Anda di halaman 1dari 13

STUDI POTENSI BRINE WATER SEBAGAI SUMBER PRODUKSI DISINFEKTAN

DITENGAH PANDEMI COVID-19

Usulan Project untuk Mata Kuliah Analisis Lingkungan

Oleh:

Abdurachman Turmudji

17106030008

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Batasan Masalah.............................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
D. Tujuan Project.................................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................................................5
A. Brine Water.....................................................................................................................................5
B. Garam..............................................................................................................................................6
C. Rekristalisasi...................................................................................................................................6
D. Elektrokimia........................................................................................................................................7
E. Disinfektan.........................................................................................................................................7
F. Syarat Disinfektan...............................................................................................................................8
G. Disinfektan Golongan Klorin..............................................................................................................9
H. Natrium Hipoklorit.............................................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kepulauan Republik Indonesia memiliki luas wilayah 5.193.252 km2
yang dua pertiga wilayahnya merupakan lautan yang diperkirakan sekitar 3.288.683 km 2
sehingga banyak terdapat wilayah pesisir pantai serta pulau-pulau kecil. Pulau yang
berpenduduk sebanyak 1.673 dan 34 pulau diantaranya merupakan pulau besar.
Penduduk indonesia yang setiap tahun selalu bertambah mengakibatkan kebutuhan
seperti pemukiman, lahan pertanian, perikanan, industri maupun konsumsi air juga terus
meningkat. Kebutuhan Air yang terus meningkat sementara ketersediaan air bersih yang
cenderung menurun. bagi masyarakat pesisir pantai teknologi desalinasi air laut/ air
drainase merupakan salah satu solusi pemenuhan kebutuhan air bersih, tetapi penerapan
teknologi ini masih menjadi permasalahan karena polusi dari brine water atau air garam
tekonsentrasi.

Air Garam (Brine Water) merupakan air dengan larutan garam jenuh, merupakan
produk samping dari proses desalinasi yang mengandung konsentrasi garam yang tinggi
dan konsentrasi TDS lebih dari 36.000 mg/L dengan rentan suhu 90-110 oC sehingga
berdampak langsung terhadap lingkungan, Brine water juga mengandung bahan kimia
yang digunakan selama proses pretreatment air umpan desalinasi seperti biosida, sulfur
dioksida, koagulan, karbon dioksida, sodium bisulfat, polimer dan bahan pembilas serta
pembersih pipa atau membrane seperti sodium, asam hidroklorik, asam sitrat, alkali,
polifosfat dan tembaga sulfat. Sehingga bride water harus diolah agar tidak terdampak
langsung ke lingkungan.

Garam merupakan salah satu bahan yang banyak diperlukan dalam industry
kimia, farmasi, pangan dan kebutuhan sehari-hari Garam adalah senyawa kimia yang
komponen utamanya mengandung natrium klorida (NaCl), senyawa air, ion magnesium,
ion kalsium dan ion sulfat. Garam diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga, juga
merupakan komoditas strategis karena banyak diperlukan sebagai bahan baku di berbagai
industri kimia terutama untuk produksi gas klor (Cl2), asam klorida (HCl), natrium
hidroksida (NaOH), natrium sulfat (Na2SO4), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3). Garam juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri
pangan (makanan), cairan pembersih, penyamakan kulit, dan pengeboran minyak. Garam
bisa digunakan sebagai cairan disinfektan dengan proses Electrochemical Generation
menggunakan air dan listrik.

Brine Water dapat digunakan sebagai bahan baku produksi garam. Proses
produksi dilakukan secara batch dan semi kontinyu menggunakan proses rekristalisasi.
Manfaat dari studi ini adalah untuk menyediakan salah satu pilihan teknologi untuk
menghasilkan garam dari Brine Water dan Proses pembuatan garam menjadi disinfektan
yang sangat berguna ditengah situasi pandemi Corona Virus 2019 ini.

B. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup masalah tidak meluas, maka perlu diberi Batasan antara lain:

1. Produksi Garam berbahan dasar Brine Water dengan metode rekristalisasi


2. Pembuatan Disinfektan berbahan dasar garam dengan teknologi On-Site Generation
(OSG)

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses produksi garam dengan sumber bahan baku Brine Water?
2. Bagaimana disinfektan dapat diproduksi menggunakan bahan dasar garam dengan
metode teknologi on-site generation (OSG)?

D. Tujuan Project
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan gara dengan sumber bahan baku
Brine Water
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan disinfektan dengan menggunakan
bahan dasar garam dengan metode OSG
3. Untuk mengkaji terkait kegunaan garam sebagai disinfektan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Brine Water
Air garam adalah air dengan larutan garam jenuh, digunakan untuk
mengawetkan sayuran, ikan, dan daging. Walaupun brine digunakan
seperti gula dan cuka, juga dapat digunakan dalam transportasi, yaitu untuk
menghantarkan panas dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini karena larutan garam dalam
air merendahkan titik bekunya dan meningkatkan efisiensi transportasi dengan harga
murah. Brine water atau air garam terkonsentrasi dihasilkan sebanyak 60% dari proses
desalinasi. Brine water mengandung konsentrasi garam yang tinggi dan konsentrasi TDS
lebih dari 36,000 mg/L dengan rentang suhu 90-110 ˚C (Mezher dkk, 2011) . Konsentrasi
beberapa unsur kimia pada brine water dari produk teknologi osmosis terbalik tertera

Air Laut(ppm) Konsentrat (ppm) Produk RO (ppm)

Sodium (Na) 10,967 19,888 64


Potasium (K) 406 736 3
Magnesium (Mg) 1306 2372 2

Kalsium (Ca) 419 761 0,5


Bikarbonat (HCO3) 109 194 0,9
Klorida (Cl) 19,682 35,771 10,5
Sulfat (SO4) 2759 5014 1,5
TDS 35,666 64,771 176

pada Tabel 1.

Tabel 1 . Konsentrasi Garam pada Konsentrat Sistem Osmosis Terbalik dengan Perolehan 45%
Produk RO pada Tekanan Operasi 900 psi (Burn dkk, 2015)
B. Garam
Garam yang kita kenal sehari-hari, adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan
bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari kalsium
sulfat (gips) –  CaSO4, Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2), dan
lain-lain (Sutrisnanto, 2001). Untuk meningkatkan kualitas garam dapur dapat dilakukan
dengan cara kristalisasi  bertingkat,  bertingkat, rekristalisasi, rekristalisasi, dan
pencucian pencucian garam. Cara lain untuk meningkatkan meningkatkan kualitas
kualitas garam adalah pemurnian dengan penambahan bahan pengik adalah pemurnian
dengan penambahan bahan pengikat pengotor. Tanpa adanya proses pemurnian, engotor.
Tanpa adanya proses pemurnian, maka garam dapuryang dihasilkan melalui penguapan
air laut masih bercampur dengan senyawa lain yang terlarut, seperti MgCl2, MgSO4,
CaSO4, CaCO3dan KBr , KCl dalam jumlah kecil (Jumaeri, 2003).
Pembagian kualitas garam tentunya ditentukan oleh penggunaannya, sehingga
dikenal beberapa jenis garam yakni garam farmasi, garam industri, garam aneka pangan,
garam konsumsi, garam untuk pengasinan ikan serta pengeboran minyak. Kualitas garam
utamanya ditentukan oleh kandungan NaCl serta pengotor utamanya seperti kalsium dan
magnesium, sulfat, serta pengotor lainnya seperti logam – logam (barium dan besi).
Garam farmasi merupakan garam dengan kualitas tertinggi dengan kadar NaCl > 99,5 %
(untuk keperluan infus, shampoo dan cairan dialisat) serta dengan kandungan pengotor
seperti Ca dan Mg < 50 ppm, sulfat < 150 ppm serta tidak adanya logam berat lainnya.
Sedangkan garam aneka pangan banyak digunakan di industri pangan seperti makanan
ringan, snack dll serta mempunyai kadar NaCl sekitar 99,00 % dengan kandungan
kalsium dan magnesium < 200 ppm. Garam pengawetan ikan dengan kadar NaCl < 94%,
garam konsumsi rumah tangga dengan kadar NaCl berkisar 94,7% (SNI nomor 01-3556-
2000/Rev9, Anonim, 1994), garam industri (untuk keperluan natrium hidroksida,
pengeboran minyak) dengan kadar NaCl berkisar 97% (Permendag RI No. 58 Tahun
2012).
C. Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau
leburan dari material yang ada. Rekristalisasi adalah sebuah proses kelanjutan dari
kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi
hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut
pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos
kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni (Fessenden, 1983).

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang banyak
digunakan. Reksristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan zat padat dengan
menggunakan pelarut yang sesuai kemudian larutan tersebut dikristalakn kembali.
Rekristalisasi menggunakan prinsip dimana zat dapat larut dalam suatu pelarut tertentu
pada saat dipanaskan. Karena konsentrasi total zat dan pengotor biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi zat dan pengotor yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap (Arsyad, 2001).

D. Elektrokimia
Reaksi elektrokimia dapat dibagi menjadi du akelas yang menghasilkan aruws
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik yaitu
elektrolisis. Tipe pertama terjadi serta merta dan energi bebas sistem kimianya berkurang.
Sistem tersebut dapat melakukan kerja seperti menjalankan motor. Tipe kedua harus
dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap sistem kimia) dan energi bebas
sistem kimia bertambah (Keenan, 1980). Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara
spontan disebut sel galvani atau sel volta, sel ini mengubah energi kimia menjadi energi
listrik yang dapat digunakan untuk melakukan kerja (Oxtoby, 1999). Sel galvani adalah
penataan bahan kimia dan pengantar listrik yang memberikan aliran electron lewat
rangkaian luar lewat suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi
(Keenan,1980).

E. Disinfektan
Disinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba patogen
pada benda-benda, misal pada lantai ruangan, meja operasi dan lain sebagainya. Tindakan
tersebut disebut juga dengan disinfeksi (Hasdianah,2012). Hingga sekarang semakin
banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau untuk mengurangi jumlah
organisme, dan penemuan penemuan baru terus muncul di pasaran. Oleh karena tidak
adanya bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam
keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang
ada, dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi
(Hasdianah, 2012).

F. Syarat Disinfektan
Menurut Hasdianah (2012) syarat yang ideal untuk desinfektan adalah :

a. Toxisitas yang tinggi terhadap mikroba. Kemampuan untuk membunuh mikroba


adalah syarat utama desinfektan dan diharapkan mempunyai spectrum yang
seluas-luasnya walaupun dalam konsentrasi (kadar) kecil
b. Kelarutannya tinggi. Harus larut baik dalam air atau cairan jaringan agar daya
kerjanya efektif
c. Stabilitasnya tinggi. Harus stabil sebab kalau susunan kimianya berubah, maka
akan berubah pula germicidanya
d. Tidak bersifat toxis terhadap manusia dan binatang.
e. Homogen, preparatnya harus homogen, terbagi rata, walaupun bercampur dengan
zat-zat lain
f. Tidak mudah membentuk ikatan zat kimia dengan zat organik lainnya, kecuali
dengan zat organik yang ada didalam sel mikroba, sebab bila mudah berikatan
dengan senyawa organik lainnya, maka konsentrasinya yang akan sampai ke
mikroba akan berkurang.
g. Bersifat toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan (sesuai dengan
penggunaannya)
h. Tidak bersifat korosif dan tidak memberi warna. Tidak menjadikan logam
menjadi berkarat atau rusak, tidak merusak kain dan tidak mewarnai kain
sehingga tampaknya buruk
i. Tidak berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi
j. Daya tembusnya tinggi. Diharapkan mempunyai daya tembus yang besar
sehingga dapat mematikan mikroba yang terdapat dilapisan yang lebih dalam.
k. Bersifat detergen (membersihkan/mencuci).

G. Disinfektan Golongan Klorin


Bahan golongan klorin (contohnya klorin dioksida, Natrium hipoklorit, asam
hipoklorit) dapat membunuh virus dengan jalan masuk menembus dinding virus dan akan
merusak bagian dalam virus. Klorin adalah cairan/bahan yang mudah menguap, sehingga
memiliki risiko mengganggu pernafasan bila terhirup dan menimbulkan sesak nafas sampai
iritasi paru-paru, sesuai banyaknya klorin yang terhirup. Benzalkonium klorida, salah satu
golongan surfaktan kationik yang saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan, juga
mampu merusak dinding virus. Apabila terhirup juga dapat menimbulkan bahaya dalam
pernafasan dan beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi atau kambuhnya asma
(Kemenkes RI, 2020)

H. Natrium Hipoklorit
Natrium hipoklorit (NaOCl) adalah salah satu bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
desifektan karena dapat melepaskan klorin yang mampu membunuh mikroorganisme.
Natrium hipoklorit termasuk golongan halogen yang teroksigenasi. Larutan ini merupakan
desinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa
spora. Natrium hipoklorit dapat melepaskan klorin sehingga dapat menjadi bahan
antimikroba yang mampu membunuh mikroorganisme. Natrium hipoklorit merupakan
antimikroba yang efektif dengan melapisi jaringan mikroorganisme tersebut. Natrium
hipoklorit adalah salah satu zat aktif yang jika dilarutkan dalam air akan menimbulkan efek
bleaching karena dapat melepaskan ion klorida ke dalam larutan dan juga efektif digunakan
untuk pemurnian permukaan, pemutih, penghilang bau dan desinfektan air. (BPOM, 2014)
BAB III
PEMBAHASAN

Proses produksi garam dengan menggunakan sumber bahan baku larutan brine hasil
produk samping desalinasi. Yang dimaksud larutan brine adalah larutan garam jenuh. Dilakukan
proses kristalisasi dengan menguapkan larutan hingga tersisa 50%. Larutan brine ini masih
mempunyai kandungan garam yang tinggi dan diharapkan bisa dimanfaatkan menjadi garam.
Dalam kajian ini produksi garam dilakukan dengan proses rekristalisasi dengan menguapkan
Kembali larutan brine hingga tersisa 50%. Rendemen hasil garam bisa mencapai angka diatas
50% dengan kandungan NaCl serta Kalsium dan Magnesium. Eriawan serta nizam,2014 telah
meneliti Kandungan kalsum dan magnesium masing-masing adalah 100,23% dan 68,31 ppm Jika
hasil rendemen diatas 50% dan kandungan kalsium serta magnesium cukup tinggi maka bisa
menunjukan bahwa kualitas garam aneka pangan yang dihasilkan sudah memenuhi standar serta
rendemen hasil yang cukup besar. Kandungan NaCl yang tinggi dan pengotor Ca – Mg yang
rendah dapat dimaklumi karena sumber bahan baku larutan brine adalah larutan garam yang
telah dimurnikan dengan penambahan reagen NaOH, Na2CO3 dan BaCl2. Keuntungan lain
pemanfaatan larutan brine adalah dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari
proses desalinasi karena Brine water mengandung konsentrasi garam dan konsentrasi TDS yang
tinggi, sehingga jika larutan brine bisa di manfaatkan Kembali menjadi garam maka akan
menguntungkan.

Garam NaCl yang dihasilkan dari proses rekristalisasi larutan brine dilarutkan kedalam
air (H2O) lalu di elektrolisis untuk membentuk sodium hipoklorit. Proses produksi sodium
hipoklorit adalah menggunakan elektrolisis. Elektrolisis adalah metode untuk menggunakan arus
listrik searah untuk menggerakan sebuah reaksi kimia non-spontan. Elektrolisis sering digunakan
untuk memisahkan unsur kimia dalam suatu senyawa dan untuk memicu reaksi untuk
membentuk senyawa kimia baru, untuk kapasitas besar maka diperlukan juga arus listrik yang
tinggi agar proses reaksi kimia menjadi efektif dan efisien. Garam yang dielektrolisis akan
menghasilkan larutan sodium hipoklorit dan juga gas hydrogen. Garam NaCl dielektrolisa
menggunakan elektrolyzer yang terhubung dengan arus DC. Dengan adanya aliran arus listrik
DC, maka akan masuk ke dalam cell maka garam yang dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
ion Na+ dan ion Cl- dan H2O terurai menjadi ion 2H+ dan ion O2-. Karena ion 2H+ cenderung
lebih stabil jika berdiri sendiri, maka ion 2H+ merubah bentuk molekul gas gas hydrogen yaitu
H2. Sedangkan ion O2- cenderung lebih negative terhadap ion Na+ dan ion Cl-. Akibat ketiga
ion tersebut bersatu membentuk ikatan yang lebih stabil yaitu molekul NaOCl atau sodium
hipoklorit.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

1. Reaksi Oksidasi ion chloride pada sisi anoda diikuti reaksi hidrolisis dari gas
chlorine:
2Cl- Cl2 + 2e
Cl2 + H2O HOCl + HCl
2. Reaksi reduksi ion sodium pada sisi katoda diikuti secara cepat terjadi reaksi
hidrolisis dari sodium :
Na+ + e- Ba
2Na+ + 2H2O + 2e H2 + 2NaOH
3. Asam HCL dan HOCl dihasilkan di anoda bereaksi dengan basa NaOH yang
dihasilkan pada katoda :
HCl + NaOH NaCl + H2O
HOCL + NaOH NaOCl + H2O
4. Total Reaksi
NaCl + H2O NaOCl + H2

Dari reaksi tersebutElektrolisis


didapatkan Sodium Hipoklorit (NaOCl) yang bisa digunakan sebagai
disinfektan, Sodium Hipoklorit merupakan bahan aktif dalam pembuatan disinfektan yang
memiliki berbagai fungsi dimana efektif membunuh bakteri, jamur, serta virus. Bahan aktif
Sodium Hipoklorit yang dibutuhkan sekitar 5% dengan pengenceran menggunakan air. Untuk
menghasilkan 1 liter larutan disinfektan maka perlu 95 ml larutan Sodium Hipoklorit 5% dan air
905 ml.

Ditengah pandemic Covid-19 ini harga komersil dari disinfektan melonjak mengingat
kebutuhan dari konsumen juga meningkat, larutan brine dapat diolah menjadi garam yang
nantinya dengan proses elektrolisis akan menghasilkan sodium hipoklorit maka yang tadinya
larutan brine dianggap sebagai sesuatu yang mencemari perairan maka bisa dimanfaatkan
sebagai alternative penghasil sodium hipoklorit yang bisa dimanfaatkan dengan berbagai macam
manfaat.

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Brine Water dapat diproduksi menjadi garam NaCl yang berpotensi mampu dibuat
menjadi disinfektan dengan melewati proses rekristalisasi brine water, elektrolisis garam
NaCl, maka didapatkan larutan sodium hipoklorit (NaOCl) yang dapat digunakan sebagai
bahan aktif disinfektan yang sangat dibutuhkan ditengah merembaknya pandemic Covid-19.

B. Saran
Diharapkan adanya penelitian secara laboratorium untuk membuktikan kajian agar
dapat dibuktikan tidak hanya asumsi semata.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia.

Burn, S., Hoang, M., Zarzo, D., Olewniak, F., Campos, E., Bolto, B., & Barron, O. (2015).
Desalination techniques — A review of the opportunities for desalination in agriculture.
Desalination, 364, 2–16

Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-Anak Dengan
Solusi Herbal. Yogyakarta ; Nuha Medika

Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap Kemurnian
Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap Kemurnian
Dapur Melalui Melalui Proses Proses Kristalisasi, Kristalisasi, Laporan Penelitian, Lembaga
Penelitian UNNES, Semarang

Keenan,charles W.1980.Ilmu kimia untuk universitas edisi keenam Jilid 2.Jakarta :Erlangga

Mezher, T., Fath, H., Abbas, Z., & Khaled, A. (2011). Techno-economic assessment and
environmental impacts of desalination technologies. Desalination, 266(1-3), 263–273.

Oxtoby,David W. Dkk,1999.Prisip-prinsip kimia modern edisi keempat jilid 1.Jakarta Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai