Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman dan teknologi telah membawa perubahan besar bagi
dunia perindustrian. Salah satu industri yang yang merasakan dampak besar dari
perkembangan teknologi industri adalah industri pangan. Industri pangan tidak bisa
terlepas dari kehidupan manusia karena pada dasarnya industri pangan akan
menghasilkan produk-produk yang akan didistribusikan lansung ke masyarakat.
Oleh karena itu, kelayakan dan kualitas produk merupakan aspek paling vital yang
harus dipertimbangkan. Berbagai teknologi digunakan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi, salah satunya adalah teknologi kristalisasi.
Teknologi kristalisasi merupakan suatu teknik pembentukan kristal dengan
pemisahan atau separasi dari fasa larutannya membentuk fasa padatan sendiri yang
memakai fenomena dasar, mass transport dan sebagai driving force adalah beda
konsentrasi solut di dalam larutan dengan di boundary layer permukaan kristal.
Kristalisasi sangat banyak diaplikasikan di berbagai industri, seperti industri
pangan, petrochemical, oleochemical, dan polimer. Salah satu industri yang
didominasi dengan teknologi kristalisasi adalah industri pembuatan gula.
Pembuatan gula merupakan proses pembentukan kristal gula yang berasal
dari larutan nira. Tujuan proses pengolahan di pabrik adalah untuk mendapatkan
produksi gula yang setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira sekecil
mungkin selama dalam proses. Di Indonesia terdapat berbagai industri pembuatan
gula kristal, seperti PT Sugar Group Companies, PT Gunung Madu Plantations, PT
Pemuka Sakti Manisindah, PG Madukismo Bantul, PG Cinta Manis, dan masih
banyak yang lainnya. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang proses
pembuatan gula di PT Sugar Group Companies, dengan salah satu produk gula
kristalnya yang terkenal adalah super high sugar. PG Madukismo Bantul
merupakan salah satu perusahaan gula tertua di Indonesia yang menghasilkan gula
dengan bahan baku utama dari tebu. Perusahaan ini memiliki unit pengolahan
utama di kota Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perkembangan PG Madukismo Bantul?
2. Bagaimana proses pembuatan gula super high sugar secara umum dan
aplikasi teknologi kristalisasi di PG Madukismo Bantul?
3. Bagaimana kualitas produk gula super high sugar yang dihasilkan dari PG
Madukismo Bantul?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan PG Madukismo Bantul.
2. Mengetahui proses pembuatan gula secara umum dan aplikasi teknologi
kristalisasi di PG Madukismo Bantul.
3. Memahami kualitas produk gula yang dihasilkan dari PG Madukismo
Bantul.
1.4 Manfaat
Dengan makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
bagi pembaca. Dengan makalah ini, semoga dapat menjadi salah satu referensi bagi
pembaca tentang teknologi kristalisasi dan dapat menambah wawasan pembaca
tentang proses pembuatan gula yang dilakukan di PG Madukismo Bantul. Selain
itu, makalah ini juga diharapkan dapat memnuhi tugas mata kuliah Teknologi
Kristalisasi.
1.5 Batasan Malah
Makalah ini hanya membahas tentang proses pembuatan gula yang dilaukan
oleh PG Madukismo Bantul, khususnya produk gula kristal. Dikarenakan
keterbatasan waktu, dalam makalah ini hanya disajikan proses pembuatan gula
secara umum tanpa adanya pengambilan data lapangan. Penulisan makalah hanya
dilakukan dengan melakukan tinjauan pustaka dari beberapa jurnal, buku, dan
internet.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses terbentuknya fasa padatan kristalin. Kristal adalah
fasa padatan berbentuk tertentu/spesifik dimana permukaannya berupa kisi-kisi.
Bentuk kristal yang spesifik ini disebut dengan kristal habit, contoh bentuk kubus,
prisma, octahedron, rhombic dan lain-lain.

Gambar 2.1. Jenis-jenis susunan molekul kristal

Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama:


a. Kristalisasi dari larutan (solution) : merupakan proses kristalisasi yang
umum dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal
senyawa anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium
glutamat, asam sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dan lain-lain.
b. Kristalisasi dari lelehan (melt) : dikembangkan khususnya untuk pembuatan
silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan

3
bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). Proses Prilling
ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
c. Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana
suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam
industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk mendapatkan
produk kristal yang murni.

2.2 Gula
Dalam kehidupan sehari-hari orang telah mengenal gula sebagai bahan
makanan pokok, baik untuk minuman ataupun makanan. Sebagai sumber utama
dari gula adalah dari berbagai macam tanaman, yang dapat digolongkan sebagai
penghasil gula antara lain tebu, beet, kelapa aren (enau). Untuk daerah tropis tebu
merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula, di samping kelapa dan enau.
Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses
fotosintesis. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida (glukosa,
fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa).
Dalam fotosintesis terjadi reaksi antara CO2 dan H2O yang dibantu oleh
sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) sehingga menghasilkan karbohidrat
monosakarida. Adapun reaksi kimia pembentukan karbohidrat tersebut adalah
sebagai berikut.
6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2
Contoh hasil analisa tebu adalah sebagai berikut.
Komponen %
Monosakarida 0,5 – 1,5
Sakhrosa (disakarida) 1,0 – 19,0
Zat organik (abu) 0,5 – 1,5
Sabut (selulosa, pentosa) 11,0 – 19,0
Asam-asam organik 0,15
Bahan lain (lilin, zat warna, ikatan N) 12,0
Air 65,0 – 75,0
Tabel 2.1 Contoh hasil analisa tebu

4
Susunan tebu tidak sama untuk smua tebu, tergantung pada keadaan tanah,
iklim, pemeliharaan tanaman, dan jenis tebu. Sakharosa atau disakarida merupakan
komponen utama yang akan dibuat menjadi gula, sehingga senyawa inilah yang
akan diambil sebanyak-banyaknya dari tebu utnuk dipisahkan dari bagian-bagian
lain dan dikristalkan menjadi gula. Sakharosa atau disakarida adalah karbohidrat
yang mempunyai rumus molekul C12H22O11, yaitu disakarida yang terdiri dari satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Adapun sifat-sifat dari sakharosa
adalah sebagai berikut (Respati, 1980).
Rumus molekul : C12H22O11
Bentuk : Kristal dan tidak berwarna
Kelarutan dalam zat : Mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter
Berat jenis : 1,6
Titik lebur : 185 oC
Dalam asam dan basa : Dalam suasana asam akan mudah terhidrolisa menjadi gula
reduksi, peristiwa ini disebut inverse.
Reaksi : C12H22O11 + H2O menghasilkan C6H12O6 + C6H12O6
Sifat optis : Optis aktif (memutar bidang polarisasi ke kanan).

2.3 Proses Pembuatan Gula


Pembuatan gula dari tebu adalah proses pemisahan sakharosa yang terdapat
dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organik, sabut. Pemisahan
dilakukan secara bertingkat dengan jalan tebu digiling dalam beberapa mesin
penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira. Nira yang diperoleh dari
mesin penggiling (grinder) dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan
dan penambahan zat kimia. Sedangkan ampas digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap (boiler).
2.3.1 Pemurnian Nira (Purification)
Pelaksanaan pemurnian larutan dalam proses pembuatan gula dengan bahan
baku utama berupa nira dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Proses Defekasi
Pemurnian cara defekasi adalah salah satu cara pemurnian yang paling
sederhana, bahan pembantu hanya berupa kapur tohor (CaO). Kapur tohor (CaO)

5
hanya digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira
yang telah diperoleh dari mesin penggiling (grinder) diberi kapur sampai
diperoleh harga pH sedikit alkalis (pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan.
2. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan. Kelebihan kapur
ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan
SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat
mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek oksidasi. Pelaksanaan proses
sulfitasi adalah sebagai berikut.
a. Sulfitasi dingin
b. Sulfitasi panas
c. Pengapuran sebagian dan sulfitasi
3. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik disbanding dengan keduacara
diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan
gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO yang
berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang
terdapat dalam nira akan diikat. Reaksi pada proses karbonat adalah sebagai
berikut.
Ca(OH)2 CaCO3 + H2Oss

Berdasarkan penelitian yang dilakuka oleh Hugot (1960) bahwa endapan


yang akan terbentuk dari proses karbonat cukup banyak. Karena terbentuknya
endapan CaCO3 yang banyak, maka endapan dapat dengan mudah dipisahkan
(Hugot, 1960).

2.3.2 Penguapan (Vaporization)


Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini
harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu

6
proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas.
Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi
penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas
yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa
pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan
efek banyak (Soejardi, 1975).

2.3.3 Pengkristalan (Crystalization)


Proses pengkristalan (crystalization) adalah salah satu langkah dalam
rangkaian proses di pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari
larutan yang mengandung gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu
dengan yang lain masih cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-
masing molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila jaraknya sudah
cukup dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik. Apabila pada saat
itu disekitarnya terdapat sakharosa yang melarut dan molekul sakharosa yang
menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh. Pada tahap selanjutnya, bila
kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan akan dapat saling bergabung
dan membentuk rantai-rantai molekul sakharosa. Sedangkan pada pemekatan lebih
tinggi maka rantai-rantai sakharosa tersebut akan dapat saling bergabung pula dan
membentuk suatu kerangka atau pola kristal sakharosa.

2.3.4 Pengeringan (Drying)


Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar grasshopper
conveyor (talang goyang). Grasshopper conveyor (talang goyang) ini selain
berfungsi sebagai alat pengengkut, juga sebagai alat pengering gula. Pengeringan
ini menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air dalam gula. Setelah pengeringan, produk gula dimasukkan
dalam karung (packaging) dan disimpan digudang.

7
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam makalah ini dilakuakn dengan menarik data dari
berbagai referensi seperti makalah, artikel ilmiah, skripsi, jurnal ilmiah, dan
literarue lain yang berkaitan dengan topik makalah yang akan dibahas.

3.2 Teknik Penulisan


(Belum ada)

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Pabrik Gula Madukismo Bantul


Gula yang lebih dikenal sebagai gula pasir, adalah bahan pangan yang
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.Gula ini adalah sukrosa yang
memiliki bentuk yaitu kristal berwarna putih.Tebu (Saccarum officinarum) adalah
sumber utama dari gula.Tebu dapat tumbuh di daerah sub tropis dan tropis, pada
daerah yang curah hujan yang cukup. Di Indonesia, daerah-daerah yang memenuhi
ciri-ciri diatas adalah pada daerah Jawa Timurserta Jawa Tengah. Terdapat
beberapa pabrik gula yang beroperasi di Yogyakarta pada saat zaman penjajahan
Belanda. Pabrik – pabrik gula itu antara lain adalah pabrik gula Ganjuran, pabrik
gula Padokan, pabrik gula Cebongan, pabrik gula Mlati, pabrik gula Kedaton,
pabrik gula Gesikan, pabrik gula Medari. Semua pabrik gula ini diusahakan oleh
pemerintah Belanda.
PG dan PS. Madukismo adalah satu-satunya Pabrik Gula dan PabrikSpiritus
yang terletak di Propinsi D.I.Yogyakarta dan juga mengemban tugas untuk
mensukseskan program pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir.
Pembangunan PG. Madukismo dimulai pada tahun 1955 dengan kontraktornya
yang bernama Machine Fabriek Sangerhausen dari Jerman Timur.Masa konstruksi
dilakukan selama 3 tahun dengan kapasitas rancangan 1.500 ton tebu perhari.
Pembangunan pabrik gula tersebut selesai pada tanggal 31 Maret 1958 dan
diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958.Pabrik gula
Madukismo mulai melakukan proses produksi pada tahun 1958, sedangkan PS.
Madukismo pada tahun 1959.
Pada tahun 1962 pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan yang ada
di Indonesia baik milik asing maupun swasta secara resmi.Setelah pengambilalihan
tersebut, PG. Madukismo merubah status menjadi PN (Perusahaan Negara) dan
dikelola dalam bentuk perseroan, atau sekarang disebut dengan PT. Madu
Baru.Dalam memimpin pabrik, pemerintah membentuk suatu Badan Pimpinan
Umum Persatuan Perkebunan Negara (BPUPPN) yang pada akhirnya dibubarkan

9
pada tahun 1966. Dikarenakan pembubaran tersebut, PG. Madukismo memilih
menjadi Perseroan Terbatas (PT), sehingga bentuk dari perusahaan yang
membawahi PG. dan PS. Madukismo diberi nama PT. Madu Baru.
Pada tanggal 4 Maret 1985 PT. Madu Baru dikelola kembali oleh
Departemen Pertanian, Departemen Keuangan, dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola berdasarkan
konstituen manajemen yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT. Rajawali
Nusantara Indonesia dan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai pemegang saham
terbesar pada tanggal 14 Maret 1989. Sebagai pengelola, PT. Rajawali Nusantara
Indonesia menjadi patokan produk gula PT. Madu Baru, PG. dan PS. Madukismo.
Mulai tanggal 24 Februari 2014 hingga sekarang, PT. Madu Baru merupakan
perusahaan mandiri yang dikelola secara mandiri.

4.2 Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo Bantul
Proses produksi gula SHS di PG. Madukismo dibagi menjadi beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan itu merupakan penggilingan, pemurnian, penguapan/
evaporasi, pemasakan/kristalisasi, puteran, dan penyelesaian. Pada proses produksi
di PG. Madukismo ini, masing-masing tahapan lebih dikenal dengan stasiun. Proses
produksi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1. Proses Pembuatan Gula GHS PG Madukismo Bantul

10
4.2.1 Stasiun Penggilingan
Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga
didapatkan perasan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses penggilingan pada
PG. Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Pertama – tama tebu masuk ke meja
tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke
unigrator untuk dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur
kemudian masuk ke Gilingan I. Pada Gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama
dan sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga
terakhir pada Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan
penambahan air imbibisi dengan suhu 70 oC. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan
adalah nira mentah dan ampas.

4.2.2 Stasiun Pemurnian


Stasiun pemurnian memiliki tujuan untuk memurnikan nira mentah hasil
dari Stasiun Gilingan. Nira akan dipisahkan dengan kotoran dengan menggunakan
proses pengendapan. Nira mentah hasil penggilingan ditimbang lalu dipanaskan
hingga 70 – 75 oC. Lalu dilakukan penambahan susu kapur dan dihembusi dengan
gas SO2 hingga pH nira menjadi 7 dan dipanaskan kembali hingga suhu 100 sampai
105 oC. Setelah itu nira masuk ke door clarifier untuk diendapkan kotorannya dan
terakhir disaring.Hasil akhir dari Stasiun Pemurnian adalah nira jernih.

4.2.3 Stasiun Penguapan (Evaporation)


Proses pemasakan pada Stasiun Penguapan ini adalah proses lanjutan
setelah dilakukannya proses pemurnian nira pada Stasiun Pemurnian. Proses
penguapan memiliki prinsip yaitu menguapkan air sehingga kadar air turun dan gula
yang hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil akhir dari
proses penguapan adalah nira kental.
Nira encer dari Stasiun Pemurnian masuk ke pemanas III hingga suhu nira
mencapai 100 sampai 105 oC.Selanjutnya nira masuk ke evaporator I dengan
tekanan sebesar 136 cmHg, dan tekanan hampa/vakum sebesar 0,34 cmHg.
Evaporator I akan menghasilkan nira kental I dan uap I. Selanjutnya nira kental I
masuk kembali ke dalam evaporator II dengan tekanan 102 cmHg dan tekanan

11
vakum 10,4 cmHg, menggunakan uap I untuk proses pemanasannya, dan
menghasilkan nira kental II dan uap II. Kemudian masuk ke evaporator III dengan
kondisi tekanan 70 cmHg dan tekanan vakum 37 cmHg, menggunakan uap II untuk
proses pemanasannya, menghasilkan uap III dan nira kental III. Pada evaporator IV
digunakan tekanan 40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik
didihnya sebesar 50 oC sampai 55 oC.

4.2.4 Stasiun Kristalisasi


Stasiun Kristalisasi merupakan salah satu tahap pembuatan gula yang ada di
PG. Madukismo. Proses kristalisasi (pemasakan) merupakan proses penguapan
lanjutan yang bertujuan untuk memasak nira kental hasil dari Stasiun Penguapan.
Pemasakan pada Stasiun Kristalisasi ini bertujuan untuk membentuk kristal gula.
Hasil dari tiap pan pada Stasiun Kristalisasi adalah campuran gula kristal (bibit
masakan) dan juga stroop yang berupa larutan. Masakan A menggunakan gula C
sebagai bibit masakan dan juga stroop. Masakan C menggunakan gula D sebagai
bibit dan juga stroop A. Sedangkan masakan D menggunakan foundan sebagai bibit
masakan atau inti kristal, dan stroop C. Hasil dari setiap pan dialirkan dengan pipa
menuju Stasiun Puteran agar dapat dipisahkan antara gula dan larutan/stroop.
Proses masakan yang dilakukan di PG. Madukismo adalah A-C-D, dengan gula A
(gula SHS) sebagai hasil akhirnya.

4.2.5 Stasiun Puteran


Pada Stasiun Puteran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk
memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare, dan
tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade
Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator.Low Grade Centrifuge
Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang
rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan
masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

4.2.6 Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan


Pada Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan, hasil akhir dari Stasiun Puteran
diturunkan menuju gudang untuk dikemas melalui talang getar. Pada tahap ini

12
terjadi proses pengeringan gula. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin,
pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced
fan. Pengemasan dilakukan dengan karung sak dengan berat 50 kg netto, dan ada
pula yang menggunakan plastic 1 kg. Plastik yang digunakan adalah plastik OPP.
Plastik OPP mudah untuk diseal dengan menggunakan panas, tahan terhadap air
dan kelembaban (Coles, 2003) sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan
pengemas gula.

4.3 Proses pada Stasiun Kristalisasi


Proses kristalisasi (pemasakan) adalah proses penguapan lanjutan. Proses
ini memiliki tujuan untuk memasak nira kental hasil dari Stasiun Penguapan dan
juga untuk membentuk kristal gula. Nira kental hasil dari Stasiun Evaporasi yang
berada di dalam bak penampungan akan dikristalkan dengan menggunakan pan
masakan yang bertekanan vakum. Di dalam pan masakan akan terbentuk kristal-
kristal gula. Pan masakan yang digunakan oleh PG. Madukismo berjumlah 12 pan.

Gambar 4.2. Pan Masakan


Menurut Gaman dan Sherrington (l994) kristalisasi merupakan suatu cara
yang bermanfaat dalam pemurnian suatu padatan. Di dalam industri pangan
digunakan untuk memurnikan berbagai bahan yang dapat mengkristalkan gula,
garam ataupun asam sitrat. Dengan penguapan yang terus menerus maka larutan
gula (nira kental) menjadi lewat jenuh sehingga akan timbul kristal-kristal
gula. Menurut Soejardi (2003), penurunan kadar air yang terjadi dapat
mengoptimalkan kondisi pada saat proses pengkristalan. PG. Madukismo

13
menggunakan sistem kristalisasi A-C-D yang merupakan sistem kristalisasi
bertahap. Sistem ini digunakan oleh PG. Madukismo dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya proses karamelisasi dan pembentukan kerak akibat
pemasakan yang berlebihan.
Pan dibuat vakum dengan tekanan 60 cmHg, sebelum diisi dengan nira.
Tekanan vakum membuat nira dapat mengalir pada pan dengan sendirinya. Bibit
masakan A adalah gula C. Klare gula A dalam putaran SHS dimasak lagi dalam
pan masakan A. Dalam pemutaran ini akan menghasilkan gula A dan stroop A.
Stroop A ini digunakan sebagai bahan dasar masakan C dan D. Gula A masuk
ke dalam mixer dan ditambahkan dengan fondan dan Gula C. Pembesaran ukuran
kristal biasanya dilakukan sampai diameternya mencapai 0,9 - l,l mm.
Masakan C memiliki proses yang sama dengan masakan A, namun
memiliki yang digunakan berbeda. Bahan dasar masakan C adalah stroop A dari
masakan A dan bibit gula D. Hasil dari pemasakan C ini adalah gula C sebagai
bibit gula A dan stroop C untuk bahan dasar masakan D. Pemasakan akan
dilakukan sampai ukuran gula C sudah mencapai 0,5 sampai 0,6 mm.
Proses pemasakan pada pan masakan D sama dengan proses masakan A
dan C. Pada masakan D yang diperoleh adalah gula D selain itu dihasilkan pula
tetes (sebagai bahan dasar pembuatan alkohol, spiritus) sertaklare D. Bahan dasar
masakan D sendiri dapat berasal dari stroop A, stroop C, dan fondan. Fondan
ditambahkan pada pan masakan D dengan ukuran fondan 0,005 mm untuk
membentuk inti kristal. Ukuran kristal yang diinginkan adalah sekitar 0,3 sampai
0,4 mm.
Pada Stasiun Puteran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk
memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare, dan
tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade
Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator.Low Grade
Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat
kemurnian yang rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan
untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.Prinsip kerja
dari alat ini adalaah dengan menggunakan gaya sentrifugal, dimana kristal yang

14
terdapat dalam bak putaranakan terlempar dan ditahan oleh saringan, sedangkan
larutannya akan lolos melalui saringan (Chen dan Chou, 1993). Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Potter dan Hotchkiss (1995), bahwa kristal
gula dipisahkan dari cairan melalui sentrifugasi.
Low Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan
C dan masakan D. High Grade Separator digunakan untuk memutar gula masakan
A dan SHS sebagai gula produk. Masakan A dipompa ke talang mixer yang berada
diatas mesin puteran, pengisian masakan dilakukan untuk memisahkan kristal
dengan stroop-nya. Hasil dari puteran diskontinyu ini menghasilkan gula A dan
stroop A. Gula yang dihasilkan ditambah dengan sedikit air dan dipompa ke mixer
SHS, selanjutnya diputar pada putaran SHS yang menghasilkan gula produk.Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Risvan (2008) dari proses sentrifugasi
masakan A akan dihasilkan gula dengan grade yang tinggi (SHS).

Gambar 4.3. Low Grade Centrifuge Separator


Untuk mendapatkan kristal gula yang putih dan bersih maka kristal gula
perlu diputar sebanyak dua kali, sehingga sistem puteran di PG. Madukismo
memiliki puteran masakan A dan masakan C, masakan Dl dan D2. Larutan yang
dihasilkan pada puteran I disebut stroop, sedangkan larutan yang dihasilkan pada
puteran II disebut klare.
Setelah proses puteran ini, gula yang telah bersih dikeluarkan dengan
mengangkat tutup yang berbentuk kerucut atau pada mesin puteran, digantungkan
pada kait, gula kemudian akhirnya akan dialirkan ke dalam talang goyang atau

15
screw conveyor. Gula yang dialirkan ke talang goyang masih dalam keadaan basah
dan lengket.Gula yang mengandung air akan cepat rusak dibanding gula kering,
sehingga perlu dikeringkan sebelum dikemas dan disimpan. Pada talang goyang,
gula yang telah bersih akan mengalami pengeringan. Talang goyang bekerja
dengan cara bergerak maju mundur sehingga gula yang berada di dalam talang
goyang ini akan berlompatan dan terjadi perpindahan panas dari butiran kristal
gula dengan udara yang memiliki suhu lebih rendah. Dari talang goyang ini
kemudian akan dialirkan melalui elevator yang menuju ke proses penyaringan gula
dan pengemasan.

4.4 Spesifikasi Produk Gula PG. Madukismo Bantul


4.4.1 Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan oleh PG. Madukismo adalah gulakristal
putih. Produk kristal gula putih yang dihasilkan PG. Madukismo memiliki kualitas
SHS IA (Super High Sugar) dengan nilai kemurnian yang melebihi 70. PG.
Madukismo memiliki 3 jenis produk gula, yaitu gula pasir yangdikemas dalam
kemasan plastik 500 gr, gula pasir dalam kemasan plastik 1 kg, dan dalam juga
gula pasir yang dikemas dengan kemasan karung 50 kg. Gambar dari produk 1 kg
dapat dilihat pada gambar 1a, sedangkan untuk gambar dari produk 50 kg dapat
dilihat pada gambar 1b.

(a) (b)
Gambar 4.3. (a) Gula 1 kg, dan (b) Gula 50 kg

Produk gula yang dihasilkan oleh PG. Madukismo telah disesuaikan dengan
standar yang diberikan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
(P3GI).Standar dari kualitas gula pasir SHS yang telah ditentukan oleh P3GI dapat

16
dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 4.1. Perbandingan Standar Kualitas Gula Pasir SHS PG. Madukismo dengan
P3GI
Parameter Satuan PG Madukismo Standar dari P3GI
Diameter butiran mm 0,95-1,02 0,9 - 1,10
Kadar air % 0,05-0,07 1
Polarisasi % 99 99

4.4.2 Produk Samping


Selama proses produksi, selain produksi utama yang berupa gula pasir,
PG Madukismo juga menghasilkan beberapa produk samping yang dikelola oleh
PS Madukismo. Produk samping ini berupa dan spiritus bakar dengan kadar
murni94% dan alkohol murni dengan kadar hingga 95%. Produk sampingini
dipantau oleh Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT Sucofindo
Indonesia. Dengan menggunakan bahan baku yaitu gula tetes dari PG Madukismo,
PS. Madukismo dapat menghasilkan rata - rata hasil produksi dengan jumlah ±
25.000 ton per tahun serta menghasilkan alkohol sebanyak 7,5 hingga 8 juta liter
per tahun.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di PG. Madukismo,
dapat disimpulkan bahwa PG. Madukismo memiliki standar bahwa tebu yang
masuk haruslah segar, manis, dan bersih. Proses produksi gula SHS sendiri
melalui tahapan yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan
puteran. Proses penguapan menghasilkan hasil akhir berupa nira kental dan
bertujuan untuk mengurangi kadar air pada nira encer. Pada stasiun Kristalisasi
dilakukan penguapan lanjutan yang bertujuan untuk menghasilkan kristal -
kristal gula. Puteran adalah proses untuk memisahkan antara gula dengan cairan
dengan menggunakan proses sentrifugasi. PG. Madukismo memiliki 2 jenis
putaran yaitu High Grade Centrifuge Separator dan Low Grade Centrifuge
Separator. Gula hasil akhir yang dihasilkan oleh PG. Madukismo adalah gula SHS.

5.2 Saran
Untuk kedepannya diharapkan dapat dilakukannnya peninjauan dan
observasi ke lapangan karena penulisan makalah ini hanya berdasarkan studi
pustaka dari beberapa referensi seperti laporan kerja praktek, internet, dan buku
yang berkaitan dengan teknologi kristalisasi. Data yang disajikan dalam makalah
ini juga merupakan data sekunder.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2007. Pemanfaatan Nira Aren (Arenga pinnata Merr) Sebagai


Bahan Pembuatan Gula Putih Kristal. Jurnal Perennial, 3(2): 40-43.
Chen, J.C.P. dan C.C.Chou. (1993). Cane Sugar Handbook. John Wiley dan
Sons, Inc. USA.
Coles, R; McDowell,D dan M.J. Kirwan. 2003. Food Packaging Technology.
Blacksell Publishing, Ltd. London.
Effendi, A. 1994. Diktat Mata Kuliah Teknologi Gula. Jurusan Teknik Kimia ITS.
Surabaya.
Fellows, P. 1990. Food Processing Technology: Principles and Practise. Ellis
Horwood Limited. New York.
Fitri, YF. 2008. Pengaruh Penambahan Susu Kapur (CaOH)2 dan gas SO2
Terhadap pH Nira Mentah Dalam Pemurnian Nira di Pabrik Gula
Kwala Madu PTP Nusantara II Langkat. USU Medan.
Fitriani; Sutarni; dan Luluk Irawati. 2013. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Produksi, Curahan Kerja dan Konsumsi Petani Tebu Rakyat di Propinsi
Lampung. Jurnal Ilmiah ESAI Volume 7, No.1, Januari 2013.
Gaman, P.M dan K.B Sherington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta.
Indriani, T.H. dan E. Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah
Tegalan. Penerbar Swadaya. Jakarta.
Lestari, Galuh Ajeng. 2006. Studi Potensi Penerapan Produksi Bersih pada
Industri Gula. Institut Pertanian Bogor.
Meiditha, Nilla. 2003. Analisis Efisiensi Produksi Gula Pasir di Pabrik Gula
Kebon Agung, Kabupaten Malang. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Moerdokusumo, A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan
Gula di Indonesia. ITB. Bandung.

Potter, N. N. dan J. H. Hotchkiss. 1995. Food Science, 5th ed. CBC


Publishers and Distributors. New Delhi. India.

19
Rahayoe, Sri; Budi Raharjo; dan Rr. Siti Kusumandari. 2008. Konstanta Laju
Pengeringan Daun Sambiloto Menggunakan Pengering Tekanan Rendah.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 1.Yogyakarta.
Risvan, Kuswurj. 2008. Seri Pengetahuan Industri Gula: Kristalisasi,
Pemisahan, Packing. http:llwww.risvank.com
Risvan, Kuswurj. 2011. Pengertian Pol, Brix, HK dalam Analisa Gula.
www.risvank.com. Diakses tanggal 26 Oktober 2014.
Santoso, Budi. 2011. Proses Pembuatan Gula Dari Tebu pada PG X.
Universitas Gunadarma.
Sihombing, J. 2011. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi Pengolahan Air
Limbah Dengan Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) di
Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II. USU Medan.
Soejardi. 2003. Kursus Pabrikasi Gula Menyiapkan Chemiker. PG PTP
Nusantara (Persero). Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
Soerjadi. 1975. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula. LPP,
Yogyakarta. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedi
Pustaka Utama. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai