Anda di halaman 1dari 53

PENGOLAHAN TEBU (Saccharum officinarum)

(Sumber Daya Alam Indonesia)

Gina Kamelia (19/449643/PTK/12902)


Maesty Oktavianty (19/453233/PTK/13179)
Dimas Agung Pramudikto (20/467442/PTK/13503)
Muhammad Khoirul M (20/467449/PTK/13510)
Sutinah (20/467454/PTK/13515)
POHON INDUSTRI
Pohon Industri Tebu

From Book : Sugarcane Biorefinery, technology and perspectives


(Santos & Rabelo, 2020)
Pohon Industri Tebu di Indonesia

https://kemenperin.go.id
Aplikasi Tebu Pada Kehidupan Sehari hari

Aplikasi Pemanfaatan Tebu di Indonesia

www.litbang.pertanian.go.id
Produksi dan produktivitas tebu di Indonesia

https://deplantation.com/wp-content/uploads/2020/11/RADAR-
Vol01-No01-Desember-2020.pdf
Beberapa produk PDT Indonesia yang masih berpotensi untuk
dikembangkan.

www.litbang.pertanian.go.i
d
ANALISA EKONOMI
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu

Analisis usaha tani tanaman PC (tanaman baru), teknologi standar PTPN, dengan asumsi : 1000 kw tebu,
rendemen 7,5%, harga Rp 3.800/kg. (Tahun 2010)

www.litbang.pertanian.go.id
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu

Analisis ekonomi usaha Agribisnis Hulu

www.litbang.pertanian.go.id
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu

Analisis ekonomi usaha Agribisnis Hilir

www.litbang.pertanian.go.id
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu
Perkiraan kebutuhan investasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua, 2005-2010

www.litbang.pertanian.go.id
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu
Produksi dan konsumsi beberapa produk di Indonesia tahun 2000

www.litbang.pertanian.go.id
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu
Negara dengan Luas Lahan Tebu Terbesar di
Negara dengan Produksi Tebu Terbesar di
Dunia Dunia (2013-2017)

(2013-2017)

https://deplantation.com/wp-content/uploads/2020/11/RADAR-Vol01-No01-Desember-202
0.pdf
Analisis Ekonomi Perusahaan Tebu
Perkembangan Harga Gula Di Indonesia
Perkembangan Harga Gula Dunia (2013-2018)
(2013-2018)

https://deplantation.com/wp-content/uploads/2020/11/RADAR-Vol01-No01-Desember-202
0.pdf
KATERSEDIAAN BAHAN
BAKU DI INDONESIA
Luas Areal Perkebunan Tebu Indonesia
menurut Status Pengusahaan (000 Ha)

Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2019


Produksi Gula Indonesia (Juta Ton)

Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2019


Perkembangan Ekspor Gula dan Tetes Tebu

Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2019


Presentase Volume Impor Gula menurut
Negara Asal 2019

Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2019


Perkembangan Volume Impor Gula dan
Tetes Tebu Indonesia

Sumber: Statistik Tebu Indonesia 2019


KARAKTERISTIK BAHAN
BAKU DAN PRODUK
Kandungan Nutrisi Komponen Tebu
Komponen Pucuk (%) Molase (%) Bagasse (%) Kisaran Standar
Pakan

Protein 5,5 4,5 2,7 12 - 15

Serat Kasar 35 0 43 15 - 21

Lemak 1,4 0 0 2-3

Kadar Abu 5,3 7,3 2,2 -

Total Kecernaan 43 - 62 80 33 58 - 65

Sumber: Foulkes (1986); Musofie (1987); Indraningsih dkk., (2006))


KARAKTERISTIK TEBU
Kandungan yang terdapat pada batang tebu :

Air
1 Komponen yang paling besar sekitar75 - 85%

Sukrosa
2 Kandungan sukrosa sekitar 10 - 12%

Gula Reduksi
3 Berupa glukosa dan fruktosa sekitar 0,5 - 2%

Senyawa Organik
4 Berupa Asam Laktat, Asam Suksinat, dan Asam Glukonat
sekitar 0,5 - 1%

Senyawa Anorganik
5 Berupa Fe 2O3, Al2O3, MgO, CaO, K 2O, SO 3, dan H 2SO4
sekitar 0,2 - 0,6%
KARAKTERISTIK TEBU
Berdasarkan sifat fisik nira tebu :

memiliki warna coklat


kehijauan

memiliki aroma segar dan


rasa manis

memiliki kekentalan mirip


dengan kekentalan air biasa
KARAKTERISTIK TEBU
Kandungan nira didalam batang tebu :

Komponen Bahan Padat Terlarut (%)


Gula 75 – 92
Sukrosa 70 – 88
Glukosa 2,0 – 4,0
Fruktosa 2,0 – 4,0
Garam 3,0 – 4,5
Anorganik 1,5 – 4,5
Organik 1,0 – 3,0
Asam Organik 1,5 – 5,5
Asam Karboksilat 1,1 – 3,0
Asam Amino 0,5 – 2,5
KARAKTERISTIK TEBU
Kandungan nira didalam batang tebu :

Komponen Organik Non Gula Bahan Padat Terlarut (%)

Protein 0,5 – 0,6


Pati 0,001 – 0,1
Gum 1,3 – 1,6
Lilim, Lemak, Fosfatida 0,005 – 0,15
Komponen Lainnya 3,0 – 5,0

Sumber: Chen & Choui (1993).


