Anda di halaman 1dari 11

Perundingan Philip Christison

Perundingan atau negosiasi yang dilakukan oleh Philip Christison. Philip Christison ini adalah pimpimnan
atau panglima agnei yang mendarat di Jakarta. Philip Christison merasa bahwa kedatangan nya atau
sekutu NICA ke wilayah Indonesia, melihat bahwa terjadi banyak pertempuran yang mengakibatkan
jatuhnya banyak korban, baik dari pihak sekutu/belanda maupun pihak Indonesia. Philip Christison
adalah orang pertama yang memprakarsai pertemuan bangsa Indonesia dan belanda dimeja
perundingan.

Perundingan Philip Christison ini terjadi pada tanggal 10 Feb – 12 Maret 1246. Waktu ini berbarengan
dengan / sebelum terjadinya tragedi BLA. Diluar Jakarta atau sekitarnya, banyak sekali pertempuran
yang dilakukan oleh sekutu dengan pribumi, tetapi Philip Christison mengajak beberapa tokoh Indonesia
untuk berunding bersama pihak belanda

Perundingan Philip Christison adalah salah satu perintis perundengan linggarjati. Jadi pada Perundingan
Philip Christison adalah salah satu perundingan yang bisa disebut awalan atau pendahuluan saja dari
pihak yang berseteru. Dan pada perundingan Linggarjatilah yang benar benar resmi atau formal. Di
Perundingan Philip Christison ini pula terjadi atau mulai pembahasan tentang konsep republic Indonesia
serikat.

Penengah dari Perundingan Philip Christison adalah Archibald Clark Kerr dan Loard Killearn (dari inggris).
Penengah ini atau inggris berusaha mempertemukan 2 pihak yang berseteru yakni Indonesia dan
Belanda. Selain itu, inggris juga tidak mau ikut campur perselisihan di tsb.

Dari Pihak Indonesia adalah Sutan Syahrir yang menjabat sebagai perdana mentri. Agus salim dan
Pringgodigdo. Ketika maklumat 14 Nov diterbitkan maka jabatan Soekarno sebagai presiden akan
diambil alih oleh Sutan Syahrir. Soekarno pergi ke jogja, maka Sutan Syahrir akan tetap berada di Jakarta
dan menghubungkan antara Indonesia dengan Belanda.

Dari Pihak Belanda adalah H.J. Van Mook selaku gubernur jendral NICA. Kedua pihak ini dipertemukan di
Jakarta dan mengungkapkan usulan usulan masing2. Dari usulan tsb, diharapkan untuk tidak melanjutkn
konflik bersenjata lagi, dan dapat dibicarakan baik baik di meja perundingan ini.

Pada saat itu, Sutan Syahrir dan kawan kawan mengajukan yakni. Kami meminta daerah Jawa, Madura
dan Sumatera ini menjadi wilayah Republik Indonesia. Selain itu mereka juga meminta, agar nanti
Negara yang disebut dengan Republik Indonesia ini adalah Negara yang berbentuk kesatuan (NKRI) dan
nanti mereka mengharapkan tidak ada lagi hubungan dengan negeri belanda. Pihak Indonesia benar
benar ingin merdeka dan lepas sepenuhnya dari penjajahan dari pihak Belanda.

Tapi Pihak belanda juga mengajukan hal yang berbeda. Mereka menganggap bahwa boleh saja republic
Indonesia hanya di wilayah Jawa dan Madura. Selain itu Van Mook juga meminta bahwa, meski sudah
merdeka tetapi Indonesia harus menjadi Negara Persemakmuran.

 Negara Persemakmuran adalah Negara-negara yang mengakui Raja atau Ratu Inggris sebagai
kepala negara dikenal sebagai kerajaan Persemakmuran atau Commonwealth Real.
Persemakmuran adalah kelanjutan dari Kerajaan Britania Raya dan lahir dari hasil Konferensi
Kerajaan (Imperial Conference) pada akhir 1920-an.

Dimana anatara Indonesia dan Belanda statusnya sama, dimana kedua Negara dibawah pimpinan ratu
belanda yaitu Ratu Wilhelmina. Van Mook juga menginginkan bahwa Negara Indonesia itu bukan Negara
kesatuan, tetapi Negara Federasi yang dimana di tiap daerah/pulau akan didirikan sebuah Negara
lagi/negara2 kecil atau Negara bagian. Jadi Van Mook menginginkan Indonesia menajdi Negara seperti
Amerika Serikat. Amerika Serikat ini adalah sebuah Negara Federasi atau yang sebenarnya didalamnya
terdapat 50 negara berbeda. Van Mook mengingkan seperti itu karena ia tidak menginkan adanya rasa
persatuan didaerah yang pernah ia jajah sebelumnya.

Perundingan ini tidak menghasilkan hasil/kosong. Perundingan ini dianggap gagal. Mengapa demikian?
Karena Van Mook merasa tidak mewakili belanda waktu itu. Karena memang belum ada perintah
langsung dari pihak pemerintah belanda kepada Van Mook untuk melakukan perundiangan.

Memang perudingan ini tidak membuahkan hasil, tapi setidaknya Indonesia Belanda mulai berbicara,
bertatapmuka, tidak tembak2an.
Perundingan Hoge Veluwe

Perundingan ini adalah upaya Indonesia untuk berunding dengan pihak belanda yang bertujuan agar
menguarangi kontak tembak2an. Perundingan ini adalah perundingan kedua yang masih atau belum
bersifat formal yang dilaksanakan di Negri Belanda pada tanggal 12 April – 24 April 1946.

Dari pihak Indonesia mengirimkan 3 delegasi yaitu: Soewandi, Soedarsono, Pringgodigdo. Sedangkan
dari pihak belandanya sendiri yaitu langsung diwakili oleh Perdana Menteri mereka yaitu Williem
Schermenrhorn.

Isi perundingan masih sama seperti perjanjian Philip Christison


 Kami meminta daerah Jawa, Madura dan Sumatera ini menjadi wilayah Republik Indonesia.
Selain itu mereka juga meminta, agar nanti Negara yang disebut dengan Republik Indonesia ini
adalah Negara yang berbentuk kesatuan (NKRI) dan nanti mereka mengharapkan tidak ada lagi
hubungan dengan negeri belanda. Pihak Indonesia benar benar ingin merdeka dan lepas
sepenuhnya dari penjajahan dari pihak Belanda.
 Tapi Pihak belanda juga mengajukan hal yang berbeda. Mereka menganggap bahwa boleh saja
republic Indonesia hanya di wilayah Jawa dan Madura. Selain itu Van Mook juga meminta
bahwa, meski sudah merdeka tetapi Indonesia harus menjadi Negara Persemakmuran.

Dari perundingan ini, tidak ada yang dicapai sama sekali, karena menurut pihak belanda harus diadakan
perundingan yang lebih besar lagi dan positifnya dua pihak setuju bahwa akan mengadakan
perundingan lagi nanti di Indonesia

NB:
hasil perundingan yaitu Belanda ingin Indonesia sebagai Negara makmur/merdeka dlm 1 federasi. Batas
wilayah kekuasaan Indonesia delegasi RI menutur belanda agar wilayah Sumatra, Jawa, Madura.

Dampak:
1. Kondisi politik Indonesia terpecah belah
2. Tekanan belanda menggugat
3. Pembentukan Negara boneka oleh Belanda
Perundingan Linggarjati

Perundingan ini adalah perundingan yang sudah dianggap resmi atau formal yang hasilnya kaan
mengikat kedua belah pihak. Perundingan ini dilaksanan di Kuningan, Linggarjati Jawa Barat. Pada
tanggal 10 November 1946 – 23 Maret 1947

Dari pihak Indonesia yaitu: Sutan Syahrir, M.Roem, Abdulkadir Ghani, dan Sutanto Tirtoprojo. Sedangkan
dari pihak belandanya yaitu H.J.Van Mook, Williem Schermerhorn, F.de Boer, Max Van Poll. Dan dari
Inggris sebagai pihak pasif yaitu Lord Killearn.

Perundingan ini berlangsung lumayan lama, dan berbeda dengan perundingan2 pendahuluan
sebelumnya karena menghasilkan sesuatu.

Isi Perundingan:
 Kami meminta daerah Jawa, Madura dan Sumatera ini menjadi wilayah Republik Indonesia.
Selain itu mereka juga meminta, agar nanti Negara yang disebut dengan Republik Indonesia ini
adalah Negara yang berbentuk kesatuan (NKRI) dan nanti mereka mengharapkan tidak ada lagi
hubungan dengan negeri belanda. Pihak Indonesia benar benar ingin merdeka dan lepas
sepenuhnya dari penjajahan dari pihak Belanda.
 Tapi Pihak belanda juga mengajukan hal yang berbeda. Mereka menganggap bahwa boleh saja
republic Indonesia hanya di wilayah Jawa dan Madura. Selain itu Van Mook juga meminta
bahwa, meski sudah merdeka tetapi Indonesia harus menjadi Negara Persemakmuran.

Hasil nya:

 Belanda akhirnya mengakui secara de facto bahwa RI dengan wilayah meliputi Sumatera, Jawa,
Madura.
 Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949
 RI dan Belanda bekerja sama membangun Negara Indonesia Serikat, sbg RI serikat (RIS)
 RIS dan Belanda akan membentuk aliansi Indonesia, Belanda dgn Belanda sebagai presiden yaitu
Ratu Wilhelmina

Perjanjian Linggarjati ini meuai banyak sekali polemic, banyak kontroversi, banyak pihak yang
menganggap bahwa perundingan ini adalah wujud ketidak mampuan Pemerintah Indonesia yang waktu
itu dipimpin oleh Sutan Syahrir
Ada seorang tokoh pergerakan yakni Tan Malaka. Beliau adalah salah satu orang yang mempunyai ide
bahwa suatu saat nanti jajahan Hindia Belanda ini akan menjadi sebuah republic. Beliau pernah
menuliskan sebuah buku yang kemudian disebar keseluruh dunia dengan judul Naar de Republik atau
menuju Negara republik.

Menurut beliau hasil perundingan dari Linggarjati ini adalah wujud dari sebuah kekalahan. Mengapa
demikian? Karena namanya kemerdekaan iu harus 100%. Kita menginginkan wilayah Indonesia itu dari
sabang sampai merauke. Seluruh jajahan belanda itu harus kita merdekakan dan menjadi Republik
Indonesia. Menurut Tan Malaka tidak ada kemerdekaan yang hanya 30%/20%. Tan Malaka juga
mengakatan bahwa Perundingan yang dilakukan dengan belanda itu adalah suatu yang sia sia. Tidak ada
seorang pun yang memiliki rumah dan kemudian rumahnya didatangi oleh pencuri kemudian berunding
dengan pencuri tsb.

Tan Malaka sangat keras, karena hasil perundingan Linggarjati hanya Sumatera, Jawa dan Madura saja
sisanya menjadi wilayah Belanda. Seperti yang kita ketahui di koferensi Malino di koferensi pangkal
pinang kemudian koferensi Denpasar, wilayah wilayah tsb dijadikan Negara boneka oleh belanda dan
inilah yang merusak persatuan di bangsa Indonesia yang sedang di rintis. Tidak hanya Tan Malaka saja
yang berperotes tetapi banyak sekali pihak

Akhirnya pada tanggal 15 Juli 1947, terjadi lah peristiwa yakni Van Mook mengucapkan “No More
Linggarjati/tidak ada Linggarjati” artinya Belanda sepihak memutuskan untuk tidak mengakui kembali
hasil Perundingan Linggarjati.

Hal itu berpengaruh dalam peristiwa agresi militer atau operasi produk atau aksi polisionel pada tanggal
21 Juli 1947
Perundingan Renvile

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda, yang ditandatangani dari 8
Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 di geladak USS Renville, sebuah tempat netral yang berlabuh di
Jakarta. Negosiasi dimulai pada 8 Desember 1947 dan dimediasi oleh Komisi Tripartum, yang meliputi
Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Perjanjian ini dibuat untuk menyelesaikan sengketa Perjanjian
Linggarjati 1946 yang meliputi perbatasan antara Indonesia dan Belanda yang dikenal dengan Garis Van
Mook.

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara
Belanda dan Indonesia. Gubernur Jenderal Belanda Van Mook memerintahkan gencatan senjata pada 5
Agustus. Pada tanggal 25 Agustus, Dewan Keamanan menyetujui resolusi yang diusulkan oleh Amerika
Serikat, dimana Dewan Keamanan akan menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda secara
damai dengan membentuk komisi tiga negara yang terdiri dari Belgia dipilih oleh Belanda, Australia,
dipilih . dari Indonesia dan Amerika Serikat. pihak menerima.

Pada tanggal 29 Agustus 1947, Belanda mendeklarasikan Garis Van Mook yang memisahkan wilayah
tersebut dari Indonesia dan Belanda. Republik Indonesia mendapat sepertiga pulau Jawa dan sebagian
besar pulau Sumatera, tetapi Indonesia tidak mendapat daerah penghasil pangan utama. Blokade
Belanda juga mencegah masuknya senjata, makanan, dan pakaian ke wilayah Indonesia.

Setelah cukup lama berunding, akhirnya terciptalah perjanjian Renville yang berisi sebagai berikut:
1) Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
2) Republik Indonesia merupakan negara bagian RIS.
3) Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
4) Wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera.
5) Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut
Garis Van Mook.
6) TNI harus ditarik mundur dari Jawa Barat dan Jawa Timur atau wilayah-wilayah kekuasaan
Belanda.
7) Akan dibentuk UNI Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
8) Akan diadakan plebisit atau referendum (pemungutan suara) untuk menentukan nasib wilayah
dalam RIS.
9) Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS.
Berakhirnya Agresi Militer Belanda I dan diterimanya Perjanjian Renville mengubah arah politik
Indonesia. Penghapusan kiri merupakan cikal bakal pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September
1948 di tengah konflik berkepanjangan antara Belanda dan Republik. Daerah-daerah penghasil
kebutuhan pokok dikuasai oleh Belanda sehingga menyebabkan kemunduran ekonomi
Indonesia, terutama ketika Belanda melakukan blokade ekonomi..

Kesepakatan ini juga mengakibatkan TNI harus mundur dari kantong-kantong yang dikuasai Belanda di
Jawa Barat dan Jawa Timur. Ruang itu melahirkan Long March of Siliwangi, long march prajurit Divisi
Siliwangi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dampak dari peristiwa itu memicu
pemberontakan oleh Kartosuwiryo dan prajuritnya, yang tidak mau meninggalkan Jawa Barat, yang saat
itu berada di bawah kendali Belanda, untuk mendirikan negara Islam di Indonesia.
Perjanjian Roem-Royen

Perjanjian Roem-Royen adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia-Belanda yang
memainkan peran signifikan dalam proses menuju kemerdekaan Indonesia. Artikel ini akan membahas
latar belakang, isi, dan dampak dari perjanjian ini pada perkembangan nasionalisme Indonesia dan
hubungan diplomatik dengan Belanda.

Perjanjian Roem-Royen dinamai sesuai dengan dua tokoh penting yang terlibat dalam perundingan ini:
Mr. Roem, seorang diplomat Indonesia, dan Dr. J.H. van Royen, seorang diplomat Belanda. Perjanjian ini
disepakati pada tanggal 7 Mei 1949, menjelang pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Latar
belakangnya adalah konflik bersenjata yang telah berlangsung selama beberapa tahun antara pejuang
kemerdekaan Indonesia dan pemerintah kolonial Belanda.

Isi Perjanjian Roem-Royen. Perjanjian Roem-Royen memiliki beberapa poin penting, antara lain:

1. Pengakuan Kedaulatan
>>Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia yang merdeka.

2. Pembagian Wilayah
>>Perjanjian ini mencakup pembagian wilayah yang dikenal sebagai “Van Mook Line” yang
membagi wilayah Indonesia menjadi dua bagian, yaitu Jawa dan Sumatera di bawah pemerintahan
Indonesia, sementara wilayah-wilayah lain tetap di bawah kendali Belanda.

3. Pengakuan Kemerdekaan Timor Timur


>>Perjanjian ini juga mencakup pengakuan Belanda atas kemerdekaan Timor Timur, yang
kemudian menjadi Timor Leste.

4. Pengakuan Bahwa Papua Barat Belum Diselesaikan


>>Status Papua Barat (sekarang Papua dan Papua Barat) tidak diatur dalam perjanjian ini, dan
masalah ini ditunda hingga kemudian.
Dampak Perjanjian Roem-Royen

1. Pengakuan Internasional
>>Perjanjian ini adalah langkah penting dalam pengakuan internasional terhadap kedaulatan
Indonesia, yang telah lama diinginkan oleh para pejuang kemerdekaan.

2. Konsekuensi Politik
>>Meskipun perjanjian ini merupakan langkah menuju perdamaian, itu juga menjadi sumber
ketegangan dalam politik Indonesia, terutama mengenai pembagian wilayah.

3. Pengaruh dalam Proses Diplomasi


>>Perjanjian Roem-Royen menjadi dasar bagi perundingan lebih lanjut dan menciptakan
lingkungan yang mendukung pengakuan kedaulatan Indonesia oleh negara-negara lain.

4. Kontroversi
>>Pembagian wilayah dan masalah terkait Papua Barat kemudian menjadi sumber kontroversi dan
perselisihan antara Indonesia dan Belanda.

Perjanjian Roem-Royen adalah tonggak sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan
hubungannya dengan Belanda. Meskipun perjanjian ini membuka jalan menuju pengakuan kedaulatan
Indonesia, isinya dan konsekuensi politiknya tetap menjadi topik yang diperdebatkan dan kontroversial
hingga saat ini. Peristiwa ini menggambarkan kompleksitas proses diplomasi dan negosiasi yang terjadi
selama perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perjanjian KMB

Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan konferensi yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dalam
penyelesaian permasalahan kedaulatan RI oleh Belanda. KMB diadakan pada tanggal 28 Agustus-2
November 1949 yang dihadiri oleh Republik Indonesia, Belanda dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal
Overleg) sebagai wakil dari negara boneka yang diciptakan Belanda (15 daerah otonom di Republik
Indonesia Serikat).

Pasca Kemerdekaan Indonesia, antara Indonesia dan Belanda mengalami konflik di berbagai daerah
guna memperebutkan hak atas wilayah Indonesia. Upaya damai dilakukan melalui jalur diplomasi
namun tidak menyelesaikan masalah. Diawali dari perjanjian Linggarjati pada tahun 1946, perjanjian
Renville pada tahun 1948 dan perjanjian Roem-Royen pada tahun 1949. Diadakannya Konferensi Meja
Bundar merupakan hasil dari kesepakatan pada perjanjian Roem-Royen yang menginginkan
penyelesaian antara RI dan Belanda.

Latarbelakang KMB adalah penyelesaian masalah antara RI dan Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peran
PBB yang menekan Belanda untuk memulihkan kembali keadaan di Indonesia. PBB memaksa Belanda
untuk menyelesaikan konflik secara damai antara kedua belah pihak. Pada tanggal 23 Agustus – 2
November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar yang menjadi titik terang upaya mempertahankan
kemerdekaan RI.

Delegasi Konferensi Meja Bundar. Dalam Konferensi Meja Bundar, ada beberapa delegasi atau wakil dari
masing – masing pihak. Drs. Moh Hatta ditunjuk sebagai delegasi dari Indonesia, J.H. van Maarseven
mewakili Belanda, sedangkan Sultan Hamid II mewakili BFO. Dari pihak UNCI (PBB) diwakili Chritchley
sebagai pihak netral. Turut hadir pula dari perwakilan Indonesia Mohammad Roem, Mr. Supomo, Dr. J.
Leimena, Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir. Djuanda, Sukiman, Mr. Sujono Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo,
Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang, serta Mr. Muwardi.

Hasil Konferensi Meja Bundar


 Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

 Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.

 Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan

RIS.
 Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia- Belanda yang diketuai

Belanda.
 RIS harus membayar semua utang Belanda sejak tahun 1942

Indonesia secara sah diakui secara de yure oleh Belanda melalui KMB pada tanggal 27 Desember 1949.
Penandatanganan naskah penyerahan berlangsung di dua kota yaitu Amsterdam dan Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai