Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PRODUKSI BERSIH DAN AUDIT LINGKUNGAN

“DAUR HIDUP PROSES PEMBUATAN GULA”

Dosen Mata Kuliah :

Dra. Indah Nurhayati, ST., MT

Mata Kuliah :

Produksi Bersih dan Audit Lingkungan

Disusun Oleh :

Andy Wahyuwono NIM. 153800029

Bangun Wahyu R.I NIM. 153800047

Risa Suryananta Arfa NIM. 153800046

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA

SURABAYA

2018
DAFTAR PUSTAKA

Syukur alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadirat Allah


SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini. Dalam proses
pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari kerja
keras saya. Makalah yang kami buat berjudul “DAUR HIDUP PROSES
PEMBUATAN GULA” Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Indah Nurhayati, ST., MT. selaku dosen Produksi Bersih dan
Audit Lingkungan
2. Serta, teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran
guna kesempurnaan makalah yang saya susun, untuk kedepannya agar menjadi
lebih baik lagi. Penulis berharap semoga penulisan makalah ini berguna bagi
pembacanya supaya bisa mengerti dan paham tentang Produksi Bersih dan Audit
Lingkungan.

Surabaya, November 2018

Penulis
“Daur Hidup Proses Pembuatan Gula”

Sebagai negara agraris, Indonesia mengupayakan untuk memajukan sektor pertanian. Salah
satu komoditi yang dikembangkan adalah tebu. Komoditi tebu merupakan salah satu tanaman
penghasil gula yang di dalamnya terkandung sukrosa yang kemudian dikristalkan menjadi gula kristal.
Pemanfaatan gula tidak hanya terbatas untuk bahan konsumsi langsung tetapi juga digunakan sebagai
bahan pembantu di berbagai industri makanan, minuman, kosmetik dan farmasi. Saat ini tingkat
konsumsi gula dalam negeri belum bisa sepenuhnya dipenuhi oleh industri gula dalam negeri, oleh
karena itu impor gula masih diberlakukan. Industri gula nasional memegang peranan penting untuk
dapat memenuhi tingkat permintaan gula yang terus meningkat dengan kualitas yang baik untuk dapat
bersaing dengan gula impor dari luar negeri yang saat ini membanjiri pasaran di Indonesia.

Ekstrasi Nira Pemurnian Penguapan Kristalisasi


Nira

Pengeringan Kristalisasi

Gambar 1. Skema Singkat Produksi Buku


1. Proses Pembuatan Gula

Proses produksi gula dari tebu adalah proses pemisahan sukrosa yang terdapat
dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organik, dan sabut. Proses
pemisahan dilakukan dengan cara menggiling tebu pada mesin penggiling
sehingga diperoleh cairan yang disebut nira. Nira yang diperoleh dari mesin
penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan dan
penambahan zat kimia. Secara umum proses produksi gula dilakukan dengan proses
berikut ini :

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula


1. Ekstraksi Nira
Nira tebu yang mengandung sukrosa diperoleh dari tebu yang diperah
dalam mesin penggiling setelah melalui proses pra-pengolahan
dalamcrusheratau unit pencacah tebu yang berfungsi untuk
mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Semua zat yang larut dalam
air tebu akan terperah keluar dan yang tersisa adalah ampas
(Moerdokusumo 1993).
2. Pemurnian Nira
Pelaksanaan pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan menjadi 3
macam yaitu:
a. Proses Defekasi
Pemurnian cara defekasi adalah cara pemurnian yang paling
sederhana, bahan pembantu yang digunakan hanya berupa kapur
tohor. Kapur tohor digunakan untuk menetralkan asam-asam yang
terdapat dalam nira. Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling
diberi kapur hingga diperoleh nilai pH sedikit alkalis (pH 7,2). Nira
yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai mendidih,
kemudian endapan yang terjadi dipisahkan.
b. Proses Sulfitasi
Proses pemurnian dengan cara sulfitasi dilakukan dengan
pemberian kapur secara berlebihan.Kelebihan kapur ini dinetralkan
kembali dengan gas sulfit (SO2). Penambahan gas SO2menyebabkan
SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap.
Gas SO2 dapat memperlambat reaksi antara asam amino dan gula
reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap pada
nira. Gas SO dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferri sehingga
menurunkan efek oksidasi.Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai
berikut:
- Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur
sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan
kotorannya diendapkan.
- Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO 3 yang lebih
mudah larut dalam keadaan dingin sehingga ketika dipanaskan
akan terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah
hal ini, pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi dengan cara
nira mentah dipanaskan sampai 70 – 80oC,disulfitasi,
ditambahkan kapur, dipanaskan hingga mendidih kemudian
diendapkan.
- Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Apabila pada proses sulfitasi panas tidak dapat memberikan
hasil yang baik maka dilakukan modifikasi, yaitu dengan cara
pengapuran pertama sampai pH 8,0 dan pemanasan sampai 50 -
70oC, sulfitasi sampai pH 5,1 - 5,3 dan pengapuran kedua sampai
pH 7,0 - 7,2 kemudian dilanjutkan dengan pemanasan sampai
mendidih sampai terjadi pengendapan (Hugot 1960). Pelaksanaan
sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi menjadi 3 yaitu :
- Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO 2 sehingga dicapai pH nira
3,2 kemudian ditambahkan larutan kapur hingga pH 7,0 – 7,3.
- Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur hingga pH nira 10,5 kemudian
ditambahkan SO2 hingga pH nira menjadi 7,0 – 7,3.
- Sulfitasi Netral
Pemberian larutan kapur hingga pH nira 8,5 kemudian
ditambahkan gas SO2 sehingga pH nira menjadi 7,0 – 7,3 (Halim
1973).
c. Proses Karbonatasi
Proses karbonatasi merupakan metode yang paling baik
dibandingkan dengan proses defekasi dan sulfitasi. Bahan pembantu
yang digunakan pada proses pemurnian nira dengan karbonatasi
adalah susu kapur dan gas CO2. Setelah ditambahkan susu kapur
secara berlebihan, kemudian ditambahkan gas CO2 yang berfungsi
untuk menetralkan kelebihan susu kapur sehingga kotoran-kotoran
yang terdapat dalam nira akan diikat, reaksinya adalah sebagai
berikut :
Ca(OH)2+ CO2 CaCO3_ + H2O
Terbentuknya endapan CaCO3 yang banyak, mengakibatkan
endapan dapat dengan mudah dipisahkan (Hugot 1960).
3. Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air,
air ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan
adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan
dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan
nira adalah air, apabila nira dipanaskan maka akan terjadi penguapan
molekul air. Akibat penguapan ini, nira akan menjadi kental. Sumber
panas yang digunakan adalah uap panas (Soejardi 1977).
4. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah suatu proses dimana dilakukan pengkristalan
gula dari larutan yang mengandung gula. Dalam larutan encer, jarak
antara molekul satu dengan yang lain masih cukup besar, kemudian
pada proses penguapan jarak antara masing-masing molekul dalam
larutan tersebut saling mendekat, apabila jaraknya sudah cukup dekat
maka masing-masing molekul dapat saling tarik menarik. Apabila
disekitarnya terdapat sukrosa yang menempel, keadaan ini disebut
sebagai larutan jenuh. Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka
molekul-molekul dalam larutan akan dapat saling bergabung dan
membentuk rantai-rantai molekul sukrosa, sedangkan pada pemekatan
lebih tinggi maka rantai-rantai sukrosa tersebut akan dapat saling
bergabung pula dan membentuk suatu kerangka atau pola kristal
sukrosa.
5. Pengeringan
Gula yang keluar dari proses kristalisasi akan masuk ke stasiun
putaran dengan menggunakan sentrifuge, selanjutnya gula yang keluar
darisentrifugeditampung dalam alat getar (talang goyang). Talang goyang
ini selain berfungsi sebagai alat pengangkut, juga sebagai alat
pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang
dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kadar air dalam gula. Setelah pengeringan, gula dimasukkan dalam
karung atau kemasan dan disimpan di gudang untuk kemudian
dipasarkan.

2. Limbah Yang Dihasilkan Pada Proses Pembuatan Gula

Pada serangkaian proses produksi gula dihasilkan sejumlah limbah, baik limbah
padat, limbah cair, limbah udara maupun limbah B3. Limbah padat berupa ampas
tebu, blotong, abu ketel, limbah domestik (kertas, plastik, karung, bahan organik,
dll). Limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi gula ini berupa tetes
(molasses), air buangan pabrik (limbah proses), air limbah abu ketel, air jatuhan
(limbah kondensor), dan air limbah domestik (gabungan). Sedangkan limbah udara
berasal dari cerobong boiler dan cerobong genset serta udara yang berada di dalam
pabrik seperti di sekitar lingkungan mesin-mesin yang ada di stasiun pabrik.

