Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA PABRIK GULA DI


DESA KECAMATAN SEMBORO

Dosen Pengampu :
Dr. Erpina Santi Meliana Nadeak, S.Si., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas 1B
SANITASI

Halimah PO7233323 1022


Ikhlasul Amal PO7233323 1025
Riswandi PO7233323 1043
Syazalia Rifa Nur Aen PO7233323 1047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLI


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI DIII
SANITASI
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa kita ucapkan.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi baginda Rasulullah SAW yang telah
membimbing kita menuju jalan yang lurus dan benar. Penyusunan makalah berjudul
“Pengelohan Air Limbah Pada Pabrik Gula”
Penulis juga menyadari bahwa sepenuhnya didalam makalah ini terdapat
kekurangan- kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga
makalah ini dapat dipahami dan akhirnya membawa hikmah untuk penulis.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Tanjungpinang, 12 Februari 2024

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................1

1.3 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3

2.1 Standar Baku Mutu........................................................................................3

2.2 Dampak dari Industri Gula............................................................................4

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................5

3.1 Karakteristik...................................................................................................5

3.2 Proses Produksi Industri gula.........................................................................6

3.3 Pengolahan Air Limbah Di Industri Gula......................................................9

3.4 Diagram Pengolahan Air Limabah Industri Gula..........................................11

BAB 1V PENUTUP..................................................................................................12

4.1 Penutup...........................................................................................................12

Daftar Pustaka..........................................................................................................14

iii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi
dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan
digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari niratebu, bit gula, atau
aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gulaminor lainnya, seperti
kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbidahlia, anggur, atau jagung, juga
menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses
untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) dimana
masyarakat bermukim,beberapa jenis limbah akan dihasilkan beberapa jenis limbah
akan di hasilkan seperti sampah, air kakus (black water), dan air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal
sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik dari pengolahan limbah cair yang dihasilkan pada
industri gula.
2. Mengetahui tahapan proses pengolahan limbah cair pada industri gula yang ada
di Desa Kecamatan Semboro
3. Menghasilkan suatu produk dari limbah yang dihasilkan yang memiliki nilai
jual ekonomis.

1
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat memahami tahapan proses limbah cair dari industri gula
sebelum di buang ke lingkungan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui karakteristik yang terkandung dalam limbah
cair industri gula

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Standar Baku Mutu

3
2.2 Dampak dari Industri Gula
Pembuangan limbah dapat mencemari udara dan bau yang membahayakan
ke- hidupan laut, sungai, dan sekitarnya. Limbah yang akan dibuang dapat berupa
bahan kimia, bahan radioaktif, logam berat, yang mengakibatkan tercemarnya air
dan ling- kungan sekitar Desa Kabupaten Semboro
Dampak yang terjadi dari segi positif yang berupa tingkat kekeluargaan antar
masyarakat menjadi meningkat, interaksi masyarakat yang masih baik dengan cara
warga mengikuti kegiatan-kegiatan RT, mengadakan acara-acara Desa antar RT
setempat.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) gula memiliki beberapa karakteristik


khusus :
1. Konsentrasi Limbah Tinggi: Limbah dari pabrik gula cenderung memiliki
kon- sentrasi yang tinggi, terutama dalam bentuk gula dan bahan organik
lainnya.

2. Kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) Tinggi: Limbah gula


seringkali memiliki BOD yang tinggi, yang menunjukkan tingginya kadar
bahan organik yang dapat menyebabkan pencemaran air jika tidak diolah
dengan baik.

3. Kehadiran Zat-zat Kimia: Limbah gula juga dapat mengandung zat-zat


kimia sep- erti pestisida, herbisida, dan bahan kimia lain yang digunakan
dalam proses per- tanian dan pengolahan.

4. pH yang Variatif: pH limbah gula dapat bervariasi tergantung pada proses


produksi dan bahan baku yang digunakan, namun biasanya cenderung asam
hingga netral.

5. Potensi Pembentukan Busa: Proses pengolahan gula dapat menghasilkan


limbah yang memiliki potensi untuk membentuk busa, yang memerlukan
perlakuan khu- sus selama proses pengolahan limbah.

6. Kandungan Padatan Tersuspensi: Limbah gula juga dapat mengandung


padatan tersuspensi yang perlu dihilangkan selama proses pengolahan.
Dalam pengelolaan limbah gula, penting untuk mempertimbangkan
karakteristik karak- teristik ini untuk merancang dan mengoperasikan IPAL
dengan efisien dan efektif dalam mengolah limbah gula menjadi air yang aman
untuk dibuang.

5
3.2 Proses Produksi Industri Gula
Proses pembuatan gula menggunakan proses Double Sulfitasi Alkalis
continue dengan produk gula jenis SHS (Superium Hoofd Suiker) . Pelaksanaannya
dibagi dalam beberapa tahap yang meliputi beberapa stasiun, yaitu:
a. Proses Pemerahan Tebu (Ekstraksi) di stasiun gilingan Tebu yang sudah
ditimbang dipindahkan dari lori atau truk ke meja tebu dengan menggunakan
travelling cane yang digerakkan oleh motor listrik. Pada ujung meja tebu,
tebu diratakan dengan pisau perata agar permukaan. tumpukan tebu tidak
terlalu tebal sehingga tidak memberatkan kerja pisau. perata.
b. Proses Pemurnian Nira di stasiun pemurnian Nira mentah yang berasal dari
stasiun gilingan ditimbang dahulu dengan timbangan boulogne. Fungsi dari
penimbangan ini adalah untuk mengetahui berat nira yang diperoleh dari
berat tebu yang digiling dan menentukan jumlah zatzat yang ditambahkan
dalam proses selanjutnya.
c. Proses Penguapan (Evaporasi) di stasiun penguapan Untuk menguapkan
sebagian besar air yang terkadung di dalam nira encer dengan kadar brix 13-
14%, sehingga didapat nira kental dengan kadar brix 60-65%.
d. Proses Kristalisasi di stasiun Masakan Pada stasiun masakan di pabrik gula
dilakukan penguapan kedua, yaitu memasak nira kental atau kristalisasi.
Dapat dilakukan pemasakan ke masakan A. masakan D, masakan C.
e. Proses Pemisahan Kristal di stasiun puteran Prinsip proses puteran adalah
memisahkan kristal-kristal dari larutan induknya dengan menggunakan
centrifugal. Didalam centrifugal bahan. padat (kristal) akan tertahan di tempat
dan cairan keluar melalui saluran pipa centrifuge dan berputar didalamnya.
f. Proses Pengeringan dan Pembungkusan di stasiun penyelesaian pengeringan
alamiah gula SHS yang keluar dari puteran SHS dibawah menuju talang
goyang.
g. Pengayakan: Gula kering yang dikeluarkan dari tromol puteran SHS
akanturun ke ayakan getar yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu:
1. Ayakan kasar menghasilkan gula kasar gula kerikil.
2. Ayakan normal menghasilkan gula normal/gula produk.
3. Ayakan halus menghasilkan gula halus.

6
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu
(saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu,terdapat lima kali proses penggilingan dari
batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu Pada penggilingan pertama dan kedua
dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada proses
penggilingan ketiga keempat dan kelima dihasilkan nira dengan volume yang tidak
sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu penggilingan pertama dan kedua
dihasilkan ampas tebu basah. Untuk mendapatkan nira yang optimal.pada
penggilingan ampas hasil gilingan kedua harus ditambahkan susu kapur 3Be yang
berfungsi sebagai senyawa yang mampu menyerap nira dari serat ampas tebu
sehingga pada penggilingan ketiga nira masih dapat diserap meskipun volumenya
lebih sedikit dari hasil gilingan kedua. Pada penggilingan seterusnya hingga
penggilingan kelima ditambahkan susu kapur 3Be dengan volume yang berbeda-
beda tergantung sedikit banyaknya nira yang masih dapat dihasilkan.Rata-rata
ampas yang diperoleh dari proses giling 32% tebu. Dengan produksi tebu di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan
sekitar 6 juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir di setiap pabrik gula tebu
menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler.
Setiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang terdiri dari
limbah padat,cair dan gas. Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagas), Abu boiler dan
blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari
perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat
dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan
bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran
pembuat kertas.
Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan. ampas tebu sebagai
bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan
sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong,
merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan
dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna hitam,
memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan

7
menimbulkan bau busuk

8
yang menyengat. (Mahmudah Hamawi,2005.
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari
gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah
sekitar 30% berat tebu dengan kadar air sekitar 50%. Berdasarkan bahan. kering,
ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47%, H (Hydrogen) 6,5 %, O
(Oxygen) 44% dan abu (Ash) 2,5%. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap
kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5% akan memiliki kalor sebesar
1825 kkal.
Kelebihan ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula,
ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas.
Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba,
sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya
kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut.
Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa. pabrik gula
mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan
(inefisien). Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa
endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50-70%, dalam sehari
dapat dihasilkan 3,8-4% dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang dihasilkan di
angkut dengan truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk cekungan di bagian
belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras jalan.
Limbah ini juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk,
sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka, dapat menyebabkan polusi udara,
pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut Abu boiler
merupakan sisa pembakaran ampas tebu yang digunakan dalam proses pengolahan
tebu.Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik.
Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi dari
pembakaran ampas tebu murni. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk
memanaskan boiler dengan suhu mencapai 550°C-600°C dan lama pembakaran
setiap 4-8 jam dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam boiler,
karena jika dibiarkan tanpa dibersihkan akan teriadi nenumpukan .

9
3.3 Pengolahan Air Limbah Di Industri Gula.
Bertujuan untuk mengurangi kadar pencemar yang dihasilkan dari proses
produksi gula sampai pada ambang batas yang telah ditentukan oleh BMAL (Bakal
Mutu Air Limbah) sebelum dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan kembali
untuk keperluan pendukung kegiatan di industri gula. Di Propinsi Jawa Timur,
BMAL di industri gula diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 52 Tahun
2014 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014. Setelah
proses pengolahan air limbah yang dilakukan di unit IPAL diperlukan monitoring
dan evaluasi secara berkala pada bagian outlet untuk mengetahui kualitas air limbah
hasil olahan dan tingkat kinerja IPAL yang digunakan.
A. Proses pengolahan limbah cair
Limbah cair pada insdutri gula meliputi :
1. Air pendinginan (Cooling water sistem)
2. Air hasil proses (permurnian nira, penguapan/ Evaporasi, kristalisasi,
pemisahan kristal dan pengeringan)
3. Blowdown dari boiler
4. Tetes atau molasses ( limbah hasil pemurnian nira)
5. Limbah hasil analisi laboratoriumPengolahan limbah cair tersebut menggu
akan metode kolam oksidasi (Oxidation pond).
B. Proses pengolahan ipal limbah pabrik gula
1. Inlet semua limbah cair yang dihasilkan dari pembuatan gula ini akan masuk
ke inlet
2. Ekualisasi yaitu menampungan limbah yang berlebihan, dimana jumlah
limbah yang berlebihan di inlet akan di tampung disini.
3. Kolam penyeragaman yaitu untuk menyamakan volume air limbah, agar
bisa dilanjutkan dengan proses selanjutnya.
4. Pendinginan , pada proses penyeragaman juga dilakukan pemanasan maka
pada proses selanjutnya dilakukan pendinginan agar bakteri tidak mati.
Bakteri tersebut digunakan pada kolam aerasi biologi yang mana akan
ditambahkan mikroba pengurai untuk menguraikan limbah tersebut.
5. Aerasi Biologi adalah mengontakkan cairan limbah dengan oksigen dengan
tujuan agar mudah terurai kan, terdegradasi yang memanfaat kan cahaya

1
matahari. Limbah organik terurai oleh mikroba dan limbah anorganik juga
mengalami penyederhanaan,pengendapan,penambahan nutries untuk
memelihara bakteri.
6. Kalifire yaitu menjernihkan dimana memisahkan antara endapan dan airnya,
sisa lumpur pada proses ini dapat digunakan lagi pada proses irigasi
biologi.
7. Pengendapan setelah pada proses kalifire dipisahkan antara endapan dan air
maka pada proses ini diendapkan lagi antara padatan dan cairannya untuk
mempermudah proses selanjutnya. Pada proses pengendapan ini juga terjadi
proses yang namanya yaitu pengentus dimana endapan tadi dipanas kan
hingga kering tidak ada air nya lagi sampai bisa di gunakan menjadi
kompos.
8. Setelah itu limbah cair terpisah lagi menjadi proses filtrasi pasir lambat
penggantian ion yang kurang baik diikat pada pasir kemudian terjadi
pelepasan ion subtitusi pada proses ini terjadi absorpsi.
9. Lagoon ada satu kolam besar di isi oleh air limbah lalu diletakkan ikan nila.
Ikan nila ini akan bisa hidup jika air yang diproses tadi telah bersih maka
jika ikan nila tersebut mati maka air limbah belum bersih dan harus
dilakukan proses kembali.
10. Water meter yaitu air dianalisa apa kah sudah bisa di buang atau belum
setelah tau air sudah bisa di buang maka dilanjutkan dengan proses.
11. Outlet atau proses pengeluaran air.

1
3.4 Diagram Pengolahan Air Limabah Industri Gula

Inlet

Penyaringan Ekualisasi Penyeragaman Pendinginan Airasi Biologi Pemeliharaan

Klarifier

Pengetus Pengendapan

Filter Pasir

Lagon Dan Kontrol

Water Meter

Outlet

Gambar 3.4 Bagan Pengolahan Limbah Industri Gula

1
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limbah yang dihasilkan oleh industri gula meliputi :

1. Limbah padat seperti blotong, ampas tebu (bogasses), dab abu ampas tebu.

2. Limbah cair seperti air pendingin proses, air hasil proses (pemurnian nira,
penguapan evaporasi, kristalisasi, pemisahan kristal dan pengeringan),
blowdown dari boiler, tetes atau molasses, dan limbah hasil analisa
laboratorium.

3. Limbah gas seperti aspap yang dihasilkan dari proses pembakaran. pada boiler.

Pengolahan limbah pada industri gula dapat dilakuakn dengan cara sebagai
berikut:

1. Limbah padat

a. Blotong dapat dijadikan tanah urug dan pupuk organik

b. Ampas tebu (bagasses( dapat dijadikan sebagai bahan bakar boiler, bahan
campuran pada pulp di industri kertas, dan arang aktif dengan proses
karbonisasi.Abu ampas tebu dapat diolah menjadi Batu Abu Tebu
pengganti batu bata, bahan untuk pembuatan keramik, dan dapat
dijadikan sebagai biopozzolan untuk memperkuat struktur beton.

c. Limbah Cair dapat diolah dengan menggunakan metode Kolam Oksidasi


(Oxidation Pond) sehingga limbah yang dihasilkan sesuai dengan baku
mutu limbah cair industri gula yang telah ditetepkan oleh kementrian
lingkungan hidup.

2. Limbah gas dapat diolah dengan cara memasang dust collector dan penjerap
(adsorbent) atau resin.

Kandungan BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimia) yang Tinggi: Limbah


pabrik gula memiliki BOD yang tinggi, yang berarti kaya akan bahan organik
dan air tidak dikelola dengan baik. Perubahan pH : pH limbah tebu bervariasi
tergantung pada proses produksi dan bahan baku yang digunakan, namun

1
umumnya bersifat asam hingga netral. Tujuan dari timbangan ini adalah untuk
mengetahui berat air yang akan diperoleh dari berat gula setelah dibalik dan
untuk menentukan banyaknya zat yang akan ditambahkan pada langkah
selanjutnya. Ampas tebu adalah residu yang dihasilkan pada saat penggilingan
tebu (tebu) setelah dilakukan ekstraksi atau pengambilan air pada industri gula,
yang menghasilkan limbah organik dalam jumlah besar sebagai produk
sampingan - yang kemudian disebut ampas tebu. Rata-rata tebu mengandung
32% gula yang diperoleh dari proses penggilingan. Sebagai bahan bakar steam,
jumlah limbah pada stasiun penggilingan adalah 30% dari berat tebu dan 50%.
Blotong merupakan limbah padat dari instalasi pengolahan limbah yang
berbentuk sedimen semi basah, mengandung air 50-70% dan dapat
menghasilkan gula 3,8- 4% per hari.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Utama,Andriano Suryanto (2015), Pengolahan Limbah pada industri gula


https://id.scribd.com/doc/294631374/Pengolahan-Limbah-Pada-Industri-
Gula-2

2. Rhofita , Aldentio dkk, Juli (2019) , Efektifitas Kinerja Instalasi Pengolahan


Air Limbah (IPAL)Industri Gula di Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Sidoarjo , Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No. 2

3. MAKALAH POTENSI LIMBAH DAN ALTERNATIFNYA INDUSTRI


GULA, (2018) .

https://www.academia.edu/37591840/MAKALAH_POTENSI_LIMBAH_DAN

_ALTERNATIFNYA_INDUSTRI_GULA

4 .Desain perencanaan IPAL industri gula dengan debit 1850 m3 / hari


https://youtu.be/O18IjsGwXNk?feature=shared

5. Studi kasus sistem pengolahan limbah cair di industri Gula kabupaten Kediri
dan kabupaten sidoarjo https://youtu.be/-
327EjwOjUE?si=gHWK009H5pLMLbTp

6. IPAL pabrik gula https://youtu.be/PgRIZdmBQ1o?si=Mj9WQUY_hS02oHv

Anda mungkin juga menyukai