Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH UNIT OPERASI

PEMBUATAN GULA PASIR

Disusun Oleh:

Ayuning Sekar Laras Asih J3L117117


Indri April Liani J3L117071
Lorenza Firmansyah J3L117053
Tahnia Azhari J3L217181

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Gula yang lebih dikenal sebagai gula pasir adalah bahan pangan yang banyak
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Gula ini adalah sukrosa yang memiliki bentuk
yaitu kristal berwarna putih. Tebu ( Saccarum officinarum ) adalah sumber utama
dari gula. Tebu merupakan komoditas utama perkebunan di Indonesia yang erat
kaitannya dengan industri gula ( Fitriani et al 2013). Tebu dapat tumbuh di daerah
sub tropis dan tropis, pada daerah dengan curah hujan yang cukup. Saccharum
officinarum adalah tanaman yang paling penting dalam genus Saccharum karena
kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah.Nira tebu
merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari penggilingan tebu yang memiliki
warna cokelat kehijauan. Nira tebu selain mengandung gula juga mengandung zat-
zat lainnya.perbedaan kandungan sukrosa dalam batang tebu dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu cara pemeliharaan, jenis tebu, iklim, dan umur tebu. Perolehan
tebu yang mengandung sukrosa diperoleh dari tebu dengan pemerahan dalam unit
penggilingan setelah melalui dalam unit pencacah tebu. Proses ini dimaksudkan untuk
mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Nira tebu banyak mengandung senyawa-
senyawa kimia baik yang membaur terlarut maupun yang membentuk koloid.
Komposisi senyawa kimia dalam tebu berbeda-beda tergantung dari jenis
tebu, lokasi penanaman, dan umur tebu saat dipanen. Pembuatan gula pasir dari tebu
menggunakan prinsip pemurnian sulfitasi dimana pemurnian dengan cara ini
memproses nira mentah dengan menambahkan gas SO2. Adanya penambahan reagen
tersebut akan timbul endapan yang berfungsi sebagai pengadsorbsi bahan bukan gula.
Gula banyak diperdagangkan dalam bentuk sukrosa padat .gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Beberapa gula misalnya
glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa dan laktosa mempunyai sifat fisik dan kimia yang
berbeda-beda misalnya dalam hal rasa manisnya, kelarutan dalam air, daya
pembentukan karamel jika dipanaskan dan pembentukan kristalnya. Fungsi gula
dalam produk antara lain sebagai bahan penambah rasa dan sebagai bahan perubah
warna kulit produk (Winarno 1980)
Gula adalah bahan tambahan makanan yang sangat bermanfaat, sifatnya dan
rasanya yang manis dan lebih cepat larut. (Suwarno et.al 2015). Menurut Koswara,
2008 menjelaskan bahwa gula pasir atau sukrosa adalah jenis gula terbanyak di alam,
diperoleh dari ekstraksi batang tebu, umbi, nira palem dan nira pohon maple (Acer
Saccharum) yang banyak terdapat di Canada dan Amerika Serikat. Jenis gula ini
banyak digunakan oleh rumah tangga, rumah makan, catering dan sebagainya.
Sebuah molekul sukrosa terdiri dari 2 molekul gula yaitu molekul glukosa dan
molekul fruktosa yang terbuat dari nira tebu Salah satu yang menjadi kendala besar
dalam peningkatan produksi adalah rendahnya kinerja pabrik gula nasional, terutama
pabrik gula milik pemerintah (Badan Usaha Milik Pemerintah/BUMN) untuk
memenuhi kebutuhan gula di Indonesia. Hal yang paling penting ukuran kinerja
pabrik adalah rendemen yaitu nisbah produksi kristal gula yang dihasilkan terhadap
bobot tebu yang digiling. Banyak faktor yang mempengaruhi rendemen antara lain
adalah mutu tebu dan efisiensi pabrik. Tebu yang baik mengandung nira dengan
kadar gula yang tinggi serta varietas dari tanaman dan teknologi budidaya tebu
menjadi penentu kualitas tebu selain faktor alam seperti iklim (curah hujan dan suhu)
dan kesuburan tanah. Efisiensi pabrik adalah ukuran kemampuan mengolah gula yang
ada dalam tebu kemudian menjadi gula kristal. Proporsi gula yang semakin tinggi
yang diambil semakin baik efisiensi pabrik (Dewan Gula Indonesia, 2010).
Rendemen sangat bervariasi menurut pabrik (bukan lokasi) yakni 6,41
– 9,68 persen. Hal tersebut faktor alam yang baik dan aspek teknis yang seharusnya
dapat dikendalikan, maka perbedaan ini terlalu besar (Rao, 2012). Perbedaan tersebut
mengindikasikan bahwa faktor penyebab utama rendahnya rendemen berhubungan
dengan aspek teknis (seperti kondisi alat dan mesin) dan manajerial (seperti
penjadwalan tebang dan angkut yang menyebabkan penundaan giling). Faktor ini
saling terkait atau secara terpisah mempengaruhi nilai rendemen. Salah satu faktor
dapat dikendalikan yang meliputi kelancaran proses (jadwal tebang dan angkut,
antrian penggilingan), efisiensi pengolahan (kinerja alat dan mesin), efisiensi boiler
(pasokan energi) dan sanitasi peralatan (mengurangi kerusakan gula selama proses).
Faktor faktor diatas yang harus dikendalikan menjadi konsentrasi utama pembenahan
dan perbaikan kinerja pabrik gula nasional, terutama milik pemerintah (Bantacut
2013).
Makalah bertujuan untuk mengetahui rangkaian proses pembuatan gula pasir dan
menetukan perolehan jumlah gula yang dihasilkan dari 1000kg bahan baku tebu
menggunakan unit operasi.Gula merupakan bahan tambahan makanan

