Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sektor perkebunan adalah salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Hal
ini dilihat dari keunggulan perekonomian Indonesia yang lebih banyak terdapat pada kegiatan
produksi yang berbasis sumber daya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang
berbasis teknologi maupun tanam modal. Salah satu sektor industri pengelolaan sumber daya
alam ini adalah melalui pemasaran produksi gula pasir.

Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, kebutuhan konsumsi gula pasir di


Indonesia tahun 2017 mencapai 3,5 juta ton, sementara kapasitas produksi gula dalam negeri
diperkirakan hanya 2,5 juta ton. Dari beberapa kerterangan yang dilansir dari keterangan di
situs resmi Kementrian Perindustrain (Kemenprin) pada tangga 12 Oktober 2021 juga
mendapatkan hasil bahwa total kebutuhan gula nasional bisa mencapai sekitar 6 juta ton per
tahun, terdiri dari 2,7 juta ton gula konsumsi, dan 3,2 juta ton gula kebutuhan industri. Hal
tersebut menunjukkan hasil bahwa kebutuhan produksi di Indonesia cenderung meningkat dari
tahun 2017 ke tahun 2021.

Pada saat ini sudah banyak ditemukan berbagai macam cara produksi untuk
mendapatkan produk gula pasir dari bahan alam, seperti gula pasir dari jagung, dan gula pasir
dari jagung. Kedua bahan tersebut merupakan salah satu komoditi utama didalam sektor
pertanian Indonesia. Pada pembuatan gula pasir dari jagung umunya dilakukan beberapa
proses seperti :

 Likuifikasi
 Sacharifikasi
 Filtrasi
 Evaporasi
 Isomerisasi
 Dekolorisasi, dan lain-lain.

Keuntungan gula pasir dari bahan baku produksi jagung adalah gula ini baik bagi
penderita para diabetes karena jenis gula ini termasuk ke dalam jenis non-sintetis yang
memiliki kadar kalori cukup rendah yang bagus untuk mengontrol kadar glukosa di dalam
darah.

Namun, dilihat dari berbagai keuntungan tersebut permintaan pasar untuk konsumsi
gula jagung lebih kecil daripada gula tebu.
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-
rumputan. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk
pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di
pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan
sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan
dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasses) dan air (Hartoyo,
2011).

Pemupukanbmemegang peranan penting dalam kegiatan budidaya. Pemupukan merupakan


tindakan kegiatan budidaya untuk menambah unsur-unsur hara baik hara makro maupun mikro.
Pupuk dianggap bermanfaat untuk peningkatan biomassa tanaman, juga dapat meningkatkan
kualitas hasil yang diperoleh. Salah satu faktor berpengaruh terhadap produktivitas tebu adalah
kandungan unsur N yang menurun dan rendahnya unsur silika di dalam tanah. Tanaman yang
kekurangan unsur N akan tumbuh menjadi kerdil, daunnya bewarna kuning dan mudah gugur,
pembungaan terhambat dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksinya rendah. Selain
unsur N, unsur Si sangat diperlukan oleh tebu karena dengan adanya penambahan unsur Si pada
tebu akan berdampak positif terhadap laju fotosintesis, ketahanan terhadap hama dan penyakit,
serta meningkatnya ketersediaan P dalam tanah. Sehingga diperlukan penambahan pupuk N dan
silika untuk mendukung pertumbuhan tebu sehingga produksi gula akan tinggi (Yukamgo dan
Yuwono, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui syarat mutu
pembuatan gula kristal putih dari tebu sesuai dengan standar SNI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu
rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus
Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah
(Wijayanti, 2008) Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa tanaman tebu berasal dari India,
berdasarkan catatan- catatan kuno dari negeri tersebut. Bala tentara Alexander the Great
mencatat adanya tanaman di negeri itu ketika mencapai India pada tahun 325 SM
(Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005). Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai
berikut:

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermathophyta
 Sub Divisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledone
 Ordo : Glumiflorae
 Famili : Graminae
 Genus : Saccharum
 Spesies : Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006).

Pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5—1,0 meter.
Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda terdapat akar rambut
yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur hara (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu memiliki akar
setek yang disebut juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi pada saat
tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar dari setek batang, disebut akar primer
(Miller dan Gilbert, 2006). Kemudian pada tanaman tebu muda akan tumbuh akar tunas. Akar ini
merupakan pengganti akar bibit, berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama
tanaman tebu tumbuh (James, 2004).

2.2 Nira Tebu


Nira tebu merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari penggilingan tebu yang
memiliki warna coklat kehijauan. Nira tebu selain mengandung gula, juga mengandung zat-zat
lainnya (zat non gula). Perbedaankandungan sukrosa dalam batang tebu berlainan karena
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. cara pemeliharaan b. jenis tebu c. iklim d. umur tebu
(Widyastuti, 1999). Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,
kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan
ini sering dinamakan ekstraksi. Jadi nira adalah air hasil gilingan atau ekstraksi dari tanaman
tebu, di dalam nira terdapat banyak sekali zat – zat yang terkandung didalamnya, misalnya daun
kering, blendok, pectin serta polisakarida starch, karena biasanya tebu yang digiling didalam
pabrik dalam keadaan kotor, kering, tidak dicuci, dan tidak dikuliti terlebih dahulu.
Perolehan nira tebu yang mengandung sukosa, diperoleh dari tebu dengan pemerahan
dalam unit penggilingan setelah melalui proses dalam unit pencacah tebu. Proses ini
dimaksudkan untuk mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Dalam unit penggilingan tebu,
nira terperah keluar, yang tersisa adalah ampas (Kultsum, 2009). Nira tebu mengandung
senyawa-senyawa kimia baik yang membaur terlarut maupun yang membentuk koloid.
Komposisi senyawa kimia di dalam nira tebu berbeda-beda tergantung jenis tebu, lokasi
penanaman dan umur tebu saat dipanen (Purnomo, 2003). Dalam persyaratan SII (Standar
Industri Indonesia) minuman ringan tidak dinyatakan batas nilai pH, hal ini disebabkan minuman
ringan yang diproduksi selama ini bervariasi nilai pH-nya, tergantung dari jenis bahan baku dan
rasanya. Biasanya pH produk minuman ringan dari nira yang diperoleh selama delapan minggu
tidak berubah, maka masih layak untuk dikonsumsi (Yeanny, 1999).

2.3 Derajat Beix


Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix, dan HK (hasil bagi kemurnian).
Istilah-istilah ini muncul dalam analisa gula, baik dari nira sampai menjadi gula kristal. Nira tebu
pada dasarnya terdiri dari dua zat yaitu zat padat terlarut dan air. Zat padat yang terlarut ini
terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula. Baik buruknya kualitas nira tergantung dari
banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam nira. Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut
(dalam gram) setiap 100 gram larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram
nira, 16 gram merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui banyaknya
zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur yaitu piknometer,
hydrometer dan index bias. Nira untuk diolah menjadi gula harus memenuhi persyaratan pH dan
brix, yaitu pH 6 - 7,5 dan kadar brix diatas 17%. Proses pengolahan gula pada umumnya masih
dilakukan secara tradisional. Mutu gula yang dihasilkan oleh petani masih rendah. Pengolahan
secara tradisional berdampak terhadap berkurangnya kandungan asam amino esensial pada gula
aren karena proses pemasakan yang lama (Ho et al., 2008 ; Phaichamnan et al, 2010).

2.4 Metode Pemurnian


Pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. (Petrucci,1996).

Cara pemurnian nira yang banyak dilakukan di Indonesia ada 3 macam, yaitu :
1. Cara Defekasi ; cara ini adalah yang paling sederhana tetapi hasil pemurniannya juga belum
sempurna, terlihat dari hasil gulanya yang masih berupa kristal yang berwarna merah atau
coklat. Pada pemurnian ini hanya dipakai kapur sebagai pembantu pemurnian.
Pemurnian nira dengan cara defekasi dibagi menjadi :
 Defekasi Dingin
Pada defekator ditambahkan susu kapur sehingga pH menjadi 7.2 – 7.4. Setelah itu
baru nira dipanaskan lalu menuju ke pengendapan. Pada defekasi dingin reaksi antara
CaO dengan Phospat lebih lambat, tetapi inversi dapat dikurangi. Karena suhu dingin
maka absorbsi bahan bukan gula oleh endapan yang terbentuk lebih jelek
dibandingkan defekasi panas.
 Defekasi Panas
Nira mentah dari gilingan dipanaskan terlebih dahulu, lalu direaksikan dengan susu
kapur.
 Defekasi Bertingkat
Susu kapur ditambahkan pada nira dalam keadaan dingin hingga pH 6.5, kemudian
nira dipanaskan dan ditambahkan susu kapur lagi hingga pH 7.2 – 7.4.
 Defekasi sachharat
Sebagian nira ditambahkan susu kapur sedangkan sebagian yang lain dipanaskan,
kemudian dicampur.

2. Prinsip proses pemurnian ini adalah memproses nira mentah dengan menambahkan susu
kapur dan gas SO2. Susu kapur ditambahkan berlebih kemudian dinetralkan oleh gas SO2.
Dengan adanya penambahan reagen tersebut akan timbul endapan yang berfungsi sebagai
pengadsorbsi bahan bukan gula. Cara ini adalah lebih baik dari defekasi, karena sudah dapat
dihasilkan gula yang berwarna putih. Pada pemurnian cara ini dipakai kapur dan gas hasil
pembakaran belerang sebagai pembantu pemurnian. Beberapa modifikasi dalam proses
sulfitasi antara lain :
 Sulfitasi Asam
Pada proses ini nira yang sudah dipanasi ditambahkan gas SO2 hingga pH 4.0
selanjutnya ditambahkan susu kapur hingga pH 8.5 dan dinetralkan kembali dengan
gas SO2 hingga pH 7.2 – 7.4.
 Sulfitasi Alkalis
Pada proses ini nira ditambahkan susu kapur hingga pH 10.5 kemudian dinetralkan
dengan gas SO2. Pertimbangan penggunaan sulfitasi alkalis karena tingginya kadar
P2O5.
 Sulfitasi Netral
Pada proses sulfitasi ini pH nira dalam defekator sekitar 8.5. Pertimbangan
melakukan sulfitasi netral adalah seimbangnya kadar P2O5, Fe2O3 dan Al2O3.

3. Proses karbonatasi adalah pemurnian dengan menambahkan susu kapur berlebihan dan
dinetralkan menggunakan gas CO2. Endapan yang terbentuk adalah endapan CaCO3.cara ini
adalah yang terbaik hasilnya dibanding dengan dua cara diatas. Tetapi biayanya yang paling
mahal. Pada pemurnian ini dipakai sebagai bahan pembantu adalah kapur, gas asam arang
( CO2 gas hasil pembakaran belerang. Ada dua macam modifikasi dalam proses karbonatasi,
yaitu :
 Karbonatasi Tunggal
Pada proses ini proses pencampuran dilakukan dalam satu reaktor. Nira ditambahkan
susu kapur berlebih kemudian dinetralkan menggunakan gas CO2. Alkalinitas dijaga
antara pH 9 sampai 10.
 Karbonatasi Rangkap
Pada dasarnya prosesnya adalah sama dengan karbonatasi tunggal. Tetapi pemberian
gas CO2 terbagi, yaitu apabila susu kapur habis alkalinitas dijaga tetap pada pH 10.5
kemudian nira ditapis. Hasil tapisan ini dialiri gas CO2 lagi (Kuswurj, 2008).

2.5 Gula dan SNI GKP (Gula Kristal Putih)


Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.
Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Gula
sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam),
menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Beberapa gula misalnya glukosa, fruktosa,
maltosa, sukrosa,dan laktosa mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda misalnya
dalam hal rasa manisnya, kelarutan didalam air, daya pembentukan karamel jika dipanaskan dan
pembentukan kristalnya (Winarno, 1980). Fungsi-fungsi gula dalam produk antara lain: sebagai
bahan penambah rasa dan sebagai bahan perubah warna kulit produk (Subagjo, 2007). Ada
tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil
(OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldosa) biasanya terletak
pada karbon nomor satu (anomerik), sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya
terletak pada karbon nomor dua (Winarno, 1992).

Standar Nasional Indonesia GKP

2.6 Sulfur Dioksida


Sulfur dioksida merupakan gas tak terlihat yang berbau sangat tajam dalam konsentrasi
yang pekat, mempunyai sifat tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak serta menyerang
sistem pernafasan manusia. Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera
manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Hanya sepertiga
dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan
kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari
sumber-sumber alam seperti volcano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang
ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata
sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan
polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi bukan merupakan sumber
utama polutan SOx tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama
polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya
(Wardhana, 2001).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat : 1. Hand refactrometer

2. beaker glass

3.alat pemanas

4.pengaduk magnetik

5.kertas lakmus

6.colour reader

7.neraca

8.mesin pengayak

9. ayakan (16, 18, 20, 25 dan 40 mesh)

10. timbangan analitik

11. erlenmeyer

12. biuret mikro

13. magnetic stirer

14. cawang timbang

3.1.2 Bahan : 1.Nira tebu

2. larutan kapur

3. GKP

4. Larutan Iodium

5. larutan standar tio sulfat

6. HCL (5%)
7. larutan kanji (0,2%)

8. aquades

3.2 Skema Kerja dan Kunci Perlakuan

3.2.1 Skema Kerja


1. Derajat Brix

2. Defekasi
3. Warna GKP

4. Besar Butir

5. Residu SO2
A. Blanko
B. Sampel

3.2.1 Fungsi perlakuan

1. Derajat Brix

Pada praktikum kali ini dilakukan lima acara, untuk acara pertama yaitu derajat
brix nira. Derajat brix merupakan jumlah zat padat yang terlarut. Hal pertama yang
dilakukan sebelum praktikum yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Alat yang digunakan yaitu hand refractometer, sedangkan bahan yang digunakan yaitu
nira dari tebu dengan kulit dan nira tebu tanpa kulit. Pertama nira dengan kulit dan nira
tanpa kulit dilakukan pengukuran dengan han refraktrometer, fungsi dari reflaktometer
yaitu dapat digunakan untuk menganalisis kadar sukrosa pada bahan makanan.
Refraktometer terdiri atas beberapa bagian, yaitu kaca prisma, penutup kaca prisma,
sekrup pemutar skala, grip pegangan, dan lubang teropong (Atago 2000). Satuan skala
pembacaan refraktometer yaitu °Brix, yaitu satuan skala yang digunakan untuk
pengukuran kandungan padatan terlarut (Purwono 2002). Skala °Brix dari refraktometer
sama dengan berat gram sukrosa dari 100 g larutan sukrosa. Jika yang diamati adalah
daging buah, skala ini menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 g daging buah.
Selanjutnya pengukuran dilakukan tiga kali pengulang dan setelah itu diamati
perbedaannnya.

2. Defekasi

Acara kedua yaitu defekasi pada derajat brix nira, defekasi merupakan suatu
kegiatan pemurnian nira dengan menggunakan kapur. Hal pertama yang dilakukan
sebelum praktikum yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang
digunakan yaitu beaker glass, alat pemanas, pegaduk magnetik, kertas lakmus, hand
refractrometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu nira dengan kulitnya, nira tanpa
kulit dan larutan kapur. Pertama ambil 150 nira dengan kulit dan nira tanpa kulit, setelah
itu dilakukan pemanasan dan dilakukan penambahan kapur fungsi dari penambahan
kapur ini yaitu untuk memurnikan nira, dan dilakukan pemanasan kembali dengan
diaduk fungsi dari pengadukan yaitu menghomogenkan larutan. Setelah pemanasan
selesai didinginkan sebentar, kemudian direflaktometer, fungsi dari reflaktometer yaitu
dapat digunakan untuk menganalisis kadar sukrosa pada bahan makanan. Refraktometer
terdiri atas beberapa bagian, yaitu kaca prisma, penutup kaca prisma, sekrup pemutar
skala, grip pegangan, dan lubang teropong (Atago 2000). Dan selnjutnya dilakukan
perbandingan sebelum dan sesudah didefekasi.

3. Warna GKP

Acara yang ketiga yaitu pengukuran warna. Pengukuran warna dilakukan untuk
mengetahui perbedaan antara gula kristal putih denngan kualitas 1 dan gula kristal putih
dengan kualitas 2. Hal pertama yang dilakukan sebelum praktikum yaitu menyiapkan
alat dan bahan. alat yang digunakan yaitu coloureader, sedangkan bahan yang digunakan
yaitu gula kristal putih kualitas 1 dan gula kristal putih kualitas 2. Pertama ambil sampel
gula dengan perbedaan kualitas ukur dengan menggunakan coloureader, fungsi dari
pengukuran menggunakan coloureader yaitu warna dapat diukur secara sistematis (de
Man,1999).

4. Besar Butir

Acara yang keempat yaitu pengukuran besar butir dari gula kristal putih.
Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran butir dari masing-masing gula
kristal putih. Sama seperti acara yang lain hal pertama yang dilkukan sebelum praktikum
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. Alat yang
digunakan yaitu neraca, mesin pengayak, dan ayakan 16, 18, 20, 25 dan 40 mesh
sedangkan bahan yang digunakan yaitu gula kristal putih dengan perbedaan ukuran.
Pertama siapkan masing-masing 60 gram gula kristal putih dengan perbadaan ukuran
dan lakukan pengayakan menggunakan ayakan dengan perbedaan mesh, fungsi dari
ayakan ini yaitu untuk memperoleh kristal gula dengan ukuran terkecil. Standar nasional
indonesia (2010), menyatakan bahwa standar besar jenis butir yaitu antara 0,8-1,2.

5. Residu SO2

A. Blanko
Acara penentuan residu belerang oksida dibagi menjadi dua yaitu titrasi
blanko dan titrasi sampel. Untuk titrasi blanko bahan yang digunakan yaitu
aquadest, indikator, dan HCL. Pertama ambil 150 ml aquadest, lakukan
penambahan 10 ml indikator amilum dan 10 l HCL. Setelah itu titrasi
menggunkan larutan Iodin sampai berubah warna, fungsi dari tirasi iodin ini yaitu
untuk mendeteksi adanya residu belerang pada gula kristal putih.
B. Sampel
Titrasi sampel ini dilakukan sama seperti dengan titrasi blanko, hanya saja
di titrasi sampel ini menngunakan sampel berupa gula kristal putih. Bahan yang
digunakan yaitu aquades, HCL, dan indikator amilum. Pertama larutkan gula
kristal putih dalam 10 ml aquadest aduk dengan spatula sampai homogen. Setelah
itu lakukan penamabahan 10 ml HCL dan 10 ml amilum. Titrasi dengan iodin
sampai berubah warna, fungsi dari tirasai iodin ini yaitu untuk mendeteksi adanya
residu belerang pada gula kristal putih.
DAFTAR PUSTAKA

Agato, 2000. Refraktometer. Yogyakarta : graha ilmu

Badan Standarisasi Nasional. 2010. Gula kristal-bagian 3 : putih. Jakasrta : badan


standarisasi nassional

Hana, 2013. Ketetapan SO2 pada bahan makanan dan minuman. Yogyakarta.

Penerbit Andi.

Kuswurj, R., 2009. Sugar Technology and Research: Kualitas Mutu Gula Kristal Putih.
Surabaya : Institut Teknologi Surabaya

Maryanto, dkk. 2004. Petunjuk PraktikumTeknologi Pertanian. Jember : FTP UNEJ

Petrucci. 1996. Kimia Dasar. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Purnomo, 2003. Penentuan Rendemen Gula Tebu Secara Cepat. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.

Raharjo, M. 2010. Refractometer. Jakarta : gramedia

Risvan, K. 2009. Penentuan Kadar Gula Reduksi Nira Tebu. semarang. Permata
indah

Tjokroadikoesoemo, P. S. dan A. S. Baktir,. 2005. Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya

:Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi


IndustriTarigan,

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/05/produksi-gula-tebu-perkebunan-
besar-capai-1000-ton-pada-2021#:~:text=Menurut%20keterangan%20di%20situs
%20resmi,juta%20ton%20gula%20kebutuhan%20industri.

https://pdfcoffee.com/makalah-gula-jagung-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai