PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perkembangan PG Madukismo Bantul?
2. Bagaimana proses pembuatan gula super high sugar secara umum dan
aplikasi teknologi kristalisasi di PG Madukismo Bantul?
3. Bagaimana kualitas produk gula super high sugar yang dihasilkan dari PG
Madukismo Bantul?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan PG Madukismo Bantul.
2. Mengetahui proses pembuatan gula secara umum dan aplikasi teknologi
kristalisasi di PG Madukismo Bantul.
3. Memahami kualitas produk gula yang dihasilkan dari PG Madukismo
Bantul.
1.4 Manfaat
Dengan makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
bagi pembaca. Dengan makalah ini, semoga dapat menjadi salah satu referensi bagi
pembaca tentang teknologi kristalisasi dan dapat menambah wawasan pembaca
tentang proses pembuatan gula yang dilakukan di PG Madukismo Bantul. Selain
itu, makalah ini juga diharapkan dapat memnuhi tugas mata kuliah Teknologi
Kristalisasi.
1.5 Batasan Malah
Makalah ini hanya membahas tentang proses pembuatan gula yang dilaukan
oleh PG Madukismo Bantul, khususnya produk gula kristal. Dikarenakan
keterbatasan waktu, dalam makalah ini hanya disajikan proses pembuatan gula
secara umum tanpa adanya pengambilan data lapangan. Penulisan makalah hanya
dilakukan dengan melakukan tinjauan pustaka dari beberapa jurnal, buku, dan
internet.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses terbentuknya fasa padatan kristalin. Kristal adalah
fasa padatan berbentuk tertentu/spesifik dimana permukaannya berupa kisi-kisi.
Bentuk kristal yang spesifik ini disebut dengan kristal habit, contoh bentuk kubus,
prisma, octahedron, rhombic dan lain-lain.
3
bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). Proses Prilling
ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
c. Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana
suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam
industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk mendapatkan
produk kristal yang murni.
2.2 Gula
Dalam kehidupan sehari-hari orang telah mengenal gula sebagai bahan
makanan pokok, baik untuk minuman ataupun makanan. Sebagai sumber utama
dari gula adalah dari berbagai macam tanaman, yang dapat digolongkan sebagai
penghasil gula antara lain tebu, beet, kelapa aren (enau). Untuk daerah tropis tebu
merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula, di samping kelapa dan enau.
Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses
fotosintesis. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida (glukosa,
fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa).
Dalam fotosintesis terjadi reaksi antara CO2 dan H2O yang dibantu oleh
sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) sehingga menghasilkan karbohidrat
monosakarida. Adapun reaksi kimia pembentukan karbohidrat tersebut adalah
sebagai berikut.
6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2
Contoh hasil analisa tebu adalah sebagai berikut.
Komponen %
Monosakarida 0,5 – 1,5
Sakhrosa (disakarida) 1,0 – 19,0
Zat organik (abu) 0,5 – 1,5
Sabut (selulosa, pentosa) 11,0 – 19,0
Asam-asam organik 0,15
Bahan lain (lilin, zat warna, ikatan N) 12,0
Air 65,0 – 75,0
Tabel 2.1 Contoh hasil analisa tebu
4
Susunan tebu tidak sama untuk smua tebu, tergantung pada keadaan tanah,
iklim, pemeliharaan tanaman, dan jenis tebu. Sakharosa atau disakarida merupakan
komponen utama yang akan dibuat menjadi gula, sehingga senyawa inilah yang
akan diambil sebanyak-banyaknya dari tebu utnuk dipisahkan dari bagian-bagian
lain dan dikristalkan menjadi gula. Sakharosa atau disakarida adalah karbohidrat
yang mempunyai rumus molekul C12H22O11, yaitu disakarida yang terdiri dari satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Adapun sifat-sifat dari sakharosa
adalah sebagai berikut (Respati, 1980).
Rumus molekul : C12H22O11
Bentuk : Kristal dan tidak berwarna
Kelarutan dalam zat : Mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter
Berat jenis : 1,6
Titik lebur : 185 oC
Dalam asam dan basa : Dalam suasana asam akan mudah terhidrolisa menjadi gula
reduksi, peristiwa ini disebut inverse.
Reaksi : C12H22O11 + H2O menghasilkan C6H12O6 + C6H12O6
Sifat optis : Optis aktif (memutar bidang polarisasi ke kanan).
5
hanya digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira
yang telah diperoleh dari mesin penggiling (grinder) diberi kapur sampai
diperoleh harga pH sedikit alkalis (pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan.
2. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan. Kelebihan kapur
ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan
SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat
mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek oksidasi. Pelaksanaan proses
sulfitasi adalah sebagai berikut.
a. Sulfitasi dingin
b. Sulfitasi panas
c. Pengapuran sebagian dan sulfitasi
3. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik disbanding dengan keduacara
diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan
gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO yang
berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang
terdapat dalam nira akan diikat. Reaksi pada proses karbonat adalah sebagai
berikut.
Ca(OH)2 CaCO3 + H2Oss
6
proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas.
Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi
penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas
yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa
pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan
efek banyak (Soejardi, 1975).
7
BAB III
METODE PENULISAN
8
BAB IV
PEMBAHASAN
9
pada tahun 1966. Dikarenakan pembubaran tersebut, PG. Madukismo memilih
menjadi Perseroan Terbatas (PT), sehingga bentuk dari perusahaan yang
membawahi PG. dan PS. Madukismo diberi nama PT. Madu Baru.
Pada tanggal 4 Maret 1985 PT. Madu Baru dikelola kembali oleh
Departemen Pertanian, Departemen Keuangan, dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola berdasarkan
konstituen manajemen yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT. Rajawali
Nusantara Indonesia dan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai pemegang saham
terbesar pada tanggal 14 Maret 1989. Sebagai pengelola, PT. Rajawali Nusantara
Indonesia menjadi patokan produk gula PT. Madu Baru, PG. dan PS. Madukismo.
Mulai tanggal 24 Februari 2014 hingga sekarang, PT. Madu Baru merupakan
perusahaan mandiri yang dikelola secara mandiri.
4.2 Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo Bantul
Proses produksi gula SHS di PG. Madukismo dibagi menjadi beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan itu merupakan penggilingan, pemurnian, penguapan/
evaporasi, pemasakan/kristalisasi, puteran, dan penyelesaian. Pada proses produksi
di PG. Madukismo ini, masing-masing tahapan lebih dikenal dengan stasiun. Proses
produksi dapat dilihat pada gambar berikut ini:
10
4.2.1 Stasiun Penggilingan
Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga
didapatkan perasan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses penggilingan pada
PG. Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Pertama – tama tebu masuk ke meja
tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke
unigrator untuk dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur
kemudian masuk ke Gilingan I. Pada Gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama
dan sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga
terakhir pada Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan
penambahan air imbibisi dengan suhu 70 oC. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan
adalah nira mentah dan ampas.
11
vakum 10,4 cmHg, menggunakan uap I untuk proses pemanasannya, dan
menghasilkan nira kental II dan uap II. Kemudian masuk ke evaporator III dengan
kondisi tekanan 70 cmHg dan tekanan vakum 37 cmHg, menggunakan uap II untuk
proses pemanasannya, menghasilkan uap III dan nira kental III. Pada evaporator IV
digunakan tekanan 40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik
didihnya sebesar 50 oC sampai 55 oC.
12
terjadi proses pengeringan gula. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin,
pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced
fan. Pengemasan dilakukan dengan karung sak dengan berat 50 kg netto, dan ada
pula yang menggunakan plastic 1 kg. Plastik yang digunakan adalah plastik OPP.
Plastik OPP mudah untuk diseal dengan menggunakan panas, tahan terhadap air
dan kelembaban (Coles, 2003) sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan
pengemas gula.
13
menggunakan sistem kristalisasi A-C-D yang merupakan sistem kristalisasi
bertahap. Sistem ini digunakan oleh PG. Madukismo dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya proses karamelisasi dan pembentukan kerak akibat
pemasakan yang berlebihan.
Pan dibuat vakum dengan tekanan 60 cmHg, sebelum diisi dengan nira.
Tekanan vakum membuat nira dapat mengalir pada pan dengan sendirinya. Bibit
masakan A adalah gula C. Klare gula A dalam putaran SHS dimasak lagi dalam
pan masakan A. Dalam pemutaran ini akan menghasilkan gula A dan stroop A.
Stroop A ini digunakan sebagai bahan dasar masakan C dan D. Gula A masuk
ke dalam mixer dan ditambahkan dengan fondan dan Gula C. Pembesaran ukuran
kristal biasanya dilakukan sampai diameternya mencapai 0,9 - l,l mm.
Masakan C memiliki proses yang sama dengan masakan A, namun
memiliki yang digunakan berbeda. Bahan dasar masakan C adalah stroop A dari
masakan A dan bibit gula D. Hasil dari pemasakan C ini adalah gula C sebagai
bibit gula A dan stroop C untuk bahan dasar masakan D. Pemasakan akan
dilakukan sampai ukuran gula C sudah mencapai 0,5 sampai 0,6 mm.
Proses pemasakan pada pan masakan D sama dengan proses masakan A
dan C. Pada masakan D yang diperoleh adalah gula D selain itu dihasilkan pula
tetes (sebagai bahan dasar pembuatan alkohol, spiritus) sertaklare D. Bahan dasar
masakan D sendiri dapat berasal dari stroop A, stroop C, dan fondan. Fondan
ditambahkan pada pan masakan D dengan ukuran fondan 0,005 mm untuk
membentuk inti kristal. Ukuran kristal yang diinginkan adalah sekitar 0,3 sampai
0,4 mm.
Pada Stasiun Puteran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk
memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare, dan
tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade
Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator.Low Grade
Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat
kemurnian yang rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan
untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.Prinsip kerja
dari alat ini adalaah dengan menggunakan gaya sentrifugal, dimana kristal yang
14
terdapat dalam bak putaranakan terlempar dan ditahan oleh saringan, sedangkan
larutannya akan lolos melalui saringan (Chen dan Chou, 1993). Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Potter dan Hotchkiss (1995), bahwa kristal
gula dipisahkan dari cairan melalui sentrifugasi.
Low Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan
C dan masakan D. High Grade Separator digunakan untuk memutar gula masakan
A dan SHS sebagai gula produk. Masakan A dipompa ke talang mixer yang berada
diatas mesin puteran, pengisian masakan dilakukan untuk memisahkan kristal
dengan stroop-nya. Hasil dari puteran diskontinyu ini menghasilkan gula A dan
stroop A. Gula yang dihasilkan ditambah dengan sedikit air dan dipompa ke mixer
SHS, selanjutnya diputar pada putaran SHS yang menghasilkan gula produk.Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Risvan (2008) dari proses sentrifugasi
masakan A akan dihasilkan gula dengan grade yang tinggi (SHS).
15
screw conveyor. Gula yang dialirkan ke talang goyang masih dalam keadaan basah
dan lengket.Gula yang mengandung air akan cepat rusak dibanding gula kering,
sehingga perlu dikeringkan sebelum dikemas dan disimpan. Pada talang goyang,
gula yang telah bersih akan mengalami pengeringan. Talang goyang bekerja
dengan cara bergerak maju mundur sehingga gula yang berada di dalam talang
goyang ini akan berlompatan dan terjadi perpindahan panas dari butiran kristal
gula dengan udara yang memiliki suhu lebih rendah. Dari talang goyang ini
kemudian akan dialirkan melalui elevator yang menuju ke proses penyaringan gula
dan pengemasan.
(a) (b)
Gambar 4.3. (a) Gula 1 kg, dan (b) Gula 50 kg
Produk gula yang dihasilkan oleh PG. Madukismo telah disesuaikan dengan
standar yang diberikan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
(P3GI).Standar dari kualitas gula pasir SHS yang telah ditentukan oleh P3GI dapat
16
dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 4.1. Perbandingan Standar Kualitas Gula Pasir SHS PG. Madukismo dengan
P3GI
Parameter Satuan PG Madukismo Standar dari P3GI
Diameter butiran mm 0,95-1,02 0,9 - 1,10
Kadar air % 0,05-0,07 1
Polarisasi % 99 99
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di PG. Madukismo,
dapat disimpulkan bahwa PG. Madukismo memiliki standar bahwa tebu yang
masuk haruslah segar, manis, dan bersih. Proses produksi gula SHS sendiri
melalui tahapan yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan
puteran. Proses penguapan menghasilkan hasil akhir berupa nira kental dan
bertujuan untuk mengurangi kadar air pada nira encer. Pada stasiun Kristalisasi
dilakukan penguapan lanjutan yang bertujuan untuk menghasilkan kristal -
kristal gula. Puteran adalah proses untuk memisahkan antara gula dengan cairan
dengan menggunakan proses sentrifugasi. PG. Madukismo memiliki 2 jenis
putaran yaitu High Grade Centrifuge Separator dan Low Grade Centrifuge
Separator. Gula hasil akhir yang dihasilkan oleh PG. Madukismo adalah gula SHS.
5.2 Saran
Untuk kedepannya diharapkan dapat dilakukannnya peninjauan dan
observasi ke lapangan karena penulisan makalah ini hanya berdasarkan studi
pustaka dari beberapa referensi seperti laporan kerja praktek, internet, dan buku
yang berkaitan dengan teknologi kristalisasi. Data yang disajikan dalam makalah
ini juga merupakan data sekunder.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Rahayoe, Sri; Budi Raharjo; dan Rr. Siti Kusumandari. 2008. Konstanta Laju
Pengeringan Daun Sambiloto Menggunakan Pengering Tekanan Rendah.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 1.Yogyakarta.
Risvan, Kuswurj. 2008. Seri Pengetahuan Industri Gula: Kristalisasi,
Pemisahan, Packing. http:llwww.risvank.com
Risvan, Kuswurj. 2011. Pengertian Pol, Brix, HK dalam Analisa Gula.
www.risvank.com. Diakses tanggal 26 Oktober 2014.
Santoso, Budi. 2011. Proses Pembuatan Gula Dari Tebu pada PG X.
Universitas Gunadarma.
Sihombing, J. 2011. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi Pengolahan Air
Limbah Dengan Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) di
Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II. USU Medan.
Soejardi. 2003. Kursus Pabrikasi Gula Menyiapkan Chemiker. PG PTP
Nusantara (Persero). Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
Soerjadi. 1975. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula. LPP,
Yogyakarta. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedi
Pustaka Utama. Jakarta.
20