Anda di halaman 1dari 18

SABUN COLEK

A. Tujuan Percobaan

1. Bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan sabu colek


2. Bertujuan untuk memahami bagaimana caranya membuat perhitungan ekonomi

B. Dasar Teori

(Dandy)
Sabun colek adalah sabun yang lunak untuk mencuci pakaian, piring dsb. Keberadaan
sabun colek sedikit tergeser dengan adanya keberadaan sabun cair cuci piring. Sabun colek sudah
sangat melekat dihati masyarakat sebab keberadaan sabun colek digunakan oleh konsumen jauh
sebelum munculnya sabun cair cuci piring. Oleh sebab itu masyarakat terbiasa menggunakan
sabun colek dan beralih ke sabun cair cuci piring sangat sulit. Hal ini juga disebabkan juga bahwa
sabun colek lebih ekonomis dan bisa di gunakan untuk mencuci pakaian dll. Tetapi dari segi
kepraktisan dan kecepatan, sabun cair lebih cepat larut dalam air.

Bahan aktif sabun colek Alkyl Benzene Sulfonate ( ABS) ini adalah bahan yang mutlak
harus dipakai pada proses membuat sabun colek. yang nantinya akan menentukan hasil akhir.
tanpa bahan ini sabun colek tidak akan memiliki daya bersih dalam pemakaian sabun colek, bahan
ini berbentuk cairan yang biasanya berwarna coklat tua, yang berfungsi sebagai pembersih, ciri –
ciri cairan ini adalah memiliki busa yang banyak bila di kucek.

Keberadaan sabun colek sedikit tergeser dengan adanya keberadaan sabun cair cuci piring.
Sabun colek sudah sangat melekat dihati masyarakat sebab keberadaan sabun colek digunakan oleh
konsumen jauh sebelum munculnya sabun cair cuci piring.Dan pada saat munculnya sabun cair
masyarakat pun sebagian besar banyak yang beralih ke sabun cuci piring. Karena dari segi
kepraktisan dan kecepatan, sabun cair lebih cepat larut dalam air.

Banyak sekali produk sabun cuci piring cair dipasaran contohnya seperti Sun Light dan
Mama Lemon. Dua Merk tersebut adalah yang sangat disenangi oleh masyarakat dan laku keras
penjualannya. Tingginya penjualan tersebut dikarenakan selain harganya yang terjangkau, juga
dikarenakan hasilnya dalam membersihkan kotoran terutama lemak – lemak yang penempel pada
peralatan makan. Selain itu bahan pendukung seperti busa yang melimpah dan bau parfum jeruk
serta adapula yang menambahkan concentreted lime juice sebagai pembersih lemak yang dapat
membersihkan 1,5 kali lebih cepat. Itulah nilai tambah yang khas ditiap merek tersebut.

Sabun colek detegen mempunyai bentuk lembek/pasta basah dan tidak kering
menyebabkan mudah untuk digunakan, yaitu mudah ditakar serta mudah untuk membersihkan
bagian–bagian yang sulit pada pakaian maupun bahan yang lain.
Banyak masyarakat umum yang beralih ke sabun cuci piring cair di sebabkan banyaknya
kelebihan dari sabun cuci piring cair. Diantaranya Kelebihan sabun mandi cair bila dibanding
dengan sabun mandi padat, diantaranya sebagai berikut:

1. Praktis, karena sabun cuci piring cair tersedia dalam bentuk kemasan botol, sehingga dapat
mudah di bawa atau pun di simpan.
2. Mudah larut di air ( bathtub ), lalu di campur dengan air sebentar langsung berbusa.
3. Mudah berbusa dengan menggunakan spon kain, dengan begitu dapat menghemat pada saat
pemakaiannya
4. Biasanya lebih ampuh dalam me.mbersihkan lemak pada peralatan memasak.

(Zakky)

Banyak sabun colek merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium
atau kalium hidroksida ) pada suhu 80o–100o C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun colek mentah.

Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan oleh pembakaran
tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun colek dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti
minyak zaitun.

Bahan–bahan yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah dedocyl benzene sulfonat (DBS),
soda kaustik, soda abu, pewarna, STTP, parfum dan air. Beberapa bahan tersebut merupakan
bahan–bahan di pasaran yang biasanya digunakan oleh pembuat sabun colek, selain itu masih
terdapat bahan lain yang bisa dipakai sebagai bahan pengganti bahan–bahan tersebut, contohnya
adalah STTP (Sodium Tripoly Phosphate) sebagai bahan penunjang.

 Dedocyl Benzene Sulfonat (DBS)

DDBS merupakan bahan aktif untuk pembuatan sabun colek sebagian kalangan
menyebutnya dengan sebutan ABS (Alkyl Benzene Sulfonat). Bahan ini mutlak ada pada
sabun colek karena tanpa bahan ini, hasil akhir tidak bisa disebut sabun colek, dari segi
penampakan dan fungsinya, tanpa DDBS busa tidak akan timbul dan daya bersihnya
menjadi berkurang. Bahan ini merupakan cairan yang berwarna cokelat tua dan berfungsi
sebagai pembersih degan ciri khas adanya busa yang banyak.

Bahan ini cukup banyak tersedia di toko – toko kimia, namun bila tidak ada
terdapat bahan lain yang dapat menggantikannya yaitu LABS (Linear Alkyl Benzene
Sulfonat) tetapi harganya lebih mahal dibandingkan DDBS.

 Kaustik Soda
Kaustik soda berfungsi sebagai penetralisir sifat keasaman yang ditimbulkan
DDBS. Bahan ini berbentuk lempengan atau padatan yang tipis – tipis (flake). Sebelum
direaksikan dalam adonan, flake tersebut harus dilarutkan dalam air. Jika larutan yang
didinginkan berkadar 40 % maka perbandingan antara lempengan kaustik soda dengan air
kurang lebih 40 : 60 Berdasarkan perbandingan tersebut maka 40 gram lempengan kaustik
soda dapat dilarutkan dengan air sebanyak 60 cc. pembuatan larutan dalam jumlah besar
dapat juga dilakukan asal memperhatikan perbandingannya. Kadar 40% tersebut
merupakan kadar yang lazim digunakan .

Kaustik soda harus dilarutkan secara perlahan–lahan dan hati-hati karena


mempunyai sifat yang cukup keras, caranya flake kaustik dimasukan kedalam air kemudian
diaduk jika perlakuan tersebut terbalik akan menimbulkan percikan.pada saat flake kausatik
dan air mulai tercampur, akan timbul reaksi panas, hal ini dikarenakan reaksi dari pelarutan
bahan tersebut.

Larutan kausatik soda yang telah terbentuk dan siap digunakan selanjutnya
disimpan dalam ember plastik/botol, namun pada saat melarutkan dan menyimpannya
jangan menggunakan wadah yang terbuat dari logam, karena larutan kausatik soda bersifat
korosif. Lama penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari seminggu jika melewati waktu
tersebut maka akan timbul endapan dan reaktivitasnya menurun.

 Soda Abu (Soda Ash)

Soda abu berbentuk bubuk dan berwarna putih, fungsinya untuk meningkatkan daya
bersih (sebagai bahan penunjang), namun penambahan soda abu dengan tujuan untuk
menaikkan daya bersih sabun colek tidak boleh terlalu banyak karena dapat menimbulkan
rasa panas ditangan saat mencuci, oleh karena itu dalam pemyusunan formula jumlah abu
dibatasi maksimal 7%.

 Pewarna & Parfum


Kedua bahan ini tergolong sebagai bahan tambahan, meskipun bahan ini tidak akan
mengurangi fungsi sabun colek tetapi keberadaannya dapat meningkatkan daya tarik
terhadap konsumen. Sabun colek yang berwarna asli cokelat muda dan berbau seperti tanah
tidak akan menarik bagi konsumen. Sementara parfum yang paling disukai konsumen
adalah aroma jeruk lemon, pemakaian aroma seperti itu diharapkan dapat menghilangkan
bau amis pada peralatan dapur.

 Air

Air merupakan bahan pokok dalam pembuatan sabun colek, tanpa air reaksi pada
pembuatan sabun colek tidak akan sempurna disamping itu, air juga dapat mengontrol
kekentalan sabun colek sehingga kekentalannya pas. Air yang digunakan sebaiknya telah
mengalami proses demineralisasi.

 STTP

STTP yang biasa disebut Sodium Tripoly Phosphat tidak suatu keharusan, boleh
ditambahkan boleh tidak. STTP menimbulkan efek positif yaitu air limbahnya dapat
menyuburkan tanaman.

Sebelum sabun colek dikemas harus dilakukan kontrol kualitas terhadap kekentalan,
potensi busa, kehalusan, kecepatan mengering dan potensi mengeluarkan cairan.

(Kevin)
Cream Detergent atau yang dikenal sebagai sabun colek merupakan bahan yang tidak asing
lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan sabun colek tetap banyak diminati konsumen,
meskipun banyak beredar jenis sabun yang lain, misalnya detergen bubuk. Kenyataan ini
disebabkan karena sabun colek harganya relatif murah, mudah pemakaiannya, cocok untuk
berbagai keperluan mulai dari mencuci pakaian, peralatan dapur, maupun untuk mencuci sepeda
motor dan mobil. Dengan berkembangnya jumlah penduduk dan peningkatan penggunaan berbagai
macam produk yang menyangkut kebutuhan manusia sehari-hari, maka kebutuhan sabun colek
sebagai bahan pembersih dari hari ke hari akan terus meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk.

Berbeda dengan sabun biasa, detergen mempunyai sifat tidak membentuk endapan (scum)
bila digunakan pada air sadah, sehingga efektif digunakan sebagai agen pembersih (Cleansing
Agent). Karakteristik detergen ini disebabkan oleh adanya gugus sulfonat yang ada pada struktur
detergen. Gugus sulfonat ini membentuk garam kalsium dan magnesium yang larut dalam air. Oleh
karena itu detergen tidak membentuk scum dan keefektifannya sebagai agen pembersih hanya
sedikit berkurang bila digunakan pada air dengan kadar Ca dan Mg yang tinggi.

Selain itu, detergen mempunyai bentuk lembek/ pasta basah dan tidak kering, sehingga
mudah untuk digunakan, yaitu mudah ditakar dan mudah untuk digunakan membersihkan bagian-
bagian yang sulit pada pakain maupun bahan-bahan lainnya. Kelebihan-kelebihan praktis detergen
ini memberikan peluang untuk dikembangkan dalam kegiatan bisnis yang cukup menarik.
Pengembangan dapat dimulai dari usaha kecil, skala rumah tangga, skala menengah maupun skala
industri.

Selain itu juga dapat dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu pembuatan
detergen juga dapat dimasukkan sebagai salah satu materi kecakapan hidup (Life Skill) pada
pembelajaran pokok bahasan Kimia Terapan, Kimia Unsur, atau Kimia Organik di SMA/MA.

1. Pengertian Sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun
sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.

Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium
hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak
akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali
yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.
Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa
alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa
alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas
produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai
dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat,
parfum, dan pewarna.
2. Reaksi Pada Sabun

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi


trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -------> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun
merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah
akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut
dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.
Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang
lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

3. Pengertian Detergen

Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga
kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau
sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel
berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk
mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.

4. Bahan – Bahan Detergen

1. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

a. Anionik :

-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)


-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)


b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat

3. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.

4. Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks,
Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

(Raina)

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (latin sapon, = sabun dan –fy adalah
akhiran yang berarti membuat). Bangsa romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang
lalu dengan memanaskan lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad ke-16 dan ke-17 di Eropa
sabun hanya digunakan dalam pengobatan . penggunaan sabun meluas menjelang abad ke-19
(Rohman, 2009).

Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida), maka ikatan antara atom
oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut
“saponifikasi”. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga
ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah
yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berkaitan dengan
molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi
dinyatakan selesai. Reaksi penyabunan adalah sebagai berikut :

Mekanisme reaksi oembuatan sabun adalah sebagai berikut :


a. Tahap 1

b. Tahap 2

c. Tahap 3

d. Hasil Reaksi
Faktor faktor yang mempengaruhi proses safonifikasi :

1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan


stoikiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar
tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenyya tidak. homogen , sedangkan jika
basanya terlalu encer , maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lama.
2. Dengan adanya kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikkan hasil
dalam waktu yang lebih cepet. Tetapi jika kenaikan suhu telah melibihi suhu optimumnya
maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K
akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi aau dengan kata lain hasilnya akan
menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan
akibat dari reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabuanan yang
bersifat eksotermis.
3. Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul molekul reaktan
yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar , maka kemungkinan
terjadinya reaksi semakin besar pula. hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana
konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya
tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A.
4. Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimabngnya , penambahan waktu tidak akan meningkatakan jumlah
minyak yang tersabunkan (Perdana & Hakim, 2008).

Metode pembuatan sabun

1. Proses pendidihan penuh


Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch yaitu minyak/lemak
dipanaskan di dalam ketel dengan menambahkan NaOH yang telah dipanaskan, selanjutnya
campuran tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta kira kira setelah 4 jam pemanasan .
setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCL (10-12%) untuk mengendapkan sabun. Endapan
sabun dipisahkan dengan menggunakan air panas dan terbentuklah produk utama sabun dan
produk samping gliserin.

2. Proses Semi Pendidihan


Pada proses semi pendidihan , semua bahan yaitu minyak/ lemak dan alkali langsung
dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaan . terjadilah reaksi saponifikasi . setelah
reaksi sempurna ditambah sodium silikat dan sabun yang dihasilkan berwarna gelap.
3. Proses Dingin
Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol dibiarkan didalam suatu
tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar 25OC ) . reaksi antara NaOH pada uap
air H2O merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat mengahasiklan panas. Panas tersebut
kemudian digunakan untuk mereaksikan minyak/lemak dan NaOH alkohol proses ini
memerlukan waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam dan dihasilkan sabun berkualitan
tinggi.
Adapun syarat syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut :
- Minyak/ lemak yang digunakan harus murni.
- Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
- Temperatur harus tekontrol dengan baik.
4. Reaksi kimia proses netralisasi asam lemak adalah sebagai pada gambar 6 berikut :

Sabun yang dihasilakan tidak bersifat netral sehingga tidak dapat mengahsilkan busa yang banyak.
Oleh karena itu , perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan Na2CO3.

Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan
larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan
meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, yaitu pada akhirnya
kecepatan reaksi akan kembali menurun karena jumlah minyak yang sudah berkurang (Alexander etal.,
1964 ). Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan,
penambahan larutan alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi (apabila
untuk menghasilkan sabun cair) (Perdana & Hakim, 2008)
Kualitas Sabun yang Diinginkan Hal pertama yang diperhatikan sebelum proses pembuatan[103]
sabun adalah menentukan atau memutuskan kualitas dari sabun yang dibuat. Dengan mencampurkan
minyak atau lemak dapat menghasilkan suatu sabun yang berkualitas. Parameter mutu diperhatikan ialah
tampilan fisik atau umum, pembusaan yang baik dan stabil, kelarutan yang baik, tahan terhadap
ketengikan, daya membersihkan tinggi, baik dalam air lunak, berbuih, dan stabilitas baik (warna).
Perbedaan minyak dan lemak memperoleh kualitas sabun berbeda dapat menunjukkan pada tabel:
C. Alat & Bahan
- Alat yang digunakan
 Gelas ukur 100 cc
 Ember plastim 1 buah
 Pengaduk Kaca 1 buah
 Beker gelas 3 buah
 Magnetic Steares 2 buah

- Bahan yang digunakan


 Causatic soda (Soda Api) 15 gram
 STTP 15 gram
 ABS 100 gram
 Soda Ash 35 gram
 Parfum
 Pewarna
 CMC 30 gram
 Aquadest 200 ml
D. Prosedur Kerja
1. Mencampurkan Caustic Soda 15 gram dengan air dingin 50 cc kemudian di aduk sampai
rata, dinamai campuran 1.
2. Mencampurkan STTP 15 gram dengan air dingin 50 cc kemudian di aduk sampai rata,
dinamai campuran 2.
3. Mencampurkan Soda Ash 35 gram dan air dingin kemudian tambahkan CMC 10 gram dan
di aduk sampai rata, dan dinamai campuran 3.
4. Mencampurkan campuran 1, 2, dan 3 menjadi satu kemudian tambahkan ABS 100 gram
dan aduk hingga campuran tersebut mengental seperti sabun colek.
5. Memasukan pewarna dan parfum ke dalam bahan yang telah tercampur tadi dan diaduk
sampai warna dan parfum nya merata
E. Data Pengamatan
Hasil pengamatan pada pembuatan sabun colek
No Campuran Hasil Pengamatan
1 Caustic soda 15 gram + Air dingin Larutan menjadi jernih setelah diaduk, larutan panas
15 cc
2 STTP 15 gram + Air dingin 50 cc Larutan menjadi jernih setelah diaduk
3 Soda Ash 35 gram + Air dingin Larutan awalnya seperti larutan kapur tapi lama
100 cc kelamaan setelah diaduk menjadi jernih
4 Campuran 3 + CMC 10 gram Larutan berubah menjadi bubur
5 Campuran 1 + Campuran 2 Larutan berubah menjadi jernih
6 Camapuran 1 + Campuran 2 + Larutan berubah menjadi bubur dan sedikit encer
Campuran 3
7 Campuran + ABS 100 gram Campuran menjadi menjadi bubur yang agak encer
8 Campuran + Pewarna Campuran menjadi kental dan berwarna
9 Campuran + Pewangi Sabun colek menjadi wangi
F. Analisis data dan Pembahasan

Pada pembuatan sabun colek colek hal yang pertama kali dilakukan adalah menuangkan
Causatic soda + air dingin , pada saat penuangan sebaiknya air dingin terlebih dahulu karena
causatic soda memiliki sifat yang keras, apabila terbalik akan timbul percikan. Kemudian
menuangkan STTP + air dingin. STTP adalah sebagai bahan penunjang sehingga apabila tidak
ditambahkan juga boleh, kemudian soda + air dingin . Pada saat penambahan air dingin tidak boleh
terlalu banyak karena apabila terlalu banyak sabun colek colek akan menjadi encer, setelah diaduk
ditambah CMC. CMC berfungsi sebagai penstabil suspensi / pengental sehingga pada saat
ditambahkan CMC adonan menjadi bubur yang kental, kemudian campuran 1,2,3 dituang kedalam
Waskom yang besar sambil diaduk, setelah itu ABS 100 dicampur kedalam campuran adonan
tersebut. ABS berperan penting dalam pembuatan sabun colek colek sehingga kadar ABS
sebaiknya lebih dari 9 % agar sabun colek colek yang dihasilkan akan mempunyai penampakan
yang halus dan busanya banyak. Pada saat penambahan ABS terjadi reaksi yang disebut
saponifikasi. Sabun colek colek yang sudah ditambahkan ABS berwarna cokelat muda agar sabun
colek colek kelihatan lebih menarik dan wangi sabun colek colek ditambahkan pewarna berwarna
kuning dan parfum.
Sabun colek colek sudah jadi kemudian dilakukan berbagai uji antara
lain :
a. Uji mengeluarkan cairan
b. Uji potensi busa
c. Uji kekentalan
Pada saat uji mengeluarkan cairan sabun colek colek buatan kami tidak mengeluarkan
cairan, sama halnya seperti sabun colek colek pasaran. Hal ini dpat disebabkan karenan kandungan
air yang digunakan tidak terlalu banyak.
Pada saat uji potensi busa, sabun colek colek di pasaran tidak terlalu banyak busanya
dibanding sabun colek buatan kami yang busanya cenderung banyak, sabun colek colek yang baik
adalah sabun colek colek yang menghasilkan busa lebih banyak. Selain itu sabun colek buatan
kami lebih sulit larut dibanding sabun colek stansar karena sabun colek buatan kami tidak diberi
garam sebagai pengental. Dalam pembuatan sabun colek colek garam berfungsi sebagai pengental.
Idealnya garam yang digunakan sebagai pengental adalah garam industri, tetapi karena
pembeliannya harus dalam skala industri maka penggunaanya dapat diganti dengan garam pasar /
garam CMC.
Pada saat uji kekentalan sabun colek di pasaran terlalu kasar dan terlalu kental sedangkan
sabun colek buatan kami kental dan halus. Pada dasarnya kekentalan halus suatu sabun colek
dipengaruhi oleh garam dan ABS, apabila garam terlalu banyak maka sabun colek akan cenderung
kasar . kadar ABS sabun colek buatan kami adalah 100 gram atau 10 % sehingga sudah memenuhi
di pasarant dimana kadar ABS tidak boleh kurang dari 9 %.
DAFTAR PUSTAKA

https://aryantosudaryono.wordpress.com/2015/02/12/sabun-cuci-piring/

https://id.scribd.com/document/250074927/PEMBUATAN-SABUN-CREAM-
docx

http://eprints.polsri.ac.id/4079/3/Bab%20II.pdf

https://osf.io/etbhx/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai