PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan yang cukup
besar dalam kehidupan. Bagi manusia air berperan dalam kegiatan pertanian, industri, dan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologi.
Kualitas air yang baik tidak selamanya tersedia di alam. Perkembangan industri dan
permukiman dapat mengancam kelestarian air bersih.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan Kontaminan
dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga menjadi air yang
diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan dampak ekologis.
Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan Kontaminan dapat menggunakan Proses
Fisik seperti menetap dan penyaringan Kimia seperti Desinfeksi dan Koagulasi. Selain itu
proses Biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-proses ini dapat
meliputi, mencampur dengan Udara, diaktifkan Lumpur atau Saringan pasir padat.
Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan cara cara
tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Water
Treatment Plant adalah sebuah system yang difungsikan untuk mengolah air dari kualitas
air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent)
standart yang di inginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi.
Tabel 2.1 Batasan Air Limbah untuk Industri
Parameter
COD
Konsentrasi (mg/L)
100 300
BOD
50 150
Minyak nabati
5 10
Minyak mineral
10 50
200 400
pH
6.0 9.0
Temperatur
38 40 [oC]
1.0 5.0
Nitrat (NO3-N)
20 30
5.0 10
Sulfida (H2S)
0.05 0.1
Fenol
0.5 1.0
Sianida (CN)
0.05 0.5
Pada umumnya gangguan terhadap suatu peralatan/ sistem yang bermedia air
disebabkan oleh zat-zat pengotor dalam air yang disebut kontaminan. Kontaminan tersebut
dapat berbentuk gas, cair, padatan, dan mikroorganisme.
a. Kontaminan gas
Beberapa kontaminan gas seperti karbondoksida, sulfur dioksida, oksigen, dan lain-lain.
Air yang mengandung gas-gas tersebut bersifat korosif dalam reaksinya terbentuk
senyawa asam yang kemudian bereaksi dengan peralatan dari logam dengan reaksi
sebagai berikut.
CO2 + H2O
SO2 + O2
SO3 + H2O
b. Kontaminan cair
H2CO3 + Fe
SO3
H2SO4 + Fe
FeCO3 + H2
FeSO4 + H2
2
Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam, seperti asam klorida (HCl), asam
sulfat (H2SO4) atau basa seperti ammonia cair (NH4OH), minyak/ lemak yang berasal
dari kebocoran air yang masuk ke dalam system. Kandungan asam dan basa dalam air
akan bersifat korosif.
c. Kontaminan padatan
Berdasarkan besarnya ukuran partikel padatan terlarut, maka kontaminan padatan
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: padatan terlarut (TDS), padatan tersuspensi
(TSS), an padatan sediment.
Padatan terlarut (TSS) terdiri dari senyawa organic dan anorganik yang larut dalam air
seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium sulfat, magnesium sulfat,
kalsium klorida, natrium silikat, dan lain-lain. Air yang mengandung padatan terlarut
sangat baik daya hantar listriknya.
Garam-garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah, dapat
menyebabkan kerak (CaCO3.CaSO4) dan defosit lumpur {(MgCO3.Mg(OH)2)} pada
pipa-pipa ketel uap (boiler).
CaCl2 + SO42CaCl2 + CO32MgSO4 + CO32MgCl2 + CO32MgCl2 + H2O
Garam natrium silikat ( Na2SiO3 ) dalam air panas akan terhidrolisa menghasilkan asam
silikat pada temperatur diatas 200C akan menjadi kristal keras yang sangat padat, kecil
dan rapat. Kristal ini yang menempelkan pada pipa-pipa ketel uap. Silaka hanya dapat
dihilangkan dengan alat penukar ion di unit demin plant.
Padatan tersuspensi ( TSS ) menyebabkan air keruh, tidak larut, tidak dapat
mengendap langsung seperti tanah liat, koloid silikat. Koloid silikat sering lolos dalam
proses koagulasi sehingga proses penghilangannya dapat menggunakan alat penukar
ion.
Padatan Sedimen adalah padatan yang langsung mengendap jika air didiamkan.
Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel padat yang berukuran
lebih besar dari padatan tersusupensi, relative besar dan berat, seperti pasir dan lumpur.
Padatan sering menimbulkan erosi pada material dan menyumbat aliran air.
d. Kontaminan mikroorganisme
Kontaminan mikroorganisme seperti ganggang, lumut, jamur dan bakteri dapat tumbuh
dengan baik pada system air pendingin open circuit. Mikroorganisme jenis ganggang
dan lumut dapat menyumbat saringan-saringan air pendingin, tube-tube kondensor,
pompa-pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran panas. Bakteri merupakan salah
satu jenis mikroorganisme dalam air yang dapat merusak bangunan-bangunan menara
pendingin yang terbuat dari beton.
mengendap sampai pada bahan-bahan koloid lembut. Bahan-bahan tersebut dapat bersatu
dan mengendap dan disatukan menjadi lebih besar dengan bantuan bahan penggumpal.
Kumpulan benda-benda besar tersebut akan tertinggal di dasar sedimentasi dan dihilangkan
dengan cara penyaringan (filtrasi). Langkah-langkah proses koagulasi dan flokulasi sebagai
berikut :
1. Bahan kimia penggumpal dimasukkan ke dalam air, supaya bahan kimia tersebut
bereaksi secara seragam, bahan tersebut harus ditaburkan secara merata . Hal ini
memerlukan pengadukkan yang cepat atau pencampuran dengan air pada titik
dimana penggumpalan ditambahkan.
2. Rekasi-reaksi kimia dan kimia fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi
mengarahkan pada koagulasi dan pembentukan partikel-partikel berukuran
mikroskopis.
3. Pengadukan perlahan-lahan menyebabkan penyatuan pertikel-partikel menjadi
kumpulan yang dapat terendapkan.
yang biasanya digunakan sebagai air umpan boiler. Proses softening dilakukan dengan 2
cara, yaitu : preaifitasi kimia dan pertukaran ion. Presipitasi kimia dilakukan dengan cara
mengubah kesadahan kalsium dan magnesium yang mempunyai kelarutan kecil menjadi
kalsium karbonat dan magnesium hidroksida yang mempunyai kelarutan besar. Presipitasi
kimia dilakukan dengan 2 cara pengolahan, yaitu : Proses Kapur Soda Abu dan Proses
Soda Kaustik.
Proses presipitasi kimia dengan Kapur Soda Abu mampu mengubah bentuk
kesadahan karbonat (CH) dan magnesium non karbonat (MgNCH) menjadi spesies
terendapkan dengan bantuan penambahan kapur (CaO). Spesies hasil reaksi tersebut
merupakan bentuk padatan terendapkan ( disimbolkan dengan s ) yang mempunyai
densitas cukup untuk melakukan pengendapan secara gravitas. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Ca2+ + 2 (HCO3)-+ CaO + H2O
2 CaCO3(s)
CaCO3(s) + Mg(OH)2(s)
+ 2 H2O
+ 2 H2O
Proses Soda
Kaustik
Tidak Ada
15,16
Tidak Ada
6,67
Tidak Ada
13,34
8,84
6,67
8,84
Tidak Ada
dari sumber 1 mg/l sebagai CaCO 3
Pertukaran Ion
Adalah suatu alat untuk mengambil ion ion kontaminan air oleh resin resin dan
menukarnya dengan ion ion hydrogen (H+) dan ion ion hidroksil (OH - ) sehingga
diperoleh air murni. Resin adalah bahan polimer sintesis yang mengandung ion ion
hydrogen sebagai resin kation dan ion ion hidroksil sebagai resin anion.
Resin memiliki batas kemampuan dalam melakukan pertukaran ion. Apabila telah
mencapai batasnya, maka resin tersebut telah jenuh dan harus di aktifkan kembali melalui
regenerasi dan injeksi bahan bahan kimia. Alat penukar ion terdiri dari alat penukar
kation dan alat penukar anion.
Na+R- + H+Cl-
2 R H + Ca(HCO3)2
R2 Ca + 2 H2CO3
2 R H + CaSO4
R2 Ca + H2SO4
2 R H + CaCl2
R2 Ca + 2 NaCl
2 R H + Mg(HCO3)2
R2 Mg + 2 H2CO3
2 R H + MgSO4
R2 Mg + H2SO4
2 R H + MgCl2
R2 Mg + 2 HCl
Urutan penukaran oleh resin pertukaran kation: Ca2+, Mg2+, K dan Na.
Alat Penukar Anion : adalah suatu berbentuk silinder yang berisi resin anion, berfungsi
untuk menukar ion-ion negatif don kontaminan air, Contoh; kontaminan air adalah
keluaran alat penukar kation HCI. Rekasinya sebagai berikut :
H+ CI- + R+ OH-
R+ CI- + H2O
Hasil keluaran dari penukar kation adalah bersifat asam. Ion positif pada resin
anion akan menangkap ion negatif dari senyawa asam sehingga produk akhir adalah air
murni yang babas mineral, Reaksinya sebagai berikut :
2 R - OH + H2CO3
R2 - CO3 +2 H2O
2R - OH + H2SO4
R2 -SO4 + 2 H2O
2R - OH + H2(SiO2)
R2__SiO2 +2 H2O
Urutan penukaran oleh resin penukar anion adalah: SO42-, CI-, HCO3- HSiO2- ,
Hasil penukaran ion baik kation dan anion terkadang tidak berlangsung 100 %.
Idealnya setelah melewati penukar kation dan anion, air tidak lagi mengandung
kontaminan. Tetapi kenyataannya masih ada ion-ion kontaminan air yang lolos dari
penukar kation dan anion.
Mixed bed: adalah suatu alat berbentu silinder yang berisi campuran resin kation
dan resin anion, berfungsi untuk menangkap kation dan anion yang lolos dari tangkapan
penukar lotion dan peaukar anion. Keseluruhan reaksi terjadi pada satu silinder. Dengan
dilengkapi mixed bed diharapkan akan diperoleh air dengan kemurnian tinggi.
Gambar 5. Degasser
Resin Penukar Ion
Resin sebagai penukar ion memiliki kapasitas yang terbatas. Bila kapasitas
kapasitas ion sudah terlampaui, penuler ion tidak lagi mampu menangkap ion-ion
kontaminan air. Dalam keadaan watt, ini resin penukar ion dikatakan sudah jenuh dan
harus diregenerasi.
10
Kejenuhan Resin
Ada 2 cara yang dipakai untuk menentukan indikasi kejenuhan resin:
Berdasarkan couter flow; yaitu
Pencucian cepat terus dilakukan sampai hasil airnya sesuai dengan standar yang
telah diterapkan.
Proses Regenerasi Kation
Regenerasi kation adalah proms pengendalian resin yang telah menangkap
kontaminan air untuk ditukar kembali dengan ion
menginjeksikan bahan kimia HCI. Contoh reaksi yang terjadi pada proses regenerasi
kation untuk ion yang ditangkap adalah Na+, yaitu:
Na+ R- + H+ CI-
yang
semestinya
setelah
regenerasi
dapat
dmanfaatkan
untuk
12
ini akan terlihat pemisahan resin anion pada bagian atas karena berat
jenisnya.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair
oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi
dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga
menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi
awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian
akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation
yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur
dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul
tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.
13
Sedimen dari limbah cair mengandung bahan bahan organik yang akan mengalami
proses dekomposisi, pada proses tersebut akan timbul formasi gas seperti carbon dioxida,
methane, dlsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel lumpur dimana sevvaktu gas naik
keatas akan mengangkat pule partikel lumpur tersebut, proses ini selain menimbulkan efek
turbulensi juga akan merusak sedimen yang telah terbentuk. Pada Septic-tank, Imhoff-tank
dan Baffle-reactor, konstruksinya didesain sedemikian rupa guna menghindari efek dari
timbulnya gas supaya tidak mengaduk/merusak partikel padatan yang sudah mapan (settle)
didasar tangki, sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic Sludge Blanket)justru
menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk aduk partikel lumpur supaya
terjadi kondisi seimbang antara gaya berat dan gaya angkat pada partikel lumpur, sehingga
partikel lumpur tersebut melayang-layang/mubal mubal.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur tersebut disebut
sudah stabil dan akan menetap secara permanen pada dasar tangki, sehingga sering juga
proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut dengan proses Stabilisasi.
Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu tertentu(desludging-interval) merupakan
parameter penting dalam perencanaan pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan
stabilisasi lumpur.
Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau bahan sejenis untuk
memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap, agar diperoleh air
yang jernih.
Penyaring adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari air
limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Kedalaman penyaringan menentukan
derajat kebersihan air yang disaringnya pada pengolahan air untuk minum.
Mekanisme yang dilalui pada filtrasi:
14
Ticking Filter
Pengolahan air dengan cara trickling filter merupakan proses pengolahan air
dengan cara meyebarkan air kedalam suatu tumpukan unggun atau media yang
terdiri dari bahan batu pecah atau kerikil, bahan keramik, sisa tanur (slag), medium
dari bahan plastic atau lainnya. Dengan cara demikian maka pada permukaan
medium akan tumbuh lapisan biologis (biofilm), seperti lender, dan lapisan biologis
tersebut akan kontak dengan air dan akan menguraikan senyawa polutan yang ada
di dalam air limbah.
15
Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa, fungi,
dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk
suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis).
Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air
serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses
metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut
tercelup kedalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam
air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas
permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut
dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik
tersebut digunakan oleh mikro-organisme untuk proses perkembang-biakan atau
metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari
biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui
rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan
tertahan pada pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk
yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal,
sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan
terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikro-organisme pada permukaan medium akan
tumbuh lagi dengan sedirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan
senyawa organik yang ada dalam air limbah.
17
18
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran
yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang
mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan
(screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.
Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di
dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap.
Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah
mengendap dikumpulkan daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air
limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu
debit aliran turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak
pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer
atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar
secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam
bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh
pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis.
Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri,
protozoa, fungi, dan lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah
yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis
tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan
sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya laisan
biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.
lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif
sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap
di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal
dari bak pengendap awal.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri
coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat
sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir
dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air.
Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan
waktu kontak tertentu sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan.
Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan cara
cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan. Dalam mengolah air dapat ditinjau dari beberapa parameter diantaranya
parameter fisik, kimia,dan biologi.
Selain parameter terdapat beberapa proses pengolahan air yaitu pengolahan
air secara fisika, kimia dan biologi. Secara fisika yaitu filtrasi dan sedimentasi.
Secara kimia yaitu koagulasi dan flokulasi, pelunakan air serta ion exchange.
Secara biologi yaitu trickling filter dan RBC (Rotating Biological Contractor).
3.2 Saran.
Dalam kehidupan sehari hari maupun dalam industri tidak terlepas dari
adanya limbah cair. Untuk mengatasi limbah tersebut perlu adanya pengolahan air
(Water Treatment). Dalam Water Treatment proses yang dilakukan untuk mengolah
limbah cair tersebut sebaiknya dilakukan sesuai dengan kontaminan yang
terkandung di dalam limbah tersebut agar pengolahannya menjadi lebih tepat, dan
efisien. Sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang lain terhadap lingkungan.
21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Zulkarnain, dkk. 2011. Modul Utilitas. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
http://envist2.blogspot.com/2009/05/filtrasi.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbahindustri/sedimentasi-pengendapan-pada-pengolahan-limbah-cair/
http://www.ionexchange.com/ion/en/processes/counterflow/multistep/
22