Disusun oleh :
Nama : Siti Nuhiyah
NPM : 14020063
Grup : 3K3
POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2016
ANALISIS KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL
VI. Diskusi/Pembahasan
Percobaan analisis kualitatif ini menguji apa saja yang terkandung di dalam
larutan uji. Kandungan yang diuji meliputi ion kalsium, magnesium, ferro, ferri,
aluminium, mangan, silikat, klorida, sulfat dan zat organic. Analisis perlu dilakukan untuk
mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalam air proses. Karena ada
beberapa kandungan bersifat merugikan, seperti ion kalsium dan magnesium yaitu
menyebabkan kesadahan. Kesadahan air timbul karena adanya garam-garam kalsium
dan magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Jika ion kalsium dan
magnesium berikatan dengan ion klorida dan sulfat, akan menyebabkan kesadahan
tetap. Kesadahan akan membentuk kerak pada ketel yang sukar hilang, memiliki daya
hantar panas yang rendah, terjadi pemanasan setempat, membahayakan dinding ketel
dan efisiensi penguapan kecil.
Untuk ion besi seperti ferro dan ferri juga berpengaruh pada proses basah tekstil,
karena menyebabkan warna kekuningan, fero akan larut dalam air dan begitu
teroksidasi akan menjadi feri sehingga lama kelamaan akan menimbulkan bintik-bintik
yang menyebabkan warna kekuningan. Dengan adanya silikat dalam air proses akan
membentuk kerak (scale) yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa
dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi.
Jika dalam air proses terdapat alumunium dan disertai adanya silikat akan
menyebabkan terbentuk alumunisilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan ketel uap.
Dengan adanya zat organic dalam air proses akan menyebabkan terjadinya bau dan
warna yang tidak dikehendaki dalam air proses karena zat organic juga mengganggu
pemurnian air dan menghambat pemanasan pada permukaan air.
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisis adalah larutan contoh uji
mengandung ion Mg2+, Fe3+, silikat, SO42- dan zat organic. Dengan adanya kandungan
ion-ion tersebut maka akan menyebabkan hal-hal yang akan terjadi yang telah
dijelaskan sebelumnya. Setelah diketahui kandungan yang terdapat pada contoh uji
maka contoh uji masih belum dapat dipergunakan untuk keperluan proses basah tekstil,
karena contoh uji mengandung ion-ion yang dapat mengganggu proses basah tekstil.
Sehingga contoh uji perlu diolah kembali agar dapat dipergunakan untuk proses basah
tekstil.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan maka pada contoh uji terdapat kandungan ion Mg2+, Fe3+,
silikat, SO42- dan zat organic.
V. Data Percobaan
a. Larutan standar sulfat
No. Konsentrasi (x) Absorbansi (y) xy x2
1 5 0,361 1,805 25
2 10 0,430 4,3 100
3 15 0,477 7,155 225
4 20 0,535 10,5 400
5 25 0,565 14,125 625
75 2,368 38,085 1375
n ( xy )( x ) ( y )
a= 2
n ( x 2 ) ( x )
190,425177,6
68755625
12,825
1250
0,0102
( y ) ( x 2 )( x ) ( xy )
b= 2
n ( x 2 ) ( x )
32562856,375
68755625
399,625
1250
0,3197
0.3
Absorbansi
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (mg/L)
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh
uji mengandung sulfat sebesar 94,05 mg/L.
V. Data Percobaan
ml titrasi awal = 18,8 ml 26,1 ml = 7,3 ml
ml titrasi akhir = 24,8 ml 32,0 ml = 7,2 ml
7,3+7,2
ml titrasi rata-rata = 2 = 7,25 ml
N penitar = 0,01N
BE Cl- = 35,5
1000
Kadar Cl- = ml titrasi X N penitar X BE Cl- X 10 mg/L
1000
= 7,25 ml X 0,01N X 35,5 X 10 mg/L
= 257,375 mg/L
VI. Diskusi/Pembahasan
Analisis ini melakukan analisis kuantitatif kandungan klorida di dalam air. Contoh uji
perlu dilakukan analisis karena adanya klorida dalam air akan menyebabkan kesadahan
tetap yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi
akan menyebabkan peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif.
Titrasi yang digunakan dalam analisis ini yaitu titrasi argentometri, dimana titrasi
argentometri ini dilakukan dengan cara Mohr yaitu indicator yang dgunakan adalah
kalium kromat. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh AgNO3 membentuk
endapan AgCl yang bewarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara (equivalent)
dengan kandungan klorida di dalam air. Kalium kromat digunakan sebagai indicator,
semua AgCl akan terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag kromat) yang
bewarna merah terbentuk. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral
atau dengan sedikit alkalis, pH 7 10. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena
terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Hasil yang didapat pada analisis ini adalah kadar klorida yang terkandung dalam
contoh uji sebesar 257,375 mg/L. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa contoh uji
tidak bisa digunakan dalam proses basah tekstil karena kadar Cl yang didapat tinggi.
Adanya klorida ini dalam air akan menyebabkan kesadahan tetap yang dapat
mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan
peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif. Sehingga contoh uji
tidak bisa digunakan untuk proses basah tekstil.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh
uji mengandung klorida (Cl-) sebesar 257,375 mg/L.
P=0 0 0 M
2P < M 0 2P M 2P
2P = M 0 2P 0
2P > M 2P M 2 (M - P) 0
P=M M 0 0
a. Alkalinitas PP
= ml H2SO4 X N H2SO4 X faktor pengenceran (mgrek/L)
=0
b. Alkalinitas MO
= ml H2SO4 X N H2SO4 X faktor pengenceran (mgrek/L)
1000
= 0,2 X 0,02 X 25 mgrek/L
= 0,16 mgrek/L
VI. Diskusi/Pembahasan
Analisis ini melakukan analisis alkalinitas air. Dari analisis ini dapat diperoleh kadar
yang terkandung dalam contoh uji. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi akan
menyebabkan karat karat pada pipa sehingga pada saat proses berlangsung karat
karat tadi akan terbawa air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu
rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dalam menyebabkan kerak karbonat
pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi pemanasan setempat.
Alkalinitas yaitu kemampuan air untuk mempertahankan pH nya sendiri. Alkalinitas
terdiri dari ion-ion OH-, CO32- dan HCO3-. Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan
untuk menretralkan basa dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan air bersifat
basa ialah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan senyawa lain
yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit terdapat dalam air sehingga
dapat diabaikan. Oleh karena itu, penentuan kadar alkalinitas ini dilakukan dengan
titrasi menggunakan H2SO4 atau HCl karena asam ini akan mengikat zat penyebab
alkalinitas sampai titik akhir titrasi tercapai.
Yang dilakukan pada analisis ini adalah melakukan alkalinitas PP terlebih dahulu,
jika alkalinitas PP = 0 atau warna larutan tidak berwarna maka langsung dilanjutkan
pada alkalinitas MO. Namun, jika alkalinitas PP memiliki warna ketika diberi indikator,
maka lakukan terlebih dahulu alkalinitas PP baru dilanjutkan pada alkalinitas MO.
Sehingga, hasil alkalinitas nanti dikonversikan ke dalam tabel keterangan. Hasil yang
didapatkan pada percobaan ini alkalinitas PP memiliki nilai 0 maka lihat dari tabel
bahwa P = 0 hanya memiliki nilai ion HCO 3- saja, sedangkan nilai untuk OH- dan CO32-
nya memiliki nilai 0. Nilai ion HCO3- yang didapatkan akan sebanding dengan nilai
alkalinitas MO. Nilai yang diperoleh pada analisis ini adalah contoh uji mengandung
alkalinitas sebesar 0,16 mgrek/L. Nilai tersebut termasuk rendah, sehingga akan
menggangu proses basah tekstil. Oleh karena itu, dianjurkan contoh uji tersebut tidak
dipakai dalam proses basah tekstil. Jika contoh uji tersebut digunakan maka akan
menyebabkan kerak karbonat pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi
pemanasan setempat.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, larutan contoh uji mengandung alkalinitas
sebanyak 0,16 mgrek/L.
V. Data Percobaan
Larutan standar besi
n ( xy )( x ) ( y )
a= 2
n ( x 2 ) ( x )
5 ( 23,405 ) ( 75 )( 1,346 )
5 ( 1375 ) (5625 )
117,025100,95
68755625
16,075
1250
0,0128
( y ) ( x 2 )( x ) ( xy )
b= 2
n ( x 2 ) ( x )
VI. Diskusi/Pembahasan
Analisis ini melakukan analisis kualitatif kandungan besi dalam air contoh uji.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri. Dengan alat tersebut
mendapatkan nilai absorbansi contoh uji lalu dimasukkan ke dalam persamaan regresi
yang didapat untuk mengetahui berapa kadar besi di dalam larutan contoh uji.
Persamaan regresi didapatkan dari larutan standar besi yang diencerkan kemudian
diberi HNO3 dan KCNS.
Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses
pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda
kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar
kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis dalam
penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat tereaksi pada beberapa jenis
zat warna sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak
sesuai dengan yang dikehendaki.
Dari hasil yang diperoleh, nilai absorbansi contoh uji sebesar 0,210. Nilai ini harus
dikurangin absorbansi blanko dulu yaitu sebesar 0,032. Sehingga didapatkan nilai
absorbansi yang akan digunakan untuk persamaan regresi. Setelah dimasukkan ke
dalam persamaan regresi dengan rumus y = ax + b didapatlah kadar besi dalam contoh
uji sebesar 7,9453 ppm. Hasil menunjukkan bahwa contoh uji tidak memenuhi standard,
karena persyaratan air proses untuk kadar besi hanya boleh sebesar 0,10 mg/L
sedangkan kadar besi yang didapatkan dari percobaan ini melebihi 0,10 mg/L. Kadar
besi yang terlalu tinggi akan berpengaruh pada proses basah tekstil, fero (Fe 2+) akan
larut dalam air dan begitu teroksidasi akan membentuk menjadi feri (Fe 3+) yang pada
suatu saat akan menimulkan bintik-bintik sehingga berwarna kekuningan.
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 10 ppm hasil yang
didapat melenceng dari hasil yang lain. Hasil pada konesntrasi 10 ppm ini seharusnya
membentuk garis lurus saat ditarik garis lurus ke atas. Hal ini bisa terjadi karena larutan
contoh uji tersebut memiliki warna kuning yang pekat sehingga nilai atau hasil yang
didapat tidak sesuai dengan yang seharusnya. Untuk konsentrasi 5 ppm, 15 ppm, 20
ppm dan 25 ppm sudah sesuai dengan yang seharusnya. Yaitu hasil yang didapat
meningkat tiap konsentrasinya.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh
uji mengandung besi sebesar 7,9453 ppm.
Na2 EDT
HOOCH2C H H CH2COOH
NCCN
H2C H H CH2
C=O C=O
Ca
O Mg O
Garam kompleks Ca atau Mg yang larut
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di
rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan
diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian.
Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun
dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis
berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:
a) Air sadah sementara: mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan
atau Mg(HCO3)2. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan
cara memanaskan air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap. Selain
dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya
dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO 3)2 atau Mg (HCO3)2
dengan kapur (Ca(OH)2).
b) Air sadah tetap: mengandung garam sulfat (CaSO 4 atau MgSO4) terkadang juga
mengandung garam klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan
kesadahannya menggunakan cara mereaksikan dengan soda Na 2CO3 dan kapur
Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida. Proses
Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion
kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolite.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan
bagian dari pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam
bentuk protonate EBT berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika
membentuk komplek dengan kalsium,magnesium, dan ion logam lainnya. Nama lain
dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan EBT
adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi penguraian secara
lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai
gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite Indikator ini stabil dan dalam
kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T.
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang
dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk
kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui
urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut
ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA)
yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul.
V. Data Percobaan
Percobaan Titrasi I Titrasi II Rata-rata
Penetapan kesadahan total 6,4 ml 6,6 ml 6,5 ml
Penetapan kesadahan Ca 3,4 ml 3,3 ml 3,35 ml
Penetapan kesadahan tetap 6,3 ml 6,3 ml 6,15 ml
Penetapan kesadahan Ca tetap 3,1 ml 3,3 ml 3,2 ml
a. Kesadahan total
= ml titrasi X 0,01 M X f
1000 ml
= 6,5 ml X 0,01 mol/L X 25 ml
= 2,6 mmol/L
= 2,6 mmol/L X 5,6
= 14,56odH
b. Kesadahan Ca
= ml titrasi X 0,01 M X f
1000 ml
= 3,35 ml X 0,01 mol/L X 25 ml
= 1,34 mmol/L
= 1,34 mmol/L X 5,6
= 7,504odH
c. Kesadahan Mg
= kesadahan total kesadahan Ca
= (2,6 1,34) mmol/L
= 1,26 mmol/L
= 1,26 mmol/L X 5,6
= 7,056 odH
d. Kesadahan tetap
= ml titrasi X 0,01 M X f
1000 ml
= 6,15 ml X 0,01 mol/L X 25 ml
= 2,46 mmol/L
= 2,46 mmol/L X 5,6
= 13,776odH
e. Kesadahan Ca tetap
= ml titrasi X 0,01 M X f
1000 ml
= 3,2 ml X 0,01 mol/L X 25 ml
= 1,28 mmol/L
= 1,28 mmol/L X 5,6
= 7,168odH
f. Kesadahan Mg tetap
= kesadahan tetap kesadahan Ca tetap
= (2,46 1,28) mmol/L
= 1,18 mmol/L
= 1,18 mmol/L X 5,6
= 6,608odH
g. Kesadahan sementara
= kesadahan total kesadahan tetap
= (2,6 2,46) mmol/L
= 0,14 mmol/L
= 0,14 mmol/L X 5,6
= 0,784 odH
h. Kesadahan Ca sementara
= kesadahan Ca kesadahan Ca tetap
= (1,34 1,28) mmol/L
= 0,06 mmol/L
= 0,06 mmol/L X 5,6
= 0,336odH
i. Kesadahan Mg sementara
= (kesadahan total kesadahan tetap) (kesadahan Ca kesadahan Ca tetap)
= (2,6 2,46) mmol/L - (1,34 1,28) mmol/L
= 0,08 mmol/L
= 0,08 mmol/L X 5,6
= 0,448 odH
VI. Diskusi/Pembahasan
Analisis ini melakukan analisis kesadahan (Ca & Mg) dengan cara kompleksometri.
kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi yang sebagian
besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat mengendapkan sabun,
mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak CaCO3 dan Mg(OH)2 pada
pipa-pipa serta ketel uap.
Penetapan kesadahan dalam air dapar ditentukan melalui titrasi kompleksometri
yaitu suatu tiltrasi dengan menggunakan larutan kompleksion (EDTA /
erilenadiamintetraasetat). Senyawa tersebut dapat membentuk pasangan kimiawi
secara ikatan kompleks dengan ion ion kesadahan. Indicator yang digunakan pada
titrasi ini adalah EBT (Eriochrome Black T) sejenis indicator yang berwarna merah
apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH
10,0. Indicator lain yang digunakan adalah Murexid (Eriochrome Blue Black R) suatu
senyawa yang berwarna merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion kalium
saja.
Hasil yang diperoleh, nilai kesadahan total sebesar 14,56odH. Ini menunjukkan total
nilai kesadahan sementara dan kesadahan tetap atau total nilai kesadahan Ca dan Mg.
hasil yang diperoleh untuk kesadahan Ca sebesar 7,504odH dan kesadahan Mg
sebesar 7,056 odH. Kesadahan Mg ini didapatkan dengan selisih antara kesadhan total
dan kesadahan Ca. Oleh karena itu nilai kesadahan Ca lebih besar dari kesadahan Mg.
Ini menunjukkan bahwa dalam air contoh uji lebih banyak mengandung Ca
dibandingkan Mg. Untuk kesadahan tetap menghasilkan nilai sebesar 13,776 odH dan
kesadahan Ca tetap sebesar 7,168 odH. Dari hasil ini bisa diketahui nilai Mg tetap, yaitu
dengan cara selisih antara kesadahan tetap dan Mg tetap. Nilai kesadahan Ca tetap
lebih besar dari kesadahan Mg tetap. Ini menunjukkan bahwa dalam air contoh uji lebih
banyak mengandung Ca tetap dibandingkan Mg tetap. Untuk mendapatkan nilai
kesadahan sementara dapat diperoleh dari selisih antara kesadahan total dan
kesadahan tetap. Hasil yang diperoleh sebesar 0,784 odH. Untuk mendapatkan nilai
kesadahan Ca sementara dapat diperoleh dari selisih antara kesadahan Ca dan
kesadahan Ca tetap. Hasil yang diperoleh sebesar 0,336 odH. Untuk mendapatkan nilai
kesadahan Mg sementara dapat diperoleh dengan rumus kesadahan Mg sementara =
(kesadahan total kesadahan tetap total) (kesadahan Ca kesadahan Ca tetap).
Hasil yang diperoleh sebesar 0,448odH. Satuan yang didapatkan dari hasil titrasi adalah
mmol/L namun dikonversikan menjadi dH dengan cara mengalikan dengan 5,6. 5,6
didapatkan dari berat molekul CaO karena BM CaO yaitu 56mg/L lalu dibagi 10, oleh
karena itu dikalikan 5,6 agar mendapatkan hasil dalam satuan dH.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa :
a. Kesadahan total sebesar 2,6 mmol/L 14,56 odH
b. Kesadahan Ca sebesar 1,34 mmol/L 7,504 odH
c. Kesadahan Mg sebesar 1,26 mmol/L 7,056 odH
d. Kesadahan tetap sebesar 2,46 mmol/L 13,776 odH
e. Kesadahan Ca tetap sebesar 1,28 mmol/L 7,168 odH
f. Kesadahan Mg tetap sebesar 1,18 mmol/L 6,608 odH
g. Kesadahan sementara sebesar 0,14 mmol/L 0,784 odH
h. Kesadahan Ca sementara sebesar 0,06 mmol/L 0,336 odH
i. Kesadahan Mg sementara sebesar 0,08 mmol/L 0,448 odH
VIII. Daftar Pustaka
Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar
Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
PELUNAKAN AIR SADAH
V. Data Percobaan
5.1 Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur)
a. Kebutuhan Na2CO3 dan Ca(OH)2
Na2CO3 = (CaCl2) + (CaSO4) + (MgCl2) + (MgSO4) + (L)
mg
Fe
= sadah tetap dH L
+
5,6 127
mg
7,9453
= 2,46 mmol/L + L
127
= (2,46 + 0,0625) mmol/L
= 2,52 mmol/L x 106
= 108,52 mg/L
Ca(OH)2 = (Ca(HCO3)2) + (Mg(HCO3)2) + (MgCl2) + (MgSO4) + (CO2) + (L)
sadah sementara dH
=
+ Mg tetap + CO + L(Fe)
5,6 2
mg
7,9453
= 0,14 mmol/L + 1,18 mmol/L + 0 + L
127
= 1,38 mmol/L x 74
= 102,12 mg/L
b. Kebutuhan NaOH dan Na2CO3
sadah sementara dH
Na2CO3 = Ca tetap - 5,6 CO2
mg
7,9453
= 0,14 mmol/L + 0,18 mmol/L + 0 + L
127
= 1,38 mmol/L x 40
= 55,2 mg/L
= 17,69%
2. Kesadahan total (cara soda kapur)
1000 ml
= ml titrasi x 0,01 M x 25 ml
= 5,05 ml x 0,01 n/L x 40
= 2,02 mmol/L x 5,6odH
= 11,312odH
14,56 dH1 1,312 dH
Efisiensi = 14,56 dH x 100%
= 22,31%
5.2 Cara penukar ion
1. Menggunakan resin penukar ion
Titrasi ml titrasi
1 0 ml
2 0 ml
Rata-rata 0 ml
Kesadahan total (akhir) = ml titrasi x m x f
1000 ml
= 0 x 0,01 mol/L x 25 ml
= 0 mmol/L x 5,6odH
= 0odH
Efisiensi pelunakan cara penukar ion menggunakan resin
kesadahan awalkesadahan akhir
=
x 100
kesadahan awal
14,56 dH0 dH
= 14,56 dH x 100%
= 100%
2. Menggunakan zeolite
Titrasi ml titrasi
1 4,9 ml
2 5,0 ml
Rata-rata 4,95 ml
Kesadahan total (akhir) = ml titrasi x m x f
1000 ml
=4,94 x 0,01 mol/L x 25 ml
= 1,98 mmol/L x 5,6odH
= 11,088odH
Efisiensi pelunakan cara penukar ion menggunakan resin
kesadahan awalkesadahan akhir
=
x 100
kesadahan awal
14,56 dH11,088 dH
= 14,56 dH x 100%
= 23,85%
VI. Diskusi/Pembahasan
Percobaan ini dilakukan percobaan pelunakan air sadahan. Pelunakan ini bertujuan
untuk menghilangkan ion ion yang menyebabkan kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+.
Pelunakan ini dapat dilakukan dengan berbagai proses yaitu cara pemanasa, cara
pengendapan dan cara penukar ion. Cara pemanasan ini hanya dapat menghilangkan
kesadahan sementara ynag disebabkan oleh ion ion bikarbonat bikarbonat dan ion
kesadahan. Cara pengendapan ini merupakan cara yang paling murah yang dapat
mengendapkan kesadahan total. Cara penukar ion merupakan cara yang sangat mahal
akan tetapi efisiensi cukup tingga sehingga cocok digunakan untuk penyediaan air ketel.
Pada cara pengendapan digunakan dengan cara pengendapan soda kapur atau
soda-soda. Dari cara pengendapan menggunakan soda kapur yaitu Na2CO3 akan akan
mengikat garam dari Ca2+ sedangkan Ca(OH)2 akan mengikat garam dari Mg2+, logam-
logam dan CO2. Keuntungan menggunakan cara ini adalah murah dan sederhana,
namun kerugiannya yaitu menghasilkan sadah sisa dengan nilai cukup tinggi yaitu >
3dH. Cara pengendapan lain digunakan dengan soda-soda dimana cara ini hampir
mirip dengan cara soda kapur, hanya berbedanya ini menggunakan NaOH bukan
Ca(OH)2. Yang terakhir ada penukar ion, dari penukar ion ini ada yang menggunakan
penukar kation, penukar anion dan penukar hidrogen. Cara yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu penukar kation, dimana prinsipnya adalah menukar kation (Ca, Mg
dan Logam) dengan natrium dari penukar kation anorganik dan penukar kation organic.
Percobaan ini digunakan penukar kation anorganik yaitu zeolite, zeolite yang digunakan
adalah zeolite sintetik. Titrasi yang digunakan pada kali ini adalah titrasi
kompleksometri, dimana titrasi kompleksometri dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.
Dari hasil yang telah diperoleh, efisiensi kesadahan total cara soda kapur
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari kesadahan total cara soda soda. Pada
kesadahan total cara soda kapur hasil yang diperoleh sebesar 22,31% dan hasil yang
diperoleh kesadahan total cara soda soda sebesar 17,69%. Ini menunjukkan bahwa
cara soda kapur lebih efektif dari cara soda soda.
Sedangkan untuk cara penukar ion, pada saat dilakukan penukar ion menggunakan
resin efisiensi yang diperoleh adalah 100%. Hal ini karena larutan menghasilkan warna
biru setelah dilakukan titrasi kompleksometri. Pada cara penukar ion menggunakan
resin ini tidak dilakukan titrasi sehingga ml titrasi yang didapat bernilai 0 dan untuk
efisiensinya sebesar 100%. Untuk cara penukar ion menggunakan zeolite, kesadahan
total yang diperoleh sebesar 11,088odH dan efisiensi yang diperoleh sebesar 23,85%.
Penggunaan zeolite sintetis dalam pelunakan air sadah kurang efektif, karena
menghasilkan nilai kesadahan yang masih cukup tinggi yaitu 3dH.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur)
- Kesadahan air contoh uji berkurang dari 14,56 odH menjadi 11,984odH (cara
soda soda) dan 11,312odH
- Efisiensi yang dihasilkan dari pelunakan cara soda soda adalah sebesar
17,69%
- Efisiensi yang dihasilkan dari pelunakan cara soda kapur adalah sebesar
22,31%
2. Cara penukar ion
- Air contoh uji yang dilunakan dengan resin memiliki nilai kesadahan 0 odH
dengan efisiensi 100%
- Air contoh uji yang dilunakan dengan zeolit memiliki nilai kesadahan 11,088 odH
dengan efisiensi 23,85%