A. Untuk menganalisa adanya zat - zat yang dapat mempengaruhi proses basah tekstil
dengan pengujian pengendapan.
B. Untuk mengetahui derajat alkalinitas suatu air proses dengan menggunakan cara titrasi
asidimetri.
C. Melunakkkan/ penghapusan ion – ion penyebab kesadahan dalam air, yang
terutama disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+.
D. Mengetahui Jumlah kandungan besi dengan cara spektrofometri.
Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa penurunan PH
larutan. Alalinitas evagian besar disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO 3- ), bikarbonat
(HCO3-), hidroksida (OH) dan sebagainya . Alkalinitas dinyatakan dalam mgrek/liter
atau mgram CaCO3 /Liter.
Alkalinitas diperiksa dengan cara titrasi asam basa. Asam yang digunakan adalah
asam sulfat (H2SO4) dan HCl. Asam ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas
sampai titik akhir titrasi tercapai.
III. REAKSI
Kandungan Klorida
HCL + AgNO3 AgCl
Kandungan Sulfat
SO4- + BaCl2 BaSO4 + 2 Cl-
Pada saat titik akhir titrasi pertama , yaitu PH 8,3 dikenal dengan nilai P, untuk
mencapai titik akhir ke 2 yaitu pada PH 4,3 , yang dikenal dengan nilai M.
Jadi pada saat tercapai nilai P pada PH 8,3 :
OH - + H + H2O nilai P menunjukkan OH- dan ½ CO3 = (HCO3-)
Klorida
Pada 2 ml air contoh didalam tabung reaksi :
- Ditambahkan 2 –3 tetes HNO 3 4 N (sebagai pengasam).
- Dtambahkan 2-3 tetes AgNO 3 0,1 N.
Jika terjadi endapan putih yang larut dalam amoniak berarti contoh uji mengandung
Klorida .
Calsium
Pada 2 ml air contoh uji :
- Diasamkan dengan 2 – 3 tetes asam asetat 10 %.
- Ditetesi Amonium Oksalat 4 % sebanyak 5 tetes.
Jika timbul endapan putih menunjukkkan adanya ion Ca 2+.
Magnesium
Pada 2 ml air contoh uji :
- Ditambahkan10 tetes quinalizarin alk. Akan timbul warna merah.
- Ditambahkan 5 tetes NaOH 10 % sehingga warna merah akan berubah jadi biru ungu.
- Didihkan sebentar , lalu dibiarkan menjadi dingin .
Timbulnya endapan biru yang terpisah menunjukkan adanya ion Mg 2+.
Aluminium
Pada 2 ml air contojh uji :
- Diasamkan dengan 2 ml HCl 1 N
- Ditambahkan 3 ml amonioum asetat 3 N .
- Ditambahkan 3 tetes Aluminon , kemudian diaduk.
Timbulnya endapan merah terang menunjukkan adanya ion Al 3+.
Zat organik
Pada 2 ml air contoh uji
- Diasamkan dengan 5 tetes H2SO4 10 %.
- Ditambahkan 4 tetes KMnO4 0,01 N.
Adanya zat organik ditunjukkan dengan hilangnya warna KmnO4.
-Dikocok dengan cepat selama 1 menit, segera diukur dengan alat spektrofometer
pada panjang gelombang 420 nm
-Pengukuran setelah 3 menit tetapi tidak melebihi 10 menit
c.Alkalinitas M
- 25 ml contoh uji dipipet kedalamerlenmeyer.
- Ditambahkan 2 tetes indicator MO kedalam Erlenmeyer.
- Dititar dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan orange ( merah sindur )
d. Kesadahan jumlah Wartha Pfeifer (M’)
- Air sisa penetapan alkalinitas didihkan untuk menghilangkan CO2 . Kemudian
ditambahkan lindi soda sebanyak 25 ml dan didihkan lagi selama 10 menit.
- Diencerkan dengan air suling sampai 100 ml , kemudian disaring dengan kertas
Saring.
- Filtrat dititrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indicator MO sampai
berwarna orange .
- Dilakukan titrasi blanko untuk 25 ml lindi soda dengan cara yang sama.
- Penetapan Kesadahan
a.Penetapan kesadahan total
- 25 ml contoh uji dipipet kedalam Erlenmeyer .
- Ditambahkan 1 ml larutan buffer PH 10 dan 2ml KCN 5%.
- Lalu tambahkan 3-4 tetes EBT, larutan menjadi merah.
- Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru.
b. Penetapan kesadahan Ca
-50 ml contoh uji dipipet kedalam Erlenmeyer .
- lalu tambahkan NaOH 4N sebanyak 1 ml ,dan kemudian tambahkan2 ml KCN 5% .
- Ditambahkan indicator murexid , lalu larutan menjadi merah.
- Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai larutan tepat berubah menjadi
ungu.
1.Total Besi
- masukkan 50 ml contoh uji kedalam Erlenmeyer
- lalu tambahkan 2 ml HCl pekat , kemudian panaskan sampai mendidih .
- kemudian dinginkan ,lalu tambahkan 2ml Hidroksil amin
- masukkan kedalam labu ukur , buffer asetat 10 ml + 1 ml Phaenoftalen.
setelah itu contoh uji diperiksa absorbansinya dengan alat spektrofometer pada panjang
gelombang 510 nm.
2.Besi Terlarut
- saring contoh uji dengan kertas saring barit. Sebanyak 50 ml
- kemudian selanjutnya dikerjakan seperti pada total besi.
3.Ion Fero
- ambil 50 ml contoh uji sebanyak 50 ml , kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer
dengan tutup asah.
- lalu tambahkan 2 ml HCl pekat kedalam Erlenmeyer.
- selanjutnya dikerjakan sama seperti pada besi total.
% Pengurangan kesadahan =
= 17,92 – 1,2544 x 100 %
17,92
= 93 %
Y = 0,1433 X + 0,0721
Y = Absorbansi
X = Konsentrasi contoh uji
a. Total Besi
Y = 1,500
X = 1,500 – 0,0721
0,1433
= 9,96 mg/l
b. Besi terlarut
Y = 1,38
X = 1,380 – 0,0721
0,1433
= 9,127 mg/l
c. Ion Fero
Y = 1,25
X = 1,250 – 0,0721
0.1433
= 8,24 mg/l
VI. DISKUSI
Pada pengujian secara kualitatif diperoleh hasil bahwa air contoh uji mengandung
klorida , kalsium, dan magnesium. Ketiga ion – ion itu adalah penyebab kesadahan
didalam air , yang menyebabkan terganggunya proses basah tekstil. Sehingga air
contoh tersebut harus dilakukan proses pelunakan sebelum dapat dipakai sebagai air
proses basah tekstil harus dilakukan pelunakan .
Setelah dilakukan proses analisa kandungan kesadahan yang lebih lanjut , diperoleh data
bahwa kesadahan total air contoh itu adalah jauh melebihi standar maksimal air proses
basah tekstil , yaitu sampai 17,92 o dh . Hasil ini berarti jika air ini digunakan dalam
proses basah tekstil akan mengganggu kelanjutan proses ataupun reaksi yang terjadi
dalam pencelupan, pengelantangan dan bahkan penyempurnaan.
Untuk itu perlu dilakukan proses pelunakan dengan maksud agar air contoh tersebut
dapat digunakan dalam proses basah tekstil maupun sebagai air untuk pengisi ketel
uap. Dalam pelunakan kesadahan dengan menggunakan cara soda kapur , hasil
kesadahan berkurang sampai kurang dari 1 o dh , begitu juga dengan menggggunakan
cara soda- soda didapat hasil yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan cara soda
kapur. Diantara kedua cara pengendapan tadi cara soda –soda menghasilkan
hasil yang lebih baik, tetapi karena harga Soda Kostik jauh lebih mahal daripada harga
kapur , maka sebaiknya dipilih cara soda kaopur yang harganya akan lebih murah tetapi
Hasilnnya tidak akan terlalu jauh berbeda . Sedangkan cara penukar ion yang
digunakan sebagai pelunakan kesadahan air yang terakhir, memberikan hasil pelunakan
yang paling baik baik dibandingkan dua cara pengendapan diatas. Hasil pelunakan
dengan menggunakan penukar ion menghasilkan kesadahan yang hanya 0,112 o dh, hal
ini berarti hasilnya bisa dipakai untuk air proses basah tekstil maupun, untuk air pengisi
ketel uap. Tetapi karena harga resin penukar ion yang jauh lebih mahal
dibandingkan harga kapur dan soda ash dan kostik, maka cara penukar ion ini tidak akan
efisien untuk pelunakan secara besar-besaran, selain itu resin penukarion inicepatjenuh
sehingga perlu sering serinh diregenerasi.
Selain analisa secara pengendapan , dilakukan pula cara spektrofometri untuk
menganalisa kadar besi dalam air. Analisa ini menggunakan pembacaan warna dalam
suatu spektrofometer dengan panjang gelombang tertentu. Analisa ini akan
menghasilkan suatu ketelitian yang cukup akurat, tetapi memerlukan biaya yang besar
untuk pengadaan alatnya itu sendiri.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil analisa kualitaitif contoh air proses untuk industri tekstil, diperoleh data bahwa
air tersebut mengandung ion –ion :
- Klorida
- Kalsium
- Magnesium
- Aluminium
- Zat Organik
Kadar ion Klorida = 58,22 mg /l
Kadar zat organic = 0,4 mgrek/kl