Anda di halaman 1dari 53

PENGOLAHAN AIR PROSES

LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Pengolahan Air
Proses dan Limbah Industri

Oleh :
Nanda Mutiara Sopandi
NPM 17020062

Dosen : Sukirman, S.ST., MIL.


Asisten Dosen : Mia E., S.ST
Desti M., S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2019
ANALISIS KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian kualitatif air proses industri tekstil

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui adanya kandungan ion-ion tertentu, zat organik atau yang
lainnya sebelum dilakukan analisis kuantitatif

II. Dasar Teori


Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang sangat penting.
Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk keperluan pemanasan dan
pengeringan, tetapi juga sebagai medium pada semua proses basah tekstil, seperti
pemasakan, pengelentangan, pencelupan, pencapan dan penyempurnaan.
Untuk memenuhi kebutuhan air proses tekstil, industri menggunakan air
dari sumber alam yang mengandung zat atau mineral yang beragam baik jenis
maupun jumlahnya tergantung dari sumber asalnya. Zat yang paling banyak
ditemukan dalam air adalah senyawa bikarbonat, sulfat dan klorida dari kalsium,
magnesium dan natrium. Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk
dapat digunakan, sehingga tidak mengganggu proses tekstil. Pada umumnya
industri tekstil dihadapkan pada tiga masalah utama mengenai air untuk proses,
yaitu :
- Penyediaan air dengan kualitas yang cocok untuk memproses produk tekstil
- Penyediaan air yang tepat untuk boiler
- Pencegahan terjadinya korosi pada logam, saluran pipa serta untuk
keperluan rumah tangga industri sehari-hari.
Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat digunakan,
sehingga tidak dapat mengganggu proses tekstil. Berikut ini adalah beberapa hal
yang biasanya ada pada air yang dapat berpengaruh pada proses tekstil, yaitu :
a) Kekeruhan dan warna
Kekeruhan dapat terjadi karena adanya partikel besar maupun kecil yang
tersuspensi, baik berupa senyawa organic mapun anorganik, misalnya lumpur,
pasir kalsium, karbonat, silica, kotoran, tumbuhan, lemak, mikro-organisme, dan
sebagainya. Kekeruhan dalam air dapat menyebabkan endapan pada pipa-pipa dan
dinding ketel, selain itu juga akan mengganggu hasil proses OBA (optical bright
agent) sehingga akan tidak akan menjadi putih.Warna air terutama karena adanya
zat organic yang terlarut atau terdispersi koloidal dan berikatan dengan besi dan
mangan.
b) Derajat keasaman
Derajat keasaman atau pH merupakan kadar asam atau bebas di dalam
larutan dengan melihat konsentrasi ion hydrogen (H+). Suasana asam dalam air
akan mempengaruhi beberapa proses basah tekstil dan akan merusak beberapa
jenis bahan tekstil terutama bahan selulosa. Selain asam, air yang terlalu alkali
dapat merusak pipa logam dan menyebabkan kerapuhan yang dikenal dengan
sistilah kerapuhan fisik.
c) Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan pH nya terhadap
penambahan asam. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO 3-), karbonat
(CO32-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang
besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis
fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik,
sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai.
Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO 2 di udara ke
dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang
m enghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran
secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air. Jenis kapur yang biasa
digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO
(kalsium oksida), atau Ca(OH)2(kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan
dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang
mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion
bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air.
Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga
menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan
dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air
dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang.
d) Kesadahan
Kesadahan dalam air timbul karena adanya garam-garam kalsium dan
magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Hal-hal yang dapat
terjadi apabila air yang digunakan untuk proses tekstil mengandung kesadahan
yang tinggi adalah sebagai berikut:
- Air sadah menyebabkan sabun tidak berbuih dan mengendap.
- Pada proses pencucian, endapan ini masuk diantara serat-serat sehingga
kain menjadi keras dan kaku, bahkan tidak jarang kain menjadi kelabu.
- Pada proses pemasakan, garam-garam tersebut membentuk sabun yang
tidak larut dan dapat menempel pada kain secara tidak merata yang
akan membuat hasil celupan tidak rata.
- Pada proses pencelupan zat warna bejana ion kalsium dapat
menyebabkan garam leuko zat warna berubah menjadi zat warna bejana
yang mengendap.
e) Besi (Fe)
Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industry tekstil. Pada
proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat
menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil
juga dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat
berfungsi sebagai katalis dalam penguraian zat warna, sehingga dalam proses
pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang
dikehendaki.
f) Silikat
Adanya silikat dalam air disebabkan adanya degradasi dari batuan yang
mengandung silikat. Hasil degradasi silikat berbentuk partikel-partikel tersuspensi
dalam koloidal. Pada umumnya, kandungan silikat dalam air antara 1-30 mg/L
untuk keperluan industry adanya silikat tidak diinginkan, karena akan
menyebabkan kerak yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa
dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi. Jika dalam air terdapat kalsium,
biasanya kerak tersebut adalah senyawa kalsium silikat. Jika terdapat aluminium
dalam air, maka kerak tersebut adalah senyawa aluminosilikat. Adanya endapan
tersebut biasanya hamper seluruhnya adalah senyawa silikat padahal senyawa
silikat sangat sulit dihilangkan.
g) Klorida (Cl-)
Adanya klorida dalam air menyebabkan kesadahan tetap yang dapat
mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida
bersifat korosif.
h) Aluminium (Al3+)
Bila dalam air terdapat aluminium dan disertai adanya silikat, akan
menyebabkan terbentuknya aluminosilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan
ketel uap.
i) Sulfat (SO42-)
Ion sulfat dalam air berikatan dengan ion kalsium atau magnesium sehingga
menyebabkan kesadahan tetap.
j) Zat organik
Adanya zat organic dalam air akan menyebabkan baud an warna yang tidak
dikehendaki dalam air proses.
Standar air untuk proses tekstil :
Tabel 2.1 Standar air proses tekstil
No Kandungan dalam Air Jumlah (mg/L)

1 Kekeruhan 2,00

2 Warna 5,00

3 Besi 0,10

4 Mangan 0,05

5 Jumlah Fe+Mn 0,20

6 Logam berat lain 0,01

7 Alumunium oksida 0,50

8 Kesadahan jumlah 30,0 sebagai CaO = 3°dH

9 Alkalinitas 75,00

10 Jumlah gas terlarut 150,00

11 Silikat 11,00

12 Sulfat 100,00

13 Klorida 100,00

14 Kalsium 10,0

15 Magnesium 5,0

16 Bikarbonat 200,00

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Penjepit
4) Penangas air
5) Batang pengaduk

3.1.2 Bahan
1. Analisis kualitatif Ca2+ 4. Analisis kualitatif Fe3+
- CH3COOH 10% - HCl
- Ammonium oksalat - Kalium ferosianida
2. Analisis kualitatif Mg2+ - KCNS
- Quinalizarin-alkali 5. Analisis kualitatif Al3+
- NaOH 10 % - Natrium asetat
3. Analisis kualitatif Fe2+ - Aluminon
- HCl 6. Analisis kualitatif Mn2+
- Kalium ferisianida - H2SO4 4N
- KIO4 padat
7. Analisis kualitatif SiO2 - AgNO3 0,1 N
- HCl 9. Analisis kualitatif SO42-
- Ammonium molibdat 5% - HCl 4N
- Benzidine - BaCl2 0,5N
- Natrium asetat 10. Analisis kualitatif zat
8. Analisis kualitatif Cl- organic
- HNO3 4N - H2SO4 10%
- KMnO4 0,01 N

3.2 Cara Kerja


1) Kalsium (Ca2+)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 2-3 tetes asam asetat 10 %.
- Tambahkan 5 tetes ammonium oksalat, kemudian dipanaskan.
Jika terdapat endapan putih, maka contoh uji mengandung kalsium.

2) Magnesium (Mg2+)
- 2 ml contoh air dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 5-10 tetes Quinalizarin alkali sampai warna merah.
- Tambahkan 5 tetes NaOH 10% berubah menjadi biru ungu, kemudian
dipanaskan.
Jika terdapat endapan biru berarti contoh uji mengandung magnesium, atau
pada 2 ml air contoh di dalam tabung reaksi :
- Ditambahkan NaOH 10%.
- Ditambahkan 5 tetes magneson, kemudian dipanaskan.
Jika terdapat endapan biru terpisah maka air contoh mengandung
magnesium.

3) Besi (Fe)
(1) Ferro (Fe2+)
- 1 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 tetes HCl sebagai pengasam.
- Ditambahkan 2-3 tetes K3Fe(CN)6 (Kalium Ferrisianida)
Jika terdapat endapan yang berwarna biru turnbull berarti air mengandung
Fe2+.
(2) Ferri (Fe3+)
- 1 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 tetes KCNS.
Jika berwarna merah, air contoh mengandung Fe3+.
Dilakukan uji penentuan pada air contoh yang baru di dalam tabung reaksi:
- Ditambahkan 1 ml HCl (sebagai pengasam).
- Ditambahkan 2-3 tetes K4Fe(CN)6 (Kalium Ferrosianida).
Jika timbul endapan biru berarti terdapat ion Fe3+.

4) Aluminium (Al3+)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes Natrium Asetat.
- Ditambahkan 2-3 tetes Aluminon.
Jika warna larutan menjadi merah terang, maka air contoh mengandung
Aluminium.
5) Mangan (Mn2+)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 4 N.
- Ditambahkan sedikit KIO4 padat (bubuk), kemudian dipanaskna.
Jika warna air berubah menjadi violet, maka air contoh mengandung
mangan.

6) Silikat
- 2 ml air contoh dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 teteas HCl 4 N (sebagai pengasam).
- Dimasukkan 2-3 tetes Ammonium Molibdat 5%, dipanaskan sebebntar
kemudian didinginkan.
Jika larutan berwarna kuning berarti mengandung silikat.
Dilakukan uji penentuan (karena phosfat menunjukkan hasil yang sama)
dengan cara :
- Beberapa tetes larutan pereaksi bekas uji diletakkan dalam pinggan
porselen.
- Ditambahkan 1 tetes Benzidine.
- Ditambahkan 1 tetes Natrium asetat.
Jika terdapat lapisan berwarna biru menunjukkan adanya silikat.
7) Klorida (Cl-)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes HNO3 4 N (sebagai pengasam).
- Ditambahkan 2-3 tetes AgNO3 0,1 N.
Jika terdapat endapan putih yang larut dalam amoniak berarti contoh uji
mengandungklorida.

8) Sulfat (SO42-)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 5 tetes HCl 4 N.
- Ditambahkan 5 tetes BaCl2.
Jika terjadi endapan (kekeruhan) putih, berarti contoh uji mengandung
sulfat.

9) Zat Organik
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10%.
- Dipanaskan samapi 70 0C.
- Ditambahkan 4 tetes KMnO4.
Jika warna KMnO4 hilang, maka air contoh mengandung zat organik.

IV. Data Pengamatan


Keterangan Air Sampel
Jenis Air : Air Sumur
Tempat : Jl. Tekstil
Tanggal Pengambilan : 27 Agustus 2019
Jam Pengambilan : 08.00 WIB
pH :6
Tabel 4.1 Data pengamatan hasil pengujian
No Jenis Uji Keterangan

1 Kalsium (Ca2+) Negatif (-)

2 Magnesium (Mg2+) Negatif (-)


3 Besi (Fe) Fe2+ = Negatif (-)

Fe3+ = Negatif (-)

4 Alumunium (Al3+) Negatif (-)

5 Mangan (Mn3+) Negatif (-)

6 Silikat Positif (+)

7 Klorida (Cl-) Positif (+)

8 Sulfat (SO42-) Positif (+)

9 Zat Organik Negatif (-)

V. Pembahasan
Pada praktikum kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui kandungan apa
saja yang ada dalam air sampel. Pada pengujian ini hasil yang didapatkan hanya
sebatas data kualitatif, yaitu hanya mengetahui jenis kandungannya saja tanpa
mengetahi kadar kandungan yang ada didalamnya.
Zat atau kandungan ion yang biasanya ada didalam air antara lain Kalsium
(Ca2+), Magnesium (Mg2+), Besi (Fe) didalamnya ada Fe2+ dan Fe 3+, Alumunium
(Al3+), Mangan (Mn2+), Silikat (SiO2), Klorida (Cl-), Sulfat (SO42+) dan Zat
organik. Semua zat tersebut dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan pada
pipa-pipa serta ketel, seperti kandungan Ca2+ dan Mg2+ yang berikatan dengan Cl-
dan SO42- akan membentuk sadah sementara, dimana ion-ion tersebut dapat
mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak
CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Ion besi seperti ferro (Fe 2+)
dan ferri (Fe3+) dapat menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan. Besi akan
teroksidasi menjadi Fe3+ ⭢ endapan Fe2O3 akan menjadi feri sehingga lama
kelamaan akan menimbulkan bintik-bintik yang menyebabkan noda kekuningan
pada kain dan dapat merusak mesin. Silikat juga akan menimbulkan kerak pada
dinding logam, aluminium akan membentuk aluminium silikat jika berikatan
dengan ion silikat dan zat organik akan menimbulkan bau dan warna yang tidak
dikehendaki.
Pada hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa sampel air
contoh yang diuji secara kualitatif mengandung ion Silikat (SiO2), Klorida (Cl-),
Sulfat (SO42+).

VI. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis kualitatif pada sampel uji didapatkan data bahwa
sampel mengandung ion Silikat (SiO2), Klorida (Cl-), Sulfat (SO42+).
ANALISIS KUANTITATIF SULFAT DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian kuantitatif sulfat dalam air dengan spektrofotometer

1.2 Tujuan
Menentukan kadar sulfat dalam air dengan alat ukur spektrofotometer

II. Dasar Teori


Sulfat banyak terdapat pada air alam, baik dari tanah dalam ataupun air
permukaan seperti sungai, danau dan lain-lain. Apabila pada air tersebut terdapat
zat-zat organik, maka akan menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida yang
berbau dan berbahaya.
Untuk mengetahui adanya ion sulfat (SO42-) dalam sampel dapat dilakukan
dengan menambahkan larutan BaCl2 dalam suasana asam pada larutan sampel.
Pembentukan endapan putih barium sulfat (BaSO4) menunjukkan adanya ion
sulfat dalam larutan sampel (Ibnu, 2005).
Pada uji kualitatif untuk anion SO42- dapat dilakukan dengan cara sampel +
barium klorida + asam klorida encer akan menghasilkan endapan putih yang sukar
larut dalam asam encer (Pooling, 1985). Sampel yang akan dianalisis ini
sebelumnya ditambahkan dengan asam klorida encer kemudian barulah
ditambahkan barium klorida dan akan menghasilkan endapan putih yang berupa
BaSO4. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na2SO4 + BaCl2 BaSO4 + NaCl
Sehingga penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara
mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi
barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dan dengan
menggunakan alat spektrofotometer maka akan dapat diukur nilai sulfatnya.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm setelah 2-10 menit
penambahan kristal BaCl2.
Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna dan zat
tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat basa, kadar zat organik yang
cukup tinggi di dalam air menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna.

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat 1) Air contoh uji
1) Pengaduk magnet 2) Pereaksi
2) Erlenmeyer 250 ml 3) BaCl2 100 μq SO4/100 ml
3) Spektrofotometer 4) Pereaksi Kondisi
4) Pipet volume 10 ml 5) 50 ml gliserol, 30 ml HCl
5) Gelas ukur pekat, 300 ml air destilasi,
6) Labu ukur 100 ml 100 ml etanol 95% atau
7) Cuvet isopropilalkohol dan 75 g
NaCl.

3.3.2 Bahan

III.2 Cara Kerja


1) 10 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
2) Ditambahkan pereaksi kondisi sebanyak 5 ml.
3) Ditambahkan 4 g kristal BaCl2.
4) Dikocok dengan cepat selama 1 menit.
5) Diukur menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm.
6) Pengukuran setelah 3 menit tetapi tidak melebihi 10 menit.

● Pembacaan Spektrofotometer :
Dilakukan pada panjang gelombang 420 nm setelah 2-10 menit.
- Spektrofotometer dinyalakan dengan benar.
- Panjang gelombang diatur pada 420 nm.
- Contoh uji disiapkan pada rak tabung.
- Setelah 2 menit, contoh uji dipasangkan pada alat spektrofotometer.
Contoh uji yang telah melewati waktu 10 menit tidak boleh diujikan.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


⮚ Kebutuhan Larutan Standar Sulfat 5 ml/L, 10 ml/L, 15 ml/L dan 20 ml/L
dengan Larutan Induk = 100 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 50 x 5 V1 x 100 = 50 x 15
V1 = 2,5 mL V1 = 7,5 mL

V1 x 100 = 50 x 10 V1 x 100 = 50 x 20
V1 = 5 mL V1 = 10 mL

⮚ Hasil Spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm


A1 = 0,746 A A3 = 1,267 A
A2 = 1,044 A A4 = 1,448 A

⮚ Persamaan Regresi :
Y = ax + b
n ( ΣXY )−( ΣX )(ΣY )
a=
n ( Σ X )−¿ ¿
2

( ΣY ) ( Σ X 2 )−( ΣX ) (ΣXY )
b=
n ( Σ X 2) −¿ ¿
Tabel 4.1 Data hasil Spekro pada panjang gelombang maksimum = 420 nm
Konsentrasi (X) Absorbansi (Y) X2 XY

0 0 0 0

5 0,746 25 3,73
10 1,044 100 10,44

15 1,267 225 19,005

20 1,448 400 28,96

Σ 50 4,505 750 62,135

⮚ Perhitungan Manual :
5 ( 62,135 )−( 50 ) ( 4,505) ( 4,505 ) ( 750 )−( 50 ) (62,135)
a = b =
5 ( 750 )−¿¿ 5 ( 750 )−¿ ¿
310,675−225,25 3378,75−3106,75
a = b =
3750−2500 3750−2500
85,5 272
a = b =
1250 1250
a = 0,0684 b = 0,2176

Maka :
Y = 0,0684x + 0,2176

⮚ Kurva Standar

Kurva Kalibrasi Larutan


Standar
2
Absorbansi (A)

1.5
f(x) = 0.06834 x + 0.2176
1 R² = 0.905500760019853
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)

⮚ Absorbansi contoh uji pada panjang gelombang 420 nm = 0,433 A


Sehingga :
Y = 0,0684x + 0,2176
0,433 = 0,0684x + 0,2176
0,0684x = 0,433 - 0,2176
0,0684x = 0,216
x = 3,17
Jadi kadar sulfat dalam air yaitu 3,17 ppm

V. Pembahasan
Pada praktikum analisis kuantitatif sulfat dalam air ini dilakukan dengan
cara mengukur kadar menggunakan alat ukur spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimal 420 nm. Pengujian dilakukan secara cepat tidak lebih dari
10 menit hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan pada dasar teori diatas
dimana apabila pegujian dilakukan lebih dari 10 menit dikhawatirkan akan terjadi
endapan BaCl2 yang dapat mengganggu hasil pengukuran.
Sebelum dilakukan pengukuran pada contoh uji, maka dibuat dahulu larutan
standar sulfat untuk menentukan persamaan regresi yang didapat agar
memudahkan untuk menghitung kadar sulfat tersebut. Larutan standar sulfat ini
dibuat dengan konsentrasi 0; 5 ml/L; 10 ml/L; 15 ml/L dan 20 ml/L. Sehingga
didapat persamaan regresi yaitu y = 0,068x + 0,217.
Setelah dilakukan pengukuran contoh uji pada panjang gelombang
maksimal 420 nm didapat nilai absorbansinya sebesar 0,433 A. Sehingga setelah
dilakukan perhitungan menggunakan persamaan regresi, didapat kadar sulfat pada
contoh uji yaitu sebesar 3,17 mg/L (ppm). Hasil pengukuran tersebut ada pada
rentang larutan standar sulfat dari 0 sampai 5 mg/L sebagai berikut :
Kurva Kalibrasi Larutan
Standar
Absorbansi (A) 2
1.5
f(x) = 0.06834 x + 0.2176
1 R² = 0.905500760019853
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)

Grafik 5.1 Hasil pengukuran sulfat sampel uji


Adanya kandungan sulfat dalam air dapat menyebabkan kesadahan bila
berikatan dengan kalsium dan magnesium membentuk CaSO4 dna atau MgSO4.
Syarat kadar kandungan sulfat yang ada pada air proses tekstil yaitu maksimal
sebesar 100 mg/L, sedangkan kadar kandungan sulfat yang ada pada contoh yang
diujikan yaitu sebesar 3,17 mg/L. Sehingga dapat dikatakan bahwa air sampel
tersebut baik digunakan unuk proses tekstil karena kandungan sulfatnya telah
memenuhi standar air untuk tekstil sesuai dengan tabel 2.1 pada dasar teori
(Analisis Kualiatif Air Proses Industri Tekstil) di atas.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum analisis kuantitatif sulfat dalam air, didapatkan
kadar kandungan sulfat pada contoh uji yaitu 3,17 mg/L, sehingga air tersebut
dapat dikatakan baik digunakan unuk air proses tekstil.
ANALISIS KUANTITATIF KANDUNGAN KLORIDA DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian analisis kuantitatif kandunga klorida didalam air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar klorida yang ada didalam air

II. Dasar Teori


Kadar klorida didalam air proses tekstil dibatasi oleh standar karena klorida
bersifat korosif. Ada dua cara penentuan kadar klorida di dalam air, yaitu cara
Argentometri dan Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan adalah cara
Argentometri yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metode Mohr, klorida
diendapkan oleh AgNO3 membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl
yang terbentuk akan setara (equivalent) dengan kandungan klorida di dalam air.
Kalium kromat digunakan sebagai indikator, semua AgCl akan terbentuk lebih
dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag Kromat) yang berwarna merah terbentuk.
Kondisi titrasi harus diusahakan dalam suasana netral sampai pH basa
antara 7-10. Jika dilakukan dalam suasana asam maka konstanta ionisasi asam
kromat kecil sehingga kromat bereaksi dengan hidrogen. Metode ini dapat
digunakan untuk konsentrasi koloid sampai 2000 mg/L, untuk konsentrasi yang
lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengenceran.
Dengan reaksi sebagai berikut :
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
2 AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KCl
III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Buret 1) Air suling bebas klorida

2) Erlenmeyer 250 mL 2) Larutan penitar AgNO3

3) Pipet volume 10 mL 0,01 N


3) Indicator kalium kromat
5%
3.2 Cara Kerja
1) 10 ml contoh uji dipipet ke dalam Erlenmeyer
2) Jika contoh berwarna (misal air limbah), tambahkan suspense Al(OH)2
kemudian kocok dan biarkan mengendap lalu saring dan cuci.
3) Filtrat dan air cucian dicampurkan.
4) pH diatur sampai 7-10 dengan menambahkan H2SO4 atau NaOH sedikit
demi sedikit.
5) Ditambahkan indikator kalium kromat sebanyak 3 tetes
6) Dititrasi dengan perak nitrat sampai timbul endapan merah kekuningan

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


⮚ Data hasil titrasi :
Titrasi 1 = 1,5 mL
Titrasi 2 = 1,6 mL
Rata-rata titrasi = 1,55 mL
⮚ Perhitungan kadar klorida :
Kadar Cl- = mL rata-rata titrasi x N AgNO3 x BE Cl- x Fp
1000
= 1,55 x 0,01 x 35,5 x
100
= 0,55025 x 100
= 55,025 mg/L
V. Pembahasan
Pada praktikum analisis kuantitatif kandungan klorida dalam air ini
menggunakan metode titrasi argentometri dimana contoh uji dipipet sebanyak 10
ml kemudian ditetesi kalium kromat sebanyak 3 tetes dan dititar menggunakan
AgNO3 sampai timbul endapan berwarna merah kekuningan sebagai titik akhir
titrasinya.
Klorida dalam air apabila berikatan dengan kalsium dan magnesium akan
membentuk CaCl2 dan atau MgCl2 yang merupakan sadah tetap. Bila kandungan
klorida tinggi maka kesadahan yang terbnetuk pun akan semakin tinggi,
sedangkan kesadahan dalam proses tekstil ini tidaklah diharapkan karena akan
memberikan beberapa kerugian.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan hasil titasi pertama sebanyak 1,5
ml dan titrasi kedua sebanyak 1,6 ml, sehingga didapatkan rata-rata hasil titrasi
yaitu 1,55 ml untuk kemudian dilakukan perhitungan menggunakan persamaan
yang tertera pada data pengamatan dan perhitungan diatas. Kadar kandungan
klorida yang didapatkan setelah perhitungan yaitu sebesar 55,025 mg/L. Hasil ini
menunjukan nilai yang masih memenuhi standar air proses tekstil yang tertera
pada tabel 2.1 (Analisis Kualitatif Air Proses Industri Tekstil) diatas, dimana
kadar kandungan klorida menurut standar yaitu sebesar 100 mg/L.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, didapatkan kadar kandungan klorida dalam air
contoh uji yaitu sebesar 55,025 mg/L, sehingga masih bisa dikatakan baik untuk
dijadikan air proses tekstil.
PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan praktikum penetapan kadar besi (Fe) dalam air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar kandungan besi (Fe) didalam air

II. Dasar Teori


Besi adalah suatu senyawa kimia yang dapat ditemui pada hampir semua air
pada umumnya. Besi yang ada di dalam air dapat bersikap sebagai feri (Fe 3+) atau
fero (Fe2+). Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses tekstil, pada
proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat
menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil
juga dapat memperbesar kerusakan selulosa karena logam-logam berat berfungsi
sebagai katalis dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat
bereaksi dengan beberapa jenis zat warna sehingga dalam proses pencelupan
menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Reaksi :
Fe2+ + K3Fe(CN)6 → KFe(Fe(CN)6) + 2K+

Fe3+ + K4Fe(CN)6 → KFe(Fe(CN)6) + 2K+


Pada proses tekstil besi dapat menyebabkan korosi pada ketel pembentukan
korosi tersebut meliputi reaksi-reaksi berikut :
Reaksi pertama : Fe Fe2+ + 2e-
Disosiasi air : H2O H+ + OH-
Polarisasi : 2H+ + 2e- H2
Depolarisasi : H2 H2 pH rendah
Depolarisasi : H2 + ½ O2 H2O
Reaksi kedua : Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
Fe2+ + O FeO
Reaksi kedua : Fe(OH)2 + ½ O2 Fe2O3 + H2O
Fe2O3 + FeO Fe3O4
FeO.Fe2O3
OH -
Fe(OH)2 + OH- Fe(OH)3
Na +

NaFe2O2
(Na-Ferit yang larut)
Fe2O3 + Na2CO3 NaFe2O2 + CO2

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1) Pengaduk magnet 2.2.2 Bahan
2) Erlenmeyer 250 ml 1) Air contoh uji
3) spektrofotometer 2) Pereaksi
4) Pipet volume 10 ml 3) KCNS
5) Gelas ukur 4) HNO3
6) Labu ukur 100 ml
7) Cuvet
III.2 Cara Kerja
1) 5 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
2) Ditambahkan 5 ml H2SO4 dan KCNS 4 ml.
3) Dikocok dengan cepat selama 1 menit.
4) Diukur menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 510
nm.
5) Pengukuran setelah 3 menit tetapi tidak melebihi 10 menit.

Pembacaan Spektrofotometer
1) Spektrofotometer dinyalakan dengan benar.
2) Panjang gelombang diatur pada 510 nm.
3) Contoh uji disiapkan pada rak tabung.
4) Setelah 2 menit, contoh uji dipasangkan pada alat spektrofotometer.
5) Contoh uji yang telah melewati waktu 10 menit tidak boleh diujikan.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


⮚ Kebutuhan Larutan Standar Besi 10 ml/L, 20 ml/L, 30 ml/L dan 40 ml/L
dengan Larutan Induk = 100 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 50 x 10 V1 x 100 = 50 x 30
V1 = 5 mL V1 = 15 mL

V1 x 100 = 50 x 20 V1 x 100 = 50 x 40
V1 = 10 mL V1 = 20 mL

⮚ Hasil Spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm


A1 = 0,030 A A3 = 0,047 A
A2 = 0,035 A A4 = 0,058 A

⮚ Persamaan Regresi :
Y = ax + b
n ( ΣXY )−( ΣX )(ΣY )
a=
n ( Σ X )−¿ ¿
2

( ΣY ) ( Σ X 2 )−( ΣX ) (ΣXY )
b=
n ( Σ X 2) −¿ ¿
Tabel 4.1 Data hasil Spekro pada panjang gelombang maksimum = 500 nm
Konsentrasi (X) Absorbansi (Y) X2 XY

0 0 0 0

10 0,030 100 0,3

20 0,035 400 0,7

30 0,047 900 1,41


40 0,058 1600 2,32

Σ 100 0,17 3000 4,73

⮚ Perhitungan Manual :
5 ( 4,73 )−( 100 )(0,17) ( 0,17 ) ( 3000 )−( 100 ) ( 4,73)
a = b =
5 ( 3000 ) −¿ ¿ 5 ( 3000 )−¿ ¿
23,65−17 510−473
a = b =
15000−10000 15000−10000
6,65 27
a = b =
500 500
a = 0,0013 b = 0,0074

Maka :
Y = 0,0013x + 0,0074

⮚ Kurva Standar

Kurva Kalibrasi Larutan Standar

0.08
Absorbansi (A)

0.06
f(x) = 0.00133 x + 0.0074
0.04 R² = 0.922262773722628
0.02
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (ppm)

⮚ Absorbansi contoh uji pada panjang gelombang 500 nm = 0,017 A


Sehingga :
Y = 0,0013x + 0,0074
0,017 = 0,0013x + 0,0074
0,0013x = 0,017 - 0,0074
0,0013x = 0,0096
x = 7,22
Jadi kadar sulfat dalam air yaitu 7,22 ppm
V. Pembahasan
Pada penetapan kadar Besi (Fe) ini sama halnya dengan penetapan kadar
sulfat, yaitu menggunakan pengukuran oleh spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 – 600 nm.
Sama halnya dengan penetapan kadar sulfat, pada penetapan kadar besi juga
dilakukan pembuatan larutan standar besi terlebih dahulu dengan konsentrasi 0;
10 ml/L; 20 ml/L; 30 ml/L dan 40 ml/L. Sehingga didapatkan persamaan regresi
yaitu y = 0,0013x + 0,0074.
Pengujian dilakukan pada panjang gelombang maksimum 500 nm,
didapatkan hasil absorbansi contoh uji saat diukur yaitu sebesar 0,017 A.
Sehingga kadar kandungan besi dengan menggunakan persamaan regresi yang
didapatkan yaitu sebesar 7,22 mg/L. Nilai ini ada pada rentang konentrasi larutan
standar besi antara 0 – 10 mg/L sebagai berikut :

Kurva Kalibrasi Larutan Standar

0.08
Absorbansi (A)

0.06
f(x) = 0.00133 x + 0.0074
0.04 R² = 0.922262773722628
0.02
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (ppm)

Grafik 5.1 Hasil pengukuran besi sampel uji


Adanya ion besi seperti ferro (Fe 2+) dan ferri (Fe3+) dapat menyebabkan
noda-noda kuning kecoklatan. Besi akan teroksidasi menjadi Fe3+ ⭢ endapan
Fe2O3 akan menjadi feri sehingga lama kelamaan akan menimbulkan bintik-bintik
yang menyebabkan noda kekuningan pada kain dan dapat merusak mesin. Standar
air untuk proses tekstil menyatakan bahwa maksimum terdapat besi yaitu
sebanyak 0,1 mg/L. Dengan ini kandungan besi yang ada pada sampel uji
menunjukan nilai yang sangat tinggi, sehingga tidak baik digunakan untuk air
proses tekstil.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum penetapan kadar besi (Fe) dalam air,
didapatkan nilai kadar kandungan besi sebanyak 7,22 mg/L. Kadar besi ini terlalu
tinggi dan tidak baik digunakan untuk air proses tekstil.
ANALISIS ALKALINITAS AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan praktikum analisis alkalinitas air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar alkalinitas (OH-, CO32-, HCO3-) didalam air

II. Dasar Teori


Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa
penurunan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh ion-ion
karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Alkalinitas dinyatakan dalam mgrek/L atau
mg CaCO3/L.
Alkalinitas dititrasi dengan cara titrasi asam basa. Asam yang umum
digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) atau HCl. Asam ini akan mengikat zat
penyebab alkalinitas sampai titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat
ditentukan oleh:
a. Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi
b. Perubahan nilai pH pada pH meter, grafik pH-volume akan memperlihatkan
lengkungan titik akhir.

Grafik 2.1 hubungan pH dengan volume pada titrasi alkalnitas


Grafik di atas menunjukkan kurva titrasi air yang mengandung ion karbonat
dengan konsentrasi awal yang tinggi dengan cara memasukkan natrium karbonat
pada air suling (destilasi). Ketika asam ditambahkan ke dalam larutan tersebut,
sebagian besar ion hidrogen dengan asam bergabung dengan ion-ion karbonat
membentuk bikarbonat. Ion-ion hidrogen menurunkan pH larutan sedikit demi
sedikit sampai pH 8,3 seluruh karbonat sudah menjadi bikarbonat. Penambahan
ion hidrogen lagi akan merubah bikarbonat menjadi asam karbonat di bawah pH
4,5.
Reaksi yang terjadi adalah
OH- + H+ H2O
Titik akhir terletak pada pH 8,3
CO2- + H+ HCO3

HCO3- + H+ H2O + CO2 Terjadi pada pH 4,5

Pada titik akhir titrasi pertama yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P (dari
Phenolpthalin) untuk mencapai titik akhir ke-2 yaitu pada pH 4,3 dikenal dengan
nilai M (dari metal). Jadi pada saat tercapai nilai P pada pH 8,3

OH- + H+ H2O

Nilai P menunjukkan OH dan ½ CO3 = (HCO3-)


Reaksi :
1. Alkalinitas PP
OH- + HCl + PP 🡪 H2O + Cl-
CO32- + HCl + PP 🡪 HCO3- + Cl-

2. Alkalinitas MO
OH- + HCl + MO 🡪 H2O + Cl-
CO3- + 2HCl + MO 🡪 H2O + 2 Cl- + CO2
HCO3- + HCl + MO 🡪 H2O + Cl- + CO2
Jika dalam air hanya terdapat karbonat, bikarbonat dan hidroksida maka
unsur alkalinitas dapat ditentukan dengan bantuan tabel dibawah ini:
Perhitungan mencari kadar unsur alkalinitas
Hasil OH- CO3 2- HCO3-
P=0 M - -
2P > M 2P – M 2 ( M – P) -
2P = M - 2P -
2P < M - 2P M – 2P
P=0 - - M
Catatan: alkalinitas hanya terdiri dari CO3, HCO3, dan OH
P = alkalinitas PP
M = alkalinitas MO

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Pipet volume 25 ml 1) Air contoh uji
2) Erlenmeyer 250 ml 2) Indikator PP
3) Buret 50 ml 3) Indikator MO
4) H2SO4 0,02 N

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Alkalinitas PP
1) 25 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer.
3) Larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan tidak
berwarna.

3.2.2 Alkalinitas M
1) 25 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 2 tetes indikator MO ke dalam erlenmeyer.
3) Larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai berwarna orange
(sindur).
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
⮚ Data hasil titrasi :
Titrasi P =0
Titrasi M 1 = 0,5 mL
Titrasi M 2 = 0,6 mL
Rata-rata titrasi M = 0,55 mL

⮚ Perhitungan kadar alkalinitas :


Hasil OH- CO32- HCO3-

P=0 0 0 M = 26,84 ppm

2P < M 0 2P = 0 M – 2P = 26,84 ppm

Alkalinitas M = mL rata-rata titrasi MO x N H2SO4 x (Fp x BE HCO3-)


1000
= 0,55 x 0,02 x ( x 61)
25
= 0,011 x 244
= 26,84 mg/L

V. Pembahasan
Alkalinitas merupakan suatu kapasitas air untuk menahan pH atau untuk
menetralkan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar
disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Ketika ion-ion
HCO3-, CO32- dan OH- terdapat dalam air, maka akan bereaksi dengan ion
hidrogen (H+) sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH, selain itu
dapat juga menyebabkan kerak pada pipa dan kerak karbonat pada dinding ketel
uap.
Harga alkalinitas tinggi tidaklah dikehendaki untuk air umpan boiler karena
dapat menimbulkan pembusaan yang dapat menimbulkan perapuhan konstruksi
boiler dan korosi. Sehingga dalam syarat dan standar air untuk proses tekstil
maksimal mengandung alkalinitas sebanyak 75 mg/L.
Pada saat praktikum dilakukan pengujian dengan cara titrasi asam basa, atau
alkalinitas PP dan alkalinitas M. Pembedanya yaitu ada pada indikator yang
digunakan, alkalinitas PP menggunakan indikator PP dan alkalinitas M
menggunakan indikator MO, keduanya dititar dengan H2SO4 0,02 N sampai titik
akhir titrasi tertentu. Sistem dari titrasi ini yaitu dengan melanjutkan proses titrasi,
dimana pertama-tama contoh uji dipipet sebanyak 25 ml kemudian ditetesi
indikator PP, bila air berubah warna menjadi biru maka air tersebut dititar dengan
H2SO4, namun bila tidak terjadi perubahan warna dilanjutkan penetesan indikator
MO untuk kemudian dititar oleh H2SO4.
Setelah dilakukan praktikum didapat hasil pada alkalinitas P = 0 karena
tidak terjadi perubahan warna, kemudian dilanjutkan dengan alkalinitas M,
didapatkan hasil titrasi yaitu sebesar 0,55 ml (rata-rata titrasi). Sehingga pada
perhitungannya didapatkan kandungan HCO3- saja sebanyak 26,84 mg/L. Nilai
alkalinitas contoh uji ini lebih kecil dari nilai alkalinitas standar air untuk proses
tekstil. Oleh sebab itu air sampel dapat digunakan untuk proses tekstil.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum didapatkan nilai alkalinitas sebesar 26,84 mg/L
dengan kandungan HCO3- didalamnya. Sehingga air tersebut dapat digunakan
untuk proses tekstil.
ANALISIS KESADAHAN (Ca dan Mg) DENGAN CARA
KOMPLEKSOMETRI

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian analisis kesadahan (Ca dan Mg) dengan cara
kompleksometri

1.2 Tujuan
Menentukan kadar sadah total, sadah sementara dan sadah tetap dengan cara
kompleksometri

II. Dasar Teori


Kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi
yang sebagian besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat
mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak
CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa ketel serta ketel uap.
Kesadahan adalah jumlah garam-garam Ca dan Mg yang terkandung di
dalam air. Ada dua jenis kesadahan yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara. Disebut kesadahan tetap apabila ion-ion Ca dan Mg membentuk
senyawa dengan nitrat, klorida dan sulfat, sedangkan apabila ion-ion Ca dan Mg
membentuk senyawa dengan bikarbonat disebut kesadahan sementara.
Penetapan kesadahan dalam air dapat ditentukan melalui titrasi
kompleksometri yaitu suatu titrasi dengan menggunakan larutan kompleksion
(EDTA/etilena diamin tetra asetat). Senyawa tersebut adalah suatu senyawa yang
dapat membentuk pasangan kimiawi secara ikatan kompleks dengan ion-ion
kesadahan. Indikator yang dipakai pada titrasi kompleksometri merupakan asam
atau basa lemah organik yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan logam,
dan warna senyawa tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadaan
bebas. Indikator yang sering digunakan yaitu EBT (Eriochrome Black T) sejenis
indikator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung
ion kalsium dan magnesium pada pH 10,0. indikator yang lain adalah murexid
(Eriochrome Blue black R), suatu senyawa yang berwarna merah jika berada
dalam larutan yang mengandung ion kalsium saja. Pada penetapan kesadahan ada
beberapa faktor yang biasanya mengganggu penetapan ion Ca dan Mg di
antaranya adalah kation seperti Al3+, Fe3+, Fe2+ dan Mn2+, dapat juga ikut
bergabung dengan EDTA membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan terlalu
tinggi endapan Ca2+ dapat muncul dalam waktu 5 menit, oleh karena itu sampel
harus diencerkan.
Reaksi :

Reaksi EBT dengan air sadah :

Di dalam air banyak mengandung elemen-elemen , salah satunya adalah ion


Mg dan Ca yang dapat mengakibatkan kesadahan. Kesadahan air proses ini akan
menyebabkan masalah dalam pencelupan. Sejumlah logam transisi dan alkali
tanah akan menyebabkan rintangan dalam proses. Bercak-bercak noda logam
yang diakibatkan dari logam transisi multivalent yang bergabung dengan hidrogen
peroksida. Dalam pencelupan ion logam dapat bereaksi dengan zat warna,
menimbulkan pengendapan, gagal celup, tidak melekatnya zat warna dan
ketahanan warna yang buruk. Ion-ion yang ada dalam air tidak hilang tetapi terjadi
pembentukan ikatan kompleks yang umumnya stuktur khelat. Bentuk kompleks
ini terbentuk karena adanya substitusi dalam cincin kompleks dengan donasi
elektron ke ion logam tersebut. Salah satu produk penurun sadah yang biasa
digunakan adalah amino polikarboksilat. Amino polikarboksilat adalah zat
penurun kesadahan yang kuat, banyak terbuat dari jenis etilena diamin tetra asetat
(EDTA), diproduksi sebagai asam bebas atau garam tetra natrium. Stuktur umum
EDTA dapat dilihat pada gambar diatas.
Pada penetapan kesadahan ada beberapa faktor yang biasanya mengganggu
penetapan ion Ca dan Mg ini di antaranya adanya kation seperti Al 3+, Fe3+, Fe2+,
dan Mn2+, dan juga ikut bergabung dengan EDTA membentuk senyawa kompleks.
Jika kesadahan terlalu tinggi endapan Ca2+ dapat muncul dalam waktu titrasi lebih
dari 5 menit. Oleh karena itu sampel harus diencerkan.

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Erlenmeyer 250 ml 1) Larutan EDTA (titran) 0,01 M
2) Gelas ukur 100 ml 2) Larutan buffer pH 10
3) Pipet volume 25 ml 3) Indikator EBT
4) Buret 4) Indikator Murexid
5) Corong 5) KCN 5%
6) NaOH 4N

III.2 Cara Kerja


3.2.1 Penetapan Kesadahan Total
1) 25 ml air contoh uji dipipet ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.
3) Ditambahkan 2 ml KCN 5%.
4) Ditambahkan 3-4 tetes indikator EBT sampai larutan menjadi merah
anggur.
5) Larutan segera dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat
berwarna biru hijau.

3.2.2 Penetapan Kesadahan Ca Total


1) 50 ml air contoh uji dipipet ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 1 ml NaOH 4 N.
3) Ditambahkan 2 ml KCN 5%.
4) Ditambahkan indikator Murexid sampai larutan menjadi merah .
5) Larutan segera dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat
berubah ungu.

3.2.3 Penetapan Kesadahan Tetap (dengan Cara Pemanasan)


1) 100 ml contoh uji dipipet ke dalam erlenmeyer.
2) Dipanaskan sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit lalu
didinginkan.
3) Endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring.
4) Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA
seperti pada penetapan kesadahan total.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


Tabel 4.1 Data hasil titrasi
Titrasi Sadah Total Sadah Ca Sadah Tetap Sadah Ca Tetap

1 2,2 mL 1,1 mL 0,9 mL 0,5 mL

2 2,2 mL 1,2 mL 1 mL 0,5 mL


Rata- 2,2 mL 1,15 mL 0,95 mL 0,5 mL
rata

a. Kesadaha Total = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6


1000
= 2,2 x 0,01 x x 5,6
100
= 12,32odH
b. Kesadahan Ca = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 1,15 x 0,01 x x 5,6
100
= 6,44odH
c. Kesadahan Tetap = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 0,95 x 0,01 x x 5,6
100
= 5,32odH
d. Kesadahan Ca Tetap = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 0,5 x 0,01 x x 5,6
100
= 2,8odH
e. Kesadahan Sementara = Kesadahan Total – Kesadahan Tetap
= 12,32 – 5,32
= 7odH
f. Kesadahan Mg Total = Kesadahan Total – Kesadahan Ca
= 12,32 – 6,44
= 5,88odH
g. Kesadahan Mg Tetap = Kesadahan Tetap – Kesadahan Ca Tetap
= 5,32 – 2,8
= 2,52 odH
h. Kesadahan Ca Sementara = Kesadahan Ca – Kesadahan Ca Tetap
= 6,44 – 2,8
= 3,64 odH
i. Kesadahan Mg Sementara = Kesadahan Sementara – Kesadahan Ca
Sementara
= 7- 3,64
= 3,36 odH

V. Pembahasan
Kesadahan dalam air timbul karena adannya garam-garam kalsium (Ca 2+)
dan magnesium (Mg2+) yang dapat mengganggu proses basah tekstil, sehingga
keberadaannya sangat tidak diinginkan, adapun syarat maksimal kesadahan untuk
air proses tekstil yaitu sebesar 3odH sedangkan air untuk boiler harus 0 atau tidak
mengandung sadah sama sekali.
Kesadahan ini dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu sadah sementara dan
sadah tetap. Sadah sementara merupakan sadah yang terbentuk karena adanya ion
Ca2+ dan Mg2+ yang berikatan dengan HCO3-, ssedangkan sadah tetap terbentuk
karena adanya ion Ca2+ dan Mg2+ yang berikatan dengan CO32-, SO42- dan Cl-.
Pada praktikum ini dilakukan untuk mencari kadar dari masing-masing
sadah, baik sadah total, sadah sementara, sadah tetap, sadah Ca dan sadah Mg.
Untuk penetapan kesadahan total dilakukan dengan cara menambahkan larutan
buffer, KCN 5% dan indikator EBT pada 25 ml larutan air sampel kemudian
dititar oleh EDTA 0,01 M sampai berwarna biru. Didapatkan hasil titrasi setelah
praktikum yaitu sebesar 2,2 ml (hasil rata-rata titrasi), sehingga didapatkan kadar
sadah totalnya sebesar 12,32odH. Nilai kesadahan yang sangat tinggi, oleh sebab
itu harus dilakukan pelunakan pada air sampel tersebut. Penetapan kesadahan Ca
juga dilakukan dengan cara 25 ml air sampel ditambahkan NaOH 4 N, KCN 5%
dan indikator murexid yang dapat menghilangkan Mg2+ sehingga didapat ion Ca2+
saja setelah dititar oleh EDTA 0,01 M. Hasil titrasi yang didapatkan setelah
dilakukan praktikum yaitu sebesar 1,15 ml (hasil rata-rata titrasi), sehingga nilai
kesadahan Ca setelah dihitung yaitu sebesar 6,44odH. Karena sadah sementara
dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, maka agar didapatkan kadar sadah
tetap dan sadah Ca tetap dilakukanlah sistem pemanasan terlebih dahulu pada air
sampel sebelum dilakukan titrasi kompleksometri, sehingga pada air sampel
tersebut hanyalah tersisa sadah tetapnya saja. Untuk penetapan kadar sadah tetap
diakukan smaa dengan titrasi untuk penetapan sadah total, dan didapatkan ml hasil
titrasi yaitu sebesar 0,95 ml (hasil rata-rata titrasi), sehingga didapatkan nilai
kesadahan tetap sebesar 5,32odH. Sedangkan untuk penetapan kadar Ca tetap
dilakukan dengan cara titrasi yang sama dengan penetapan sadah Ca, dan
didapatkan hasil titrasi yang telah dilakukan sebanyak 0,5 ml (hasil rata-rata
titrasi), sehingga didapatkan pula kadar kesadahan Ca tetap sebesar 2,8 odH. Nilai
kesadahan yang lainnya didapatkan dengan cara perhitungan dengan data
kesadahan yang ada diatas. Sehingga didapatkan nilai kesadahan sementara =
7odH; kesadahan Ca sementara = 3,64odH; kesadahan Mg = 5,88odH; kesadahan
Mg tetap = 2,52odH dan kesadahan Mg sementara = 3,36odH.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, didapatkan data nilai kesadahan air yaitu :
● Kesadahan Total = 12,32odH
● Kesadahan Tetap = 5,32odH
● Kesadahan Sementara = 7odH
● Kesadahan Ca = 6,44odH
● Kesadahan Ca Tetap = 2,8odH
● Kesadahan Ca Sementara = 3,64odH
● Kesadahan Mg = 5,88odH
● Kesadahan Mg Tetap = 2,52odH
● Kesadahan Mg Sementara = 3,36odH
PELUNAKAN AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pelunakan air tekstil dengan cara pemanasan, pengendapan dan
pelunakan ion

1.2 Tujuan
Menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan dalam air yaitu ion-ion Ca dan
Mg

II. Dasar Teori


Maksud dari pelunakan di sini adalah penghapusan ion-ion penyebab
kesadahan dalam air. Kesadahan air terutama disebabkan oleh ion Mg2+ dan Ca2+.
Air sadah akan mengendapkan sabun, akibatnya penggunaan sabun akan lebih
banyak. Selain itu akan merusak beberapa jenis zat warna pada proses
pencelupan , kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- juga mengakibatkan kerak pada
dinding ketel uap yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat.
Beberapa proses untuk pelunakan air sadah adalah :
1. Cara Pemanasan
Cara ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara yang disebabkan
bikarbonat dari ion kesadahan.
2. Cara Pengendapan
Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan
kesadahan total. Pada cara ini garam-garam kalsium dan magnesium
penyebab kesadahan diendapkan sebagai karbonat. Sebagai zat pengendap
dipakai campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2.
Reaksi pengendapan :
Pengendapan soda-kapur
Ca(HCO3)2+ Ca(OH)2 2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 CaCO3 + Mg(OH)2 + H2O
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaSO4
CO2+Ca(OH)2 CaCO3 + H2O
FeCl2+Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaCl2
FeCl3+Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
MnSO4+Ca(OH)2 Mn(OH)2 + CaSO4
Al2(SO4)3+Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4
CaCl2+ Na2CO3 CaCO3 + NaCl
CaSO4+ Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

Pengendapan soda-soda
Ca(HCO3)2+ 2NaOH CaCO3 + Na2CO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2+ 4NaOH Mg(OH)2 + Na2CO3 + 2H2O
MgCL2+ 2NaOH Mg(OH)2 + Na2SO4
MgSO4+ 2NaOH Mg(OH)2 + CaSO4
CO2+ 2NaOH CaCO3 + H2O
FeCl2+ 2NaOH Fe(OH)2 + CaCl2
FeCl3 + 2NaOH 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
MnSO4+2NaOH Mn(OH)2 + CaSO4
Al2(SO4)3+ 6NaOH 2Al(OH)3 + 3CaSO4
CaCl2+ Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl
CaSO4+ Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4
Gambar 2.1 Pengolahan Air Proses Di Industri

3. Cara penukar ion


Resin penukar ion adalah suatu polimer yang dibentuk dari ikatan-ikatan
molekul yang sangat banyak dipakai. Proses penukaran yang terjadi antara
larutan dengan bahan penukar ion terjadi karena adanya gaya elektrostatik
dari ion-ion. Ion dari air bergerak ke permukaan padatan resin dan
menyerang gugus fungsional zat padat yang menggantikan kedudukan
ionnya.
Peristiwa ini berlangsung pada permukaan zat padat dan harus melalui suatu
lapisan antar muka (internal). Cara ini sangat mahal tetapi efisiensi cukup
tinggi, cocok dipakai untuk penyediaan air kotor. Pada saat ini kalsium dan
magsnesium yang terkandung dalam air ketel pada cara ini kalsium dan
magnesium yang terkandung di dalam air didesak oleh ikatan senyawa
penukar ion
Zeolit
Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan mendidih, di dalam riset-
riset kimiawan telah lama menjadi pusat perhatian. Setiap tahunnya,
berbagai jurnal penelitian di seluruh dunia, selalu memuat pemanfaatan
zeolit untuk berbagai aplikasi, terutama yang diarahkan pada aspek
peningkatan efektivitas dan efisiensi proses industri dan pencemaran
lingkungan.
Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang
berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika
dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali
atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris,
rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Struktur zeolit sejauh
ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya
terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian
menjadi unit bangun sekunder polihedral dan membentuk polihedran dan
akhirnya unit struktur zeolit.
Berikut adalah beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus
kimianya
Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel

Analsim Na16(Al16Si32O96). 16H2O

Kabasit (Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O

Klipnoptolotit (Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O

Erionit (Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O

Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O

Heulandit Ca4(Al8Si28O72). 24H2O


Laumonit Ca(Al8Si16O48). 16H2O

Mordenit Na8(Al8Si40O96). 24H2O

Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O

Natrolit Na4(Al4Si6O20). 4H2O

Wairakit Ca(Al2Si4O12). 12H2O

Di Indonesia, jumlah zeolit sangat melimpah dan tersebar di berbagai


daerah baik di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pemanfaatan zeolit
Indonesia untuk penggunaan secara langsung belum dapat dilakukan, karena
zeolit Indonesia banyak mengandung campuran (impurities) sehingga perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau
memisahkannya dari kotoran-kotoran.

Sifat Unik Zeolit


Karena sifat fisika dan kimia dari zeolit yang unik, sehingga dalam
dasawarsa ini, zeolit oleh para peneliti dijadikan sebagai mineral serba guna.
Sifat-sifat unik tersebut meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul,
katalisator dan penukar ion.
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H2O) apabila
dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi
kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Di sini molekul
H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan
secara reversibel. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul,
dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu
menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai
dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi
merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang
tinggi.
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-
pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk
karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis.
Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan
kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat
mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit
sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah.
Kation tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan dapat
dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat
struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama
dengan rongga dapat masuk dan terjebak.

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Cara pemanasan c. Cara pengendapan dengan
1) Piala gelas 500 ml soda-kapur
2) Erlenmeyer 250 ml 1) Piala gelas 500 ml
3) Buret 2) Erlenmeyer 250 ml
4) Pipet volume 10 ml 3) Buret
5) Corong 4) Pipet volume 10 ml
6) Kertas saring 5) Corong
6) Kertas saring

b. Cara pengendapan dengan 4) Pipet volume 10 ml


soda-soda 5) Corong
1) Piala gelas 500 ml 6) Kertas saring
2) Erlenmeyer 250 ml d. Cara penukar ion
3) Buret 1) Piala gelas 500 ml
2) Tabung resin 5) Pipet volume 10 ml
3) Erlenmeyer 250 ml 6) Corong
4) Buret 7) Kertas saring

3.1.2 Bahan
a. Cara pemanasan
1) Air contoh uji
b. Cara pengendapan soda- c. Cara pengendapan soda-soda
kapur 1) Air contoh uji
1) Air contoh uji 2) Na2CO3
2) Na2CO3 3) NaOH
3) Ca(OH)2 4) Pereaksi kompleksometri
4) Pereaksi kompleksometri

d. Cara penukar ion


1) Air contoh uji
2) Resin penukar ion
3) Pereaksi kompleksometri

III.2 Cara Kerja


3.2.1 Cara Pemanasan
1) 100 ml contoh uji dipipet ke dalam erlenmeyer.
2) Dipanaskan sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit lalu
didinginkan.
3) Endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring.
4) Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA
seperti pada penetapan kesadahan total.

3.2.2 Cara Pengendapan Soda-Kapur


1) Kebutuhan soda ash dan kapur dihitung sesuai kebutuhan.
2) 100 ml air contoh dipipet ke dalam erlenmeyer.
3) Soda ash dan kapur dimasukkan ke dalam erlenmeyer sesuai dengan
kebutuhan.
4) Larutan dididihkan selama 15 menit (akan terjadi endapan karbonat).
5) Larutan didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring.
6) Filtratnya dititrasi untuk mengetahui kandungan kesadahan sisanya
dengan kompleksometri.

3.2.3 Cara Pengendapan Soda-Soda


1) Kebutuhan soda ash dan soda api dihitung sesuai kebutuhan.
2) 100 ml air contoh dipipet ke dalam erlenmeyer.
3) Soda ash dan soda api dimasukkan ke dalam erlenmeyer sesuai dengan
kebutuhan.
4) Larutan dididihkan selama 15 menit (akan terjadi endapan karbonat).
5) Larutan didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring.
6) Filtratnya dititrasi untuk mengetahui kandungan kesadahan sisanya
dengan kompleksometri.

3.2.4 Cara Penukar Ion


1) 100 ml air contoh dimasukkan ke dalam piala gelas.
2) Air contoh dialirkan melalui tabung yang berisi penukar ion (zeolit atau
wofatit) dan ditampung ke dalam erlenmeyer.
3) Dikerjakan sebanyak tiga kali aliran melalui tabung yang berisi resin
penukar ion.
4) Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisis
kesadahannya secara kompleksometri.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan


⮚ Perhitungan Kebutuhan Soda-soda
a. Na2CO3 = (CaCl2) + (CaSO4) + (MgCl2) + (MgSO4) + (L)
Sadah Tetap
=( x BM N a2 C O3 ) + (L)
5,6
5,32
=( x 106) + 7,22
5,6
= (0,95 x 106) + 7,22
= 107,92 mg/L

b. Ca(OH)2 = (Ca(HCO3)2) + (Mg(HCO3)2) + (MgCl2) + (MgSO4) +


(CO2) + (L)
= ¿ + (CO2) + (L)
7+2,52
=( x 74) + 0 + 7,22
5,6
= (1,7 x 74) + 7,22
= 133,02 mg/L

⮚ Perhitungan Kebutuhan Soda-Kapur


a. NaOH = (Ca(HCO3)2) + (Mg(HCO3)2) + (MgCl2) + (MgSO4) +
(CO2) + (L)
Sadah Sementara+ Mg Tetap
=( x BM NaOH) + (L)
5,6
7+2,52
=( x 40) + 7,22
5,6
= (1,7 x 40) + 7,22
= 75,22 mg/L

b. Na2CO3 = ((CaCl2) + (CaSO4)) - ((Ca(HCO3)2) + (Mg(HCO3)2)) x


Mr Na2CO3
Sadah CaTetap−Sadah Sementara
=( ) x Mr Na2CO3
5,6
2,8−7
=( ) x 106
5,6
= -0,75 x 106
= -79,5 mg/L

⮚ Perhitungan Kebutuhan Na2CO3, NaOH dan Ca(OH)2


Na2CO3, NaOH dan Ca(OH)2 = 2 g/L
V1 x N1 = V2 x N2
a. Kebutuhan Soda-soda
Na2CO3
V1 x 2000 =100 x 107,92 Ca(OH)2
2000V1 = 10792 V1 x 2000 = 100 x 133,02
V1 = 5,39 ≈ 5,4 mL 2000V1 = 13302
V1 = 6,65 ≈ 6,6 mL

b. Kebutuhan Soda-Kapur
NaOH
V1 x 2000 =100 x 75,22
2000V1 = 7522
V1 = 3,76 ≈ 3,8 mL

Tabel 4.1 Data mL titrasi hasil praktikum


Pengendapan Penukar Ion

Soda-soda Soda-Kapur Wolfatit Zeolit

0,3 mL 0,2 mL 0,2 mL 2,4 mL

⮚ Perhitungan Efisiensi Hasil Pelunakan


a. Efisiensi Soda-soda
Kadar = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 0,3 x 0,01 x x 5,6
10
= 1,68 odH
Sadah total awal−sadah total akhir
Efisiensi = x 100%
sadah total awal
12,32−1,68
= x 100%
12,32
= 86,36%

b. Efisiensi Soda-Kapur
Kadar = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 0,2 x 0,01 x x 5,6
10
= 1,12 odH
Sadah total awal−sadah total akhir
Efisiensi = x 100%
sadah total awal
12,32−1,1,2
= x 100%
12,32
= 90,90%
c. Efisiensi Zeolit
Kadar = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 2,4 x 0,01 x x 5,6
10
= 13,44 odH
Sadah total awal−sadah total akhir
Efisiensi = x 100%
sadah total awal
12,32−13,44
= x 100%
12,32
= -9,09%

d. Efisiensi Wolfatit
Kadar = mL titrasi x M EDTA x Fp x 5,6
1000
= 0,2 x 0,01 x x 5,6
10
= 1,12 odH
Sadah total awal−sadah total akhir
Efisiensi = x 100%
sadah total awal
12,32−1,1,2
= x 100%
12,32
= 90,90%
V. Pembahasan
Pelunakan air dilakukan untuk menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan
dalam air yaitu ion Ca2+ dan Mg2+. Ada beberapa cara untuk melakukan pelunakan
air, dan salah satunya yaitu kompleksometri. Metode kompleksometri ini
dilakukan dengan menitrasi air sampel dengan EDTA. Pelunakan air yang
dilakukan ini juga menggunakan cara soda-soda, soda-kapur dan penukar ion
(cara zeolit dan wolfatit).
Sebelum dilakukan titrasi, untuk yang menggunakan cara soda-soda dan
soda-kapur air sampel dipanaskan terlebih dahulu dengan penambahan Na 2CO3
dan Ca(OH)2 untuk cara soda-soda, sedangkan cara soda-kapur air sampel
dipanaskan dengan penambahan NaOH dan Na2CO3 yang telah dihitung terlebih
dahulu kebutuhannya.
Setelah dipanaskan air sampel didinginkan kemudian disaring dan dipipet
sesuai kebutuhan juga ditambahkan larutan buffer, KCN 5% dan EBT untuk
kemudian dititar oleh EDTA. Pada cara soda-soda didapatkan kadar kesadahan air
setelah perhitungan yaitu sebesar 1,68odH, sehingga efisiensi kesadahan yang
didapatkan dengan cara soda-soda yaitu sebesar 86,36%, sedangkan dengan cara
soda-kapur kadar kesadahannya menjadi 1,12odH, sehingga efisiensinya tercapai
sebesar 90,90%. Perbedaan antara cara soda-soda dan soda-kapur tidak
memperlihatkan perbedaan yang cukup jauh, namun lebih baik menggunakan cara
soda-kapur.
Berbeda dengan cara penukar ion (Wolfatit dan Zeolit) yaitu air sampel
hanya dialirkan tiga kali pada tempat yang telah disediakan yang masing-masing
didalamnya telah diisi resin wolfatit dan zeolit. Setelah dialirkan, air sampel
tersebut dipipet masing-masing sebanyak 10 ml lalu ditambahkan larutan buffer,
KCN 5% dan indikator EBT untuk kemudian dititar oleh EDTA. Pada penukar
ion cara resin wolfatit didapatkan nilai kesadahan air sampel menjadi 1,12odH
sehingga efisiensi yang dicapainya yaitu sebesar 90,90%, sedangkan pada penukar
ion cara zeolit kesadahan yang didapatkan menjadi 13,44odH, nilai ini menjadi
lebih besar daripada kadar kesadahan total airnya yaitu sebesar 12,32 odH,
sehingga efiseinsinya tidak tercapai. Hal ini terjadi dikarenakan mengingat zeolit
berupa batuan mendidih, yang diolah dan diambil dari alam dan berisi ion-ion
logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak
bebas. Sehingga kemungkinan ada juga ion Ca2+ dan Mg2+ didalamnya yang
belum terolah optimum meski telah dilakukan regenerasi dengan NaCl jenuh
sekali pun, selain itu hal ini dapat terjadi juga karena pada saat penetapan air
sampel, zeolit telah digunakan oleh air sampel lain dan kemungkinan belum
dilakukan regenerasi dengan NaCl sehingga kandungan Ca2+ dan Mg2+ dari air
sampel lain tertambahkan pada air sampel yang diuji.
Sehingga dari cara-cara diatas menunjukan pelunakan air yang paling baik
dilihat dari nilai efisiensi yang didapatkannya yaitu menggunakan cara soda-kapur
dan penukar ion cara resin wolfatit. Namun lebih baik dan lebih sederhana lagi
dengan cara penukar ion cara wolfatit

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum didapatkan data efisiensi hasil pelunakan air
dengan cara soda-kapur dan cara penukar ion resin wolfatit menunjukan nilai yang
paling baik, yaitu dengan nilai yang sama sebesar 90,90% sedangkan cara soda-
soda yaitu sebesar 86,36%.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan
Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Kemal. Noerati. 2004. Diktat Praktikum Kualitas Air Proses dan Air Limbah
Industri Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Noerati K. , S. Teks.,M.T. 2004. Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil 2.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Noerati K., S. Teks.,M.T. 2004. Diktat Praktikum Kualitas Air Proses Dan Air
Limbah Industri Tekstil. Sekolah Tinngi Teknologi Tekstil. Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. Diktat Transparant ZPT 2. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil. Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. 2008. Persyaratan Air Proses, Pelunakan
Air dan Contoh Soal. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Sunarya, Risa Rahmawati. 2009. Zeolit. Tersedia : http://www.chem-is-try.org
/artikelkimia/kimia_anorganik/fakta-tentang-zeolit/ [Daring]. (06 Oktober
2019).
Saito, Taro. 2009. Unsur Non Logam. Tersedi : http://www.chem-is-try.org/
materikimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-non-logam/silikon-
oksida-aluminosilikat-dan-zeolit/ [Daring]. (06 Oktober 2019).
Sitompul, Hamonangan Reksodiputro,. 2009. Zeolit. Tersedia : http://hamonangan
rsespanola.wordpress.com/2009/05/30/zeolit-sebagai-mineral-serba-guna/
[Daring]. (06 Oktober 2019).
Silvi. 2007. Air Proses. Tersedia : https://ml.scribd.com/doc/72904532/Utilitas-
Air-Proses [Daring]. (06 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai