Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI DALAM PEMBUATAN GARAM BERYODIUM DAN NON YODIUM

MATA KULIAH BIOLOGI

MATERI PRAKTIKUM KE-I

DISUSUN OLEH :

Lisa mastura (224121110014)

Akmalul sajid (224121110012)

Lisma dewi (224121110016)

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ALMUSLIM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Laporan
Praktikum Kuliah Lapangan ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah
Bioteknologi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pembuatan garam beryodium dan non yodidum yang bertempat di Bluekat Teubai yang di pandu
langsung oleh Muhammad Zulfadli.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak SYIFA SAPUTRA,S.pd., M.


pd selaku Dosen Biologi yang telah memberikan tugas laporan ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas laporan ini.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan tugas laporan ni.

Matang Glupang Dua,Desember 2022

Kelompok 1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Garam merupakan senyawa kimia yang terdiri dari mineral Natrium dan Khlor, yang
membentuk kristal dan menjadi Natrium Klorida (NaCl). Garam biasa digunakan sebagai bahan
pangan dan juga digunakan pada bidang industri. Dalam pembuatan makanan garam adalah
bumbu pelengkap untuk menambah rasa. Garam juga berguna sebagai sumber elektrolit bagi
tubuh manusia.

Pembuatan garam saat ini masih banyak menggunakan metode konvensional. Petani-
petani garam pada umumnya membuat garam dengan menjemur air laut pada petakan-petakan.
Menjemur air laut ini bertujuan untuk memisahkan air dan partikel-partikel garam yang
kemudian membentuk kristal garam. Menjemur air laut membutuhkan sinar matahari, oleh
karena itu metode ini memiliki kekurangan. Cuaca yang tidak dapat diprediksi mengganggu
proses penjemuran air laut sehingga mengakibatkan produksi garam menurun atau bahkan gagal
panen.

B. Tujuan
Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Teknologi Industri Pertanian, bersama
dengan KA Prodi dan Dosen pembimbing, melakukan praktikum di salah satu desa Bluekat
Teubai, pada hari sabtu 3 Desember 2022, praktikum dilakukan untuk mempelajari proses
pembuatan garam dari tahap pembibitan, hingga ke tahap pemanenan. Selain itu kegiatan
bertujuan untuk mendidik Mahasiswa dalam bersosialisasi dengan pelaku industry sehingga
mendapatkan wawasan luas mengenai ide usaha atau industry garam dan komoditas usaha
lainnya dalam lingkungan bermasyrakat.

BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. Alat

- Kertas plastik Uv warna putih


- Kertas Terpal warna hitam ( Giomembran)
- Meja jemur garam ( Tunel)
- Hydrometer
- Brine Tank

B. Bahan

- Air Laut
BAB III
PROSEDUR KERJA

Proses Produksi;

I. Pengeringan Lahan

- Pengeringan lahan pemenihan.


- Pengeringan lahan kristalisasi.

II. Pengolahan Air dengan Waduk

- Pemasukan air laut ke Waduk.


- Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi.
- Pengaturan air di Waduk.
- Pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah dikeringkan selama seminggu.
- Pengeluaran Brine ke meja kristal, setelah dikeringkan, untuk pengeluaran Brine
selanjutnya dari peminian tertua melalui Brine Tank.
- Pengembalian air tua ke waduk. Apabila air peminihan cukup untuk memenuhi meja
kristal,selebihnya dipompa kembali ke waduk

III. Pengolahan Air dan Tanah

- Pertama, K/G dilakukan setelah air meja 4–6°Be.


- Kedua, K/G dilakukan setelah air meja 18–22°Be dan meja di atasnya dilakukan K/G
dengan perlakuan sama.
- Lepas air tua dilakukan pada siang hari dengan konsentrasi air garam 24–25°Be dan
ketebalan air 3– 5 cm.

IV. Proses Kristalisasi

- Pemeliharaan meja begaram


- Aflak (perataan permukaan dasar garam)

V. Proses Pungutan

- Umur kristal garam 10 hari secara rutin


- Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja cukup atau 3–5 cm.
- Angkutan garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan), kemudian
diangkut kegudang atau siap untuk proses pencucian.

VI. Proses Pencucian

- Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi unsur Mg,
Ca, SO4 dan kotoran lainnya.
- Air pencuci garam semakin bersih dari kotoran akan menghasilkan garam cucian lebih
baik atau bersih.
- Persyaratan air pencuci adalah air garam (Brine) dengan kepekatan 20–24°Be dan
kandungan Mg ≤10 g/liter.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengarahan dan pembimbingan yang diberikan oleh pembimbing lapangan

Tempat pengolahan air laut menjadi bibit garam


Tempat penampungan air laut yang akan di olah menjadi garam

Garam yang sudah siap di panen


Bibit garam yang dapat di olah menjadi penyubur tanah dan pestisida

Dapur garam untuk memasak bibit garam


Alat untuk memasak bibit garam

Garam yang sudah siap dikonsumsi


BAB V
KESIMPULAN

Dalam proses pembuatan garam tahap demi tahap dilakukan mulai dari mengambil
sempel air laut untuk mengukur kadar air garam, hingga ke tahap akhir yaitu pemanenan, proses
produksi garam dilakukan oleh 3 orang pekerja yaitu pemilik usaha industry garam beserta
keluarganya, usaha ini tergolong dalam usaha mikro karna pelaku industry masih beranggotakan
family sendiri, hasil wawancara dengan pemandu praktikum garam, modal yang digunakan
untuk memulai usaha garam non yudisium atau dikenal dengan refina, beliau sendiri
mengeluarkan modal 10 juta rupiah untuk membeli mesin tunel garam.
Hasil produksi yang diperoleh yaitu 4 karung atau goni berukuran besar (10 meter),
dengan hasil produksi 200 kg, biasanya panen yang berkulitas diperoleh dengan proses
penjemuran matahari 15 hari dengan cuaca yang kondusif.
Harga jual garam/kg Rp.8000, via agen atau penjual kedai kelontong, di pasaran. Target
pasar jika penjualan sendiri Rp.10.000.
hasil penjualan garam / karung 50kg senilai Rp.250.000
Dalam pemanfaatan bioteknologi, limbah air garam bisa dimanfaatkan sebagai racun
pupuk.
DAFTAR PUSTAKA
Ews.kemenag.go.id profil komoditas garam https://ews.kemenag.go.id
Perpustakaan.kkp.go.id pemanfaatan garam dalam industry pengolahan
http://perpustaan.kkp.go.id

Anda mungkin juga menyukai