktu, teknologi di dunia industri berkembang dengan


begitu pesat. Kemajuan ini dirasakan oleh semua belahan dunia termasuk salah
satunya Indonesia.

Kemajuan tersebut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia digunakan


untuk menunjang kemajuan industri di Indonesia. Sehingga industri Indonesia
tidak tertinggal oleh negara maju yang ada di Eropa. Oleh karena itu industri
membutuhkan pekerja yang profesional dan berpengetahuan tinggi.

Keahlian yang profesional pada dasarnya mengandung unsur ilmu


pengetahuan , teknik, dan ketekunan.Unsur ilmu pengetahuan dan teknik adalah
suatu unsur yang dapat dipelajari melalui pendidikan dan juga dapat melalui
buku-buku bacaan. Sedangkan unsur tekun dapat diperoleh secara langsung
melalui pelaksanaan langsung pada saat bekerja sesuai dengan profesi masing-
masing.

Selanjutnya penguasaan keahlian suatu profesi diselenggarakan dengan


memadukan program pendidikan di sekolah dengan program pengembangan
keahlian di lapangan kerja yang dinamis dan serasi. Hal ini membutuhkan kerja
sama antara pihak sekolah dengan dunia industri.

1
Paduan dua hal tersebut membuktikan bahwa ada sistem ganda (dua
sistem). Sistem inilah yang dinamakan Praktik Kerja Industri dan menjadi
program yang sagat efektif, karena untuk mempersiapkan siswa agar bisa
langsung terjun ke dunia industri.

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di Sekolah Menengah Kejuaruan


Negeri 7 Semarang , adalah sebagai kebijakan dari proses belajar Link and Match
dalam pelaksanaannya dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah dan industri

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan almamater dan mutu lulusan dari
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Semarang dalam mencapai relevansi
kebutuhan siap kerja.

Harapan dilaksanakannya Praktik Kerja Industri ini untuk meningkatkan


ketrampilan dari tiap-tiap siswa, dan juga memberikan gambaran kepada siswa
bagaimana sebenarnya dunia kerja secara langsung.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri bagi siswa SMK terdapat


maksud dan tujuan sebagai berikut :

Dalam melaksanakan praktik kerja industri ini siswa seharusnya memiliki


tujuan sejak awal, agar kegiatan praktik kerja industri ini berjalan dengan sesuai
rencana dan siswa lebih mantap dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja
industri ini.Tujuan melaksanakan praktik kerja industri ini juga harus menjadi
motivasi bagi siswa yang melaksanakannya.

1. Untuk mengetahui sistem kerja boiler sebagai pembangkit listrik tenaga


uap.
2. Untuk mengetahui sistem kerja generator turbin.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek yang mendukung sistem kerja boiler dan
generator turbin.

2
4. Untuk mengetahui apa tujuan dan imbas dari hasil penggunaan boiler
sebagai pembangkit listrik.
5. Untuk mengetahui bagaimana boiler menghasilkan steam yang dapat
digunakan untuk proses produksi.
6. Untuk mengetahui sistem pemipaan yang standard.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan

Setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri penulis membuat laporan


sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Industri. Adapaun
tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi industri dengan melihat landasan teori,


laporan inti dan saran-saran yang ada.
2. Sebagai sumber pelengkap untuk menambah wawasan bagi pembaca
sesuai dengan isi laporan yang disajikan.
3. Agar penulis dapat menggabungkan antara pengetahuan dalam membaca
buku dan pengetahuan yang didapatkan saat pelaksanaan praktik kerja
industri di industri terkait.
4. Membantu pembaca dalam belajar sesuai dengan isi yang telah disajikan
oleh penulis.
5. Agar penulis mengenal dan bekerja sama dengan karyawan serta
pimpinan,karena mereka banyak memberi masukan saat penulis
melaksanakan praktik kerja industri di pabrik.

1.4 Alasan Pemilihan Judul

Ketika penulis melaksanakan praktik kerja industri di PT Sentra


Usahatama Jaya, penulis melakukan pekerjaan cukup banyak, diantaranya :
drawing mechanical sparepart, drawing mechanical piping, drawing sipil dan
sebagai desain engineer. Namun penulis lebih memilih mempelajari sistem kerja
boiler yang menghasilkan steam sebagai pembangit listrik dan produksi gula.
karena penulis ingin mengetahui secara detail bagaimana boiler bisa menjadi

3
pembangkit listrik dan menghasilkan steam untuk produksi gula. Untuk itu
penulis membuat laporan dengan judul “STEAM BOILER SEBAGAI
PEMBANGKIT LISTRIK DAN PRODUKSI GULA DI PT SENTRA
USAHATAMA JAYA” dengan alasan sebagai berikut

1. Penulis ingin mengetahui sistem kerja boiler sebagai pembangkit listrik.


2. Penulis ingin mengetahui alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk
menjalanjan sebuah boiler sebagai pembangkit listrik.
3. Penulis ingin mengetahui sistem kerja boiler sebagai penghasil steam
untuk proses produksi.
4. Penulis ingin mengetahui proses produksi gula menggunakan steam.
5. Penulis ingin mengetahui sistem kerja generator turbin sebagai konversi
energi uap menjadi energi listrik.
6. Penulis ingin mengetahui alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk
menjalanjan sebuah generator turbin.

1.5 Pembatasan Masalah

Karena kegiatan prakerin hanya sampai 5 bulan, maka penulis hanya akan
menjelaskan beberapa masalah yang penulis alami yaitu : menjelaskan mengenai
sistem kerja boiler sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan penghasil steam
untuk proses produksi serta generator turbin sebagai konversi energi dari energi
uap menjadi energi listrik.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan praktik kerja industri ini, penulis


mengumpulkan data dengan berbagai metode untuk memperkuat dan menambah
materi dalam laporan ini. Berikut metode pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis :

4
1. Metode Interview

Interview yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan atau tanya


jawab secara langsung dengan bapak Budi Santoso, Bapak Imam Dwi,
Bapak Kamlesh selaku karyawan PT Sentra Usahatama Jaya di
bidang PPU Technical Support dan sumber lain yang terpercaya.

2. Metode Observasi ( Pengamatan )

Penulis mengumpulkan data-data penunjang dengan cara


pengamatan secara langsung di lapangan.

3. Metode Literatur

Penulis mengumpulkan data-data dengan cara membaca buku yang


tersedia di perpustakaan PT Sentra Usahatama Jaya dan mencari
tambahan materi dari internet.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan praktik kerja industri ini telah disusun oleh penulis dengan
sistematika sebagai berikut :

Pada bagian sebelum bab 1 berisi tentang halaman judul, lembar


pengesahan industri, lembar pengesahan sekolah, motto dan pembahasan, kata
pengantar, abstraksi, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

Pada Bab 1 merupakan bagian Pendahuluan yang berisi tentang latar


belakang praktik kerja industri, tujuan praktik kerja industri, tujuan penulisan
laporan, alasan pemilihan judul, pembatasan laporan, metode pengumpulan data,
sistematika penulisan laporan.

Pada Bab 2 merupakan bagian Tinjauan umum perusahaan atau industri


yang berisi tentang administrasi perusahaan, struktur organisasi dan lokasi
perkerjaan atau industri.

Pada Bab 3 merupakan bagian Landasan teori yang berisi tentang


pengertian, desain dan drawing, sistem, struktur, komponen-komponennya.

5
Pada Bab 4 merupakan bagian dari pembahasan yaitu sistem kerja boiler
sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan generator turbin sebagai konversi
energi uap menjadi energi listrik.

Pada Bab 5 merupakan bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran untuk perusahaan.

1) BAB 1 PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Pelaksanaan Praktik Kerja Industri
B. Tujuan Praktik Kerja Industri.
C. Tujuan Penulisan Laporan.
D. Alasan Pemilihan Judul.
E. Pembatasan Laporan.
F. Metode Pengumpulan Data.
G. Sistematika Penulisan Laporan.

2) BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.


A. Profil Perusahaan.
B. Ketenagakerjaan.
C. Lokasi Perusahaan.
D. Visi dan Misi Perusahaan.
E. Program dan Produk Perusahaan.
F. Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan Perusahaan.
G. Struktur Organisasi.
H. Pemasaran.

3) BAB 3 LANDASAN TEORI


A. Sejarah Perkembangan Boiler.
B. Jenis-Jenis Boiler.
C. Bagian-Bagian Boiler
D. Perkembangan Listrik dan Pembangkitnya.

6
E. Sejarah Perkembangan Turbin Uap.
F. Klasifikasi Turbin Uap.
G. Bagian-bagian Turbin Uap.
H. Komponen Utama Pemipaan.
4) BAB 4 PEMBAHASAN
A. Alasan Industri Menggunakan Boiler.
B. Prinsip Kerja Boiler.
C. Prinsip Kerja Turbin Uap Sebagai Pembangkit Listrik.
D. Proses Produksi Gula Rafinasi.
5) BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran.

7
BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

Gambar 2. 1 Logo Perusahaan.


PT Sentra Usahatama Jaya adlah salah satu perusahaan yang bergerak
dalam industri pemurnian gula dengan produksi gula rafinasi yang diperuntukkan
sebagai bahan baku perusahaan makanan dan minuman dalam negeri. PT Sentra
Usahatama Jaya didirikan pada tahun 2003 dengan status (PMA) untuk
mengoperasikan kilang gula di Cilegon, Banten. PMA yaitu kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya, maupun berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. PT SUJ
sendiri dimiliki oleh gabungan beberapa pemegang saham lokal dan international
yang sudah berkecimpung selama lebih dari 40 tahun lamanya dalam dunia
perdagangan dan distribusi gula di Indonesia.

Kilang gula SUJ pada awalnya bermulai dengan kapasitas sebesar 750MT
perhari pada saat supervisi komersial di bulan November 2004. Namun, seiring
berjalannya waktu, kami dengan bangga mempersembahkan dua fase
perkembangan progresif kami sebesar 1.250MT per hari dan akhir produksi kami
saat ini, sebesar 2000MT kilang gula per harinya. Tanpa perlu dikatakan lagi,

8
kami telah mencapai kapasitas produksi mengejutkan yaitu lebih dari 600.000MT
per tahun, hanya berdasarkan atas 300 hari kerja.

2.2 Ketenagakerjaan

Jam kerja PT Sentra Usahatama Jaya terbagi atas jam kerja shift dan non
shift. Jam kerja non shift terbagi menjadi 2 yaitu NS01 dan NS02. Jam kerja shift
terbagi menjadi atas 3 kali shift dalam satu periode hari kerja.

Gaji karyawan yang ditetapkan oleh PT Sentra Usahatama Jaya sudah


sesuai dengan peraturan dalam undang-undang perburuhan dan UMK (Upah
Minimum Kota) yang berlaku di Cilegon. Gaji bulanan diberikan kepada
karyawan dengan cara transfer ke nomor rekening karyawan yang terdaftar di
perusahaan. Standar jam kerja karyawan perusahaan adalah 8 jam kerja per hari,
lebih dari itu maka akan dihitung lembur. Fasilitas yang tersedia bagi karyawan
PT Sentra Usahatama Jaya ialah : masjid, kantin, klinik kesehatan, bus jemputan,
loker, dan tempat parkir.

Tabel 2. 1 Jam Kerja Karyawan SUJ.

HARI NS01 NS02 SHIFT


SENIN – KAMIS 08.00 s.d 16.00 08.00 s.d 17.00 Pagi 08-00 s.d
16.00
JUMAT 08.00 s.d 16.30 08.00 s.d 17.30 Sore 16.00 s.d
00.00
SABTU 07.00 s.d 12.00 LIBUR Malam 00.00 s.d
08.00
ISTIRAHAT 12.00 s.d 13.00 12.00 s.d 13.00 Diatur perusahaan
Note: jadwal berlaku setiap minggu pertama awal bulan.

9
2.3 Lokasi Perusahaan

Lokasi kantor PT Sentra Usahatama Jaya terdapat di Jakarta dengan


alamat Menara Thamrin Lantai 16, JL M.H Thamrin Kav. 3 Jakarta Pusat DKI
Jakarta 10250 Indonesia. Sedangkan lokasi pabrik PT Sentra Usahatama Jaya di
Cilegon dengan alamat Jl. Raya Anyer KM10. Kec. Ciwandan, Kota Cilegon,
Prov. Banten.

Gambar 2. 2 Lokasi Perusahaan.


Luas area pabrik SUJ yaitu sebesar 11,5 hektare yang dipergunakan untuk :

 Kantor office dan Mess (5 lantai).


 Lima buah boiler (total 215 ton steam)
 Dua buah gudang raw sugar dengan ukuran 6.000 M2 dan 3150 M2.
 Masjid dengan ukuran 100 M2.
 Tiga buah cooling tower.
 Power House dengan empat buah turbin generator di dalamnya. (22MW).
 Tiga buah gudang produk dengan kapasitas lebih dari 20.000MT.
 DLL.

10
2.4 Visi dan Misi Perusahaan

PT Sentra Usahatama Jaya mempunyai Visi yaitu menjadi perusahaan gula


terbaik di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan gula dengan kualitas tinggi
sesuai standar. Misi PT Sentra Usahatama Jaya adalah :

o Pelanggan
 Layanan terbaik
 Produk berkualitas tinggi
 Peningkatan nilai layanan dan produk
 Pembagian pasar terbesar
 Terobosan pasar ekspor
o Tenaga Kerja
 Peningkatan ketrampilan & pengetahuan berkesinambungan
 Pembaharuan ide-ide inovatif berkelanjutan
 Pengembangan kesatuan dalam kerjasama tim
 Kepuasan tenaga kerja
 Sifat positif terhadap prestasi
 Penanaman pengembangan pribadi di luar zona nyaman
 Kebanggaan tersendiri menjadi bagian dari keluarga SUJ
o Pemegang Saham
 Pertumbuhan layak yang sehat dari perusahaan
 Keuntungan maksimal dan keuntungan pengembangan
 Pemusatan pada inti bisnis dan ekspansi
o Komunitas
 Menjadi perusahaan hijau (ramah lingkungan)
 Aktif dalam program pembangunan sosial
 Menjadi #1 kontributor di swasembada gula sendiri di Indonesia

Upaya untuk menjadikan PT Sentra Usahatama Jaya sebagai


perusahaan gula terbaik di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan

11
gula dengan kualitas tinggi dan sesuai standar telah dibuktikan dengan
mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008; ISO 22000:2008; dan FSSC
22000:2012, serta jaminan Halal 2009.

Tim penjualan Mutu PT SUJ juga selalu siap siaga dalam memberikan
bimbingan dan saran dalam menentukan produk mana yang paling cocok
untuk kebutuhan dan aplikasi setiap pelanggan.

Gambar 2. 3 ISO 9001:2008

Gambar 2. 4 FSSC 22000:2012.

12
Gambar 2. 5 Logo SNI.

Gambar 2. 6 Logo MUI.

2.5 Program dan Produk Perusahaan


 Program Perusahaan
PT Sentra Usahatama Jaya memiliki beberapa program dalam rangka
untuk mengembangkan perusahaan. Berikut ini adalah program yang
dimiliki PT Sentra Usahatama Jaya :

 Program 5S adalah suatu sistem manajemen ketata rumah tanggaan


(good house keeping management) yang dilakukan guna mengelola
tempat kerja. 5S yaitu :
 Seiri : Pemilihan barang yang berguna dan tidak berguna.
 Seiton : Penataan barang yang berguna agar mudah dicari,
aman dan diberi indikasi.

13
 Seiso : Pembersihan barang yang ditata dengan rapih agar tidak
kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik
mesin yang breakdown maupun dalam rangka program
preventive maintenance.
 Seiketsu : Penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan
bersih menjadi suatu standar kerja.
 Shitsuke : Penyadaran diri akan etika kerja, disiplin terhadap
standard, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran
dan senang melakukan perbaikan.
 CSR (Corporate Social Responsibility)

PT Sentra Usahatama Jaya menyadari bahwa kebutuhan untuk


berbagi dan berkontribusi kepada masyarakat tempat kami tinggal.
Dengan demikian kami melakukan program CSR atau tanggung jawab
sosial perusahaan setiap tahunnya sebagai gerakan dan cerminan akan
pandangan dan keprihatinan kami terhadap kehidupan masyarakat kini.

Tujuan utama PT SUJ melalui semua program CSR ini adalah


menjamin implikasi dalam berbagi dan bersimpati dengan mereka
yang kurang beruntung, seperti anak yatim.

PT SUJ berada dalam sepenuh keyakinan kami bahwa tindakan


ini akan menginspirasi orang lain untuk mengambil penyebab serupa
dan menciptakan lingkungan kondusif dimana orang-orang secara aktif
berkomitmen dan merasa berkewajiban untuk berempati. Adapun
program CSR tersebut adalah : donor darah, pembagian daging
qurban, pengobatan, santunan panti asuhan, kunjungan ke yayasan
pendidikan.

 Produk Perusahaan
PT Sentra Usahatama membagi dua jenis, yaitu gula Grade A dan
gula Grade B. Gula Grade A memiliki spesifikasi yang lebih baik dari gula

14
Grade B. Adapun detail spesifikasi gula bisa dilihat dalam tabel dibawah
ini.

Tabel 2. 2 Gula Grade A.

KARAKTERISTIK UNIT
Polarisation oZ, % 99.90
Reducing % 0.04
Moisture % 0.04
Colour IU 35
Ash % 0.02
Grain mm 0.75+/-0.15
Sediment mg/kg 7.0
Sulfur mg/kg 2.0
Heavy
Cadmium mg/kg 0.2
Lead mg/kg 0.25
Timah mg/kg 40
Merkuri 0.03
Arsenic 1.0
Microbiology
Lempeng Total CFU/10g 200
Bakteri Coliform APM/g ˂3
Yeast CFU/10g 10
Mold CFU/10g 10

Jenis Kemasan : 50Kg/karung. Karung Polypropylene


dengan lapisan plastik .
Panjang Masa Edar : 2 tahun; dalam dingin dan kondisi
kering.
Tujuan Penggunaan : Penggunaan hanya untuk industri
makanan dan minuman dan farmasi.

15
Tabel 2. 3 Gula Grade B.

KARAKTERISTIK UNIT
Polarisation oZ, % 99.80
Reducing % 0.04
% 0.04
Moisture
Colour IU 80
Ash % 0.02
Grain mm 0.75+/-0.15
Sediment mg/kg 10.0
Sulfur mg/kg 5.0
Heavy
Cadmium mg/kg 0.2
Lead mg/kg 0.25
Timah mg/kg 40
Merkuri mg/kg 0.03
Arsenic mg/kg 1.0
Microbiology
Lempeng Total CFU/10g 250
Bakteri Coliform APM/g ˂3
Yeast CFU/10g 10
Mold CFU/10g 10

Jenis Kemasan : 50Kg/karung. Karung Polypropylene


dengan lapisan plastik .
Panjang Masa Edar : 2 tahun; dalam dingin dan kondisi
kering.
Tujuan Penggunaan : Penggunaan hanya untuk industri
makanan dan minuman dan farmasi.

16
2.6 Kebijakan Mutu Dan Keamanan Pangan Perusahaan.

Dalam mencapai dan mempertahankan kepuasan dan kepercayaan


customer, manajemen perusahaan melakukan kebijakan mutu dan keamanan
pangan sebagai berikut :

A. Kebijakan mutu dan keamanan pangan


Kebijakan mutu dan keamanan pangan PT Sentra Usahatama Jaya
adalah sebagai berikut :
 Skilled : Meningkatkan keterampilan dan kemampuan
karyawan agar dapat memnuhi kebutuhan customer.
 Trust : Menjadikan perusahaan terpercaya dalam penerapan
sistem mutu dan keamanan pangan melalui perbaikan
kualitas secara terus menerus dan bekerja sama dengan
semua customer untuk memastikan produk dan jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan customer.
 Reliable : Menghasilkan produk berkualitas tinggi yang
dapat diandalkan sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
 One Time Delivery : Mengirimkan produk dan jasa secara
tepat waktu.
 Growth : Berkembang bersama dengan karyawan, customer
dan Stockholder untuk menjadi perusahaan yang bertaraf
International.

Kebijakan diatas yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab


seluruh pemimpin, staff dan karyawan PT Sentra Usahatama Jaya.

B. Pedoman Mutu dan Keamanan Pangan

Pedoman mutu dan keamanan pangan PT Sentra Usahatama Jaya ini


mengacu pada Standard ISO 9001:2008; ISO 22000:2008; dan FSSC
22000:2012, serta jaminan Halal 2009.

17
2.7 Struktur Organisasi

Untuk menunjang dan memperlancar segala kegiatan yang ada di suatu


perusahaan maka diperlukan sebuah struktur organisasi. PT Sentra Usahatama
Jaya memiliki organisasi-organisasi yang dapat mengatur management di masing-
masing bidang. Berikut adalah daftar departement yang ada di PT Sentra
Usahatama Jaya:

 Power Plant Utility


 HR GA
 Engineering
 QA
 PPIC
 SPIM
 Proses
 Procurement
 Accounting
 IT
 SHE
 Bagging
 Laboratory
 Marketing

Departement Power Plant Utility mempunya tugas pokok yaitu untuk


memproduksi listrik sebagai operational pabrik dan memproduksi steam sebagai
bahan untuk memproduksi gula di PT Sentra Usahatama Jaya.

18
2.8 Pemasaran

Saat ini di Indonesia terdapat 11 pabrik gula rafinasi termasuk PT Sentra


Usahatama Jaya. Berikut daftar perusahaan gula rafinasi yang ada di indonesia :

 PT Angels Products
 PT Jawamanis Rafinasi
 PT Pertama Dunia Sukses Utama
 PT Dharmapala Usaha Sukses
 PT Sugar Labinta
 PT Makassar Tene
 PT Duta Sugar
 PT Andalan Furnindo
 PT Medan Sugar Industri
 PT Berkah Manis

Dalam hal pemasaran PT Sentra Usahatama Jaya memiliki target utama


F&B (Makanan & Minuman) skala industrial yang memerlukan produk kilang
gula dalam produksi makanan dan minuman. Sejauh ini PT Sentra Usahatama
Jaya telah membuktikan bahwa kilang gula PT SUJ telah banyak digunakan
sebagai bahan yang tidak tergantikan dalam produksi makanan, minuman dan
bahan industri obat-obatan sejak tahun 2004.

19
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sejarah Perkembangan Boiler.

Sejarah penemu mesin uap pertama yang banyak disebut orang adalah
James watt, namun sebenarnya dia bukanlah penemu mesin uap pertama,
sebelumnya sudah ada para penemu mesin uap seperti: Thomas Savery dan
Thomas Newcomen. James watt terkenal karena telah menemukan mesin uap yang
lebih efisien yang merupakan pengembangan dari mesin Newcomen.

Gambar 3. 1 Thomas Savery


Thomas Savery menemukan mesinnya ketika dia berhasil memompa air
keluar dari tambang batu bara. Mesinnya pertama yang diperkenalkannya terdiri
dari bejana tertutup yang diisi dengan air, kemudian air tersebut menjadi menguap
di bawah tekanan. Thomas Savery kemudian bekerja dengan Thomas Newcomen
pada mesin uap atmosferik. Di antara penemuan lain Savery adalah odometer
untuk kapal, yakni sebuah perangkat untuk mengukur jarak.

20
Gambar 3. 2 Thomas Newcomen
Thomas Newcomen adalah seorang pandai besi Inggris, bereksperimen
selama 10 tahun untuk mengembangkan mesin uap pertama yang benar-benar
berhasil untuk menggerakkan pompa untuk membuang air dari tambang.
Newcomen menemukan mesin uap atmosferik, yang telah melakukan perbaikan
atas desain Thomas Slavery sebelumnya. Mesin uap The Newcomen
menggunakan kekuatan tekanan atmosferik. Mesin Thomas Newcomen
memompa uap ke silinder. Kemudian Uap diembunkan oleh air dingin yang
menciptakan ruang hampa di dalam silinder. Yang dihasilkan tekanan atmosferik
yang dioperasikan piston, membuat stroke ke bawah. Dalam mesin Newcomen
intensitas tekanan tidak dibatasi oleh tekanan uap, tidak seperti pada Thomas
Savery yang telah dipatenkan pada tahun 1698.

Gambar 3. 3 James Watt

21
James Watt adalah seorang penemu Skotlandia dan insinyur mekanik, lahir
di Greenock, yang terkenal karena perbaikannya pada mesin uap. Pada tahun
1765, Saat James Watt bekerja untuk University of Glasgow, Ia ditugaskan untuk
memperbaiki mesin Newcomen yang dianggap tidak efisien, meskipun pada saat
itu mesin uap mesin Newcomen dianggap terbaik pada masanya. Akhirnya James
Watt dapat melekukan beberapa perbaikan pada desain Newcomen.

Gambar 3. 4 Mesin Uap Newcomen

Mesin Newcomen yang sangat tidak efisien diakui para pengguna berapa
banyak energi yang dibutuhkan. Silinder uap dipanaskan dan didinginkan
berulang kali, yang membuang energi untuk memanaskan baja, dan juga
menyebabkan tekanan termal besar. James Watt (1736-1819) membuat terobosan
pengembangan dengan menggunakan kondensor terpisah.

Watt menemukan kondensor terpisah pada 1765. Butuh 11 tahun sebelum


ia melihat perangkat bekerja dalam prakteknya! Halangan terbesar untuk

22
pelaksanaan mesin Watt adalah teknologi untuk membuat piston besar / silinder
dengan cukup toleransi dekat sehingga mereka akan menutup vakum moderat.

Teknologi ini meningkat pada waktu yang sama ketika Watt menemukan
dukungan keuangan yang ia butuhkan melalui kemitraan dengan Matthew
Boulton. Tidak seperti mesin Newcomen, desain Watt memiliki kondensor yang
bisa menjadi dingin sementara silinder panas. Mesin Watt segera menjadi desain
yang dominan untuk semua mesin uap modern dan membantu mewujudkan
Revolusi Industri. Sebuah satuan daya yang disebut Watt diberi nama sesuai
James Watt. simbol Watt adalah W, dan itu sama dengan 1/746 dari tenaga kuda,
atau satu kali satu Volt Amp.

3.2 Jenis-Jenis Boiler.


Jenis boiler dapat dibedakan dari berbagai macam hal seperti karakteristik,
cara kerja, tipe pipa dan bahan bakar yang digunakan. Setiap jenis boiler memiliki
kelebihan serta kekurangan masing-masing, seperti yang telah kita jabarkan di
bawah ini:

3.2.1 Jenis Boiler Berdasarkan Type Tube (Pipa).


1. Fire Tube Boiler.

Pada boiler ini memiliki dua bagian didalamnya yaitu bagian tube
yang merupakan tempat terjadinya pembakaran dan bagin barrel/tong yang
berisi fluida. Tipe boiler pipa api ini memiliki karakteristik yaitu
menghasilkan jumlah steam yang rendah serta kapasitas yang terbatas.
Prinsip Kerjanya: Proses pengapian terjadi didalam pipa dan panas yang
dihasilkan diantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air.

23
Gambar 3. 5 Fire Tube Boiler
Kelebihan: Proses pemasangan cukup mudah dan tidak
memerlukan pengaturan yang khusus, tidak membutuhkan area yang besar
dan memiliki biaya yang murah.

Kekurangan : Memiliki tempat pembakaran yang sulit dijangkau


saat hendak dibersihkan, kapasitas steam yang rendah dan kurang efisien
karena banyak kalor yang terbuang sia-sia.

2. Water Tube Boiler.

Memiliki kontruksi yang hampir sama dengan jenis pipa api, jenis
ini juga terdiri dari pipa dan barel, yang menbedakan hanya sisi pipa yang
diisi oleh air sedangkan sisi barrel merupakan tempat terjadinya
pembakaran. Karakteristik pada jenis ini ialah menghasilkan jumlah steam
yang relatif banyak. Prinsip Kerja: Proses pengapian terjadi pada sisi luar
pipa, sehingga panas akan terserap oleh air yang mengalir di dalam pipa.

24
Gambar 3. 6 Water Tube Boiler

Kelebihan: Memiliki kapasitas steam yang besar, niali efesiensi


relatif lebih tinggi dan tungku pembakaran mudah untuk dijangkau saat
akan dibersihkan. Kekurangan: Biaya investasi awal cukup mahal,
membutuhkan area yang luas dan membutuhkan komponen tambahan
dalam hal penanganan air.

3.2.2 Jenis Boiler Berdasarkan Bahan Bakar.

1. Solid Fuel (Bahan Bakar Padat)

Type boiler ini menggunakan bahan bakar padat seperti kayu, batu
bara, dengan karakteristik seperti harga bahan bakar relatif lebih murah dan
lebih efesiensi bila dibandingkan dengan boiler listrik. Prinsip Kerja:
Pemanasan bersumber dari pembakaran bahan bakar padat atau bisa juga
campuran dari beberapa bahan bakar padat (batu bara dan kayu) yang
dibantu dengan oksigen.

25
Gambar 3. 7 Boiler Bahan Bakar Padat
Kelebihan: Memiliki sisa pembakaran yang sedikit sehingga
mudah dibersihkan dan bahan baku yang mudah didapatkan. Kekurangan:
Memiliki harga bahan baku yang mahal serta memiliki kontruksi yang
mahal.

1. Oil Fuel (bahan bakar oli).

Jenis ini memiliki bahan bakar dari fraksi minyak bumi, dengan
karakteristik yaitu memiliki bahan baku pembakaran yang lebih mahal,
tetapi memiliki nilai efesiensi yang lebih baik jika dibandingkan denan
yang lainnya. Prinsip Kerja: Pemanasan yang bersumber dari hasil
pembakaran antara campuran bahan bakar cair (kerosen, solar, residu)
dengn oksigen dan sumber panas.

Gambar 3. 8 Boiler Bahan Bakar Oli

26
Kelebihan: Memiliki sisa pembakaran yang sedikit sehingga
mudah dibersihkan dan bahan baku yang mudah didapatkan. Kekurangan:
Memiliki harga bahan baku yang mahal serta memiliki kontruksi yang
mahal.

2. Gaseous Fuel ( bahan bakar gas).

Memiliiki jenis bahan bakar gas dengan karakteristik bahan baku


yang lebih murah dan nilai efesiensi lebih baik jika dibandingkan dengan
jenis tipe bahan bakar lain. Prinsip Kerja: Pembakaran yang terjadi akibat
campuran dari bahan bakar gas (LNG) dengan oksigen serta sumber panas.

Gambar 3. 9 Boiler Bahan Bakar Gas


Kelebihan: memiliki bahan bakar yang paling murah dan nilai
efesiensi yang lebih baik. Kekurangan: Kontruksi yang mahal dan sumber
bahan bakar yang sulit didapatkan, harus melalui jalur distribusi.

3. Electric Fuel

Dari namanya saja kita tentu sudah mengetahu bahwa sumber


panas alat ini berasal dari listrik, dengan karakteristik bahan bakar yang
lebih murah akan tetapi memiliki tingkat efesiensi yang rendah. Prinsip
Kerja: Pemanas bersumber dari listrik yang menyuplai panas.

27
Kelebihan: Memiliki perewatan yang sederhana dan sumber
pemanas sangat mudah untuk didapatkan. Kekurangan: Nilai efesiensi
yang buruk dan memiliki temperatur pembakaran yang rendah.

Gambar 3. 10 Boiler Bahan Bakar Listrik.

3.3 Bagian Bagian Boiler.


Boiler adalah suatu perangkat berbentuk bejana tertutup yang digunakan
untuk memanaskan air sehingga menghasilkan steam (uap), panas dari hasil
pembakaran bahan bakar dalam boiler akan ditransferkan ke media air yang
mengalir di dalam pipa-pipa, saat suhu air telah mencapai temperatur tertentu maka
akan terjadi penguapan. Sehingga dapat kita artikan bahwa boiler merupakan suatu
alat yang digunakan untu membuat steam, seperti yang kita ketahui uap dapat
digunakan untuk menggerakkan turbin pada pembangkit listrik dan berfungsi
sebagai pencaga suhu dalam kolom destilasi minyak bumi.
1. Furnace ( Tungku Pengapian).

Gambar 3. 11 Furnace.

28
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar
yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air
dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada
dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace
terjadi dengan tiga cara:

Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran


panas dari api atau gas yang akan menempel pada dinding tube sehingga
panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di dalamnya.
Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui
hantaran dari sisi pipa yang menerima panas kedalam sisi pipa yang
memberi panas pada air.
Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan
singgungan molekul-molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap
aliran air.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang
pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi
pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa),
sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang
diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama.
Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas
yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang
terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol
panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.

29
2. Steam Drum.

Gambar 3. 12 Steam Drum.

Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta


tempat terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated
steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap.
untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-
sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang
bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.

3. Super Heater.

Gambar 3. 13 Super Heater.


Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang
berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat
digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe
yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu

30
tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk
menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.

4. Air Heater.

Gambar 3. 14 Air Heater.


Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan
udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat
terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air
heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar)
yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut
akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air
dapat menganggu proses pembakaran.

5. Economizer.

Gambar 3. 15 Economizer.

31
Fungsi Economizer pada Boiler adalah untuk memanaskan air
pengisi Boiler dengan memanfaatkan panas dari gas sisa pembakaran di
dalam Boiler. Dengan meningkatnya temperatur air pengisi Boiler maka
Efisiensi Boiler juga akan meningkat.

Gas sisa pembakaran bahan bakar di dalam Boiler masih


mempunyai temperatur yang cukup tinggi. Dengan melewatkan gas sisa
pembakaran melalui pipa-pipa Economizer maka akan terjadi transfer
panas yang akan diserap oleh pipa-pipa Economizer dan panas tersebut
diteruskan kedalam air pengisi Boiler yang terdapat di dalam pipa-pipa
Economizer.

6. Dust Collector.

Gambar 3. 16 Dust Collector.


Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu
yang berada pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas
buang. Keuntungan menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran
yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak lain
karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat
adanya gesekan abu maupun pasir.

32
7. Pengatur Pembuangan Gas Bekas.

Gambar 3. 17 Pengatur Pembuangan Gas Bekas.


Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced
Draft Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui
cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai
kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka
maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.

8. Safety Valve (Katup Pengaman).

Gambar 3. 18 Safety Valve.


Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah
melebihi batas yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu

33
katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering. Safety valve
ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah ditentukan. Pada
uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat, sedangkan
untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm
kuadrat.
9. Sight Glass.

Gambar 3. 19 Sight Glass.


Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi
untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler
sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk
menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat
dibaca.

10. Pembuangan Air Ketel.


Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum
bagian atas. Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak
dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat
menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air
dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum
atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah
ditentukan.

34
11. Electrostatic Precipitator (ESP).

Gambar 3. 20 Presentase Penangkapan Debu Oleh ESP.


ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan
rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro
static precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari
cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu
mencapai 99,84%).

3.4 Perkembangan Listrik dan Pembangkitnya.


3.4.1 Sejarah Perkembangan Listrik di Indonesia.
Banyak sekali kegunaan dan manfaat yang bisa manusia dapatkan
dengan adanya listrik sebagai cahaya dimalam hari. Peralatan di era
teknologi seperti sekarang ini tidak terlepas dari yang namanya listrik,
bahkan listrik seolah menjadi bagian yang penting untuk kehidupan.
Listrik adalah penemuan yang paling berguna bagi kehidupan manusia.
Menurut catatan sejarah, listrik mulai ada ketika dibangunnya pembangkit
listrik komersial di Indonesia adalah di Gambir-Jakarta. Perkembangan
listrik komersial di Indonesia dari waktu ke waktu semakin pesat, yang
mulanya menggunakan tenaga thermis, kemudian dibangunlah pembangkit
listrik tenaga air, mengingat kondisi alam Indonesia yang banyak suangai
dengan debit air yang cukup besar.

35
Gambar 3. 21 Michael Faraday
Michael Faraday adalah penemu listrik, Ia dijuluki sebagai “bapak
listrik”. Karena usaha penemuannya menjadi sangat berguna dan
membawa kebaikan dan mempengaruhi kehidupan semua orang di dunia.
Dulu Michael Faraday bekerja sebagai pencuci botol saja, tetapi karena
kegigihannya dalam belajar, ia berhasil membuat sebuah penemuan baru
hasil kreasi sendiri. Penemuannya itu berupa dua senyawa kloro-karbon
dan membuat gas klorin serta gas lainnya menjadi cair.

Motor listrik Faraday diciptakan yang pertama didunia, yaitu


sebuah rangkaian yang memakai aliran listrik sebagai sumber penggerak
sebuah benda. Adanya temuan tersebut menjadi gerbang utama menuju era
modern kelistrikan. Kondisi tersebut dinamai pengaruh elektromagnetik,
temuannya ini dinamai “Hukum Faraday”. Temuannya merupakan sebuah
temuan yang penting dan awal mula sejarah penemuan listrik.

Era perkembangan listrik, terjadi ketika perang dunia II


berlangsung. Perusahan listrik dikuasai oleh Jepang dan setelah
kemerdekaan Indonesia perusahaan listrik tersebut direbut oleh para
pemuda Indonesia. Presiden Soekarno pada Oktober 27 tahun 1945
membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas saat itu sebesar
157,5 MW. Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga

36
listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961 gas dan listrik dipindahkan ke BPU-


PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak
di bidang listrik, gas dan kokas. Perusahaan Listrik Negara pun statusnya
ditetapkan pada tahun 1972. PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa
usaha ketenagaistrikan melalui peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1990.
Adanya kewenangan pemerintah kepada sektor swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan tenaga listrik pada tahun 1992. Bulan Juni 1994
PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan.

3.4.2 Sejarah Perkembangan Generator.

Gambar 3. 22 Generator Listrik.


Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi
listrik dari sumber energi mekanik, biasanya menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik. Walau
generator dan motor memiliki banyak kesamaan, tapi motor adalah alat
yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator
mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik
eksternal, tetapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada di

37
dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air
yang menciptakan aliran air tetapi tidak menciptakan air di dalamnya.
Sumber energi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap,
air yang jatuh melalui sebuah turbin maupun kincir air, mesin pembakaran
dalam, turbin angin, engkol tangan, energi suya/matahari, udara yang
dimampatkan ataupun sumber mekanik yang lain. Perkembangan
Generator terdapat 3 tahapan sebagai berikut :

1) Faraday
Pada 1831-1832 Michael Faraday menemukan bahwa perbedaan
potensial dihasilkan antara ujung-ujung konduktor listrik yang bergerak
tegak lurus terhadap medan magnet. Faraday membuat generator
elektromagnetik pertama berdasarkan efek ini menggunakan cakram
tembaga yang berputar antara kutub magnet tapal kuda. Proses ini
menghasilkan arus searah yang kecil.

Gambar 3. 23 Cakram Faraday.


Desain alat yang dijuluki “cakram faraday” itu tidak efesien,
dikarenakan oleh aliran arus listrik yang arahnya berlawanan di bagian
cakram yang tidak terkena pengaruh medan magnet. Arus yang diinduksi
langsung di bawah magnet akan mengalir kembali ke bagian cakram di
luar pengaruh medan magnet. Arus balik itu membatasi tenaga yang
dialirkan ke kawat penghantar dan menginduksi panas yang yang
dihasilkan cakram tembaga. Generator homopolar yang dikembangkan
selanjutnya menyelesaikan permasalahan ini dengan menggunakan
sejumlah magnet yang disusun mengelilingi tepi cakram untuk

38
mempertahankan efek medan magnet yang stabil. Kelemahan yang lain
adalah amat kecilnya tegangan listrik yang dihasilkan alat ini, dikarenakan
jalur arus tunggal yang melalui fluks magnetik.

2) Dinamo

Dinamo adalah generator listrik pertama yang mampu


mengantarkan tenaga untuk industri, dan masih marupakan generator
terpenting yang digunakan pada abad ke-21. Dinamo menggunakan
prinsip elektromagnetisme untuk mengubah putaran mekanik menjadi
listrik arus bolak balik.

Gambar 3. 24 Dinamo.

Dinamo pertama berdasarkan prinsip Faraday dibuat pada 1832


oleh Hippolyte Pixii, seorang pembuat peralatan dari Perancis. Alat ini
menggunakan magnet permanen yang diputar oleh sebuah “crank”.
Magnet yang berputar diletakkan sedemikian rupa sehingga kutub utara
dan selatannya melewati sebongkah besi yang dibungkus dengan kawat.
Pixii menemukan bahwa magnet yang berputar memproduksi sebuah pulsa
arus di kawat setiap kali sebuah kutub melewati kumparan. Lebih jauh
lagi, kutub utara dan selatan magnet menginduksi arus diarah yang
berlawanan. Dengan menambah sebuah komutator, Pixii dapat mengubah
arus bolak-balik menjadi arus searah.

39
3) Dinamo Gramme

Gambar 3. 25 Dinamo Gramme.


Namun, kedua desain diatas menderita masalah yang sama yaitu:
mereka menginduksi “spike” arus diikuti tanpa arus sama sekali. Antonio
Pacinotti, seorang ilmuwan Italia memperbaikinya dengan mengganti
kumparan berputar dengan yang “toroidal”, yang dia ciptakan dengan
membungkus cincin besi.

Gambar 3. 26 Toroidal.
Ini berarti bahwa sebagian dari kumparan terus melewati magnet,
membuat arus menjadi lancar. Zenobe Gramme menciptakan kembali
desain ini beberapa tahun kemudian ketika mendesai pembangkit listrik
komersial untuk pertama kalinya, di Paris pada 1870. Desainnya sekarang
dikenal dengan nama dinamo Gramme. Beberapa versi dan penigkatan lain

40
telah dibuat, tetapi konsep dasar dari memutar loop kawat yang tak pernah
habis tetap berada di hati semua dinamo modern.

3.5 Sejarah Perkembangan Turbin Uap.

Gambar 3. 27 Turbin Uap.


Turbin uap adalah sebuah turbin yang berfungsi untuk mengkonversi
energi panas yang dikandung oleh uap menjadi energi putar (energi mekanik).
Poros turbin dikopel dengan poros generator sehingga ketika turbin berputar
generator juga ikut berputar. Sistem kerja turbin uap ini yaitu uap yang masuk ke
dalam turbin akan menabrak sudu-sudu turbin sehingga menggerakkan rotor atau
shaft dari turbin. Turbin bisa berputar akibat adanya perbedaan tekanan.

Gambar 3. 28 Turbin Uap Pertama.


Sebuah turbin uap terdiri dari sebuah roda yang diputar oleh uap
yang masuk ke dalam pisau baling-baling di sisi luarnya, dalam sistem
tertutup. Konsep itu telah diusulkan dan digambarkan jauh-jauh hari oleh

41
orang Italia Giovanni Branca pada tahun 1629 dalam bukunya Le
Machine. William Avery mengembangkan penerapan awalnya pada tahun
1831 di Amerika Serikat, tetapi mesinnya tidak berjalan lancar dan tidak
efisien.

Seorang penemu berkebangsaan Swedia Gustave De Laval


mengembangkan sebuah sistem turbin uap yang efektif pada tahun 1883,
dan ia memiliki andil sebagai penemu turbin uap modern. Dia
menggunakan turbin kecil untuk menggerakkan sebuah alat yang
memisahkan busa dan susu dengan gaya sentrifugal, mcngoperasikannya
pada tingkat yang teramat sangat tinggi sebanyak 30.000 putaran dalam
satu menit. Kecepatan itu terlalu tinggi untuk digunakan dalam
transportasi praktis, meskipun De Laval segera membuat turbin uap untuk
beragam penerapan stasioner, dan perusahaannya belakangan juga
memproduksi turbin gas.

Pada tahun 1884 Charles Parsons (1854-1931), seorang insinyur


Inggris, mematenkan turbin uap yang sama dengan rancangan De Laval,
dengan beberapa rangkaian baling baling yang dipasang pada sebuah rotor.
Pengembangan dari Parsons lah yang menjadikan turbin uap praktis untuk
diterapkan pada beberapa tugas-berat yang yang membutuhkan kecepatan
revolusi yang lebih lambat namun lebih kuat. Pisau stasioner mendorong
uap untuk menggerakkan pisau putar dengan menggunakan serangkaian
pisau untuk mengurangi kecepatan dan tekanan. Turbinnya, yang juga
berputar pada kecepatan yang sangat tinggi, bisa digunakan untuk
mengggerakkan generator listrik. Parsons mengembangkan sebuah turbin
uap perahu bertenaga balingbaling, Turbin, yang memperoleh catatan
kecepatan sampai 34 knot pada tahun 1897. Turbin Parsons kemudian
dipasang pada kapal pesiar Lusitania dan Mauritania. Di Amerika Serikat,
Charles Curtis menyempurnakan turbin uap dalam skala besar dan
menjual hak paten untuk rancangan itu kepada General Electric pada

42
tahun 1902, yang kemudian menggunakannya untuk membangun pabrik-
pabrik pembangkit listrik.

3.6 Klasifikasi Turbin Uap.


Turbin Uap dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yang
berbeda berdasarkan pada konstruksinya, prinsip kerjanya dan menurut peoses
penurunan tekanan uap sebagai berikut:

3.6.1 Klasifikasi Turbin Uap Berdasarkan Prinsip Kerjanya.


A. Turbin Impuls.
Turbin impuls atau turbin tahapan impuls adalah turbin sederhana
berrotor satu atau banyak (gabungan ) yang mempunyai sudu-sudu pada
rotor itu. Sudu biasanya simetris dan mempunyai sudut masuk dan sudut
keluar.
 Turbin satu tahap.
 Turbin impuls gabungan.
 Turbin impuls gabungan kecepatan.

Ciri-ciri dari turbin impuls antara lain:

 Proses pengembangan uap / penurunan tekanan seluruhnya terjadi


pada sudu diam / nosel.
 Akibat tekanan dalam turbin sama sehingga disebut dengan
Tekanan Rata.
B. Turbin Reaksi.

Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masing-masingnya


terdiri dari baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerrak
turbin reaksi dapat dibedakan dengan mudah dari sudu impuls karena tidak
simetris, karena berfungsi sebagai nossel bentuknya sama dengan sudu
tetap walaupun arahnya lengkungnya berlawanan. Ciri-ciri turbin ini
adalah sebagai berikut.

43
 Penurunan tekanan uap sebagian terjadi di Nosel dan Sudu Gerak.
 Adanya perbedaan tekanan didalam turbin sehingga disebut
Tekanan Bertingkat.

Gambar 3. 29 Turbin Impuls dan Turbin Reaksi.

3.6.2 Klasifikasi Turbin Uap Berdasarkan Penurunan Tekanan.


A. Turbin Tunggal.
Dengan kecepatan satu tingkat atau lebih turbin ini cocok untuk
untuk daya kecil, misalnya penggerak kompresor, blower, dll.
B. Turbin Bertingkat.

Disini sudu-sudu turbin dibuat bertingkat, biasanya cocok untuk


daya besar. Pada turbin bertingkat terdapat deretan sudu 2 atau lebih.
Sehingga turbin tersebut terjadi distribusi kecepatan / tekanan.

3.6.3 Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap.


A. Turbin Kondensasi.
Tekanan keluar turbin kurang dari 1 atm dan dimasukkan kedalam
kompresor.
B. Turbin Tekanan Lawan.
Apabila tekanan sisi keluar turbin masih besar dari 1 atm sehingga
masih dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin lain.
C. Turbin Ekstraksi.

44
Didalam turbin ini sebagian uap dalam turbin diekstraksi untuk
roses pemanasan lain, misalnya proses industri.

3.7 Bagian-Bagian Turbin Uap.


Dari data yang didapatkan dari Blue Book dan menurut lampiran dari
gambar Turbin Part SR 434450 maka bagian – bagian Turbin dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Cassing.

Gambar 3. 30 Cassing.
Casing turbin merupakan cover turbin yang berfungsi untuk
membungkus sudu sudu turbin sekaligus sebagai tempat dudukan
pemasangan bagian sudu diam turbin ( static blade carrier turbin ),
labyrith, governing valve, dan pipa pipa pancar.

2. Rotor.

Gambar 3. 31 Rotor.
Rotor Adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros,
sudu turbin atau deretan sudu yaitu Stasionary Blade dan Moving Blade.

45
Untuk turbin bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya unuk turbin
jenis reaksi maka motor ini perlu di Balanceuntuk mengimbagi gaya reaksi
yang timbul secara aksial terhadap poros.

3. Bearing Pendestal.

Gambar 3. 32 Bearing Pendestal.


Bearing Pendestal merupakan dudukan dari poros rotor.

4. Journal Bearing.

Gambar 3. 33 Journal Bearing.

Journal Bearing merupakan komponen turbin yang berfungsi


untuk menahan Gaya Radial atau Gaya Tegak Lurus Rotor.

46
5. Thrust Bearing.

Gambar 3. 34 Thrust Bearing.


Thrust Bearing merupakan komponen turbin yang berfungsi untuk
menahan atau untuk menerima gaya aksial atau gaya sejajar terhadap
poros yang merupakan gerakan maju mundurnya poros rotor.

6. Main Oil Pump.

Gambar 3. 35 Main Oil Pump.


Main oil pump Berfungsi untuk memompakan oli dari tangki untuk
disalurkan pada bagian – bagian yang berputar pada turbin . Dimana
fungsi dari Lube Oil adalah :

 Sebagai Pelumas pada bagian – bagian yang berputar.


 Sebagai Pendingin ( Oil Cooler ) yang telah panas dan masuk ke
bagian turbin dan akan menekan / terdorong keluar secara sirkuler.

47
 Sebagai Pelapis ( Oil Film ) pada bagian turbin yang bergerak
secara rotasi.
 Sebagai Pembersih ( Oil Cleaner ) dimana oli yang telah kotor
sebagai akibat dari benda-benda yang berputar dari turbin akan
terdorong ke luar secara sirkuler oleh oli yang masuk .
7. Gland Packing.

Gambar 3. 36 Gland Packing.

Gland Packing Sebagai Penyekat untuk menahan kebocoran baik


kebocoran Uap maupun kebocoran oli.

8. Labirinth Ring.

Gambar 3. 37 Labirinth Ring.


Labirinth Ring mempunyai fungsi yang sama seperti Gland
Packing.

48
9. Impuls Stage.

Gambar 3. 38 Impuls Stage.


Impuls Stage merupakan sudu turbin tingkat pertama yang
mempunyai sudu sebanyak 116 buah.

10. Stasionary Blade.

Gambar 3. 39 Stasionary Blade.

Stasionary Blade merupakan sudu yang berfungsi untuk menerima


dan mengarahkan steam yang masuk.

49
11. Moving Blade.

Gambar 3. 40 Moving Blade.


Moving Blade merupakan sudu yang berfungsi menerima dan
merubah energi steam menjadi energi kinetik yang akan memutar
generator.

12. Control Valve.

Gambar 3. 41 Control Valve.


Control Valve merupakan katup yang berfungsi untuk mengatur
steam masuk kedalam turbin sesuai dengan jumlah steam yang diperlukan.

50
13. Stop Valve.

Gambar 3. 42 Stop Valve.

Stop Valve merupakan katup yang berfungsi untuk menyalurkan


atau menghentikan steam yang menuju ke turbin.

14. Reducing Gear.

Gambar 3. 43 Reducing Gear.


Reducing Gear adalah suatu bagian dari turbin yang biasanya
dipasang pada turbin-turbin dengan kapasitas besar dan berfungsi untuk
menurunkan putaran poros rotor dari 5500rpm menjadi 1500 rpm. Bagian-
bagian dari reducing gear yaitu:

 Gear Cassing adalah merupakan penutup gear box dari bagian-


bagian dalam reducing gear.

51
 Pinion ( high speed gear ) adalah roda gigi dengan type Helical
yang putarannya merupakan putaran dari shaft rotor turbin uap.
 Gear Wheal ( low speed gear ) merupakan roda gigi type Helical
yang putarannya akan mengurangi jumlah putaran dari Shaft rotor
turbin yaitu dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.
 Pinion Bearing yaitu bantalan yang berfungsi untuk menahan /
menerima gaya tegak lurus dari pinion gear.
 Pinion Holding Ring yaitu ring berfungsi menahan Pinion Bearing
terhadap gaya radial shaft pinion gear.
 Wheel Bearing yaitu bantalan yang berfungsi menerima atau
menahan gaya radial dari shaft gear wheel.
 Wheel Holding Ring adalah ring penahan dari wheel Bearing
terhadap gaya radial atau tegak lurus shaft gear wheel
 Wheel Trust Bearing merupakan bantalan yang berfungsi menahan
atau menerima gaya sejajar dari poros gear wheel ( gaya aksial )
yang merupakan gerak maju mundurnya poros.

3.8 Komponen Utama Pemipaan.


3.8.1 Jenis-Jenis Pipa Besi.

Gambar 3. 44 Pipa.
Pipa adalah sebuah selongsong bundar yang digunakan untuk mengalirkan
fluida -cairan atau gas. Terminologi pipa biasanya disamakan dengan istilah tube,
namun biasanya istilah untuk pipa memiliki diameter lebih dari 3/4 in.

52
Berdasarkan standard dalam pebuatannya, pipa biasanya di dasarkan pada
diameter nominalnya, ia biasanya memiliki nilai ouside diamter (OD) atau
diameter luarnya tetap sedangkan untuk tebalnya mengunakan istilah schedule
yang memiliki nilai berfariasi.

Dalam sebuah pipa atau lebih tepatnya sistem pemipaan, kita akan
mengenal istilah NPS. NPS yang memiliki kepanjangan dari Nominal Pipe Size
adalah istilah yang menunjukan diameter nominal (bukan ukuran sebenarnya) dari
sebuah pipa. Maksudnya nominal disini adalah hanya angka standar yang
digunakan sebagain satuan umum. Contohnya adalah ketika kita menyebutkan
pipa 2” (dua in) Maka pipa tersebut memiliki ukuran sekitar dua in, namun ukuran
aslinya bila di ukur tidak tepat dua in. Nilai dua in tersebut hanya nominal yang di
gunakan untuk meyebutkan jenis pipa agar baik penjual atau pemakai sama sama
tahu, tetapi bukan ukuran sebenarnya.

Pipa sendiri di bedakan menjadi dua istilah, piping dan pipeline. Piping di
gunakan untuk istilah pipa yang mengalirkan dari satu tempat ke tempat lain
dalam jarak yang berdekatan, sedangkan pipa yang digunakan berukuran relatif
kecil. Sedangakan pipeline istilah tersebut digunakan untuk mengalirkan fluida
dari satu fasilitas (plant) ke plant yang lain, dan biasanya ukurannya sangat besar.

Pipa besi atau yang biasa disebut dengan pipa hitam memiliki banyak
kegunaan. Tidak hanya, untuk menyalurkan air, jenis pipa ini juga dapat
difungsikan sebagai penyangga rumah, rangka plafon, teralis, pagar rumah,
hingga tiang lampu.

Pipa besi banyak dipilih karena dianggap bisa lebih tahan lama. Di
samping antirayap, pipa ini juga lebih tahan karat. Tidak mengherankan, pipa besi
bisa bertahan hingga puluhan tahun meskipun digunakan di luar ruangan dan
diterpa cuaca yang tidak menentu.

Di pasaran, saat ini sudah ada cukup banyak jenis pipa besi dengan
berbagai ukuran dan harga. Berikut 8 jenis pipa besi terpopuler di Indonesia.

53
1. Pipa Besi Ductile.

Gambar 3. 45 Pipa Besi Ductile.


Pipa yang diproduksi pertama kali di Jepang ini sudah ada sejak
tahun 1890. Pipa ini biasa digunakan sebagai komponen insfrastruktur
penyuplai air. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya pipa besi
ductile berhasil diproduksi dengan karakteristik yang semakin baik, yakni
memiliki bahan yang kuat, berdaya tahan tinggi, serta tidak mampu
berkarat.

Pipa besi ductile saat ini juga sudah memiliki produk yang lebih
beragam. Dari yang awalnya hanya satu ukuran, pipa tersebut kini hadir
dalam diameter yang berbeda dan sambungan yang tahan terhadap gempa
karena ditempa melalui teknologi sentrifugal yang canggih. Apabila terjadi
gempa atau terkena tekanan dari luar, sambungan tidak akan patah, tetapi
akan memanjang dan melengkung.

Dibandingkan dengan jenis pipa besi lain, harga pipa ini tergolong
cukup mahal. Untuk per meternya, pipa besi ductile impor dibanderol
dengan harga sekitar Rp143.000. Namun jika melihat ketangguhannya
yang mampu bertahan puluhan tahun dari cuaca dan gempa, harga tersebut
tentu masih bisa dianggap wajar.

54
2. Pipa Hollow.

Gambar 3. 46 Pipa Hollow.

Sesuai dengan bentuknya, pipa hollow juga kerap disebut sebagai


pipa kotak. Jenis pipa besi ini kerap digunakan sebagai bahan pembuatan
gerbang atau pagar rumah. Namun kini, sebagian besar masyarakat
tampaknya lebih gemar memanfaatkan pipa hollow untuk rangka plafon
atau kanopi rumah.

Dibandingkan dengan rangka kayu, penggunaan pipa hollow


sebagai rangka plafon tentu memberikan lebih banyak keuntungan. Pipa
ini lebih mudah dipasang serta lebih kuat dan tidak mudah lapuk. Selain
itu, pipa hollow juga tahan terhadap api sehingga menjadikan rumah lebih
aman dari bahaya kebakaran.

Pipa hollow tersedia di pasaran dengan berbagai ukuran panjang,


lebar, dan ketebalan yang berbeda. Berdasarkan harga pipa besi terbaru
2018.

55
3. Pipa Besi Welded.

Gambar 3. 47 Pipa Besi Welded.

Pipa besi welded awalnya merupakan sebuah pelat yang kemudian


dilengkungkan dan dilas menjadi sebuah pipa. Ciri khas yang tampak
paling menonjol dari pipa ini adalah keberadaan garis memanjang yang
merupakan sambungan pelat tersebut. Namun, pada beberapa produk,
sambungan tersebut hanya tampak samar karena pengelasan dilakukan
pada suhu tinggi.

Pembuatan pipa besi welded harus dilakukan oleh perusahaan yang


telah bersertifikasi. Pasalnya, jika tidak diproduksi dengan kualitas yang
baik, sambungan pipa yang bocor bisa menjadi sumber terjadinya ledakan.

Umumnya, pipa besi welded dibuat dalam ukuran yang kecil.


Harga yang dibanderol untuk jenis pipa ini pun tergolong cukup murah,
yakni mulai Rp10.000 per kilogram.

56
4. Pipa Besi Seamless.

Gambar 3. 48 Pipa Besi Seamless.

Pipa seamless berarti pipa yang tidak memiliki sambungan. Pipa


ini dibuat dengan cara melubangi sebuah silinder sehingga dihasilkan
sebuah pipa yang utuh. Untuk mengeceknya, pembeli dapat melihat bagian
sisi dalam pipa. Di sana, pipa tampak mulus dan tidak memiliki bekas
sambungan.

Pipa besi seamless memiliki daya tahan yang cukup tinggi.


Umumnya, pipa ini lebih mahal daripada pipa besi welded. Berdasarkan
harga pipa besi terbaru 2018

57
5. Pipa Besi Ulet.

Gambar 3. 49 Pipa Besi Ulet.

Salah satu jenis pipa besi lain yang paling populer adalah pipa besi
ulet. Pipa ini merupakan jenis pipa besi cor yang terdiri atas campuran besi
dan grafit. Tentu saja, kekuatan yang dimiliki pipa ini jauh lebih tangguh
daripada jenis pipa cor biasa, bahkan performanya kerap dianggap mampu
menandingi performa baja.

Dibuat dengan teknologi sentrifugal yang maju, pipa besi ulet


mempunyai tingkat korosi yang rendah. Jenis pipa ini juga lebih tahan
terhadap benturan. Di sisi dalamnya, terdapat lapisan mortar semen yang
membuat kapasitas pengangkutan air menjadi lebih maksimal.

58
6. Pipa ERW

Gambar 3. 50 Pipa ERW.


Pipa ERW yang merupakan kependekan dari Electric Resistance
Welded, adalah jenis pipa besi yang dibuat melalui pengelasan listrik.
Pembuatan pipa ini memanfaatkan ketahanan dari kedua permukaan
logam.

Berdasarkan kegunaannya, pipa ERW dibedakan atas beberapa


standar penggunaan. Pipa berjenis SNI 0039:2013 MEDIUM biasanya
digunakan untuk saluran air bersih. Pipa ASTM A53 dimanfaatkan untuk
aplikasi mekanik yang bertekanan, seperti saluran uap, gas, atau udara.
Pipa ASTM A252 berguna untuk konstruksi dan tiang pancang bangunan.
Sementara itu, pipa API SPEC 5CT biasa dipakai untuk tubing pada
kegiatan pengeboran minyak gas dan bumi.

59
7. Pipa Besi Galvanis.

Gambar 3. 51 Pipa Besi Galvanis.

Pipa besi galvanis kerap dimanfaatkan dalam pembuatan sebuah


bangunan. Selain untuk kebutuhan drainase, pipa ini juga sering dipakai
untuk interior ruangan, seperti yang terdapat pada ruang-ruang bergaya
industrial.

Pipa besi galvanis juga memiliki ketahanan yang baik terhadap


korosi. Itulah mengapa, pipa ini juga kerap dijadikan bahan pembuatan
pagar atau pegangan tangga yang berada di luar ruangan.

60
8. Pipa Besi Oval.

Gambar 3. 52 Pipa Besi Oval.

Selain berbentuk silinder dan kotak, pipa besi juga hadir dalam
bentuk oval. Pipa ini biasa dimanfaatkan dalam industri otomotif, furnitur,
hingga penunjang industri fesyen. Di dunia otomotif, pipa oval biasa
digunakan untuk membuat knalpot. Untuk pembuatan funitur, pipa besi
oval juga bisa dimanfaatkan untuk bahan membuat kerangka meja atau
kursi. Sementara di industri fesyen, jenis pipa kerap dijadikan sebagai
sarana penggantung pakaian.

61
3.8.2 Jenis-Jenis Valve.
Valve adalah sebuah perangkat yang mengatur, mengarahkan atau
mengontrol aliran dari suatu cairan (gas, cairan, padatan terfluidisasi) dengan
membuka, menutup, atau menutup sebagian dari jalan alirannya.

Valve (katup) dalam kehidupan sehari-hari, paling nyata adalah pada pipa
air, seperti keran untuk air. Contoh akrab lainnya termasuk katup kontrol gas di
kompor, katup kecil yang dipasang di kamar mandi dan masih banyak lagi.

Katup memainkan peran penting dalam aplikasi industri mulai dari


transportasi air minum juga untuk mengontrol pengapian di mesin roket.

Valve (Katup) dapat dioperasikan secara manual, baik oleh pegangan , tuas
pedal dan lain-lain. Selain dapat dioperasikan secara manual katup juga dapat
dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan prinsip perubahan aliran
tekanan, suhu dll. Perubahan2 ini dapat mempengaruhi diafragma, pegas atau
piston yang pada gilirannya mengaktifkan katup secara otomatis. Beikut adalah
macam-macam valve yang sering digunakan di industri.

1. Gate Valve.

Gambar 3. 53 Gate Valve.


Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran
dengan cara mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi

62
panjang. Gate Valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem
perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan menutup aliran.

Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan
cara membuka setengah atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini
harus benar benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully close). Jika
posisi gate setengah terbuka maka akan terjadi turbulensi pada aliran tersebut dan
turbulensi ini akan menyebabkan :

a. Akan terjadi pengikisan sudut-sudut gate valve.


laju aliran fluida yg turbulensi ini dapat mengikis sudut-sudut gate
yang dapat menyebabkan erosi dan pada akhirnya valve tidak dapat
bekerja secara sempurna.
b. Terjadi perubahan pada posisi dudukan gerbang penutupnya.

Gerbang penutup akan terjadi pengayunan terhadap posisi dudukan


(seat), sehingga lama kelamaan posisi nya akan berubah terhadap dudukan
(seat) sehingga apabila valve menutup maka gerbang penutupnya tidak
akan berada pada posisi yang tepat, sehingga bisa menyebabkan passing.

Ada tiga jenis gate valve :

1. Rising Stem Gate Valve.


Jika dioperasikan handwheel naik dan stem juga naik.

Gambar 3. 54 Rising Stem Gate Valve.

63
1. Body
2. Bonnet
3. Seat(s)
4. Disk
5. Stem
6. Back seat
7. Packing
8. Gland
9. Gland follower
10. Yoke
11. Stem nut
12. Handwheel
2. Non Rising Stem Gate Valve.

Gambar 3. 55 Non Rising Stem Valve.


Jika di opersikan handwheel tetap dan stem juga tetap.

3. Outside Screw & Yoke Gate Valve.

Jika di operasikan handwheel tetap tapi stemnya naik. Rising Stem


& Non Rising Stem digunakan untuk tekanan yang tidak terlalu tinggi, dan
tidak cocok untuk getaran. Outside Screw & Yoke Gate Valve amat cocok
digunakan untuk high pressure. Biasanya OS & Y banyak di gunakan di

64
lapangan minyak, medan yang tinggi, temperature tinggi. Karena pada OS
& Y stem naik atau turun bisa dijadikan sebagai penanda. Contoh, apabila
stem tinggi itu menandakan posisi valve sedang buka penuh. Pada
dasarnya body & bonet pada gate terbuat dari bahan yang sama.

Keuntungan menggunakan Gate Valve :

 Low pressure drop waktu buka penuh.


 Amat ketat dan cukup bagus waktu penutupan penuh.
 Bebas kontaminasi.
 Sebagai Gerbang penutupan penuh, sehingga tidak ada tekanan lagi.
Cocok apabila akan melakukan service / perbaikan pada pipa.

Kerugian menggunakan Gate Valve :

 Tidak cocok di pakai untuk separuh buka, karena akan menimbulkan


turbulensi sehingga bisa mengakibatkan erosi dan perubahan posisi
gate pada dudukan.
 Untuk membuka dan menutup valve perlu waktu yang panjang dan
memerlukan torsi / torque yang tinggi.
 Untuk ukuran 10 “ keatas tidak cocok dipakai untuk steam.

2. Globe Valve.
Globe Valve adalah jenis Valve yang digunakan untuk mengatur
laju aliran fluida dalam pipa.

Gambar 3. 56 Globe Valve.

65
Prinsip dasar dari operasi Globe Valve adalah gerakan tegak lurus
disk dari dudukannya. Hal ini memastikan bahwa ruang berbentuk cincin
antara disk dan cincin kursi bertahap sedekat Valve ditutup.

Ada tiga jenis desain utama bentuk tubuh Globe Valve, yaitu: Z-
body, Y-body dan Angle- body :

 Z-Body desain adalah tipe yang paling umum yang sering dipakai,
dengan diafragma berbentuk Z. Posisi dudukan disk horizontal dan
pergerakan batang disk tegak lurus terhadap sumbu pipa atau dudukan
disk. Bentuknya yang simetris memudahkan dalam pembuatan,
instalasi maupun perbaikannya.
 Y-Body desain adalah sebuah alternatif untuk high pressure drop.
Posisi dudukan disk dan batang (stem) ber sudut 45˚ dari arah aliran
fluidanya. Jenis ini sangat cocok untuk tekanan tinggi
 Angle-Body desain adalah modifikasi dasar dari Z-Valve. Jenis ini
digunakan untuk mentransfer aliran dari vertikal ke horizontal.

Macam-macam bentuk Disc/plug dari Globe Valve :

o Type Plug Disk.


o Tipe Regulating disk.
o Tipe flat disk.
o Tipe soft seat disk.
o Tipe guide disk.

Keuntungan menggunakan Globe valve adalah :

a. Kemampuan dalam menutup baik.


b. kemampuan throttling (mengatur laju aliran) Cukup baik.

Kelemahan utama penggunaan Globe Valve adalah:

a. Penurunan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan Gate Valve.


b. Valve ukuran besar membutuhkan daya yang cukup atau aktuator
yang lebih besar untuk beroperasi.

66
3. Ball Valve.

Ball Valve adalah sebuah Valve atau katup dengan pengontrol


aliran berbentuk disc bulat (seperti bola/belahan). Bola itu memiliki
lubang, yang berada di tengah sehingga ketika lubang tersebut segaris
lurus atau sejalan dengan kedua ujung Valve / katup, maka aliran akan
terjadi.

Gambar 3. 57 Ball Valve.


Ball valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam
perbaikan dan kemampuan untuk menahan tekanan dan suhu tinggi.
Tergantung dari material apa mereka terbuat, Ball Valve dapat menahan
tekanan hingga 10.000 Psi dan dengan temperature sekitar 200 derajat
Celcius.

Ball Valve digunakan secara luas dalam aplikasi industri karena


mereka sangat serbaguna, dapat menahan tekanan hingga 1000 barr dan
suhu hingga 482 ° F (250 ° C). Ukurannya biasanya berkisar 0,2-11,81 inci
(0,5 cm sampai 30 cm).

Ball Valve dapat terbuat dari logam , plastik atau pun dari bahan
keramik. Bolanya sering dilapisi chrome untuk membuatnya lebih tahan
lama. Ada 2 tipe Ball Valve yaitu :

67
 Full Bore Ball Valve.

Gambar 3. 58 Full Bore Ball Valve.


Full bore ball valve adalah tipe ball valve dengan diameter lubang
bolanya sama dengan diameter pipa. Jenis full bore ball valve biasanya
digunakan pada blow down, piggable line, production manifold, pipe line
dll.

 Reduced Bore Ball Valve.


Reduced bore ball valves adalah jenis ball valve yang diameter
lubang bolanya tidak seukuran dengan ukuran pipa. Minimum diameter
bola katup yang berkurang adalah satu ukuran lebih rendah dari ukuran
diameter pipa sebenarnya. Misalnya ukuran diameter pipa 4 inci dan
diameter bola valve adalah 3 inchi.

4. Butterfly Valve.

Butterfly Valve adalah valve yang dapat digunakan untuk


mengisolasi atau mengatur aliran. Mekanisme penutupan mengambil
bentuk sebuah disk . system pengoperasiannya mirip dengan ball valve,
yang memungkinkan cepat untuk menutup. Butterfly Valve umumnya
disukai karena harganya lebih murah di banding valve jenis lainnya. desain
valvenya lebih ringan dalam berat dibanding jenis-jenis valve yang lain.
Biaya pemeliharaan biasanya pun lebih rendah karena jumlah bagian yang
bergerak minim.

68
Sebuah butterfly valve, diilustrasikan pada Gambar di bawah ini,
adalah gerakan berputar valve yang digunakan untuk berhenti, mengatur,
dan mulai aliran fluida. Butterfly Valve mudah dan cepat untuk
dioperasikan karena rotasi 90° yang digerakkan oleh handwheel dengan
menggerakkan disk dari tertutup penuh ke posisi terbuka penuh.

Gambar 3. 59 Butterfly Valve.


Butterfly Valve sangat cocok untuk penanganan arus besar cairan
atau gas pada tekanan yang relatif rendah dan untuk penanganan slurries
atau cairan padatan tersuspensi dengan jumlah besar.

5. Check Valve.
Check valve adalah alat yang digunakan untuk membuat aliran
fluida hanya mengalir ke satu arah saja atau agar tidak terjadi reversed
flow/back flow. Aplikasi valve jenis ini dapat dijumpai pada
outlet/discharge dari centrifugal pump.
Ketika laju aliran fluida sesuai dengan arahnya, laju aliran tersebut
akanmembuat plug atau disk membuka. Jika ada tekanan yang datang dari
arahberlawanan, maka plug atau disk tersebut akan menutup.

Jenis-jenis check valve:

69
 Swing Check Valve.
Check valve tipe ini terdiri atas sebuah disk seukuran dengan pipa
yang digunakan, dan dirancang menggantung pada poros (hinge pin) di
bagian atasnya. Apabila terjadi aliran maju atau foward flow, maka disk
akan terdorog oleh tekanan sehingga terbuka dan fluda dapat mengalir
menuju saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi aliran balik atau reverse
flow, tekanan fluida akan mendorong disk menutup rapat sehingga tidak
ada fluida yang mengalir. Semakin tinggi tekanan balik semakin rapat
disk terpasang pada dudukannya.

Gambar 3. 60 Swing Check Valve.

 Lift Check Valve.

Penggunaan untuk fluida steam, gas, maupun liquid yang


mempunyai flow yang tinggi. Dalam konfigurasinya mirip dengan
globe valve hanya saja pada globe valve putaran disk atau valve dapat
dimanipulasi sedangkan pada lift check valve tidak (karena globe
valve adalah jenis valve putar dan control valve).

Port inlet dan outlet dipisahkan oleh sebuah plug berbentuk


kerucut yang terletak pada sebuah dudukan, umumnya berbahan
logam. Ketika terjadi foward flow, plug akan terdorong oleh tekanan
cairan sehingga lepas dari dudukannya dan fluida akan mengalir ke
saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi reverse flow, tekanan fluda
justru akan menempatkan plug pada dudukannya, semakin besar
tekanan semakin rapat pula posisi plug pada dudukannya, sehingga

70
fluida tidak dapat mengalir. Bahan dari dudukan plug adalah logam,
hal ini mempertimbangkan tingkat kebocoran yang sangat sedikit dari
check valve tersebut.

Umumnya lift check valve digunakan untuk aplikasi fluida gas


karena tingkat kebocoran yang kecil. Penggunaan check valve tipe lift
ini di industri adalah untuk mencegah aliran balik condensate ke steam
trap yang dapat menyebabkan terjadinya korosi pada turbin uap.
Keuntungan menggunakan lift check valve adalah terletak pada
kesederhanaan desain dan membutuhkan sedikit pemeliharaan.
Kelemahannya adalah instalasi dari check valve jenis lift hanya cocok
untuk pipa horisontal dengan diameter yang besar.

Gambar 3. 61 Lift Check Valve.

 Back Water Check Valve.

Back water valve, banyak digunakan pada sistem pembuangan


air bawah tanah yang mencegah terjadinya aliran balik dari saluran
pembuangan saat terjadi banjir. Saat banjir saluran pembuangan akan
penuh dan bertekanan tinggi sehingga memungkinkan terjadinya
aliran balik, dengan menggunakan back water valve, hal ini dapat
diatasi dengan baik.

71
 Swing Type Wafer Check Valve.

Gambar 3. 62 Swing Type Wafer Check Valve.

Dalam penggunaan swing check valve dan lift check valve


terbatasi hanya untuk pipa ukuran besar (diameter DN80 atau lebih).
jadi sebagai solusinya adalah dengan menggunakan wafer check
valve. Dengan menggunakan wafer ceck valve dapat digunakan tubing
dengan ukuran yang mengerucut pada satu sisinya sehingga dapat
diaplikasikan pada pipa yang lebih kecil ukurannya.

 Disk Check Valve.

Gambar 3. 63 Disk Check Valve.


Valve jenis ini terdiri atas body, spring, spring retainer dan
disc. Prinsip kerjanya adalah saat terjadi foward flow, maka disk akan
didorong oleh tekanan fluida dan mendorong spring sehingga ada

72
celah yang menyebabkan aliran fluida dari inlet menuju outlet.
Sebaliknya apabila terjadi reverse flow, tekanan fluida akan
mendorong disk sehingga menutup aliran fluida

perbedaan tekanan diperlukan untuk membuka dan menutup


valve jenis ini dan ini ditentukan oleh jenis spring yang digunakan.
Selain spring standar, tersedia juga beberapa pilihan spring yang
tersedia:

 No spring – Digunakan di mana perbedaan tekanan di valve


kecil.
 Nimonic spring – Digunakan dalam aplikasi suhu tinggi.
 Heavy duty spring – Hal ini meningkatkan tekanan pembukaan
yang diperlukan. Bila dipasang pada line boiler water feed,
dapat digunakan untuk mencegah uap boiler dari kebanjiran
ketika mereka unpressurised.
 Split Disk Check Valve.

Gambar 3. 64 Split Disk Check Valve.


check valve jenis ini adalah terdiri dari disk yang bagian
tengahnya merupakan poros yang memungkinkan disk bergerak
seolah terbagi dua bila didorong dari arah yang benar (foward flow)
dan menutup rapat bila ditekan dari arah yang salah (reverse flow).

73
6. Safety Valve.

Gambar 3. 65 Safety Valve.

Safety valve adalah jenis valve yang mekanismenya secara


otomatis melepaskan zat dari boiler, Bejana tekan, atau suatu sistem,
ketika tekanan atau temperatur melebihi batas yang telah ditetapkan.
Katup pengaman pertama kali digunakan pada ketel uap selama
Revolusi industri .

Cara kerja pressure safety valve yaitu Pressure savety valve


mempunyai tiga bagian utama yaitu inlet, outlet dan spring set. Fluida
bertekanan berada pada inlet PSV. PSV posisi menutup selama
tekanan fluida lebih kecil dibandingkan tekanan spring pada spring
set. Sebaliknya jika tekanan fluida lebih tinggi dibandingkan tekanan
spring set maka springset akan bergerak naik dan membuka katup
yang akan membuang tekanan melalui outlet sampai tekanan fluida
maksimal sama dengan tekanan spring set.