KARAKTERISTIK PRODUK GULA
Komposisi kimia gula tebu per 100gram :

Sifat Kimia Gula Tebu (%)


Kadar Air 10,32
Sukrosa 71,89
Gula Pereduksi 3,7
Lemak 0,15
Protein 0,06
Total Mineral 5,04
Kalsium 1,64
Fosfor 06
PROSES PENGOLAHAN TEBU
MENJADI GULA
Bagan Alir Pembuatan Gula
Ampas Blotong
Nira Nira
Mentah Encer
Tebu
Ekstraksi Pemurnian Penguapan

Bahan
Pembantu Nira
Pekat

Gula
Kristalisasi

Molase
Ekstraksi
• Proses pemisahan antara bagian padat
tebu (ampas) dengan bagian cair tebu
Ampas
(nira mentah).
Nira
• Alat ekstraksi tebu terdiri dari alat Tebu
Mentah

pencacahan, penyeragaman ukuran Ekstraksi

dan pemerahan nira.


• Kondisi operasi : 1 atm, 30 C
• Hasil : Nira mentah (70%) dan Ampas
(30%)
• Nira mentah : Berwarna coklat
kehijauan yang terdiri dari 77 – 88% air,
8 – 21% sukrosa, 0,3 – 3% gula
pereduksi, 0,5 – 1% senyawa organic
dan 0,2 – 0,6% senyawa anorganik.
• Cane Cutter : Memotong tebu yang masuk masih dalam bentuk batangan, menjadi
potongan yang lebih kecil berukuran 10 – 15 cm.
• Unigator : Menghancurkan tebu dengan cara memotong dan memukul tebu yang
masuk, agar menjadi ukuran yang lebih kecil. sehingga mempermudah proses
pemerahan nira
• Air imbibisi : Air yang digunakan untuk mengencerkan nira yang tersisa dalam ampas
tebu agar lebih mudah diperah niranya
• DSM Screen : Menyaring nira dari ampas yang terikut
Pemurnian

• Pemurnian berfungsi untuk Blotong


menghilangkan atau mengurangi zat Nira Nira
bukan gula dari nira mentah Mentah Encer
seoptimal mungkin. Pemurnian

• Alat pemurnian tebu terdiri dari alat


defekator, sulfitator dan clarifier. Bahan
Pembantu
• Kondisi operasi : 1 atm, 70 C
• Hasil : Nira Encer 13% Brix dan
Blotong (endapan padat dengan
kadar gula <2%)
• Brix : jumlah zat padat yang larut
(dalam gr) setiap 100 gr larutan.
Defekasi :
• Proses penambahan susu kapur Ca(OH)2 ke dalam nira encer
• Proses ini bertujuan untuk mengikat asam (senyawa bukan gula) yang
terdapat pada nira mentah dan menghasilkan endapan.
• Endapan yang terbentuk akan secara aktif mengikat kotoran yang masih
melayang di larutan nira.
• Reaksi:
3Ca(OH)2(aq) + 2H3PO4(aq) → Ca3(PO4)2(s) + 6H2O(aq)
Sulfitasi :
• Proses pengurangan susu kapur Ca(OH)2 yang masih tersisa dalam nira
(belum bereaksi) dengan menggunakan gas SO2.
• Gas SO2 akan bereaksi dengan Ca(OH)2 yang ada di dalam nira mentah
membentuk endapan CaSO3 di dalam nira.
• Endapan ini juga berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran yang masih
ada di dalam nira.
• Reaksi :
Ca(OH)2(aq) + SO2(aq) → CaSO3(s) + H2O(aq)
Klarifikasi :
• Proses pemisahan nira dari endapan yang terbentuk dengan dibantu
oleh flocculant (bahan penggumpal) untuk mempercepat penggumpulan
endapan.
• Pada proses ini, dihasilkan hasil atas berupa nira encer yang akan
dilanjutkan prosesnya menuju evaporator, serta hasil bawah berupa
slurry endapan kotoran (blotong).
Penguapan

• Penguapan berfungsi Nira


Encer
memisahkan kandungan air
Penguapan
sehingga dapat diambil gula yang
terdapat pada nira.
• Alat yang digunakan dalam tahap Nira
Pekat
ini adalah Evaporator.
• Kondisi operasi : <1 atm, 65 C
• Hasil : Nira Kental 64% Brix
Kristalisasi
Nira
Pekat
• Kristalisasi berfungsi untuk
mengubah bentuk gula atau
sukrosa dari zat terlarut dalam Gula
Kristalisasi
nira menjadi zat padat dalam
bentuk Kristal.
Molase
• Alat yang digunakan dalam tahap
ini adalah Kristalisator.
• Kondisi operasi : <1 atm, 65 C
• Hasil : Kristal Gula dan Molase
SAFETY AND ENVIRONMENT
HIRA (Hazard Identification dan Risk Assessment)
AKTIVITAS KERJA POTENSI BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO
Mengangkut Tebu dengan Terjatuh dari tangga besi Patah tulang Menggunakan safety harness untuk menuju ke kotak
hoist crane menuju hoist crane operator crane
Membersihkan sisa tebu di Terjepit mesin - mesin Cidera parah Membersihkan mesin di saat tidak sedang beroperasi dan
lantai produksi yang bergerak pengawasan dalam menggunakan APD yang lengkap
Meratakan permukaan Terjatuh dari tempat Patah tulang Memasang pagar pelindung di sekeliling tempat operator
tebu dengan cane leaveller operator cane leaveller cane laeveller
Memotong tebu dengan Kemasukan serbuk tebu Iritasi pada mata, bersin - Pengawasan penggunaan masker debu
PENGGILINGAN
cane cutter yang berterbangan bersin
Mencacah tebu dengan Kebisingan dari suara Gangguan Pendengaran Pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala dan
unigrator mesin menggunakan earplug yang mampu untuk mengurangi
tingkat kebisingan
Penggilingan Terpapar kebisingan Gangguan Pendengaran Pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala dan
suara mesin menggunakan earplug yang mampu untuk mengurangi
tingkat kebisingan
Pemanasan pendahuluan Kebisingan Gangguan Pendengaran Pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala dan
nira mentah (Pemanasan menggunakan earplug yang mampu untuk mengurangi
I) tingkat kebisingan
Defekasi I Suhu panas Lelah, Dehidrasi, Menyediakan air minum

Defekasi II Suhu panas Lelah, Dehidrasi, Kulit gatal Menyediakan air minum
PEMURNIAN - gatal
Dapur Belerang Kontak dengan bara api Tangan melepuh Pengawasan penggunaan sarung tangan
Proses Sulfitasi Terpapar gas belerang Gangguan pernafasan Memenuhi kewajiban perusahaan dengan potensi bahaya
menengah dan menggunakan masker khusus bahan kimia
Pemanasan II Tersentuh Pipa Panas Kulit melepuh Memasang masking tape pada pipa
Pengendapan (Door Terpapar oli pelumas Racun dalam tubuh, iritasi Pemeriksaan Khusus dan pengawasan penggunaan masker
Clarifier) kulit
HIRA (Hazard Identification dan Risk Assessment)

AKTIVITAS KERJA POTENSI BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO


Evaporator I Ledakan Kebakaran, kematian Melaksanakan proses penguapan sesuai dengan SOP, pemeriksaan
dalam bejana uap setiap 4 tahun sekali
Evaporator II Ruang terbatas di Kekurangan oksigen Penunjukkan petugas pengawas kegiatan bagian bawah mesin
dalam pan evaporator
I
PENGUAPAN Evaporator III Kebisingan suara Gangguan pendengaran, Pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala dan menggunakan
penguapan Tuli earplug yang mampu untuk mengurangi tingkat kebisingan
Evaporator IV Terjatuh dari tangga Cidera pada anggota tubuh Membuat pegangan tangan di sisi manhole
pan evaporator
Pemutihan nira pada Terpapar gas Gangguan pernafasan Memenuhi kewajiban perusahaan dengan potensi bahaya menengah
tangki sulfitir diksap belerang dan menggunakan masker
Pembibitan Masakan Kebisingan proses Gangguan pendengaran, Pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala dan menggunakan
Gula A masakan Tuli earplug yang mampu untuk mengurangi tingkat kebisingan
Masakan Gula A Suhu panas Lelah, Dehidrasi, Kulit Menyediakan air minum dan menambah kipas angin
gatal-gatal
MASAKAN Masakan Gula C Tersentuh pipa panas Kulit melepuh Memasang masking tape pada pipa
Pembibitan Gula D Ruang terbatas di Kekurangan oksigen Penunjukkan petugas pengawas kegiatan bagian bawah mesin
dalam pan masakan
Masakan Gula D Ledakan Kebakaran, kematian Melaksanakan proses masakan sesuai dengan SOP, pemeriksaan
bagian dalam bejana uap setiap 4 tahun sekali
ENVIRONMENT

Masalah lingkungan dalam industri pembuatan mencakup


hal-hal berikut:

Limbah padat dan produk sampingan

Air limbah

Emisi ke udara
LIMBAH PADAT DAN PRODUK SAMPINGAN

Kegiatan industri gula menghasilkan limbah padat organik dan produk samping dalam jumlah. Dihasilkan dari
pengolahan bahan mentah, dimana terdapat limbah dari residu pestisida. Limbah padat lainnya dari proses pembuatan
gula termasuk bahan filter bekas.

Pencegahan dan pengendalian limbah padat :


- Memanfaatkan ampas tebu (limbah fiber) sebagai bahan bakar uap dan pembangkit listrik.
- Gunakan molase bahan baku untuk: Fermentasi dan pembuatan kimia organik, produksi asam sitrat dan ragi,
industri distilasi, manufaktur bahan kimia organik (misalnya etanol)
- Mengumpulkan limbah untuk digunakan sebagai produk sampingan atau pakan ternak
- Kompos padatan organik dari lumpur tekan (cucian tebu) untuk membuat pupuk organik berkualitas tinggi untuk
produksi pertanian.
AIR LIMBAH

Air limbah pengolahan gula memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki kebutuhan biokimia
oksigen (BOD), karena adanya gula dan bahan organik yang berasal dari tebu. Air limbah hasil pencucian bahan
mentah yang masuk dapat mengandung hama tanaman, residu pestisida, dan patogen.

Proses Pengolahan Air Limbah

Teknik untuk mengolah air limbah proses industri mencakup penyaringan awal untuk pemisahan padatan yang dapat
disaring, sedimentasi untuk mereduksi padatan tersuspensi, penghilangan nutrisi biologis untuk menghilangkan
kandungan nitrogen dan fosfor, klorinasi limbah saat desinfeksi, pengeringan dan pembuangan residu, dalam beberapa
kasus pengomposan atau penerapan lahan dari sisa pengolahan air limbahyang dapat diterima di lingkungan.
EMISI KE UDARA

Emisi udara dalam pembuatan gula terutama terkait dengan materi partikulat yang
dihasilkan dari ketel uap berbahan bakar ampas tebu, debu dari akses jalan dan area yang
tidak beraspal, dan aktivitas pengeringan atau pengemasan gula. Selain itu, emisi bau
dihasilkan dari kegiatan pengolahan bit dan fasilitas penyimpanan. Pembersihan bahan
mentah yang tidak memadai dapat menyebabkan sari buah yang difermentasi, yang juga
akan menimbulkan bau tidak sedap.

Materi Partikulat dan Debu


Langkah-langkah yang disarankan untuk mencegah atau mengendalikan materi partikulat meliputi:
a. Mengoperasikan ketel uap berbahan bakar ampas tebu sesuai dengan baku mutu untuk pembakaran bahan bakar
padat.
b. Gunakan scrubber basah untuk menghilangkan debu dari pengeringan dan pendinginan gula.
c. Kurangi debu dari jalan dan area dengan membersihkan dan menjaga tingkat kelembapan.
d. Pasang sistem ventilasi dengan filter pada sistem transportasi untuk gula kering dan peralatan pengepakan gula.
KONSUMSI DAN PENGELOLAAN ENERGI

Fasilitas pabrik gula menggunakan energi untuk memanaskan air dan menghasilkan uap untuk proses
pembersihan. Mengurangi konsumsi energi akan berdampak positif pada emisi udara.
Pengelolaan dan konsumsi energi industri tambahan meliputi:
- Memasang teknologi panas dan tenaga gabungan berbasis turbin uap.
- Gunakan limbah serat atau ampas tebu sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga uap dan pembangkit
listrik.
- Secara anaerob mencerna limbah organik berkekuatan tinggi untuk menghasilkan biogas.
- Pilih kondisi pengoperasian boiler dan sistem turbin uap untuk menyesuaikan rasio daya panas sistem
utilitas.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Bahaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk fasilitas manufaktur gula serupa dengan fasilitas industri lainnya.
Selain itu, masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang mungkin secara khusus terkait dengan operasi pembuatan
gula meliputi:

Risiko kecelakaan yang paling umum adalah Pekerja terkena debu (termasuk agen biologis dan
tersandung dan jatuh, penggunaan peralatan yang mikrobiologis) selama proses pengeringan dan
salah, kecelakaan yang melibatkan ban berjalan, Paparan debu pengemasan gula.
ledakan dll. Bahaya fisik dan bahaya
biologis

Pekerja dapat terpapar panas, dingin, dan radiasi Paparan panas Paparan
dan dingin kebisingan Kebisingan dan getaran dihasilkan dari berbagai
dari perubahan kondisi iklim internal yang
sumber
disebabkan oleh area atau aktivitas. serta radiasi dan getaran
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai