Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kulit pisang merupakan salah satu bahan baku pembuatan bioetanol.


Limbah kulit pisang merupakan salah satu limbah dari pertanian yang
melimpah saat musim panen di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Indonesia, untuk produksi buah pisang terus meningkat tiap
tahunnya. Untuk tahun 2020 produksi buah pisang di Sumatera Selatan
mencapai 17.817,00 ton. (Badan Pusat Statistik, 2020). Sedangkan
pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup
banyak yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas sehingga
diperkirakan potensi kulit pisang sebanyak 2,09 juta ton per tahun
( Basse, 2000)
Kulit pisang dapat mencemari permukaan tanah karena dapat
meningkatkan keasaman tanah. Kulit pisang merupakan salah satu limbah
pertanian yang belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu
kemungkinan pemanfaatannya adalah diubah menjadi sumber energi berupa
bioetanol. Kulit pisang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi
(yaitu 18,5%) limbah kulit pisang mengandung monosakarida terutama
glukosa sebesar 8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol.
Bioetanol menjadi salah satu Bahan Bakar Nabati (BBN) yang
diwajibkan pemakaiannya sebagai energi alternatif (PERMEN ESDM No. 32
Tahun 2008). Hal tersebut didasari oleh penurunan produksi BBM nasional
dan jumlah impor BBM Indonesia yang makin meningkat setiap tahunnya.
Perkembangan penelitian bioetanol sampai saat ini sudah memasuki generasi
kedua, yaitu pembuatan bioetanol dengan memanfaatan limbah agroindustri
yang mengandung komponen lignoselulosa untuk dikonversi menjadi
bioetanol.

1
2

Pada penelitian terdahulu (Rose dkk, 2014) sumber karbohidrat yang


digunakan kulit pisang raja (Musa sapientum). Kandungan karbohidrat pada
kulit pisang raja 59,00 mg/g. Karbohidrat (pati) dari kulit pisang raja
dikonversi menjadi glukosa dengan metode hidrolisis asam menggunakan
H2SO4 0,5 M. Hidrolisis dilakukan selama 2 jam pada suhu 100 oC, dengan
bantuan bakteri Saccharomyces cerevisiaepada pH 4. Penelitian ini variasi
beratSaccharomyces cerevisiae3,6; 5,4; dan 7,2 gram, dengan waktu
fermentasi 72, 120, 168 dan 216 jam. Bioetanol dengan waktu fermentasi 168
jam dan berat ragi 3,6 gram diperoleh32,7%. Hasil analisa menggunakan Gas
Chromatography(GC), kadar bioetanol tertinggi sebesar 43,5%.
Dari data-data yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu, maka
penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi bioethanol dari bahan
baku pencampuran pisang raja dan pisang ambon dengan pengaruh waktu
fermentasi yang berbeda dengan menggunakan ragi roti dengan cara
fermentasi.
Diharapkan penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan tentang pengolahan limbah kulit agar lebih berguna untuk
menambah wawasan masyarakat dan dapat menghasilkan konsentrasi
bioethanol yang maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah proses fermentasi pada kulit pisang raja dapat menghasilkan


bioetanol yang bekualitas ?
2. Pada waktu dan perbandingan bahan baku berapakah bisa menghasilkan
konsentrasi yang optimal?
3

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk melaksanakan penelitian pembuatan bioetanol dari bahan baku kulit


pisang raja dan pisang ambon secara fermentasi dengan menggunakan ragi
roti
2. Untuk menghasilkan data konsentrasi bioethanol pada beberapa variasi
waktu fermentasi dan perbandingan bahan baku kulit pisang raja dan
pisang ambon

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menghasilkan data-data sebagai sarana sumber ilmu pengetahuan tentang


pembuatan bioetanol dari kulit pisang dengan pengaruh waktu fermentasi
dengan menggunakan ragi roti.
2. Memanfaatkan limbah kulit pisang menjadi bioetanol
3. Bisa memahami cara pembuatan bioetanol dari kulit pisang raja dan pisang
ambon dengan menggunakan ragi roti
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Pisang

Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai


prospek yang cukup cerah, dimana setiap orang gemar mengkonsumsi buah
pisang. Tanaman pisang dapat hidup dengan baik di daerah yang
mempunyai iklim tropis sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan
laut. Pada keadaan kering pun masih bisa hidup, ini hubungannya dengan
batangnya yang mengandung air (Sumartono, 1981).
Spesifikasi Pisang

Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.
Kulit pisang merupakan salah satu bahan baku pembuatan bioetanol.
Limbah kulit pisang merupakan salah satu limbah dari pertanian yang
melimpah saat musim panen di Indonesia. Kulit pisang dapat mencemari
permukaan tanah karena dapat meningkatkan keasaman tanah.

Kulit Pisang dapat diperoleh pada beberapa daerah yang


mempunyai potensi akan adanya buah pisang salah satunya adalah Provinsi
Sumatera Selatan, dimana kulit pisang tersebut menjadi salah satu limbah
yang terbengkalai atau tidak dimanfaatkan, yang sebenarnya banyak
mengandung nilai tambah. Agar limbah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana
sifat bahan tersebut dan digunakan dalam waktu yang relative lama, perlu
diproses lebih lanjut, menjadi beberapa hasil yang bervariasi.

4
Tabel 2.1 produksi pisang di Indonesia tahun 2020

Provinsi Pisang (Ton)

ACEH 65 366,00
SUMATERA UTARA 100 254,00
SUMATERA BARAT 142 034,00
RIAU 37 457,00
JAMBI 72 751,00
SELATAN SUMATERA 114 140.00
BENGKULU 18 153,00
LAMPUNG 1 208 956,00
KEP.BANGKA BELITUNG 5 302,00
KEP.RIAU 7 884.00
DKI JAKARTA 1 387,00
JAWA BARAT 1 263 504,00
JAWA TENGAH 798 599.00
DI YOGYAKARTA 66 730,00
JAWA TIMUR 2 618 795,00
BANTEN 290 266.00
BALI 242 242,00
NUSA TENGGARA BARAT 83 784.00
NUSA TENGGARA TIMUR 274 369.00
KALIMANTAN BARAT 60 281,00
KALIMANTAN TENGAH 30 410,00
KALIMANTAN SELATAN 79 772,00
KALIMANTAN TIMUR 95 528,00
KALIMANTAN UTARA 38 363,00
SULAWESI UTARA 45 650,00
SULAWESI TENGAH 24 422,00
SULAWESI SELATAN 146 539,00
SULAWESI TENGGARA 68 027,00
GORONTALO 13 166.00,
SULAWESI BARAT 76 750,00
MALUKU 52 776,00
MALUKU UTARA 6 924,00
PAPUA BARAT 19 019.00
PAPUA 13 157,00
INDONESIA 8 182 756,00
Sumber : www.bps.go.id

5
Dapat dilihat pada tabel 2.1 bahwa Sumatera Selatan merupakan
provinsi dengan jumlah produksi buah pisang yang cukup banyak, sangat
disayangkan apabila kulit pisang yang sering kita anggap sebagai limbah
ataupun sampah, tidak kita manfaatkan dengan baik. Kulit pisang bisa kita
manfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol yang bernilai ekonomis.

Gambar 2.1. kulit pisang raja

Kulit pisang raja digunakan karena banyak mengandung


karbohidrat. Selain karbohidrat, kulit pisang raja juga mengandung mineral-
mineral seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Komposisi Kulit Pisang Raja

Unsur komposisi
Protein 7,64%
Serat Kasar 17,50%
Lemak 3,05%
Fosfor 0,25%
Kalsium 0,53%
Karbohidrat 62,15%
Sumber : (Mokoolang et al. 2020)

6
2.2 Bioetanol

Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol


adalah C2H5OH, sedangkan rumus empirisnya C2H6O.

Gambar 1. Rumus Bangun Bioetanol (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya terbarukan. Bioetanol
(C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung
pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan
bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
premium (Khairani, 2007).
Bioetanol adalah sumber energi terbarukan yang dibuat melalui tanaman
yang mengandung komponen gula dan pati melalui proses fermentasi. Hal ini
dihasilkan dari produk pertanian seperti jagung, tebu, kentang, beras, bit dan
baru baru menggunakan anggur, pisang, tanggal dan limbah lainnya.

Bahan baku yang digunakan untuk produksi bioetanol terbagi menjadi:


a. Gula (glukosa)
Merupakan bentuk bahan baku yang paling sederhana dengan rumus kimia
C6H12O6.
b. Pati (starch) Pati banyak ditemukan pada jagung, singkong, sagu dan
berbagai makanan pokok manusia yang mengandung karbohidrat. Rumus
kimia dari pati adalah (C6H10O5)n dengan jumlah n antara 40 – 3000.
Sebagai bahan baku bioetanol, pati membutuhkan proses untuk memecah
ikatan kimianya menjadi glukosa.
c. Selulosa Merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5)n, dengan
jumlah n ribuan bahkan lebih dari puluhan ribu, yang membentuk dinding

7
tanaman dan kayu. Selulosa merupakan senyawa organic yang paling
banyak jumlahnya di muka bumi. Diperkirakan selulosa akan
mendominasi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (panji tri atmojo,
2010).

Bioetanol dikategorikan dalam dua kelompok utama:


a. Bioetanol 95 – 96% v/v, disebut “etanol hidrat” yang dibagi dalam:
 Technical/raw spit grade, digunakan untuk bahan bakar spirtus,
minuman, desinfektan dan pelarut
 Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industry pelarut
 Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi

b. Bioetanol > 99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan
lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan palarut di
laboratorium analisis.
Bioetanol memiliki banyak manfaat bagi masyarakat karena memiliki
sifat yang tidak beracun. Selain itu bioetanol juga memiliki banyak sifat-
sifat, baik secara fisika maupun kimia.

Tabel 2.3 spesifikasi kandungan bioetanol

8
2.3 Ragi
Ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri dari satu sel, dan tidak
membentuk hifa. Termasuk golongan jamur Ascomycotina. Reproduksi
dengan membentuk tunas (budding).
Contoh dan peranan Ragi/Khamir :
1. Saccharomyces cerevciae: berfungsi untuk pembuatan roti, tape, dan
alkohol

2. Saccharomyces tuac: berfungsi untuk mengubah air niral legen menjadi


tuak.

3. Saccharomyces ellipsoideus: berfungsi untuk peragian buah anggur


menjadi anggur minuman

9
4. Rhizopus Oryzae: berfungsi untuk pembuatan tempe dan produksi
minuman beralkohol. Rhizopus tumbuh baik pada kisaran PH 3,4-6 dan
suhu optimal untuk pertumbuhan 35⁰C, minimal 5-7⁰C dan maksimal
44⁰C

2.4 Fermentasi
2.4.1. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Winarno & Fardiaz,1992).
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen.. Fermentasi
bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi
bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh
massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah
glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott and
Dunn, 1959).

C6H12O6 ragi
2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol

Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist


pertama ketika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia
mendefinisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara".

10
Pasteur melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya
berpendapat bahwa fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi,
pertumbuhan dan multiplikasi sel-sel secara simultan. Jika ditanya,
bagaimana proses kimia hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula
tersebut. ". Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia
tahun 1907, berhasil menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan
oleh sekeresi dari ragi yang ia sebut sebagai zymase. Penelitian yang
dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin
meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir).
Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong dari berkembangnya
biologi molekular.

 Manfaat Fermentasi
Fermentasi mempunyai beberapa manfaat bagi kita, diantaranya:
1. Memperkaya variasi makanan dengan mengganti aroma, rasa, dan
komposisi makanan.
2. Memperkaya nutrisi makanan dengan menambahkan sejumlah
protein, asam amino, bersama vitamin.
3. Mengemat waktu dan sumber kapasitas yang dibutuhkan dalam
memproses makanan
4. Makanan berfermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bagi yang
mengkonsumsi.
5. Makanan atau minuman berfermentasi dapat meningkatkan mutu
kesehatan karena mengandung prebiotik.
6. Manfaat makanan atau minuman berfermentasi dapat meningkatkan
nilai jual produk serta bernilai ekonomis (seputarpengetahuan,2018).

