Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERALATAN INDUSTRI PROSES

EVAPORATOR DALAM INDUSTRI GULA


(Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Peralatan Industri Proses).

Dosen Pembimbing : Ir. Agus Djauhari, M.T.

Disusun oleh :

Ria Aprillia Puspa (08401020)

Kelas 2 – A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan
suatu larutan. Terdapat banyak tipe evaporator yang dapat digunakan dalam industri kimia.
Umumnya evaporator dioperasikan pada kondisi vakum untuk menurunkan temperatur didih
larutan. Cara lain untuk menurunkan temperatur didih larutan adalah dengan mengalirkan gas
inert (udara) panas yang berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial uap, sehingga menurunkan
temperatur didih larutan. Hal ini menggantikan prinsip evaporasi secara vakum yang
memungkinkan penguapan dengan temperatur rendah. Namun sistem vakum memerlukan
biaya tinggi, ada cara lain untuk menurunkan temperatur penguapan yaitu dengan cara
menurunkan tekanan parsial uap air didalam fase gas dengan cara pengaliran udara.

Evaporator yang ada di industri gula merupakan evaporator dengan jenis vertical-type
natural circulation evaporator (cairan berada dalam tube/pipa dan steam mengkondensasikan
dari luar tube. Karena pendidihan dan penurunan dalam massa jenis,cairan yang ada di dalam
tube naik dengan sirkulasi yang alami dan mengalir ke bawah melalui celah terbuka yang cukup
besar di tengah/downcomer. Sirkulasi yang alami ini menaikkan koefisien perpindahan panas.
Tipe ini tidak digunakan untuk cairan yang kental. Tipe ini siring disebut short-tube evaporator.
Variasi dari tipe ini adalah tipe keranjang/basket type, dimana vertical tube digunakan

The basket type lebih sering digunakan di industri gula


BAB II
ISI

2.1 Industri Gula dan Peralatannya

Gula adalah benda manis yang setiap hari kita makan. Gula yang kita konsumsi
adalah Gula Kristal Putih (GKP) atau Plantation White Sugar atau gula SHS (Superiuer
Hoof Suicker). Pada daerah tropis, produksi gula kebanyakan menggunakan bahan baku
dari Tebu. Secara garis besar langkah pemrosesan tebu menjadi gula sebagai berikut :
1.Ekstraksi di Gilingan
2. Pemurnian
3. Penguapan
4. Pengkristalan
5. Pemisahan
6. Pengeringan dan Pengepakan
Pada industri gula, terdapat minimal 5 jenis proses pemisahan. Proses pemisahan tersebut
terdiri atas proses ekstraksi, adsorpsi, evaporasi, kristalisasi, dan sentrifugasi. Berikut ini
adalah penjelasan beserta analisis mengenai alasan pemilihanproses pemisahan tersebut.
1. Proses ekstraksi tebu
Ada dua alat yang digunakan untuk mengekstrak nira dari tebu, yaitu menggunakan
gilingan dan diffuser. Kebanyakan pabrik gula di Indonesia menggunakan gilingan,
hanya ada dua pabrik gulayang menggunakan diffuser. Proses ekstraksi digunakan karena
kita ingin mendapatkan larutan nira dari tebu. Seperti diketahui, nira dan tebu berwujud
cairan sehingga untuk memisahkan zat cair yang satu dari zat cair lainnya, maka kita
gunakan proses ekstraksi. Tebu diperas dan diambil larutannya yaitu nira dan
menghasilkan produk samping berupa ampas (bagasse). Larutan nira atau disebut dengan
nira mentah akan di bawah ke unit pemurnian, sedangkan ampas yang diperoleh diangkut
ke ketel dan digunakan sebagai bahan bakar.
2. Pemurnian nira melalui proses adsorpsi
Nira mentah mengandung sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa), atom-atom
(Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan anorganik, zat warna,
lilin, asam-asam kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Nira
mentah ini akan dimurnikan melalui proses adsorpsi. Proses adsorpsi dipilih karena dapat
menghilangkan atau mengurangi zat bukan gula dari nira mentah seoptimal mungkin.
Dalam hal ini, larutan nira mentah yang masuk ke dalam proses akan diadsorpsi dengan
suatu zat padat sehingga didapat output yang diinginkan yaitu larutan nira yang lebih
murni dan bebas pengotor.
Pada proses pemurnian nira secara adsorpsi terdapat tiga buah jenis proses, yaitu
defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi. Nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat
exchanger sehingga suhunya naik menjadi 700 C. Setelah itu nira tersebut dialirkan
kedalam defekator untuk dicampur dengan susu kapur. Fungsidari susu kapur ini adalah
untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang
terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Proses defekasi ini
dilakukan secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 9 – 10. Setelah
itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator dan direaksikan dengan gas SO2. Reaksi antara
nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3 yang berfungsi untuk memperkuat
endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah terpecah. pH akhir dari reaksi adalah 7.
Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier). Pada
proses pengendapan ini ditambahkan flokulan yang berfungsi untuk mempercepat
pengendapan. Hasil dari proses pengendapan adalah nira jernih dan bagian yang
terendapkan adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (penguapan),
sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum filter menghasilkan nira tapis dan
blotong.

3. Proses penguapan (evaporasi)


Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan nira encer ini
adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Input
proses adalah nira encer dengan kandungan brix sekitar 12 – 13 %. Pada proses
penguapan digunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan
multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap.
Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih yang dipasang
secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4 (quadrupple) atau 5 (quintuple) buah
evaporator.
Pada proses penguapan, air yang terkandung dalam nira akan diuapkan. Uap baru
digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada evaporator badan
selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan I. Penguapan dilakukan
pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih dari nira. Karena
nira pada suhu tertentu ( > 1250 C) akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan.
Dengan kondisi vakum maka titik didih nira akan terjadi pada suhu 700 C. Nira yang
keluar dari evaporator badan akhir diharapkan mencapai brix 60 - 65 %. Produk yang
dihasilkan dalam proses penguapan adalah nira pekat .

4. Proses kristalisasi
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Proses kristalisasi dilakukan
untuk mendapatkan zat padat dari zat cairnya. Dalam hal ini, kita ingin mengkristalisasi
nira dari larutannya. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan
(nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan
pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannyaakan meningkat. Pada keadaan
lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu dilakukan langkah
membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian
melakukanproses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga
jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan.
Setelah proses masak dirasa cukup, selanjutnya larutan dialirkan ke palung pendingin
untuk proses Na–Kristalisasi. Tujuan dari palung pendingin ialah melanjutkan proses
kristalisasi yang telah terbentuk dalam pan masak. Dengan adanya pendinginan di palung
pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik
sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristalyang telah terbentuk. Untuk
lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi
pengaduk agar terdapat sirkulasi.
5. Proses penyaringan dengan sentrifugasi
Proses pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge atau puteran.
Proses penyaringan sengan sentrifuguasi dilakukan untuk memisahkan kristal gula dari
larutan pekatnya dimana pada alat puteran ini terdapat saringan. Sistem kerjanya yaitu
dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan larutanakan
tersaring. Kristal gula yang memiliki berat molekul lebih besar akan tertinggal dalam
puteran.

2.2 Evaporator
Tentang Evaporator (dari wikipedia)
October 10th, 2008 by kodokaja
Evaporator

Dengan sistem downstream, beberapa tahap dapat digunakan untuk isoloasi dan pemurnian produk.
Struktur keseluruhan dari proses adalah pra-treatment, pemisahan solid-liquid, konsentrasi, purifikasi
dan formulasi. Proses evaporasi terjadi pada tahap konsentrasi dari proses downstream dan digunakan
secara luas untuk proses pembuatan makanan, kimia, dan mendaur ulang pelarut. Tujuan dari evaporasi
adalah menguapkan air yang ada pada larutan yang mengandung produk yang diinginkan. Setalah
proses pra-treatment dan separasi, luratan sering kali mengandung 85% air. Hal ini tidak cocok dengan
penggunaan industri karena biaya yang dikeluarkan dalam proses dengan jumlah larutan yang banyak,
karena membutuhkan peraltan yang lebih besar.

Energetics

Air dapat dihilangkan dari larutan dengan dengan cara lain dari evaporasi, antara lain yaitu ekstrasi
liquid-liquid, kristalisasi, dan presepsiasi. Perbedaan evaporasi dengan metode pengeringan lain adalah
produk akhir evaporasi adalah liquid terkonsentrasi, bukan solid. Uap air digunakan sebagai pengubah
fasa saat mengkonsentrasi komponen yang tidak tahan panas seperti protein dan gula. Panas diberikan
pada larutan dan sebagian dari solvent berubah menjadi uap. Proses evaporator berlangsung pada
temperature tinggi dengan tekanan yanf rendah.

Panas diperlukan sebagai energi untuk molekul pada solvent pindah dari larutan menuju udara sekitar.
Energi yang diperlukan molekul dapat disebut petensial termodinamika dari air pada larutan. Saat
menguapkan air, lebih dari 99% energi diperlukan untuk memasok panas penguapan. Energi juga
diperlukan untuk menghilangkan tegangan permukaan dari larutan. Energi yang diperlukan pada proses
ini juga besar karena harus merubah fase, dari air menjadi uap air.

Saat merancang evaporator, jumlah uap yang diperlukan tiap unit massa pada konsentrasi yang telah
ditentukan. Keseimbangan energi harus digunakan dengan asumsi panas yang hilang keluar sistem
sangat kecil. Panas yang harus dipasok oleh uap pendingin sama dengan panas yang dibutuhkan untuk
memanaskan larutan dan menguapkan air.

q A = luas permukaan transfer panas


q = transfer panas total
How Evaporator Works
Larutan yang mengandung produk diinginkan dimasukkan ke dalam evaporator dan melawati
sumber panas. Panas akan merubah air pada larutan menjadi uap air. Uap air dibuang dari larutan
dan dikondensasikan saat larutan konsentrasi tersebut masuk ke evaporasi tahap dua atau
dikeluarkan dari sistem. Pada umumnya mesin evaporator terdiri dari empat bagian, bagian
pemanas terdiri dari medium pemanas dimana uap dimasukkan. Bagian konsentrasi dan
pemisahan dimana uap air yang dihasilkan dari penguapan air pada larutan dikeluarkan., bagian
kondensasi yang akan mengkondesasi uap air, dan bagian pompa vakum yang menyediakan
tekanan untuk meningkatkan sirkulasi sistem.
Tipe-tipe dari Evaporator
Evaporator Sirkulasi Alami/paksa
Evaporator sirkulasi alami bekerja dengan memanfaatkan sirkulasi yang terjadi akibat perbedaan
densitas yang terjadi akibat pemanasan. Pada evaporator tabung, saat air mulai mendidih, maka
buih air akan naik ke permukaan dan memulai sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid
dan uap air di bagian atas dari tabung pemanas.Jumlah evaporasi bergantung dari perbedaan
temperatur uap dengan larutan. Sering kali pendidihan mengakibatkan sistem kering, Untuk
menghidari hal ini dapat digunakan sirkulasi paksa, yaitu dengan manambahkan pompa untuk
meningkatkan tekanan dan sirkulasi sehingga pendidihan tidak terjadi.
Falling Film Evaporator
Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter) yang dilapisi dengan jaket uap (steam
jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan masuk dan memperoleh gaya
gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan gerakan larutan akan mempengaruhi
karakteristik medium pemanas yag juga mengalir menurun. Tipe ini cocok untuk menangani
larutan kental sehingga sering digunakan untuk industri kimia, makanan, dan fermentasi.
Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator
Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung dengan sumber panas berasal
dari luar tabung (biasanya uap). Buih air akan timbul dan menimbulkan sirkulasi. Scale
Plate Evaporator
Mempunyai luas permukaan yang besar, Plate biasanya tidak rata dan ditopangoleh bingkai
(frame). Uap mengalir melalui ruang-ruang di antara plate. Uap mengalir secara co-current dan
counter current terhadap larutan. Larutan dan uap masuk ke separasi yang nantinya uap akan
disalurkan ke condenser. Eveporator jenis ini sering dipakai pada industri susu dan fermntasi
karena fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk larutan kental dan padatan
Multi-effect Evaporator
Menggunakan uap pada tahap untuk dipakai pada tahap berikutnya. Semakin banyak tahap maka
semakin rendah konsumsi energinya. Biasanya maksimal terdiri dari tujuh tahap, bila lebih
seringkali ditemui biaya pembuatan melebihi penghematan energi. Ada dua tipe aliran, aliran
maju dimana larutan masuk dari tahap paling panas ke yang lebih rendah, dan aliran mundur
yang merupakan kebalikan dari aliran maju. Cocok untuk menangani produk yang sensitive
terhadap panas sepertienzum dan protein.
Application
Kegunaan utama dari evaporator adalah menguapkan air pada larutan sehingga larutan memiliki
konsentrasi tertentu. Pada industri makanan dan minuman, agar memiliki mutu yang sama pada
jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaporasi. Kegunaan lainnya adalah mendaur ulang pelarut
mahal seperti hexane ataupun sodium hydroxide pada kraft pulping., bisa juga untuk
menguapkan limbah agar proses penanganan limbah lebih murah.
Marine Use
Air pendingin (setelah mendinginkan mesin) masih dilewatkan pada heat exchanger yang berisi
air laut karena air laut tekanannya telah direndahkan, aka bisa menguap walau air pendingin
hanya bersuhu 70-80 derajat celcius. Uapan air laut dilewatkan di demister lalu didestilasi untuk
kemudian disimpan sebagai cadangan air minum.
Penurunan Tekanan (dP) Pada Multiple Effect Evaporator
March 20th, 2009 | Author:

Tahapan proses pembuatan gula antara lain adalah penguapan. Proses penguapan ini
dilakukan di evaporator dan operasinya disebut evaporasi. Tujuan dari proses evaporasi adalah
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut
yang mudah menguap, sebagai pelarut biasanya air. Sejak awal abad XIX penggunaan
evaporator di PG memegang peranan penting. Susunan evaporator biasanya secara quadruple
atau quintuple (multiple effect). Proses penguapan dilakukan pada kondisi vakum. Tujuannya
adalah menurunkan titik didih nira, karena nira dengan brix tinggi akan mengalami kerusakan
apabila dipanaskan pada suhu diatas 1000C.

Untuk pemakaian multiple effect evaporator yang perlu diperhatikan adalah pengawasan dan
pengaturan tekanan uap absolute di masing-masing badan. Dalam keadaan normal, penurunan
tekanan uap absolute dari badan ke badan berikutnya berlangsung secara stabil.

Didalam mendesain pan penguapan diantaranya mempergunakan factor penurunan tekanan


absolute sebagai dasar perhitungan besarnya luas permukaan pemanas di masing-masing
badan. Apabila dasar tersebut tidak terpenuhi maka dapat mengganggu proses penguapan
karena luas permukaan pemanas yang tersedia tidak sesuai dengan kapasitas. Seperti
diketahui luas permukaan pemanas dapat dilihat dari rumus perpindahan panas :

Multiple Effect Evaporator


Diposkan oleh Ivan Hadinata Rimbualam di 15:30 | Label: Teknik Kimia
1. Deskripsi Umum Multiple Effect Evaporators

Multiple effect evaporators merupakan peralatan yang dirancang dengan tujuan


meningkatkan efisiensi energi dari proses evaporasi yang berlangsung dengan
menggunakan energi panas dari steam (uap) untuk menguapkan air. Prinsip dasar dari
jenis evaporator ini yaitu menggunakan panas/kalor yang dilepaskan/disediakan dari
proses kondensasi pada satu efek untuk memberikan panas bagi efek lainnya. Uap yang
terbentuk dari separator first effect akan memanasi komponen yang sedang berada di unit
second effect, ketika steam awal (steam langsung) sedang memanasi komponen yang
berada pada unit first effect. Pada suatu multiple-effect evaporator, air dididihkan pada
suatu rangkaian wadah (vessel), masing-masingnya dilangsungkan pada tekanan yang
lebih rendah dibandingkan dengan dengan unit sebelumnya. Karena titik didih dari air
berkurang/menurun seiring dengan penurunan tekanan maka uap yang terbentuk dari satu
wadah dapat digunakan untuk memanaskan unit berikutnya dan hanya pada vessel
pertama.(pada tekanan tertingi) membutuhkan sumber panas eksternal. Laju uap dan air
pendingin bagi unit double effect diperkirakan 50% dibandingkan dengan unit single
effect. Laju alir berbagai jenis bagi multiple effect berkisar antara 3000 LPH sampai
dengan 50,000 LPH.

Sejarahnya :

Multiple-effect evaporator ditemukan oleh seorang insiyur African-American bernama


Norbert Rillieux. Meskipun beliau mungkin saja telah merancang peralatan tersebut
semenjak 1820-an dan membangun konstruksi prototypenya pada 1834, dia tidak
membangun industri yang mengaplikasikan evaporator ini untuk pertama kalinya sampai
tahun 1845. Semulanya dirancang untuk memekatkan gula pada jus sugar cane.
Teknologi ini sekarang menjadi berkembang pesat digunakan di semua aplikasi industri
yang memerlukan teknologi untuk menguapkan air dalam jumlah yang banyak seperti
produksi garam dan desalinasi air.

2. Gambar Multiple Effect Evaporators

2.3 Sumber gambar :


http://www.3rtechnology.in/?Evaporators
2.4
Sumber gambar :
http://www.tespl.com/Water%20Recycling.htm
3. Aplikasi dan Keuntungan Multiple Effect Evaporators

Keuntungan utama penggunaan sistem Multiple Effect Evaporators yaitu energi yang
ekonomis dan efisien. Ekonomi energi bagi multiple effect evaporators bergantung pada
jumlah unit efek (number of effects) dan berkisar dari 220 kkal energi panas per 1 kg air
yang diuapkan.untuk Triple Effect Evaporator sampai dengan 120 kkal untuk sebuah Six
Effect Evaporator. Oleh karena biaya operasi dari sistem Multiple Effect Evaporators
ekonomis maka sistem dengan aliran dengan debit besar menyukai aplikasi ini pada
semua sektor industri dan khususnya pada proses produksi garam dan desalinasi air.
Sistem ini sudah terbukti sangat ekonomis, dengan prosesnya menggunakan gas panas
dengan suhu di atas 250 0C atau biaya uap yang rendah pada tekanan moderat sekitar 7
bar sampai 21 bar yang dibangkitkan dari energi biomassa/ batubara/ waste heat yang
tersedia.

Aplikasi Multiple Effect Evaporators :

1. Proses Desalinasi Air Laut

2. Produksi Garam

3. Industri Tekstil

Proses recovery tanaman kaustik (kaustik = bahan tajam yang dapat membakar kulit)
pada pemintalan tekstil.

4. Industri Makanan

Proses memekatkan jus manis (sugar juice)

5. Industri Air
Daur ulang air dari sungai penyulingan

6. Proses Evaporator

7. Daur ulang limbah cair

8. Pelepasan Senyawa Kimia dengan cairan 0 % (zero liquid)

9. Pupuk

10. Farmasi

11. Bahan Pencelup

12. Polimer

13. Otomotif

14. Cat

15. Recovery protein

16. Proses ekstraksi pelarut

17. Pemurnian Air

PRINSIP PERPINDAHAN PANAS PADA EVAPORATOR


April 8th, 2009 | Author:

Prinsip kerja dari evaporator adalah perpindahan panas, oleh karena itu evaporator akan bekerja
maksimal apabila proses perpindahan panas berjalan lancar. Faktor yang mempengaruhi
perpindahan panas dapat dilihat dari rumus dibawah :
Dari rumus diatas apabila Q besar maka perpindahan panas maksimal. Harga Q akan menjadi
besar apabila faktor – faktor pengali masing-masing besar atau paling tidak salah satu faktor
mempunyai harga yang besar. Kondisi tersebut mempengaruhi desain peralatan. Harga U
dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan yaitu pipa pemanas. Pada umumnya pipa pemanas
dipilih dari bahan kuningan (brass) atau stainless steel yang mempunyai daya hantar panas yang
bagus, tabel 1.

Tabel 1. Koefisien perpindahan panas beberapa bahan

Pemilihan macam bahan untuk pipa pemanas tidak hanya dari daya hantar panas dari bahan
tersebut, tetapi juga mempertimbangkan mudah tidaknya bahan tersebut rusak oleh korosi
maupun pertimbangan teknis lainnya. Pada pengoperasian evaporator di pabrik gula, dimana
bahan yang dipanaskan adalah nira harga U dapat berubah-ubah karena terbentuknya kerak pada
permukaan pipa pemanas sisi nira. Kerak terbentuk dari bahan-bahan bukan gula terutama silikat
yang terlarut dalam nira. Selain itu terbentuknya lapisan tipis kondensat dan minyak pada pipa
pemanas sisi uap juga mempengaruhi nilai U. Oleh karena secara periodik pipa pemanas
evaporator dibersihkan baik secara kimiawi maupun mekanis untuk menjaga harga U supaya
tetap tinggi.

2.3.1 Fungsi dari evaporator


2.3.2 Spesifikasi evaporator
2.3.3 Cara kerja evaporator
(how multiple effect/stage evaporator works)
2.3.4 Gambar dan foto dari evaporator
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.3rtechnology.in/?Evaporators Tanggal Akses : 6 Mei 2009

http://en.wikipedia.org/wiki/Multiple-effect_evaporator Tanggal Akses : 6 Mei 2009

http://www.freepatentsonline.com/4756797.html Tanggal Akses : 6 Mei 2009

http://www.fao.org/docrep/V5030E/V5030E0R.GIF Tanggal Akses : 6 Mei 2009

http://www.thewatertreatmentplant.com/multiple-effect-evaporators.html Tanggal
Akses : 6 Mei 2009

http://www.apsiminc.com/MEE.htm Tanggal Akses : 6 Mei 2009

Anda mungkin juga menyukai