Amelia D. 7009
Pembimbing
Eko Rudy Nurcahyanto, ST.
Teguh Irianto, ST.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah yang diberikan tanpa
batas kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penugasan Kelompok Kedua Bidang
Manajemen Management Trainee PT Semen Gresik 2014 yang berjudul Penggunaan Kiln Dust
sebagai Safety Operation Coal Mill sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan program seleksi
pegawai PT Semen Gresik.
Penulis berusaha menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis juga perlu
menyadari bahwa penyusunan laporan Penugasan Individu ini masih jauh dari sempurna sehingga
saran dan kritik kami terima secara terbuka demi kesempurnaan laporan ini.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan yang diberikan dengan tulus
oleh banyak pihak. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk menyampaikan penghormatan dan rasa
terima kasih kepada:
1.
2.
3.
Ibu Oktoria Masniari, ST. selaku PIC dan Kepala Biro Pengendalian Proses
4.
5.
6.
7.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Penugasan ini.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
Tugas ini. Penulis berharap semoga laporan penugasan pertamaini dapat menjadi karya yang
bermanfaat.
Amelia D.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4
1.4
Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
Instruksi Kerja Penanganan Batu Bara Terbakar pada Pulverized Bin ..................... 10
BAB III
BAB IV
PEMBAHASAN .................................................................................................... 14
4.1
4.2
BAB V
5.1
Kesimpulan................................................................................................................ 15
5.2
Saran .......................................................................................................................... 15
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tipikal Komposisi Cement Kiln Dust ....................................................................... 9
Tabel 2.2 Kandungan Volatile Organic pada CKD ................................................................. 10
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Dust Inlet to Dust Bin ................................................................ 16
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Jumlah dan Rate Dust to Grinding Table ................................... 17
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill ..................................................................... 11
Gambar 4.1 Konsep Prosedur Penambahan Kiln Dust Saat Coal Mill Stop ........................... 14
Gambar 4.2 Penambahan Dust Bin, Dust Feed Bin dan Jalur Transportasi Dust Reject ........ 15
Gambar 4.3 Tinjauan Sistem untuk Penentuan Rate Kiln Dust dari Pre-Duster Inlet Hot Gas
Coal Mill .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
iv
ABSTRAK
PT. Semen Indonesia menggunakan bahan bakar batu bara sebagai bahan bakar utama yang
mendukung proses inti dalam pembuatan semen. Batu bara yang ada harus diolah terlebih
dahulu menjadi bentuk yang lebih halus (bentuk pulverized) menggunakan pulverizer atau
mill untuk mendapatkan nilai kalori yang lebih tinggi. Oleh karena itu terdapat sistem coal
mill beserta equipment pendukung lainnya termasuk cyclone dan bag filter.
Pengoperasian coal mill menggunakan hot gas dari exit pre heater slc sebagai udara
pengering dan media conveying. Dikarenakan sifat batu bara yang mudah terbakar dan
memiliki self heating dan kondisi pengoperasian coal mill yang cenderung pada temperatur
cukup tinggi, maka rawan terjadi kebakaran dan dust explosion pada sistem coal mill. Debu
batu bara yang terakumulasi pada body coal mill atau pun sisa-sisa dust pada grinding table
rawan tersulut, terutama saat start up coal mill setelah idle yang cukup panjang. Selama ini,
prosedur untuk mengatasi kenaikan suhu dan mengatasi kemungkinan kebakaran adalah
dengan penggunaan water spray dan CO2. Diperlukan prosedur preventif untuk mencegah
tersulutnya debu-debu halus batu bara saat start up menyalakan mill fan. Penggunaan dust
dari exit pre heater slc menuju coal mill yang dipisahkan pre duster dapat menjadi salah satu
alternatif material untuk mencegah hal tersebut.
Kiln dust aman digunakan sebagai incombustible dust pada coal mill karena tidak memiliki
kandungan volatile matter. Penggunaannya dapat dimasukkan dalam prosedur pengoperasian
stop coal mill. Untuk implementasi penggunaan kiln dust, maka harus dibuat prosedur baru
dan penambahan equipment pendukung seperti dust bin, dust feed bin, dan jalur reject dust.
Jumlah dust yang dibutuhkan untuk dimasukkan pada table coal mill sekitar 3,6 ton dengan
rate pemasukan 11,7 kg/s selama lima menit.
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Diharapkan dengan pemasangan valve tersebut, api tidak menjalar ke bag filter yang dapat
menyebabkan kerugian lebih besar.
Saat coal mill harus beroperasi kembali setelah stop mendadak atau pun stop yang
terencana adalah salah satu situasi yang rawan karena kemungkinan terjadi self heating dust
atau pembakaran spontan. Pembakaran spontan dapat terjadi saat terdapat akumulasi batu
bara dalam waktu yang cukup lama sehingga teroksidasi dan memicu reaksi eksotermis yang
diikuti dengan terbentuknya panas atau api.
Prosedur safety stop coal mill dapat ditingkatkan lagi dengan penggunaan kiln dust.
Penggunaan kiln dust saat coal mill akan dioperasikan kembali membantu menutupi celahcelah yang menampung dust batu bara dan melapisi sisa-sisa dust tersebut saat fan dinyalakan
kembali sehingga mengurangi resiko terbakarnya batu bara saat start up coal mill setelah
berhenti dalam waktu yang cukup lama. Selama ini kiln dust yang dibawa aliran keluar ID
fan 2 (slc) menuju coal mill dipisahkan dengan dua pre duster untuk kemudian dikembalikan
ke blending silo. Selama ini beum diketahui efek dari dust tersebut terhadap kualitas kiln feed
di blending silo, terutama pengaruhnya terhadap LSF kiln feed. Berdasarkan beberapa
penelitian, kiln dust tidak emiliki volatile matter sehingga aman digunakan sebagai safety
material dalam pengoperasian coal mill.
I.5. Manfaat
Manfaat yang dapat dicapai oleh perusahaan antara lain:
Mengurangi resiko terjadinya kebakaran saat pengoperasian coal mill, terutama saat atau
sesaat setelah start up coal mill.
BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
menyebabkan terjadinya reaksi eksotermis diikuti pembentukan panas atau api. Faktor yang
berpengaruh terhadap pembakaran spontan antara lain:
Flow rate udara yang tinggi berguna dalam menurunkan temperature namun juga
menaikkan kadar oksigen. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan terjadinya
pembakaran spontan.
Semakin kecil ukuran partikel batu bara, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya pmbakaran spontan.
Pada temperature di bawah 100C, laju panas yang dihasilkan dari absorpsi moisture
melebihi laju panas yang dihasilkan dari oksidasi. Untuk batu bara dengan kalori
rendah yang telah dikeringkan lalu berkontak dengan udara yang memiliki karakter
seperti di atas, akan rentan untuk terjadi pembakaran spontan karena efek di atas.
Impurities di dalam coal, seperti mineral sulfur pyrite dan arcasite, dapat
meningkatkan pemanasan spontan.Kadar pyrite >2% akan menimbukan efek yang
signifikan.
tidak segera diatasi dan masih terdapat batu bara di dalam mill yang belum
dipindahkan, maka keberadaan api dapat memicu situasi kritis yang berakhir dengan
terjadinya ledakan saat start up. Banyak insiden kebakaran dan ledakan dalam
instalasi pengolahan batu bara terjadi setelah adanya shutdown yang tidak terencana.
Kebanyakan kasus kebakaran terjadi di dalam pulverizer, baghouse, atau pun bin
selama proses idle. Sedangkan hamper semua ledakan terjadi di dalam pulverizer atau
cyclone sesaat setelah start up system.
3. Material asing yang masuk ke dalam sistem
Material asing yang masuk ke dalam sistem dapat menyebabkan kondisi yang
membahayakan. Apabila material tersebut terkuci di dalam sistem, dapat menghalangi
arah aliran udara dan dapat menyebabkan sudut mati dimana debu batu bara dapat
terakumulasi.
4. Baghouse dust collector.
Baghouse adalah salah satu area kritis pada industri semen yang menggunakan sistem
indirect fired. Batu bara berukuran sangat halus yang lolos dari separator cyclone
akan memasuki baghouse untuk proses separasi akhir. Batu bara ini sangat rentan
terhadap auto oksidasi. Kemungkinan terjadinya api sebagai hasil pembakaran selama
idle meningkat. Listrik statis di baghouse juga dapat menjadi sumber api, oleh karena
itu penggunaan bag yang bersifat semi konduktor dapat meminimalkan kemungkinan
terbentuknya api.
5. Bin batu bara pulverized
Bahaya utama pada bin batu bara pulverized adalah pembakaran spontan dan
fenomena yang terkait selama proses shutdown.
(2) Penggunaan debu batu kapur, karbon dioksida, atau air di pulverizer dan debu dust
collector ketika shutdown terjadi .
(3) Penggunaan spray air dan steam ketika kondisi temperature terlalu tinggi mulai
terdeteksi.
(B) Eliminasi sumber penyulut api
(1) Penggunaan magnet dan pendeteksi logam untuk menghilangkan material logam yang
terbawa ke dalam sistem.
(2) Pemotongan dan pengelasan operasi harus dilakukan sesuai dengan kode safety dan
guideline yang berlaku
(3) Batubara panas dari area penyimpanan harus dibuang dan tidak dimasukkan ke dalam
pulverizer.
(4) Penggunaan bag dengan bahan semi konduktor untuk mencegah terjadinya release
aliran listrik statis.
(5) Merokok dan kegiatan yang menyebabkan adanya sumber panas harus dilarang
2. Good House keeping
( 1) Pencegahan akumulasi debu dengan pengontrolan ceceran batu bara , kebocoran , dan
penurunan batu bara berukuran halus selama penanganan.
( 2 ) Pembersihan dan penghapusan bahan mudah terbakar dari tempat kerja .
( 3 ) Desain , implementasi , dan pemeliharaan peralatan dusttight .
3. Desain Peralatan
Eliminasi sudut-sudut mati seperti di tepian , sudut , atau daerah lain di mana debu dapat
menumpuk di peralatan atau ducting.
(Alameddin, A. N. and Luzik, S. J., Coal Dust Explosions in the Cement)
lain. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi pemakaian bahan baku. Namun recycle
cement dust kembali ke kiln tidak selalu dilakukan karena tingginya kandungan alkali content
di dalam CKD. Alkali content pada semen diinginkan kurang dari 0,6% untuk menghindari
reaksi alkali-silica. Belakangan ini telah banyak pemanfaatan CKD untuk stabilisasi tanah,
pengolahan limbah, dll, seperti yang tercantum di bawah:
Agriculture
Civil engineering
Building materials
Pengolahan air
Pollution control
Bahkan kini terdapat studi yang menunjukkan bahwa CKD dapat digunakan sendiri sebagai
sebagian pengganti semen Portland, namun masih lebih efektif apabila dikombinasikan
dengan material semen lainnya, termasuk slag dan fly ash.
(J. MARKU*, I. DUMI**, E. LIO*,T. DILO*, O. AKAJ. The charachterization and the
utilization of cement kiln dust (CKD) as partial replacement of portland cement in mortar
and concrete production)
Berikut adalah komposisi yang terkandung dalam cement kiln dust berdasarkan jenis proses
yang digunakan:
Tabel 2.1. Tipikal Komposisi Cement Kiln Dust
Dari sample yang digunakan dalam pengetesan, umumnya volatile organic yang terdeteksi
sangat dimungkinkan akibat kontaminasi dalam laboratorium pengetesan. Walaupun terdapat
beberapa kandungan volatile organic yang ditemukan pada beberapa sample, namun
jumlahnya sangat kecil, di bawah nilai batasan deteksi analisa, dan diperkirakan tidak ada
pada CKD dari industry semen pada umumnya. Hasil penelitian tersebut adalah CKD aman
dari kandungan volatile dan semi volatile organic.
(http://www.epa.gov/osw/nonhaz/industrial/special/ckd/rtc/chap-3.pdf)
10
(IK/661/125)
Gambar 2.1 Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill
2.
3.
4.
Turunkan tekanan hydraulic spring system secara manual sampai 0 (nol) bar
5.
6.
Buka / tutup tipping valve secara manual untuk mereject material sehingga
tipping valve bisa bekerja dengan baik
7.
8.
9.
10.
11
II.8. Instruksi Kerja Penanganan Batu Bara Terbakar pada Pulverized Bin
1.
Jika Konsentrasi CO > 1500 ppm dan temperature > 75C segera siapkan
injeksi CO2 cair
2.
3.
4.
5.
6.
Jika isi Bin pulverized tidak dikeluarkan lebih dari 1 hari Bin tersebut diisi dust
sebesar 5 ton
7.
12
BAB III
BAB III
3.1
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari jurnal-jurnal terkait dengan dust
explosion dan contoh-contoh insiden yang melibatkan dust explosion, serta alternatif
tindakan pencegahannya. Selain itu perlu mengetahui karakteristik cement kiln dust dan
kegunaannya yang telah diimplementasikan melalui jurnal yang terkait dengan cement kiln
dust.
3.2
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan atas data-data yang berkaitan instruksi kerja
pengoperasian dan penghentian operasi coal mill, dan instruksi kerja lainnya yang
berhubungan. Selain itu juga melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam
perhitungan neraca massa dan neraca energi.
3.3
prosedur pengoperasian secara garis besar serta memperkirakan tambahan equipment yang
dibutuhkan. Selain itu juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah dan rate kiln
dust yang dibutuhkan dalam pengoperasian coal mill.
3.4
Penyusunan Makalah
13
BAB IV
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Konsep Prosedur Penerapan Kiln Dust pada Operasi Coal Mill
Gambar 4.1. Konsep Prosedur Penambahan Kiln Dust Saat Coal Mill Stop
Saat coal mill stop, kiln dust dimasukkan ke dalam grinding table dengan ketinggian tertentu.
Saat start up coal mill, debu akan terikut tarikan fan sehingga bisa mengurangi resiko debu
halus batu bara yang masih tertinggal dan membara karena terinduce dengan aliran udara
sehingga bisa membakar bag filter. Selain itu, kiln dust akan mengisi retakan atau ruangan di
dalam body mill yang memungkinkan untuk terakumulasinya debu halus batu bara.
14
Diharapkan juga dust ini dapat melapisi bag filter bersama tarikan fan untuk mengurangi
resiko terjadinya kebakaran pada bag filter.
Untuk mencegah pengaruh kiln dust terhadap kualitas batu bara pulverized, maka dust tidak
dialirkan ke dalam pulverized bin 1. Oleh karena itu perlu membuat line baru untuk jalur
reject dust dari screw conveyor 471 SC3. Tarikan mill ID fan untuk mengalirkan dust dapat
dilakukaan sebagai suatu prosedur untuk penentuan apakah idle telah aman dilakukan dengan
melakukan pengecekan apakah dust telah melapisi filter bag dengan melihat keberadaan dust
pada box reject.
Gambar 4.2. Penambahan dust bin, dust feed bin, dan jalur transportasi dust reject
Untuk implementasi konsep di atas maka dibutuhkan penambahan dust bin dan dust feed bin.
Penentuan dimensi bin diperhitungkan sesuai dengan rate dust yang dibawa oleh gas exit line
preheater slc yang menjadi inlet hot gas coal mill dan yang dapat dipisahkan pre duster.
Selain itu juga perlu mempertimbangkan jumlah dan rate dust yang digunakan untuk mengisi
grinding table. Untuk dust reject dapat digunakan reject box seperti reject box batu bara.
15
Gambar 4.3. Tinjauan Sistem untuk Penentuan Rate Kiln Dust dari Pre Duster Inlet
Hot Gas Coal Mill
Hasil perhitungan untuk sistem yang ditinjau di atas tertera dalam tabel di bawah.
Rate dust yang berhasil dipisahkan oleh pre duster di atas didasarkan pada perhitungan yang
menggunakan asumsi efisiensi dari masing-masing cyclone adalah 85%. Sedangkan
perhitungan dust load aliran gas yang masuk pre duster 1 didasarkan pada asumsi dust yang
dibawa gas exit preheater slc adalah 10% dari feed slc.
Adapun hasil perhitungan untuk menentukan jumlah dan rate dust yang harus dimasukkan
untuk mengisi grinding mill tertera dalam tabel berikut.
16
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Jumlah dan Rate Dust to Grinding Table
Hasil perhitungan di atas dengan asumsi letak rotary feeder dust berada di bagian atas coal
mill sehingga bentuk dust pada grinding table menyerupai bentuk cone. Pertimbangan
peletakkan rotary feeder di bagian atas, bukannya di samping seperti letak rotary feeder batu
bara adalah untuk mengurangi kontak ducting dust dengan batu bara sehingga diharapkan
dapat mengurangi resiko akumulasi debu batu bara pada area feeding dust.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Konsep implementasi penggunaan kiln dust dalam bagian safety operation coal
mill adalah sebagai berikut:
2. Konsep penerapan kiln dust dalam operasi coal mill membutuhkan investasi
dalam menambah equipment dan penunjang equipment dust bin, dust feed bin,
dan line reject dust.
3. Rate kiln dust yang dapat digunakan dalam operasi coal mill sebesar 8,02
ton/jam.
4. Jumlah dust yang diperlukan untuk menutupi area permukaan grinding table
adalah 3575 Kg yang bila menggunakan timer untuk feeding selama 5 menit,
maka rate feeding dust sebesar 11,91 Kg/s.
18
V.2. Saran
1. Perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut terhadap desain equipment tambahan
yang dibutuhkan untuk menentukan nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk
menerapkan konsep ini.
2. Perlu data yang lebih akurat untuk perhitungan dust load gas exit preheater slc
yang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alameddin, A. N. and Luzik, S. J. 1997. Coal Dust Explosions in the Cement Industry.
J. Marku, I. Dumi, E. Lico, T. Dilo, O. akaj.2008. The charachterization and the utilization
of cement kiln dust (CKD) as partial replacement of portland cement in mortar and concrete
production.
Instruksi Kerja (IK) No.: IK/661/125, IK/661/127, IK/661/125.
http://www.epa.gov/osw/nonhaz/industrial/special/ckd/rtc/chap-3.pdf. Chapter Three: CKD
Generation and Characteristics.
20
LAMPIRAN
1.
Umpan,
Li F
Kebocoran,
xi,
tsi
yf, Tf
Produk, Lo
xo, tso
COAL MILL
Gas buangKebocoran,
dr. kiln,GbF
G
Tgb
yi, Tgi
yf, Tf
Produk, Lo
xo, tso
heat loss
COAL MILL
G
Recirc,
R
yi, Tgi Yo, Tgo
Q grd
G'
Gas keluar, Go
yo, Tgo
G'
Gas keluar, Go
yo, Tgo
1.400 kg/m3
o hot gas, o Gb :R =
Assumed
10%
x G' (0 C, 1 atm)
Go =
0.9
x G'
o
1st trial)
Cp coal
0.3 as
kcal/kg
C (dry basis)
Trial
: :
o G' = o Gb (to be used
Calculation
of Mass balance
Go =
0.9
x
180000
=
162000.0 m3 air
Assumed
R
=
10%
x G'
Go =
x G'
Go =
1.05466
x
162000.0
=
170854.9
kg 0.9
air
st
(to
be
used
as
1
trial)
TrialGo
: =
o G' = /(1o+ Gb
170854.92
yo) kg udara kering
G' ==
189838.8
kg
Go
0.9
x
180000
=
162000.0 m3 air
R ==
18983.9
kg
Go
1.05466
x
162000.0
=
170854.9 kg air
Determining
the170854.92
amount of/(1
water
in kg
air udara
leavingkering
the mill , yo
Go =
+ yo)
G' =
189838.8
yo
H2O
total
/ G'kg
R
=
18983.9
kg
yo =
(H2O mat'l
+
H2O false
+
H2O recirc)
/ G'
Determining the amount of water in air leaving the mill , yo
yo = of H
/ G' :
2O total
a. Amount
water
evaporated
=
(H
+ - xo)H2O false
H2Oyo
material
= 2O mat'l L ( xi
=
65000 x
(
0.25
a. Amount
of water 11700
evaporated
=
kg :
H2O material =
L ( xi - xo)
b. Amount
of water 65000
on falsexair (
=
0.25
11700
kg
H2O f =
=
F
x
yf
alse
yf =
0.014 kg H2O/kg dry air
b. Amount of water on false air
F=
20% x G'
H2O Ff alse
x yf
= = F20%
x
189838.8
H2O recirc)
0.07
0.07
/ G'
37967.76 kg
(1)
(1)
.(2)
.(2)
.(3)
.(3)
(G')
(G')
.(4)
.(4)
21
Go =
1.05466
x
162000.0
=
170854.9 kg air
Go =
170854.92 /(1 + yo) kg udara kering
G' =
189838.8
kg
R=
18983.9
kg
Determining the amount of water in air leaving the mill , yo
yo =
H2O total
/ G'
yo =
(H2O mat'l
H2O false
0.25
H2O recirc)
0.07
.(4)
/ G'
H2O f alse=
H2O f alse=
37967.76 kg
0.014
531.55 /(1+yo)+
18983.88 yo/(1+yo)
yo =
189838.8
189838.8 /(1+yo)
11700 (1+yo) +
531.55
+
12231.55
/
159154.92
0.07685
yo =
yo =
yo =
18983.88 yo
Calculating mass flow rate of hot gas entering coal mill system, Gb
Gb =
Go =
F=
Gb =
G' =
Vn
Go - F
170854.92
37967.76
123403.24
167153.72
21% G'
Vo x Po x TN
PN x To
Vn
Vo
123403.2 kg/hr
155488.1 Nm3/hr
=
=
=
Vn x PN x To
Po x TN
Vn x (1+Ps) x 273
(1 x (273+T)
3
127504.6 m /hr
1.26 Nm3/kg
Ps
1241.238 mmH2O
4.071261 ftH2O
1.761688 psia
12107.41 N/m2
22
2.
3.
23
4.
24