2.4.2. Jenis-jenis Fermentasi


a. Fermantasi Alkohol
Ahli Kimia Prancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist
pertama melakukan penelitian dan berpendapat bahwa fermentasi alkohol

11
tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan multiplikasi sel-sel
simultan.
Fermentasi Alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa
menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang
berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae ragi untuk pembuatan tape, ragi
roti atau minuman keras.

b. Fermentasi Laktat
1. Fermentasi Asam Laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan
atau manusia, ketika keutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja
terlalu berat di dalam sel otot asa laktat dapat menyebabkan gejala kram
dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat
menyebabkan otot letih dan yeri, namun secara perlahan diangkat oleh
darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Glukosa dipecah
menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP
dan 2 NADH.
2. Fermentasi Asam Cuka Merupakan suatu contoh fermentasi yang
berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh
bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energy
yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energy yang dihasilkan oleh
fermentasi alkohol secara anaerob (Wikipedia).

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fermentasi


Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
Keasaman (pH)
Makanan yang mengandung asam bisanya tahan lama, tetapi jika
oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi
berlangsung terus, maka daya awet dari asam tersebut akan hilang.
Tingkat keasaman sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri.
Kondisi keasaman yang baik untuk bakteri adalah 4,5–5,5.

12
Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau
dibekukan.
Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan
selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu
pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu
optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik
Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu.
Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
Misalnya ragi roti (Saccharomycess cereviseae) akan tumbuh lebih baik
dalam keadaan aerobik, tetapi keduanya akan melakukan fermentasi
terhadap gula jauh lebih cepat dengan keadaan anaerobik.
Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali
setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi yaitu
selang waktu antara pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika
waktu generasinya 20 menit pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat
menghasilkan beberapa juta sel selama 7 jam (indotetis.com, 2017).

2.4.4. Proses Hidrolisis Asam


a. Hidrolisis Asam

Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi


dua bagian dengan penambahan molekul air (H2O). Hidrolisis dapat
dilakukan secara enzimatis dan kimiawi. Hidrolisis selulosa secara

13
enzimatis dapat dilakukan dengan menggunakan enzim selulase,
sedangkan hidrolisis selulosa secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan asam yaitu hidrolisis asam pekat (asam kuat konsentrasi
rendah) maupun hidrolisis asam encer (asam lemah konsentrasi tinggi).
Pemilihan asam dan konsentrasi tergantung pada jenis sampel yang
akan dihidrolisis. Beberapa asam yang umum digunakan untuk
hidrolisis asam antara lain adalah H2SO4, asam perklorat, dan HCl.
Hidrolisis asam dalam penelitian ini menggunakan metode
hidrolisis asam sulfat encer pada suhu tinggi dikarenakan waktu singkat
dan tidak menyebabkan korosif pada peralatan yang digunakan.
Pemilihan proses hidrolisis asam disebabkan waktu yang dibutuhkan
lebih singkat daripada hidrolisis enzim. Asam yang digunakan adalah
H2SO4 sebagai katalis. H2SO4 merupakan asam yang paling banyak
diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Selain itu mampu
menghasilkan glukosa tanpa membakar selulosa sehingga kadar glukosa
yang dihasilkan lebih banyak. Hidrolisis asam dilakukan dengan tujuan
menguraikan polisakarida yang ada pada sampel sehingga menjadi
struktur yang lebih sederhana yaitu monosakarida.
( Sumber : Munadjim. 1988)

14
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan april 2021 di laboratorium Teknik
Kimia Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.2 Variabel Penelitian


a. Variabel Tetap
Variabel tetap dalam penelitian ini adalah Jumlah bahan baku kulit pisang
raja dan bahan tambahan H2SO4
b. Variabel Peubah
Variabel peubah dalam penelitian pembuatan bioetanol dari kulit pisang raja
adalah:
• konsentrasi ragi roti 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr dan 7 gr
• Waktu Fermentasi 2, 3, 4, 5 dan 6 hari
c. Variabel Terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil bioetanol

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Peralatan pretreatmen : Blender, Beacker Glass, Neraca analitik, Pisau,
Telenan, Hot Plate, Selang, Botol aquadest, Labu Ukur, Corong, Saringan,
pipet tetes, PH meter, Baskom, Erlenmeyer, Tutup Gabus, Spatula
Peralatan analisis : peralatan fermentasi
Peralatan permurnian : seperangkat alat destilasi
Peralatan analisa : FTIR, Refractometer, GC

3.3.2 Bahan
1. Kulit pisang raja
2. Ragi roti
3. H2SO4

15
4. Aquadest

16
17

3.4 Rancangan Penelitian


3.4.1 Variabel yang diteliti
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu :
a. konsentrasi ragi roti 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr dan 7 gr
b. lama fermentasi hari

3.4.2 Proses Pembuatan Bioetanol


1. Persiapan bahan baku
a. Pertama-pertama kulit pisang raja disortir untuk mendapatkan bagian
kulit pisang raja yang baik.
b. Kemudian dilakukan proses pembersih kulit Pisang Raja dengan air
bersih hingga tidak ada kotoran yang menempel, selanjutnya kulit
pisang raja dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2 cm
c. Kemudian kulit Pisang Raja yang sudah dipotong lalu dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 150⁰c selama 3 jam
d. Proses selanjutnya kulit Pisang Raja yang sudah kering kemudian di
haluskan menggunakan blender hingga menjadi tepung kulit pisang raja

2. Proses Hidrolisis
a. Tepung kulit pisang raja ditambahkan larutan H2SO4 5%
b. Kemudian dihidrolisis dengan cara dipanaskan selama 50 menit dengan
suhu 120ºC. Setelah dihidrolisis lalu dinginkan hingga mencapai suhu
kamar.
c. Hasil hidrolisis disaring dengan menggunakan kertas saring
18

3. Fermentasi
a. Hasil dari hidrolisis yang sudah disaring kemudian dilakukan
fermentasi dengan bantuan ragi Roti yaitu 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr dan 7 gr
pada suhu lingkungan yaitu pada suhu 28⁰C dengan lama fermentasi
yang sudah ditentukan yaitu 1,2,3,4,5 dan 6 hari

4. Destilasi
a. Hasil bioetanol yang didapat dari proses fermentasi dilakukan
pemurnian etanol pada suhu 70-80⁰C (suhu tetap dijaga).
b. Kemudian menganalisis kadar bioetanol dengan menggunakan
refractrometer.
19

3.4.3 Metode Penelitian

Persiapan Sampel limbah kulit pisang raja yang sudah


disortir

Pengeringan kulit pisang raja yang sudah dipotong


kecil-kecil dengan ukuran 2 cm menggunakan oven
dengan suhu 45⁰c selama 5 jam

Blender kulit pisang raja hingga menjadi tepung kulit


pisang raja

Penambahan H2SO4 di hidrolisis selama 50 menit

didinginkan sampai mencapai suhu kamar 30ºC

Hasil hidrolisis kemudian disaring dengan


menggunakan kertas saring

Fermentasi dengan ragi roti sesuai dengan waktu yang


sudah di tentukan

Destilasi

Analisa

Bioetanol
20

3.6 Rencana Pengamatan


Tabel 3.1 Hasil Pengamatan variasi berat ragi
Berat sampel Ragi (gr) Kadar Bioetanol (%)
Kulit pisang raja (gr)
20 4 gr
20 8 gr
20 12 gr
20 16 gr
20 20 gr

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan waktu fermentasi


Berat sampel Waktu Kadar
Kulit pisang raja (gr) fermentasi ( hari ) Bioetanol (%)
20 2
20 4
20 6
20 8
20 10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Fourier Trasform Infra Red (FTIR)

Secara umum penelitian ini menggunakan kulit pisang raja sebagai bahan
utama. Kulit pisang raja yang telah diblender hingga menjadi tepung kulit pisang
raja kemudian di lakukan analisa FTIR di Laboratorium FMIPA Farmasi
Universitas Sriwijaya yang bertujuan untuk mengetahui gugus kimia dari kulit
pisang raja agar dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan bioetanol.
Hasil FTIR tersebut di lampirkan dalam bentuk Spektrum seperti Gambar 4.1 :

KULIT PISANG RAJA

90
1732,23 1710,38

80
3282,38

70
2917,67

1601,48
%Transmittance

1242,40
1374,78

60 886,07

50 597,59
1028,42

40

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500


Wavenumbers (cm-1)

Gambar 4.1 Spektrum FTIR ( Fourier Transform Infra Red ) Bioetanol Dari
Kulit Pisang Raja

21
22

Anda mungkin juga menyukai