74
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Alasan Industri Menggunakan Boiler.
Kementrian Perindustrian mengungkapkan boiler atau ketel uap ketel uap
industri berperan penting dalam penyempurnaan proses produksi di industri.
Boiler dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk mengalirkan panas
dalam bentuk energi kalor ke suatu proses. Zakiyudin menjelaskan bahwa
berbagai sektor industri yang membutuhkan energi panas memanfaatkan boiler.
Diantaranya industri makanan, minuman, kelapa sawit, farmasi, karet, gula, kimia,
dan petrokimia dan masih banyak lagi.

Peran boiler yang penting ini mendorong terciptanya kebutuhan akan


pasokan komponen dan aksesoris, dukungan teknis, hingga produk boiler yang
lengkap. PT Sentra Usahatama Jaya adalah salah satu industri yang memproduksi
gula rafinasi. PT SUJ membutuhkan boiler sebagai penghasil steam yang dapat
digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan sebagai bahan untuk
memasak gula. Dari beberapa type boiler PT SUJ memilih boiler type Circulating
Fluidized Bed (CFB). Ada beberapa alasan kenapa PT SUJ menggunakan boiler
CFB karena boiler CFB memiliki efisiensi yang sangat tinggi.

Berikut adalah proses kerja boiler CFB secara singkat. Cara kerja seperti
boiler PF (Pulverizer Fuel) namun boiler CFB ditambah cyclone separator untuk
recycle pasir dan batubara yang tidak terbakar. CFB boiler didesain untuk
batubara berkadar rendah (low rank coal) sehingga banyak kandungan unberned
carbon yang membutuhkan pemanasan secara terus-menerus agar bisa terbakar
habis. Sistem boiler CFB adalah batubara akan melayang-layang dengan
penambahan pasir silika sebagai distribusi panas (saat start pembakaran
menggunakan minyak HSD. Kemudian batubara diumpankan dan setalah
terbakar, minyak dihentikan dan pasir dimasukkan). Karena pasir memiliki titik
leler yang tinggi, maka saat batubara sudah habis terbakar maka panas masih
tersimpan di pasir.

75
Kelebihan dan kekurangan mengunakan boiler type Circulating Fluidized
Bed adalah sebagai berikut.

 Kelebihan Boiler CFB.


 Irit bahan bakar.
 Efesiensi energi.
 Ramah lingkungan (karena SO2 terserap oleh limestone & rendah emisi
NO2).
 Tidak ada kerak yang tersisa.
 Laju korosi rendah.
 Hemat karena menggunakan batubara low rank.
 Kekurangan Boiler CFB.
 Mahal karena perawatan besar dan banyak.
 Masalah pemeliharaan.
 Kebutuhan udara sangat besar jika dibandingkan dengan semua type
boiler.
 Kadar carbon sisa adalah yang terbesar.

Tabel 4. 1 Perbandingan Boiler PF & CFB.

Boiler Temperature Fuel Fuel Sizing Ash / Slagging


PF High(1100- Hard Coal 31-33 ˂0,3 mm Melted
1400°C) Lignite
CFB Low(800- Hard Coal, Lignite, 3-30 mm Not Melted
900°C) Biomass, Waste

76
Senyawa PF CFB
CaO 2-12 25
SiO2 40-55 26
SO3 0.5-6 10.8
Al2O3 13-30 9.6
Fe2O3 4-17 15.4
MgO 1.8-8 0.8
Na2O 0.3-0.7 0.4
LOl 0.7-15 2-12

4.2 Prinsip Kerja Boiler.

Gambar 4. 1 P & ID Boiler CFB.

77
Pada pembangkit listrik tenaga uap, boiler memegang peranan penting
sebagai tempat mengubah air dari fase cair ke uap yang bertekanan lebih tinggi
dari 1atm dengan cara memanfaatkan panas. Salah satu jenis boiler adalah
Circulating Fuidized Bed Combustion Boiler (CFBC). Boiler Fluidized Bed
memiliki kisaran kapasitas antara 0.5T/jam sampai lebih dari 100T/jam.

Untuk menghidupkan sebuah boiler perlu adanya persiapan, mulai dari


bahan bakar serta seluruh equipment harus dalam keadaan ready. Berikut ini
penulis akan menjelaskan bagaimana boiler dapat menghasilkan steam.

Gambar 4. 2 Flow Chart Boiler.

4.2.1 Siklus Batubara Sampai Ke Boiler


Batubara yang tersimpan di gudang akan di pindahkan ke bunker coal
sementara sebelum masuk ke boiler menggunakan conveyor. Selanjutnya batubara
dibawa ke coal feeder yang berfungsi sebagai pengatur jumlah aliran batubara ke
Mill Pulverizer. Di dalam Mill Pulverizer batubara dihancurkan dari diameter 5cm
menjadi serbuk seperti tepung dengan ukuran 200 mesh. Serbuk batubara ini
dicampur dengan udara primer, yaitu udara panas yang bersumber dari Primary

78
Air Fan. Udara ini dimanfaatkan untuk mendorong batubara menuju ke coal
burner melalui coal pipe untuk proses pembakaran.

Di dalam coal burner, batubara dan udara primer dicampur dengan udara
sekunder yang dipanaskan di dalam Secondary Air Heater dan dialirkan oleh
Force Draft Fan. Dalam proses pembakaran persentase perbandingan udara
adalah 20% udara primer dan 80% udara sekunder. Kemudian setelah terjadi
pembakaran dihasilkan limbah abu. Abu tersebut terdiri dari 80% Fly Ash yang
terbang terbawa aliran gas buang dan 20% berupa Bottom Ash yang jatuh ke
dasar boiler. Fly ash terbawa melewati Electrostatic Prescipitator akibat tarikan
Induce Draft Fan. Induce Draft Fan berfungsi untuk menghisap abu terbang hasil
pembakaran dan menjaga tekanan boiler pada -10mm WG, supaya jika terjadi
kebocoran pada boiler, api tidak tersembur keluar boiler atau meledak.

Electrostatic Prescipitator berfungsi untuk menangkap 99,5% Fly ash


dengan sistem elektroda dan 0,5% sisanya dibuang melalui cerobong (chimney).
Dari 99,5% itu dikumpulkan dan diambil dengan alat Pneumatic Gravity
Conveyor pada unit 1-4 dan pada unit 5-7 menggunakan compressor. Abu tersebut
digunakan sebagai material untuk bahan pembuat jalan, beton semen, dan bahan
bangunan (conblock).

Untuk menjaga agar abu yang dikeluarkan dari cerobong tidak


terakumulasi di daerah yang sempit, cerobong unit 1-4 dibuat setinggi 200 meter,
dan pada unit 5-7 dibuat setinggi 275 meter. Sedangkan bottom Ash jatuh di dasar
boiler ditampung oleh bak SDCC (Submerged Drag Chain Conveyor). Abu
Bottom Ash juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan, beton semen dan bahan
bangunan (conblock).

79
4.2.2 Siklus Air Menjadi Steam.
Berikut penulis akan menjelaskan bagaimana siklus air yang akan masuk
ke boiler sebagai bahan baku yang akan diubah menjadi steam.

 Sebelum boiler dapat menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan


untuk keperluan produksi suatu industri, awalnya air pengisi boiler di suply
dari WTP (Water Treatment Plant).
 Air pengisi yang sudah di treatment tersebut dilewatkan pada deareator
tank dengan tujuan untuk deareasi (menghilangkan atau mengurangi) kadar
gas yang dapat menimbulkan korosi dan reaksi kimia lainnya.
 Setelah dari tangki deareator, air ditampung pada water storage tank.
 Di water storage tank temperature naik menjadi 100°C. Panas yang didapat
berasal dari steam injection line.
 Selanjutnya air pengisi didorong dengan feed water pump menuju
economizer. Terdapat dua pompa, satu pompa untuk operasional dan yang
satu lagi standby untuk backup jika suatu waktu terdapat gangguan.
 Dari feed water pump lalu menuju 3-way control valve. Disini debit air
diatur oleh electric actuator. Besar kecilnya terbukanya valve ditentukan
dari pembacaan pada sensor level air yang ada di boiler shell. Pada control
valve ini terdapat tiga jalur, satu diperuntukkan untuk kembali ke water tank
karena pompa tidak pernah off pada saat oprasi, kecuali sensor bekerja dan
stop secara manual.
 Dari control valve masuk ke flow meter untuk mengetahui berapa banyak air
yang masuk ke boiler.
 Lalu air pengisi akan melalui economizer untuk memanaskan air pengisi
dengan menggunakan flue gas dari hasil pembakaran pada furnace.
 Air pengisi akan ditampung di boiler drum dan dialirkan melalui pipa
downcormer menuju membran wall.
 Selain menuju membran wall dan cube bundle, air pengisi yang sudah
mendapatkan panas dari pembakaran akan naik menuju boiler drum lagi,

80
karena sifat air semakin mendekati titik didih maka akan semakin ringan
massanya.
 Air di boiler drum yang sudah mendekati tiitk didih tersebut menerima
radiasi panas dari flue gas hasil pembakaran di furnace, sehingga air
mengalami penguapan dan menjadi uap jenuh.
 Uap jenuh akan ditampung di dalam boiler drum. Di dalam boiler drum, air
dan uap akan terpisah dengan kondisi uap berada diatas air. Tetapi uap itu
belum bisa digunakan karena masih berupa uap basah.
 Agar menjadi steam yang dapat digunakan pada turbin dan keperluan
industri lain steam basah dialirkan menuju superheater supaya menjadi
steam kering. Pemanasan yang terjadi pada superheater mencapai 260°C
sampai 350°. Sehingga uap benar benar menjadi kering.

4.2.3 Sistem Pembakaran Boiler


Proses pembakaran yang terjadi di dalam furnace boiler type CFB sebagai
berikut.
Aliran udara melewati celah tumpukan pasir padat dan menekan partikel
pasir akan berhamburan dan terjadi pemisahan antara partikelnya, sistem ini
disebut fluidesasi (fluidized). Partikel akan bergerak bebas dengan tekanan udara
sehingga akan tampak seperti cairan yang mendidih. Kecepatan udara pada pasir
tergantung pada banyak parameter, antara lain ukuran pasir dan bentuk pasir,
udara dan berat jenis pasir. Nilai kecepatan udara minimum dinamakan nilai
kecepatan udara minimum fluidesasi, pressure drop dari udara mendekati stabil
dan ini sama dengan berat dari pasir per satuan luas. Jika kecepatan udara
dinaikkan sedikit, maka pasir akan terbawa keluar ruang bakar. Jika fluidesasi
atau gelombang pasir dioperasikan dalam range yang ada, maka pasir tidak akan
terbawa bersama gas panas.

Pemilihan ukuran material untuk fluidesasi dan kecepatan angin sangat


penting dalam pengoperasian. Ukuran pasir silica sebaiknya dapat seragam antara
0,8 mm sampai 1,2 mm. Kecepatan angin untuk fluidesasi antara 1,5 sampai

81
3m/detik. Ukuan dari bed material harus dipilih agar saat fluidesasi dapat bebas
dan stabil pada range kecepatan udara.

Jika pasir berfluidesasi dipanaskan sampai titik nyala batu bara dan
kemudian batu bara dimasukkan ke ruang bakar, maka akan didapat panas yang
konstan dan pembakaran yang stabil. Pemanasan awal dapat menggunakan arang
kayu atau arang tempurung kelapa dengan ukuran lebih kecil dari 25mm.
pemanasan awal dapat mencapai suhu 600°C. Setelah proses pemanasan awal ini,
batu bara dimasukkan ke furnace secara bertahap. Pembakaran dengan fluidesasi
dilakukan pada temperatur ruang bakar antara 800°C – 900°C.

4.3 Prinsip Kerja Turbin Uap Sebagai Pembangki Listrik.

Pada bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana turbin uap bekerja
sehingga dapat menghasilkan listrik. Berikut penjelasannya :

Uap masuk kedalam turbin melalui nosel. Didalam nosel energi panas dari
uap dirubah menjadi energi kinetis dan uap mengalami pengembangan. Tekanan
uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil dari pada saat masuk ke dalam nosel,
akan tetapi sebaliknya kecepatan uap keluar nosel lebih besar dari pada saat
masuk ke dalam nosel.

Uap yang memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang
berbentuk lengkungan dan dipasang disekeliling roda turbin. Uap yang mengalir
melalui celah-celah antara sudu turbin itu dibelokkan kearah mengikuti
lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya
yang mendorong dan kemudian memutar roda dan poros turbin. Generator yang
dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi listrik sebagai hasil
dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar
dihasilkan energi listrik dari terminal output generator.

Jika uap masih mempunyai kecepatan saat meninggalkn sudu turbin


berarti hanya sebagian yang energi kinetis dari uap yang diambil oleh sudu-sudu

82
turbin yang berjalan. Supaya energi kinetis yang tersisa saat meninggalkan sudu
turbin dimanfaatkan maka pada turbin dipasang lebih dari satu baris sudu gerak.
Sebelum memasuki baris kedua sudu gerak. Maka antara baris pertama dan baris
kedua sudu gerak dipasang satu baris sudu tetap ( guide blade ) yang berguna
untuk mengubah arah kecepatan uap, supaya uap dapat masuk ke baris kedua sudu
gerak dengan arah yang tepat. Kecepatan uap saat meninggalkan sudu gerak yang
terakhir harus dapat dibuat sekecil mungkin, agar energi kinetis yang tersedia
dapat dimanfaatkan sebanyak mungkin. Dengan demikian effisiensi turbin
menjadi lebih tinggi karena kehilangan energi relatif kecil.

Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat. Air
kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi
boiler.

83
4.4 Proses Produksi Gula Rafinasi.

4.4.1 Skema Pengolahan Gula Rafinasi

• RAW SUGAR
1

• AFFINASI
2

• CARBONATASI
3

• FILTRASI
4

• DECOLORISASI
5

• EVAPORASI
6

• KRISTALISASI
7

• PEMISAHAN KRISTAL
8

• PENGERINGAN DAN PENDINGINAN


9

• PACKING
10

84
1. Raw Sugar.

Raw sugar adalah mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan. Raw sugar
biasanya diolah menjadi gula kristal putih atau gula rafinasi. Berikut ini penulis
akan menjelaskan bagaimana penanganan raw sugar yang baik serta standar
kualitas raw sugar di PT SUJ.

A. Proses Bongkar Muat Raw Sugar.


 Raw sugar sebagai bahan baku impor dari negara-negara produsen raw
sugar dunia (Brazil, Australia, Thailand dan India)
 Persediaan raw sugar diperhitungkan agar proses produksi berjalan dengan
lancar.
 Raw sugar ditampung dalam kapal dalam bentuk curah, kemudian
dipindahkan de portable bin dengan menggunakan hoist crane dan leader
grip sebelum diangkut dengan truk dan selanjutnya dibawa ke raw sugar
silo.
 Untuk meminimalkan kehilangan raw sugar, kontaminasi dengan debu dan
air, maka biasanya dump truck dilengkapi dengan penutup dan baru dibuka
stelah akan dilakukan pembongkaran ke gudang pengolahan.
 Penimbangan raw sugar dilakukan menggunakan jembatan timban.
Diperlukan kalibrasi dan perawatan timbangan secara berkala agar
diperoleh tingkat akurasi yang tinggi.
 Silo untuk penyimpanan raw sugar harus memperhatikan persyaratan
kondisi penyimpanan, agar gula tidak mengalami kerusakan, memudahkan
penanganan raw sugar dan meminimalkan kehilangan raw sugar.
 Silo merupakan bangunan tertutup rapat untuk mencegah sirkulasi udara
atau uap air dari luar. Lantai dasar adalah beton setebal 500mm ratailing
wall, kolom penguat pada dinding, atap corrugated steel sheet dengan
kemiringan 45°. Dikelilingi drainase yang baik untuk mencegah masuknya
air ke dalam silo.

85
B. Penyimpanan Raw Sugar.
 Faktor penting yang harus diperhatikan dalam penyimpanan raw sugar
yaitu : suhu dan kelembaban.
 Jika terdapat gula yang menggumpal (caking) akan terjadi masalah-
masalah dalam penanganan gula mentah, yaitu gumpalan gula biasanya
terlewati ketika dilakukan sampling, sehingga akan memberikan hasil
analisis mutu gula yang salah. Handling lebih sulit jika terdapat caking.
 Gumpalan biasanya bersumber dari operasi sentrifugal yang kurang baik,
air dalam gula yang tinggi dan suhu serta kelembaban gudang yang tidak
stabil.

C. Syarat Mutu Raw Sugar.

Tabel 4. 2 Syarat Mutu Raw Sugar.

NO Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1. Warna Larutan (ICUMSA) IU Min. 1200
2. Susut Pengeringan (basis basah) % traksi massa Maks. 0.50
3. Polarisasi (°Z 20 °C) Z Min. 97.50
4. Abu Konduktiviti % traksi massa Maks. 0.40
5. Kandungan Gula Tereduksi % traksi massa Maks. 0.40

2. Affinasi

Tahap awal pengolahan gula mentah adalah penghalusan, kemudian


dilanjutkan dengan pembuangan lapisan cair yang berada pada kristal yang
disebut proses affinasi. Gula mentah dicampur dengan sirup hangat yang
konsentrasi kemurniannya sedikit lebih tinggi daripada lapisan sirup sehingga
tidak akan melarutkan kristal. Proses berikutnya adalah pemisahan kristal dari
sirup dan kemudian membuang kotoran yang merupakan bagian terbesar dari gula
input serta meninggalkan kristal siap melarut sebelum perlakuan lebih lanjut, pada

86
tahap ini cairan yang dihasilkan masih mengandung warna, partikel partikel halus,
getah dan damar serta non-gula lainnya.

3. Carbonatasi

Tujuan proses karbonatasi adalah untuk pembentukan calsium carbonate


precipitate dimana untuk mengadsorb zat-zat warna dan impurities dari raw
liquor. Tujuan lainnya yaitu untuk menghasilkan carbonated liquor yang dapat di
filtrasi dengan mudah. Bahan penunjang proses carbonatasi yaitu : Milk of Lime
(Ca(OH)2) 10% baume dan Carbon Dioksida (C02) gas ≥8%.

Proses karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang dapat


memisahkan kotoran berupa koloida yang terdapat pada leburan gula. Proses
tersebut juga dapat menyerap atau menghilangkan warna yang mempunyai berat
molekul yang tinggi berasal dari raw sugar. Dengan pecampuran susu kapur dan
gas karbondioksida yang ditambahkan pada raw liquor sehingga terbentuk
gumpalan yang mengikat sebagian bukan gula. Gas yang digunakan berasal dari
ketel uap yang sudah dimurnikan melalui scrubber. Untuk mendapatkan suhu
yang stabil harus di kontrol dengan baik, karena jika suhu tinggi akan
menyebabkan pembentukan warna dan menghambat proses filtrasi pada
carbonated liquor.

A. Operational Carbonatasi.
o Dari raw melt receiving tank, raw liquor di pompa ke liquor liming unit.
o Milk of lime juga dipompa ke liquor liming unit, dosis MoL menggunakan
propotional flow.
o Limed liquor overflow ke liming tank dimana MoL dan raw liquor di
mixing dengan agiator.
o Limed liquor dari liming tank kemudian mengalir secara gravity ke first
carbonator tank dimana C02 gas dikontakkan dengan limed liquor
sehingga terbentuk CaCO3 precipitate.

87
o Carbonated liquor kemudian overflow ke second carbonated tank untuk
direaksikan lebih lanjut dengan CO2 gas sampai sesuai dengan set point
pH yang diinginkan.
o Carbonated liquor dari second carbonator tank overflow dan ditampung
di carbonated liquor tank.

B. Pedoman Operational.
o Temperature.

Raw liquor masuk ke karbonator 1 dengan suhu 65°-70°C dan akan


dipanaskan sampai mencapai 80°-85°C. Jika hasil carbonated liquor pada
saat proses filtrasi di rotary pressure fiter sangat susah maka suhu di
karbonator 1 dapat dinaikkan menjadi 90°C. Tetapi perlu diingat bahwa
suhu diatas 85°C akan menyebabkan color formation dan kerusakan gula
akan meningkat.

o Penggunaan Milk of Lime.

Quantity dari susu kapur yang ditambahkan ke raw liquor


disesuaikan dengan quality dari raw liquor pada umumnya, dosis susu
kapur terhadap raw liquor 0.5-0.8%, tetapi ketika warna dari raw liquor
tinggi maka quantity dari susu kapur dapat dinaikkan sampai 1% CaO
terhadap liquor. Dengan menaikkan quantity susu kapur akan
meningkatkan CaO yang bereaksi dengan CO2 sehingga meningkatkan
terbentuknya calcium carbonate precipitate yang akan mengadsorb
impurities dan zar warna (coloring matters) yang ada di raw liquor).

88
Gambar 4. 3 Skema Carbonatasi.

4. Filtrasi.

Setelah melewati proses karbonatasi, liquor akan terbentuk ikatan


kompleks, yaitu antara sukrosa, hidroksida kapur, air dan endapan CaCO3
dimana endapan ini terdiri dari bagian non gula sehingga untuk memperoleh gula
atau sukrosa, endapan ini harus dihilangkan dengan cara filtrasi atau penapisan.
Proses filtrasi di stasiun filtrasi ini memiliki 4 langkah kerja sebagai berikut :

 Precoating.
Precoating adalah proses pencampuran filter aid sebanyak 20 – 40 kg dan
air panas, jika belum ada brown liquor 1, tetapi jika sudah ada maka
menggunakan brown liquor 1 sehingga terbentuk mud yang akan digunakan
sebagai penyerap kotoran halus dan warna yang terkandung di dalam
carbonated liquor dan brown liquor 1.
 Filtrasi (Pertama).
Yaitu penyaringan pertama yang dilakukan terhadap carbonated liquor di
Rotary Pressure Filter ( Line 1) yang berjalan continue selama 3-4 jam yang
terdiri dari 10 unit dan di dalam setiap unitnya terdapat 38 cloth. Fungsinya
sebagai penahan mud dari precoating. Rotary Pressure Filter line 1 ini
menghasilkan Brown Liquor 1 dan Sweet Sludge. Brown Liquor 1 digunakan
sebagian kecil untuk proses precoating dan sebagian besar akan di proses lagi
pada Rotary Pressure Filter Line 2.

89
 Filtrasi (Kedua).
Yaitu penyaringan kedua yang dilakukan terhadap Brown Liquor 1 di
Rotary Pressure Filter Line 2 yang berjalan continue selama 8-16 jam, yang
terdiri dari 7 unit dan di dalam setiap unitnya terdapat 32 cloth yang berfungsi
untuk menahan mud dari precoating. Rotary Pressure Filter Line 2 ini
menghasilkan Brown Liquor 2 yang hanya digunakan untuk proses
selanjutnya yaitu proses decolorisasi di IER.
 Draining.
Draining adalah proses penurunan tekanan dimana pada proses ini tekanan
RPF yang mencapai tekanan 0 bar dengan cara pemberian hot water dengan
syarat tidak menjatuhkan mud precoating. Hasil draining dialirkan kembali
menuju carbonated liquor tank pada line 1 dialirkan kembali menuju brown
liquor tank 1, jika di draining dari line 2. Proses draining dilakukan selama 5
– 10 menit.
 Sluicing.

Sluicing adalah proses dimana sludge yang menempel pada cloth


dirontokkan dengan menggunakan hot water yang dialirkan selama 5-10
menit, dan dialirkan menuju sweet sludge tank.

Untuk endapan (sweet sludge) yang tersaring kemudian ditampung ke


sweet sludge tank untuk disaring oleh press filter, sehingga kandungan gula yang
masih terdapat dalam sweet sludge dapat digunakan kembali. Hasil dari tapisan ini
adalah sweet water yang ditampung di sweet water tank dan hasil tapisannya yang
berupa blotong (dibuang).

Untuk mendukung proses pemurnian atau purifikasi khususnya pada


proses filtrasi digunakan bahan bahan pembantu berupa filter aid yang berfungsi
sebagai bahan pembantu proses filtrasi dan bahan pembantu penangkapan kotoran
nonsukrosa.

90
Tabel 4. 3 Spesifikasi Rotary Pressure Filter.

Buatan Thailand
Jumlah 16
Volume 14m³
Jumlah Saringan Pertama 38
Jumlah Saringan Kedua 34

Tabel 4. 4 Parameter Operasional Filtrasi.

1. Filter Aid Quantity 25-30 kg/precoating


2. Maximum Pressure di Filter 3.5 bar
3. Waktu Filtrasi RPF 1 4 Jam
4. Waktu Filtrasi RPF 2 16 Jam
5. Kondisi Brown Liquor Jernih
6. Air Permeability RPF 1 300 lt/dm2/menit
7. Air Permeability RPF 2 120 lt/dm2/menit
8. Jenis Filter Cloth Mono-mono, material polypropilen

Gambar 4. 4 Skema Filtrasi.

91
5. Decolarisasi.

Tujuan Decolarisasi adalah untuk menurunkan kandungan warna pada


liquor brown 2, sesuai dengan standard warna yang ditetapkan. Pada proses ini
terjadi penghilangan warna larutan sehingga cairan yang dihasilkan jernih. Proses
decolarisasi yang dilakukan di PT. SUJ terjadi pada IER (Ion Exchange Resin).

Proses penghilangan warna menggunakan resin yang mempunyai sifat


menyerap zat-zat warna dengan prinsip pertukaran ion. Resin yang ada dalam
IER column akan menyerap warna yang terkandung pada liquor yang dialirkan
pada IER column. IER column dilengkapi dengan nozzle yang membatasi sisi
atas dan bawah pada tangka, sehingga resin tidak ikut terbawa pada saat liquor di
alirkan. Liquor hasil proses decolarisasi disebut fine liquor. Fine liquor
selanjutnya akan di pompa ke evaporator untuk dilakukan proses selanjutnya.

Berikut detail operasional decolarisasi:

 Sweetening On : Proses menggantikan air yang ada di dalam IER column


dengan brown 2 liquor.
 Production : Proses mengalirkan brown 2 liquor ke dalam IER column
untuk menurunkan warna, proses ini berjalan secara kontinyu sampai set
point volume hours tercapai.
 Draining : Proses dimana brown 2 liquor di dalam IER column di dran
kembali ke brown 2 tank.
 Sweetening Off : Proses dimana air panas dipompakan dengan flow dari
atas ke bawah untuk menghilangkan larutan gula yang ada di resin.
 Backwashing : Proses dimana air panas dipompakan dengan flow dari
bawah ke atas untuk menghilangkan kotoran (colloidal impurities) yang
ada di resin.
 Regeneration : Proses dimana larutan regeneran dipompakan ke IER
column dengan flow dari atas ke bawah untuk dikontakkan dengan resin,
dengan waktu kontak minimal 55 menit.

92
 Rinsing : Proses dimana air panas di pompakan dengan flow dari atas ke
bawah untuk menghilangkan sisa larutan regeneran. Setelah rinsing
dilakukan soaking dan IER siap di gunakan kembali.

Tabel 4. 5 Control Parameter Decolarisasi.

NO Parameter Keterangan
1. % Color Removal (IER) 75-80%
2. Maximum DP 1.5 bar
3. Brown 2 Liquor Flow Rate 4 BV
4. NaCl Konsentrasi 10%
5. Caustic Soda Konsentrasi 0.2%
6. HCl Konsentrasi 2%
7. Frekuensi HCl Regenerasi 16 – 20 cycle regeneration salt
8. Temperature Air Panas 80°C

Gambar 4. 5 Skema Decolarisasi.

93
6. Evaporasi.

Tujuan proses Evaporator adalah untuk menaikkan konsentrasi (brix) fine


liquor sebanyak 14 point. Evaporator memberikan benefit terhadap menurunkan
boiling time, manaikkan kapasitas vacuum Pan dan mengurangi terjadinya color
formation serta mengurangi konsumsi steam secara keseluruhan. Jenis
evaporator PT. SUJ yaitu triple effect evapporator.

Operational Evaporator :

 Set point vacuum di effect 1 0.8 bar A dan effect 3 0.3-0.25 bar A.
 Fine liquor dari unit decolorisasi di pompakan ke evaporator dengan
melalui filter terlebih dahulu kemudian masuk ke unit preheater untuk
mengondisikan temperature sebelum masuk ke effect 1 evaporator.
 Selanjutnya fine liquor akan mengalami proses pengentalan dengan cara
kandungan airnya di uapkan di effect evaporator secara bertahap.
 Steam masuk di effect 1 dan hasil vapournya akan masuk ke preheater 2
dan effect 2, hasil vapour dari effect 2 akan masuk ke preheater 1 dan
effect 3.
 Vapour dan liquor akan dipisahkan di separator, masing-masing effect
mempunyai satu separator yang dilengkapi dengan 2 unit pompa untuk
mentransfer concentrate liquor ke step selanjutnya.
 Hasil final concentrate liquor akan di transfer ke fine liquor head tank
untuk di tampung dan selanjutnya akan di gunakan untuk proses
kristalisasi.

Hal penting yang perlu diketahui dalam proses evaporator yaitu pada
proses penguap air dimana 1 ton steam dapat menguapkan 2-3 ton air tergantung
dari jenis. Treatment temperature pada feeding fine liquor harus dilakukan karena
jika temperature dingin masuk ke effect maka proses evaporasi menjadi lama dan
menyebabkan kanaikan warna yang cukup tinggi, sebaliknya jika liquor panas
(temperature lebih dari temperature effect) ketika masuk effect akan terjadi
flashing dan menyebabkan gula terkaramelisasi yang dapat menyumbat di plate

94
effect. Sedimen fine liquor harus di control max 7 ppm, ini dimaksudkan untuk
menjaga agar plate effect tidak mudah terjadi scaling.

Gambar 4. 6 Skema Evaporasi.

7. Kristalisasi.

Tujuan proses kristalisasi yaitu menghasilkan gula dengan kualitas yang


baik dan effesien serta biaya rendah. Selain itu juga untuk memerah gula secara
maksimal dan menghasilkan final molasses dengan purity rendah.

Berikut ini adalah proses kristalisasi gula di PT. SUJ.

Thick liquor hasil dari proses penguapan dengan brix 65-72 kemudian
dikirim ke bagian kristalisasi untuk dikristalkan. Proses kristalisasi dilakukan di
dalam suatu pan masakan berpengaduk yang berada pada kondisi hampa dengan
menggunakan vakum 600mmHg dengan bahan pemanas berupa exhaust steam
dengan tekanan maksimal 0.5 km/cm², dimana thick liquor dengan brix 65-72
akan diuapkan kembali airnya hingga mencapai kondisi lewat jenuh (meta
mantap).

95
Pada titik ini diberikan tambahan inti kristal (slurry) untuk pembesaran
hingga menjadi kristal produk. Pembesaran kristal terus dilakukan hingga pan
menjadi penuh. Selama pembesaran kristal, kemungkinan terbentuknya kristal
palsu harus dihindari agar ketika pan telah penuh, didapatkan kristal dengan
ukuran yang sesuai target dan seragam.

Proses kristalisasi dilakukan bertingkat untuk mendapatkan kristal


sebanyak-banyaknya dan menekan kehilangan gula dalam final molasses sekecil-
kecilnya. Hasil dari proses kristalisasi disebut masakan atau masscuitte.

Beberapa faktor yang dapat membuat proses laju kristalisasi menjadi cepat yaitu :

 Ukuran kristal seed yang kecil.


 Temperature yang tinggi (temperature saturated steam).
 Vacuum yang tinggi (660mmHG).
 Purity syrup atau liquor yang tinggi.
 Kondisi supersaturation.
 Viscosity massecuite yang rendah.
 Sittiring yang bagus.

Gambar 4. 7 Skema Kristalisasi.

96
8. Pemisahan Kristal.

Tujuan dari proses centrifugation adalah untuk memisahkan kristal gula


yang ada di dalam massecuite dari molasses atau syrupnya (mother liquor) dengan
gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal yang terbentuk akibat putaran pada kecepatan
tinggi akan mendorong kristal gula untuk berkumpul membentuk lapisan di basket
centrifugal, sementara mother liquor akan mengalir melalui celah lapisan kristal
dan pori-pori basket dan terpisah dari kristal.

Tujuan dari memisahkan kristal gula dari mother liquornya yaitu agar
memperoleh gula yang sesuai dengan quality yang diinginkan, agar gula tidak
lengket dan agar gula tidak mudah caking selama penyimpanan.

Bagian centrifugal digunakan untuk high grade massecuite yaitu bagian


refine sugar dan A-sugar. Adapun tahapan proses centrifugasi dalam setiap cycle
adalah sebagai berikut :

 Feeding : Tahap pertama dari cycle operasional batch centrifugal, dimana


step ini massecuite masuk ke dalam basket centrifugal dengan speed 150-
250 rpm.
 Acceleration : Tahap ini basket centrifugal mulai naik speednya sampai
maksimum speed desain mesinnya atau sesuai set point.
 Washing : Tahap ini terjadi pada saat tahap acceleration dimana pada
speed tertentu hot water akan di semburkan ke massecuite, washing
dilakukan sebanyak 2 kali dengan speed berbeda, dasar dari set point speed
untuk washing yaitu melihat massecuite pada speed berapa molasses mulai
terpisah dari gulanya.
 Spinning : Tahap ini terjadi pada step acceleration dimana set point bisa
dibuat 2 kali yaitu intermediate spinning dan top spinning pada saat
sampai set pointnya speed basket akan berputar pada speed tersebut
beberapa saat sesuai dengan set point waktunya.
 Braking : Tahap ini dimaksudkan untuk menurunkan speed sampai ke
speed untuk proses discharging.

97
 Discharging : Tahap ini gula di basket akan dijatuhkan ke screw dengan
bantuan scraper untuk menyapu gula yang melekat di basket.
 Screen Washing : Tahap ini ketika gula sudah jatuh semua ke screw
sebagian kecil ada yang masih menempel di screen basket. Untuk
membersihkan sisa gula ini dilakukan spraying dengan hot water. Jumlah
sisa gula yang menempel di screen basket tergantung dari setelan jarak
scraper ke screen, semakin dekat jaraknya, maka semakin sedikit sisa
gulanya begitupun sebaliknya.

9. Pengeringan atau Pendinginan.

Tujuan dari proses ini adalah untuk menurunkan kadar moisture dari 0.6% -
0.8% menjadi ≤ 0.03% dengan temperature gula produk ≤ 35°C. Alasan moisture
gula harus dikontrol yaitu untuk mempermudah handling (mudah mengalir, tidak
menggumpal, dan tidak lengket) dan mencegah pertumbuhan mikrobiologi dan
degadrasi kimia yang menyebabkan kenaikan warna dan surcrose loss.

Terdapat tiga tipe moisture pada gula, yaitu :

 Free / Surface Moisture : merupakan sirup yang terakumulasi disekitar


permukaan kristal gula dan sifatnya mudah untuk dihilangkan.
 Bonded / Inclusion Moisture : merupakan moisture yang terjebak di lapisan
kristal gula yang lebih dalam / pori-pori gula. Moisture jenis ini akan
menyebabkan caking. Pada saat penyimpanan moisture ini akan berpindah ke
permukaan kristal dengan perlahan – lahan, biasanya membutuhkan waktu
˃20 hari.
 Inherent Moisture : moisture yang terjebak di dalam inti kristal dan tidal bisa
dihilangkan. Biasanya dikategorikan sebagai inert.

98
Konsep dryer – cooler yaitu moisture atau water content dari kristal gula
tidak akan berpindah atau stabil pada kondisi berikut :

 Temperature kristal sama dengan temperature ruangan.


 ERH ( equilibrium relative humidity) kristal gula sama dengan RH ( relative
humidity) ruangan.

Oleh karena itu, tujuan utama dalam proses pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar moisture sampai ke tahap dimana perkembangan mikrobiologi
dapat dihindari dan kondisi kristal yang stabil sehingga tidak akan menyerap
( absorbsi ) atau mengeluarkan ( desorpsi ) moisture.

Performance dryer – cooler bergantung juga pada hal berikut :

o Karakteristik kristal gula dalam hal ini coefficient of variation ( CV) yang
ideal di range 28-30%, ( standard SUJ ≤32% ).
o Kelembaban gula kristal pada outlet centrifugal ˂ 1%.
o Kondisi operasional sesuai dengan manual book dryer – cooler.
o Suhu gula kristal pada bagian inlet dryer 60°C.

Sugar Drying.

 Supply udara yang masuk kedalam system pengering harus bersifat sub-
saturated atau kering dan tidak mengandung uap jenuh. Hal ini sangat
penting karena udara kering akan mengambil air yang terperangkap di dalam
kristal. Jika udara tidak dalam keadaan kering, maka perpindahan moisture
dari kristal tidak akan efisien.
 Temperature udara pengering lebih tinggi dari temperature sugar crystal
keluaran centrifugal. Hal ini penting untuk membantu proses evaporasi
moisture yang ada di permukaan kristal.
 Supply udara pengering harus cukup besar untuk dapat menguapkan atau
memindahkan moisture dari permukaan kristal gula tetapi tidak menyebabkan
kristal gula ikut terbawa atau terbang. Perlu diketahui bahwa partikel gula

99
kecil yang terbentuk akibat proses boiling yang tidak optimum akan tersedot
ke dust collector dan menurunkan yield.
 Supply udara pengering wajib didehumidifikasi terlebih dahulu sebelum
dipanaskan.
 Waktu retensi kristal gula di dalam pengering harus dijaga pada rentang 5-12
menit.

Migrasi dan penguapan bonded atau inclusion moisture dapat terjadi dalam
kondisi berikut :

o Retention time harus minimal 1.5 kali lebih lama dari retention time normal
yang dibutuhkan untuk menguapkan free moisture.
o Supply udara pengering harus memiliki RH yang lebih rendah dari ERH
( equilibrium relative humidity ) kristal gula. Ketika RH udara pengering
lebih rendah dari ERH gula, maka kristal gula akan mengeluarkan moisture
atau berkeringat. Moisture yang berpindah ke permukaan kristal selanjutnya
akan diuapkan seperti proses penguapan free atau surface moisture.
o Normalnya RH udara pengering harus dijaga di rentang 50 - 55%.
o Kondisi gula yang kering akan berpotensi menyebabkan ledakan jika terkena
sumber energi seperti panas, listrik dan api. Oleh karena itu, semua peralatan
yang ada di bagian drying, cooling, dan storage wajib memiliki standard
proteksi mesin minimal IP 65 dengan system grounding yang baik dan di cek
secara rutin.

Sugar Cooling.

Fungsi utama dari proses sugar cooling adalah untuk menurunkan


temperature kristal ke level dimana gula dapat dengan mudah ditangani dan di
packing. Cooling proses pada prinsipnya adalah mengkristalkan sisa-sisa dari
inclusion moisture yang tidak teruapkan selama proses drying sehingga moisture
tidak akan bermigrasi ke permukaan dan menimbulkan caking atau lumping.

Prinsip cooling adalah mendinginkan kristal gula panas keluaran dryer


dengan aliran udara yang memiliki temperature rendah (16°C) dan RH rendah (

100
55-60%). Udara dingin ini dibuat dengan mengkontakkan aliran udara dengan
exchanger cooling air dan system refrigerasi. Penting untuk diketahui bahwa
proses cooling tergantung ketuntasan proses pengeringan sebelumnya. Kristal
gula memiliki reaksi yang berbeda-beda saat didinginkan :

 Jika kristal sudah mengalami penguapan atau pengeringan sempurna untuk


inclusion moisturenya, maka proses pendinginan hanya untuk mengurangi
temperature gula tanpa menyebabkan pengurangan atau penambahan
moisture.
 Jika kristal belum mengalami penguapan atau pengeringan sebelumnya,
maka udara pendingin akan menyebabkan migrasi moisture yang akan
menyebabkan satu dari dua skenario berikut :
o Dalam kondisi supply udara dingin terbatas dan kontak dengan kristal
gula juga terbatas, maka air atau moisture yang terkandung dalam
kristal gula akan keluar dan lengket sehingga menimbulkan gumpalan
atau caking.
o Dalam kondisi supply udara cukup dan kontak udara dan kristal juga
cukup, maka sisa moisture yang ada di kristal akan mengkristal atau
teruapkan, sehingga kristal menjadi kering, dingin, dan stabil.
 Menentukan flow udara pendingin yang masuk ke cooler harus sesuai
dengan yang ada di instruksi manual book cooler.

101
Sugar Sieving.

Sebelum kristal gula ditransfer ke silo, kristal gula harus disaring untuk
memisahkan gula-gula yang memiliki ukuran yang tidak standard. Berikut ini
adalah aspek-aspek kritis yang harus dipastikan dalam operasi sieve :

 Selalu pastikan keutuhan screen dan pastikan tidak ada yang sobek atau
memiliki bukaan pori-pori diluar standard.
 Selalu pastikan bahwa laju vibrasi sesuai dengan standard operasional yang
sudah didefinisikan di manual book.
 Selalu lakukan pengecekan berkala terhadap nilai CV (coefficient of
variation) keluaran cooler. Nilai CV yang bisa diterima adalah range ≤32%.
 Kadar moisture yang diperbolehkan masuk ke silo adalah ≤0.03%.

Gambar 4. 8 Skema Dryer dan Cooling.

102
10. Packing.

Tujuan dari packing yaitu untuk mengemas gula produk sesuai dengan grade
dan spesifikasinya dan juga harus sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Pengemasan bertujuan mencegah kerusakan fisik gula rafinasi akibat pengaruh
dari luar. Kemasan yang digunakan ada dua macam yaitu kemasan primer dan
kemasan sekunder. Kemasan primer yang digunakan adalah plastik jenis
polypropilen. Kemasan tersebut digunakan karena memiliki sifat tahan tusukan,
kuat, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap asam dan basa serta tidak tembus
oleh uap air dan gas. Sedangkan kemasan sekunder berupa karung plastik.
Kemasan tersebut dipilih karena harganya relatif murah dan sifatnya yang ringan,
kuat serta tidak mudah bocor.

Penimbangan dilakukan dengan timbangan otomatis yang telah diatur untuk


menimbang 50kg dalam satu kali timbang. Timbangan dilengkapi dengan sensor
sentuh yang dapat mendeteksi gerakan tangan operator. Bila sensor tersentuh
maka lengan timbangan akan menjepit bagian atas karung. Kemasan yang telah
terisi gula bergerak menuju mesin jahit melalui belt conveyor. Selanjutnya
karung yang berisi gula produk dijahit. Setiap kemasan yang telah dijahit
kemudian dikirim menggunakan belt conveyor ke gudang produk setelah terlebih
dahulu dilewatkan ke matal detector dan diberi batch number.

103
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan.
Kesimpulan dari laporan tentang steam boiler sebagai pembangkit listrik
tenaga uap dan produksi gula di PT Sentra Usahatama Jaya adalah :

1. Dengan adanya boiler PT Sentra Usahatama Jaya memanfaatkannya sebagai


pembangkit listrik tenaga uap dan juga sebagai produksi gula rafinasi.
2. Ada banyak tipe boiler, namun PT SUJ memilih menggunakan boiler tipe CFB
(circulating fluidized bed) karena tingkat efesiensi boiler ini sangatlah tinggi.
3. Turbin membutuhkan steam untuk menggerakkan generator supaya
menghasilkan listrik.
4. Produksi gula membutuhkan steam untuk proses carbonatasi, evaporasi dan
kristalisasi.
5. Electrostatic Precipitator adalah teknologi yang dapat mengendalikan polusi
abu (fly ash) dari boiler, sehingga boiler menjadi ramah lingkungan.

Saran.
Setelah mempelajari isi laporan ini penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Pemeliharaan terhadap boiler tipe CFB harus dilakukan secara rutin, karena
boiler tipe ini memerlukan pemeliharaan yang rutin dibandingkan boiler tipe
lainnya.
2. Kadar carbon sisa hasil boiler tipe CFB ini adalah yang terbesar dibandingkan
boiler tipe lainnya, maka dari itu industri harus menanganinya dengan baik
agar tidak mencemari lingkungan.

104
DAFTAR PUSTAKA

1. www.sujsugar.com/id/tentang/our-customer.
2. blogpenemu.blogspot.com/2014/02/penemu-mesin-uap-pertama-thomas-
savery.html.
3. www.prosesindustri.com/2015/01/jenis-jenis-boiler-berdasarkan-cara.html.
4. www.prosesindustri.com/2015/01/pengertian-boiler-serta-komponen.html.
5. dunia-listrik.blogspot.com/2009/04/electrostatic-precipitator.html.
6. www.tukang-listrik.com/2018/02/sejarah-listrik-penemu-dan-
perkembangan.html.
7. news.tridinamika.com/5115/sejarah-perkembangan-generator-listrik.
8. delfisuheri16.blogspot.com/2018/11/turbin-uap-dan-perkembangannya-saat-
ini.html.
9. ilmuteknologyindustri.blogspot.com/2016/12/fungsi-komponen-dan-
klasifikasi-turbin.html.
10. isibangunan.com/8-jenis-pipa-besi-terpopuler.html.
11. id.wikipedia.org/wiki/Pipa_(saluran).
12. www.antaranews.com/berita/951268/kemenperin-boiler-industri-berperan-
penting-dalam-proses-produksi.
13. eryhartoyo.wordpress.com/2012/08/14/jenis-jenis-valve/.
14. www.antaranews.com/berita/951268/kemenperin-boiler-industri-berperan-
penting-dalam-proses-produksi.
15. www.caesarvery.com/2015/03/macam-macam-boiler.html.
16. ceritaboiler.blogspot.com/2016/08/siklus-pembentukan-uap-boiler-
fluidized.html.
17. myalucardster.blogspot.com/2011/08/siklus-batu-bara-dan-abu-pada-
pltu.html.
18. ceritaboiler.blogspot.com/2016/08/fluidbed-bed-combustion-boiler.html.
19. ridomanik.blogspot.com/2013/07/bagaimana-turbin-uap-bekerja.html.

105
LAMPIRAN 1

106
LAMPIRAN 2

107

Anda mungkin juga menyukai