Disusun Oleh:
METODE
Alat dan Bahan
Bahan baku utama yang digunakan adalah tebu. Selain itu bahan tambahan
lain yang digunakan adalah air imbibisi, susu kapur, gas SO2, Voltable 696 – Boiler
water treatment, NaOH, Triphos (Tri Sodium Phosphat) dan Asam Fosfat. Alat alat
yang digunakan adalah unigrator, pengilingan putar berukuran besar, penyaring
vakum putar , pemanas (Boiler), Diffuser, Tangki penjernih (clarifier), evaporator '
(single effect evaporator), pengering berputar (Sentrifuse), panci pengkristal, dan
panic pendidihan.
Penggilingan
Pemurnian
hingga pH nira menjadi 7 dan dipanaskan kembali hingga suhu 100 – 105 oC. Setelah
itu nira masuk ke door clarifier untuk diendapkan kotorannya dan terakhir disaring.
Penambahan kapur tidak boleh terlalu rendah karena pH nira juga akan menjadi
rendah atau belum mencapai netral sehingga proses pengendapan menjadi tidak
optimum. Penambahan gas SO2 lebih berfungsi sebagai pemucatan
(bleaching).Menurut standart nasional Indonesia (SNI) kandungan SO2 (sulfit) tidak
boleh melebihi 2 mg/kg gula untuk mutu satu dan 5 mg/Kg gula untuk mutu dua. Saat
ini SO2 sudah tidak direkomendasi sebagai pemucat bahan makanan karena
membahayakan kesehatan manusia oleh karena itu dicari alternative pengganti
dengan cara menambahkan asam phosphat 80 mg/l kemudian ditambahkan larutan
flokulan dengan dosis sesuai peubah yang dijalankan (Perwitasari 2010).
Nira dipompa menuju juice heater untuk dipanaskan dengan steam sampai
suhu ± 105oC.Tujuan dari pemanasan dengan juice heater adalah agar reaksi
pengendapan berlangsung lebih sempurna dan untuk membunuh mikroorganisme
yang masih hidup. Fungsi lain dari pemanasan adalah untuk menguapkan gas-gas
yang terlarut agar tidak mengganggu proses pengendapan. Nira dipompa menuju
flash tank setelah dipanaskan untuk menghilangkan gas-gas (SO2,O2 danNH3) dalam
nira agar tidak mengganggu proses pengendapan di single tray clarifier. Nira
dialirkan ke single tray clarifier dan ditambah Superfloculant A- 110 sebanyak 3 kg
per 8 jam dengan konsentrasi ± 5 ppm. Penambahan flokulan bertujuan agar mengikat
molekul-molekul yang terbentuk sehingga membentuk partikel endapan yang
berukuran lebih besar.Partikel endapan yang terbentuk ini disebut dengan floc.
Pembentukan partikel endapan yang berukuran besar bertujuan untuk memudahkan
proses pengendapan karena dapat berlangsung lebih cepat. Floc tersebut akan
mengendap secara gravitasi dalam single tray clarifier sehingga akan diperoleh nira
jernih yang mengalir dari bagian atas dan nira kotor yang mengalir dari bagian
bawah.
Penguapan (evaporasi)
b) Shock Seeding
Nira dipanaskan sampai tahap antara (intermediate) lalu ditambahkan
inti kristal seperti fondan. Tujuan pemberian inti kristal adalah mendorong
pembentukan inti kristal.
Sentrifugasi
Pengeringan
Kristal gula yang dihasilkan dan sudah dipisahkan pada proses sentrifugasi
selanjutnya dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air karena
gula Kristal masih mempunyai kelembaban yang tinggi. Pengeringan juga bertujuan
untuk mencegah penurunan mutu gula akibat aktivitas mikroorganisme dan juga
untuk memperpanjang umur simpan gula. Pengeringan gula kristal dilakukan
menggunakan Rotary dryer dengan memanfaatkan udara panas yang berasal dari
steam untuk mengeringkan bahan. Pengeingan dalam rotary dryer menggunakan
suhu 70oC bertujuan untuk mencegah kerusakan pada bahan.Apabila menggunakan
suhu yang lebih tinggi dari 70oC, bahan yang dikeringkan dapat mengalami
kerusakan. Sedangkan jika suhu terlalu rendah pengurangan kadar air menjadi tidak
maksimal. Pemanasan dengan rotary dryer dengan cara diputar pada kecepatan 25
rpm yang bertujuan untuk meratakan panas. Gula yang keluar dari pengeringan
selanjutnya didinginkan untuk selanjutnya dilakukan pengemasan.
TebuTebu masuk
masuk
Penimbangan
Nira mentah
Ca(OH)2, SO2 pemurnian blotong
Nira encer
penguapan
Nira kental
Pengeringan
Air Imbibisi
100 Kg/jam
1000 Kg/jam
Tebu Nira Mentah
PENGGILINGAN
350 kg/jam
750 Kg/jam
CaO
H3PO4
SO2
750 Kg/jam
Nira Mentah Nira Jernih
PEMURNIAN
550 Kg/jam
Konsentrasi
350 kg/jam
Padatan Total
15% --> 60%
Ampas Tebu
Uap panas Mv = 412,5 kg/jam
Hv = 2623 kJ/kg
Ts = 130oC
Ms = 487,82
kg/jam
Ms = 487,82
EVAPORATOR kg/jam
Mp = 137,5 Kg/Jam
Mf = 550 kg/Jam
Mv = Mf – Mp
= 550 – 137,5
= 412,5 Kg/Jam 0,115 Kg/s
Steam Economy = Mv : Ms
= 412,5 Kg/jam : 487,82
= 0,85
Uap air
W air 1
Air = 10%
Gula = 90%
T = 30oC
Air = 0,5%
Gula = 99,5%
Kristal Gula
PENGERINGAN 110,5 kg
122,22 Kg
Sebanyak 1000 kg bahan baku tebu segar diproses dengan serangkaian unit
operasi untuk menghasilkan gula pasir murni. Bahan baku tebu murni pada mulanya
diproses dengan mesin penggilingan untuk memisahkan nira dari residunya.
Pemisahan nira tebu dari residunya membutuhkan penambahan air imbibisi, dimana
air imbibisi yang ditambahkan adalah sebanyak 100 kg/jam.Melalui mesin
penggilingan diperoleh hasil pemisahan nira mentah sebanyak 750 kg/jam dan
sebanyak 350 kg/jam ampas yang dibuang.
Nira mentah yang telah dihasilkan kemudian akan dimasukkan kedalam unit
operasi selanjutnya yaitu stasiun pemurnian, dimana dalam stasiun pemurnian
dilakukan penambahan bahan tambahan berupa campuran senyawa CaO, H3PO4 dan
SO2 sebanyak 50 kg. adanya bahan tambahan tersebut dapat memurnikan nira mentah
menjadi nira jernih dan memisahkannya dari blotong. Blotong atau residu hasil proses
pemurnian yang dibuang adalah sebanyak 250 kg dan nira jernih yang dihasilkan
adalah sebanyak 550 kg. Nira jernih yang dihasilkan hanya mengandung 15%
padatan total, kemudian akan dipekatkan menjadi 60% menggunakan unit evaporator.
Melalui unit evaporator akan menghasilkan produk nira kental yang jumlahnya
diharapkan dapat mencapai 137.5 kg nira kental. Evaporasi dilakukan dengan
memasukkan uap panas yang memiliki suhu sebesar 130⸰C. jumalah bahan yang
dimasukkan kedalam evaporator sebesar 550 kg dengan suhu 45⸰C. produk didalam
evaporator mendidih pada suhu 68⸰C. berdasarkan rangkaian proses tersebut
kemudian dihasilkan laju alir masa produk konsentrat sebesar 487,82 kg/jam. Sistem
pengoperasian evaporator menghasilkan nilai steam economy sebesar 0.85 dimana
steam economy didefinisikan sebagai jumlah penguapan per unit jumlah uap yang
digunakan, sedangkan kapasitasnya adalah total penguapan yang diperoleh per jam.
Artinya steam economy sebesar 0.85 merupakan rasio air yang diuapkan dengan uap
yang dikonsumsi. Secara teori, penguapan 1 Kg air membutuhkan sedikit lebih dari 1
Kg uap karena nilai kalor laten penguapan berkurang dengan meningkatnya tekanan.
Saat kalor laten uap ditransfer ke umpan, sebagian panas menaikkan suhu umpan
awal ke titik didih dan sisa kalor laten menguapkan air, maka dengan demikian steam
economy akan selalu kurang dari satu. Agar perpindahan kalor dapat terjadi maka
suhu uap jenuh harus lebih tinggi dari suhu titik didih umpan. Nilai steam economy
yang dihasilkan dengan menggunakan evaporator tipe single effect biasanya adalah
sebesar 0.75-0.95 Kg, namun nilai tersebut bergantung pula pada suhu awal dan
sistem yang hilang (Wikantyoso B 1988)
Proses selanjutnya adalah proses kristalisasi dimana dalam proses ini bahan
yang masuk adalah berupa nira kental yang akan diubah menjadi Kristal gula yang
belum terbebas dari butiran air. Proses kristalisasi dijaga pada suhu sebesar 65 ⸰C agar
molekul sukrosa tidak rusak. Pada proses kristalisasi, bahan yang dihilangkan adalah
cairan sebesar 15.28 kg sehingga menghasilkan produk Kristal gula sebesar 122.22
kg. Kristal gula yang dihasilkan dari kristalisator masih mengandung kadar air
sebesar 10% kemudian akan diturunkan kadar airnya sebesar 0.5% melalui proses
pengeringan. Kristal gula dimasukkan kedalam mesin pengering pada suhu 30⸰C
kemudian dikeringan pada suhu 70⸰C, dibutuhkan kalor sebesar 26506.39 kJ/kg untuk
menghilangkan uap air dalam Kristal gula sehingga dihasilkan gula kering sebesar
110.55 kg.
SIMPULAN
Berdasarkan rangkaian proses pembuatan gula pasir yang terdiri dari proses
penggilingan, pemurnian, pemekatan, kristalisasi dan pengeringan, pembuatan gula
pasir menggunakan bahan baku tebu segar sebesar 1000 kg dihasilkan gula pasir
murni sebesar 11.055 % yaitu 110.55 kg.
DAFTAR PUSTAKA