Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KIMIA PERMUKAAN DAN KOLOID

“APLIKASI KOLOID: INDUSTRI PEMUTIHAN GULA”

Dosen Pengampu : Dr. LISNAWATY SIMATUPANG, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Ayu Notari Banjarnahor (4203351028)

Lia Al Hasanah (4202451005)

Maruahal Nickholas Pasaribu (4203151002)

Kelas : Pendidikan IPA A 2020

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuia-Nya kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi
Koloid: Industri Pemutihan Gula”

Kemudian, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
ini, Ibu Dr. Lisnawaty Simatupang, M.Si., dan kawan sekelas saya mahasiswa kelas A
Pendidikan IPA 2020

Dengan makalah ini kami harap dapat meningkatkan pengetahuan pembaca sessuai
dengan potensinya. Meski telah disusun secara maksimal, namun kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Medan, 21 Mei 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Bahan Baku Dan Sumber Pembuatan Gula 2
B. Proses Produksi Gula dan Pemutihan Gula 2

BAB III PENUTUP 5


A. Kesimpulan 5
B. Saran 5
Daftar Pustaka 6

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia memiliki karakteristik sebagai produk dan kimia sebagai proses. Salah
satu konten kimia yang berhubungan dengan kehidupan adalah sistem koloid. Sistem
koloid memiliki karakteristik nyata dan konseptual, karena sistem koloid memiliki
banyak konsep dalam materinya dan contohcontoh dalam sistem koloid dapat dilihat
dengan kasat mata (Hendriawan, dkk, 2019).
Industri kimia berasal dari kata “industri” dan “kimia”. Industri adalah suatu proses
yang mengubah bahan-baku menjadi produk yang berguna atau mempunyai nilai-tambah,
serta produk tersebut dapat digunakan secara langsung oleh konsumen sebagai pengguna
akhir dan produk tersebut disebut dengan “produk-akhir”. Produk dari industri tersebut
dapat juga digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, yang disebut juga
sebagai“produk-antara”. Hubungan antara bahan-baku dengan produk baik produkakhir
maupun produk-antara, Produk yang dihasilkan dari industri merupakan produk yang
diperlukan oleh manusia dalam hal ini produk tersebut mempunyai nilai tambah (Darni,
dkk, 2019).
Salah satu aplikasi dari sistem koloid yang diterapkan dalam indistri kimia adalah
industri pembuatan gula pasir. Pada industri pembuatan gula pasir sistem koloid yang
digunakan adalah berupa penyerapan zat pengotor dengan bantuan karbon aktif. Proses
pembuatan gula dari bahan baku tebu secara umum dilakukan dengan tahap yaitu
penggilingan tebu, pemurnian nira mentah, penguapan nira encer, kristalisasi nira kental,
pemisahan kristal dan pengeringan kristal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana aplikasi koloid dalam industri pemutihan gula.
2. Bagaimana cara pemutihan gula.
3. Apa saja tahapan dalam pemutihan gula.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi koloid dalam pemutihan gula.

2. Untuk mengetahui cara pemutihan gula.

3. Untuk mengetahui tahapan dalam pemutihan gula.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahan Baku Dan Sumber Pembuatan Gula


Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau
enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di
bagian timur.Tebu sebagai bahan baku utama industri gula di Indonesia merupakan
tanaman yang efisien. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia, dilingkungan Internasional
tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum officinarum L. Jenis ini
termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-rumputan (Darni, dkk, 2019).
Sebagai produk olahan tebu, gula merupakan komoditas penting bagi masyarakat dan
perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun sebagai bahan baku
industri makanan atau minuman. Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan
kebutuhan gula saat ini semakin meningkat, tetapi peningkatan konsumsi gula belum
dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Pada prinsipnya, peningkatan produksi
gula dapat dilaksanakan melalui perluasan areal tanam, peningkatan bobot tebu per
hektar, dan peningkatan rendemen (Rokhman, dkk, 2014).

B. Proses Produksi Gula dan Pemutihan Gula


Berdasarkan penelitian oleh Darmawan (2017), Proses pertama dalam proses produksi
gula kristal putih adalah proses pemerahan tebu di stasiun gilingan. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengambil nira sebanyak-banyaknya dari batang tebu dengan menekan kehilangan
nira dalam ampas seminimal mungkin. Sebelum masuk ke stasiun gilingan tebu yang
sudah ditebang terlebih dahulu ditimbang dengan menggunakan alat crane sebagai
pengangkut. Setelah tebu ditimbang ditarik ke arah meja tebu yang selanjutnya diatur
masuk oleh cane carrier, tebu yang telah masuk dipotong-potong oleh pisau tebu dan
dipecah-pecah menggunakan hammer shradder selanjutnya di perah menggunakan rol
gilingan I berturut-turut sampai gilingan IV.
Pada proses kedua pengolahan gula kristal putih adalah proses pemunian pada stasiun
pemurnian yang bertujuan untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada nira mentah
sehingga didapatkan nira encer dan blotong dengan tetap menjaga agar sukrosa tidak
mengalami kerusakan. Proses kimia pada stasiun pemurnian dinamakan proses sulfitasi
dimana prinsip dasar pemurnian adalah mengikat bahan selain gula (pengotor) dengan

2
cairan reagen tertentu sehingga didapatkan endapan, semakin banyak endapan yang
dibentuk maka semakin baik kinerja stasiun pemurnian. Pada stasiun pemurnian
menggunakan beberapa bahan pembantu yaitu susu kapur, gas SO2, flokulan dan asam
phosphat (H3PO4).
Berdasarkan cara penjernihan nira dikenal 3 macam cara penjernihan:
a.) Defekasi
Dalam cara ini nira mentah ditambah Ca(OH)2 dalam keadaan dingin sampai
suasana larutan nira menjadi alkalis, kemudian dididihkan dan dibiarkan agar
kotoran mengendap. Kelebihan cara defekasi adalah prosesnya pemurniannya
dengan biaya lebih murah dan produk yang dihasilkan bebas residu belerang.
Kelemahan cara defekasi adalah pengendapan kurang baik dibandingkan proses
sulfitasi dan karbonatasi, sehingga produksi gula yang dihasilkan kurang seragam.
b.) Sulfitasi
Bahan additive dalam proses ini adalah Ca(OH)2 dan gas SO2. Ke dalam nira,
mula-mula ditambahkan Ca(OH)2 berlebih yaitu sekitar 1% lebih banyak dari
berat kapur yang diperlukan (diperhitungkan). Maksud penambahan Ca(OH)2
yang berlebih adalah untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira, dan
membantu pengendapan. Sisa Ca(OH)2 yang masih ada dinetralkan dengan jalan
memasukkan gas SO2, proses netralisai ini dilakukan pada suhu 70-800C.
c.) Karbonatasi
Pada pemurnian secara karbonatasi, bahan aditif yang ditambahkan adalah
Ca(OH)2 dan gas CO2. Kapur yang diberikan banyaknya sekitar 10x berat yang
digunakan dalam proses sulfitasi. Sisa kapur dalam nira dinetralkan dengan gas
CO2 dari pembakaran batu kapur(CaCO3). Reaksi yang terjadi pada proses ini
yaitu:
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) 🡪 CaCO3(S)
Endapan CaCO3 dapat menyerap zat-zat berwarna dan gum (pentosan). Proses
karbonatasi dapat dilakukan pada suhu rendah maupun suhu tinggi. Jika suhu
sangat tinggi, di atas 900C, maka gula pereduksi akan mengalami dekomposisi dan
warna nira menjadi gelap. Bila suhu proses dipertahankan 550C, akan dihasilkan
gula yang sangat putih, lebih putih daripada gula hasil proses sulfitasi. Proses
penjernihan secara karbonatasi menghasilkan gula SHS berwarna putih. Kotoran-
kotoran yang telah menggumpal dari proses-proses di atas selanjutnya diendapkan
di dalam pesawat pengendap, (clarifier). Kemudian endapan dipisahkan dari nira

3
jernih encer. Terhadap endapan yang masih mengandung nira, dilakukan filtrasi
untuk mendapatkan niranya dengan menggunakan alat filter-frame press atau filter
vakum yang berputar
Tahap ketiga pada proses pengolahan produk gula kristal putih adalah penguapan nira
encer di stasiun penguapan, proses ini bertujuan menguapkan air yang terdapat pada nira
encer sampai didapatkan kekentalan tertentu disebabkan nira encer pada proses
pemurnian masih banyak mengandung air, agar proses pengkristalan tidak terganggu
maka air yang ada nira harus diuapkan.
Tahap keempat pada proses produksi gula adalah proses kristalisasi (masakan), adalah
proses penguapan air yang terdapat dalam nira kental dan membentuk Kristal gula dengan
diameter sesuai standard dengan menekan kehilangan gula dalam tetes seminimal
mungkin. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses pemasakan yang dapat
mempengaruhi proses kristalisasi adalah vacuum maksimal (63cmHg) dan suhu dalam
pan masak 60°C.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air,
dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
Berikut manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai bidang :
1. Pemutihan Gula
2. Penggumpalan Darah
3. Penjernihan Air
4. Pembentukan delta di muara sungai
5. Pengambilan endapan pengotor
6. Mengurangi polusi udara
7. Penggumpalan lateks
8. Membantu pasien gagal ginjal
9. Sebagai deodorant
10. Sebagai bahan makanan dan obat
11. Sebagai bahan kosmetik
12. Sebagai bahan pencuci
13. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup.

B. Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegangteguh
pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-normayang
berlaku di masyarakat serta tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak
akanmerasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan. Dan juga setelah membaca artikel
ini,sebaiknya pembaca mendalami lebih jauh lagi atau menerapkan prinsip di sistem koloid
dalamkehidupan sehari-hari.

5
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Adi Setiyoko. 2017. “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Gula Kristal Putih
Pabrik Gula Kremboong PT Perkebunan Nusantara X Dengan Metode Statistical
Quality Control (SQC)”. Skripsi. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Darni, Yuli, dkk. 2019. Industri Proses Kimia. Bandar Lampung : Pusaka Media

Herdiawan, Handi, dkk. 2019. “Penerapan Pbl Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Konsep Koloid”.Jurnal Kimia dan Pendidikan. ISSN: 2502-4787
Vol. 4. No. 1. Hal. 24-35.

Rokhman, Hidayatur, dkk. 2014. “Jumlah Anakan dan Rendemen Enam Klon Tebu
(Saccharum officinarum L.) Asal Bibit Bagal, Mata Ruas Tunggal, dan Mata Tunas
Tunggal”.Jurnal Vegetalika . ISSN: 2302-4054 Vol. 3. No. 3. Hal. 89-96.

Anda mungkin juga menyukai