Limbah B3 yang terdapat di PG Subang berupa oli bekas, aki bekas, lap majun,
dan lampu TL. Sumber utama aki bekas berasal dari penggunaan mesin-mesin
mekanisasi, kendaran angkut dan transport, dan instalasi listrik. Oli bekas banyak
dihasilkan oleh alat-alat berat, traktor, genset, dan sisa mesin milling di stasiun
penggilingan. Lap majun merupakan lap bekas terpakai pada proses produksi
maupun kegiatan lain yang telah digunakan untuk membersihkan atau kegiatan lain
yang mengandung bahan kimia maupun bahan berbahaya lainnya seperti untuk
pembersihan mesin-mesin, pompa, dan oli. Lampu TL termasuk bahan berbahaya
dikarenakan di dalamnya terdapat bahan kimia serta komponen listrik yang apabila
diletakkan sembarangan akan membahayakan orang disekitarnya.

3. Proses Produksi
Gambar 3. Proses Produksi dan Limbah yang Dihasilkan

Secara garis besar proses produksi diawali dengan adanya order/pemesanan


dalam bentuk gambar atau tulisan yang akan dicetak, kemudian dilakukan proses
desain terlebih dahulu. Agar kegiatan sesuai dengan jadwal yang direncanakan
dan dapat mencapai effektivitas dan effisiensi pada proses produksi yang
dimaksud berlangsung tahap demi tahap sebagai berikut:
1. Proses Ekstraksi
Dalam proses ini bertujuan untuk mengambil nira sebanyak-banyaknya yang
berasal dari tebu maupun ampas. Sehingaa pada proses ini menghasilkan
limbah berupa ampas tebu.
2. Pemurnian
Kotoran yang tersaring pada proses ini biasa disebut blotong. Blotong dapat
digunakan sebagai pupuk tanaman tebu yang ditampung di tempat
penampung blotong yang dibawa oleh truk khusus pembawa blotong.
3. Penguapan
Stasiun pengupan bertujuan untuk menguapkan air yang masih terkandung
dalam nira jernih atau nira encer sehingga menghasilkan uap air. Limbah cair
buangan dari stasiun penguapan berupa sisa air
pembersihan nira dan kerak nira.
4. Kristalisasi
Proses kristalisasi ini menghasilkan molasses. Molasses dapat dimanfaatkan
untuk spirtus dan pembuatan monosodium glutamate (MSG)
4. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan yang dianalisis adalah dampak dari limbah padat, cair,
B3, dan udara yang dilepaskan selama proses produksi gula berlangsung.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan dianalisis secara kualitatif menggunakan
analisis dampak pada metode LCA. Penelitian dengan metode LCA di pabrik
gula sebelumnya sudah pernah dilakukan, hanya saja ruang lingkup yang dikaji
berbeda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rosmeika et al. (2009), dilakukan
pengkajian daur hidup ampas tebu di Pabrik Gula Maduksimo Yogyakarta
menggunakan metode LCA. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari empat
komponen, yaitu: mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup kegiatan, analisis
inventarisasi, analisis dampak, dan mengkaji perbaikan (interpretasi). Pada
penelitian tersebut ditentukan batasan permasalahan, antara lain: 1) proses
kegiatan yang dilakukan hanya terbatas pada satu pabrik gula tebu, 2) Life Cycle
Assessment pada industri pengolahan tebu hanya dibatasi sampai pada ampas
tebu sebagai hasil samping dari stasiun gilingan dan pemanfaatannya untuk
bahan bakar boiler, 3) analisis emisi dibatasi hanya pada emisi udara (gas) yang
dihasilkan dari cerobong asap boiler (tanpa menganalisis emisi padat dan cair)
dan parameter yang dianalisis dibatasi hanya pada emisi CO2, NO2, dan SO2, 4)
analisis dampak dibatasi hanya sampai pada tahapan karakterisasi untuk potensi
terjadinya efek rumah kaca, acidification, dan eutrophication.
Selain itu, penelitian LCA pada pabrik gula juga dilakukan oleh Renouv dan
Wegener (2007) dengan melakukan LCA pada produksi dan pengolahan tebu di
Australia. Metode LCA yang digunakan meliputi: ruang lingkup kegiatan,
analisis inventori, analisis dampak, dan evaluasi hasil (interpretasi). Ruang
lingkup pada penelitian tersebut mulai dari budi daya tebu hingga pengolahan
tebu menjadi gula. Analisis dampak lingkungan yang dilakukan meliputi:
penggunaan energi, eutrofikasi, penggunaan air, dan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis dampak yang ditimbulkan
dari perbandingan antara tebu dengan tanaman penghasil gula yang lain, seperti
bit dan jagung.

5. Baku Mutu Air Limbah Produksi Gula


Baku mutu air limbah industri Gula mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 05 Tahun 2010 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI
INDUSTRI GULA YANG DIOLAH PER HARI Tersaji pada Tabel Sebagai Berikut :

(Sumber : Menteri Lingkungan Hidup No 05 Tahun 2010 )

Anda mungkin juga menyukai