METODE
Alat dan Bahan

Bahan baku utama yang digunakan adalah tebu. Selain itu bahan tambahan
lain yang digunakan adalah air imbibisi, susu kapur, gas SO2, Voltable 696 – Boiler
water treatment, NaOH, Triphos (Tri Sodium Phosphat) dan Asam Fosfat. Alat alat
yang digunakan adalah unigrator, pengilingan putar berukuran besar, penyaring
vakum putar , pemanas (Boiler), Diffuser, Tangki penjernih (clarifier), evaporator '
(single effect evaporator), pengering berputar (Sentrifuse), panci pengkristal, dan
panic pendidihan.

Penggilingan

Penggilingan adalah proses menekan tebu menggunakan tekanan yang tinggi.


Untuk meningkatkan efisiensi penggilingan, selama proses ditambahkan juga air
imbibisiProses penggilingan, Pertama – tama tebu masuk ke meja tebu untuk
dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator untuk
dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian masuk ke
penggilingan. Proses penggilingan dilakukan penambahan air imbibisi dengan suhu
70oC. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan adalah nira mentah dan ampas.

Pemurnian

Tujuan stasiun pemurnian adalah untuk memisahkan gula (sukrosa) dari


kotoran (non gula) yang ikut terlarut dalam nira. Nira akan dipisahkan dengan
kotoran dengan menggunakan proses pengendapan. Nira mentah ditambah asam
fosfat setelah melewati saringan getar untuk menambah kadar fosfat dalam nira
mentah menjadi ± 350 ppm. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut proses
pengikatan zat warna dan koloid berlangsung optimum karena pembentukan endapan
kalsium fosfat juga optimum. Endapan Ca3(PO4)2 merupakan senyawa pengikat
kotoran yang terbentuk dari reaksi antara H3PO4 dengan Ca(OH)2. Kadar phosphate
dalam nira tebu mempunyai peranan yang baik dalam meningkatkan kualitas nira dan
efisiensi pengolahan.
Proses pemurniannira tebu dilakukan dengan proses sulfitasi . Sulfitasi
dilakukan terhadap nira tebu ditambah kapur yang berlebih dan selanjutnya kapur
dinetralkan dengan gas belerang dioksida (SO2), maka akan diperoleh garam kapur
yang mudah mengendap membentuk CaSO3. Endapan CaSO3 yang terbentuk dapat
mengabsorbsi partikel-partikrl koloid yang berada di sekitarnya, sehingga kotoran
yang terbawa oleh endapan semakin banyak.Gas SO2 juga mempunyai sifat dapat
memucatkan warna, sehingga diharapkan dapat dihasilkan Kristal dengan warna yang
lebih terang, khususnya pada nira kental penguapan (Hartanto 2014).
Nira mentah hasil penggilingan ditimbang lalu dipanaskan hingga 70 –
75 C.Kemudian dilakukan penambahan susu kapur dan dihembusi dengan gas SO2
o

hingga pH nira menjadi 7 dan dipanaskan kembali hingga suhu 100 – 105 oC. Setelah
itu nira masuk ke door clarifier untuk diendapkan kotorannya dan terakhir disaring.
Penambahan kapur tidak boleh terlalu rendah karena pH nira juga akan menjadi
rendah atau belum mencapai netral sehingga proses pengendapan menjadi tidak
optimum. Penambahan gas SO2 lebih berfungsi sebagai pemucatan
(bleaching).Menurut standart nasional Indonesia (SNI) kandungan SO2 (sulfit) tidak
boleh melebihi 2 mg/kg gula untuk mutu satu dan 5 mg/Kg gula untuk mutu dua. Saat
ini SO2 sudah tidak direkomendasi sebagai pemucat bahan makanan karena
membahayakan kesehatan manusia oleh karena itu dicari alternative pengganti
dengan cara menambahkan asam phosphat 80 mg/l kemudian ditambahkan larutan
flokulan dengan dosis sesuai peubah yang dijalankan (Perwitasari 2010).
Nira dipompa menuju juice heater untuk dipanaskan dengan steam sampai
suhu ± 105oC.Tujuan dari pemanasan dengan juice heater adalah agar reaksi
pengendapan berlangsung lebih sempurna dan untuk membunuh mikroorganisme
yang masih hidup. Fungsi lain dari pemanasan adalah untuk menguapkan gas-gas
yang terlarut agar tidak mengganggu proses pengendapan. Nira dipompa menuju
flash tank setelah dipanaskan untuk menghilangkan gas-gas (SO2,O2 danNH3) dalam
nira agar tidak mengganggu proses pengendapan di single tray clarifier. Nira
dialirkan ke single tray clarifier dan ditambah Superfloculant A- 110 sebanyak 3 kg
per 8 jam dengan konsentrasi ± 5 ppm. Penambahan flokulan bertujuan agar mengikat
molekul-molekul yang terbentuk sehingga membentuk partikel endapan yang
berukuran lebih besar.Partikel endapan yang terbentuk ini disebut dengan floc.
Pembentukan partikel endapan yang berukuran besar bertujuan untuk memudahkan
proses pengendapan karena dapat berlangsung lebih cepat. Floc tersebut akan
mengendap secara gravitasi dalam single tray clarifier sehingga akan diperoleh nira
jernih yang mengalir dari bagian atas dan nira kotor yang mengalir dari bagian
bawah.

Penguapan (evaporasi)

Alat yang digunakan dalam proses evaporasi adalah evaporator. Evaporator


dapat digunakan untuk memisahkan dua fasa antaraliquid gas dan liquid cair dengan
mengunakanmedia pemanas. Dengan cara memanaskanhingga salah satu komponen
menguap padatrayek didihnya, sehingga dapat terpisah darikomponen lainnya(Faputri
2016).
Nira encer dari Stasiun Pemurnian masuk ke pemanas hingga suhu nira
mencapai 100 – 105oC.Selanjutnya nira masuk ke evaporator dengan tekanan sebesar
136 cmHg, dan tekanan hampa/vakum sebesar 0,34 cmHg. Pada evaporator
digunakan tekanan 40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik
didihnya sebesar65oC-68oC.Proses pemasakan pada Stasiun Penguapan ini adalah
proses lanjutan setelah dilakukannya proses pemurnian nira pada Stasiun Pemurnian.
Proses penguapan memiliki prinsip yaitu menguapkan air sehingga kadar air turun
dan gula yang hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil akhir
dari proses penguapan adalah nirakental.
Kristalisasi (pemasakan)

Proses kristalisasi (pemasakan) merupakan proses penguapan lanjutan yang


bertujuan untuk memasak nira kental tersulfitasi hasil dari Stasiun Penguapan.
Pemasakan pada Stasiun Kristalisasi ini bertujuan untuk membentuk kristalgula
dengan ukuran yang sesuai. Nira kental yang sudah disulfitasi pada proses pemurnian
lau dimasak menggunakan panci pemasakan untuk membentuk kondisi larutan gula
lewat jenuh. Panci pemasakan juga berfungsi mempercepat proses kristalisasi dengan
cara menguapkan air lebih lanjut sehingga terbentuk kristal-kristal gula yang
seragam.
Tahapan proses yang terjadi pada pancipemasakan antara lain tahap
pemekatan nira, tahap pembentukan inti kristal dan tahap penumbuhan kristal. Tahap
pemekatan nira merupakan proses penguapan nira sampai lewat jenuh sehingga
terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Proses kristalisasi ini dijaga pada suhu sekitar ±
650C agar molekul sukrosa tidak rusak. Jika suhu lebih tinggi maka akan dapat
menyebabkan terjadinya karamelisasi sukrosa.
Menurut Baikow (1982), tahap pembentukan inti kristal dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
a) Spontan
Nira dipanaskan sampai larutan gula menjadi jenuh. Inti kristal gula
akan terbentuk jika larutan lewat jenuh dan kristal tersebut semakin lama akan
semakin membesar.

b) Shock Seeding
Nira dipanaskan sampai tahap antara (intermediate) lalu ditambahkan
inti kristal seperti fondan. Tujuan pemberian inti kristal adalah mendorong
pembentukan inti kristal.

Sentrifugasi

Sentrifugasi adalah prose pemisahan partikel padat dari cairan dengan


menggunakan prinsip grafitasi. Densitas partikel pada pada sentrifugasi harus lebih
besar dari densitas cairan agar partikel padat dapat dipisahkan dari cairan (Istianah et
al 2018).Tujuan dari sentrifugasi adalah memisahkan Kristal gula yang sudah
terbentuk dengan sirupnya. Adanya gaya sentrifugal akan menyebabkan larutan sirup
terdorong keluar melalui lubang pada saringan, sedangkan kristal gula akan tertahan
Besar kecilnya gaya tergantung pada radius dan kecepatan rotasi serta massa
(densitas) material yang disentrifugasi. Apabila densitas materialnya rendah maka
gaya sentrifugasi semakin besar dan jika densitas materialnya tinggi maka gaya
sentrifugasi semakin kecil. Mesin sentrifugasi terdiri dari dua tipe yaitu Low Grade
Fugal dan High Grade Fugal.Putaran Low Grade Fugal menghasilkan kecepatan
putaran yang tidak terlalu cepat, bersifat kontinyu dan dapat dioperasikan secara
manual.Putaran High Grade Fugal menghasilkan kecepatan putaran yang cepat,
bersifat diskontinyu dan beroperasi secara otomatis.Fungsi kedua jenis mesin tersebut
adalah untuk memisahkan kristal gula dari sirup (stroop) dengan cara sentrifugal.
Proses sentrifugasi ini terjadi pada stasiun puteran. Hasil akhir proses pemisahan
kristal gula adalah diperolehnya gula produk SHS, sirup dan tetes.

Pengeringan

Kristal gula yang dihasilkan dan sudah dipisahkan pada proses sentrifugasi
selanjutnya dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air karena
gula Kristal masih mempunyai kelembaban yang tinggi. Pengeringan juga bertujuan
untuk mencegah penurunan mutu gula akibat aktivitas mikroorganisme dan juga
untuk memperpanjang umur simpan gula. Pengeringan gula kristal dilakukan
menggunakan Rotary dryer dengan memanfaatkan udara panas yang berasal dari
steam untuk mengeringkan bahan. Pengeingan dalam rotary dryer menggunakan
suhu 70oC bertujuan untuk mencegah kerusakan pada bahan.Apabila menggunakan
suhu yang lebih tinggi dari 70oC, bahan yang dikeringkan dapat mengalami
kerusakan. Sedangkan jika suhu terlalu rendah pengurangan kadar air menjadi tidak
maksimal. Pemanasan dengan rotary dryer dengan cara diputar pada kecepatan 25
rpm yang bertujuan untuk meratakan panas. Gula yang keluar dari pengeringan
selanjutnya didinginkan untuk selanjutnya dilakukan pengemasan.

TebuTebu masuk
masuk

Penimbangan

Air imbibisi penggilingan Ampas tebu

Nira mentah
Ca(OH)2, SO2 pemurnian blotong

Nira encer

penguapan

Nira kental

pemasakan Air embun, air buangan

Gula kristal basah + larutan

Air bilasan pemutaran tetes

Gula kristal basah

Pengeringan

Gula kristal putih

Gambar 1 Diagram alir pembuatan gula (Suhartati dan Siradjuddin 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air Imbibisi

100 Kg/jam

1000 Kg/jam
Tebu Nira Mentah
PENGGILINGAN

350 kg/jam
750 Kg/jam

Masuk Jumlah (kg) Keluar Jumlah (Kg)


Tebu 1000 Nira Mentah 750
Air Imbibisi 100 Ampas Tebu 350
Total 1100 total 1100

Bahan tambahan 50 Kg/jam

CaO
H3PO4
SO2
750 Kg/jam
Nira Mentah Nira Jernih
PEMURNIAN
550 Kg/jam

Konsentrasi
350 kg/jam
Padatan Total
15% --> 60%

Ampas Tebu
Uap panas Mv = 412,5 kg/jam

Hv = 2623 kJ/kg

Ts = 130oC
Ms = 487,82
kg/jam

Ms = 487,82
EVAPORATOR kg/jam

Nira Jernih Nira Kental


550 Kg/Jam
Mf = 550 Kg
Xp = 0,6
Xf = 0,15
Mp = 137,5 Kg/jam
Tf = 45oC
Cpp = 1,268 KJ/Kg
Cpf = 1, 343 KJ/Kg
Tp = 68oC

Mp = 137,5 Kg/Jam
Mf = 550 kg/Jam
Mv = Mf – Mp
= 550 – 137,5
= 412,5 Kg/Jam  0,115 Kg/s

Hf = Cpf (Tf – 0oC) Hv1 (68oC) = 2623 KJ/Kg


= 1,343 KJ/KgoC (45-0)
= 60, 435 KJ/Kg Hvs (130oC) = 2720 KJ/Kg

Hp = Cpp (T1 – 0oC) Hcs (130oC) = 546,31 KJ/Kg


= 1,268 (68 – 0)
= 86,224 KJ/Kg

Mf.Hf + Ms.Hvs = Mv.Hvs1 + Mp.Hp + Ms Hcs


550 KJ/jam (60,435) + Ms (2720,5) = 412,5 (2623) + 137,5 (86,224) + Ms (546,31)
33239,25 + 2720,5 Ms = 1081987,5 + 11855,8 + 546.31
2720,25 Ms – 546,31 Ms = 1060604,05
Ms = 487,82 Kg/Jam

Steam Economy = Mv : Ms
= 412,5 Kg/jam : 487,82
= 0,85

Uap air

W air 1

Wair = 0,2 Wair = 0,1


Wgula = 0,8 Wgula = 0,9
Nira Kental Kristal Gula
KRISTALISASI

Wgula (137,5) = Wgula (uap air) + Wgula (kristal gula)


0,8 (137,5) = 0 + 0,9 (kristal gula)
110 = 0,9 kristal gula
Kristal gula = 122,22 Kg
Uap Air
11,67 kg

Air = 10%
Gula = 90%
T = 30oC
Air = 0,5%
Gula = 99,5%
Kristal Gula
PENGERINGAN 110,5 kg
122,22 Kg

Q = Cp dt + massa air hilang HL


= 4.18 kJ/kgC (70oC-30oC) + 11.67 x 2257kJ/kg
= 26506.39 kJ/kg

Sebanyak 1000 kg bahan baku tebu segar diproses dengan serangkaian unit
operasi untuk menghasilkan gula pasir murni. Bahan baku tebu murni pada mulanya
diproses dengan mesin penggilingan untuk memisahkan nira dari residunya.
Pemisahan nira tebu dari residunya membutuhkan penambahan air imbibisi, dimana
air imbibisi yang ditambahkan adalah sebanyak 100 kg/jam.Melalui mesin
penggilingan diperoleh hasil pemisahan nira mentah sebanyak 750 kg/jam dan
sebanyak 350 kg/jam ampas yang dibuang.
Nira mentah yang telah dihasilkan kemudian akan dimasukkan kedalam unit
operasi selanjutnya yaitu stasiun pemurnian, dimana dalam stasiun pemurnian
dilakukan penambahan bahan tambahan berupa campuran senyawa CaO, H3PO4 dan
SO2 sebanyak 50 kg. adanya bahan tambahan tersebut dapat memurnikan nira mentah
menjadi nira jernih dan memisahkannya dari blotong. Blotong atau residu hasil proses
pemurnian yang dibuang adalah sebanyak 250 kg dan nira jernih yang dihasilkan
adalah sebanyak 550 kg. Nira jernih yang dihasilkan hanya mengandung 15%
padatan total, kemudian akan dipekatkan menjadi 60% menggunakan unit evaporator.
Melalui unit evaporator akan menghasilkan produk nira kental yang jumlahnya
diharapkan dapat mencapai 137.5 kg nira kental. Evaporasi dilakukan dengan
memasukkan uap panas yang memiliki suhu sebesar 130⸰C. jumalah bahan yang
dimasukkan kedalam evaporator sebesar 550 kg dengan suhu 45⸰C. produk didalam
evaporator mendidih pada suhu 68⸰C. berdasarkan rangkaian proses tersebut
kemudian dihasilkan laju alir masa produk konsentrat sebesar 487,82 kg/jam. Sistem
pengoperasian evaporator menghasilkan nilai steam economy sebesar 0.85 dimana
steam economy didefinisikan sebagai jumlah penguapan per unit jumlah uap yang
digunakan, sedangkan kapasitasnya adalah total penguapan yang diperoleh per jam.
Artinya steam economy sebesar 0.85 merupakan rasio air yang diuapkan dengan uap
yang dikonsumsi. Secara teori, penguapan 1 Kg air membutuhkan sedikit lebih dari 1
Kg uap karena nilai kalor laten penguapan berkurang dengan meningkatnya tekanan.
Saat kalor laten uap ditransfer ke umpan, sebagian panas menaikkan suhu umpan
awal ke titik didih dan sisa kalor laten menguapkan air, maka dengan demikian steam
economy akan selalu kurang dari satu. Agar perpindahan kalor dapat terjadi maka
suhu uap jenuh harus lebih tinggi dari suhu titik didih umpan. Nilai steam economy
yang dihasilkan dengan menggunakan evaporator tipe single effect biasanya adalah
sebesar 0.75-0.95 Kg, namun nilai tersebut bergantung pula pada suhu awal dan
sistem yang hilang (Wikantyoso B 1988)
Proses selanjutnya adalah proses kristalisasi dimana dalam proses ini bahan
yang masuk adalah berupa nira kental yang akan diubah menjadi Kristal gula yang
belum terbebas dari butiran air. Proses kristalisasi dijaga pada suhu sebesar 65 ⸰C agar
molekul sukrosa tidak rusak. Pada proses kristalisasi, bahan yang dihilangkan adalah
cairan sebesar 15.28 kg sehingga menghasilkan produk Kristal gula sebesar 122.22
kg. Kristal gula yang dihasilkan dari kristalisator masih mengandung kadar air
sebesar 10% kemudian akan diturunkan kadar airnya sebesar 0.5% melalui proses
pengeringan. Kristal gula dimasukkan kedalam mesin pengering pada suhu 30⸰C
kemudian dikeringan pada suhu 70⸰C, dibutuhkan kalor sebesar 26506.39 kJ/kg untuk
menghilangkan uap air dalam Kristal gula sehingga dihasilkan gula kering sebesar
110.55 kg.

SIMPULAN

Berdasarkan rangkaian proses pembuatan gula pasir yang terdiri dari proses
penggilingan, pemurnian, pemekatan, kristalisasi dan pengeringan, pembuatan gula
pasir menggunakan bahan baku tebu segar sebesar 1000 kg dihasilkan gula pasir
murni sebesar 11.055 % yaitu 110.55 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Baikow S. 1982. Teknologi Pangan. Jakarta (ID) : Pusat Perbukuan, Departemen


Pendidikan Nasional.
Faputri AF. 2016. Desain evaporator dan pengujian kondisi operasi optimal pada
desain peralatan.Jurnal Teknik Patra Akademika. 7(2): 17-23
Fitriani, Sutarni, Irawati L. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi,
curahan kerja dan konsumsi petani tebu rakyat di Provinsi Lampung. Jurnal
Ilmiah Esai. Vol 7(1)
Hartanto ES. 2014. Peningkatan mutu produk gula Kristal putih melalui teknologi
defekasi remelt karbonitasi. Jurnal Standarisasi. 16(3):215-222
Istianah N, Wardani AK, Sriherfyna FH. 2018. Teknologi Bioproses. Malang(ID):UB
Press
Perwitasari DS. 2010. Phosphat acid and flocculan added in Juice sugar crystal
process. Jurnal Teknik Kimia. 4(2):318-325
Suhartati F, Suradjuddin I. 2007. Sistem pengendalian pH nira pada proses pemurnian
gula menggnakan adaptive neuro fuzzy inference systems (ANFIS). Jurnal
Teknologi Elektro dan Kejuruan. Vol 7(1): 1-13
Wikantyoso B. 1988. Satuan Operasi Dalam Proses Pangan. Yogyakarta (ID) : UGM
Winarno F.G. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta (ID) : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai