TINJAUAN TEORI
Jenis tebu popular saat ini yang digunakan pada pabrik gula adalah jenis
POJ 3016 karena memiliki rendemen yang tinggi yaitu 14% dan menghasilkan
tebu 150 Ton per hektar. Selain varietas di atas jenis tebu yang digunakan pabrik-
pabrik gula pada umumnya seperti: jenis PS 881 dengan rendemen: 10,22%,
Kidang Kencana: 10,99% dan Bululawang: 7,51%. (sumber: Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia).
Secara umum, keberhasilan budidaya tebu sangat ditentukan oleh kondisi
agroklimat (iklim, topografi dan kesuburan tanah). Tekstur tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan tebu adalah sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur
tanah (Buckman and Brady, 1960) adalah lempung, lempung berpasir, lempung
berdebu, liat berpasir, liat berlempung, liat berdebu dan liat atau yang tergolong
bertekstur agak kasar sampai halus, subur serta kandungan organik dan hara
tanah.
Tanaman tebu akan tumbuh optimal di wilayah tropis yang lembab, yaitu:
berada di antara 350 LS-390 LS, ketinggian tanah 0-1.500 mdpl, suhu udara 28-
340C, kelembaban minimal 70%, sinar matahari 7-9 jam/hari dan curah hujan 200
mm/bulan.
Penanaman tebu dilahan sawah yang subur memperoleh hasil produksi gula
yang tinggi. Bobot tebu yang dihasilkan bisa mencapai 120 ton–150 ton per hektar
dengan rendemen tebu 10% sampai 14%, sehingga produksi gulanya bisa
mencapai 12 ton sampai 17 ton gula per hektar. Faktor-faktor penunjang
peningkatan produktivitas tanaman tebu seperti: lahan yang baik, pnggunaan bibit
unggul, masa tanam yang tepat dan teknik budi daya tebu yang benar, selalu
mendapat prioritas utama (Sumber: P3GI).
dalam keadaan kotor, kering, tidak dicuci, dan tidak dikuliti terlebih dahulu
(Wijayanti,2008).
Nira adalah cairan yang keluar dari pohon/batang penghasil nira yang lain
seperti tebu, aren, siwalan, lontar yang disadap dan yang terbaru adalah sorgum.
Cairan ini merupakan bahan baku pembuatan gula. Dalam keadaan segar, nira
mempunyai aroma yang harum, rasa yang manis, dan relatif tidak berwarna. Pada
nira segar akan berwarna jernih, tapi jika terlambat dimasak akan menyebabkan
nira mengalami fermentasi, sehingga nira akan berwarna putih keruh atau
kekuningan. Nira pada umumnya memiliki kandungan gula yang sangat tinggi.
Gula utama penyusun nira adalah sukrosa. Sukrosa merupakan komponen terbesar
pada zat yang terlarut dalam nira. Nira juga mengandung glukosa dan fruktosa
tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Nira yang baik bercirikan masih segar, rasa
manis, harum, tidak berwarna dan derajat keasamannya (pH) sekitar 6,0-7,0.
Selain sukrosa didalam batang tebu terdapat zat-zat lain. Dalam proses
produksi gula zat–zat ini harus dihilangkan sehingga dihasilkan gula yang
berkualitas. Berikut adalah komponen nira tebu berdasarkan zat yang terlarut.
Tabel 2.2. Komposisi nira tebu
Komposisi Nira Tebu % Zat terlarut
Gula 75 – 92
Sukrosa 70 – 88
Glukosa 2.0 – 4.0
Fruktosa 2.0 – 4.0
Garam 3.0 – 4.5
Asam Organik 1.5 – 5.5
Protein 0.5 – 0.6
Starch / Pati 0.001 – 0.05
Gums 0.3 – 0.6
Zat lilin 0.05 – 0.15
Zat warna dan komponen minor 3.0 – 5.0
sumber : “Principle of Sugar Technology”, P. Honig
2.1.3 Sukrosa
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa. Gula yang diperoleh berasal dari
tebu atau bit yang mengalami proses pemurnian sampai kadar sakarosa 99,3%
(Buckle at. al, 1987).
11
2.1.4 Gula
Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang diperlukan.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Dalam industri gula terjadinya karamel dapat merusak
warna standar (Anonim,2009). Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai
peran penting dalam pengolahan bahan makanan dan banyak terdapat dalam tebu.
Sukrosa atau gula pasir umumnya didapatkan dari tebu atau bit. Industri makanan
biasanya menggunakan sukrosa dalam bentuk halus dan kasar serta dalam jumlah
yang besar atau digunakan dalam bentuk cairan (sirup). Sukrosa yang dilarutkan
dalam air dan dipanaskan, sebagian akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa
yang disebut gula invert (Winarno, 2002).
12
6. Lama Giling
Semakin lama waktu giling maka rendemen akan semakin turun dan
selanjutnya produksi gula akan menurun.
b. Suhu
Suhu merupakan hal terpenting dimana nira harus dipanaskan sampai mencapai
kisaran suhu 80 – 100oC yang bertujuan untuk penyempurnaan reaksi apabila
kestabilan suhu tidak terkontrol maka akan mempengaruhi hasil gula yang
diproduksi baik dari warna maupun, rasa, dan jumlah produksinya pun akan
menurun.
d. Dosis Flokulan
Dosis dari flokulan dalam penelitian yang sudah dilakukan berkisar antara 2 -
3 mg/l. Pemberian flokulan dengan dosis 0 sampai dengan 40 mg/l mempunyai
tujuan untuk membantu memperbesar flok sehingga dinamakan makroflok.
15
Tebu
Ekstraksi Ampas
Air Imbibisi
(St Penggilingan) (bagasse )
Nira Mentah
Klarifikasi Blotong
Bahan Kimia
(St Pemurnian) (press cake )
Nira Encer
Evaporasi
Uap Air kondensat
(St Penguapan)
Nira Kental
Kristalisasi
Uap Air kondensat
(St Masakan)
Masse Cuite
Sentrifugasi Tetes
(St Puteran) (molasse )
Gula
b. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi ialah pemberian kapur berlebihan. Kelebihan
kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite (SO2). Penambahan gas SO2
menyebabkan: SO2 bergabung dengan Ca(OH)2 membentuk CaSO3 yang
mengendap. SO2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang
dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat
mereduksi ion ferri sehingga menurunkan efek oksidasi.
Reaksi pemurnian cara sulfitasi:
Ca(OH)2 + SO2 -----> CaSO3 + H2O
17
Tetapi saat ini sulfur tidak dianjurkan untuk digunakan pada pengolahan
produk pangan, sehingga dan gas SO2 sudah tidak direkomendasikan sebagai
pemucat bahan makanan karena membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena
itu dicari alternatif pengganti dengan cara penambahan asam fosfat.
c. Proses Karbonatasi
Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan gas
CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO2 yang berguna
untuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam
nira akan diikat.
Reaksi:
Ca(OH)2 + CO2 ----> CaCO3 + H2O
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banyak maka endapan dapat dengan
mudah dipisahkan. (E. Hugot, 1960)
nira akan terjadi pada suhu 70oC. Produk yang dihasilkan dalam proses penguapan
adalah ”nira kental”.
Serat Ampas
Serat : Serat panjang
Nira
1. Sukrosa
Sifat-sifat fisika :
Rumus kimia : C12H22O11
Berat molekul : 342,3 g/mol
pH 1 % terlarut/air :Tidak tersedia
Kemurnian : 100 % berat
Densitas : 1,587 gm/cm3
Titik lebur : 186°C (366,8°F)
Specivic gravity : 1,587 (air =1)
Warna : putih
Sifat–sifat kimia :
Stabilitas : stabil
Kelarutan :Mudah larut dalam air dingin. Sebagian
larut dalam metanol. Larut dalam dietil eter.
Sumber :scienceLab.com,2013, Material Safety Data Sheet Sucrose
2. Glukosa
Sifat-sifat fisika :
Rumus molekul : C6H12O6
Berat molekul : 180 g/mol
Titik leleh : 146oC
Densitas : 1440 Kgm-3
Specific gravity : 1,544
25
Sifat-sifat kimia :
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan alkohol
Reaktivitas : Resiko ledakan debu
Stabilitas kimia : melepaskan air kristal jika dipanaskan, oksidator kuat.
(Sumber : lembar data keselamatan bahan menurut peraturan UE no 1907/2006)
3. Fruktosa
Sifat sifat fisika :
Rumus molekul :C6H12O6
Berat Molekul : 180 g/mol
Titik leleh : 143°C
Densitas : 1447 Kg.m-3
Sifat-sifat kimia :
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan alkohol
Hindari panas dan kelembaban
Kestabilan : stabil dibawah kondisi normal jika digunakan dan di simpan.
Tidak stabil pada oksidator kuat.
(Sumber: scholar chemistry,2009. material data sheet fructose)
2.3.2 Bahan Penunjang
1. Kapur Tohor (CaO)
Sifat-sifat fisika :
Rumus kimia : CaO
Berat molekul : 56.08 g/mol
pH 1 % terlarut/air :10
Kemurnian : 100 % berat
Densitas : 3,34 g/cm3
Titik didih : 2850°C
Titik leleh : 2572°C
Specivic gravity : 3.33
Warna : putih
Sifat–sifat kimia :
Stabilitas : stabil
26
2. Nira tebu
Tabel 2.5. Spesifikasi nira tebu
No Spesifikasi
1. Wujud Cair
2. Warna Relatif tidak berwarna
3. Bau Harum karamel
Rasa Manis
(Sumber:Wijayanti,W. A. 2008. Pengolahan Tanaman Tebu)
5. Air Proses
Air yang digunakan adalah air proses dengan spesifikasi :
Tabel 2.9. Spesifikasi air proses
No Spesifikasi
1. Wujud Cair
2. Syarat fisik
- Warna Tidak berwarna / jernih
- Bau Tidak berbau
- pH Netral
- Pengotor Tidak mengandung kotoran seperti
lumpur, buih/busa, dan lemak
3. Syarat kimia
- Kandungan Tidak boleh ada
logam berat
(Pb, As, Hg)
6. Gula
Gula yang dihasilkan disesuaikan dengan permintaan pasar dan standar
yang berlaku :
Tabel 2.10. Spesifikasi gula/sukrosa
No Spesifikasi
1. Wujud Padat
2. Warna Putih
3. Bau Tidak berbau